//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663214 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1755 on: 23 August 2009, 12:11:31 AM »
Quote
Chan=Latihan senam balet? apa maksudnya bro? bisa dijabarkan lebih jelas lagi? kalau bisa dengan contoh kasus yang bro pahami/pengalaman bro.. jadi ada argumen yang mendukung pernyataan bro..
maksud saya, seseorang berhasil tidak nya mencapai pencerahan bisa diketahui dari metode latihan...
sama seperti ATLET BULU TANGKIS TERNAMA....kalau metode latihannya kita lihat seperti
-sprint , sit up, kemudian latihan smash latihan backhand....jogging atau apa...
tentu masuk akal kalau ATLET INI BISA JUARA..

tapi kalau mau JUARA BULUTANGKIS tapi metode latihannya main BALET bisa ga?

dalam Konsep Mahayana seseorang mengikuti latihan katanya bisa jadi bodhisatva, bisa juga lahir di Sukhavati ,kemudian bisa jadi Arahat [ yang notabane nya cuma bodhisatva tingkat 7 kalau tidak salah ] dengan kata lain belum sempurna..

bagaimana dengan visudhimagga ternyata karya besar Buddhagosa ini hanya tertulis jelas 1 tujuan dalam latihan sila samadhi dan panna...yakni NIBBANA.....

sudah beda bukan?

-------------------

Quote
Di jelaskan bahwa Abhinna Arahat memang memiliki jangkauan terbatas. Hanya sedikit Arahat yang punya abhinna sehebat  Arya Moggalana dkk.
Lagi pula Sukhavati itu bukan tingkatan alam seperti dalam 31 alam, tapi galaksi lain.
setahu saya Arahat yang merealisasikan 6 abhnna tertinggi tidak sedikit...
memang Monggalana dikatakan bisa 7 abhinna? ga kan?

jadi kenapa Monggalana dikatakan terunggul dibidang kesaktian?
jawaban yg diberikan saya oleh seorang bikkhu,
karena Monggalana mampu memiliki kemampuan memasuki jhana sangat cepat dan menganti objek sangat cepat....
ibarat memory RAM arahat lain cuma 512, Monggalana punya 5gb. ^^

kalau Sammasambuddha itu mah processor XXX ditambah memory XXX

------------------------------------------------------
kalau bahasa inggris saya kurang jelas...tapi penjelasan saudara Kelana cukup membuktikan...

Quote
Kenapa kalimat ”Where there …” diterjemahkan dengan “Suatu ketika,…”, Sdr. Dharmamitra???
Setahu saya “Where there” berarti “Dimana ada”

jadi bukan menuju pada awal tercipta nya samsara, melainkan awal bagaimana pandangan salah yang masuk bisa membuat terjerumus terus dalam samsara..
-------------------------------

Quote
Sabbe sangkhara anicca artinya segala yang berkondisi selalu berubah/tidak kekal.
Kebuddhaan itu apa termasuk Sangkhara? tidak toh..
Lagi pula ada 4 sifat Nirvana: Kekal Abadi, Kebahagiaan Sejati, Murni, Sunyata
apakah pencapaian Buddha bisa berubah menjadi upasaka? hehehe... kira-kira apa jawaban Buddha...
loh, dalam konsep Theravada memang nibbana itu tidak termasuk bentukan Sankhara...

sekarang yang kita bicarakan konsep mahayana...anda katakan nirvana itu kekal dan abadi?
lalu mengapa Gotama masih harus terlahir jadi pangeran, kemudian cari Istri, terus butuh guru Alara Kalama dan Ramaputta untuk menembus Arupa-jhana...dan lagi Dibantu para Dewa untuk mendengar alunan kecapi..??????

mengapa bro? bukankah Gotama telah tercerahkan sempurna jauh sebelum kehidupannya ini....seperti yang dikatakan dalam sutra...
berarti yang Membuat Sammasambuddha bisa berubah jadi Manusia biasa itu konsep mahayana sendiri...

sekali lagi saya ingatkan
mahayana dalam sutra nya mengatakan bahwa
"buddha gotama telah mencapai penerangan sempurna jauh sebelum kelahirannya yg sekarang"
dan inilah kejanggalan fatal yg saya lihat..

metta

Maaf, bro pertanyaan saya memang kurang jelas...Yang saya tanyakan itu “latihan” mana dari Ch’an yang tidak sesuai dengan Jalan Ariya?
Seperti saya contohkan di atas, Bhante Moggalana bisa mengingat kehidupan lampau lebih dari 1 Asankheyya dan 100 ribu kappa; dan hanya Bhante Sariputta dan 2 orang Arahat lain yang mampu. Sedangkan para Arahat lain tidak bisa mengingat lebih jauh dari batas ini. Begitu juga dengan Dibbacakkhu, Cuma saya lupa seberapa jauh yang bisa dilihat Arahat.
Itulah jawabannya bro, Nirvana bukan sangkhara...
Betul, lebih lengkapnya Buddha mengatakan: “Tathagata sudah merealisasikan Bodhi sejak waktu lampau yang tak terhitung, namun sampai sekarang dan seterusnya, Tathagatha masih belum menyelesaikan(/meninggalkan) Jalan Bodhisattva.”  Bodhisattva berikrar untuk terus berdiam dalam samsara sampai samsara kosong.
Coba bro bayangkan, ada seseorang yang tiba-tiba muncul entah dari mana dan menyatakan, “Saya adalah Buddha yang tercerahkan, saya akan mengajarkan jalan menuju Nirvana. Ayo, siapa yang mau terbebaskan datanglah...Lihatlah, saya bisa ini, bisa itu... saya tahu ini, saya tahu itu...” Apakah orang seperti ini dapat dipercaya atau tidak? Bahkan para politisi yang hebat sekalipun butuh kampanye memperkenalkan diri dan latar belakang, sebelum maju ‘bertempur’. Bila Buddha tidak melalui proses panjang sebagaimana kisah Pangeran Siddharta, maka jangankan para Dewa, manusia pun tidak bisa ditaklukkan.
Sebagai contoh, lihatlah orang-orang kaya, para konglomerat... Bila ada tiba-tiba muncul seorang kaya karena ‘hoki’ (entah warisan atau menang undian ), sekaya apapun orang itu; dia tidak akan mendapat respek dan penghargaan sebagai ‘orang kaya sejati’, yaitu orang yang mendapat kekayaan dengan perjuangan dan kepintaran.
Bukankah semakin parah, ganas, berbahaya dan mematikan perjuangan seorang Pahlawan maka semakin ia dihargai sebagai Pahlawan besar?
Coba lihat, kenapa semua Bodhisatta selalu lahir di kasta Brahmana atau Ksatria (tergantung mana yang dianggap paling tinggi saat itu)? Kenapa tidak dari kasta bawah atau menengah saja? Karena bila muncul dari kasta bawah, orang kasta Tinggi tidak akan mau mengikuti hanya karena GENGSI KASTA. Bodhisatta telah memahami hal ini, maka memilih kasta yang tertinggi. Masih banyak hal lain yang dilakukan dengan alasan yang kuat.
Jangan karena image Mahayana tidak baik di mata kita, kita langsung menilai semuanya salah dan sesat.

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1756 on: 23 August 2009, 12:13:06 AM »
Quote
Subhuti bertanya, “Mengapa kamu keluar darinya setelah kamu memasukinya?”
Manjusri menjawab, “Yang Mulia, anda harus mengetahui bahwa ini adalah perwujudan dari kebijaksanaan dan kearifan seorang Bodhisattva. Ia sesungguhnya memasuki realisasi Kearahatan dan terbebas dari samsara; kemudian, sebagai cara untuk menyelamatkan makhluk-makhluk, ia keluar dari realisasi itu. Subhuti, misalkan seorang pemanah yang ahli merencanakan untuk melukai musuh bebuyutannya, tetapi, karena salah menyangka putra kesayangannya di dalam hutan sebagai musuh, ia menembakkan panah padanya. Putranya berkata, ‘Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Mengapa ayah ingin melukaiku?’ Seketika itu juga, sang pemanah, yang berlari dengan cepat, mendorong putranya dan menangkap panah itu sebelum ia melukai seseorang. Seorang Bodhisattva adalah seperti ini: untuk melatih dan membimbing para Sravaka dan para Pratyekabuddha, ia memasuki Nirvana; tetapi, ia keluar darinya dan tidak jatuh ke tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha. Itulah mengapa tingkat Bodhisattva disebut tingkat Buddha.”

walah, sesungguh nya nirvana itu apa sih.....mau masuk dan kemudian keluar seperti rumah sendiri...

dan lagi apa yg mau dibimbing dari savaka dan paccekabuddha?bukankah
Arhats, stainless, free from depravity, self-controlled, thoroughly emancipated in thought and knowledge, of noble breed, (like unto) great elephants, having done their task, done their duty, acquitted their charge, reached the goal; in whom the ties which bound them to existence were wholly destroyed, whose minds were thoroughly emancipated by perfect knowledge, who had reached the utmost perfection in subduing all their thoughts; who were possessed of the transcendent faculties;




Yah, Arhat telah terbebas dari samsara, namun belum mencapai pengetahuan lengkap sempurna sebagaimana seorang Sammasambuddha.
Bila tidak bebas datang dan pergi, apakah bisa dikatakan ‘Bebas’?
Nirvana itu apa sebenarnya? Nirvana itu tak terpahamkan. Bila dapat dipahami (dengan konsep) maka itu bukanlah Nirvana sejati, melainkan hanya ‘Konsep Nirvana’.
Nirvana adalah untuk direalisasikan. Awalnya saya juga salah paham dan berpikir bahwa Nirvana itu untuk dipahami. Ternyata point dari ‘memahami konsep nirvana’ itu bukan pada ‘pemahaman akan nirvana’, melainkan pada ‘motivasi’ untuk mencapai pembebasan. Nirvana itu tak akan terpahamkan sebelum direalisasikan sendiri secara langsung.
Saya sempat kecewa saat diajarkan bahwa Nirvana itu tak terpahamkan dan tak dapat diraih, sebagaimana dijelaskan dalam Sutra Intan. Sempat juga sedikit ragu akan ajaran Buddha, kok bertolak belakang antara di awal (ada nirvana, pembebasan) lalu di tengah (tidak ada yang bisa diraih); ataukah Mahayana yang salah? Lalu saya mulai kembali dari awal, Tipitaka Pali. Dengan berjalannya waktu dan semakin saya banyak belajar dan diajarkan, semakin paham bahwa memang demikianlah adanya. Ada pembebasan itu benar, namun mengatakan bahwa ia dapat diraih juga  tidak sepenuhnya benar. Karena pada tahap tertentu kita akan merealisasikan bahwa memang  ‘tiada apapun yang bisa diraih’. Dengan memahami bahwa pembebasan itu tak dapat diraih, semakin kita mendekat pada pembebasan. Hal ini terdengar kontradiksi, tapi demikianlah adanya. Bila saya berbohong dan pernyataan ini salah, saya bukan hanya tidak akan merealisasikan Bodhi dalam kehidupan ini, tapi juga akan jatuh ke neraka avici.
Mengapa demikian? Semakin kita ingin meraih pembebasan maka ‘kemelekatan’ tetap akan ada. Bila mata rantai ‘kemelekatan’ ini tidak diputuskan, maka ‘jara-marana’ tidak akan putus dan 12 nidana akan terus berputar dalam samsara.  Memang, dalam Abhidhamma sekalipun digunakan istilah-istilah mencapai pembebasan, semangat, dkk. Namun itu digunakan semata-mata demi keperluan tata bahasa sebagai petunjuk, bila tidak demikian, maka kita akan sulit mempelajarinya.
Siapakah yang memahami bahwa pembebasan itu tak dapat diraih, tapi tetap berjuang mati-matian menuju pembebasan itu? Bodhisattva. Kenapa? Karena pemahaman Bodhisattva akan pembebasan itu sangat mendalam jauh melebihi perkiraan dan pemahaman kita.
Orang biasa akan menilai berjuang demi hal yang tak dapat diraih adalah sia-sia dan bodoh. Namun, itu karena ia tak memahami kebenarannya. Lihatlah betapa luar biasanya Bodhisattva, bahkan setelah mencapai pembebasan, Bodhisattva malah makin sibuk berjuang  ‘mengosongkan’ samsara yang tak akan pernah ada habisnya ini. Orang mengatakan hal ini bodoh dan sia-sia, tak akan bisa dilakukan... Namun para Buddha memujinya sebagai Pahlawan besar, Mahasattva (mahkluk agung). Tak sadarkah kita bahwa semua Dhamma yang ada di muka bumi ini berkat perjuangan yang sedemikiannya dari para Bodhisattva? Bodhisattva mempergunakan berbagai cara hanya demi kita mau memikirkan kebahagian sejati dan pembebasan bagi diri kita sendiri, tanpa kita menyadari bahwa Bodhisattva telah hadir dan menyentuh kehidupan kita. Bodhisattva sering sekali muncul di tengah-tengah kita, namun kita tidak mengenali-Nya.
Jalan dari para Bodhisattva inilah yang dituangkan dalam wujud Mahayana. Mahayana bukanlah nama aliran, atau organisasi atau politik atau kelompok agama. Mahayana adalah wadah besar yang menampung semua aspirasi  agung dan memperjuangkannya hingga berhasil. Mahayana adalah pikiran Anda yang terbuka luas dan bebas. Mahayana adalah hati Anda yang penuh cita-cita agung akan pembebasan sejati. Mahayana adalah kasih murni Anda yang menghidupkan nadi-nadi spiritual dan kemanusiaan. Mahayana hanya sekedar sebutan. Sebenarnya tidak ada yang namanya Mahayana, apalagi hinayana. Hanya ada satu jalan, yaitu Jalan Kebuddhaan.
Namo  Buddhaya!
Namo Dharmaya!
Namo Sanghaya!
Namo Mahakaruna!
Namo Mahakarunika!
Namo Mahaprajnaparamita!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1757 on: 23 August 2009, 01:57:53 PM »
Quote
“Saya adalah Buddha yang tercerahkan, saya akan mengajarkan jalan menuju Nirvana. Ayo, siapa yang mau terbebaskan datanglah...Lihatlah, saya bisa ini, bisa itu... saya tahu ini, saya tahu itu...” Apakah orang seperti ini dapat dipercaya atau tidak? Bahkan para politisi yang hebat sekalipun butuh kampanye memperkenalkan diri dan latar belakang, sebelum maju ‘bertempur’. Bila Buddha tidak melalui proses panjang sebagaimana kisah Pangeran Siddharta, maka jangankan para Dewa, manusia pun tidak bisa ditaklukkan.
nah coba bayangkan AJARAN setelah Gotama duduk 6 tahun dengan prilaku nya sebelum duduk,
nyambung tidak kalau memakai alasan "untuk kampanye"

silahkan teliti sendiri...
----------------------------------
sudahlah saya tidak lagi mau berbicara panjang lebar dengan anda, mungkin saya terlalu bodoh untuk mengerti.
tapi menurut kebodohan saya ini,
pemahaman anda seperti mengatakan bahwa
"seorang Bodhisatva mampu menolong terus menerus dan berniat mengosongkan samsara tanpa kemelekatan"

bagi saya hal ini tentu disebut kemelekatan....


---------------------
Quote
untuk melatih dan membimbing para Sravaka dan para Pratyekabuddha, ia memasuki Nirvana;
kalau dibaca lebih teltiti nirvana tidak lebih dari tempat seperti sekolah...dan bodhisatva seperti guru yang keluar masuk sekolah....

Arhats, stainless, free from depravity, self-controlled, thoroughly emancipated in thought and knowledge, of noble breed, (like unto) great elephants, having done their task, done their duty, acquitted their charge, reached the goal;
masih butuh dibimbing?.....having DONE THEIR DUTY.....REACHED THE GOAL.

Quote
pengetahuan lengkap sempurna sebagaimana seorang Sammasambuddha.
Bila tidak bebas datang dan pergi, apakah bisa dikatakan ‘Bebas’?
yah karena terlalu bebas nya itu, maka bisa mencari istri, mencari guru, dan kemudian dikatakan MAHA-SUCI....

----------------------------
begini saja, ketika saya telah mencapai SAVAKA BUDDHA atau PACCEKABUDDHA....masih kurang apa lagi untuk mengatasi derita ini????


Quote
“Tathagata sudah merealisasikan Bodhi sejak waktu lampau yang tak terhitung, namun sampai sekarang dan seterusnya, Tathagatha masih belum menyelesaikan(/meninggalkan) Jalan Bodhisattva.”
jadi pada waktu kisah 500 orang itu mana abhinna nya?

lagian bodhisatva-kan disebut buddha..
« Last Edit: 23 August 2009, 02:16:35 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Chandra Bodhi

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 0
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1758 on: 23 August 2009, 06:12:09 PM »
Dharmamitra say:
sesudah menjadi Buddha kemudian menjadi manusia.
Itukan pertanyaan dari bro marce..

Untuk apa Buddha cerita Sukhavati? Jawabannya ada di 48 ikrar Buddha Amitabha dalam Sukhavativyuha sutra.
Dalam kitab2 komentar Tipitaka Pali sendiri tertulis bahwa para Arahat memiliki level abhinna yang berbeda-beda. Contohnya, hanya ada 4 orang Arahat siswa Buddha Gotama yang mampu mengingat kehidupan lampau lebih jauh dari 1 Asankkheyya 100 ribu kappa. Begitu juga dengan abhinna mata dewa pun hanya sedikit yang kemampuannya sampai menjangkau galaksi-galaksi yang amat jauh.

Buddha sendiri menyatakan bahwa ada manusia di galaksi lain. Kenapa tidak ada Arahat dalam 500 tahun terakhir yang mempertegas hal ini atau menjelaskan lebih jauh?

Maksud saya adalah tidak ada Arahat yang berkeliling memberi tahu bahwa beliau punya Abhinna yang sedemikian hebat. Bila ada seorang Arahat yang berpromosi tentang hal-hal yang terlihat dengan mata batinnya, ini sama saja dengan memamerkan Abhinna. Namun, berbeda ketika Sang Arahat mengajarkan secara pribadi kepada murid dekatnya; ini terhitung mewariskan Dharma. Apakah Anda berani jamin, seumur hidup para Arahat itu tidak pernah menyebutkan Sukhavati (sekalipun dengan sebutan lain)?


Berani Jamin Bro Dharmamitra, bahwa belum ada Arahat yang pernah menyebutkan Alam Sukhavati, walaupun sebutan nama lain, Apakah Bro Dharmamitra pernah dengar ?
karena memang belum pernah dengar, makanya kami minta petunjuk para murid2 aliran Mahayana untuk meyakinkan kami adanya alam Sukhavati, kalau hanya berdasarkan kitab suci Tripitaka Mahayana tidak bisa dibuktikan, dan pula di Tipitaka Pali tidak pernah sebutkan adanya alam Sukhavati.

kalau pernah dengar ada Arahat mengatakan adanya alam Sukhavati, kami juga akan bantu meluruskan adanya alam Sukhavati kepada umat lainnya.

Bro Dharmmitra say
[at]  bro Chandra and bro Indra,
Oya, maaf bro sekalian. Saya lupa referensinya, karena sudah lama. Coba saja cari di sastra2 dari aliran Sukhavati


Bro Dharmamitra menyatakan sesuatu harus ada referensi, tidak boleh demikian, kalau hanya asal membabarkan tidak sesuai Buddha Dhamma, itu bahaya sekali, bisa menyebabkan pandangan salah kepada pembaca lainnya.
Kalau disuruh cari di sendiri sastra aliran Sukhavati, terus terang kami enggan, karena kitab tersebut tidak jelas, jadi sia2 bagi kita  membacanya.

Kalau disuruh cari referensi di kitab Tipitaka kanon Pali, banyak pembaca/pemirsa di Dhammacitta pasti punya semangat tinggi untuk mencari.

 _/\_
« Last Edit: 23 August 2009, 06:14:29 PM by Chandra Bodhi »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1759 on: 23 August 2009, 06:49:07 PM »
Ya, “Di antara kesamaan .....” bisa dipakai dan sangat cocok (great idea...!), tapi “Di mana kesamaan...” tidak sesuai dengan prinsip yang dijelaskan. Suatu bahasa yang menjelaskan suatu prinsip, tidak bisa begitu saja diterjemahkan mentah-mentah secara literal. Kata ‘where there was’ di sini tidak menunjukkan suatu ‘tempat’ atau ‘ di mana ada’. Kata ini lebih cocok dengan ‘di antara’ karena  ‘di antara’ juga berfungsi menjelaskan ‘suatu keadaan’.  Saya memilih ‘suatu ketika...’ karena keadaan yang dijelaskan di sini adalah keadaan di mana ruang dan waktu belum muncul. Suatu ketika ini sekaligus bermakna ‘where’ dan ‘when’.  Karena hal ini juga saya menyertakan bahasa Inggrisnya. Memang saya bertujuan mengajak bro sekalian menganalisa kenapa saya memakai ‘suatu ketika’ untuk frasa ‘where there was’. 
Bila saya memakai ‘di mana’, tentu ini menunjukkan tempat. Lalu di manakah tempat tanpa kesamaan maupun perbedaan? Di mana tiada kesamaan maupun perbedaan, tidak ada ruang ataupun waktu yang dapat ditunjukkan. Karena alasan itu saya memakai ‘suatu ketika’ untuk menyangkal ‘where’ sebagai tempat.

Benar, dalam menerjemahkan sesuatu kita perlu melihat konteksnya. Tapi dalam cuplikan Shurangama Sutra tersebut tidak ada konteks yang menjelaskan bahwa itu adalah permulaan waktu dan ruang. Darimana anda bisa menyimpulkan itu adalah permulaan ruang dan waktu? Ini karena mungkin pikiran anda terpengaruh pada kalimat: “suddenly difference appears”, padahal dalam terjemahan lain tidak ada. Jadi penggunaan ‘suatu ketika...’ tidak bisa digunakan.

Kedua. Saya telah memberikan 2 alternatif terjemahan dan anda memilih kata “Di antara kesamaan .....”Nah, ini berarti sudah adanya 2 hal yang sudah muncul yang tidak ada penjelasan dalam sutra kapan munculnya. Jadi tidak mungkin kita mengatakan ini adalah TITIK AWAL.

Quote
Bila saya memakai ‘di mana’, tentu ini menunjukkan tempat. Lalu di manakah tempat tanpa kesamaan maupun perbedaan? Di mana tiada kesamaan maupun perbedaan, tidak ada ruang ataupun waktu yang dapat ditunjukkan. Karena alasan itu saya memakai ‘suatu ketika’ untuk menyangkal ‘where’ sebagai tempat.
Benar sekali, tidak ada penjelasan tentang ‘awal dari penyebab munculnya dunia’ (avidya) yang dalam cuplikan ini dijelaskan sebagai ‘tiba-tiba perbedaan muncul’. Namun proses munculnya Dunia dari ‘tiada dunia’ masih bisa dijelaskan. Yang dimaksud Buddha dengan ‘tiada awal yang dapat diketahui’ itu saya mengerti sebagai berikut: sebelum dunia muncul, tiada suatu apapun yang disebutkan sebagai ‘tiada kesamaan maupun perbedaan’. Nah, bila diusut lebih jauh lagi, ‘tiada kesamaan maupun perbedaan’ ini  tidak dapat diketahui awal mulanya.

Itu hanyalah asumsi anda semata karena mungkin anda masih terpengaruh pada terjemahan “suddenly difference appears”. Sehingga menganggap sebagai sutra ini membahas tentang TITIK AWAL terbentuknya dunia dan anda menggunakan istilah”suatu KETIKA”,  “SEBELUM  dunia muncul”.

Proses pembentukkan dunia memang bisa dijelaskan, tapi kapan TITIK AWAL waktunya proses itu terjadi tidak bisa ditentukan TITIK awalnya. Sutra tidak menjelaskan hal itu.
Apa yang dikatakan dalam sutra, adalah BAGAIMANA terbentuknya dunia bukan KAPAN dunia terbentuk. Dalam sutra, Purna bertanya tentang BAGAIMANA dunia terbentuk bukan KAPAN dunia terbentuk. Sekali lagi ini bukan membahas WAKTU apalagi TITIK AWAL.

Quote
Bila dunia(alam semesta beserta para mahkluk hidup) tidak dapat diketahui asal muasalnya, maka Paticcasamudpada itu bohong besar. Tentu saja Paticcasamudpada menjelaskan akan asal muasal Jaramarana. Karena jelas sekali disebutkan bahwa penyebabnya adalah Avidya. Tanpa memulai dari Awal, kita tidak bisa mencapai Akhir. Tanpa Sebab tiada Akibat. Ada sebab maka ada akibat.

Pertama, Sdr. Dharmamitra. Saya harap kita tidak terjebak antara asal muasal dalam arti BAGAIMANA proses terbentuk dengan asal muasal dalam arti PERMULAAN WAKTU (titik awal). Ini perlu diperjelas.

Hukum Paticcasamudpada berarti sebab musabab yang saling bergantungan, dimana ke 12 nidana saling bergantungan, ada ini maka ada itu. Hukum Paticcasamudpada menjelaskan BAGAIMANA PROSES batin dan kehidupan itu terbentuk BUKAN menjelaskan tentang KAPAN, WAKTU dari proses batin dan kehidupan itu dimulai. Singkatnya tidak didisampaikan KAPAN AWAL EKSISTENSI kehidupan itu ada. Ini perlu kita catat.

Anda mengatakan adanya asal muasal, lalu darimana asal muasal Avidya? Apa penyebab Avidya?? Zippp!!! muncul begitu saja?? Jelas karena adanya batin. Lalu apa penyebab munculnya batin? demikian seterusnya. Sampai disini, mana yang bisa kita sebut dengan asal mula, titik awal, sebab pertama ??

Sang Buddha menjelaskan Paticcasamudpada BUKAN untuk menjelaskan asal mula (titik awal) eksistensi kehidupan di semesta ini. Avidya adalah penyebab UTAMA bukan penyebab PERTAMA. Bisa anda membedakannya?? Penyebab UTAMA berarti penyebab yang PENTING sedangkan penyebab PERTAMA adalah penyebab awal dari penyebab lainnya.

Karena proses ini berputar-putar terus, tidaklah mungkin menjelaskannya tanpa memutus rangkaian itu. Dan karena melihat Advidya adalah factor TERPENTING maka di putus pada mata rantai Advidya dan ditaruh pada urutan pertama dalam penjelasan Paticcasamudpada

Jadi penggunaan Paticcasamudpada oleh anda sebagai alasan adanya asal muasal (titik awal) tidaklah tepat.


Quote
Ingatlah bahwa Semua yang memiliki Akhir memiliki Awal. Buddha sendiri menyatakan bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, ada dengan sendirinya, yang mutlak. Bila tiada sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak tercipta, ada dengan sendirinya, yang mutlak ini; maka tidak mungkin ada pembebasan.
Bila, dunia ini tidak memiliki asal muasal, berarti ia kekal dan kita tidak akan pernah bisa terbebas darinya. Namun karena ia memiliki asal muasal, kita dapat terbebas darinya.

Cuplikan anda berasal dari Udana 8.3 adalah mengenai Nibbana. Jadi menurut anda Nibbana merupakan asal muasal dari dunia??? Jika ya maka bertolak belakang dengan hukum sebab akibat. Jika ada sebab maka ada akibat. Tapi karena eksistensi Nibbana adalah tanpa penyebab maka ia pun tidak akan menimbulkan akibat. Jadi Nibbana bukanlah penyebab dari dunia ini, bukan pula penyebab pembebasan kita.

Sepemahaman saya, apa yang disampaikan dalam Nibbana Sutta itu bukan mengenai Nibbana sebagai SEBAB terbentuknya dunia atau pembebasan.  Tetapi yang disampaikan adalah eksistensi berdampingan antara Nibbana dan Pembebasan itu.

Analoginya (mudah-mudahan tepat):  api dan cahaya api, dimana ada api maka ada pula cahaya api, dimana ada cahaya api ada pula apinya, tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan cahaya api diakibatkan oleh api, karena keduanya ada berdampingan.
Berbeda dengan istilah ada api ada asap, karena keduanya bisa dipisahkan, karena ada api yang tidak megeluarkan asap.
 
Quote
juga “Tathagata hanya mengajarkan Dunia, awal dari Dunia, akhir dari Dunia, dan sebab menuju akhir dari Dunia.”

Dalam sutta/ sutra mana jika saya boleh tahu?? Saya baru tahu. Setahu saya adalah Sang Buddha mengajarkan Dukkha, Sebab Dukkha, Akhir Dukkha dan Jalan menuju Akhir Dukkha. Bukan awal Dunia.

 _/\_
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1760 on: 23 August 2009, 06:56:11 PM »
Yah, Arhat telah terbebas dari samsara, namun belum mencapai pengetahuan lengkap sempurna sebagaimana seorang Sammasambuddha.

Jawaban anda, Sdr. Dharmamitra, bertentangan dengan Saddharmapudarika Sutra yang mengatakan:

....Arhats, stainless, free from depravity, self-controlled, thoroughly emancipated in thought and knowledge, of noble breed, (like unto) great elephants, having done their task, done their duty, acquitted their charge, reached the goal; in whom the ties which bound them to existence were wholly destroyed, whose minds were thoroughly emancipated by perfect knowledge, who had reached the utmost perfection in subduing all their thoughts; who were possessed of the transcendent faculties; eminent disciples,---
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1761 on: 23 August 2009, 09:27:37 PM »
Quote
untuk melatih dan membimbing para Sravaka dan para Pratyekabuddha, ia memasuki Nirvana; tetapi, ia keluar darinya dan tidak jatuh ke tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha. Itulah mengapa tingkat Bodhisattva disebut tingkat Buddha.”

Pratyekabuddha ini apakah berbeda dengan Paccekabuddha versi Theravada?
menurut Palikanon, Paccekabuddha mencapai pencerahan dengan usahanya sendiri, tanpa bimbingan siapapun.
« Last Edit: 23 August 2009, 09:31:00 PM by Indra »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1762 on: 23 August 2009, 10:13:07 PM »
Quote from: Kelana
Cuplikan anda berasal dari Udana 8.3 adalah mengenai Nibbana. Jadi menurut anda Nibbana merupakan asal muasal dari dunia??? Jika ya maka bertolak belakang dengan hukum sebab akibat. Jika ada sebab maka ada akibat. Tapi karena eksistensi Nibbana adalah tanpa penyebab maka ia pun tidak akan menimbulkan akibat. Jadi Nibbana bukanlah penyebab dari dunia ini, bukan pula penyebab pembebasan kita.

Sepemahaman saya, apa yang disampaikan dalam Nibbana Sutta itu bukan mengenai Nibbana sebagai SEBAB terbentuknya dunia atau pembebasan.  Tetapi yang disampaikan adalah eksistensi berdampingan antara Nibbana dan Pembebasan itu.

Analoginya (mudah-mudahan tepat):  api dan cahaya api, dimana ada api maka ada pula cahaya api, dimana ada cahaya api ada pula apinya, tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mengatakan cahaya api diakibatkan oleh api, karena keduanya ada berdampingan.
Berbeda dengan istilah ada api ada asap, karena keduanya bisa dipisahkan, karena ada api yang tidak megeluarkan asap.

Dalam konsep Mahayana, detonator pertama yang membentuk samsara adalah Nirvana (Adhi Buddha / Mahatman / banyak istilah lainnya).

Mengenai bagaimana proses Nirvana sampai bisa membentuk samsara, saya juga kurang tahu. Saya juga ingin tahu bagaimana penjelasan dari sudut pandang Aliran Mahayana ini...

Adakah yang bisa menjelaskan?

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1763 on: 24 August 2009, 12:46:28 AM »
Quote
“Tathagata sudah merealisasikan Bodhi sejak waktu lampau yang tak terhitung, namun sampai sekarang dan seterusnya, Tathagatha masih belum menyelesaikan(/meninggalkan) Jalan Bodhisattva.”  Bodhisattva berikrar untuk terus berdiam dalam samsara sampai samsara kosong.
Coba bro bayangkan, ada seseorang yang tiba-tiba muncul entah dari mana dan menyatakan, “Saya adalah Buddha yang tercerahkan, saya akan mengajarkan jalan menuju Nirvana. Ayo, siapa yang mau terbebaskan datanglah...Lihatlah, saya bisa ini, bisa itu... saya tahu ini, saya tahu itu...” Apakah orang seperti ini dapat dipercaya atau tidak? Bahkan para politisi yang hebat sekalipun butuh kampanye memperkenalkan diri dan latar belakang, sebelum maju ‘bertempur’. Bila Buddha tidak melalui proses panjang sebagaimana kisah Pangeran Siddharta, maka jangankan para Dewa, manusia pun tidak bisa ditaklukkan.
begini bro..coba lihat Anathapindika...

apakah ketika Buddha bertemu dengan 5 petapa, Buddha menceritakan kehidupan lampau-nya? menceritakan perjuangan Bodhisatvanya?
mereka hanya mendengar Dhammacakkapavatana sutta, kemudian Kondana tercerahkan dan percaya...kenapa YM kondana dapat tercerahkan?????
padahal belum tahu kisah Buddha?


apakah ketika Anathapindika bertemu Buddha, Buddha menceritakan masa lampau-nya? kemudian buddha bercerita perjuangan bodhisatva nya?
dan kenapa Anathapindika mampu mencapai Sotapanna yang disebut telah percaya 100% pada Buddha,dhamma,sangha.
bukankah Anathapindika tidak tahu apa-apa tentang masa lalu BuddhaGotama..

kemudian kenapa Sariputta[sebelum masuk sangha dengan nama Upatissa kalau tidak salah] ketika mendengar 1 bait dari [Asaji] kalau tidak salah juga..
langsung mencapai Sotapanna padahal Sariputta saja tidak pernah MENDENGAR BAHKAN BERTEMU BUDDHA SEBELUM-NYA...
apakah Sariputta mengetahui usaha Buddha mencapai Pencerahan pada waktu itu?

kemudian Mengapa Bahiya mampu mencapai Arahat? apakah Bahiya meminta Buddha menjelaskan masa lalu nya? dan dengan susah payah atau bergelutat dengan kehidupan rumah tangga-nya
lalu mengapa BAhiya percaya kata Buddha?


yang unik adalah kisah seorang pemuda, memanggil Buddha dengan sebutan "sahabat" dikarenakan pemuda ini tidak tahu dan tidak pernah bertatap muka dengan Buddha Gotama...
setelah Buddha Gotama memberikan Wejangan Dhamma...[ saya lupa nama sutta -nya ]
pemuda ini mencapai tingkat kesucian.......
setelah mencapai tingkat kesucian barulah BuddhaGotama memperkenalkan diri-NYA bahwa dialah Arahat yang ingin ditemui-nya...

lalu dari mana kepercayaan pemuda ini?


------------------------------------------------

itulah sy katakan apa yang diajarkan Buddha Gotama SETELAH duduk dibawah pohon 6 tahun..
dan dengan alasan anda bahwa "BUDDHA BERSANDIWARA GUNA KAMPANYE MEMPERKENALKAN DIRI" adalah alasan tidak masuk AKAL.

sebab banyak manusia dikatakan dalam sutta mencapai PENCERAHAN tanpa mengetahui kisah hidup GOTAMA.....
« Last Edit: 24 August 2009, 12:49:23 AM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1764 on: 25 August 2009, 10:27:59 PM »
 [at]  Bro marce...
Hehehe... Saya memakai analogi kampanye politik bukan berarti Buddha berkampanye. Benar sekali para murid utama Buddha baik Bhikkhu/bhikkhuni, maupun upasaka/upasika kebanyakan langsung percaya dan yakin pada Buddha Gotama. Namun, secara luas seorang Buddha butuh sokongan latar belakang yang baik. Bukankah dalam kanon Pali pun dijelaskan bahwa Bodhisatta Santusita memeriksa keadaan (paraminya, jambudwipa, dan calon keluarganya) sebelum meninggalkan Tusita?
Saya bukan sedang membenarkan tindakan orang yang mengaku "Buddha" tapi bertindak yang aneh-aneh. Mohon dibedakan. Yang saya bahas ini kehidupan Buddha Gotama. :)
Kenapa calon Buddha Pangeran Siddattha (dan juga para calon Buddha lainnya) menikah? Bisakah Ia tidak menikah? Tentu bisa saja, tapi untuk menghindari gosip-gosip kotor, beliau menikah dan memiliki anak. Gosip ini semacam: Bodhisatta bukan laki-laki sejati (banci atau mandul?), alasannya ia tidak menikah dan tidak punya anak.
Mengapa? Sudah sifat seorang calon Buddha untuk selalu muncul sebagai sosok manusia yang sempurna, fisik dan mental, bahkan kekayaan dan kekuasaan. Bahkan hal ini tidak terhindarkan oleh karena kumpulan kebajikan parami yang luar biasa.
Bodhisatta atau Arahat mungkin saja punya latar belakang sejarah yang kurang baik (namun kemudian bertobat dan tercerahkan), akan tetapi seorang Buddha selalu tampil sempurna tanpa cela. Hal ini dimaksudkan agar orang-orang yang punya kecenderungan mental untuk mencari-cari kelemahan tidak akan dapat menemukannya pada seorang Buddha. Demikianlah sutta-sutta pun menuliskan hal ini. Banyak orang yang mencari-cari celah dari Buddha namun tak pernah menemukannya, dan akhirnya mereka pun menjadi yakin pada Kebuddhaan Sakyamuni Tathagata; walaupun ada yang mencela Buddha, celaan itu adalah hal yang dibuat-buat/fitnah.

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1765 on: 25 August 2009, 10:40:43 PM »
Dharmamitra say:
sesudah menjadi Buddha kemudian menjadi manusia.
Itukan pertanyaan dari bro marce..

Untuk apa Buddha cerita Sukhavati? Jawabannya ada di 48 ikrar Buddha Amitabha dalam Sukhavativyuha sutra.
Dalam kitab2 komentar Tipitaka Pali sendiri tertulis bahwa para Arahat memiliki level abhinna yang berbeda-beda. Contohnya, hanya ada 4 orang Arahat siswa Buddha Gotama yang mampu mengingat kehidupan lampau lebih jauh dari 1 Asankkheyya 100 ribu kappa. Begitu juga dengan abhinna mata dewa pun hanya sedikit yang kemampuannya sampai menjangkau galaksi-galaksi yang amat jauh.

Buddha sendiri menyatakan bahwa ada manusia di galaksi lain. Kenapa tidak ada Arahat dalam 500 tahun terakhir yang mempertegas hal ini atau menjelaskan lebih jauh?

Maksud saya adalah tidak ada Arahat yang berkeliling memberi tahu bahwa beliau punya Abhinna yang sedemikian hebat. Bila ada seorang Arahat yang berpromosi tentang hal-hal yang terlihat dengan mata batinnya, ini sama saja dengan memamerkan Abhinna. Namun, berbeda ketika Sang Arahat mengajarkan secara pribadi kepada murid dekatnya; ini terhitung mewariskan Dharma. Apakah Anda berani jamin, seumur hidup para Arahat itu tidak pernah menyebutkan Sukhavati (sekalipun dengan sebutan lain)?


Berani Jamin Bro Dharmamitra, bahwa belum ada Arahat yang pernah menyebutkan Alam Sukhavati, walaupun sebutan nama lain, Apakah Bro Dharmamitra pernah dengar ?
karena memang belum pernah dengar, makanya kami minta petunjuk para murid2 aliran Mahayana untuk meyakinkan kami adanya alam Sukhavati, kalau hanya berdasarkan kitab suci Tripitaka Mahayana tidak bisa dibuktikan, dan pula di Tipitaka Pali tidak pernah sebutkan adanya alam Sukhavati.

kalau pernah dengar ada Arahat mengatakan adanya alam Sukhavati, kami juga akan bantu meluruskan adanya alam Sukhavati kepada umat lainnya.

Bro Dharmmitra say
[at]  bro Chandra and bro Indra,
Oya, maaf bro sekalian. Saya lupa referensinya, karena sudah lama. Coba saja cari di sastra2 dari aliran Sukhavati


Bro Dharmamitra menyatakan sesuatu harus ada referensi, tidak boleh demikian, kalau hanya asal membabarkan tidak sesuai Buddha Dhamma, itu bahaya sekali, bisa menyebabkan pandangan salah kepada pembaca lainnya.
Kalau disuruh cari di sendiri sastra aliran Sukhavati, terus terang kami enggan, karena kitab tersebut tidak jelas, jadi sia2 bagi kita  membacanya.

Kalau disuruh cari referensi di kitab Tipitaka kanon Pali, banyak pembaca/pemirsa di Dhammacitta pasti punya semangat tinggi untuk mencari.

 _/\_

Kalau di Mahayana zaman modern ini mungkin Master Kuang Chin yang telah parinirvana beberapa tahun lalu di Taiwan. Beliau sendiri mengawali latihannya dengan metode NianFo untuk mencapai Samadhi, kemudian bertapa sendirian di gunung sampai akhirnya diketahui bahwa beliau telah tercerahkan.
Secara tradisi Mahayana, banyak para Biksu yang tercerahkan, entah mencapai Srotapanna, Anagami, Arahat ataupun Bodhisattva. Jadi, saya akui hal semacam ini diceritakan. Bukti pencerahan mereka bermacam-macam, mulai dari Sarira/relik, karya sastra, pemahaman mendalam yang diakui para sesepuh yang telah tercerahkan, sampai keajaiban-keajaiban.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1766 on: 25 August 2009, 11:45:24 PM »
Quote
Kenapa calon Buddha Pangeran Siddattha (dan juga para calon Buddha lainnya) menikah? Bisakah Ia tidak menikah? Tentu bisa saja, tapi untuk menghindari gosip-gosip kotor, beliau menikah dan memiliki anak. Gosip ini semacam: Bodhisatta bukan laki-laki sejati (banci atau mandul?), alasannya ia tidak menikah dan tidak punya anak.
Mengapa? Sudah sifat seorang calon Buddha untuk selalu muncul sebagai sosok manusia yang sempurna, fisik dan mental, bahkan kekayaan dan kekuasaan. Bahkan hal ini tidak terhindarkan oleh karena kumpulan kebajikan parami yang luar biasa.
oh gitu, jadi buat apa diajarkan bahwa setiap kehidupan ada pujian ada celaan, bukti nya sekarang juga di cela toh...karena berusaha menghindari gosip malah membawa celaan lain..

alasan anda ini benar-benar tidak masuk akal bro...

Quote
Banyak orang yang mencari-cari celah dari Buddha namun tak pernah menemukannya, dan akhirnya mereka pun menjadi yakin pada Kebuddhaan Sakyamuni Tathagata; walaupun ada yang mencela Buddha, celaan itu adalah hal yang dibuat-buat/fitnah.
sekarng bukti nya gw cela bukan...memang nya cela-an gw dibuat-buat tanpa dasar?

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1767 on: 26 August 2009, 12:11:03 AM »
Yah, Arhat telah terbebas dari samsara, namun belum mencapai pengetahuan lengkap sempurna sebagaimana seorang Sammasambuddha.

Jawaban anda, Sdr. Dharmamitra, bertentangan dengan Saddharmapudarika Sutra yang mengatakan:

....Arhats, stainless, free from depravity, self-controlled, thoroughly emancipated in thought and knowledge, of noble breed, (like unto) great elephants, having done their task, done their duty, acquitted their charge, reached the goal; in whom the ties which bound them to existence were wholly destroyed, whose minds were thoroughly emancipated by perfect knowledge, who had reached the utmost perfection in subduing all their thoughts; who were possessed of the transcendent faculties; eminent disciples,---

Arahat tidak memiliki Sabbanuttanana atau Kemahatahuan Buddha bro...
Arahat memiliki pengetahuan sempurna dalam hal 4 kesunyataan mulia...

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1768 on: 26 August 2009, 12:24:19 AM »
Quote
Kenapa calon Buddha Pangeran Siddattha (dan juga para calon Buddha lainnya) menikah? Bisakah Ia tidak menikah? Tentu bisa saja, tapi untuk menghindari gosip-gosip kotor, beliau menikah dan memiliki anak. Gosip ini semacam: Bodhisatta bukan laki-laki sejati (banci atau mandul?), alasannya ia tidak menikah dan tidak punya anak.
Mengapa? Sudah sifat seorang calon Buddha untuk selalu muncul sebagai sosok manusia yang sempurna, fisik dan mental, bahkan kekayaan dan kekuasaan. Bahkan hal ini tidak terhindarkan oleh karena kumpulan kebajikan parami yang luar biasa.
oh gitu, jadi buat apa diajarkan bahwa setiap kehidupan ada pujian ada celaan, bukti nya sekarang juga di cela toh...karena berusaha menghindari gosip malah membawa celaan lain..

alasan anda ini benar-benar tidak masuk akal bro...

Quote
Banyak orang yang mencari-cari celah dari Buddha namun tak pernah menemukannya, dan akhirnya mereka pun menjadi yakin pada Kebuddhaan Sakyamuni Tathagata; walaupun ada yang mencela Buddha, celaan itu adalah hal yang dibuat-buat/fitnah.
sekarng bukti nya gw cela bukan...memang nya cela-an gw dibuat-buat tanpa dasar?



Kenapa? Karena mencela seorang Buddha merupakan karma buruk yang berat. Dalam Milanda Panha, Arya Nagasena mengatakan bahwa Bodhisatta menyiksa diri selama 6 tahun sebagai akibat karma buruk menghina Buddha Kassapa sebagai Bhikkhu gundul!
Buddha menghindari faktor-faktor yang memancing orang menciptakan karma buruk.

Ini sama seperti wanita pintar yang memakai pakaian sopan tertutup ketika pergi ke tempat ramai yang sudah pasti ada orang-orang berhati kotor.

apa yang tidak masuk akal?



dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1769 on: 26 August 2009, 12:54:17 AM »
Quote
untuk melatih dan membimbing para Sravaka dan para Pratyekabuddha, ia memasuki Nirvana; tetapi, ia keluar darinya dan tidak jatuh ke tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha. Itulah mengapa tingkat Bodhisattva disebut tingkat Buddha.”

Pratyekabuddha ini apakah berbeda dengan Paccekabuddha versi Theravada?
menurut Palikanon, Paccekabuddha mencapai pencerahan dengan usahanya sendiri, tanpa bimbingan siapapun.
Menurut Mahayana, ada dua tipe Prayetkabuddha:
1. Yang tercerahkan dengan usaha sendiri tapi tidak bisa mengajar.
2. Yang tercerahkan akan Paticcasamudpada.

Sedangkan Arahat adalah yang tercerahkan akan 4 Kesunyatan Mulia.