//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Salam Kenal  (Read 6557 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline okidwiyulianto

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 1
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Salam Kenal
« on: 01 February 2015, 05:03:32 PM »
Salam Kenal,

Perkenankan saya mengenalkan diri, saya saat ini seorang non-buddis, yang sudah menikah, bekerja sebagai karyawan swasta, saya mulai tertarik mempelajari agama buddha setelah melihat tayangan Dharma Sangha (Buddha Boy) di Youtube dan permasalahan hidup yang menerpa kehidupan saya.

Saya merasa ajaran Buddha membawa ketenangan nyata jika saya praktikan, salah satunya tentang meditasi. Walau saat ini saya sembunyi2 belajar ajaran ini dari keluarga dan saudara-saudara saya. Dikit demi sedikit saya belajar ajaran ini dan mulai menerapkan dalam sehari-hari tentang kebajikan.

Mohon bimbingannya dan petunjuk apabila dalam perjalanan menuntut ilmu ajaran ini saya mengalami kekeliruan. Saat ini saya ingin sekali belajar dari hal yang paling dasar pengetahuan ajaran Buddha, kiranya dapat memberikan referensi bagi saya. Sekian terima kasih.

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #1 on: 01 February 2015, 05:20:46 PM »
Salam Kenal,

Perkenankan saya mengenalkan diri, saya saat ini seorang non-buddis, yang sudah menikah, bekerja sebagai karyawan swasta, saya mulai tertarik mempelajari agama buddha setelah melihat tayangan Dharma Sangha (Buddha Boy) di Youtube dan permasalahan hidup yang menerpa kehidupan saya.

Saya merasa ajaran Buddha membawa ketenangan nyata jika saya praktikan, salah satunya tentang meditasi. Walau saat ini saya sembunyi2 belajar ajaran ini dari keluarga dan saudara-saudara saya. Dikit demi sedikit saya belajar ajaran ini dan mulai menerapkan dalam sehari-hari tentang kebajikan.

Mohon bimbingannya dan petunjuk apabila dalam perjalanan menuntut ilmu ajaran ini saya mengalami kekeliruan. Saat ini saya ingin sekali belajar dari hal yang paling dasar pengetahuan ajaran Buddha, kiranya dapat memberikan referensi bagi saya. Sekian terima kasih.
Salam Kenal,

Perkenankan saya mengenalkan diri, saya saat ini seorang non-buddis, yang sudah menikah, bekerja sebagai karyawan swasta, saya mulai tertarik mempelajari agama buddha setelah melihat tayangan Dharma Sangha (Buddha Boy) di Youtube dan permasalahan hidup yang menerpa kehidupan saya.

Saya merasa ajaran Buddha membawa ketenangan nyata jika saya praktikan, salah satunya tentang meditasi. Walau saat ini saya sembunyi2 belajar ajaran ini dari keluarga dan saudara-saudara saya. Dikit demi sedikit saya belajar ajaran ini dan mulai menerapkan dalam sehari-hari tentang kebajikan.

Mohon bimbingannya dan petunjuk apabila dalam perjalanan menuntut ilmu ajaran ini saya mengalami kekeliruan. Saat ini saya ingin sekali belajar dari hal yang paling dasar pengetahuan ajaran Buddha, kiranya dapat memberikan referensi bagi saya. Sekian terima kasih.

yg paling mendasar adalah berlindung kepada buddha. perlindungan ini dibangun dari keyakinan terhadap buddha.
Jangan terbalik, belajar meditasi sebelum mengenal buddha.
Anda bisa mulai dengan mencari kisah hidup buddha gotama, menonton film little buddha, seven years in tibet.

dengan mengenal buddha, keyakinan anda akan tumbuh dan menebal menjadi perlindungan.
Demikian yg kami ajarkan pada anak anak buddhis sedari kecil.

karena anda beragama lain, sy sarankan kenal dulu dengan sidharta gotama.



Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #2 on: 02 February 2015, 10:41:34 AM »
Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di dekat Savatthi, di Hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Sang Bhagava sedang mengajar, memberi inspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan percakapan mengenai Dhamma yang berhubungan dengan Nibbana, dan para bhikkhu, dengan keyakinan dan penuh perhatian, mengkonsentrasikan seluruh pikiran, sangat berminat mendengarkan Dhamma.

Kemudian, karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan kotbah inspirasi ini:

Para bhikkhu, ada keadaan dimana tidak ada tanah, tidak ada air, tidak ada api, dan tidak ada udara,
 tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan ruang,
 tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan kesadaran,
 tidak ada dasar yang terdiri dari kekosongan,
 tidak ada dasar yang terdiri dari bukan persepsi dan tidak bukan persepsi,
 tidak ada dunia ini atau dunia lainnya ataupun dua dunia itu,
 tidak ada matahari atau rembulan, tetapi sebaliknya tidak ada juga kegelapan yang menyelimuti,
Di sini, para bhikkhu, Saya katakan tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal,
 tidak ada kematian, tidak ada kemunculan.
Inilah akhir dari Dukkha.
« Last Edit: 02 February 2015, 10:45:04 AM by hari_sio »

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #3 on: 02 February 2015, 11:22:55 AM »
Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di dekat Savatthi, di Hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Sang Bhagava sedang mengajar, memberi inspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan percakapan mengenai Dhamma yang berhubungan dengan Nibbana, dan para bhikkhu, dengan keyakinan dan penuh perhatian, mengkonsentrasikan seluruh pikiran, sangat berminat mendengarkan Dhamma.

Kemudian, karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan kotbah inspirasi ini:

Para bhikkhu, ada keadaan dimana tidak ada tanah, tidak ada air, tidak ada api, dan tidak ada udara,
 tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan ruang,
 tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan kesadaran,
 tidak ada dasar yang terdiri dari kekosongan,
 tidak ada dasar yang terdiri dari bukan persepsi dan tidak bukan persepsi,
 tidak ada dunia ini atau dunia lainnya ataupun dua dunia itu,
 tidak ada matahari atau rembulan, tetapi sebaliknya tidak ada juga kegelapan yang menyelimuti,
Di sini, para bhikkhu, Saya katakan tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal,
 tidak ada kematian, tidak ada kemunculan.
Inilah akhir dari Dukkha.

Jika benar semua tidak ada seperti itu, lantas siapa bapak sio yg sedang mendengar buddha berbicara spt itu.

Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #4 on: 02 February 2015, 11:58:55 AM »
Segala sesuatu yang terkondisi (terbentuk, terlahir) adalah anicca (tidak kekal adanya) (akan mengalami perubahan)
Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat (memahami) hal ini,
maka ia akan merasa jemu dengan apa yang mengecewakan (tubuh jasmani dan batin).
Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.

Segala sesuatu yang terkondisi (yang tidak kekal) adalah dukkha (tidak memuaskan adanya).
Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini,
maka ia akan merasa jemu dengan apa yang mengecewakan.
Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.

Segala sesuatu yang terkondisi adalah anatta (tanpa kepemilikan/tiada roh/jiwa yg kekal)
Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat ini,
maka ia akan merasa jemu dengan apa yang mengecewakan.
Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.


Anicca (bahasa Pali) ; an = tidak, bukan ; nicca = kekal, tetap, abadi (ketidaktetapan, ketidakkekalan)
Dukkha                   ; du = sukar ; kha = ditahan, dipikul (ketidakpuasan, kekecewaan, beban)
Anatta                    ; an = tidak, bukan ; atta = jiwa, roh, inti (tanpa kepemilikan/jiwa)

Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #5 on: 02 February 2015, 12:08:28 PM »
Pengertian, Faedah dan Cara Melaksanakan Bhavana

1. PENGERTIAN BHAVANA

Bhavana berarti pengembangan, yaitu pengembangan batin dalam melaksanakan pembersihannya. Istilah lain yang arti dan pemakaiannya hampir sama dengan bhavana adalah samadhi. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada suatu obyek.

Samadhi yang benar (samma samadhi) adalah pemusatan pikiran pada obyek yang dapat menghilangkan kekotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma yang baik, sedangkan samadhi yang salah (miccha samadhi) adalah pemusatan pikiran pada obyek yang dapat menimbulkan kekotoran batin tatkala pikiran bersatu dengan bentuk-bentuk karma yang tidak baik. Jika dipergunakan istilah samadhi, maka yang dimaksud adalah “Samadhi yang benar”.

2. FAEDAH BHAVANA

Bhavana atau meditasi yang benar akan memberikan faedah bagi orang bagi orang yang melaksanakannya. Faedah-faedah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dari praktek meditasi itu adalah :

Bagi orang yang selalu sibuk, meditasi akan menolong dia untuk membebaskan diri dari ketegangan dan mendapatkan relaksasi atau pelemasan.
Bagi orang yang sedang bingung, meditasi akan menolong dia untuk menenangkan diri dari kebingungan dan mendapatkan ketenangan yang bersifat sementara maupun yang bersifat permanen (tetap).
Bagi orang yang mempunyai banyak problem atau persoalan yang tidak putus-putusnya, meditasi akan menolong dia untuk menimbulkan ketabahan dan keberanian serta mengembangkan kekuatan untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
Bagi orang yang kurang percaya diri sendiri, meditasi akan menolong dia untuk mendapatkan keparcayaan kepada diri sendiri yag sangat dibutuhkannya itu.
Bagi orang yang mempunyai rasa takut dalam hati atau kebimbangan, meditasi akan menolong dia untuk mendapatkan pengertian terhadap keadaan atau sifat yang sebenarnya dari hal-hal yang menyebabkannya takut dan selanjutnya dia akan dapat mengatasi rasa takut itu dalam pikirannya.
Bagi orang yang selalu merasa tidak puas terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya atau dalam kehidupan ini, meditasi akan memberikan dia perubahan dan perkembangan yang menuju pada kepuasan batin.
Bagi orang yang pikirannya sedang kacau dan berputus asa karena kurangnya pengertian akan sifat kehidupan dan keadaan dunia ini, meditasi akan menolong dia utnuk memberikan pengertian padanya bahwa pikirannya itu kacau untuk hal-hal yang tidak ada gunanya.
Bagi orang yang ragu-ragu dan tidak begitu tertarik kepada agama, meditasi akan menolong dia untuk mengatasi keragu-raguannya itu dan untuk melihat segi-segi serta nilai-nilai yang praktis dalam bimbingan agama.
Bagi seorang pelajar atau mahasiswa, meditasi akan menolong dia untuk menimbulkan dan menguatkan ingatannya serta untuk belajar lebih seksama dan lebih efisien.
Bagi orang yang kaya, meditasi akan menolong dia untuk dapat melihat sifat dan kegunaan dari kekayaannya itu, bagaimana cara menggunakan harta tersebut untuk kebahagiaan dirinya sendiri dan kebahagiaan orang lain.
Bagi orang miskin, meditasi akan menolong dia untuk memiliki rasa puas dan ketenangan serta tidak melampiaskan rasa iri hati terhadap orang lain yang lebih mampu daripadanya.
Bagi seorang pemuda yang sedang berada dalam persimpangan jalan dari kehidupan ini dan dia tidak tahu jalan mana yang akan ditempuhnya, meditasi akan menolong dia untuk mendapatkan pengertian dalam menempuh salah satu jalan yang akan membawa ke tujuannya.
Bagi orang yang telah lanjut usia yang telah bosan dengan kehidupan ini, meditasi akan menolong dia ke dalam pengertian yang lebih mendalam mengenai kehidupan ini, dan pengertian tersebut akan memberi dia kelegaan dan kebebasan dari penderitaan serta pahit getirnya kehidupan ini, dan akan menimbulkan kegairahan yang baru bagi dirinya.
Bagi orang yang mudah marah, meditasi akan menolong dia mengembangkan kekuatan kemauan untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya.
Bagi orang yang bersifat iri hati, meditasi akan menolong dia untuk mengerti tentang bahayanya sifat iri hati itu.
Bagi orang yang diperbudak oleh panca inderanya, meditasi akan menolong dia untuk belajar menguasai nafsu-nafsu dan keinginannya itu.
Bagi orang yang telah ketagihan minuman keras yang memabukkan, meditasi akan menolong dia untuk menyadari dirinya dan melihat cara mengatasi kebiasaan yang berbahaya itu yang telah memperbudak dan mengikat dirinya.
Bagi orang yang tidak terpelajar atau bodoh, meditasi akan memberikan dia kesempatan untuk mengenal diri dan mengembangkan pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna untuk kesejahteraan diri sendiri dan untuk keluarga serta handai taulannya.
Bagi orang yang sungguh-sungguh melakukan latihan meditasi yang benar ini, maka nafsu-nafsu dan emosinya tak mempunyai kesempatan untuk memperbodohi dirinya lagi.
Bagi orang yang bijaksana, meditasi akan membawa dia kepada kesadaran yang lebih tinggi dan pencapaian penerangan sempurna; dia akan dapat melihat segala sesuatu dengan sewajarnya dan tidak akan terseret lagi ke dalam persoalan-persoalan yang remeh.
Selanjutnya, dalam agama Buddha, meditasi yang benar itu dipergunakan untuk membebaskan diri dari segala penderitaan, untuk mencapai Nibbana.
Demikianlah beberapa faedah praktis yang dapat dihasilkan dari latihan meditasi.
Faedah-faedah ini merupakan milik yang akan ditemui dalam pikiran sendiri.

3. CARA MELAKSANAKAN BHAVANA

Orang yang baru belajar meditasi sebaiknya mencari tempat yang cocok untuk melakukan meditasi. Tempat itu adalah tempat yang sunyi dan tenang, bebas dari gangguan orang-orang di sekitarnya, bebas dari gangguan nyamuk. Untuk tahap permulaan, hendaknya orang berlatih di tempat yang sama, jangan pindah-pindah tempat. Jika meditasinya telah maju, maka dapat dilakukan di mana saja di setiap tempat, baik di kantor, di pasar, di kebun, di hutan, di goa, dikuburan, maupun di tempat yang ramai.

Waktu untu melaksanakannya dapat dipilih sendiri. Biasanya waktu yang baik untuk bermeditasi adalah pagi hari antara pukul 04.00 sampai pukul 07.00 dan malam hari antara pukul 17.00 sampai pukul 22.00. Jika waktu untuk bermeditasi telah ditentukan, maka waktu tersebut hendaknya digunakan khusus untuk bermeditasi. Meditasi sebaiknya dilakukan setiap hari dengan waktu yang sama secara teratur atau kontinyu. Bila meditasinya telah maju, maka dapat dilakukan kapan saja, pada setiap waktu.

Orang bebas memilih posisi meditasi. Biasanya posisi meditasi yang baik adalah duduk bersila di lantai yang beralas, dengan meletakkan kaki kanan di atas kaki kiri, dan tangan kanan menumpu tangan kiri di pangkuan. Atau boleh juga dalam posisi setengah sila, dengan kaki dilipat ke samping. Bahkan kalau tidak memungkinkan, maka dipersilahkan duduk di kursi. Yang penting adalah bahwa badan dan kepala harus tegak, tetapi tidak kaku atau tegang. Duduklah seenaknya, jangan bersandar. Mulut dan mata harus tertutup. Selama meditasi berlangsung hendaknya diusahakan untuk tidak menggerakkan anggota badan, jika tidak perlu. Namun bila badan jasmani merasa tidak enak, maka diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh atau mengubah sikap meditasi. Tetapi, hal ini harus dilakukan perlahan-lahan, disertai dengan penuh perhatian dan kesadaran. Jika meditasinya telah maju, maka dapat dilakukan dalam berbagai posisi, baik berdiri, berjalan, maupun berbaring.

Sebelum melaksanakan meditasi, sebaiknya diminta petunjuk atau nasehat dari guru meditasi atau mereka yang telah berpengalaman mengenai meditasi, agar dapat dicapai sukses dalam bermeditasi.

Pada saat hendak bermeditasi, sebaiknya dibacakan paritta terlebih dahulu. Selanjutnya, laksanakanlah meditasi dengan tekun. Pikiran dipusatkan pada obyek yang telah dipilih. Pada tingkat permulaan, tentunya pikiran akan lari dari obyek. Hal ini biasa, karena pikiran itu lincah, binal, dan selalu bergerak. Namun, hendaknya orang yang bermeditasi selalu sadar dan waspada terhadap pikiran. Bila pikiran itu lari dari obyek, ia sadar bahwa pikiran itu lari, dan cepat mengembalikan pikiran itu pada obyek semula. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka kemajuan dalam meditasi pasti akan diperoleh.

Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #6 on: 02 February 2015, 12:09:37 PM »
Pembagian Bhavana

Bhavana dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

Samatha Bhavana, berarti pengembangan ketenangan batin.
Vipassana Bhavana, berarti pengembangan pandangan terang.
Diantara kedua jenis bhavana ini terdapat perbedaan. Perbedaan itu mencakup:

Tujuannya Samatha Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai ketenangan. Dalam Samatha Bhavana, batin terutama pikiran terpusat dan tertuju pada suatu obyek. Jadi pikiran tidak berhamburan ke segala penjuru, pikiran tidak berkeliaran kesana kemari, pikiran tidak melamun dan mengembara tanpa tujuan.Dengan melaksanakan Samatha Bhavana, rintangan-rintangan batin tidak dapat dilenyapkan secara menyeluruh. Jadi kekotoran batin hanya dapat diendapkan, seperti batu besar yang menekan rumput hingga tertidur di tanah. Dengan demikian, Samatha Bhavana hanya dapat mencapai tingkat-tingkat konsentrasi yang disebut jhana-jhana, dan mencapai berbagai kekuatan batin.
Sesungguhnya pikiran yang tenang bukanlah tujuan terakhir dari meditasi. Ketenangan pikiran hanyalah salah satu keadaan yang diperlukan untuk mengembangkan pandangan terang atau Vipassana Bhavana.

Vipassana Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang. Dengan melaksanakan Vipassana Bhavana, kekotoran-kekotoran batin dapat disadari dan kemudian dibasmi sampai keakar-akarnya, sehingga orang yang melakukan Vipassana Bhavana dapat melihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya, bahwa hidup ini dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa aku yang kekal). Dengan demikian, Vipassana Bhavana dapat menuju ke arah pembersihan batin, pembebasan sempurna, pencapaian Nibbana.

Sesungguhnya “dalam kitab suci telah ditulis bahwa hanya dengan pandangan terang inilah kita dapat menyucikan diri kita, dan tidak dengan jalan lain”.

Obyeknya Obyek yang dipakai dalam Samatha Bhavana ada 40 macam. Obyek-obyek itu adalah sepuluh kasina, sepuluh asubha, sepuluh anussati, empat appamañña, satu aharapatikulasañña, satu catudhatuvavatthana, dan empat arupa. Sebaliknya, obyek yang dipakai dalam Vipassana Bhavana adalah nama dan rupa (batin dan materi), atau empat satipatthana.
Penghalangnya Dalam melaksanakan Samatha Bhavana, pada umumnya orang yang bermeditasi sering mendapat gangguan atau halangan atau rintangan, yaitu lima nivarana dan sepuluh palibodha. Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, terdapat pula rintangan-rintangan yang dapat menghambat perkembangan pandangan terang, yang disebut sepuluh vipassanupakilesa.
Samatha Bhavana

1. EMPAT PULUH MACAM OBYEK MEDITASI
Dalam Samatha Bhavana ada 40 macam obyek meditasi. Obyek-obyek meditasi ini dapat dipilih salah satu yang kiranya cocok dengan sifat atau pribadi seseorang. Pemilihan ini dimaksudkan untuk membantu mempercepat perkembangannya. Pemilihan sebaiknya dilakukan dengan bantuan seorang guru.

Keempat puluh macam obyek meditasi itu adalah :

Sepuluh kasina (sepuluh wujud benda), yaitu :
Pathavi kasina = wujud tanah
Apo kasina = wujud air
Teja kasina = wujud api
Vayo kasina = wujud udara atau angin
Nila kasina = wujud warna biru
Pita kasina = wujud warna kuning
Lohita kasina = wujud warna merah
Odata kasina = wujud warna putih
Aloka kasina = wujud cahaya
Akasa kasina = wujud ruangan terbatas
Sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran), yaitu :
Uddhumataka = wujud mayat yang membengkak
Vinilaka = wujud mayat yang berwarna kebiru-biruan
Vipubbaka = wujud mayat yang bernanah
Vicchiddaka = wujud mayat yang terbelah di tengahnya
Vikkahayitaka = wujud mayat yang digerogoti binatang-binatang
Vikkhittaka = wujud mayat yang telah hancur lebur
Hatavikkhittaka = wujud mayat yang busuk dan hancur
Lohitaka = wujud mayat yang berlumuran darah
Puluvaka = wujud mayat yang dikerubungi belatung
Atthika = wujud tengkorak
Sepuluh anussati (sepuluh macam perenungan), yaitu :
Buddhanussati = perenungan terhadap Buddha
Dhammanussati = perenungan terhadap Dhamma
Sanghanussati = perenungan terhadap Sangha
Silanussati = perenungan terhadap sila
Caganussati = perenungan terhadap kebajikan
Devatanussati = perenungan terhadap makhluk-makhluk agung atau para dewa
Marananussati = perenungan terhadap kematian
Kayagatasati = perenungan terhadap badan jasmani
Anapanasati = perenungan terhadap pernapasan
Upasamanussati = perenungan terhadap Nibbana atau Nirwana
Empat appamañña (empat keadaan yang tidak terbatas), yaitu :
Metta = cinta kasih yang universal, tanpa pamrih
Karuna = belas kasihan
Mudita = perasaan simpati
Upekkha = keseimbangan batin
Satu aharapatikulasanna (satu perenungan terhadap makanan yang menjijikkan)
Satu catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang ada di dalam badan jasmani)
Empat arupa (empat perenungan tanpa materi), yaitu :
Kasinugaghatimakasapaññatti = obyek ruangan yang sudah keluar dari kasina
Akasanancayatana-citta = obyek kesadaran yang tanpa batas
Natthibhavapaññati = obyek kekosongan
Akincaññayatana-citta = obyek bukan pencerapan pun tidak bukan pencerapan

Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #7 on: 02 February 2015, 12:10:29 PM »
LIMA MACAM NIVARANA DAN SEPULUH MACAM PALIBODHA

Lima macam nivarana
Nivarana berarti rintangan atau penghalang batin yang selalu menghambat perkembangan pikiran. Nivarana ini ada lima macam, yaitu:

Kamachanda (nafsu-nafsu keinginan)
Byapada (kemauan jahat)
Thina-middha (kemalasan dan kelelahan)
Uddhacca-kukkucca (kegelisahan dan kekhawatiran)
Vicikiccha (keragu-raguan)
Untuk menaklukkan kelima rintangan tersebut, orang harus mengetahui sebab-sebab timbulnya nivarana dan berusaha menghindari sebab-sebab itu serta melakukan usaha-usaha yang dapat melenyapkan nivarana itu.

Nafsu-nafsu keinginan (kamachanda) akan timbul apabila orang berulang-ulang memperhatikan obyek yang indah, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk membebaskan diri dari nafsu keinginan, hendaknya orang senantiasa melaksanakan meditasi dengan memakai obyek yang kotor atau menjijikkan dan berusaha menghindari obyek-obyek yang bisa merangsang, berusaha untuk menguasai pikiran dan mengendalikan indriya-indriyanya, senantiasa berbicara tentang kesempurnaan hidup, tentang kepuasan, kesunyian, kebajikan, kebebasan, bebas dari nafsu-nafsu.

Kemauan jahat (byapada) akan timbul apabila orang berulang-ulang memperhatikan obyek yang menyebabkan timbulnya kebencian, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk menaklukkan kemauan jahat hendaknya orang senantiasa melaksanakan meditasi cinta kasih, senantiasa ingat bahwa setiap orang adalah pemilik dan pewaris dari perbuatannya sendiri.

Kemalasan dan kelelahan (thina-middha) akan timbul apabila orang berulang-ulang memperhatikan rasa segan, rasa malas, kelelahan, mengantuk sesudah makan, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk membebaskan diri dari kemalasan dan kelelahan, orang hendaknya senantiasa merenungkan suatu cahaya sampai terserap ke dalam batin, senantiasa melihat penderitaan di dalam ketidak-kekalan, senantiasa merenungkan ajaran-ajaran Sang Buddha dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kegelisahan dan kekhawatiran (uddhacca-kukkucca) akan timbul apabila orang berulang-ulang memperhatikan ketidak-tenteraman pikiran, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk mengatasi kegelisahan dan kekhawatiran, orang hendaknya senantiasa mempelajari dan memahami kitab suci Tripitaka, serta berusaha melaksanakan sila dengan sempurna.

Keragu-raguan (vicikiccha) akan timbul apabila orang berulang-ulang memperhatikan sesuatu yang menyebabkan timbulnya keragu-raguan, tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk membebaskan diri dari keragu-raguan, orang hendaknya senantiasa meneguhkan keyakinan pada Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Sepuluh macam palibodha
Palibodha berarti gangguan dalam meditasi yang menyebabkan batin gelisah dan tidak mampu memusatkan pikiran pada obyek. Palibodha ini ada sepuluh macam, yaitu :

Avasa (tempat tinggal)
Kula (pembantu dan orang yang bertanggung jawab)
Labha (keuntungan)
Gana (murid dan teman)
Kamma (pekerjaan)
Addhana (perjalanan)
Ñati (orangtua, keluarga, dan saudara)
Abadha (penyakit)
Gantha (pelajaran)
Iddhi (kekuatan gaib)
Dalam melaksanakan meditasi, pada umumnya orang yang bermeditasi sering juga mendapat gangguan yang disebut palibodha. Ia merasa khawatir akan tempat tinggalnya, terikat dengan rumahnya. Ia merasa khawatir akan pembantunya dan orang yang bertanggung jawab atas harta bendanya. Ia merasa khawatir akan persoalannya, apakah meditasi ini akan membawa keuntungan baginya. Ia merasa khawatir akan murid-murid dan teman-temannya. Ia merasa khawatir akan pekerjaannya yang belum selesai. Ia merasa khawatir akan perjalanan jauh yang harus ditempuhnya. Ia merasa khawatir akan orang tuanya, keluarganya, dan saudara-saudaranya. Ia merasa khawatir akan kemungkinan timbulnya penyakit. Ia merasa khawatir akan pelajaran yang ditinggalkannya. Ia merasa khawatir akan bermacam-macam kekuatan magis yang dipertunjukkan, takut akan kemerosotan kekuatan magisnya.

Palibodha ini harus dibasmi, agar orang dapat memusatkan pikiran dengan baik.

3. ENAM MACAM CARITA

Carita berarti sifat, perangai, atau perilaku.
Di dalam Abhidhamma, terdapat pembagian sifat-sifat secara umum yang berdasarkan atas keadaan batin manusia, yaitu manusia itu dapat dibagi menjadi enam golongan berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya:

Orang yang keras nafsu lobanya atau Ragacarita
Orang yang keras kebenciannya atau Dosacarita
Orang yang bodoh (dungu) atau Mohacarita
Orang yang tebal keyakinannya atau Saddhacarita
Orang yang bijaksana (pandai) atau Buddhicarita
Orang yang suka melamun atau Vitakkacarita
Orang yang mempunyai ragacarita melaksanakan sesuatu berdasarkan loba, cenderung ke arah keindahan dan kecantikan, kagum melihat suatu kebajikan walaupun itu kecil sekali, mudah melupakan kesalahan orang lain, cerdik, sombong, berambisi besar, mementingkan diri sendiri. Untuk mereka yang mempunyai ragacarita, maka obyek yang baik diambil dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah sepuluh asubha dan satu kayagatasati.

Orang yang mempunyai dosacarita melaksanakan sesuatu berdasarkan kebencian, cenderung ke arah panas hati, suka marah, suka jengkel, suka iri hati, tak senang melihat kesalahan walaupun kecil, tak mau tahu terhadap kebajikan orang lain walaupun besar, suka bermusuhan, memandang rendah orang lain, suka memerintah dan mendikte orang lain. Untuk mereka yang mempunyai dosacarita, maka obyek yang baik diambil dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah empat appamañña dan empat kasina (nila kasina, pita kasina, lohita kasina, dan odata kasina).

Orang yang mempunyai mohacarita melaksanakan sesuatu berdasarkan kebodohan batin, cenderung ke arah kelemahan batin, suka bingung, suka ragu-ragu, suka khawatir, menggantungkan diri pada pendapat orang lain, pikiran ruwet, malas, pendiriannya tidak tetap, kadang-kadang kukuh memegang suatu pandangan. Untuk mereka yang mempunyai mohacarita, maka obyek yang baik diambil dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah anapanasati.

Orang yang mempunyai saddhacarita melaksanakan sesuatu berdasarkan keyakinan, cenderung ke arah rendah hati, dermawan, jujur, suka menemui orang-orang suci, suka mendengarkan Dhamma, yakin pada sesuatu yang dianggap baik. Untuk mereka yang mempunyai saddhacarita, maka obyek yang baik diambil dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah enam anussati (Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, silanussati, caganussati, dan devatanussati).

Orang yang mempunyai buddhicarita atau ñanacarita melaksanakan sesuatu berdasarkan berhati-hati, cenderung ke arah perenungan terhadap Tiga Corak Umum (Tilakkhana), sering bermeditasi, bersedia mendengarkan omongan orang lain, mempunyai kawan-kawan yang baik. Untuk mereka yang mempunyai buddhicarita atau ñanacarita, maka obyek yang baik diambil dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah marananussati, upasamanussati, aharapatikulasañña, dan catudhatuvavatthana.

Orang yang mempunyai vitakkavcarita melaksanakan sesuatu berdasarkan tergesa-gesa, cenderung ke arah kegugupan, kegagalan dalam usaha, suka berteori, pikirannya sering berkeliaran, tidak suka bekerja untuk kepentingan sosial. Untuk mereka yang mempunyai vitakkacarita, maka obyek yang cocok untuk melaksanakan Samatha Bhavana ialah anapanasati.

Penjelasan:
Pathavi kasina, apo kasina, tejo kasina, vayo kasina, aloka kasina, akasa kasina, dan empat arupa dapat dijadikan obyek meditasi oleh semua orang tanpa memperhatikan caritanya.

Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #8 on: 02 February 2015, 12:11:39 PM »
TIGA MACAM NIMITTA

Nimitta berarti suatu pertanda atau gambaran yang ada hubungannya dengan perkembangan obyek meditasi. Nimitta ini ada tiga macam, yaitu :

Parikamma-Nimitta (gambaran batin permulaan)
Uggaha-Nimitta (gambaran batin mencapai)
Patibhaga-Nimitta (gambaran batin berlawanan)
Mengenai parikamma-nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi, seperti patung Buddha, mula-mula dilihat dengan mata, kemudian dibayangkan dalam pikiran. Jadi, parikamma-nimitta merupakan gambaran atau bentuk dari obyek dalam keadaan yang sebenarnya. Semua obyek (empat puluh macam obyek meditasi) dapat menghasilkan parikamma-nimitta.

Mengenai uggaha-nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi dilihat dengan batin, hingga obyek itu melekat dalam pikiran. Jadi, uggaha-nimitta merupakan gambaran obyek di dalam batin yang sama dengan bentuk obyek yang dipakai, walaupun mata telah dipejamkan. Untuk mencapai uggaha-nimitta, semua obyek meditasi dapat dipakai dalam melaksanakan Samatha Bhavana, yaitu keempat puluh obyek meditasi yang tersebut terdahulu.

Mengenai patibhaga-nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi yang telah melekat pada pikiran, terpeta dengan nyata, tetap, jernih, jelas, terbebas dari gangguan, dan gambaran obyek tersebut dapat dibesarkan serta dikecilkan menurut kemauan. Jadi, patibhaga-nimitta merupakan gambaran pantulan dari obyek yang dipakai, yang bentuk gambaran itu berubah menjadi sinar terang di dalam batinnya. Untuk mencapai patibhaga-nimitta, maka obyek yang harus diambil dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah sepuluh kasina, sepuluh asubha, satu kayagatasati, dan satu anapanasati.

5. TIGA MACAM BHAVANA

Dalam meditasi, terdapat tiga macam tingkat perkembangan batin, yaitu :

Parikamma-Bhavana (perkembangan batin tingkat pendahuluan)
Upacara-Bhavana (perkembangan batin tingkat mendekati konsentrasi)
Appana-Bhavana (perkembangan batin tingkat terkonsentrasi dengan kuat)
Dalam parikamma-bhavana, pikiran baru akan dipusatkan pada obyek. Semua obyek (empat puluh macam obyek meditasi) dapat menghasilkan parikamma-bhavana.

Dalam upacara-bhavana, pikiran telah siap untuk memasuki pemusatannya, dan mulai timbulnya patibhaga-nimitta. Dalam keadaan ini, nivarana telah dapat diatasi. Namun konsentrasi pikiran masih belum mantap. Hal ini dapat disamakan dengan anak kecil yang baru belajar berdiri, namun masih belum mantap, sering jatuh, tetapi ia terus berusaha. Untuk mencapai upacara-bhavana, obyek yang harus diambil dalam melaksanakan Samatha Bhavana ialah delapan anussati (Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, silanussati, caganussati, devatanussati, marananussati, upasamanussati), satu aharapatikulasanna, dan satu catudhatuvavatthana.

Dalam appana-bhavana, pikiran telah dapat tinggal diam dalam jangka waktu yang lama, menurut yang dikehendakinya, karena konsentrasi yang penuh dan mantap telah tercapai. Keadaan ini dapat diumpamakan sebagai orang yang telah dewasa yang telah dapat berdiri dengan kuat, tak jatuh-jatuh lagi. Di samping nivarana telah dapat diatasi, maka faktor-faktor jhana juga mulai timbul berperanan (vitakka, vicara, piti, sukha, dan ekaggata). Obyek-obyek yang dapat dipakai untuk mencapai appana-bhavana ialah sepuluh kasina, sepuluh asubha, satu kayagatasati, satu anapanasati, empat appamañña, dan empat arupa.

6. PENGERTIAN JHANA

Jhana berarti kesadaran/pikiran yang memusat dan melekat kuat pada obyek kammatthana/meditasi, yaitu kesadaran/pikiran terkonsentrasi pada obyek dengan kekuatan appana-samadhi (konsentrasi yang mantap, yaitu kesadaran/pikiran terkonsentrasi pada obyek yang kuat).

Jhana merupakan keadaan batin yang sudah di luar aktivitas panca indera. Keadaan ini hanya dapat dicapai dengan usaha yang ulet dan tekun. Dalam keadaan ini, aktivitas panca indera berhenti, tidak muncul kesan-kesan penglihatan maupun pendengaran, pun tidak muncul perasaan badan jasmani. Walaupun kesan-kesan dari luar telah berhenti, batin masih tetap aktif dan berjaga secara sempurna serta sadar sepenuhnya.

Jhana hanya mampu menekan atau mengendapkan kekotoran batin untuk sementara waktu. Ia tidak dapat melenyapkan kekotoran batin. Sewaktu-waktu jhana dapat merosot, karena jhana tidak kekal.

7. FAKTOR-FAKTOR JHANA

Di dalam memasuki jhana-jhana, timbullah faktor-faktor jhana yang memberi corak dan suasana bagi tiap-tiap jhana itu. Faktor-faktor jhana tersebut ada lima macam, yaitu :

Vitakka, ialah penopang pikiran yang merupakan perenungan permulaan untuk memegang obyek.
Vicara, ialah gema pikiran, keadaan pikiran dalam memegang obyek dengan kuat.
Piti, ialah kegiuran atau kenikmatan.
Sukha, ialah kebahagiaan yang tak terhingga.
Ekaggata, ialah pemusatan pikiran yang kuat.
Vitakka dan vicara adalah dua keadaan dari suatu proses yang berkelanjutan. Kedua keadaan ini dapat diumpamakan seperti bunyi lonceng. Pada waktu lonceng dipukul sekali, maka akan terjadi bunyi yang bergema. Bunyi lonceng pada saat terkena pukulan merupakan vitakka, sedangkan gema dari bunyi lonceng itu merupakan vicara. Demikian pula ketika bermeditasi. Suasana pikiran pada saat permulaan memegang obyek disebut vitakka, sedangkan suasana pikiran yang telah berhasil memegang obyek dengan kuat disebut vicara.

Mengenai piti, sebenarnya secara terperinci terdapat lima macam. Namun, kiranya di sini tidak begitu perlu diuraikan.

Antara piti dan sukha terdapat pula perbedaan perasaan yang khas seperti berikut. Apabila seseorang yang sedang dalam suatu perjalanan merasa sangat haus, dan kemudian ia menemukan sebuah sumber air, maka ia akan merasa gembira, senang, dan tergiur melihatnya. Perasaan ini merupakan piti, karena di sini kegiuran timbul akibat keterbatasan dari tekanan perasaan. Selanjutnya, setelah ia meminum air itu, maka perasaan berobah menjadi nikmat dan segar. Perasaan ini merupakan sukha.

Dalam ekaggata, pikiran telah terpusat pada obyek dengan kuat, sehingga kekotoran batin tidak mampu mengganggu lagi.

Vikkhambhana-Pahana adalah pembasmian nivarana dengan kekuatan jhana, yaitu dengan mengendapkan kekotoran batin. Selama jhana masih ada, selama itu pula nivarana tidak timbul. Tetapi, bila jhana merosot, maka nivarana akan timbul lagi.

Jhana merupakan alat pembasmi nivarana, yaitu vitakka membasmi thina-middha, vicara membasmi vicikiccha, piti membasmi byapada, sukha membasmi uddhacca-kukkucca, dan ekaggata membasmi kamachanda.

Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #9 on: 02 February 2015, 12:14:25 PM »
Vipassana Bhavana



1. EMPAT MACAM SATIPATTHANA

Dalam melaksanakan Vipassana Bhavana, obyeknya adalah nama dan rupa (batin dan materi), atau pancakhandha (lima kelompok faktor kehidupan). Ini dilakukan dengan memperhatikan gerak-gerik nama dan rupa terus menerus, sehingga dapat melihat dengan nyata bahwa nama dan rupa itu dicengkeram oleh anicca (ketidak-kekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa aku).

Pancakkhandha (lima kelompok faktor kehidupan) terdiri atas :
rupa-khandha (kelompok jasmani), vedana-khandha (kelompok perasaan), sañña-khandha (kelompok pencerapan), sankhara-khandha (kelompok bentuk pikiran), dan viññana-khandha (kelompok kesadaran). Sesungguhnya, yang disebut pancakkhandha itu adalah makhluk.

Empat macam satipatthana (empat macam perenungan) terdiri atas :
kaya-nupassana (perenungan terhadap badan jasmani), vedana-nupassana (perenungan terhadap perasaan), citta-nupassana (perenungan terhadap pikiran), dan Dhamma-nupassana (perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran).

Empat macam satipatthana itu adalah pancakkhandha, atau nama dan rupa itu sendiri. Kaya nupassana adalah rupa-khandha. Vedana-nupassana adalah vedana-khandha. Citta-nupassana adalah Viññana-khandha. Dhamma-nupassana adalah pancakkhandha.

Sesungguhnya, yang akan berkembang dalam latihan Vipassana itu ialah perhatian yang tajam dan kesadaran yang kuat.

Kaya-nupassana (perenungan terhadap badan jasmani).
Salah satu contoh yang paling populer dan praktis tentang meditasi dengan obyek badan jasmani ialah anapanasati (menyadari keluar dan masuknya napas). Dalam anapanasati ini, tidak ada tekanan atau paksaan pada pernapasan. Panjang atau pendeknya pernapasan harus disadari, tetapi tidak dibuat-buat atau sengaja diatur. Jadi, bernapas secara biasa dan wajar.
Walaupun menurut kebiasaan , kesadaran terhadap pernapasan itu pada tingkat permulaan dianggap sebagai obyek untuk meditasi ketenangan (Samatha Bhavana), yaitu untuk mengembangkan jhana-jhana, ia juga sangat berguna untuk mengembangkan Pandangan Terang (Vipassana Bhavana). Dalam pernapasan, yang dipakai sebagai suatu obyek perhatian murni, naik turunnya gelombang kehidupan yang tidak kekal, yang timbul tenggelam ini, dapat disadari dengan mudah.

Cara meditasi lain yang penting, praktis, dan berguna ialah sadar dan waspada terhadap segala sesuatu yang dilakukan, ketika berjalan, berdiri, duduk, atau berbaring, sewaktu membungkukkan dan melencangkan badan, sewaktu melihat ke muka dan ke belakang, ketika berpakaian, makan, dan minum, ketika buang kotoran dan kencing, ketika berbicara atau berdiam diri.

Di sini tidak dijalankan penyiksaan badan jasmani dengan maksud untuk mengendalikan badan. Tetapi dipergunakan jalan tengah yang sederhana, dengan menyadari timbul dan tenggelamnya bentuk kehidupan setiap saat.

Vedana-nupassana (perenungan terhadap perasaan).
Di sini direnungkan perasaan yang sedang dialami secara obyektif, baik perasaan senang, perasaan tidak senang, maupun perasaan yang acuh tak acuh. Direnungkan keadaan perasaan yang sebenarnya, bagaimana ia timbul, berlangsung, dan kemudian lenyap kembali.
Perasaan harus dikendalikan oleh akal dan kebijaksanaan, agar perasaan itu tidak membangkitkan bermacam-macam bentuk emosi. Apabila perasaan telah dapat diatasi dengan tepat, maka batin menjadi bebas, tidak terikat oleh apapun di dalam dunia ini.

Citta-nupassana (perenungan terhadap pikiran).
Di sini direnungkan segala gerak-gerik pikiran. Apabila pikiran sedang dihinggapi hawa nafsu atau terbebas daripadanya, maka hal itu harus disadari.
Pikiran harus diarahkan pada kenyataan hidup pada saat ini. Masalah-masalah yang telah lewat atau hal-hal yang akan datang tidak boleh dipikirkan pada saat ini. Betapa banyak tenaga yang terbuang dengan percuma karena melamunkan keadaan-keadaan yang telah lalu dan mengkhayalkan keadaan yang akan datang. Jadi, keadaan pikiran yang sebenarnya harus diamat-amati, agar batin menjadi bebas dan tidak terikat.

Dhamma-nupassana (perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran).
Di sini direnungkan bentuk-bentuk pikiran dengan sewajarnya, direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima macam rintangan (nivarana), direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima kelompok faktor kehidupan (pancakkhandha), direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari enam landasan indriya dalam dan luar (dua belas ayatana), direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari tujuh faktor Penerangan Agung (Satta Bojjhanga), dan direnungkan bentuk-bentuk pikiran dari Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariya Saccani).
Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima macam rintangan (nivarana) ialah bahwa apabila di dalam diri orang yang bermeditasi timbul nafsu keinginan, kemauan jahat, kemalasan dan kelelahan, kegelisahan dan kekhawatiran, atau keragu-raguan, maka hal itu harus disadari. Demikian pula apabila nivarana itu tidak ada di dalam dirinya, maka hal itu pun harus disadari. Ia tahu bagaimana bentuk-bentuk pikiran itu datang dan timbul. Ia tahu bagaimana sekali timbul, bentuk-bentuk pikiran itu ditaklukkan. Ia tahu bahwa sekali ditaklukkan, bentuk-bentuk pikiran itu tidak akan timbul lagi kemudian.

Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari lima kelompok faktor kehidupan (pancakkhandha) ialah dengan menyadari bahwa inilah bentuk jasmani, inilah perasaan, inilah pencerapan, inilah bentuk pikiran, inilah kesadaran. Ia tahu bagaimana caranya timbul dan bagaimana caranya lenyap.

Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari enam landasan indriya dalam dan luar (dua bleas ayatana) ialah dengan menyadari bahwa inilah mata dan obyek bentuk, inilah telinga dan obyek suara, inilah hidung dan obyek bau, inilah lidah dan obyek kecapan, inilah badan dan obyek sentuhan, inilah pikiran dan obyek pikiran. Ia tahu akan belenggu-belenggu yang timbul dalam hubungan dengan semua itu. Ia tahu bagaimana cara menaklukkan belenggu-belenggu itu. Ia tahu bagaimana caranya supaya belenggu yang telah dibuang itu tidak timbul lagi kemudian.

Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari tujuh faktor Penerangan Agung (Satta Bojjhanga) ialah apabila di dalam diri orang yang bermeditasi timbul kesadaran (sati), penyelidikan Dhamma yang mendalam (Dhamma-Vicaya), tenaga (viriya), kegiuran (piti), ketenangan (passadhi), pemusatan pikiran (samadhi), atau keseimbangan (upekkha), maka hal itu harus disadari. Ia tahu bilamana keadaan-keadaan ini tidak ada di dalam dirinya. Ia tahu bagaimana cara timbulnya, dan bagaimana cara mengembangkannya dengan sempurna.

Cara merenungkan bentuk-bentuk pikiran dari Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariya Saccani) ialah dengan menyadari berdasarkan kesunyataan bahwa inilah penderitaan, inilah asal mula dari penderitaan, inilah pemadaman dari penderitaan, inilah jalan menuju pemadaman dari penderitaan. Ia merenungkan masalah-masalah yang timbul dan hancur dari bentuk-bentuk pikiran. Akhirnya, ia hidup bebas tanpa ikatan dalam dunia ini.

2. SEPULUH MACAM VIPASSANUPAKILESA

Vipassanupakilesa berarti kekotoran batin atau rintangan yang menghambat perkembangan Pandangan Terang, di dalam melaksanakan Vipassana Bhavana.
Vipassanupakilesa ini ada sepuluh macam, yaitu :

Obhasa, ialah sinar-sinar yang gemerlapan, yang bentuk dan keadaannya bermacam-macam, yang kadang-kadang merupakan pemandangan yang menyenangkan.
Piti, ialah kegiuran, yang merupakan perasaan yang nyaman dan nikmat. Piti ini ada lima macam menurut keadaannya, yaitu :
Khudaka Piti, ialah kegiuran yang kecil, yang suasananya seperti bulu badan yang terangkat atau merinding.
Khanika Piti, ialah kegiuran yang sepintas lalu menggerakkan badan.
Okkantika Piti, ialah kegiuran yang menyeluruh, yang suasananya meriang di seluruh badan, seperti ombak laut memecah di pantai.
Ubbonga Piti, ialah kegiuran yang mengangkat, yang suasananya seolah-olah mengangkat badan naik ke udara.
Pharana Piti, ialah kegiuran yang menyerap seluruh badan, yang suasananya seluruh badan seperti terserap oleh perasaan yang menakjubkan.
Passadi, ialah ketenangan batin, yang seolah-olah orang telah mencapai penerangan sejati.
Sukha, ialah perasaan yang berbahagia, yang seolah-olah orang telah bebas dari penderitaan.
Saddha, ialah keyakinan yang kuat dan harapan agar setiap orang juga seperti dirinya.
Paggaha, ialah usaha yang terlalu giat, yang lebih daripada semestinya.
Upatthana, ialah ingatan yang tajam, yang sering timbul dan mengganggu perkembangan kesadaran, karena tidak memperhatikan saat yang sekarang ini.
Ñana, ialah pengetahuan yang sering timbul dan mengganggu jalannya praktek meditasi.
Upekkha, ialah keseimbangan batin, dimana pikiran tidak mau bergerak untuk menyadari proses-proses yang timbul
Nikanti, ialah perasaan puas terhadap obyek-obyek.
Sepuluh macam vipassanupakilesa ini biasanya timbul dalam perkembangan Sammasana-Ñana, yaitu ñana yang ketiga.

Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #10 on: 02 February 2015, 12:19:16 PM »
Anda tidak dituntut untuk percaya begitu saja, tetapi lebih bijaksana kalau dibuktikan sendiri melalui pemahaman dan pengalaman sendiri langsung...

NB: mungkin saja atau bisa saja terdapat kekeliruan dalam kata-kata atau kalimat...


Semoga bermanfaat...

 _/\_

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Salam Kenal
« Reply #11 on: 02 February 2015, 02:22:43 PM »
Jika benar semua tidak ada seperti itu, lantas siapa bapak sio yg sedang mendengar buddha berbicara spt itu.


rupa adalah sunyata
sunyata adalah rupa
bukankah begitu ?
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #12 on: 02 February 2015, 05:57:15 PM »
Anda tidak dituntut untuk percaya begitu saja, tetapi lebih bijaksana kalau dibuktikan sendiri melalui pemahaman dan pengalaman sendiri langsung...

NB: mungkin saja atau bisa saja terdapat kekeliruan dalam kata-kata atau kalimat...


Semoga bermanfaat...

 _/\_

Silahkan ts memberikan sumber tulisan yg ditulisnya.

Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #13 on: 04 February 2015, 09:06:08 AM »

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #14 on: 04 February 2015, 11:30:46 AM »
sumber : www.samaggi-phala.or.id

Jika copas, apa bisa dijelaskan sumber samaggu pala darimana.
Pantas banyak kesalahan.adanya sumber akan menjelaskan awal dari
kesalahan itu.

Pakai referensi di dc saja. Disini sumbernya bisa dipertanggung jawabkan.

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #15 on: 04 February 2015, 11:43:22 AM »
Jika copas, apa bisa dijelaskan sumber samaggu pala darimana.
Pantas banyak kesalahan.adanya sumber akan menjelaskan awal dari
kesalahan itu.

Pakai referensi di dc saja. Disini sumbernya bisa dipertanggung jawabkan.

Jika bisa menunjukkan penulisnya atau penerjemahnya, sy akan tunjukkan kesalahannya.
Sbg anda lebih berhati hati mencari nara sumber.
Paling tidak jangan kesana.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Salam Kenal
« Reply #16 on: 04 February 2015, 01:23:06 PM »
Salam Kenal,

Perkenankan saya mengenalkan diri, saya saat ini seorang non-buddis, yang sudah menikah, bekerja sebagai karyawan swasta, saya mulai tertarik mempelajari agama buddha setelah melihat tayangan Dharma Sangha (Buddha Boy) di Youtube dan permasalahan hidup yang menerpa kehidupan saya.

Saya merasa ajaran Buddha membawa ketenangan nyata jika saya praktikan, salah satunya tentang meditasi. Walau saat ini saya sembunyi2 belajar ajaran ini dari keluarga dan saudara-saudara saya. Dikit demi sedikit saya belajar ajaran ini dan mulai menerapkan dalam sehari-hari tentang kebajikan.

Mohon bimbingannya dan petunjuk apabila dalam perjalanan menuntut ilmu ajaran ini saya mengalami kekeliruan. Saat ini saya ingin sekali belajar dari hal yang paling dasar pengetahuan ajaran Buddha, kiranya dapat memberikan referensi bagi saya. Sekian terima kasih.

Salam kenal juga Sdr. Okidwiyulianto
Saya akan memberikan sedikit tanggapan mengenai sutta ini agar Sdr. Okidwiyulianto dapat sedikit memahami apa yang diberikan Sdr. Hari_sio, khususnya mengenai hal berikut:
Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di dekat Savatthi, di Hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Sang Bhagava sedang mengajar, memberi inspirasi, dan menggembirakan para bhikkhu dengan percakapan mengenai Dhamma yang berhubungan dengan Nibbana, dan para bhikkhu, dengan keyakinan dan penuh perhatian, mengkonsentrasikan seluruh pikiran, sangat berminat mendengarkan Dhamma.

Kemudian, karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan kotbah inspirasi ini:

Para bhikkhu, ada keadaan dimana tidak ada tanah, tidak ada air, tidak ada api, dan tidak ada udara,
 tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan ruang,
 tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan kesadaran,
 tidak ada dasar yang terdiri dari kekosongan,
 tidak ada dasar yang terdiri dari bukan persepsi dan tidak bukan persepsi,
 tidak ada dunia ini atau dunia lainnya ataupun dua dunia itu,
 tidak ada matahari atau rembulan, tetapi sebaliknya tidak ada juga kegelapan yang menyelimuti,
Di sini, para bhikkhu, Saya katakan tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal,
 tidak ada kematian, tidak ada kemunculan.
Inilah akhir dari Dukkha.

Teks di atas berjudul Nibbana Sutta atau Kotbah mengenai Nibbana , teks ini terdapat dalam Kanon Tipitaka di Kitab Udana 8.1 dalam Tipitaka.  Teks ini berisi penggambaran / deskripsi Sang Buddha secara sederhana dan mendekati mengenai “kondisi” dari “tujuan” akhir mempelajari dan mempraktikkan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha, yaitu Nibbana, tepatnya Nibbana Penuh (Parinibbana) yang disebut juga akhir dari dukkha (dukkha sering diterjemahkan sebagai penderitaan tapi sebenarnya berarti beban, ketidakpuasan).

Sang Buddha menjelaskan bahwa di dalam Nibbana itu tidak ada tanah, tidak ada air,…… tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal, tidak ada kematian, tidak ada kemunculan. Maksudnya adalah bahwa Nibbana Penuh (selanjutnya kita sebut saja Nibbana) itu bukanlah suatu alam atau tempat, bukan kematian maupun kehidupan, bukan juga antara hidup dan mati.

Kotbah ini berhubungan dengan kotbah selanjutnya dalam Udana 8.2 sampai 8.4. yang isinya juga mengenai “apa” dan “kondisi” dari Nibbana, tepatnya Nibbana Penuh (Parinibbana). Dan jika digali lagi akan berhubungan dengan teks-teks Buddhis lainnya.

Demikian penjelasan singkat sebagai perkenalan.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #17 on: 04 February 2015, 01:52:28 PM »

Offline hari_sio

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 22
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal
« Reply #18 on: 04 February 2015, 02:07:49 PM »
Salam kenal juga Sdr. Okidwiyulianto
Saya akan memberikan sedikit tanggapan mengenai sutta ini agar Sdr. Okidwiyulianto dapat sedikit memahami apa yang diberikan Sdr. Hari_sio, khususnya mengenai hal berikut:
Teks di atas berjudul Nibbana Sutta atau Kotbah mengenai Nibbana , teks ini terdapat dalam Kanon Tipitaka di Kitab Udana 8.1 dalam Tipitaka.  Teks ini berisi penggambaran / deskripsi Sang Buddha secara sederhana dan mendekati mengenai “kondisi” dari “tujuan” akhir mempelajari dan mempraktikkan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha, yaitu Nibbana, tepatnya Nibbana Penuh (Parinibbana) yang disebut juga akhir dari dukkha (dukkha sering diterjemahkan sebagai penderitaan tapi sebenarnya berarti beban, ketidakpuasan).

Sang Buddha menjelaskan bahwa di dalam Nibbana itu tidak ada tanah, tidak ada air,…… tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal, tidak ada kematian, tidak ada kemunculan. Maksudnya adalah bahwa Nibbana Penuh (selanjutnya kita sebut saja Nibbana) itu bukanlah suatu alam atau tempat, bukan kematian maupun kehidupan, bukan juga antara hidup dan mati.

Kotbah ini berhubungan dengan kotbah selanjutnya dalam Udana 8.2 sampai 8.4. yang isinya juga mengenai “apa” dan “kondisi” dari Nibbana, tepatnya Nibbana Penuh (Parinibbana). Dan jika digali lagi akan berhubungan dengan teks-teks Buddhis lainnya.

Demikian penjelasan singkat sebagai perkenalan.




 _/\_

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #19 on: 04 February 2015, 06:43:43 PM »
referensi : www.dhammacitta.org

Khudaka Piti, ialah kegiuran yang kecil, yang suasananya seperti bulu badan yang terangkat atau merinding.

Baiklah. Jika benar referensinya dari dc, bolehkah sy bertanya.
apakah sesungguhnya yg terjadi saat khudakapiti muncul.   Bagaimana cara anda membuktikan dan memahami tulisan ttg bhavana itu melalui penjelasan khadakopiti ini.

sdr oki tentu senang sekali dgn penjelasan yg ringkas namun teliti.



Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Salam Kenal
« Reply #20 on: 04 February 2015, 07:24:18 PM »
ego nya baruna gueede yah....
hahahahaha
Samma Vayama

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #21 on: 05 February 2015, 01:37:20 AM »
ego nya baruna gueede yah....
hahahahaha

Ego itu berbeda dengan kepedulian.
Karena menjaga ajaran yg "murni"
Maka nara sumbernya mesti disertakan.
Jangan sampai ajaran "murni" ini tercemar oleh sumber yg tiada jelas.

Jangan lupa menjalankan ajaran yg murni dengan konsekuen.

Jika saya menjadi anda, sy tidak akan malu mengenalkan sutra hati
pada penghuni dc. Apapun yg mereka sampaikan akan sy laporkan pd suhu.
biar tahu rasa.
Malu kalau sutra hati saja semua mesti menunggu sigandalf.

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #22 on: 05 February 2015, 07:21:50 PM »
Salam Kenal,

Perkenankan saya mengenalkan diri, saya saat ini seorang non-buddis, yang sudah menikah, bekerja sebagai karyawan swasta, saya mulai tertarik mempelajari agama buddha setelah melihat tayangan Dharma Sangha (Buddha Boy) di Youtube dan permasalahan hidup yang menerpa kehidupan saya.

Saya merasa ajaran Buddha membawa ketenangan nyata jika saya praktikan, salah satunya tentang meditasi. Walau saat ini saya sembunyi2 belajar ajaran ini dari keluarga dan saudara-saudara saya. Dikit demi sedikit saya belajar ajaran ini dan mulai menerapkan dalam sehari-hari tentang kebajikan.

Mohon bimbingannya dan petunjuk apabila dalam perjalanan menuntut ilmu ajaran ini saya mengalami kekeliruan. Saat ini saya ingin sekali belajar dari hal yang paling dasar pengetahuan ajaran Buddha, kiranya dapat memberikan referensi bagi saya. Sekian terima kasih.

Setelah mengenal riwayat agung buddha, sdr bisa mulai dari dasar yaitu penghormatan.
Penghormatan disini bisa berarti menghormati obyek spiritual agama buddha.
Gambar buddha, patung buddha, lilin, dupa, stupa, candi buddha.
Penghormatan penting sekali, karena menentukan bagaimana sikap subyek thd ajaran itu sendiri.
Tanpa penghormatan sulit u belajar agama buddha.

Tidak berbuat tidak baik
Dengan menjalankan 5 latihan menghindari membunuh mahluk hidup, mencuri, berbohong, berbuat asusila,
Dan minum minuman keras.

puluhan tahun silam, suhu selalu berpesan yg sama
Meditasi yg benar adalah yg berdasarkan menghindari perbuatan yg tiada baik spt diatas.


Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #23 on: 06 February 2015, 07:04:36 AM »
Salam Kenal,

Perkenankan saya mengenalkan diri, saya saat ini seorang non-buddis, yang sudah menikah, bekerja sebagai karyawan swasta, saya mulai tertarik mempelajari agama buddha setelah melihat tayangan Dharma Sangha (Buddha Boy) di Youtube dan permasalahan hidup yang menerpa kehidupan saya.

Saya merasa ajaran Buddha membawa ketenangan nyata jika saya praktikan, salah satunya tentang meditasi. Walau saat ini saya sembunyi2 belajar ajaran ini dari keluarga dan saudara-saudara saya. Dikit demi sedikit saya belajar ajaran ini dan mulai menerapkan dalam sehari-hari tentang kebajikan.

Mohon bimbingannya dan petunjuk apabila dalam perjalanan menuntut ilmu ajaran ini saya mengalami kekeliruan. Saat ini saya ingin sekali belajar dari hal yang paling dasar pengetahuan ajaran Buddha, kiranya dapat memberikan referensi bagi saya. Sekian terima kasih.

Setelah mengetahui 5 perbuatan tidak baik , sdr juga akan mendengar
"Datang kepada buddha, kerjakan pada diri sendiri, apa yg diajarkan buddha.
Lihatlah kebenaran ucapkan budha melalui daya upaya benar pada diri sendiri"

Apa manfaat menekuni menghindar 5 perbuatan tidak baik.
yg utama adalah kehidupan yg harmoni dengan sekitarnya.
tiada takut, karena tidak menyembunyikan perbuatan tidak baik
Tiada gelisah, tenang selalu.
orang disekitarnya juga tenang, percaya dan bisa menerima tanpa prasangka.
Jika meditasi, mudah untuk menjalankannya.

sdr jika mendengar ada orang buddha yg memojokkan kesalahan agama yg lain
akan bisa memaklumi, tidak menghakimi sepihak. Dimana mana, model spt ini
selalu ada. Biasanya krn mantan dari agama itu. Karena kecewa dan patah hati shg menjadi PCSA  di agama yg baru.

melihat kebenaran ajaranbuddha melalui menghindari 5 perbuatan tiada baik, akan mengantar subyek
Pada pengendalian diri.ia akan mencari dan melihat kebenaran  melalui perbuatannya sendiri, bukan
melalui arkeologi, yg sudah lewat sekian ratus tahun, sangat tidak presisi, tidak terukur.

Spoiler: ShowHide


PCSA putus cinta sentimen agama








Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #24 on: 06 February 2015, 01:23:10 PM »
Dobel posting. Pak moderator ini dihapus sj
« Last Edit: 06 February 2015, 01:26:10 PM by baruna »

Offline baruna

  • Betet Klonengan Tukang Gossip
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 170
  • Reputasi: -8
Re: Salam Kenal
« Reply #25 on: 06 February 2015, 04:00:59 PM »
Salam Kenal,

Perkenankan saya mengenalkan diri, saya saat ini seorang non-buddis, yang sudah menikah, bekerja sebagai karyawan swasta, saya mulai tertarik mempelajari agama buddha setelah melihat tayangan Dharma Sangha (Buddha Boy) di Youtube dan permasalahan hidup yang menerpa kehidupan saya.

Saya merasa ajaran Buddha membawa ketenangan nyata jika saya praktikan, salah satunya tentang meditasi. Walau saat ini saya sembunyi2 belajar ajaran ini dari keluarga dan saudara-saudara saya. Dikit demi sedikit saya belajar ajaran ini dan mulai menerapkan dalam sehari-hari tentang kebajikan.

Mohon bimbingannya dan petunjuk apabila dalam perjalanan menuntut ilmu ajaran ini saya mengalami kekeliruan. Saat ini saya ingin sekali belajar dari hal yang paling dasar pengetahuan ajaran Buddha, kiranya dapat memberikan referensi bagi saya. Sekian terima kasih.

Daya upaya benar

Jika agama yg lain memberitahu secara garis besar, bahwa ini adalah kehendak yg diatas,
Manusia diberi kemampuan u menentukan, mengubah dengan kehendak bebas,
Maka di agama buddha penjelasannya berbeda.

Disini diajarkan bahwa secara garis besar, kehidupan itu adalah rangkaian sebab akibat, bagi yg
masih belum mampu keluar darinya.
Satu kejadian biasanya memiliki banyak sebab yg mendahului. Buddha mengajarkan untuk
mengurangi sebab sebab yg tidak baik, menambah dan menjaga sebab sebab yg baik.

Dengan cara demikian, kita akan memperoleh akibat yg baik dari perbuatan kita sendiri.
Sangat berbeda dengan kehendak bebas.

Misalnya jika anda mengalami putus cinta, sedih, murung, semua yg dekat sama mantannya
dicap jaat. mulailah dari awal, dengan memasukkan barang barang yg berhubungan dengan si jaat
kedalam kardus, cari aktifitas yg sehat plus relax spt olahraga air, bowling.

Jika ada sms kamu dan saya sahabat seumur hidup, nanti saja.
Lupakan dulu sampai kesedihan mereda.

Apapun yg menyebabkan timbul kesedihan itu, mesti dieleminasi.
apa saja yg menimbulkan gembira, mesti diusahakan.

ini lebih baik daripada berdoa sambil penuh emosi tidak karuan, sampai sampai ada yg menyalahkan
yg diatas.

Demikian yg disampaikan suhu, sudah lebih 20 tahun penjelasan ini,
tapi sangat relevan dan mendasar.