//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663555 times)

0 Members and 5 Guests are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1710 on: 16 August 2009, 06:40:25 AM »
Jujur sedari dulu saya juga sudah tidak berminat diskusi dengan anda, karena anda secara tidak langsung sudah berusaha memikirkan / menganalisa batin orang yang mencapai Nirvana dengan rasio anda. Bagi saya ini konyol, karena anda belum mencapai Nirvana, tapi sudah bilang A, sudah bilang B. Yang seperti ini namanya bukan analisa batin yang sesungguhnya, tapi cuma sekedar rasional2an yang dipaksakan aja.

Kalau ada orang yang benar2 menggunakan rasional 100%, maka Nirvana itu sebenarnya ya tidak logis dan tidak rasional. Mana ada kebencian bisa ilang, keserakahan bisa ilang, bahkan nafsu seks bisa ilang dsb. Bagi orang yang benar2 rasional,  sudah pasti akan yakin bahwa setidak2nya manusia itu walaupun sebijak apapun, pasti memiliki setitik kebencian / kegelapan dalam hatinya! Karena yang namanya kebencian atau keserakahan atau nafsu seksual itu YA SIFAT ALAMIAH MANUSIA. Itu bagi orang logis, rasional DAN TIDAK BERAGAMA. Bagi mereka sifat2 buruk tersebut adalah kondisi natural manusia, yang tidak mungkin dihilangkan, NAMUN DAPAT DIKENDALIKAN DENGAN SEBIJAK MUNGKIN. Bahkan tidak hanya mereka yang tidak beragama, orang beragama K pun meyakini konsep ini juga, tentu dengan seabrek penjelasan ilmiah mereka!! (Jangan lupa, bahwa sebagian besar pemahaman logika dan penemuan teknologi di dunia ini diciptakan oleh orang K, jadi seseorang tidak seharusnya merendahkan begitu saja pemahaman ilmiah mereka)

Nah kalau seseorang beragama Buddha, ya pasti ada yang namanya "BELIEF" akan adanya NIRVANA. Nah Nirvana itu bagaimana ya saya tahunya dari "TEXT BOOK" alias Sutta2 dan Sutra2.

Ini sama dengan upaya kausalya, saya tahunya ya dari Sutra2 alias "TEXT BOOK" juga. Ya lantas apa bedanya dengan Nirvana (Nibbana)? Sama2 "BELIEF" dan sama2 "TEXT BOOK".

Dan untuk mempertahankan "BELIEF" itu diperlukan suatu alasan2 logis dan ilmu pengetahuan yang mendukung. Tapi mendukung itupun hanya bisa sebatas 50%. Sisanya adalah kita merealisasinya sendiri.

Tampaknya memang rasional saya berbeda denagn rasional menurut anda!

Bagi saya, ya saya memang tahunya dari Sutra2 kalau seorang Bodhisattva bisa membunuh dengan niat welas asih 100%. Tapi saya hanya bisa "BELIEF" dengan rasional 50%, karena saya memang belum mencapai Bodhisattva tingkat 8. Dan bagi saya itu logis2 aja, karena saya TIDAK MAMPU MENILAI BATIN ORANG YANG TERCERAHKAN. Saya nggak tahu batin2 yang mencapai Nirvana itu bagaimana, saya tahunya cuma dari Sutta2.

Ini sama ketika orang2 Buddhis mengatakan, oh... kalau mencapai Nirvana itu bebas dari kemelekatan, kebencian, bebas dari nafsu seks, bahkan kalau sudah jadi Arhat bisa meninggal kalau 7 hari nggak jadi bhikkhu! Maaf ya, bagi orang yang benar2 menggunakan RASIONAL-nya 100% hal tersebut nggak masuk akal.

Terus tentang cerita anda soal teroris. Seorang Bodhisattva tingkat 8 ya sudah paham betul bagaimana batinnya pada saat itu, dan beliau pasti sudah mempertimbangkan masak2 akibat perbuatannya itu, apakah memang dapat menyelamatkan semua makhluk, atau menambah kerusakan seperti layaknya teroris.

Menurut saya, sebelum mencapai Nirvana, maka pemahaman anda akan terbatas mengenai "menolong"! Demikian juga saya, jadi kalau anda tanya saya, saya jawab, saya belum sepenuhnya paham apa dan bagaimana itu menolong yang sesungguhnya. Tapi tentu saya akan menolong sesuai dengan anjuran Sang Buddha sendiri sesuai dengan pemahaman saya, yang sebagai prthagjana, saya tidak berani coba2 ber-upayakausalya seenak udel, tapi saya kan selalu berusaha menjaga Sila Pratimoksha saya.

Loh emang anda yakin kalau Ajahn Chah = Arhat? Woww..... tampaknya anda sudah bisa menilai batin seorang Ajahn Chah...... hebattt yaaaa.....ya nggak heran kalau anda sudah berani menilai batin Bodhisattva tingkat tinggi itu tidak mungkin seperti ini dan itu.

Ya tentu semuanya Upaya Kausalya bagi Bodhisattva, la wong Kleshavarana (dvesa, lobha dan moha) udah LENYAP habis... Bagi anda ya tidak mungkin, karena anda masih prthagjana, demikian juga saya........ tapi saya ada "BELIEF" sama upayakausalya dan saya ada "BELIEF" sama Nirvana, maka saya sebagai umat beragama Buddha, saya percaya itu.

Dan konsep upaya kauslaya sendiri adalah memang logis menurut saya, apabila mau ditinjau ulang. Nggak usah lah terus pakai contoh2 untuk mendegradasikan apa yang namanya upaya kausalya. So simple untuk membuktikan bahwa sometimes kekerasan itu diperlukan untuk sebuah kebaikan yang lebih besar. Ambil contoh2 di kalangan prthagjana:

Anda tahu Tiongkok dulu itu seeprti apa? Loh sekarang sudah muajjuuuu dan pesaaattt tuh...... Itu karena apa? Tentu bukan hanya sekedar karma kan? Karena untuk suatu kejadian muncul, diperlukan beberapa faktor pendukung, karma hanya salah satunya.

Saya tidak bilang para pahlawan masuk surga lo...... tapi yang saya tekankan adalah bagaimana sebenarnya ANDA DAPAT HIDUP ENAK DI ATAS FONDASI PEPERANGAN. Coba kalau dulu para pahlawan nggak perjuangin kemerdekaan kita, mana mungkin sekarang kita dapat menikmati majunya agama Buddha dan mengetahui banyak ajaran-ajaran Sang Buddha? Paling kita terus susah karena terjajah.

Terus di dunia bisnis, adalah sangat susah apabila tidak pernah menipu, bisa2 bisnis malah gagal, nah seberapa banyak orang sih di dunia ini yang sukses karena tidak pernah sama sekali menipu? Paling hanya segelintir. Saya jadi teringat perkataan Ven. Chin Kung, kalau seseorang berbohong pada saat berbisinis, namun motivasi dan tindakan nyatanya BENAR-BENAR adalah untuk kepentingan orang banyak, maka hal itu tidak akan apa-apa. Namun tentu berbohong sebisa mungkin dihindari, kalau bukan dalam keadaan terpaksa.

Nah ada yang absurd juga dengan pendapat anda, la kalau semua bhikkhu hanya menasihati, terus premannya nggak mau tahu gimana? Dan kalau hanya menunggu orang lain bantu sambil mengharap2 moga2 ada orang lain nolong karena karma baiknya berbuah, la ini yang namanya BUDDHISME PASIF yang bagi saya sangat ABSURD dan KONYOL apabila diterapkan dalam segala dan semua kondisi, karena tentu tidak selalu pasti ada orang ketiga yang datang menolong, seperti Ibu Hartati itu dan ini REALITA di dunia ini!

Kalau menerapkan prinsip anda, maka kemungkinan ibu dan anak itu malah keburu meninggal karena digebukin preman. Terus paling bhikkhunya bilang, wah kita kan harus menjaga Vinaya........... aduhhhh..... saya benar2 malu kalau agama Buddha seperti ini ternyata!!!

Terus ada kasus lain misalnya ada banjir, terus ada wanita yang hanyut, eh ada bhikkhu kebetulan di sana yang sudah bisa menyelamatkan diri. Loh, lantas apakah beliau akan mempertahankan Vinaya-nya dengan tidak menggaet tangan/badan sang wanita, padahal wanita tersebut sangat butuh pertolongan?? Ini orang RASIONAL pasti sudah bisa jawab.

Dan soal Arhat bunuh penjahat segala, saya kurang tahu ya kalau Arhat. Tapi kalau Bodhisattva yang setingkat dengan Arhat, maka tentu beliau nggak akan sembarang bunuh penjahat.

Sepemahaman saya, anda selama ini selalu menyamaratakan seenaknya bahwa "wah kalau Bodhisattva upaya kausalya, maka kalau ada orang jahat ya pasti dibunuh deh untuk menyelamatkan orang itu". Ini adalah GENERALISASI yang berlebihan. Sudah saya katakan bahwa seorang Bodhisattva PASTI AKAN SELALU MENCARI JALAN YANG TANPA MELANGGAR SILA APAPUN, beliau akan berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan penjahat tersebut tanpa harus membunuhnya tentu!!

Dan tentu seorang Bodhisattva tingkat tinggi tentu akan mampu membimbing para makhluk, tanpa harus melanggar Sila. Bahkan Bodhisattva tingkat 10 seperti Avalokitesvara tentu akan mampu mengubah penjahat seperti Angulimala untuk memasuki Jalan Kesucian tanpa harus membunuhnya, karena bagaimanapun membunuh adalah aksi negatif dan sebisa mungkin (mendekati HARUS) dihindari oleh karena sebab welas aish agung. Bahkan Sang Bodhisattva bisa saja menggunakan cara yang menyiksa (tanpa membunuh) untuk membuat orang lain merubah haluan hidupnya menjadi lebih baik, seeprti yang dilakukan Tilopa pada Naropa, Marpa pada Milarepa.

Namun apabila kondisi sudah sangat sangat terpaksa dan tidak ada jalan lain lagi, baru Sang Bodhisattva akan berani membunuh dengan motivasi welas asih dan siap menanggung segala akibatnya!

La metta bhavana untuk kita sebagai prthagjana, dan maitri bhavana untuk para Bodhisattva ya buedaaa!! Prajna-nya aja udah seperti langit dan bumi apabila dibandingan dengan kita2.

Quote
"daripada penjahat membunuh arahat, lebih baik arahat membunuh penjahat dengan niat menyelamatkan dari Neraka Avici...dan Arahat pun bisa LOLOS DARI karma...."

Coba baca lagi postingan saya yg lalu ini....

Dan seperti yang saya tekankan, tanpa niat yang disertai lobha, dvesa, moha pun, tindakan mencuri atau membunuh tetap saja merupakan tindakan yang negatif sifatnya. Para Bodhisattva dengan sukarela siap menerima segala akibat yang ditimbulkan oleh perbuatannya, baik itu akibat positif maupun negatif. Seperti kisah pangeran Mahasattva yang rela dirinya terjatuh ke alam-alam neraka oleh karena membunuh orang jahat untuk menyelamatkan kelima ratus pedagang.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 16 August 2009, 07:30:39 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1711 on: 16 August 2009, 09:16:23 AM »
Seorang Bodhisatva sama seperti saya dan anda manusia, mereka memiliki 5khandha yang sama....memangnya mereka puunya 10 khandha? sehingga tidak bisa dipahami sama sekali...

memang saya tidak tahu apa itu nirvana  secara realita....akan tetapi saya bisa TAHU SECARA PASTI mana MEMBUNUH dan mana WELAS ASIH....sudah saya bilan di post kemarin.

misalkan seorang Bikkhu dapat mengetahui rasa gula itu manis dan rasa garam itu asin, kemudian mengetahui rasa lemon = asam.
saya sudah yakin 100% rasa gula itu = manis, tetapi belum mengetahui rasa garam dan rasa lemon.
sedangkan anda katakan rasa gula,rasa garam serta rasa lemon semua nya gelap atau anda tidak ketahui....
untuk apa  latihan meditasi, latihan 8 jalan, kalau selalu menggangap bodhisatva itu serba bisa dan kita manusia tidak tahu apa-apa?

---------------------------
Quote
Ini sama ketika orang2 Buddhis mengatakan, oh... kalau mencapai Nirvana itu bebas dari kemelekatan, kebencian, bebas dari nafsu seks, bahkan kalau sudah jadi Arhat bisa meninggal kalau 7 hari nggak jadi bhikkhu! Maaf ya, bagi orang yang benar2 menggunakan RASIONAL-nya 100% hal tersebut nggak masuk akal.
memang apa hubungannya? dengan topik....

kalau mau text book atau tidak....semua isi sutta/sutra juga bisa dikatakan NOL BESAR...
SangBuddha melakukan abhinna, hah paling acara The master....
kalau buat alasan sesuai topik jadi biar nyambung.......

Quote
Bagi saya, ya saya memang tahunya dari Sutra2 kalau seorang Bodhisattva bisa membunuh dengan niat welas asih 100%. Tapi saya hanya bisa "BELIEF" dengan rasional 50%, karena saya memang belum mencapai Bodhisattva tingkat 8. Dan bagi saya itu logis2 aja, karena saya TIDAK MAMPU MENILAI BATIN ORANG YANG TERCERAHKAN. Saya nggak tahu batin2 yang mencapai Nirvana itu bagaimana, saya tahunya cuma dari Sutta2.
gula, garam , lemon tidak ada yang rasa yg diketahui? apa gunanya latihan?....
kalau pakai pikiran anda,
Nurdi* juga seorang Bodhisatva bagi ALLA# karena berusaha menyelamatkan makhluk hidup dari Neraka.
bahkan calon pengantin rela mengorbankan nyawa.....

Quote
Saya tidak bilang para pahlawan masuk surga lo...... tapi yang saya tekankan adalah bagaimana sebenarnya ANDA DAPAT HIDUP ENAK DI ATAS FONDASI PEPERANGAN. Coba kalau dulu para pahlawan nggak perjuangin kemerdekaan kita, mana mungkin sekarang kita dapat menikmati majunya agama Buddha dan mengetahui banyak ajaran-ajaran Sang Buddha? Paling kita terus susah karena terjajah.
kalau begitu mari dukung Palestina dan Israel biar terus saling sikat....
dari pendapat anda, anda seperti bisa membaca masa depan...
kalau kasus bikkhu di bali, mungkin anda sudah menghajar preman......tetapi jika kamma baik berbuah pasti ada sesuatu hal yg terjadi yang dapat merubah..

Quote
Loh emang anda yakin kalau Ajahn Chah = Arhat? Woww..... tampaknya anda sudah bisa menilai batin seorang Ajahn Chah...... hebattt yaaaa.....ya nggak heran kalau anda sudah berani menilai batin Bodhisattva tingkat tinggi itu tidak mungkin seperti ini dan itu.
saya tidak yakin 100%, akan tetapi pratek dan kebijaksanaan beliau sudah TERTULIS dan banyak SAKSI..

berbeda dengan hanya TERTULIS tapi kelakuan diluar hajar kiri hajar kanan.
pernah lihat film bikkhu T main kungfu? secara tidak langsng itu sudah terlihat
tapi coba lihat Biksu Shaoli* ? filmnya beredar dimana, mana bak pembela kebenaran....
ya semua biksu itu calon bodhisatva dan melakukan meditasi objek injak kaki di tanah hingga tanah cekung,  objek yang jauh dari jangkauan sang Guru.

-------------------------------------
Quote
Sepemahaman saya, anda selama ini selalu menyamaratakan seenaknya bahwa "wah kalau Bodhisattva upaya kausalya, maka kalau ada orang jahat ya pasti dibunuh deh untuk menyelamatkan orang itu". Ini adalah GENERALISASI yang berlebihan. Sudah saya katakan bahwa seorang Bodhisattva PASTI AKAN SELALU MENCARI JALAN YANG TANPA MELANGGAR SILA APAPUN, beliau akan berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan penjahat tersebut tanpa harus membunuhnya tentu!!
disini sudah 2 point kesalahan fatal...

1. mana ABHINNA nya? pernakah anda melihat Buddha terdesak?
2.lagi-lagi kalau terdesak yah membunuh dengan welas asih....mencuri dengan terpaksa?
semua pencuri kalau di tangkap polisi tahu alasannya?
pak saya terpaksa, karena masalah perut alias lapar, dan dari pada anak dan istri sy mati kelaparan jadi lebih baik saya mencuri....

pencuri saja NGAKU SALAH walau mencuri karena WELAS ASIH, dari pada BODHISATVA tidak ngaku SALAH kalau membunuh........[ dan lagi ngaku nya tidak melekat pada LDM ]
sungguh keliru......

-----------------------------------------------------
Quote
Nah ada yang absurd juga dengan pendapat anda, la kalau semua bhikkhu hanya menasihati, terus premannya nggak mau tahu gimana? Dan kalau hanya menunggu orang lain bantu sambil mengharap2 moga2 ada orang lain nolong karena karma baiknya berbuah, la ini yang namanya BUDDHISME PASIF yang bagi saya sangat ABSURD dan KONYOL apabila diterapkan dalam segala dan semua kondisi, karena tentu tidak selalu pasti ada orang ketiga yang datang menolong, seperti Ibu Hartati itu dan ini REALITA di dunia ini!
begini saja, anda tanya sj ke vihara Theravada disitu, terutama bikkhu sudah bermassa vassa lebih 5 tahun....dari pada saya ngomong terus....

bhante Agadippo saja dan murid Bhante Win sudah ngomong sama....
bukan menunggu...bikkhu bisa menolong tapi dengan ruang gerak TERBATAS....
seperti ANANDA THERA...cuma pasang BODY untuk melindungi GURU-NYA....
bukan ambil tombak,pedang buat bunuh gajah NALAGIRI....

memang beda dengan Bodhisatva, semua nya BISA!!! upayakausalya gitu loh....beres...
coba anda solusikan cerita AjahnBrahm mengenai 7 bikkhu di GOA tersebut...dengan metode Bodhisatva...
hasilnya pasti seperti film pahlawan hidup semua, penjahat mampus...happy ending..
dari situ sudah kelihatan mana orang ber-metta mana orang jagoan metta tapi tangannya nusuk kiri nusuk kanan.

ini persis seperti buku AjahnBrahm dimana orang inggris tersebut.
mengatakan saya melakukan Sex dengan istri saya tapi saya tidak melekat.
lalu apa kata Ajahn?
coba anda cari tahu sendiri....


 _/\_
salam metta....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1712 on: 16 August 2009, 09:20:26 AM »
Quote
La metta bhavana untuk kita sebagai prthagjana, dan maitri bhavana untuk para Bodhisattva ya buedaaa!! Prajna-nya aja udah seperti langit dan bumi apabila dibandingan dengan kita2.

berarti Metta-bhavana metode AjahnChah itu Tidak ada apa-apanya dari Bodhisatva....
memang Bodhisatva itu HUEBAT SUEKALE....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1713 on: 16 August 2009, 07:05:33 PM »
Quote
berarti Metta-bhavana metode AjahnChah itu Tidak ada apa-apanya dari Bodhisatva....
memang Bodhisatva itu HUEBAT SUEKALE....

Nah ini anda selalu memandang tulisan seseorang dari sisi negatifnyaaa tokkk.... sehinga timbul sindiran2 useless semacam ini.

Memang kalau berbeda tingkat prajna itu berarti "TIDAK ADA APA-APANYA"?? Siapa yang pernah mengatakan metode Ajahn Chah itu TIDAK ADA APA-APANYA?

Semua jenis metode dalam agama Buddha itu tentu sangat baik, jadi tidak ada yang "TIDAK ADA APA-APANYA".

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1714 on: 16 August 2009, 07:32:44 PM »
Quote
berarti Metta-bhavana metode AjahnChah itu Tidak ada apa-apanya dari Bodhisatva....
memang Bodhisatva itu HUEBAT SUEKALE....

Nah ini anda selalu memandang tulisan seseorang dari sisi negatifnyaaa tokkk.... sehinga timbul sindiran2 useless semacam ini.

Memang kalau berbeda tingkat prajna itu berarti "TIDAK ADA APA-APANYA"?? Siapa yang pernah mengatakan metode Ajahn Chah itu TIDAK ADA APA-APANYA?

Semua jenis metode dalam agama Buddha itu tentu sangat baik, jadi tidak ada yang "TIDAK ADA APA-APANYA".

 _/\_
The Siddha Wanderer

Om Gandalf, dalam metta-bhavana objek yang di pancarkan metta itu juga tentu harus diri sendiri juga......
dan dari kebahagiaan batin yang kita rasakan baru di pancarkan keluar....
kalau diri sendiri menderita, kebahagiaan apa yg mau di pancarkan?

dari sini jelas metode ini berbanding terbalik dengan yg anda tulis...
misalkan bagi para guru Theravadin, tidak ada namanya "Buddha Amitabha,apalagi Alam Sukhavati"

dengan kata lain buddha Amitabha itu omong kosong menurut Theravada. sedangkan bagi Mahayana ini mutlak memang ada...
inilah esensi bertolak belakang....

di satu sisi anda mengatakan
Quote
La metta bhavana untuk kita sebagai prthagjana, dan maitri bhavana untuk para Bodhisattva ya buedaaa!!

tetapi disatu sisi anda mengatakan
Quote
Semua jenis metode dalam agama Buddha itu tentu sangat baik, jadi tidak ada yang "TIDAK ADA APA-APANYA".
1+1 = X adalah jawaban tunggal yakni hanya 1 jawaban benar...sama seperti kasus ini.

sudah saya katakan berkali-kali jauh sebelum...hanya ada 2.
T dan M salah satu benar.
T dan M tidak ada yang benar.

mustahil T dan M benar sama-sama.
-------------
kalau anda mengatakan saya nyindir anda, dan kata sy tidak berkenaan di hati anda, saya minta maaf....

metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1715 on: 16 August 2009, 08:04:38 PM »
Seorang Bodhisatva sama seperti saya dan anda manusia, mereka memiliki 5khandha yang sama....memangnya mereka puunya 10 khandha? sehingga tidak bisa dipahami sama sekali...

memang saya tidak tahu apa itu nirvana  secara realita....akan tetapi saya bisa TAHU SECARA PASTI mana MEMBUNUH dan mana WELAS ASIH....sudah saya bilan di post kemarin.

misalkan seorang Bikkhu dapat mengetahui rasa gula itu manis dan rasa garam itu asin, kemudian mengetahui rasa lemon = asam.
saya sudah yakin 100% rasa gula itu = manis, tetapi belum mengetahui rasa garam dan rasa lemon.
sedangkan anda katakan rasa gula,rasa garam serta rasa lemon semua nya gelap atau anda tidak ketahui....
untuk apa  latihan meditasi, latihan 8 jalan, kalau selalu menggangap bodhisatva itu serba bisa dan kita manusia tidak tahu apa-apa?

Mereka punya 5 skandha, tapi realisasi dan pengendalian mereka terhadap 5 skhanda sangat jauh berbeda dengan kita2 sebagai prthagjana.

Justru saya bangga jadi manusia tidak tahu apa-apa, dibanding harus menjadi MANUSIA SOK TAHU.

Anda bilang anda cuma tahu rasa gula...... ya sama aja dong berarti anda ya memang belum tahu rasa garam (upaya kausalya Bodhisattva)...... makanya jangan bicara aneh2.

Kalau anda baca Sila Bodhisattva, maka juga disebutkan jangan membunuh. Para Bodhisattva ya juga tahu bahwa seseorang seharusnyalah tidak membunuh karena seseorang harus mengembangkan welas asih atau Bodhicitta. Jadi ya para Bodhisattva tentu TAHU RASA gula.

Namun ada saat2 di mana tentu ada pengecualian untuk semua, dan ini hanya bisa dilakukan Bodhisattva tingkat tinggi - yaitu garam yang anda belum ketahui rasanya.

Quote
memang apa hubungannya? dengan topik....

kalau mau text book atau tidak....semua isi sutta/sutra juga bisa dikatakan NOL BESAR...
SangBuddha melakukan abhinna, hah paling acara The master....
kalau buat alasan sesuai topik jadi biar nyambung.......

Saya yang tidak nyambung atau anda???.......wakakaka

Anda berkata saya tidak rasional dengan mengatakan Bodhisattva bisa membunuh dengan welas asih 100%, maka saya katakan kalau itu tindakan seorang Bodhisattva yang tidak mampu sepenuhnya dipahami oleh kita, sama seperti Nirvana. Semuanya cuma keyakinan pada Text Book.

Bebas dari nafsu seks itupun juga text book Tripitaka, bagi orang-orang ATHEIS ataupun MURNI SCIENTIST atau yang tidak beragama, ataupun yang agama K dsb, bagi mereka Nirvana itu juga TIDAK RASIONAL karena mana mungkin nafsu seks bisa ilang - itu kan kondisi alamiah manusia!!, sama seperti ketika anda menggangap upaya kausalya Bodhisattva itu tidak rasional, dengan menganggap mustahil bisa membunuh dengan welas asih 100%.

Bagi orang ATHEIS dan SCIENTIST MURNI, Nirvana tidak rasional karena mengatakan seseorang bisa bebas dari kebencian dan nafsu seks sepenuhnya. Nah menurut mereka ini kondisi alamiah manusia, mana bisa dilenyapkan? Gak logis ah! Yang bisa adalah bagaimana sebijaksana mungkin mengendalikan amarah / nafsu mereka, atau mengarahkannya ke sesuatu yang positif, jadi gak bisa serta merta ilang lenyap abisss.bis....bis....

Nah menurut orang seperti anda....... mengatakan bahwa upaya kausalya itu tidak logis karena mustahil seseorang bsia membunuh dengan welas asih 100%.

Ya sebenarnya posisi anda itu ya sama seperti ATHEIS dan SCIENTIST MURNI itu, yang sama2 menanyakan sesuatu yang belum mereka realisasi sendiri.

Quote
gula, garam , lemon tidak ada yang rasa yg diketahui? apa gunanya latihan?....
kalau pakai pikiran anda,
Nurdi* juga seorang Bodhisatva bagi ALLA# karena berusaha menyelamatkan makhluk hidup dari Neraka.
bahkan calon pengantin rela mengorbankan nyawa.....

Anda ini benar2 tidak memperhatikan tulisan orang ya.....

Sudah saya katakan akibat dari upaya kausalya seorang Bodhisattva HARUS POSITIF 100% di segala aspek. Nah kalau kaya Nurdi* itu apa kalau nggak malah nambah kerusakan di negeri ini. Mananya yang positif?

Konyol sekali anda membandingkan Nurdi* dan Bodhisattva. Untuk alasan lainnya silahkan lihat postingan saya sebelumnya... males kalau ngulang2 terus untuk mengahadapi pikiran negatif terus seperti anda.... yang berusaha menyama2kan Bodhisattva dengan teroris.... padahal sudah sejak kemarin2 sudah saya tekankan perbedaannya.....

Quote
kalau begitu mari dukung Palestina dan Israel biar terus saling sikat....

Loh... maka dari itu saya kan pernah bilang, metode filosofi Gandhi bisa efektif dalam kondisi tertentu.

Metode peperangan melawan penjajah di Indonesia ternyata juga terbukti efektif, dan hasilnya cukup positif, yaitu kita bisa MERDEKA sekarang ini.........besok 17 Agustusan lo.... hayooo... saatnya anda merenungkan jasa2 pahlawan kita!

Nah kalau perangnya Palestina sama Israel? Kayanya metode peperangan tidak efektif di sana. maka cobalah metode Gandhi, atau metode lainnya??

Satu metode tidak dapat diaplikasikan dalam semua jenis kondisi bossssss........... maka dari itu Sang Buddha pun mengajar 80000 pintu Dharma.

Quote
dari pendapat anda, anda seperti bisa membaca masa depan...
kalau kasus bikkhu di bali, mungkin anda sudah menghajar preman......tetapi jika kamma baik berbuah pasti ada sesuatu hal yg terjadi yang dapat merubah..

Oh jadi anda nunggu karma baik tok...... yaa.... hahaha..... kalau Bhante Mettanando bilang, orang seperti anda itu "KARMATIC BUDDHIST" yang pemahamannya masih banyak yang perlu dibenahi sana sini.

Oya yang soal wanita terkena banjir itu menurut anda bhikkhunya boleh nolong gak? wkwkwk..... kita lihat pengembangan metta bhavana anda itu seperti apa? Karena anda sudah berani menyindir maitri karuna yang dimiliki Bodhisattva!

Quote
saya tidak yakin 100%, akan tetapi pratek dan kebijaksanaan beliau sudah TERTULIS dan banyak SAKSI..

Kan tetep bukan anda...... Yang anda tahu cuma Text Book dan denger omongan orang..... la kalau anda nggak yakin 100% kok berani ngomong Ajahn Chah itu Arhat tanpa embel2 kata "MUNGKIN". Benar2 tidak konsisten.

Quote
berbeda dengan hanya TERTULIS tapi kelakuan diluar hajar kiri hajar kanan.
pernah lihat film bikkhu T main kungfu? secara tidak langsng itu sudah terlihat
tapi coba lihat Biksu Shaoli* ? filmnya beredar dimana, mana bak pembela kebenaran....
ya semua biksu itu calon bodhisatva dan melakukan meditasi objek injak kaki di tanah hingga tanah cekung,  objek yang jauh dari jangkauan sang Guru.

La ini anda tetap bebal padahal sudah dikasih tahu.

Bhiksu Shaolin yang mengerti ajaran Buddha tentu tidak sembarang main hajar sana sini, beliau TAHU KAPAN AKAN KABUR, KAPAN HARUS MENGHAJAR untuk menyadarkan orang tersebut. Jadi seorang Bhiksu Shaolin yang paham tentu akan bertindak sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada dengan tepat dan cermat, dan untuk masing2 kondisi ya dihadapi dengan metode yang berbeda2 pula.

Ini menunjukkan anda tidak perhatian sama sekali terhadap tulisan saya. Yang ada dalam pikiran anda jangan2 cuma "bhiksu Shaolin langgar Vinaya... langgar Vinaya..... buruk... buruk....". Ya pantes aja.

Emang bhikkhu T nggak ada yang jago kungfu ya.... setahu saya di Thai ada juga yang jadi guru Muay thai tuh....

Quote
disini sudah 2 point kesalahan fatal...

1. mana ABHINNA nya? pernakah anda melihat Buddha terdesak?
2.lagi-lagi kalau terdesak yah membunuh dengan welas asih....mencuri dengan terpaksa?
semua pencuri kalau di tangkap polisi tahu alasannya?
pak saya terpaksa, karena masalah perut alias lapar, dan dari pada anak dan istri sy mati kelaparan jadi lebih baik saya mencuri....

Justru saya melihat pendapat anda yang punya kesalahan fatal.

Seorang Bodhisattva tentu tidak pernah terdesak, beliau tentu memliki kebijaksanaan yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah.

Kalau anda masih tidak mengerti mengenai kata "terpaksa" maka saya jelaskan begini:

Misal ada si A ini orangnya jahaaattt bangett... sukanya bunuh sana sini, karena halangan karmanya, sifatnya sangat sulit diubah. Lalu Sang Bodhisattva melihat orang tersebut dan berusaha menyelamatkannya, kemudian beliau berpikir metode apakah yang tepat untuk orang tersebut? Pada saat "penerawangan" beliau itu, Sang Bodhisattva menyadari bahwa tampaknya orang jahat ini sangat bebal sekali sehingga sulit diubah ke dalam ajaran Buddha Dharma. Namun dengan welas asihnya, sang Bodhisattva tetap berusaha untuk merubahnya menjadi orang baik dengan cara2 yang tanpa melanggar sila (misal tanpa membunuhnya). Sang Bodhisattva berusaha untuk sabar dan terus setia membimbing si orang jahat.

Namun apa daya, rintangan karma buruk orang tersebut terlalu berat, dan ia masih suka banyak membunuh orang, sehingga akhirnya Sang Bodhisattva memutuskan untuk mengambil nyawanya dengan tujuan untuk menyelamatkan para calon korban dan orang jahat itu sendiri dari bahaya karma buruk.

Di sini SANG Bodhisattva sama sekali TIDAK TERPAKSA. Beliau hanya bertindak sesuai dengan kondisi batin seseorang dan pemahaman yang jelas akan akibat2 perbuatan seseorang, dengan tujuan menyelamatkan semua makhluk.

Kenapa saya menggunakan kata2 "terpaksa", ini sekadar untuk menunjukkan bahwa tidak ada jalan lain lagi yang dapat dilakukan, tidak ada lagi jalan damai/lembut yang dapat digunakan sehingga salah satu metode yang dapat dipakai adalah "jalan kekerasan" untuk menyadarkan orang tersebut. Inilah yang saya maksud "terpaksa".

Jadi kondisinya-lah yang terpaksa, BUKAN pribadi Sang Bodhisattva yang terpaksa. Karena Bodhisattva yang telah melenyapkan kleshavarana tidak akan pernah terpaksa.

Quote
pencuri saja NGAKU SALAH walau mencuri karena WELAS ASIH, dari pada BODHISATVA tidak ngaku SALAH kalau membunuh........[ dan lagi ngaku nya tidak melekat pada LDM ]
sungguh keliru......

Bodhisattva juga akan NGAKU SALAH kalau tindakannya itu TIDAK DISERTAI BODHICITTA. Bodhicitta bukanlah seekdar welas asih agung, tapi juga kebijaksanaan agung. Bahkan ketika melakukan upaya kausalya pembunuhan pun, beliau masih juga NGAKU SALAH dan dengan berani siap menanggung segala perbuatannya yang negatif [mis: membunuh].

Quote
begini saja, anda tanya sj ke vihara Theravada disitu, terutama bikkhu sudah bermassa vassa lebih 5 tahun....dari pada saya ngomong terus....

bhante Agadippo saja dan murid Bhante Win sudah ngomong sama....
bukan menunggu...bikkhu bisa menolong tapi dengan ruang gerak TERBATAS....
seperti ANANDA THERA...cuma pasang BODY untuk melindungi GURU-NYA....
bukan ambil tombak,pedang buat bunuh gajah NALAGIRI....

memang beda dengan Bodhisatva, semua nya BISA!!! upayakausalya gitu loh....beres...
coba anda solusikan cerita AjahnBrahm mengenai 7 bikkhu di GOA tersebut...dengan metode Bodhisatva...
hasilnya pasti seperti film pahlawan hidup semua, penjahat mampus...happy ending..
dari situ sudah kelihatan mana orang ber-metta mana orang jagoan metta tapi tangannya nusuk kiri nusuk kanan.

Dan saya juga lihat bagaimana seseorang BUTA terhadap METTA yang sejati dan sudah MEMBATU, sehingga tidak mau menolong orang yang digebukin dengan alasan Vinaya, bahkan tidak mau menolong wanita yang terseret banjir.

Karena Sang Buddha melihat bahwa gajah Nalagiri dapat ditaklukkan dengan cara lembut, maka Beliau menaklukkannya dengan cara yang lembut. Ini karena beliau mampu melihat jelas bagaimana kondisi batin gajah Nalagiri.

Seorang Bodhistatva yang melakukan upaya kausalya juga terlebih dahulu melihat kondisi batin seseorang dan melihat segala akibat-akibatnya, apakah orang tersebut dapat ditaklukkan dengan cara lembut, atau harus ditaklukkan dengan cara yang keras [mislanya harus membunuhnya]?

Maka dari itu saya mengatakan anda ini sukanya seenaknya MENYAMARATAKAN. Sudah saya katakan bahwa satu metode tidak dapat digunakan untuk semua kondisi, begitu juga dengan metode "membunuh untuk menyelamatkan banyak orang" ya tidak dapat diaplikasikan dalam semua kondisi.

Jadi ya nggak usah ngasih contoh aneh seperti "wah ada Gajah Nalagiri kenapa nggak ambil tombak?" Ini adalah pertanyaan konyol yang terburu2 karena anda ternyata tidak mau paham apa yang saya maksudkan, padahal saya sudah bilang bahwa para Bodhisattva selalu mengedepankan terlebih dahulu cara2 "Non-Violence", dan ternyata Gajah Nalagiri memang sesuai dengan metode ini, yang sangat mujarab - ya iya dong kan ajaran Sang Buddha, tentu mujarab!.

Maka dari itu dalam sutra2 lebih banyak disebutkan bagaimana Bodhisattva menyelamatkan seseorang yang jahat dengan cara yang lembut, yang tanpa harus membunuhnya. Sedangkan kisah2 upaya kauslaya yang mengharuskan membunuh sangat sedikit. Ini disebabkan bahwa Sang Bodhisattva memiliki welas asih agung.

Quote
ini persis seperti buku AjahnBrahm dimana orang inggris tersebut.
mengatakan saya melakukan Sex dengan istri saya tapi saya tidak melekat.
lalu apa kata Ajahn?
coba anda cari tahu sendiri....

Ah kisah itu........ itu kan yang dibahas adalah prthagjana.... ya saya kira ya wajar aja.....hahaha.......

 _/\_
salam metta....
[/quote]
« Last Edit: 16 August 2009, 08:29:42 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1716 on: 16 August 2009, 08:11:48 PM »
Quote
Om Gandalf, dalam metta-bhavana objek yang di pancarkan metta itu juga tentu harus diri sendiri juga......
dan dari kebahagiaan batin yang kita rasakan baru di pancarkan keluar....
kalau diri sendiri menderita, kebahagiaan apa yg mau di pancarkan?

dari sini jelas metode ini berbanding terbalik dengan yg anda tulis...
misalkan bagi para guru Theravadin, tidak ada namanya "Buddha Amitabha,apalagi Alam Sukhavati"

dengan kata lain buddha Amitabha itu omong kosong menurut Theravada. sedangkan bagi Mahayana ini mutlak memang ada...
inilah esensi bertolak belakang....

di satu sisi anda mengatakan
Quote
La metta bhavana untuk kita sebagai prthagjana, dan maitri bhavana untuk para Bodhisattva ya buedaaa!!

tetapi disatu sisi anda mengatakan
Quote
Semua jenis metode dalam agama Buddha itu tentu sangat baik, jadi tidak ada yang "TIDAK ADA APA-APANYA".
1+1 = X adalah jawaban tunggal yakni hanya 1 jawaban benar...sama seperti kasus ini.

sudah saya katakan berkali-kali jauh sebelum...hanya ada 2.
T dan M salah satu benar.
T dan M tidak ada yang benar.

mustahil T dan M benar sama-sama.
-------------
kalau anda mengatakan saya nyindir anda, dan kata sy tidak berkenaan di hati anda, saya minta maaf....

metta.

Duh anda ini benar2 anehhhh yaaaa...... emang BEDA itu selalu satunya SALAH???

Siapa yang bilang benar2 sama?

Bagi Mahayana, Shravakayana itu pemahaman dasar dan Mahayana adalah pemahaman lebih lanjutnya. Maka dari itu bagi Mahayana ya bisa menerima Shravakayana.

Namun bagi pengikut Shravakayana, tidak ada lanjutan yang namanya Mahayana itu sehingga nggak heran baginya kalau mencap omong kosong saja Mahayana itu.

Saya tidak mempersoalkan anda menyindir saya, tapi saya mempersoalkan apabila anda menyindir Bodhisattva.

La siapa bilang juga Bodhisattva tidak memancarkan maitri pada dirinya sendiri. justru karena beliau maitri pada dirinya sendiri, beliau membawa dirinya untuk melakukan upaya kauslaya menyelamatkan banyak makhluk. Pikiran sang Bodhisattva adalah bagaikan Intan, meskipun harus menanggung akibat buruk dari upaya kausalya yang melanggar sila, namun tetap saja batin beliau tidak tergoyahkan, yang terlihat goyah hanya luarnya saja / fisik!

Pokoknya ya jangan kebacut metta berlebihan pada diri sendiri sampai2 wanita hanyut gak mau ditolong!....haaaaa................

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1717 on: 16 August 2009, 08:35:24 PM »
Berdasarkan pada apa yang saya ketahui, kisah Pangeran Mahasatva tidaklah sesederhana kata 'membunuh'. Saat itu Mahasatva memimpin rombongan 500 orang pedagang yang sedang menaiki satu kapal. Kebetulan dalam kapal itu ada seorang penjahat besar yang berencana menghabisi mereka semua, merebut kapal beserta segala kekayaan yang dibawa. Mahasatva memiliki kekuatan batin sehingga bisa mengetahui rencana jahat ini. Mahasatva juga mengetahui bahwa ke-500 pedangan itu sebenarnya adalah para Bohisattva yang memiliki kebajikan luar biasa. Melalui mata batinnya, Mahasatva melihat bahwa jika si penjahat membunuh 500 Bodhisatva ini, maka ia akan langsung jatuh ke neraka avici untuk waktu yang sangat lama dan sekaligus menutup jodoh dengan Buddhadharma (karma yang menghalangi seseorang untuk memahami Dharma/ mencapai kesucian). Maka muncullah rasa welas asih yang agung dalam diri Bodhisatva terhadap si penjahat. Bodhisatva terus merenung dengan mata batinnya dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa satu-satunya cara mencegah si penjahat melakukan kejahatan hanyalah dengan membunuhnya. Lalu Bodhisattva pun membulatkan hatinya berpikir demikian: "Biarlah aku yang masuk neraka (karena membunuh si penjahat) asalkan bisa menolong dia (si penjahat) dan 500 Bodhisattva selamat. Bila ia kubiarkan membunuh dan masuk neraka avici, ia tidak akan sanggup menahan penderitaan itu dan ia kehilangan kesempatan mencapai kesucian. Sedangkan aku, seorang pahlawan, tak akan tergoyahkan api neraka sekalipun." Di akhir cerita, Buddha berpesan bahwa kisah ini jangan sampai didengar oleh orang yang tidak mampu memahaminya (salah paham bahwa Buddha memperbolehkan pembunuhan).

Dari sini kita harusnya paham dengan jelas maksud Buddha. Kisah ini haruslah diresapi secara keseluruhan. Memang Bodhisattva akhirnya membunuh orang itu, akan tetapi beliau pun dengan jelas mengatakan bahwa akibat perbuatan membunuh itu adalah neraka dan beliau sanggup menerima konsekuensi itu. Di sini harusnya kita melihat pengorbanan beliau, bukan pembunuhannya. Jadi, bagi yang ingin meniru silakan saja, asalkan mau menerima konsekuensi karma buruknya.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1718 on: 17 August 2009, 01:11:08 AM »
Quote
Pokoknya ya jangan kebacut metta berlebihan pada diri sendiri sampai2 wanita hanyut gak mau ditolong!....haaaaa................
yang bilang tidak di tolong siapa?...
sudah diberikan cerita tentang percakapan Buddha dengan seorang pangeran tentang menolong Bayi...
tentu saja jika bikkhu tersebut bisa menolong wanita hanyut maka  pasti akan di tolong...
tapi bukan membunuh...

Quote
Namun bagi pengikut Shravakayana, tidak ada lanjutan yang namanya Mahayana itu sehingga nggak heran baginya kalau mencap omong kosong saja Mahayana itu.
berarti guru-guru spritual di Thai semua itu bodoh ya......dan bodhisatva itu hebat....
sesuai fakta saja, mereka tidak percaya adanya Buddha Amitabha apalagi Alam Sukhavati...

Quote
La siapa bilang juga Bodhisattva tidak memancarkan maitri pada dirinya sendiri. justru karena beliau maitri pada dirinya sendiri, beliau membawa dirinya untuk melakukan upaya kauslaya menyelamatkan banyak makhluk. Pikiran sang Bodhisattva adalah bagaikan Intan, meskipun harus menanggung akibat buruk dari upaya kausalya yang melanggar sila, namun tetap saja batin beliau tidak tergoyahkan, yang terlihat goyah hanya luarnya saja / fisik!
sudah saya katakan, mana Abhinna-nya? Angulimala,Nalagiri,Naga perkasa,Kassapa.....dengan enteng buddha melakukan kesaktian menalukkan, tetapi kejadian terpaksa membunuh di kapal?
apalagi "tercerahkan sempurna"

----------------------------------
Quote
Mereka punya 5 skandha, tapi realisasi dan pengendalian mereka terhadap 5 skhanda sangat jauh berbeda dengan kita2 sebagai prthagjana.

Justru saya bangga jadi manusia tidak tahu apa-apa, dibanding harus menjadi MANUSIA SOK TAHU.
pantasan om,jadi selama ini anda latihan apa memahami/merealisasikan buddhism dan dari mana anda meyakini buddhism? apa karena baca Tripitaka langsung perasaan cocok jadi langsung yakin...

padahal di Qu'ra* dan Alkita*  mr.T itu lebih hebat dari bodhisatva dan melakukan lebih banyak upayakausalya yakin tidak mau pindah agama? wong alam semesta saja cuma 7 hari complit.
----------------------------
Quote
Anda bilang anda cuma tahu rasa gula...... ya sama aja dong berarti anda ya memang belum tahu rasa garam (upaya kausalya Bodhisattva)...... makanya jangan bicara aneh2.

Kalau anda baca Sila Bodhisattva, maka juga disebutkan jangan membunuh. Para Bodhisattva ya juga tahu bahwa seseorang seharusnyalah tidak membunuh karena seseorang harus mengembangkan welas asih atau Bodhicitta. Jadi ya para Bodhisattva tentu TAHU RASA gula.

Namun ada saat2 di mana tentu ada pengecualian untuk semua, dan ini hanya bisa dilakukan Bodhisattva tingkat tinggi - yaitu garam yang anda belum ketahui rasanya.
anda tidak mengerti apa yg saya maksudkan....

misalkan seseorang untuk memasuki Jhana harus berurutan dari 1 kemudian 2 lalu 3 dan 4....
masalah nya anda selalu berlindung dengan kata "upayakausalya" dimana bodhisatva bisa memasuki jhana samapatti langsung 4 kemudian 1 lalu 2 dan 3....bahkan dengan alasan kemampuan bodhisatva itu adalah "upayakausalya/melebihi pikiran manusia"

sama halnya membunuh tanpa melekat LDM, atau membunuh dengan niat WELAS ASIH...> yah jelas saya bantah

pernahkan anda menganalisa batin ini? inilah saya yakin 100% tidak ada namanya membunuh tanpa melekat LDM atau membunuh dengan niat WELAS ASIH...

berbeda dengan kata Ajahn yakni pembebasan melalui penderitaan, kita harus latihan,harus terus mengamati...dan ini merupakan kesulitan. tetapi buka pembebasan melalui PEMBUNUHAN atau menghilangkan NYAWA makhluk hidup..

dalam Buku What's Wrong With Us...
ketika kita melakukan metta-bhavana, "semoga semua makhluk berbahagia" lalu ada nyamuk datang dan mengigit, kemudian tangan langsung membunuh nyamuk itu...
kepada siapa kamu memancarkan metta?

------------------------

Quote
Berdasarkan pada apa yang saya ketahui, kisah Pangeran Mahasatva tidaklah sesederhana kata 'membunuh'. Saat itu Mahasatva memimpin rombongan 500 orang pedagang yang sedang menaiki satu kapal. Kebetulan dalam kapal itu ada seorang penjahat besar yang berencana menghabisi mereka semua, merebut kapal beserta segala kekayaan yang dibawa. Mahasatva memiliki kekuatan batin sehingga bisa mengetahui rencana jahat ini. Mahasatva juga mengetahui bahwa ke-500 pedangan itu sebenarnya adalah para Bohisattva yang memiliki kebajikan luar biasa. Melalui mata batinnya, Mahasatva melihat bahwa jika si penjahat membunuh 500 Bodhisatva ini, maka ia akan langsung jatuh ke neraka avici untuk waktu yang sangat lama dan sekaligus menutup jodoh dengan Buddhadharma (karma yang menghalangi seseorang untuk memahami Dharma/ mencapai kesucian). Maka muncullah rasa welas asih yang agung dalam diri Bodhisatva terhadap si penjahat. Bodhisatva terus merenung dengan mata batinnya dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa satu-satunya cara mencegah si penjahat melakukan kejahatan hanyalah dengan membunuhnya. Lalu Bodhisattva pun membulatkan hatinya berpikir demikian: "Biarlah aku yang masuk neraka (karena membunuh si penjahat) asalkan bisa menolong dia (si penjahat) dan 500 Bodhisattva selamat. Bila ia kubiarkan membunuh dan masuk neraka avici, ia tidak akan sanggup menahan penderitaan itu dan ia kehilangan kesempatan mencapai kesucian. Sedangkan aku, seorang pahlawan, tak akan tergoyahkan api neraka sekalipun." Di akhir cerita, Buddha berpesan bahwa kisah ini jangan sampai didengar oleh orang yang tidak mampu memahaminya (salah paham bahwa Buddha memperbolehkan pembunuhan).

Dari sini kita harusnya paham dengan jelas maksud Buddha. Kisah ini haruslah diresapi secara keseluruhan. Memang Bodhisattva akhirnya membunuh orang itu, akan tetapi beliau pun dengan jelas mengatakan bahwa akibat perbuatan membunuh itu adalah neraka dan beliau sanggup menerima konsekuensi itu. Di sini harusnya kita melihat pengorbanan beliau, bukan pembunuhannya. Jadi, bagi yang ingin meniru silakan saja, asalkan mau menerima konsekuensi karma buruknya.
mana Abhinna - nya? masa orang tercerahkan sempurna kepepet akal....

Angulimala saja dengan santai nya Buddha taklukkan....
bahkan seorang "Tercerahkan sempurna" memiliki kemampuan batin untuk membuat 500 orang tersebut tidak terlihat oleh penjahat...dimana pernah Buddha melakukan kesaktian ini[cuma saya lupa kisah lengkap-nya]

Tercerahkan sempurna memiliki lagi kemampuan batin luar biasa dapat berpindah tempat dalam sekejab, bahkan dengan kemampuan itu bisa menyentuh Matahari dan Bulan dengan tangan sendiri...

Abhinna nya, apa macet pada saat itu?

cerita ini memang sekilas mengharukan melihat tekad mulia bodhisatva tetapi sayangnya jiika diteliti lebih lanjut justru terlihat seperti kebodohan pengarang....
sama seperti Sutra kisah Bakti orang tua, buddha ber-anjali pada tumpukan Tulang...

wong Bapak nya saja Raja yang masih hidup Buddha tidak melakukan hal itu.....bahkan ketika Gotama masih kecil Petapa Asita justru yang menghormati beliau, karena jika sebaliknya yang di hormati Tathagatha,maka kepala petapa Asita kaladewata akan pecah 7.

Quote
Bebas dari nafsu seks itupun juga text book Tripitaka, bagi orang-orang ATHEIS ataupun MURNI SCIENTIST atau yang tidak beragama, ataupun yang agama K dsb, bagi mereka Nirvana itu juga TIDAK RASIONAL karena mana mungkin nafsu seks bisa ilang - itu kan kondisi alamiah manusia!!, sama seperti ketika anda menggangap upaya kausalya Bodhisattva itu tidak rasional, dengan menganggap mustahil bisa membunuh dengan welas asih 100%.
wah, anda melenceng terlalu jauh......mengapa kita tidak membahas mr.Y atau Muhamma* saja disini?

Quote
Kan tetep bukan anda...... Yang anda tahu cuma Text Book dan denger omongan orang..... la kalau anda nggak yakin 100% kok berani ngomong Ajahn Chah itu Arhat tanpa embel2 kata "MUNGKIN". Benar2 tidak konsisten.
kasihan sekali,
sama hal nya ketika saya tidak tahu apa pernah S.Gotama lahir atau tidak...anggap saja tidak pernah lahir..
tetapi apa yang di sampaikan dalam BOOK[Tipitaka] itu sesuai fakta dan benar secara mutlak...
baik pernah atau tidak pernah lahir bukan lagi soal..melainkan apa yang ditemukan itu bisa di LIHAT DAN DI BUKTIKAN SEKARANG...
apa pernah 4 kesunyataan mulia itu mati kadaluarsa/Expired?

begitu pula dengan AjahnChah, saya belum pernah menjumpai Beliau, baik tidak pernah lahir atau pernah lahir,
melainkan apa yang tercatat dari yang di ajarkannya tidak pernah EXPIRED...dan tetapi bisa di buktikan saat ini.

Quote
Saya yang tidak nyambung atau anda???.......wakakaka
wah Tertawa... tapi baguslah biar awet muda...    ;D

sudahlah tidak ada yang perlu dibahas lagi...
karena anda ngotot dengan yang anda tidak bisa pikirkan sendiri dan menganggap itu 100% sudah teralisasikan..
kalau saya sudah yakin kok,sama seperti anda yakin tidak ada yang terbentuk itu kekal...
dan membunuh dengan welas asih itu tidak ada....

masalah kelakuan sandiwara Buddha semasa hidup kemudian jika di gabungkan dengan ketika telah tercerahkan dibawah pohon bodhi...sungguh rancu...
apalagi waktu berusaha keluar Istana masih butuh bantuan DEWA....padahal seorang Buddha memiliki Abhinna luar biasa mau pindah tempat dalam sekejab saja tidak pake lama....
apa Abhinna nya macet lagi?

terlalu banyak kejanggalan dalam sutra yang tidak mungkin saya tulis semua disini......dan parahnya lagi kejanggalan semua itu rata-rata bertolak belakang jauh dari sutta.

 _/\_
salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1719 on: 17 August 2009, 01:28:25 AM »
Ada satu hal yang menggelitik saya...

Sering kali "upaya kausalya" dipakai untuk menunjukkan perbuatan eksklusif dari para Bodhisattva. Semakin sering dipakai sebagai 'tameng', saya melihat bahwa upaya kausalya ini seperti sebuah pembenaran...

Adakah penjelasan detil nan sistematis tentang kenapa upaya kausalya hanya bisa dilakukan oleh Bodhisattva tingkat tinggi?

Setahu saya, Sang Buddha (dalam Tipitaka Pali) tidak pernah mengajarkan apalagi melakukan upaya kusala. Apakah dalam Tripitaka Mahayana terdapat kisah seperti itu?


Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1720 on: 17 August 2009, 09:00:24 AM »
cerita itu sungguh rancu dimana AjahnChah menyuruh "bunuh saja serangga/hama, biar saya yang tanggung karma nya,dari pada menghambat latihan murid-murid saya"

Seorang Arahat pasti sudah tahu, hukum Karma tidak bisa di pindah-pindahkan....
tidak mungkin bapak makan nasi lantas anak yang kenyang
apalagi Arahat sudah tahu tentang hukum karma...
apakah mungkin Arahat seperti AjahnChah masih ngomong hal tolol seperti itu?
mau tanggung karma orang?
makanya saya ragu kebenarannya....
cerita ini saya dengar langsung dari seorang ajahn yg pernah berdiam di bodhinyana monastery...

biasakan mengutip dengan akurat. yg saya dengar, ajahn chah bersedia menerima karma buruknya demi latihan murid2nya, bukan menanggung karma orang lain. ajahn chah bukan  atau suma ching hai... dia juga gak bilang bunuh aja serangga2 itu. dia panggil exterminator...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1721 on: 17 August 2009, 01:26:41 PM »
cerita itu sungguh rancu dimana AjahnChah menyuruh "bunuh saja serangga/hama, biar saya yang tanggung karma nya,dari pada menghambat latihan murid-murid saya"

Seorang Arahat pasti sudah tahu, hukum Karma tidak bisa di pindah-pindahkan....
tidak mungkin bapak makan nasi lantas anak yang kenyang
apalagi Arahat sudah tahu tentang hukum karma...
apakah mungkin Arahat seperti AjahnChah masih ngomong hal tolol seperti itu?
mau tanggung karma orang?
makanya saya ragu kebenarannya....
cerita ini saya dengar langsung dari seorang ajahn yg pernah berdiam di bodhinyana monastery...

biasakan mengutip dengan akurat. yg saya dengar, ajahn chah bersedia menerima karma buruknya demi latihan murid2nya, bukan menanggung karma orang lain. ajahn chah bukan  atau suma ching hai... dia juga gak bilang bunuh aja serangga2 itu. dia panggil exterminator...

apa extermintator itu maksud nya yg mengeksekusi?

maaf,maaf yang saya baca sekira nya demikian tetapi kurang lebih, pokok nya Ajahn bersedia menanggung kamma buruk nya,
bisakah yg mengeksekusi memindahkah kamma buruknya ke orang ?
misalkan Algojo yg memenggal leher, Algojo bertindak atas perintah Raja...
dimana Raja[ memiliki niat buruk ] kemudian algojo sudah niat buruk action nya buruk pula...

apakah bisa kamma buruk algojo dipindahkan ke Raja sehingga algojo bebas dari hukum kamma

---------
mungkin yg dimaksudkan lain, misalkan begini..
Latihan murid-murid > berarti murid tersebut belum mencapai pencerahan....
seseorang yang belum mencapai pencerahan, wajar saja melakukan berbagai kesalahan
bahkan tidak jarang pada saat hari-hari tertentu para Bikkhu menyatakan kesalahannya dan berusaha untuk tidak melakukan pelanggaran lagi...

jadi, bisa saja para bikkhu[yang belum tercerahkan] itu melanggar vinaya atau bahkan membunuh dengan banyak alasan..

sekarang yang dibahas adalah orang yang telah tercerahkan sempurna ini melakukan pembunuhan.

jadi sekira-nya saya tidak mungkin percaya begitu saja cerita demikian dengan maksud bahwa boleh membunuh[valid / tidak salah] itu dapat dilakukan.
Ajahn mungkin memiliki maksud lain dari apa yang dikatakannya....harusnya dibicarakan lebih detail...
bukan membahas 1 kutipan dan mengambil analisa bahwa Ajahn memang demikian..padahal dalam buku AjahnBrahm sendiri bertolak belakang sekali.


salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

dharmamitra

  • Guest
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1722 on: 17 August 2009, 07:15:52 PM »
Quote
mana Abhinna - nya? masa orang tercerahkan sempurna kepepet akal....

Angulimala saja dengan santai nya Buddha taklukkan....
bahkan seorang "Tercerahkan sempurna" memiliki kemampuan batin untuk membuat 500 orang tersebut tidak terlihat oleh penjahat...dimana pernah Buddha melakukan kesaktian ini[cuma saya lupa kisah lengkap-nya]

Tercerahkan sempurna memiliki lagi kemampuan batin luar biasa dapat berpindah tempat dalam sekejab, bahkan dengan kemampuan itu bisa menyentuh Matahari dan Bulan dengan tangan sendiri...

Abhinna nya, apa macet pada saat itu?

cerita ini memang sekilas mengharukan melihat tekad mulia bodhisatva tetapi sayangnya jiika diteliti lebih lanjut justru terlihat seperti kebodohan pengarang.... [Quote/]


OK... Menurut Vinaya, bagaimanapun juga, Bhikkhu dilarang keras membunuh.
Dalam kasus ini, saat itu Bodhisattva bukan seorang Bhikkhu melainkan seorang  kasta Ksatria. Di sutra ini, juga Buddha mengatakan ini bukan berarti anjuran untuk membunuh, dan tidak membenarkan pembunuhan.
Saat itu Bodhisattva belum menjadi Buddha bro... tentu saja kemampuannya belumlah sempurna. Dan ini bukan tentang kepepet akal, melainkan situasi kepepet. Bisakah bro bayangkan penjahat ganas di depan mata kita dengan senjata berbahaya? Ini situasi yang sudah di luar kendali kita. Pikiran si penjahat sudah terlalu liar, hanyut dalam keserakahan akan kekayaan besar.
OK lah, Buddha menaklukkan Angulimala. Tapi bagaimana dengan kehancuran suku Sakya? Bukankah Buddha pun tidak bisa mencegah penyerangan itu, sekalipun sudah menasehati pada sang Raja?  Lalu bukankah ada pula kisah di mana penduduk suatu kota hanya menghormati Mahamonggalana dan tidak menghiraukan Buddha?  Jadi ada saat2 tertentu, kita terpaksa adu keras atau kabur. Sedangkan saat itu, kapal Bodhisattva sedang di tengah2 lautan. Tidak mungkin mereka bisa kabur dari situasi ini.
Bila kita yang dihadapkan pada situasi yang sama dengan dua pilihan: dibunuh atau membunuh.  Manakah yang kita pilih? Bila membunuh maka kita berbuat karma buruk. Bila membiarkan dibunuh, si penjahat berbuat karma buruk. Dan bila kita menerima dibunuh tanpa menyimpan dendam, kita melakukan Khanti parami. Dalam hal ini apabila memang tidak ada jalan keluar lain, maka memilih Khanti parami adalah pilihan yang baik.
Nah, sekarang coba kita sesuaikan dengan kisah di atas. Apakah bijak membiarkan 1 bunuh 500?



Quote
sama seperti Sutra kisah Bakti orang tua, buddha ber-anjali pada tumpukan Tulang...

wong Bapak nya saja Raja yang masih hidup Buddha tidak melakukan hal itu.....bahkan ketika Gotama masih kecil Petapa Asita justru yang menghormati beliau, karena jika sebaliknya yang di hormati Tathagatha,maka kepala petapa Asita kaladewata akan pecah 7. [Quote/]
]

Tentu saja bila Tathagata bernamaskara pada manusia, kepala orang itu akan dipecahkan menjadi 7 oleh  Vajrapani Bodhisattva (dalam kanon Pali disebut sebagai Raja Yakkha Vajirapani). Namun, hal ini tidaklah mungkin terjadi. Seorang Buddha tidak akan melakukan tindakan demikian.
Namun dalam sutra bakti Buddha menyatakan perlunya menghormati orang tua, di mana tulang belulang itu adalah orang tua Bodhisattva di masa lampau. Buddha beranjali, bukan namaskara!
Buddhadharma begitu indah, Pengetahuan Kebijaksanaan Tathagata lebih dalam dan lebih luas dari lautan, sungguh tak mudah dipahami, sungguh sulit dipahami...
Saya tidak mengatakan semua tulisan saya ini benar, juga tidak melihat ini salah. Apa yang saya pahami adalah pemahaman saya. Apa yang anda pahami adalah pemahaman anda. Saya tidak bisa membuat pemahaman saya menjadi pemahaman anda, begitu juga sebaliknya. Saya belum paham benar 100% akan sutra2 itu, tapi saya tahu bahwa sutra2 itu benar hanya saja saya yang belum memahami. Dan hal ini bukanlah masalah. Apa yang saya pahami dari sutra ini saya ambil, apa yang belum saya pahami saya biarkan demikian sampai saatnya tiba saya memahaminya.
Bila ada sutta Pali yang sulit dimengerti apakah itu berarti sutta palsu? Tidak, sutra itu harus diklarifikasikan dengan benar, yaitu oleh seorang Arya. Saya sendiri tidak merasa berhak mengecap suatu karya palsu atau asli.
« Last Edit: 17 August 2009, 07:20:21 PM by dharmamitra »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1723 on: 17 August 2009, 08:36:57 PM »
Quote
mana Abhinna - nya? masa orang tercerahkan sempurna kepepet akal....

Angulimala saja dengan santai nya Buddha taklukkan....
bahkan seorang "Tercerahkan sempurna" memiliki kemampuan batin untuk membuat 500 orang tersebut tidak terlihat oleh penjahat...dimana pernah Buddha melakukan kesaktian ini[cuma saya lupa kisah lengkap-nya]

Tercerahkan sempurna memiliki lagi kemampuan batin luar biasa dapat berpindah tempat dalam sekejab, bahkan dengan kemampuan itu bisa menyentuh Matahari dan Bulan dengan tangan sendiri...

Abhinna nya, apa macet pada saat itu?

cerita ini memang sekilas mengharukan melihat tekad mulia bodhisatva tetapi sayangnya jiika diteliti lebih lanjut justru terlihat seperti kebodohan pengarang.... [Quote/]


OK... Menurut Vinaya, bagaimanapun juga, Bhikkhu dilarang keras membunuh.
Dalam kasus ini, saat itu Bodhisattva bukan seorang Bhikkhu melainkan seorang  kasta Ksatria. Di sutra ini, juga Buddha mengatakan ini bukan berarti anjuran untuk membunuh, dan tidak membenarkan pembunuhan.
Saat itu Bodhisattva belum menjadi Buddha bro... tentu saja kemampuannya belumlah sempurna. Dan ini bukan tentang kepepet akal, melainkan situasi kepepet. Bisakah bro bayangkan penjahat ganas di depan mata kita dengan senjata berbahaya? Ini situasi yang sudah di luar kendali kita. Pikiran si penjahat sudah terlalu liar, hanyut dalam keserakahan akan kekayaan besar.
OK lah, Buddha menaklukkan Angulimala. Tapi bagaimana dengan kehancuran suku Sakya? Bukankah Buddha pun tidak bisa mencegah penyerangan itu, sekalipun sudah menasehati pada sang Raja?  Lalu bukankah ada pula kisah di mana penduduk suatu kota hanya menghormati Mahamonggalana dan tidak menghiraukan Buddha?  Jadi ada saat2 tertentu, kita terpaksa adu keras atau kabur. Sedangkan saat itu, kapal Bodhisattva sedang di tengah2 lautan. Tidak mungkin mereka bisa kabur dari situasi ini.
Bila kita yang dihadapkan pada situasi yang sama dengan dua pilihan: dibunuh atau membunuh.  Manakah yang kita pilih? Bila membunuh maka kita berbuat karma buruk. Bila membiarkan dibunuh, si penjahat berbuat karma buruk. Dan bila kita menerima dibunuh tanpa menyimpan dendam, kita melakukan Khanti parami. Dalam hal ini apabila memang tidak ada jalan keluar lain, maka memilih Khanti parami adalah pilihan yang baik.
Nah, sekarang coba kita sesuaikan dengan kisah di atas. Apakah bijak membiarkan 1 bunuh 500?



Quote
sama seperti Sutra kisah Bakti orang tua, buddha ber-anjali pada tumpukan Tulang...

wong Bapak nya saja Raja yang masih hidup Buddha tidak melakukan hal itu.....bahkan ketika Gotama masih kecil Petapa Asita justru yang menghormati beliau, karena jika sebaliknya yang di hormati Tathagatha,maka kepala petapa Asita kaladewata akan pecah 7. [Quote/]
]

Tentu saja bila Tathagata bernamaskara pada manusia, kepala orang itu akan dipecahkan menjadi 7 oleh  Vajrapani Bodhisattva (dalam kanon Pali disebut sebagai Raja Yakkha Vajirapani). Namun, hal ini tidaklah mungkin terjadi. Seorang Buddha tidak akan melakukan tindakan demikian.
Namun dalam sutra bakti Buddha menyatakan perlunya menghormati orang tua, di mana tulang belulang itu adalah orang tua Bodhisattva di masa lampau. Buddha beranjali, bukan namaskara!
Buddhadharma begitu indah, Pengetahuan Kebijaksanaan Tathagata lebih dalam dan lebih luas dari lautan, sungguh tak mudah dipahami, sungguh sulit dipahami...
Saya tidak mengatakan semua tulisan saya ini benar, juga tidak melihat ini salah. Apa yang saya pahami adalah pemahaman saya. Apa yang anda pahami adalah pemahaman anda. Saya tidak bisa membuat pemahaman saya menjadi pemahaman anda, begitu juga sebaliknya. Saya belum paham benar 100% akan sutra2 itu, tapi saya tahu bahwa sutra2 itu benar hanya saja saya yang belum memahami. Dan hal ini bukanlah masalah. Apa yang saya pahami dari sutra ini saya ambil, apa yang belum saya pahami saya biarkan demikian sampai saatnya tiba saya memahaminya.
Bila ada sutta Pali yang sulit dimengerti apakah itu berarti sutta palsu? Tidak, sutra itu harus diklarifikasikan dengan benar, yaitu oleh seorang Arya. Saya sendiri tidak merasa berhak mengecap suatu karya palsu atau asli.

Sutra bakti yang beredar sekarang sudah di pastikan palsu
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1724 on: 18 August 2009, 12:32:11 AM »
Quote
Dalam kasus ini, saat itu Bodhisattva bukan seorang Bhikkhu melainkan seorang  kasta Ksatria. Di sutra ini, juga Buddha mengatakan ini bukan berarti anjuran untuk membunuh, dan tidak membenarkan pembunuhan.
Saat itu Bodhisattva belum menjadi Buddha bro... tentu saja kemampuannya belumlah sempurna. Dan ini bukan tentang kepepet akal, melainkan situasi kepepet. Bisakah bro bayangkan penjahat ganas di depan mata kita dengan senjata berbahaya? Ini situasi yang sudah di luar kendali kita. Pikiran si penjahat sudah terlalu liar, hanyut dalam keserakahan akan kekayaan besar.
OK lah, Buddha menaklukkan Angulimala. Tapi bagaimana dengan kehancuran suku Sakya? Bukankah Buddha pun tidak bisa mencegah penyerangan itu, sekalipun sudah menasehati pada sang Raja?
mohon saudara membaca dari halaman 1.
karena jika anda membaca dari halaman 1 tidak mungkin ada alasan seperti yg saya bold biru.

sekali lagi Buddha bukan pembela kebenaran seperti hero superman atau batman...
Buddha hanya menasehati[penunjuk jalan] yang mau milih adalah anda/kita.

Quote
OK... Menurut Vinaya, bagaimanapun juga, Bhikkhu dilarang keras membunuh.
Dalam kasus ini, saat itu Bodhisattva bukan seorang Bhikkhu melainkan seorang  kasta Ksatria
mohon anda baca dari page 1.
dalam Sutra mahayana dikatakan Gotama telah mencapai pencerahan sempurna JAUH sebelum kelahirannya yg sekarang.
makanya saya katakan "masa Abhinna-nya macet?" bahkan sibuk cari jodoh dengan Yasodhara...
dan dijawab oleh Om Gandalf itu semua adalah "upayakausalya"


Quote
Dalam hal ini apabila memang tidak ada jalan keluar lain, maka memilih Khanti parami adalah pilihan yang baik.
Nah, sekarang coba kita sesuaikan dengan kisah di atas. Apakah bijak membiarkan 1 bunuh 500?
saya anjurkan anda membaca 7 pertapa dalam goa yang di serang penjahat dalam buku "Membuka pintu hati" AjahnBrahm...
mohon anda baca...
« Last Edit: 18 August 2009, 12:50:49 AM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

 

anything