MARCEDES:
saudara Tan, ketika berbicara bahwa setelah parinibbana panca-kandha padam itu ada dalam rujukan sutta.
dan sutta pali tidak ada yang berlawanan arah....
dan jelas sekali bahwa ketika Gotama lahir, yang dikatakannya menjadi jelas !!!
"inilah kelahiran-ku yang terakhir"
sedangkan dalam sutra mahayana dikatakan Gotama telah mencapai penerangan sempurna jauh sebelum kalpa ini.
jadi ketika buddha lahir berkata "inilah kelahiran-ku yang terakhir"
terus lahir dan berkata lagi "inilah kelahiran-ku yang terakhir"
itu apa?
mana akhir nya?
seperti yang di tuliskan saudara indra.
karena kalau ada dua statement yang saling berlawanan, tidak mungkin dua2nya benar
TAN:
Saya jelaskan lagi ya. Bagi kaum Mahayanis kedua hal itu tidak bertentangan. Ketika Dharmakaya mengemanasikan dirinya sebagai Nirmanakaya (dalam hal ini Buddha Sakyamuni - Pangeran Siddharta), maka tentu saja itu adalah "kelahiran" terakhir sebagai Pangeran Siddharta. Untuk selanjutnya tidak ada lagi "kelahiran" sebagai Pangeran Siddharta. Jadi pandangan dalam Sutta Pali juga "benar" dan Mahayana juga "benar."
Mahayana juga mengajarkan upaya kausalya, jadi tatkala Bodhisattva Siddharta terlahir dan berjalan tujuh langkah serta mengeluarkan raungan singa (Simhanada); ungkapan "Inilah kelahiranKu yang terakhir" adalah ajaran bagi umat manusia untuk menapaki jalan Dharma demi menghentikan samsara. Tetapi proses emanasi sendiri berada di luar ruang dan waktu; sehingga bagi umat awam dikatakan "tak berakhir."
Kedua, Anda selalu berpikir bahwa dua statemen yang saling bertentangan tidak mungkin kedua-duanya benar. Ini adalah salah; kalau Anda belajar filsafat Dewey, maka Anda akan mengetahui bahwa tidak selamanya demikian. Saya akan berikan suatu analogi yang mungkin tidak tepat benar (sekali lagi saya bilang ini adalah analogi, semoga Anda dapat memahami apa maksudnya "analogi"):
1.Lampu lalu lintas tidak menyala merah
2.Lampu lalu lintas menyala merah
Mana di antara kedua statemen yang nampak bertentangan itu yang benar? Jawabnya keduanya bisa benar tergantung kondisinya, karena lampu lalu lintas terkadang menyala merah dan terkadang tidak (kuning serta hijau). Tidak ada yang salah di antara kedua statemen di atas.
Jangan lupa pula bahwa kedua statemen yang saling bertetangan bisa juga keduanya salah. Contoh:
Air berwarna putih
Air berwarna hitam
Mana yang benar? Keduanya salah. Mengapa? Air itu TIDAK berwarna.
Sebenarnya masih banyak contoh-contoh lainnya. Sebagaimana umat Buddha (khususnya Mahayana, entah kalau non Mahayana) yang baik kita hendaknya sedikit demi sedikit meluaskan wawasan kita dan tidak terjebak terus menerus dalam dikotomi sempit (kalau bukan kawan, maka ia adalah lawan).
Semoga tulisan saya cukup jelas.
Amiduofo,
Tan