Sorry, baru menanggapi sekarang.
saya tahu itu, tapi kok anda lari ke faith?
saya bilang yakin dan percaya itu ya tetep belief(n) atau believe(v).
bahasa indonesia aja yg membeda2kan yakin dan percaya.
lagian menurut saya sih, sikap mentalnya sami mawon...
Ya jelas donk harus dikaitkan dengan faith karena kata ini yang cenderung lebih tepat mewakili kata percaya tanpa memerlukan pembuktian. Menurut Sdr. Morp sama , tapi tidak bagi saya.
saya dapet quote diatas justru dari britannica online...
http://www.britannica.com/eb/article-9015210/belief
"a mental attitude of acceptance or assent toward a proposition without the full intellectual knowledge required to guarantee its truth."
saya pikir gak perlu profesor atau doktor ataupun orang jenius lainnya untuk mendefinisikan bahwa belief itu adalah menerima sesuatu tanpa bukti yg penuh...
Dan sayapun mendapatkannya dari britannica online.
Lagipula, Believe not Belief.
ok, saya salah tulis, tapi anehnya terjemahan saya bener...
what buddhist believe = apa yg buddhis percayai
Tidak juga. Karena dalam bahasa Indonesia dipisahkan antara yakin dan percaya, jadi kita tidak bisa langsung mengartikan believe sebagai percaya, tapi perlu mendefinisikannya lebih jauh terlebih dulu dari kata “believe” dalam definisi Inggris sehingga kita bisa menemukan definisi yang tepat yang dimaksud.. “what buddhists believe” berarti “Apa Yang Buddhis Terima sebagai Kebenaran.”, sesuai dengan definisi believe itu sendiri.
ehipassiko kek, beda prosesnya kek, tidak langsung percaya kek, tetap aja buddhis memiliki kepercayaan... coba analisa kata2 anda diatas "tidak percaya atau menerima begitu saja"... tapi ini mengandung arti bahwa akhirnya dan ujung2nya jadi percaya kan?
Berbeda, Sdr. Morp. Jika dengan proses seperti ehipassiko maka yang muncul sudah bukan percaya lagi tapi ujung-ujungnya adalah yakin (saddha- Pali). Jadi ketika seseorang tidak percaya atau menerima
begitu saja dan
menindaklanjuti dengan pembuktian sendiri (ehipassiko), maka yang muncul adalah keyakinan (saddha-Pali). Kemudian orang itu menerima sebagai kebenaran (believe) karena telah membuktikannya.
yg menjadi pertanyaan saya, kenapa anda keliatannya kurang senang sama pernyataan "buddhis memiliki kepercayaan"? apakah ini perlu dipungkiri? apa buddhis harus malu memiliki kepercayaan?
Seperti yang saya sampaikan bahwa ada perbedaan antara percaya dan yakin. Yang satu tidak membutuhkan proses pembuktian sedang yang satu membutuhkan. Ketika dikatakan buddhis memiliki kepercayaan maka tidak ada indikasi adanya usaha menindaklanjuti dan tidak adanya hasil dari tindaklanjut tsb. Jika ditanya apa buddhis harus malu memiliki kepercayaan, perlu ditanya kepada pribadi masing-masing, apakah malu atau tidak jika dikatakan tidak ada indikasi adanya usaha menindaklanjuti dan tidak adanya hasil dari tindaklanjut dari Dhamma yang telah ia baca, dengar?
Terlepas dari itu semua, ketika saya mulai mengomentari hal ini, saya merujuk pada buku Bhante Dhammananda “What Buddhists Believe”, dimana jelas believe di sini memiliki definisi yang berbeda dengan “percaya” dalam bahasa Indonesia, mengingat Bhante Dhammananda menulis buku tentang “How to Choose a Religion” yang menyarankan adanya proses pembuktian. Adalah aneh jika “believe” disini berarti percaya tanpa proses pembuktian. Jika pun Beliau tidak secara langsung mengatakan adanya proses pembuktian
dalam judul bukunya, maka believe disini didefinisikan secara umum “To accept as true or real”