//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663614 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1785 on: 27 August 2009, 09:06:10 AM »
loh,kok minta kriteria dari saya..
toh anda mengatakan terjemahan sutra ini kadang tidak sesuai asli nya bahkan mungkin melenceng..
jadi sy minta anda beri sumber yang bisa dipercaya sebagai VALID bahwa memang demikian sutra mahayana
baru saya bahas, toh sia-sia saya membahas roh,dll kalau ternyata penerjemah nya salah...

jadi sy minta sumber yang anda anggap telah memang lulus....

Quote
Saya juga merasakan bahwa penerjemahan sutra Mahayana ke dalam bahasa Indonesia banyak sekali kekurangsempurnaannya sehingga yang membaca tak akan pernah memahaminya. Jangankan keakuratan terjemahan, bahkan saya sering menemukan tata bahasa Indonesia yang kacau. Karena itu, umumnya saya memakai terjemahan Inggris dari sumber tertentu yang saya percaya keakuratannya dan dapat dipahami.
minta sumber nya donk..
owh..mo cari referensi sutra mahayana yang asli?
Baca Taisho aja, di Indonesia hanya ada beberapa eksemplar...
Bisa minta copy-ny k Bro Tan ato Bro Nyana...
Ow iya, harus bisa mandarin yahh...Soalnya full Mandarin..
gpp karena saya hanya mau melihat beberapa kalimat, kemudian sy harap bro dharmamitra mau memberikan sumber nya.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1786 on: 27 August 2009, 08:16:59 PM »
Ada baiknya tidak perlu mempermasalahkan terlalu jauh utk mencari titik temu. krn dlm perkembangannya ke-2nya memiliki bbrp pijakan yg berbeda, meski dikatakan masih sama-sama aliran buddhisme.
karena itu kembali lagi ke pengertian diskusi dlm board ini: yg non-mahayanist bertanya, maka mahayanist menjawab. terlepas dr puas atau tidak thdp jawaban yg diberikan, terima sajalah..
kita tidak bisa memaksakan agar jawaban yg terlontar selalu sesuai pemikiran dan pandangan kita toh? apalagi jika ingin memaksakan pendapat kita agar jawaban yg keluar sama dg pemikiran kita atau bahkan ingin agar pihak yg berbeda menerima pemikiran kita, itu sudah melenceng dan bakal jadi diskusi yg berputar-putar.

Semoga dimengerti.. :)

_/\_
appamadena sampadetha

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1787 on: 28 August 2009, 05:32:53 PM »
Ada baiknya tidak perlu mempermasalahkan terlalu jauh utk mencari titik temu. krn dlm perkembangannya ke-2nya memiliki bbrp pijakan yg berbeda, meski dikatakan masih sama-sama aliran buddhisme.
karena itu kembali lagi ke pengertian diskusi dlm board ini: yg non-mahayanist bertanya, maka mahayanist menjawab. terlepas dr puas atau tidak thdp jawaban yg diberikan, terima sajalah..
kita tidak bisa memaksakan agar jawaban yg terlontar selalu sesuai pemikiran dan pandangan kita toh? apalagi jika ingin memaksakan pendapat kita agar jawaban yg keluar sama dg pemikiran kita atau bahkan ingin agar pihak yg berbeda menerima pemikiran kita, itu sudah melenceng dan bakal jadi diskusi yg berputar-putar.

Semoga dimengerti.. :)

_/\_

Apakah mungkin mendapatkan "KEBENARAN" dari diskusi diskusi seperti ini ?? Bukan-kah baik sekali apabila kita bisa mendapatkan "KEBENARAN" itu walaupun pada dasarnya apa yang kita yakini selama ini merupakan "KESALAHAN" ??
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1788 on: 28 August 2009, 07:51:25 PM »
Memang, saya sendiri mengakui akan lebih baik bila hal-hal berjalan sesuai keinginan kita. Sayangnya lebih mudah untuk merubah diri sendiri daripada merubah orang lain. Kita tidak mungkin dapat membicarakan kebenaran, yang dapat kita lakukan hanya membicarakan konsep, penilaian dan pandangan kita tentang kebenaran. Hakikatnya kebenaran adalah dialami, bukan dibicarakan. Terlebih lagi bila dasar pijakannya sudah berbeda. Dari diskusi yang sudah-sudah sih saya lihat akhirnya berpulang kembali ke masing-masing. Apakah pihak penanya mau menerima jawaban dari penjawab atau tidak. Secara di sini tidak adanya otoritas sebagaimana dlm agama lain, jika kita menunjukkan KESALAHAN orang lain menurut standar KEBENARAN kita, apakah orang lain akan menerimanya? Alih-alih menerima, malah akan berbalik menunjukkan KESALAHAN kita menurut standar KEBENARAN dia. Klop dah syarat dan prasyarat diskusi muter-muter atau dalam bahasa inggris gaulnya: debat kusir.
Karenanya, YA! Kita tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari diskusi. Tapi bukan berarti diskusi tidak perlu, diskusi yg baik ibarat katalisator dalam mengondisikan kita utk merealisasi kebenaran. Dan pemahaman akan kebenaran bukan berasal dari orang lain melainkan terpenuhinya kondisi2 untuk itu dalam diri orang tsb.

Jelasnya mengenai fungsi dari diskusi mengutip pesan Sang Guru dalam Kathavatthu Sutta:
"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui mendekati atau tidak mendekati. Seseorang yang mendengarkan [akan] mendekati; seseorang yang tidak mendengarkan tidak [akan] mendekati. Dengan mendekati, dia mengetahui dengan jelas kualitasnya, memahami kualitasnya, meninggalkan kualitasnya, dan menyadari kualitasnya. Dengan jelas mengetahui kualitasnya, memahami kualitasnya, meninggalkan kualitasnya, dan menyadari kualitasnya, dia menyentuh pelepasan benar. Untuk itulah guna dari diskusi, itulah guna dari mendengarkan nasehat, itulah guna dari mendekat, itulah guna dari mendengarkan: yaitu, pembebasan batin melalui tanpa kemelekatan."
diambil dari perpus DC (Makasih Suhu utk terjemahannya) _/\_

Semoga kita yang ada di sini dapat terus berdiskusi dng baik.. :)
« Last Edit: 28 August 2009, 08:01:53 PM by xuvie »
appamadena sampadetha

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1789 on: 29 August 2009, 01:34:03 AM »
Memang, saya sendiri mengakui akan lebih baik bila hal-hal berjalan sesuai keinginan kita. Sayangnya lebih mudah untuk merubah diri sendiri daripada merubah orang lain. Kita tidak mungkin dapat membicarakan kebenaran, yang dapat kita lakukan hanya membicarakan konsep, penilaian dan pandangan kita tentang kebenaran. Hakikatnya kebenaran adalah dialami, bukan dibicarakan. Terlebih lagi bila dasar pijakannya sudah berbeda. Dari diskusi yang sudah-sudah sih saya lihat akhirnya berpulang kembali ke masing-masing. Apakah pihak penanya mau menerima jawaban dari penjawab atau tidak. Secara di sini tidak adanya otoritas sebagaimana dlm agama lain, jika kita menunjukkan KESALAHAN orang lain menurut standar KEBENARAN kita, apakah orang lain akan menerimanya? Alih-alih menerima, malah akan berbalik menunjukkan KESALAHAN kita menurut standar KEBENARAN dia. Klop dah syarat dan prasyarat diskusi muter-muter atau dalam bahasa inggris gaulnya: debat kusir.
Karenanya, YA! Kita tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari diskusi. Tapi bukan berarti diskusi tidak perlu, diskusi yg baik ibarat katalisator dalam mengondisikan kita utk merealisasi kebenaran. Dan pemahaman akan kebenaran bukan berasal dari orang lain melainkan terpenuhinya kondisi2 untuk itu dalam diri orang tsb.

Jelasnya mengenai fungsi dari diskusi mengutip pesan Sang Guru dalam Kathavatthu Sutta:
"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui mendekati atau tidak mendekati. Seseorang yang mendengarkan [akan] mendekati; seseorang yang tidak mendengarkan tidak [akan] mendekati. Dengan mendekati, dia mengetahui dengan jelas kualitasnya, memahami kualitasnya, meninggalkan kualitasnya, dan menyadari kualitasnya. Dengan jelas mengetahui kualitasnya, memahami kualitasnya, meninggalkan kualitasnya, dan menyadari kualitasnya, dia menyentuh pelepasan benar. Untuk itulah guna dari diskusi, itulah guna dari mendengarkan nasehat, itulah guna dari mendekat, itulah guna dari mendengarkan: yaitu, pembebasan batin melalui tanpa kemelekatan."
diambil dari perpus DC (Makasih Suhu utk terjemahannya) _/\_

Semoga kita yang ada di sini dapat terus berdiskusi dng baik.. :)

diskusi yang baik adalah diskusi dengan dasar/dalih yang dapat dipertanggungjawabkan dan TIDAK MENYERANG PRIBADI. itu saja... sepanjang masih dalam koridor itu, saya rasa semua diskusi/debat itu bermanfaat.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1790 on: 29 August 2009, 07:48:16 AM »
Memang, saya sendiri mengakui akan lebih baik bila hal-hal berjalan sesuai keinginan kita. Sayangnya lebih mudah untuk merubah diri sendiri daripada merubah orang lain. Kita tidak mungkin dapat membicarakan kebenaran, yang dapat kita lakukan hanya membicarakan konsep, penilaian dan pandangan kita tentang kebenaran. Hakikatnya kebenaran adalah dialami, bukan dibicarakan. Terlebih lagi bila dasar pijakannya sudah berbeda. Dari diskusi yang sudah-sudah sih saya lihat akhirnya berpulang kembali ke masing-masing. Apakah pihak penanya mau menerima jawaban dari penjawab atau tidak. Secara di sini tidak adanya otoritas sebagaimana dlm agama lain, jika kita menunjukkan KESALAHAN orang lain menurut standar KEBENARAN kita, apakah orang lain akan menerimanya? Alih-alih menerima, malah akan berbalik menunjukkan KESALAHAN kita menurut standar KEBENARAN dia. Klop dah syarat dan prasyarat diskusi muter-muter atau dalam bahasa inggris gaulnya: debat kusir.
Karenanya, YA! Kita tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari diskusi. Tapi bukan berarti diskusi tidak perlu, diskusi yg baik ibarat katalisator dalam mengondisikan kita utk merealisasi kebenaran. Dan pemahaman akan kebenaran bukan berasal dari orang lain melainkan terpenuhinya kondisi2 untuk itu dalam diri orang tsb.

Jelasnya mengenai fungsi dari diskusi mengutip pesan Sang Guru dalam Kathavatthu Sutta:
"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui mendekati atau tidak mendekati. Seseorang yang mendengarkan [akan] mendekati; seseorang yang tidak mendengarkan tidak [akan] mendekati. Dengan mendekati, dia mengetahui dengan jelas kualitasnya, memahami kualitasnya, meninggalkan kualitasnya, dan menyadari kualitasnya. Dengan jelas mengetahui kualitasnya, memahami kualitasnya, meninggalkan kualitasnya, dan menyadari kualitasnya, dia menyentuh pelepasan benar. Untuk itulah guna dari diskusi, itulah guna dari mendengarkan nasehat, itulah guna dari mendekat, itulah guna dari mendengarkan: yaitu, pembebasan batin melalui tanpa kemelekatan."
diambil dari perpus DC (Makasih Suhu utk terjemahannya) _/\_

Semoga kita yang ada di sini dapat terus berdiskusi dng baik.. :)

diskusi yang baik adalah diskusi dengan dasar/dalih yang dapat dipertanggungjawabkan dan TIDAK MENYERANG PRIBADI. itu saja... sepanjang masih dalam koridor itu, saya rasa semua diskusi/debat itu bermanfaat.
se tahu saya dalam kitab itu juga tertulis...

jika seseorang yang anda temani berdiskusi marah atau emosi , orang ini tidak layak di temani...gitu ya? dengar- dengar kek nya begitu....lupa asli text nya bagaimana.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1791 on: 29 August 2009, 07:51:35 AM »
"Monks, it's through his way of participating in a discussion that a person can be known as fit to talk with or unfit to talk with. If a person, when asked a question, wanders from one thing to another, pulls the discussion off the topic, shows anger & aversion and sulks, then — that being the case — he is a person unfit to talk with. But if a person, when asked a question, doesn't wander from one thing to another, doesn't pull the discussion off the topic, doesn't show anger or aversion or sulk, then — that being the case — he is a person fit to talk with.


"Para bhikkhu, ada 3 topik berikut untuk berdiskusi. Apakah tiga itu?

"Seseorang bisa berkata tentang masa lampau, dengan berkata, 'Demikianlah pada masa lampau.' Seseorang bisa berkata tentang masa depan. dengan berkata, 'Demikianlah yang akan terjadi dimasa depan.' Atau seseorang bisa berkata tentang masa kini, dengan berkata, 'Demikianlah masa kini.'

"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui cocok atau tidak cocok untuk berdiskusi. Jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak memberikan sebuah jawaban langsung untuk sebuah pertanyaan yang membutuhkan sebuah jawaban langsung, tidak memberikan sebuah jawaban analitis (yang layak) untuk sebuah pertanyaan yang membutuhkan sebuah jawaban analitis, tidak memberikan sebuah pertanyaan balasan untuk sebuah pertanyaan yang membutuhkan sebuah pertanyaan balasan, tidak mengesampingkan pertanyaan yang perlu dikesampingkan, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang tidak cocok untuk berdiskusi. Tetapi jika dia, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, memberikan sebuah jawaban langsung untuk sebuah pertanyaan yang membutuhkan sebuah jawaban langsung, memberikan sebuah jawaban analitis untuk sebuah pertanyaan yang membuthkan sebuah jawaban analitis, memberikan sebuah pertanyaan balasan untuk pertanyaan yang membutuhkan sebuah pertanyaan balasan, dan mengesampingkan sebuah pertanyaan yang perlu dikesampingkan, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi.

"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui cocok atau tidak cocok untuk berdiskusi. Jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak memperhatikan apa yang mungkin dan tidak mungkin, tidak sesuai dengan asumsi-asumsi yang disepakati, tidak sesuai dengan ajaran-ajaran yang diketahui kebenarannya,[1] tidak sesuai dengan prosedur standar, kemudian &mdash dengan demikian — dia adalah orang yang tidak cocok untuk berdiskusi. Tetapi jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, memperhatikan apa yang mungkin dan tidak mungkin, sesuai dengan asumsi-asumsi yang disepakati, sesuai dengan ajaran-ajaran yang diketahui kebenarannya, sesuai dengan prosedur standar, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi.

"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui cocok atau tidak cocok untuk berdiskusi. Jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, merendahkan [si penanya], mempermalukannya, mengoloknya, mengambil kesempatan dari kesalahan-kesalahan kecilnya, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang tidak cocok untuk berdiskusi. Tetapi jika seseorang, ketika ditanyakan sebuah pertanyaan, tidak merendahkan [si penanya], tidak mempermalukannya, tidak mengoloknya, tidak mengambil kesempatan dari kesalahan-kesalahan kecilnya, kemudian — dengan demikian — dia adalah orang yang cocok untuk berdiskusi.

"Para bhikkhu, melalui caranya berpartisipasi dalam sebuah diskusi seseorang dapat diketahui mendekati atau tidak mendekati. Seseorang yang mendengarkan mendekati; seseorang yang tidak mendengarkan tidak mendekati. Dengan mendekati, dia mengetahui dengan jelas kualitasnya, memahami kualitasnya, meninggalkan kualitasnya, dan menyadari kualitasnya.[2] Dengan jelas mengetahui kualitasnya, memahami kualitasnya, meninggalkan kualitasnya, dan menyadari kualitasnya, dia menyentuh pelepasan benar. Untuk itulah guna dari diskusi, itulah guna dari mendengarkan nasehat, itulah guna dari mendekat, itulah guna dari mendengarkan: yaitu, pembebasan batin melalui tanpa kemelekatan.
Mereka yang berdiskusi
ketika kemarahan, dogma, kesombongan,
   mengikuti apa yang bukan jalan mulia,
   saling mencari-cari kesalahan,
bersenang dalam kata-kata yang salah diucapkan,
         tergelincir, terjatuh, terkalahkan.
   Para mulia
   tidak berkata dengan cara demikian.
   
Jika orang bijaksana, mengetahui waktu yang tepat,
ingin berbicara,
kemudian, kata-katanya baik dan masuk akal,
mengikuti cara para bijaksana:
Itulah apa yang dikatakan oleh mereka yang sudah tercerahkan,
tanpa kemarahan atau kesombongan,
dengan batin yang tidak lepas kendali,
tanpa nada keras, tanpa dengki.
Tanpa iri
   mereka berkata berdasarkan pengetahuan benar.
Mereka akan bersenang dalam kata-kata yang diucapkan dengan baik.
dan tidak mengecilkan apa yang tidak.
Mereka tidak mempelajari untuk mencari kesalahan,
tidak mencari kesalahan-kesalahan kecil.
tidak merendahkan, tidak mempermalukan,
tidak berkata sembarangan.
      
Demi pengetahuan,
demi [menginspirasi] keyakinan jernih,
menasehati apa yang benar:
   Demikianlah para bijaksana memberikan nasehat,
   Demikianlah para bijaksana mendengarkan nasehat.
Mengetahui ini, orang bijaksana
seharusnya memberikan nasehat tanpa kesombongan."

---------------------------------
kalau mau berdiskusi sama seperti diatas, yah memang kita masih dibawah lah...
tapi usakan mendekati kan bisa..hehee



« Last Edit: 29 August 2009, 07:53:41 AM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1792 on: 31 August 2009, 09:28:45 AM »
maaf, kemarin saya ada kesibukan.
ok mari kita lanjutkan sedikit
Jika bro membaca paragraf lainnya tentu akan jelas bahwa Buddha sedang menjelaskan bagaimana alam dan mahkluk hidup terbentuk. Lagi pula "suddenly difference appears" ini menunjukkan bahwa Avidya itu pertama kali muncul tiba-tiba.

Mohon dibaca ulang post saya sebelumnya bro tentang: 'Where there was' tidak menunjukkan suatu tempat ataupun waktu. Bahwa saya memakai 'suatu ketika' untuk menyangkal 'where' sebagai tempat...
Mohon jangan anggap terjemahan saya yang jauh dari sempurna sebagai standard. Baiknya yang dijadikan standard itu bahasa Inggrisnya saja. harap maklum bro...

Ya, Sdr. Dharmamitra, dalam sutra tersebut Sang Buddha sedang menjelaskan bagaimana alam dan mahkluk hidup terbentuk, TAPI ini bukan berarti itu adalah permulaan waktu, titik awal, the beginning of time. Anda sendiri yang membuatnya seolah-olah ini adalah permulaan waktu, titik awal, the beginning of time dengan menerjemahkan 'Where there was' menjadi “suatu ketika” yang merupakan kata ganti waktu. Kemudian anda tidak mengacu pada terjemahan lain yang TIDAK terdapat kata "suddenly difference appears" dan dengan mudahnya anda mengatakan ini adalah permulaan waktu dimana Avidya itu pertama kali muncul tiba-tiba.

Menurut saya, jika memang yang dimaksud dalam sutra tersebut adalah mengenai Avidya, itu bukanlah kemunculan Avidya untuk pertama kali, karena kita tidak bisa menggunakan kata “pertama kali” dalam konteks eksitensi semesta. Tetapi itu adalah salah satu titik dari proses berputar dimana Avidya di tempatkan di bagian terpenting (bukan sebagai penyebab pertama) dari proses berputar tersebut.

Jika kita melihat paticcasamudpada dengan gambar bhava cakka kita bisa melihat bahwa tidak ada ujung dari rangkaian proses, tidak ada permulaan waktu.

Saya rasa cukup tanggapan dari saya.

Thanks
« Last Edit: 31 August 2009, 09:31:36 AM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Asiong

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 19
  • Reputasi: 1
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1793 on: 07 November 2009, 10:33:45 PM »
Kalau ada yang yang merasa lebih tinggi dan ada yang merasa lebih rendah nanti bisa jadi ribut.sedangkan dalam ajaran Buddha kita semuanya ( maksudnya T dan mahayana ) bagaikan suatu wadah saja.wadah untuk membentuk moral kita.
Menurut aku hal ini tidak perlu diperdebatkan setuju....?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1794 on: 30 November 2009, 07:56:52 PM »
Supaya sesuai dengan koridor boardnya, maka saya ingin bertanya di sini...

Liam keng (nian jing) => melafalkan puja kepada Buddha dan atau Bodhisattva

Tambahin sedikit,
Liam keng tidak sebatas melafalkan puja kepada Buddha/bodhisatva, liamkeng = membaca keseluruhan isi Sutra (khotbah Buddha).

Bro Chingik mengatakan bahwa membaca keseluruhan isi Sutra, maka itu disebut sebagai liam keng (nian jing). Apakah jika saya membaca Mahaparinirvana Sutra di dalam hati, itu termasuk liam keng (nian jing)?

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1795 on: 01 December 2009, 01:28:21 AM »
Supaya sesuai dengan koridor boardnya, maka saya ingin bertanya di sini...

Liam keng (nian jing) => melafalkan puja kepada Buddha dan atau Bodhisattva

Tambahin sedikit,
Liam keng tidak sebatas melafalkan puja kepada Buddha/bodhisatva, liamkeng = membaca keseluruhan isi Sutra (khotbah Buddha).

Bro Chingik mengatakan bahwa membaca keseluruhan isi Sutra, maka itu disebut sebagai liam keng (nian jing). Apakah jika saya membaca Mahaparinirvana Sutra di dalam hati, itu termasuk liam keng (nian jing)?

Betul. :)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1796 on: 01 December 2009, 09:50:18 AM »
Supaya sesuai dengan koridor boardnya, maka saya ingin bertanya di sini...

Liam keng (nian jing) => melafalkan puja kepada Buddha dan atau Bodhisattva

Tambahin sedikit,
Liam keng tidak sebatas melafalkan puja kepada Buddha/bodhisatva, liamkeng = membaca keseluruhan isi Sutra (khotbah Buddha).

Bro Chingik mengatakan bahwa membaca keseluruhan isi Sutra, maka itu disebut sebagai liam keng (nian jing). Apakah jika saya membaca Mahaparinirvana Sutra di dalam hati, itu termasuk liam keng (nian jing)?

Betul. :)

Jadi liam keng (nian jing) itu artinya membaca Sutra yah?
Apakah tidak ada perbedaan spesifikasi dengan membaca buku lainnya?

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1797 on: 01 December 2009, 10:54:29 AM »
Supaya sesuai dengan koridor boardnya, maka saya ingin bertanya di sini...

Liam keng (nian jing) => melafalkan puja kepada Buddha dan atau Bodhisattva

Tambahin sedikit,
Liam keng tidak sebatas melafalkan puja kepada Buddha/bodhisatva, liamkeng = membaca keseluruhan isi Sutra (khotbah Buddha).

Bro Chingik mengatakan bahwa membaca keseluruhan isi Sutra, maka itu disebut sebagai liam keng (nian jing). Apakah jika saya membaca Mahaparinirvana Sutra di dalam hati, itu termasuk liam keng (nian jing)?

Betul. :)

Jadi liam keng (nian jing) itu artinya membaca Sutra yah?
Apakah tidak ada perbedaan spesifikasi dengan membaca buku lainnya?

Tentu berbeda. Sutra itu isi kotbah Buddha, memiliki nilai Dhamma yang bermanfaat. Jadi bila sering liam keng (membaca sutra) dapat mengembangkan pemahaman atas isi sutra itu.
Selain itu, bisa menarik perhatian makhluk yang tidak terlihat dgn kasat mata utk turut serta mendengarkannya dan memberi dorongan munculnya pikiran baik.

Jadi adalah sangat baik kita membiasakan diri liam keng. Begitu juga baca sutta pali juga sama nilainya.
Bagi pemula itu akan meningkatkan keyakinannya pada Triratna, bagi yg sudah senior, itu berguna  utk menjaga keseimbangan batinnya, karena ada orang yg merasa telah menguasai satu kotbah Buddha dia merasa tidak perlu membacanya lagi terus menerus hingga ada kesombongan yg sangat halus melekat pd batinnya. Kecuali jika dia telah memiliki metode latihan yg lain. 

Ya, jadi selama ini orang pikir liam keng cuma berisi gatha puja belaka. Padahal meliputi membaca isi kotbah Buddha. 
 

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1798 on: 01 December 2009, 11:44:16 AM »
[at] Chingik

Oke. Kalau begitu saya bisa menyimpulkan bahwa liam keng (nian jing) itu sebenarnya hanya membaca teks. Tapi perbedaannya dengan "membaca awam" adalah objek bacaannya. Karena liam keng (nian jing) adalah membaca Sutra.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1799 on: 01 December 2009, 01:08:40 PM »
^ At tambahan dari bro chingik
Terkadang umat ada pemahamannya masih kurang bro, masih mengangap degnan membaca sutra bisa dapat memenuhi semua permintaannya, sebenarnya membaca sutra itu berguna untuk mengingat, sama seperti membaca sutta pali, kenapa harus berkali kali, agar terus di ingat dalam pikiran kita, supaya bertindak atas sutra tersebut, ataupun baca sutta berkali kali berguna untuk mengingat setiap perbuatan kita, sisanya karma baiklah yang menentukan.

 

anything