Seorang Bodhisatva sama seperti saya dan anda manusia, mereka memiliki 5khandha yang sama....memangnya mereka puunya 10 khandha? sehingga tidak bisa dipahami sama sekali...
memang saya tidak tahu apa itu nirvana secara realita....akan tetapi saya bisa TAHU SECARA PASTI mana MEMBUNUH dan mana WELAS ASIH....sudah saya bilan di post kemarin.
misalkan seorang Bikkhu dapat mengetahui rasa gula itu manis dan rasa garam itu asin, kemudian mengetahui rasa lemon = asam.
saya sudah yakin 100% rasa gula itu = manis, tetapi belum mengetahui rasa garam dan rasa lemon.
sedangkan anda katakan rasa gula,rasa garam serta rasa lemon semua nya gelap atau anda tidak ketahui....
untuk apa latihan meditasi, latihan 8 jalan, kalau selalu menggangap bodhisatva itu serba bisa dan kita manusia tidak tahu apa-apa?
Mereka punya 5 skandha, tapi realisasi dan pengendalian mereka terhadap 5 skhanda sangat jauh berbeda dengan kita2 sebagai prthagjana.
Justru saya bangga jadi manusia tidak tahu apa-apa, dibanding harus menjadi MANUSIA SOK TAHU.
Anda bilang anda cuma tahu rasa gula...... ya sama aja dong berarti anda ya memang belum tahu rasa garam (upaya kausalya Bodhisattva)...... makanya jangan bicara aneh2.
Kalau anda baca Sila Bodhisattva, maka juga disebutkan jangan membunuh. Para Bodhisattva ya juga tahu bahwa seseorang seharusnyalah tidak membunuh karena seseorang harus mengembangkan welas asih atau Bodhicitta. Jadi ya para Bodhisattva tentu TAHU RASA gula.
Namun ada saat2 di mana tentu ada pengecualian untuk semua, dan ini hanya bisa dilakukan Bodhisattva tingkat tinggi - yaitu garam yang anda belum ketahui rasanya.
memang apa hubungannya? dengan topik....
kalau mau text book atau tidak....semua isi sutta/sutra juga bisa dikatakan NOL BESAR...
SangBuddha melakukan abhinna, hah paling acara The master....
kalau buat alasan sesuai topik jadi biar nyambung.......
Saya yang tidak nyambung atau anda???.......wakakaka
Anda berkata saya tidak rasional dengan mengatakan Bodhisattva bisa membunuh dengan welas asih 100%, maka saya katakan kalau itu tindakan seorang Bodhisattva yang tidak mampu sepenuhnya dipahami oleh kita, sama seperti Nirvana. Semuanya cuma keyakinan pada Text Book.
Bebas dari nafsu seks itupun juga text book Tripitaka, bagi orang-orang ATHEIS ataupun MURNI SCIENTIST atau yang tidak beragama, ataupun yang agama K dsb, bagi mereka Nirvana itu juga TIDAK RASIONAL karena mana mungkin nafsu seks bisa ilang - itu kan kondisi alamiah manusia!!, sama seperti ketika anda menggangap upaya kausalya Bodhisattva itu tidak rasional, dengan menganggap mustahil bisa membunuh dengan welas asih 100%.
Bagi orang ATHEIS dan SCIENTIST MURNI, Nirvana tidak rasional karena mengatakan seseorang bisa bebas dari kebencian dan nafsu seks sepenuhnya. Nah menurut mereka ini kondisi alamiah manusia, mana bisa dilenyapkan? Gak logis ah! Yang bisa adalah bagaimana sebijaksana mungkin mengendalikan amarah / nafsu mereka, atau mengarahkannya ke sesuatu yang positif, jadi gak bisa serta merta ilang lenyap abisss.bis....bis....
Nah menurut orang seperti anda....... mengatakan bahwa upaya kausalya itu tidak logis karena mustahil seseorang bsia membunuh dengan welas asih 100%.
Ya sebenarnya posisi anda itu ya sama seperti ATHEIS dan SCIENTIST MURNI itu, yang sama2 menanyakan sesuatu yang belum mereka realisasi sendiri.
gula, garam , lemon tidak ada yang rasa yg diketahui? apa gunanya latihan?....
kalau pakai pikiran anda,
Nurdi* juga seorang Bodhisatva bagi ALLA# karena berusaha menyelamatkan makhluk hidup dari Neraka.
bahkan calon pengantin rela mengorbankan nyawa.....
Anda ini benar2 tidak memperhatikan tulisan orang ya.....
Sudah saya katakan akibat dari upaya kausalya seorang Bodhisattva HARUS POSITIF 100% di segala aspek. Nah kalau kaya Nurdi* itu apa kalau nggak malah nambah kerusakan di negeri ini. Mananya yang positif?
Konyol sekali anda membandingkan Nurdi* dan Bodhisattva. Untuk alasan lainnya silahkan lihat postingan saya sebelumnya... males kalau ngulang2 terus untuk mengahadapi pikiran negatif terus seperti anda.... yang berusaha menyama2kan Bodhisattva dengan teroris.... padahal sudah sejak kemarin2 sudah saya tekankan perbedaannya.....
kalau begitu mari dukung Palestina dan Israel biar terus saling sikat....
Loh... maka dari itu saya kan pernah bilang, metode filosofi Gandhi bisa efektif dalam kondisi tertentu.
Metode peperangan melawan penjajah di Indonesia ternyata juga terbukti efektif, dan hasilnya cukup positif, yaitu kita bisa MERDEKA sekarang ini.........besok 17 Agustusan lo.... hayooo... saatnya anda merenungkan jasa2 pahlawan kita!
Nah kalau perangnya Palestina sama Israel? Kayanya metode peperangan tidak efektif di sana. maka cobalah metode Gandhi, atau metode lainnya??
Satu metode tidak dapat diaplikasikan dalam semua jenis kondisi bossssss........... maka dari itu Sang Buddha pun mengajar 80000 pintu Dharma.
dari pendapat anda, anda seperti bisa membaca masa depan...
kalau kasus bikkhu di bali, mungkin anda sudah menghajar preman......tetapi jika kamma baik berbuah pasti ada sesuatu hal yg terjadi yang dapat merubah..
Oh jadi anda nunggu karma baik tok...... yaa.... hahaha..... kalau Bhante Mettanando bilang, orang seperti anda itu "KARMATIC BUDDHIST" yang pemahamannya masih banyak yang perlu dibenahi sana sini.
Oya yang soal wanita terkena banjir itu menurut anda bhikkhunya boleh nolong gak? wkwkwk..... kita lihat pengembangan metta bhavana anda itu seperti apa? Karena anda sudah berani menyindir maitri karuna yang dimiliki Bodhisattva!
saya tidak yakin 100%, akan tetapi pratek dan kebijaksanaan beliau sudah TERTULIS dan banyak SAKSI..
Kan tetep bukan anda...... Yang anda tahu cuma Text Book dan denger omongan orang..... la kalau anda nggak yakin 100% kok berani ngomong Ajahn Chah itu Arhat tanpa embel2 kata "MUNGKIN". Benar2 tidak konsisten.
berbeda dengan hanya TERTULIS tapi kelakuan diluar hajar kiri hajar kanan.
pernah lihat film bikkhu T main kungfu? secara tidak langsng itu sudah terlihat
tapi coba lihat Biksu Shaoli* ? filmnya beredar dimana, mana bak pembela kebenaran....
ya semua biksu itu calon bodhisatva dan melakukan meditasi objek injak kaki di tanah hingga tanah cekung, objek yang jauh dari jangkauan sang Guru.
La ini anda tetap bebal padahal sudah dikasih tahu.
Bhiksu Shaolin yang mengerti ajaran Buddha tentu tidak sembarang main hajar sana sini, beliau TAHU KAPAN AKAN KABUR, KAPAN HARUS MENGHAJAR untuk menyadarkan orang tersebut. Jadi seorang Bhiksu Shaolin yang paham tentu akan bertindak sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada dengan tepat dan cermat, dan untuk masing2 kondisi ya dihadapi dengan metode yang berbeda2 pula.
Ini menunjukkan anda tidak perhatian sama sekali terhadap tulisan saya. Yang ada dalam pikiran anda jangan2 cuma "bhiksu Shaolin langgar Vinaya... langgar Vinaya..... buruk... buruk....". Ya pantes aja.
Emang bhikkhu T nggak ada yang jago kungfu ya.... setahu saya di Thai ada juga yang jadi guru Muay thai tuh....
disini sudah 2 point kesalahan fatal...
1. mana ABHINNA nya? pernakah anda melihat Buddha terdesak?
2.lagi-lagi kalau terdesak yah membunuh dengan welas asih....mencuri dengan terpaksa?
semua pencuri kalau di tangkap polisi tahu alasannya?
pak saya terpaksa, karena masalah perut alias lapar, dan dari pada anak dan istri sy mati kelaparan jadi lebih baik saya mencuri....
Justru saya melihat pendapat anda yang punya kesalahan fatal.
Seorang Bodhisattva tentu tidak pernah terdesak, beliau tentu memliki kebijaksanaan yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah.
Kalau anda masih tidak mengerti mengenai kata "terpaksa" maka saya jelaskan begini:
Misal ada si A ini orangnya jahaaattt bangett... sukanya bunuh sana sini, karena halangan karmanya, sifatnya sangat sulit diubah. Lalu Sang Bodhisattva melihat orang tersebut dan berusaha menyelamatkannya, kemudian beliau berpikir metode apakah yang tepat untuk orang tersebut? Pada saat "penerawangan" beliau itu, Sang Bodhisattva menyadari bahwa tampaknya orang jahat ini sangat bebal sekali sehingga sulit diubah ke dalam ajaran Buddha Dharma. Namun dengan welas asihnya, sang Bodhisattva tetap berusaha untuk merubahnya menjadi orang baik dengan cara2 yang tanpa melanggar sila (misal tanpa membunuhnya). Sang Bodhisattva berusaha untuk sabar dan terus setia membimbing si orang jahat.
Namun apa daya, rintangan karma buruk orang tersebut terlalu berat, dan ia masih suka banyak membunuh orang, sehingga akhirnya Sang Bodhisattva memutuskan untuk mengambil nyawanya dengan tujuan untuk menyelamatkan para calon korban dan orang jahat itu sendiri dari bahaya karma buruk.
Di sini SANG Bodhisattva sama sekali TIDAK TERPAKSA. Beliau hanya bertindak sesuai dengan kondisi batin seseorang dan pemahaman yang jelas akan akibat2 perbuatan seseorang, dengan tujuan menyelamatkan semua makhluk.
Kenapa saya menggunakan kata2 "terpaksa", ini sekadar untuk menunjukkan bahwa tidak ada jalan lain lagi yang dapat dilakukan, tidak ada lagi jalan damai/lembut yang dapat digunakan sehingga salah satu metode yang dapat dipakai adalah "jalan kekerasan" untuk menyadarkan orang tersebut. Inilah yang saya maksud "terpaksa".
Jadi kondisinya-lah yang terpaksa, BUKAN pribadi Sang Bodhisattva yang terpaksa. Karena Bodhisattva yang telah melenyapkan kleshavarana tidak akan pernah terpaksa.
pencuri saja NGAKU SALAH walau mencuri karena WELAS ASIH, dari pada BODHISATVA tidak ngaku SALAH kalau membunuh........[ dan lagi ngaku nya tidak melekat pada LDM ]
sungguh keliru......
Bodhisattva juga akan NGAKU SALAH kalau tindakannya itu TIDAK DISERTAI BODHICITTA. Bodhicitta bukanlah seekdar welas asih agung, tapi juga kebijaksanaan agung. Bahkan ketika melakukan upaya kausalya pembunuhan pun, beliau masih juga NGAKU SALAH dan dengan berani siap menanggung segala perbuatannya yang negatif [mis: membunuh].
begini saja, anda tanya sj ke vihara Theravada disitu, terutama bikkhu sudah bermassa vassa lebih 5 tahun....dari pada saya ngomong terus....
bhante Agadippo saja dan murid Bhante Win sudah ngomong sama....
bukan menunggu...bikkhu bisa menolong tapi dengan ruang gerak TERBATAS....
seperti ANANDA THERA...cuma pasang BODY untuk melindungi GURU-NYA....
bukan ambil tombak,pedang buat bunuh gajah NALAGIRI....
memang beda dengan Bodhisatva, semua nya BISA!!! upayakausalya gitu loh....beres...
coba anda solusikan cerita AjahnBrahm mengenai 7 bikkhu di GOA tersebut...dengan metode Bodhisatva...
hasilnya pasti seperti film pahlawan hidup semua, penjahat mampus...happy ending..
dari situ sudah kelihatan mana orang ber-metta mana orang jagoan metta tapi tangannya nusuk kiri nusuk kanan.
Dan saya juga lihat bagaimana seseorang BUTA terhadap METTA yang sejati dan sudah MEMBATU, sehingga tidak mau menolong orang yang digebukin dengan alasan Vinaya, bahkan tidak mau menolong wanita yang terseret banjir.
Karena Sang Buddha melihat bahwa gajah Nalagiri dapat ditaklukkan dengan cara lembut, maka Beliau menaklukkannya dengan cara yang lembut. Ini karena beliau mampu melihat jelas bagaimana kondisi batin gajah Nalagiri.
Seorang Bodhistatva yang melakukan upaya kausalya juga terlebih dahulu melihat kondisi batin seseorang dan melihat segala akibat-akibatnya, apakah orang tersebut dapat ditaklukkan dengan cara lembut, atau harus ditaklukkan dengan cara yang keras [mislanya harus membunuhnya]?
Maka dari itu saya mengatakan anda ini sukanya seenaknya MENYAMARATAKAN. Sudah saya katakan bahwa satu metode tidak dapat digunakan untuk semua kondisi, begitu juga dengan metode "membunuh untuk menyelamatkan banyak orang" ya tidak dapat diaplikasikan dalam semua kondisi.
Jadi ya nggak usah ngasih contoh aneh seperti "wah ada Gajah Nalagiri kenapa nggak ambil tombak?" Ini adalah pertanyaan konyol yang terburu2 karena anda ternyata tidak mau paham apa yang saya maksudkan, padahal
saya sudah bilang bahwa para Bodhisattva selalu mengedepankan terlebih dahulu cara2 "Non-Violence", dan ternyata Gajah Nalagiri memang sesuai dengan metode ini, yang sangat mujarab - ya iya dong kan ajaran Sang Buddha, tentu mujarab!.
Maka dari itu dalam sutra2 lebih banyak disebutkan bagaimana Bodhisattva menyelamatkan seseorang yang jahat dengan cara yang lembut, yang tanpa harus membunuhnya. Sedangkan kisah2 upaya kauslaya yang mengharuskan membunuh sangat sedikit. Ini disebabkan bahwa Sang Bodhisattva memiliki welas asih agung.
ini persis seperti buku AjahnBrahm dimana orang inggris tersebut.
mengatakan saya melakukan Sex dengan istri saya tapi saya tidak melekat.
lalu apa kata Ajahn?
coba anda cari tahu sendiri....
Ah kisah itu........ itu kan yang dibahas adalah prthagjana.... ya saya kira ya wajar aja.....hahaha.......
salam metta....
[/quote]