//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663653 times)

0 Members and 7 Guests are viewing this topic.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1380 on: 03 June 2009, 12:36:17 AM »
BAB V
TENTANG JALAN MENUJU
PANTAI SEBERANG

3. PERTANYAAN PUNNAKA

 
Siswa brahmana Punnaka adalah penanya berikutnya:

1.    'Saya datang,' katanya, 'untuk mengajukan pertanyaan mengenai orang yang tanpa nafsu, orang yang, memiliki penglihatan yang berakar dalam. Yang Mulia, saya mohon penjelasan, mengapa para bijaksana di dunia, para brahmana, para penguasa dan lain-lain, selalu memberikan persembahan kepada para dewa?'

2.    'Orang-orang itu,' kata Sang Buddha, 'selalu memberikan persembahan kepada para dewa, karena sementara bertambah tua mereka ingin mempertahankan kehidupan mereka seperti dahulu.'

3.    'Tetapi, Yang Mulia,' kata Punnaka, 'dengan melakukan semua persembahan yang khidmat ini, apakah mereka akan pernah melampaui usia tua dan kelahiran?'

4.    'Doa-doa mereka,' kata Sang Buddha, 'puji-pujian, persembahan dan aspirasi mereka semuanya dibuat atas dasar ingin memiliki, ingin ganjaran: Mereka merindukan kenikmatan sensual. Orang-orang, para ahli dalam persembahan ini, bersuka ria di dalam nafsu untuk dumadi (menjadi). Orang-orang ini tidak dapat melampaui usia tua dan kelahiran.'

5.    'Engkau harus menjelaskan hal ini, Yang Mulia,' kata Punnaka. Jika semua persembahan yang diberikan para ahli itu tidak dapat membawa mereka menyeberangi usia tua dan kelahiran, siapakah di antara manusia, di antara para dewa yang telah pernah berhasil melampauinya?'    

6.    'Ketika seseorang telah memeriksa dunia dari atas sampai bawah,' jawab Sang Buddha, jika tidak ada apa pun di dunia ini yang menimbulkan percikan gejolak, maka dia telah menjadi manusia yang bebas dari asap, getaran dan kelaparan nafsu. Dia telah menjadi tenang. Dia telah melampaui usia tua; dia telah melampaui kelahiran.'


Sutta diatas bagaimana menurut mahayanis? soalnya mahayanis dewanya banyak khan ;D

Penghormatan kepada dewa dalam Mahayana tetap dalam koridor sekedar penghormatan, bukan objek perlindungan.   Mahayana juga mengajarkan jalan utk menyeberangi usia tua dan kelahiran.
JIka kuatir mengalami pandangan salah, ya tentu harus memberi wejangan2 dan penjelasan. Memangnya dalam praktik Mahayana tidak melakukan itu?
Lagipula jika menilik kembali pada Sutta, Sang Buddha saja tidak mengajar jalan utk menyeberangi usia tua dan kelahiran kepada Brahmana Sigalovada, malahan hanya mengajarkan bagaimana memberi persembahan ke 6 arah.
"Ibu dan ayah adalah arah timur,
Dan guru-guru adalah arah selatan
Istri den anak-anak adalah arah barat,
Dan sahabat-sahabat serta sanak keluarga adalah arah utara;
Para pelayan dan karyawan adalah arah bawah
Dan arah atas adalah para pertapa dan brahmana
Semua arah ini harus disembah oleh orang yang
Pantas menjabat sebagai kepala keluarga dalam warganya."

Pada kenyataannya sekarang tidak sedikit juga yg berpegang pada Sigalovada sutta dan alhasil sibuk melakukan karma baik yang bukan mengarah pada berakhirnya usia tua dan kelahiran, melainkan berharap sukur2 terlahir di alam dewa saja. Kalo dihitung2, itu gak jauh beda mengajar orang utk tetap berada dalam lingkup samsara. Dengan kata lain Sigalovada Sutta berseberangan toh dengan pertanyaan Punnaka dalam Khuddaka Nikaya ini, yakni tidak membawa orang utk melampaui usia tua dan kelahiran. 
:)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1381 on: 03 June 2009, 12:48:03 AM »
Penghormatan kepada dewa dalam Mahayana tetap dalam koridor sekedar penghormatan, bukan objek perlindungan.   Mahayana juga mengajarkan jalan utk menyeberangi usia tua dan kelahiran.
JIka kuatir mengalami pandangan salah, ya tentu harus memberi wejangan2 dan penjelasan. Memangnya dalam praktik Mahayana tidak melakukan itu?
Lagipula jika menilik kembali pada Sutta, Sang Buddha saja tidak mengajar jalan utk menyeberangi usia tua dan kelahiran kepada Brahmana Sigalovada, malahan hanya mengajarkan bagaimana memberi persembahan ke 6 arah.
"Ibu dan ayah adalah arah timur,
Dan guru-guru adalah arah selatan
Istri den anak-anak adalah arah barat,
Dan sahabat-sahabat serta sanak keluarga adalah arah utara;
Para pelayan dan karyawan adalah arah bawah
Dan arah atas adalah para pertapa dan brahmana
Semua arah ini harus disembah oleh orang yang
Pantas menjabat sebagai kepala keluarga dalam warganya."

Pada kenyataannya sekarang tidak sedikit juga yg berpegang pada Sigalovada sutta dan alhasil sibuk melakukan karma baik yang bukan mengarah pada berakhirnya usia tua dan kelahiran, melainkan berharap sukur2 terlahir di alam dewa saja. Kalo dihitung2, itu gak jauh beda mengajar orang utk tetap berada dalam lingkup samsara. Dengan kata lain Sigalovada Sutta berseberangan toh dengan pertanyaan Punnaka dalam Khuddaka Nikaya ini, yakni tidak membawa orang utk melampaui usia tua dan kelahiran. 
:)


Menurut saya ini misinterpretasi, Sigalaka Sutta dibabarkan Sang Buddha ketika melihat pemuda Sigalaka sedang memberi hormat mengikuti tradisi yang adalah suatu ritual yg tiadk bermanfaat, dan Sang Buddha kemudian memberikan alternatif penghormatan yg lebih bermanfaat.

Dalam sutta ini dijelaskan bagaimana cara menghormati orang tua, guru, karyawan, dll, dan bukan arahnya yg dipentingkan, arah itu hanya sebagai pengantar dalam pengajaran itu sebagai pembanding bagi pemuda Sigalaka yg secara rutin menyembah sepuluh penjuru.

dan Sang Buddha selalu mengajarkan sesuai dengan watak dan kecenderungan pendengarnya. dalam hal ini MUNGKIN Sang Buddha melihat bahwa potensi pemuda Sigalaka hanya sampai di sana. tetapi apakah hal ini membenarkan kita untuk mengabaikan sutta2 lainnya?

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1382 on: 03 June 2009, 12:49:47 AM »
RYU:

Berarti menurut Ko Tan Pandangan salah dalam ajaran Buddha tidak valid?

TAN:

Pertanyaan yang bagus. Valid bagi kita umat Buddha. Tetapi belum tentu valid bagi orang/ agama lain. Soto memang enak, tetapi bukan berarti semua orang suka soto atau harus makan soto. Sekarang posisinya saya balik.
Umpamanya saya ini penganut agama yang bernama Vestorisme (sekedar umpama). Tuhannya bernama Lord Vestor. Kitab Sucinya bernama Kyrmovestor, yang disabdakan sendiri pada utusannya yang bernama Lykomanus. Dalam kitab Kyrmovestor bab 9 ayat 7 dikatakan: "Orang-orang yang tidak percaya pada Lord Vestor selalu pencipta alam semesta adalah berpandangan salah dan mereka harus dipertobatkan. Umat-umatKu (Lord Vestor) harus berjuang menghapuskan pandangan salah umat manusia. Itu sebagai bukti cinta kasih kalian terhadapKu. Hapuskanlah pandangan salah itu."

Nah, saya selaku pengabar agama Vestorisme datang pada Anda dengan sejilid Kitab Kebenaran Kyrmovestor dan mengatakan, "Bung Ryu! Terimalah kebenaran Kyrmovestor! Hapuskan pandangan salah Anda yang tidak percaya pada Lord Vestor. Anda tersesat. Marilah tapaki jalan yang bahagia ini dengan beriman pada Lord Vestor."

Nah bagaimana tanggapan Anda kalau ada orang yang datang dengan mengatakan seperti itu pada Anda?
Kebenaran adalah valid bagi mereka yang menerimanya. Kebenaran adalah tidak valid bagi mereka yang tidak menerimanya.

Amiduofo,

Tan

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1383 on: 03 June 2009, 06:10:20 AM »
Mahayana memiliki berapa suta "resmi" ?
apakah diamond suta juga "milik" Mahayana?
apakah TaMo yg membawa agama Buddha ke Tiongkok
   yg kemudian disebut Mahayana?
apa arti sebenarnya Mahayana ?

thanks sebelumnya...
semoga pertanyaan diatas cukup kritis utk dibahas. :)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1384 on: 03 June 2009, 06:42:11 AM »
RYU:

Berarti menurut Ko Tan Pandangan salah dalam ajaran Buddha tidak valid?

TAN:

Pertanyaan yang bagus. Valid bagi kita umat Buddha. Tetapi belum tentu valid bagi orang/ agama lain. Soto memang enak, tetapi bukan berarti semua orang suka soto atau harus makan soto. Sekarang posisinya saya balik.
Umpamanya saya ini penganut agama yang bernama Vestorisme (sekedar umpama). Tuhannya bernama Lord Vestor. Kitab Sucinya bernama Kyrmovestor, yang disabdakan sendiri pada utusannya yang bernama Lykomanus. Dalam kitab Kyrmovestor bab 9 ayat 7 dikatakan: "Orang-orang yang tidak percaya pada Lord Vestor selalu pencipta alam semesta adalah berpandangan salah dan mereka harus dipertobatkan. Umat-umatKu (Lord Vestor) harus berjuang menghapuskan pandangan salah umat manusia. Itu sebagai bukti cinta kasih kalian terhadapKu. Hapuskanlah pandangan salah itu."

Nah, saya selaku pengabar agama Vestorisme datang pada Anda dengan sejilid Kitab Kebenaran Kyrmovestor dan mengatakan, "Bung Ryu! Terimalah kebenaran Kyrmovestor! Hapuskan pandangan salah Anda yang tidak percaya pada Lord Vestor. Anda tersesat. Marilah tapaki jalan yang bahagia ini dengan beriman pada Lord Vestor."

Nah bagaimana tanggapan Anda kalau ada orang yang datang dengan mengatakan seperti itu pada Anda?
Kebenaran adalah valid bagi mereka yang menerimanya. Kebenaran adalah tidak valid bagi mereka yang tidak menerimanya.

Amiduofo,

Tan
Penyataan Ko Tan ini kembali lari ke arah yang lain, Yang ingin saya tanyakan adalah dalam ajaran Buddha yang otomatis ini untuk orang yang menjalankan ajarannya, urusan ajaran lain biarkan ajaran lain yang punya penjelasannya sendiri, dalam ajaran Buddha diperbolehkan untuk berpikir kritis (atau dalam mahayana tidak boleh kritis? harus tunduk aturan atau tradisi? yang salah biarin salah gitu? kalau gitu mah apa bedanya dong ajaran Buddha sama ajaran Lain? )
Saya bertanya ini karena pemahaman saya sebagai mahayanis sangatlah dangkal dan di banding dengan yang lain disini pastinya sangatlah jauh sekali jarak pemahamannya.

Ajaran Buddha menerangkan ini adalah pandangan benar, ini adalah pandangan salah, apabila ada pandangan salah berarti diperbolehkan dalam ajaran Buddha? apakah cukup di jawab ahhhh inikan karma kamu sehingga punya pandangan salah titik gitu ?

(jangan lari ke theravada/atau agama lain juga ada pandangan salah juga, karena thread ini untuk bertanya kepada mahayana ;D )
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1385 on: 03 June 2009, 06:52:22 AM »
BAB V
TENTANG JALAN MENUJU
PANTAI SEBERANG

3. PERTANYAAN PUNNAKA

 
Siswa brahmana Punnaka adalah penanya berikutnya:

1.    'Saya datang,' katanya, 'untuk mengajukan pertanyaan mengenai orang yang tanpa nafsu, orang yang, memiliki penglihatan yang berakar dalam. Yang Mulia, saya mohon penjelasan, mengapa para bijaksana di dunia, para brahmana, para penguasa dan lain-lain, selalu memberikan persembahan kepada para dewa?'

2.    'Orang-orang itu,' kata Sang Buddha, 'selalu memberikan persembahan kepada para dewa, karena sementara bertambah tua mereka ingin mempertahankan kehidupan mereka seperti dahulu.'

3.    'Tetapi, Yang Mulia,' kata Punnaka, 'dengan melakukan semua persembahan yang khidmat ini, apakah mereka akan pernah melampaui usia tua dan kelahiran?'

4.    'Doa-doa mereka,' kata Sang Buddha, 'puji-pujian, persembahan dan aspirasi mereka semuanya dibuat atas dasar ingin memiliki, ingin ganjaran: Mereka merindukan kenikmatan sensual. Orang-orang, para ahli dalam persembahan ini, bersuka ria di dalam nafsu untuk dumadi (menjadi). Orang-orang ini tidak dapat melampaui usia tua dan kelahiran.'

5.    'Engkau harus menjelaskan hal ini, Yang Mulia,' kata Punnaka. Jika semua persembahan yang diberikan para ahli itu tidak dapat membawa mereka menyeberangi usia tua dan kelahiran, siapakah di antara manusia, di antara para dewa yang telah pernah berhasil melampauinya?'    

6.    'Ketika seseorang telah memeriksa dunia dari atas sampai bawah,' jawab Sang Buddha, jika tidak ada apa pun di dunia ini yang menimbulkan percikan gejolak, maka dia telah menjadi manusia yang bebas dari asap, getaran dan kelaparan nafsu. Dia telah menjadi tenang. Dia telah melampaui usia tua; dia telah melampaui kelahiran.'


Sutta diatas bagaimana menurut mahayanis? soalnya mahayanis dewanya banyak khan ;D

Penghormatan kepada dewa dalam Mahayana tetap dalam koridor sekedar penghormatan, bukan objek perlindungan.   Mahayana juga mengajarkan jalan utk menyeberangi usia tua dan kelahiran.
JIka kuatir mengalami pandangan salah, ya tentu harus memberi wejangan2 dan penjelasan. Memangnya dalam praktik Mahayana tidak melakukan itu?
Lagipula jika menilik kembali pada Sutta, Sang Buddha saja tidak mengajar jalan utk menyeberangi usia tua dan kelahiran kepada Brahmana Sigalovada, malahan hanya mengajarkan bagaimana memberi persembahan ke 6 arah.
"Ibu dan ayah adalah arah timur,
Dan guru-guru adalah arah selatan
Istri den anak-anak adalah arah barat,
Dan sahabat-sahabat serta sanak keluarga adalah arah utara;
Para pelayan dan karyawan adalah arah bawah
Dan arah atas adalah para pertapa dan brahmana
Semua arah ini harus disembah oleh orang yang
Pantas menjabat sebagai kepala keluarga dalam warganya."

Pada kenyataannya sekarang tidak sedikit juga yg berpegang pada Sigalovada sutta dan alhasil sibuk melakukan karma baik yang bukan mengarah pada berakhirnya usia tua dan kelahiran, melainkan berharap sukur2 terlahir di alam dewa saja. Kalo dihitung2, itu gak jauh beda mengajar orang utk tetap berada dalam lingkup samsara. Dengan kata lain Sigalovada Sutta berseberangan toh dengan pertanyaan Punnaka dalam Khuddaka Nikaya ini, yakni tidak membawa orang utk melampaui usia tua dan kelahiran. 
:)

Terima kasih bro chingik sudah hadir dan menjawab, apakah menurut bro sigalovada sutta merupakan pandangan salah?

saya melihat dalam penyembahan dewa dll (atau mengucapkan kata Buddha berulang2) bukankah dalam mahayana itu supaya terlahir kembali di (contoh) surga sukhavati dll?

dan sigalovada sutta khan itu merupakan aturan2 saja dan ketika di jalankan apakah ada iming2 ke surga sukhavati juga?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1386 on: 03 June 2009, 06:58:00 AM »
o iya jangan tanya saya soal tripitaka mahayana karena saya tidak pernah melihat tripitaka mahayana ;D
yang saya tau paling membaca prajna paramita, maha karuna dharani, nien fo, tanpa mengetahui arti membaca itu gunanya apa ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1387 on: 03 June 2009, 07:07:40 AM »
intermezzo sedikit...
Quote profile gw itu kutipan dari RAPB buku pertama..Halaman 13, mengenai dasar2 kualitas moral seorang bakal buddha..Kalimatnya sungguh kena bangett.... :jempol:
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1388 on: 03 June 2009, 09:41:09 AM »



Menurut saya ini misinterpretasi, Sigalaka Sutta dibabarkan Sang Buddha ketika melihat pemuda Sigalaka sedang memberi hormat mengikuti tradisi yang adalah suatu ritual yg tiadk bermanfaat, dan Sang Buddha kemudian memberikan alternatif penghormatan yg lebih bermanfaat.

Dalam sutta ini dijelaskan bagaimana cara menghormati orang tua, guru, karyawan, dll, dan bukan arahnya yg dipentingkan, arah itu hanya sebagai pengantar dalam pengajaran itu sebagai pembanding bagi pemuda Sigalaka yg secara rutin menyembah sepuluh penjuru.

dan Sang Buddha selalu mengajarkan sesuai dengan watak dan kecenderungan pendengarnya. dalam hal ini MUNGKIN Sang Buddha melihat bahwa potensi pemuda Sigalaka hanya sampai di sana. tetapi apakah hal ini membenarkan kita untuk mengabaikan sutta2 lainnya?
Benar apa yang anda katakan tentang cara penghormatan yang benar, begitu juga poin tentang arah, ya memang bukan arah yg dipentingkan. Tapi acuan saya mengambil contoh sutta ini bukan mempermasalahkan cara (seperti arah), manfaat atau tidak bermanfaat.
Lebih jelasnya kita perlu memperhatikan kembali inti pertanyaan bro Ryu tentang mahayanis yg melakukan persembahan kepada para dewa sementara membandingkan dengan pertanyaan Punnaka yg menyatakan bahwa persembahan kepada dewa tidak memberi jalan menujuk akhir usia tau dan kelahiran. Nah, utk menanggapi pertanyaan ini, Sigalovada sutta adalah contoh yang cukup gamblang bahwa persembahan/penghormatan kepada orangtua, dll juga sama tidak memberi jalan langsung pd akhir usia tua dan kelahiran, tetapi Sang Buddha toh juga mengajarkannya. Jika mengkuatirkan orang akan mengalami pandangan salah, maka Sutta ini juga sama berpotensinya membuat orang bisa mengalami pandangan salah karena tidak mengajarkan langsung utk menyeberangi usia tua dan kelahiran. Tetapi betul bro Indra mengatakan  Sang Buddha selalu mengajarkan sesuai dengan watak dan kecenderungan pendengarnya. Intinya terletak di sini. Ketika Mahayana memperlihatkan ritual2 kepada para dewa, intisarinya ya memang utk mereka yg memiliki watak dan kecenderungan pada level ini.  Sedangkan jalan-jalan menuju pada tahapan yg lebih mulia seperti ke arah berakhirnya usia tua dan kelahiran juga tetap diajarkan, dan memang memiliki acuan pada sutra2 lainnnya juga. Jadi saya tidak mengatakan bahwa sutta2 lain diabaikan lho ya. :)
Mudah2an bro Ryu juga memahaminya.  ;)




 
 


Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1389 on: 03 June 2009, 09:54:45 AM »
Vihara Buddha Prabha di Jogja tempatnya Bhante Uttamo saat masih jadi umat awam belajar Dharma, itu juga kelenteng Taois/Khonghucu benernya. Kondisinya udah rusak, untung diselametin oleh pihak Buddhayana. Tapi sayangnya usaha positif ini kurang begitu terlihat maksimal karena nama dewa2 Taoisnya dikasih nama Sansekerta semua.....
-------------
Salah persepsi karena tidak semua Dewa Asal Tiongkok tuh Tao, ada yang katagori Dewa Purba macam Shen nong , Nu wa, Katagori Apa hayoo, tao bukan, KHC Bukan, Buddhis Bukan ?.
Klaim dewa dewa tao itu cuman buat memajukan tao saja, ngak semua bisa semua dewa tao itu dikasih nama sansekerta.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1390 on: 03 June 2009, 10:02:36 AM »
Vihara Buddha Prabha di Jogja tempatnya Bhante Uttamo saat masih jadi umat awam belajar Dharma, itu juga kelenteng Taois/Khonghucu benernya. Kondisinya udah rusak, untung diselametin oleh pihak Buddhayana. Tapi sayangnya usaha positif ini kurang begitu terlihat maksimal karena nama dewa2 Taoisnya dikasih nama Sansekerta semua.....
-------------
Salah persepsi karena tidak semua Dewa Asal Tiongkok tuh Tao, ada yang katagori Dewa Purba macam Shen nong , Nu wa, Katagori Apa hayoo, tao bukan, KHC Bukan, Buddhis Bukan ?.
Klaim dewa dewa tao itu cuman buat memajukan tao saja, ngak semua bisa semua dewa tao itu dikasih nama sansekerta.

Menurut paham Tao, setahu saya, dewa dewi purba pun dimasukkan ke dalam jajaran kedewataan mereka. Ini saya pahami dari penulis aliran Zhengyi mainstream di Singapore!

Nah yang di Buddha Prabha tuh bukan dewa2 purba yang diberi nama Sansekerta, tapi dewa yang bener2 Taois. Kalau mau tahu ya ke sana saja.... hehe...

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1391 on: 03 June 2009, 10:08:09 AM »



Menurut saya ini misinterpretasi, Sigalaka Sutta dibabarkan Sang Buddha ketika melihat pemuda Sigalaka sedang memberi hormat mengikuti tradisi yang adalah suatu ritual yg tiadk bermanfaat, dan Sang Buddha kemudian memberikan alternatif penghormatan yg lebih bermanfaat.

Dalam sutta ini dijelaskan bagaimana cara menghormati orang tua, guru, karyawan, dll, dan bukan arahnya yg dipentingkan, arah itu hanya sebagai pengantar dalam pengajaran itu sebagai pembanding bagi pemuda Sigalaka yg secara rutin menyembah sepuluh penjuru.

dan Sang Buddha selalu mengajarkan sesuai dengan watak dan kecenderungan pendengarnya. dalam hal ini MUNGKIN Sang Buddha melihat bahwa potensi pemuda Sigalaka hanya sampai di sana. tetapi apakah hal ini membenarkan kita untuk mengabaikan sutta2 lainnya?
Benar apa yang anda katakan tentang cara penghormatan yang benar, begitu juga poin tentang arah, ya memang bukan arah yg dipentingkan. Tapi acuan saya mengambil contoh sutta ini bukan mempermasalahkan cara (seperti arah), manfaat atau tidak bermanfaat.
Lebih jelasnya kita perlu memperhatikan kembali inti pertanyaan bro Ryu tentang mahayanis yg melakukan persembahan kepada para dewa sementara membandingkan dengan pertanyaan Punnaka yg menyatakan bahwa persembahan kepada dewa tidak memberi jalan menujuk akhir usia tau dan kelahiran. Nah, utk menanggapi pertanyaan ini, Sigalovada sutta adalah contoh yang cukup gamblang bahwa persembahan/penghormatan kepada orangtua, dll juga sama tidak memberi jalan langsung pd akhir usia tua dan kelahiran, tetapi Sang Buddha toh juga mengajarkannya. Jika mengkuatirkan orang akan mengalami pandangan salah, maka Sutta ini juga sama berpotensinya membuat orang bisa mengalami pandangan salah karena tidak mengajarkan langsung utk menyeberangi usia tua dan kelahiran. Tetapi betul bro Indra mengatakan  Sang Buddha selalu mengajarkan sesuai dengan watak dan kecenderungan pendengarnya. Intinya terletak di sini. Ketika Mahayana memperlihatkan ritual2 kepada para dewa, intisarinya ya memang utk mereka yg memiliki watak dan kecenderungan pada level ini.  Sedangkan jalan-jalan menuju pada tahapan yg lebih mulia seperti ke arah berakhirnya usia tua dan kelahiran juga tetap diajarkan, dan memang memiliki acuan pada sutra2 lainnnya juga. Jadi saya tidak mengatakan bahwa sutta2 lain diabaikan lho ya. :)
Mudah2an bro Ryu juga memahaminya.  ;)




 
  


Ya saya memahami, tapi yang ingin saya tanyakan mahayana kenapa seperti "terlihat" membelokan tujuan Nibbana menjadi ke arah lain (contoh surga sukhavati)

saya mau kutip kata2 di sutta :
"Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita,
Ada jalan, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada nibbana, tapi tidak ada yang mencapainya."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1392 on: 03 June 2009, 10:12:40 AM »
Quote
Terima kasih bro chingik sudah hadir dan menjawab, apakah menurut bro sigalovada sutta merupakan pandangan salah?

saya melihat dalam penyembahan dewa dll (atau mengucapkan kata Buddha berulang2) bukankah dalam mahayana itu supaya terlahir kembali di (contoh) surga sukhavati dll?

dan sigalovada sutta khan itu merupakan aturan2 saja dan ketika di jalankan apakah ada iming2 ke surga sukhavati juga?

Sigalovada Sutta tentu bukan ajaran yg mengarah pada pandangan salah. Tetapi yang jelas Sigalavoda sutta tidak mengajarkan jalan menuju akhir usia tua secara langsung. Bila orang memberi interpretasi secara harfiah, maka Sutta ini hanya mengarahkan orang terlahir di alam dewa saja. Itulah mengapa bro Indra mengatakan bhw ini dikarenakan Buddha mengajarkan orang berdasarkan watak dan kecenderungannya. Dari segi ini semestinya perlu dipahami juga bahwa ritual persembahan pada dewa dalam lingkup mahayanis juga demikian, yakni disesuaikan
dengan watak dari orang mempraktikkannya.

Ini ada persoalan lain yg perlu dijernihkan: Hanya memberi persembahan kepada dewa tidak membuat orang terlahir di Sukhavati. Sukhavati hanya dapat terealisasi bila memenuhi syarat keyakinan, tekad dan praktik.  Mengucapkan nama Buddha berulang2 juga tidak harus terlahir di Sukhavati ,  semua tergantung dari tekad praktisinya. Misalnya Praktisi Zen juga mempraktikkan nienfo, tetapi tidak semua praktisi Zen mau terlahir di Sukhavati. Yang terlahir di Sukhavati adalah orang yg memiliki tekad dan kemauan terlahir di Sukhavati.  
Jika bicara soal iming2, bila diselidiki secara mendalam, semuanya adalah iming2. Sigalovada sutta hanya mengajarkan tentang tata cara, tetapi tetap saja disebutkan bahwa bila mempraktikkannya kita akan memperoleh kehormatan. Bagi orang yg tertarik dgn kehormatan maka bisa saja kita mengatakan dia telah diming2i utk memproleh kehormatan demi praktik ini, tetapi sebenarnya tidak demikian kan?. Begitu jg ketika mahayana mengajarkan tentang Sukhavati, ya bila orang yg tertarik dgn kebahagiaan surga akan terkesan diiming2i, tetapi sebenarnya tidk demikian juga. Tentu semuanya perlu dipelajari secara seksama.  

 


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1393 on: 03 June 2009, 10:20:25 AM »
Quote
Terima kasih bro chingik sudah hadir dan menjawab, apakah menurut bro sigalovada sutta merupakan pandangan salah?

saya melihat dalam penyembahan dewa dll (atau mengucapkan kata Buddha berulang2) bukankah dalam mahayana itu supaya terlahir kembali di (contoh) surga sukhavati dll?

dan sigalovada sutta khan itu merupakan aturan2 saja dan ketika di jalankan apakah ada iming2 ke surga sukhavati juga?

Sigalovada Sutta tentu bukan ajaran yg mengarah pada pandangan salah. Tetapi yang jelas Sigalavoda sutta tidak mengajarkan jalan menuju akhir usia tua secara langsung. Bila orang memberi interpretasi secara harfiah, maka Sutta ini hanya mengarahkan orang terlahir di alam dewa saja. Itulah mengapa bro Indra mengatakan bhw ini dikarenakan Buddha mengajarkan orang berdasarkan watak dan kecenderungannya. Dari segi ini semestinya perlu dipahami juga bahwa ritual persembahan pada dewa dalam lingkup mahayanis juga demikian, yakni disesuaikan
dengan watak dari orang mempraktikkannya.

Ini ada persoalan lain yg perlu dijernihkan: Hanya memberi persembahan kepada dewa tidak membuat orang terlahir di Sukhavati. Sukhavati hanya dapat terealisasi bila memenuhi syarat keyakinan, tekad dan praktik.  Mengucapkan nama Buddha berulang2 juga tidak harus terlahir di Sukhavati ,  semua tergantung dari tekad praktisinya. Misalnya Praktisi Zen juga mempraktikkan nienfo, tetapi tidak semua praktisi Zen mau terlahir di Sukhavati. Yang terlahir di Sukhavati adalah orang yg memiliki tekad dan kemauan terlahir di Sukhavati. 
Jika bicara soal iming2, bila diselidiki secara mendalam, semuanya adalah iming2. Sigalovada sutta hanya mengajarkan tentang tata cara, tetapi tetap saja disebutkan bahwa bila mempraktikkannya kita akan memperoleh kehormatan. Bagi orang yg tertarik dgn kehormatan maka bisa saja kita mengatakan dia telah diming2i utk memproleh kehormatan demi praktik ini, tetapi sebenarnya tidak demikian kan?. Begitu jg ketika mahayana mengajarkan tentang Sukhavati, ya bila orang yg tertarik dgn kebahagiaan surga akan terkesan diiming2i, tetapi sebenarnya tidk demikian juga. Tentu semuanya perlu dipelajari secara seksama. 

 


demikian juga dengan agama lain, katanya dengan iman, tekad & praktek dia bisa ke surga lho, berarti tidak ada bedanya dong ajarang buddha dengan agama lain :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1394 on: 03 June 2009, 10:27:54 AM »
bedanya di agama tetangga, setelah surga udah pol mentok.
kalo di sini, udah diiming-imingi surga dan bidadari (baca kasus nanda), ditakut-takuti lagi dengan jatuh lagi ke neraka :whistle:
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

 

anything