//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?  (Read 600596 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #555 on: 05 October 2010, 12:23:20 AM »
tinggal ke vihara ekayana tanya.
Sangha buddhayana kale...
Sangha yg kaga exist

dari dulu tuh vihara koq banyak kontra'nya ya dimata gw ?

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #556 on: 05 October 2010, 12:35:41 AM »
cerita pengalaman  teman kita bebrapa tahun yg lalu (user forum DC)
IMO, apa yg dikhawatirkan ternyata menjadi kenyataan .....

« Last Edit: 05 October 2010, 12:37:14 AM by Virya »
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #557 on: 05 October 2010, 12:39:41 AM »
cerita pengalaman  teman kita bebrapa tahun yg lalu (user forum DC)
IMO, apa yg dikhawatirkan ternyata menjadi kenyataan .....



gimana ceritanya?

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #558 on: 05 October 2010, 12:57:10 AM »
cerita pengalaman  teman kita bebrapa tahun yg lalu (user forum DC)
IMO, apa yg dikhawatirkan ternyata menjadi kenyataan .....



gimana ceritanya?
ada ..... di pengalaman paling memuakan  ;D
udah baca khan?
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #559 on: 05 October 2010, 01:00:27 AM »
cerita pengalaman  teman kita bebrapa tahun yg lalu (user forum DC)
IMO, apa yg dikhawatirkan ternyata menjadi kenyataan .....



gimana ceritanya?
ada ..... di pengalaman paling memuakan  ;D
udah baca khan?

Yang bhikku homosexual ye ?

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #560 on: 05 October 2010, 01:17:21 AM »
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline henrychan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 3
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #561 on: 05 October 2010, 08:50:53 AM »
Saya tertarik dengan diskusi ini, secara tidak sengaja membuka tread ini.
Cuma saya bingung mau mulai dari mana, dan saya coba masuk ke yang satu ini saja.
Karena banyak yang lain isinya hanya menyerang ke pribadi, bukan mendiskusikan materi.

Pertanyaan saya, di dalam pengelompokkan winaya yang sudah disampaikan oleh teman kita 'kemenyan', yang mana disebutkan bernyanyi / mendengarkan nyanyian adalah pelanggaran winaya? Kalau ada winaya berat atau ringankah?

Menurut "Hinaya versi sendiri", culavagga V.2.6: Ia tidak pergi menonton tarian, nyanyian, atau musik. Barangsiapa melakukannya, melakukan pelanggaran (dukkata).

Menurut "komentar Hinaya versi sendiri", larangan menyanyi termasuk untuk diri sendiri atau mendukung orang lain yang berarti main gitar untuk orang lain bernyanyi, melanggar "Hinaya versi sendiri" ini.

Menurut "Sub-komentar Hinaya versi sendiri", lagu yang dimaksud TERMASUK lagu dhamma yang isinya tentang ketidak-kekalan. Jadi "Hinaya versi sendiri" tidak membedakan jenis lagu, apakah Death Metal atau lagu Dhamma.

---
Kalau anda sendiri bisa membuat winaya versi anda, berarti anda harusnya juga memperbolehkan yang lain membuat winaya versinya mereka. hehehe.
Rasanya bukan itu masalahnya kan bro. Pasti ada hal lain yang belum diungkapkan.

Quote
Saya mau tanya lagi, kenapa di dalam perayaan Waisak (dharmasanti), tidak ada yang protes bikunya melihat pertunjukan tarian dan nyanyian? Semua biku baik M-T-V (mahayana-therawada-vajrayana) semua nonton. Gak yg KASI gak yg Walubi sama saja.
Di sini dibahas bhante main gitar dulu, kalau mau bahas lebih luas, silahkan buka topic baru.

---
Saya tidak mengerti caranya membuka thread baru.  Dan saya juga tidak tahu aturan di milis ini siapa yang berhak membuka thread baru.  Kalau moderator mau buka, silahkan saja.
Tapi rasanya bro juga mestinya menyampaikan hal yang sama ke teman2 lain yang komentar2nya juga sudah jauh menyimpang dari topik.

Quote
Lalu, siapa yang tidak kenal Biku Girirakhito Mahathera, dengan lagu karyanya yang fenomenal Malam Suci Waisak dan banyak lagi yang lainnya.  Kalau tidak boleh (dianggap melanggar winaya / norma kepantasan biku), kenapa sebagian besar kita semua menyanyikannya? Kenapa jadi lagu wajib dimana2, termasuk di wihara2 therawada sekalipun.
Apakah itu bukan sifat manusia MUNAFIK?
Kalian mungkin menyanyikannya. Saya jelas tidak.

---
hehehe.. baiklah, ternyata banyak juga teman2 yang tidak suka bernyanyi.
Maaf saya men-generalisir anda ke kelompok umum. Berarti anda manusia special.
Tapi bukan berarti di wihara di saat Waisak Puja tidak ada lagu ini kan?

Quote
Terus, kenapa tidak ada yang protes, kalau seorang biku senior di STI memprakarsai sendratari belum lama ini, yang menurut saya sangat indah. SANGAT INDAH. 
Disusul juga gak lama setelah itu, salah satu biku yg tidak kalah senior nya membuat pagelaran seni (konser) lagu dan puisi yang (menurut informasi yang saya dapat tidak kalah indahnya).
Maaf saya tidak hadir, tapi di brosur yang saya lihat, Beliau juga membaca puisi.  Yang dalam bayangan saya pastinya juga sangat indah.
Lagi-lagi melebar. Kalau mau bahas yang lain, silahkan buka topic baru seperti masalah rokok di thread sebelah.

---
Saya perlu menekankan ini di milis ini, karena mudah2an yang lain ikut membaca.
Karena terlalu banyak kultus organisasi yang terjadi di umat awam. Yang merasa kalau bentuk2 pengekpresian keindahan dharma melalui lagu / tari / puisi, dll. itu hanya dimunculkan dari sangha tertentu, tidak dari sangha lain.
Tapi kenyataannya semua melakukan hal yang bisa dikatakan serupa, tapi tentu dengan motivasi dan intensitas yang berbeda-beda.
Saya pribadi tidak keberatan dengan bentuk karya seni yang indah seperti ini.

Maksud saya, tolong lebih realistik melihat sesuatu.
Apakah mungkin lagu tercipta, tanpa dinyanyikan?
Apakah mungkin tarian tercinta, tanpa dipikirkan?
Apakah mungkin puisi tercipta, tanpa dilantunkan?

Dan apakah mengekspresikan keindahan Dharma dan keagungan Buddha, melalui lagu, tarian dan puisi adalah pelanggaran?
Coba baca lebih jelas, apa bunyi winaya itu.
Pelanggaran apa yang sudah dilakukan?

Quote
Pertanyaan : Apa yang salah dengan semua ekspresi keindahan ini?
Mestinya tidak ada yang salah.
Teman2, Pikiran kita semua yang salah. 
Mudah dikecoh oleh Persepsi2 kita sendiri terhadap orang lain.
Ingatlah, Persepsi keliru adalah akar penderitaan.
Jadi seperti cerita Zen, Bukan Angin atau Bendera yang bergerak, tapi pikiran kitalah yang bergerak.

Waspadalah teman2ku.
Waspadalah dengan Persepsi2 kita semua.

sarwa manggalang,
henrychan
 
Terima kasih, kami umat awam memang perlu lebih waspada. Kalau biku [sic] biasanya sudah hebat, jadi tidak perlu waspada. Dan cerita bendera itu filosofis sekali yah. Kalau anda duduk meditasi di rel kereta api yang akan melintas dan menghentikan pikiran, kira-kira kereta berhenti atau nyawa anda yang berhenti?

---
hehe. Anda sendiri memberikan perumpamaan yang terlalu filosofis.
Saya sedang menceritakan peristiwa keributan yang terjadi pada saat ada kejadian bendera bergerak, sebagian ribut bendera yg bergerak, sebagian mengatakan - salah, angin yang bergerak. Tapi yang lebih bijak, mengatakan pikiran kitalah yang bergerak.
Jadi maksudnya itu bro.

Senang berdisuksi dengan anda.
Setidaknya anda mau berdiskusi dengan cara yang santun.
Maaf kalau saya yang kurang santun, dengan membuat diskusi ini jadi melebar.
Tolong kalau anda bisa, bantu saya buat thread yang baru, seperti saran anda.

sarwa manggalang,
henrychan


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #562 on: 05 October 2010, 09:44:45 AM »
Kalau anda sendiri bisa membuat winaya versi anda, berarti anda harusnya juga memperbolehkan yang lain membuat winaya versinya mereka. hehehe.
Rasanya bukan itu masalahnya kan bro. Pasti ada hal lain yang belum diungkapkan.
"Hinaya" adalah istilah dari seorang fans "bhante" tersebut. Kemudian ketika ada yang mengambil rujukan dari Tipitaka, dibilang oleh fans tersebut bahwa itu hanya versi sendiri. Jadi "Hinaya versi sendiri" adalah sindiran saya atas "kepandaian" seseorang yang mengatakan Vinaya (perhatikan pakai "v" bukan "h", bukan juga pakai "w") yang tertera di Tipitaka adalah bikinan sendiri. Saya yakin anda mengerti maksud saya. 


Quote
Saya tidak mengerti caranya membuka thread baru.  Dan saya juga tidak tahu aturan di milis ini siapa yang berhak membuka thread baru.  Kalau moderator mau buka, silahkan saja.
Tapi rasanya bro juga mestinya menyampaikan hal yang sama ke teman2 lain yang komentar2nya juga sudah jauh menyimpang dari topik.
Untuk buka thread baru, tinggal pilih board yang sesuai, misalnya "diskusi umum", lalu di bagian atas sejajar nomor-nomor halaman, klik "New Topic", nanti ditentukan judul dan isinya. Tidak perlu moderator yang buka, semua member boleh. Ya, betul, ada juga yang sudah menyimpang. Nanti mungkin saya buat topic lain berkenaan dengan itu.


Quote
hehehe.. baiklah, ternyata banyak juga teman2 yang tidak suka bernyanyi.
Maaf saya men-generalisir anda ke kelompok umum. Berarti anda manusia special.
Tapi bukan berarti di wihara di saat Waisak Puja tidak ada lagu ini kan?
Saya jelas bukan manusia spesial, banyak juga yang berpendapat sama. Di vihara yang pernah saya kunjungi, tidak ada nyanyi-nyanyi, jadi saya tidak tahu kalau ada hal demikian. Tapi ini cukup menarik dan memang saya berniat menanyakannya ke anggota sangha kalau ada kesempatan.


Quote
Saya perlu menekankan ini di milis ini, karena mudah2an yang lain ikut membaca.
Karena terlalu banyak kultus organisasi yang terjadi di umat awam. Yang merasa kalau bentuk2 pengekpresian keindahan dharma melalui lagu / tari / puisi, dll. itu hanya dimunculkan dari sangha tertentu, tidak dari sangha lain.
Tapi kenyataannya semua melakukan hal yang bisa dikatakan serupa, tapi tentu dengan motivasi dan intensitas yang berbeda-beda.
Saya pribadi tidak keberatan dengan bentuk karya seni yang indah seperti ini.

Maksud saya, tolong lebih realistik melihat sesuatu.
Apakah mungkin lagu tercipta, tanpa dinyanyikan?
Apakah mungkin tarian tercinta, tanpa dipikirkan?
Apakah mungkin puisi tercipta, tanpa dilantunkan?
Bro henry, saya langsung saja. Kalau masih terikat pada keindahan dan kesenangan indriah, untuk apa jadi petapa?
Buddha Gotama bilang, kalau jadi petapa cuma mengikuti tampak luar (botakin kepala, pakai jubah, pegang mangkuk) dan ikut ritual (pimpin upacara, baca paritta,dsb), SEMUA orang -dari Raja sampai gadis budak- juga bisa melakukannya. Apa yang menyebabkan orang disebut petapa sejati adalah ia melepaskan semua nafsu, kebencian, dan kebodohan bathin. Itulah tujuan seseorang menempuh kehidupan petapa di bawah seorang bimbingan Buddha.


Quote
Dan apakah mengekspresikan keindahan Dharma dan keagungan Buddha, melalui lagu, tarian dan puisi adalah pelanggaran?
Coba baca lebih jelas, apa bunyi winaya itu.
Pelanggaran apa yang sudah dilakukan?
Vinaya sudah saya cantumkan. Silahkan dibaca sendiri termasuk kitab komentar dan sub-komentar.
Kalau masih kurang jelas, coba baca ajaran Buddha mengenai enam landasan indriah (salayatana). Nanti anda bisa lihat bahwa tidak ada objek indriah "berkenaan dengan dharma" dan "tidak berkenaan dengan dharma". Semua adalah kontak yang menimbulkan perasaan, apakah menyenangkan, netral, atau pun tidak menyenangkan.


Quote
hehe. Anda sendiri memberikan perumpamaan yang terlalu filosofis.
Saya sedang menceritakan peristiwa keributan yang terjadi pada saat ada kejadian bendera bergerak, sebagian ribut bendera yg bergerak, sebagian mengatakan - salah, angin yang bergerak. Tapi yang lebih bijak, mengatakan pikiran kitalah yang bergerak.
Jadi maksudnya itu bro.
Saya tidak melihat segi filosofisnya orang kelindes mati gara-gara meditasi di rel kereta. Itu hal yang umum kok.
Memang benar pikiran bergerak pada saat ribu-ribut, tapi anda mengaplikasikannya dengan tidak tepat karena hanya ditujukan pada orang yang mengecam bhikkhu itu, seolah-olah pikiran sendirilah yang menimbulkan persepsi bhikkhu melanggar vinaya. Singkatnya: yang mengecam bhikkhu pikirannya bergerak, yang membela bhikkhu pikirannya tenang.


Quote
Senang berdisuksi dengan anda.
Setidaknya anda mau berdiskusi dengan cara yang santun.
Maaf kalau saya yang kurang santun, dengan membuat diskusi ini jadi melebar.
Tolong kalau anda bisa, bantu saya buat thread yang baru, seperti saran anda.

sarwa manggalang,
henrychan
Senang juga berdiskusi dengan anda. Menurut saya anda sudah sangat santun kok.


Offline henrychan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 3
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #563 on: 05 October 2010, 10:20:32 AM »
Saya tertarik dengan diskusi ini, secara tidak sengaja membuka tread ini.
Cuma saya bingung mau mulai dari mana, dan saya coba masuk ke yang satu ini saja.
Karena banyak yang lain isinya hanya menyerang ke pribadi, bukan mendiskusikan materi.

Pertanyaan saya, di dalam pengelompokkan winaya yang sudah disampaikan oleh teman kita 'kemenyan', yang mana disebutkan bernyanyi / mendengarkan nyanyian adalah pelanggaran winaya? Kalau ada winaya berat atau ringankah?
bukan soal berat atau ringannya, pelanggaran adalah pelanggaran, mengerti kah?

---
Biku juga manusia biasa bro, yang berlatih. Jadi ada pelanggaran kecil yang masih ditolerir, dengan cara, si biku melakukan pengakuan atas kesalahannyya kepada sangha.
Ini sudah diuraikan dengan baik sekali oleh teman kita yang lain di thread ini juga. Baik sekali.

Quote
Saya mau tanya lagi, kenapa di dalam perayaan Waisak (dharmasanti), tidak ada yang protes bikunya melihat pertunjukan tarian dan nyanyian? Semua biku baik M-T-V (mahayana-therawada-vajrayana) semua nonton. Gak yg KASI gak yg Walubi sama saja.
gw pengennya sih protes, tapi apa daya siapa sih ryu ini hanyalah umat awam yang tidak mempunyai kekuasaan selain buat thread seperti ini.

---
hehehe..
Menurut saya, justru kalau mau protes yang begini lebih netral.
Bukan ke pribadi2 biku, kelihatannya tendensius, punya maksud yang juga pribadi.
(maaf ini pendapat pribadi saya)

Quote
Lalu, siapa yang tidak kenal Biku Girirakhito Mahathera, dengan lagu karyanya yang fenomenal Malam Suci Waisak dan banyak lagi yang lainnya.  Kalau tidak boleh (dianggap melanggar winaya / norma kepantasan biku), kenapa sebagian besar kita semua menyanyikannya? Kenapa jadi lagu wajib dimana2, termasuk di wihara2 therawada sekalipun.
Apakah itu bukan sifat manusia MUNAFIK?
saya tidak kenal, yang menyanyikan harusnya sih salah, yang munafik siapa? saya tidak pernah menyanyikannya kok, ke vihara aja gw males liat nyanyi2 gitu =))

---
maaf, ternyata saya menemukan lagi teman yang tidak suka nyanyi.
Maaf saya menyamakan anda dengan yang lain, anda manusia special.
Tapi kalau boleh saran, jangan terlalu kaku bro, hidup kita ini sangat berharga, perlu kita syukuri.
dan ekspresi kebahagiaan itu bisa dalam bentuk lagu, puisi, dll.

Quote
Terus, kenapa tidak ada yang protes, kalau seorang biku senior di STI memprakarsai sendratari belum lama ini, yang menurut saya sangat indah. SANGAT INDAH. 
Disusul juga gak lama setelah itu, salah satu biku yg tidak kalah senior nya membuat pagelaran seni (konser) lagu dan puisi yang (menurut informasi yang saya dapat tidak kalah indahnya).
Maaf saya tidak hadir, tapi di brosur yang saya lihat, Beliau juga membaca puisi.  Yang dalam bayangan saya pastinya juga sangat indah.
scan dong brosurnya nanti saya ikutin kesini biar kamu nerasa puas dan tidak iri =))

---
Saya tidak iri bro. Sama sekali tidak.
saya malah kagum dengan Beliau2 itu, yang mampu / pandai dalam mengekspresikan seni, sehingga membuat banyak umat yang semakin kuat keyakinan terhadap Buddha dharma.

Saya yakin bro dan teman2 di sini dengan mudah bisa mencari informasi dan sekaligus brosur kegiatan itu. Karena belum lama dilakukan, dan diumumkan secara terbuka kok.
Kalau yang pribadi saja bisa, masak yang umum tidak bisa? hehe.

Quote
Pertanyaan : Apa yang salah dengan semua ekspresi keindahan ini?
Mestinya tidak ada yang salah.
jelas sangat SALAH

---
Salahnya dimana bro?
Tolong lebih diperjelas, biar diskusi kita bisa lebih hidup.

Quote
Teman2, Pikiran kita semua yang salah. 
Mudah dikecoh oleh Persepsi2 kita sendiri terhadap orang lain.
Ingatlah, Persepsi keliru adalah akar penderitaan.
Jadi seperti cerita Zen, Bukan Angin atau Bendera yang bergerak, tapi pikiran kitalah yang bergerak.
akar penderitaan adalah LDM maka berusahalah LDM itu dihilangkan

---
Apa itu Lobha, Dosa dan Moha bung?
Apa akar dari Lobha, Dosa dan Moha?
Pernah baca mengenai Lobha Mula Citta, Dosa Mula Citta dan Moha Mula Citta?
Apakah menurut bung, membuka thread ini bukan bentuk dari DOSA?

Quote
Waspadalah teman2ku.
Waspadalah dengan Persepsi2 kita semua.
hati2 lah memilih ajaran yang malah menjerumuskan pada LDM

---
Mohon, Pelajari ajaran Buddha lebih mendalam lagi.
Sehingga bro bisa tahu apa itu LDM..

Quote
sarwa manggalang,
henrychan
GBU
ryu

---
Dalam Buddhis kita tidak meminta sesuatu untuk melindungi kita.
Tidak dari God, juga tidak dari Buddha. Jadi tidak terlalu tepat istilah GBU dan BBU.
Kita yang harus membuat diri kita dilindungi oleh Welas-asih dan Kebijaksanaan Buddha.

sarwa manggalang,
henrychan



Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #564 on: 05 October 2010, 10:30:17 AM »
Saya tertarik dengan diskusi ini, secara tidak sengaja membuka tread ini.
Cuma saya bingung mau mulai dari mana, dan saya coba masuk ke yang satu ini saja.
Karena banyak yang lain isinya hanya menyerang ke pribadi, bukan mendiskusikan materi.

Pertanyaan saya, di dalam pengelompokkan winaya yang sudah disampaikan oleh teman kita 'kemenyan', yang mana disebutkan bernyanyi / mendengarkan nyanyian adalah pelanggaran winaya? Kalau ada winaya berat atau ringankah?

Menurut "Hinaya versi sendiri", culavagga V.2.6: Ia tidak pergi menonton tarian, nyanyian, atau musik. Barangsiapa melakukannya, melakukan pelanggaran (dukkata).

Menurut "komentar Hinaya versi sendiri", larangan menyanyi termasuk untuk diri sendiri atau mendukung orang lain yang berarti main gitar untuk orang lain bernyanyi, melanggar "Hinaya versi sendiri" ini.

Menurut "Sub-komentar Hinaya versi sendiri", lagu yang dimaksud TERMASUK lagu dhamma yang isinya tentang ketidak-kekalan. Jadi "Hinaya versi sendiri" tidak membedakan jenis lagu, apakah Death Metal atau lagu Dhamma.

---
Kalau anda sendiri bisa membuat winaya versi anda, berarti anda harusnya juga memperbolehkan yang lain membuat winaya versinya mereka. hehehe.
Rasanya bukan itu masalahnya kan bro. Pasti ada hal lain yang belum diungkapkan.

yg saya lihat Bro Kainyn di atas mengatakan "Hinaya" (pake H) bukan "Winaya" pake "W". Hinaya adalah kata yg digunakan oleh rekan anda sesama fans bhikkhu ini yaitu Purnama, anda bisa bertanya padanya apa yg dimaksudkan dengan Hinaya. Winaya (pake W) bersumber dari anda, mungin kami harus bertanya pada anda apa makna Winaya (pake W) ini. kami di sini berpegang pada Vinaya (pake V)

Quote
Quote
Saya mau tanya lagi, kenapa di dalam perayaan Waisak (dharmasanti), tidak ada yang protes bikunya melihat pertunjukan tarian dan nyanyian? Semua biku baik M-T-V (mahayana-therawada-vajrayana) semua nonton. Gak yg KASI gak yg Walubi sama saja.
Di sini dibahas bhante main gitar dulu, kalau mau bahas lebih luas, silahkan buka topic baru.

---
Saya tidak mengerti caranya membuka thread baru.  Dan saya juga tidak tahu aturan di milis ini siapa yang berhak membuka thread baru.  Kalau moderator mau buka, silahkan saja.
Tapi rasanya bro juga mestinya menyampaikan hal yang sama ke teman2 lain yang komentar2nya juga sudah jauh menyimpang dari topik.

Quote
Lalu, siapa yang tidak kenal Biku Girirakhito Mahathera, dengan lagu karyanya yang fenomenal Malam Suci Waisak dan banyak lagi yang lainnya.  Kalau tidak boleh (dianggap melanggar winaya / norma kepantasan biku), kenapa sebagian besar kita semua menyanyikannya? Kenapa jadi lagu wajib dimana2, termasuk di wihara2 therawada sekalipun.
Apakah itu bukan sifat manusia MUNAFIK?
Kalian mungkin menyanyikannya. Saya jelas tidak.

---
hehehe.. baiklah, ternyata banyak juga teman2 yang tidak suka bernyanyi.
Maaf saya men-generalisir anda ke kelompok umum. Berarti anda manusia special.
Tapi bukan berarti di wihara di saat Waisak Puja tidak ada lagu ini kan?

Jika suatu perbuatan tidak sesuai dengan Dhamma-Vinaya, maka kami akan berpendapat bahwa itu tidak sesuai walaupun itu dilakukan oleh Maha Thera.
Sayang sekali sampai saat ini tidak ada yg mau memulai membuka topik "Apakah Bhikkhu Girirakkhito Maha Thera melanggar Vinaya dengan menciptakan lagu MALAM SUCI WAISAK." mungkin ini bisa menjadi hot topic mengalahkan thread ini. mungkin anda bersedia menjadi TS untuk topik ini? silahkan ... tapi sebelumnya supaya tidak terjadi fitnah anda harus melakukan penyelidikan terlebih dulu, benarkah Bhante Giri yg menciptakan atau sebelum Beliau menjadi bhikkhu? saya tunggu thread menarik ini

Quote
Quote
Terus, kenapa tidak ada yang protes, kalau seorang biku senior di STI memprakarsai sendratari belum lama ini, yang menurut saya sangat indah. SANGAT INDAH. 
Disusul juga gak lama setelah itu, salah satu biku yg tidak kalah senior nya membuat pagelaran seni (konser) lagu dan puisi yang (menurut informasi yang saya dapat tidak kalah indahnya).
Maaf saya tidak hadir, tapi di brosur yang saya lihat, Beliau juga membaca puisi.  Yang dalam bayangan saya pastinya juga sangat indah.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2994.
menurut saya itu juga tidak sesuai Dhamma-Vinaya (pake V), tapi saya tidak mengetahui hal ini sebelumnya, dan sptnya para member di sini juga tidak mengetahui sehingga tidak muncul thread yg membahas hal itu. anda yg mengetahuinya bagaimana jika anda memulai topik ini?

tapi yg saya tidak mengerti bagaimana caranya anda melihat seseorang membaca puisi melalui brosur?
 mungkin anda baru membaca/nonton Harry Potter yg gambar2nya bisa animated?
Lagi-lagi melebar. Kalau mau bahas yang lain, silahkan buka topic baru seperti masalah rokok di thread sebelah.

---
Quote
Saya perlu menekankan ini di milis ini, karena mudah2an yang lain ikut membaca.
Karena terlalu banyak kultus organisasi yang terjadi di umat awam. Yang merasa kalau bentuk2 pengekpresian keindahan dharma melalui lagu / tari / puisi, dll. itu hanya dimunculkan dari sangha tertentu, tidak dari sangha lain.
Tapi kenyataannya semua melakukan hal yang bisa dikatakan serupa, tapi tentu dengan motivasi dan intensitas yang berbeda-beda.
Saya pribadi tidak keberatan dengan bentuk karya seni yang indah seperti ini.

Maksud saya, tolong lebih realistik melihat sesuatu.
Apakah mungkin lagu tercipta, tanpa dinyanyikan?
Apakah mungkin tarian tercinta, tanpa dipikirkan?
Apakah mungkin puisi tercipta, tanpa dilantunkan?

Dan apakah mengekspresikan keindahan Dharma dan keagungan Buddha, melalui lagu, tarian dan puisi adalah pelanggaran?
Coba baca lebih jelas, apa bunyi winaya itu.
Pelanggaran apa yang sudah dilakukan?

apakah anda melegalkan segala cara dengan dalih mengekspresikan keindahan Dharma?

bagaimana jika, "Ayo teman2, kita tosss dulu dan minum sampe mabuk ... Dhamma ini memang sungguh luar biasa indahnya, hingga layak bagi kita memujinya dengan bermabuk2an." bagaimana ini menurut anda?

mengekspresikan keindahan dhamma, seharusnya (menurut saya) adalah dengan cara mempraktikkan Dhamma itu sendiri, bukan dengan melanggar Dhamma. Jika anda memotong leher seekor ayam dengan tujuan "Oh, semoga tetangga2ku melihat keindahan Dhamma TIDAK MEMBUNUH", apakah tujuan anda bisa terpenuhi?

Quote
Pertanyaan : Apa yang salah dengan semua ekspresi keindahan ini?
Mestinya tidak ada yang salah.
Teman2, Pikiran kita semua yang salah. 
Mudah dikecoh oleh Persepsi2 kita sendiri terhadap orang lain.
Ingatlah, Persepsi keliru adalah akar penderitaan.
Jadi seperti cerita Zen, Bukan Angin atau Bendera yang bergerak, tapi pikiran kitalah yang bergerak.

Waspadalah teman2ku.
Waspadalah dengan Persepsi2 kita semua.

sarwa manggalang,
henrychan
 
tidak ada yg salah dalam mengekspresikan keindahan Dhamma, cara dan perilaku seorang bhikkhu lah yg sedang kami kritik di sini. perumpamaan yg anda berikan di atas tidak anda sampaikan dengan lengkap, kisah itu dimulai dengan perdebatan yg terjadi di antara 2 orang murid, kami (pihak KONTRA) adalah salah satu murid, dan anda (pihak PRO) adalah murid lainnya. anda jadi tampak seperti seorang perokok yg menasihari perokok lain supaya berhenti merokok.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #565 on: 05 October 2010, 10:47:46 AM »
[at] Bro Indra

Kok sekarang jadi boros ketikan?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #566 on: 05 October 2010, 10:49:08 AM »
[at] Bro Indra

Kok sekarang jadi boros ketikan?

emangnya cuma ente yg bisa?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #567 on: 05 October 2010, 10:55:35 AM »
emangnya cuma ente yg bisa?

Turut senang melihat kemajuan Anda.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #568 on: 05 October 2010, 11:09:33 AM »

Saya tertarik dengan diskusi ini, secara tidak sengaja membuka tread ini.
Cuma saya bingung mau mulai dari mana, dan saya coba masuk ke yang satu ini saja.
Karena banyak yang lain isinya hanya menyerang ke pribadi, bukan mendiskusikan materi.

Pertanyaan saya, di dalam pengelompokkan winaya yang sudah disampaikan oleh teman kita 'kemenyan', yang mana disebutkan bernyanyi / mendengarkan nyanyian adalah pelanggaran winaya? Kalau ada winaya berat atau ringankah?
bukan soal berat atau ringannya, pelanggaran adalah pelanggaran, mengerti kah?

---
Biku juga manusia biasa bro, yang berlatih. Jadi ada pelanggaran kecil yang masih ditolerir, dengan cara, si biku melakukan pengakuan atas kesalahannyya kepada sangha.
Ini sudah diuraikan dengan baik sekali oleh teman kita yang lain di thread ini juga. Baik sekali.
jangan salah juga biku itu harusnya jadi contoh sebagai anggota sangha yang menjalankan ajaran buddha, saya hanya membayangkan bikunya aja sudah gitu apalagi umatnya =))

Quote
Quote
Saya mau tanya lagi, kenapa di dalam perayaan Waisak (dharmasanti), tidak ada yang protes bikunya melihat pertunjukan tarian dan nyanyian? Semua biku baik M-T-V (mahayana-therawada-vajrayana) semua nonton. Gak yg KASI gak yg Walubi sama saja.
gw pengennya sih protes, tapi apa daya siapa sih ryu ini hanyalah umat awam yang tidak mempunyai kekuasaan selain buat thread seperti ini.

---
hehehe..
Menurut saya, justru kalau mau protes yang begini lebih netral.
Bukan ke pribadi2 biku, kelihatannya tendensius, punya maksud yang juga pribadi.
(maaf ini pendapat pribadi saya)
oh saya pengen juga sih protes kok, lait acara waisak bagi saya justru semakin lucu, dah kaya agama lain aja ada acara nyanyi2, kenapa ga full band aja biar tambah meriah =))

Quote
Quote
Lalu, siapa yang tidak kenal Biku Girirakhito Mahathera, dengan lagu karyanya yang fenomenal Malam Suci Waisak dan banyak lagi yang lainnya.  Kalau tidak boleh (dianggap melanggar winaya / norma kepantasan biku), kenapa sebagian besar kita semua menyanyikannya? Kenapa jadi lagu wajib dimana2, termasuk di wihara2 therawada sekalipun.
Apakah itu bukan sifat manusia MUNAFIK?
saya tidak kenal, yang menyanyikan harusnya sih salah, yang munafik siapa? saya tidak pernah menyanyikannya kok, ke vihara aja gw males liat nyanyi2 gitu =))

---
maaf, ternyata saya menemukan lagi teman yang tidak suka nyanyi.
Maaf saya menyamakan anda dengan yang lain, anda manusia special.
Tapi kalau boleh saran, jangan terlalu kaku bro, hidup kita ini sangat berharga, perlu kita syukuri.
dan ekspresi kebahagiaan itu bisa dalam bentuk lagu, puisi, dll.
mau menikmati lagu puisi silahkan saja, hanya lihatlah perbedaan umat awam dengan siswa sang Buddha. lihat lagi halaman2 belakang tentang pendapat B. buddhadasa

Quote
Quote
Terus, kenapa tidak ada yang protes, kalau seorang biku senior di STI memprakarsai sendratari belum lama ini, yang menurut saya sangat indah. SANGAT INDAH. 
Disusul juga gak lama setelah itu, salah satu biku yg tidak kalah senior nya membuat pagelaran seni (konser) lagu dan puisi yang (menurut informasi yang saya dapat tidak kalah indahnya).
Maaf saya tidak hadir, tapi di brosur yang saya lihat, Beliau juga membaca puisi.  Yang dalam bayangan saya pastinya juga sangat indah.
scan dong brosurnya nanti saya ikutin kesini biar kamu nerasa puas dan tidak iri =))

---
Saya tidak iri bro. Sama sekali tidak.
saya malah kagum dengan Beliau2 itu, yang mampu / pandai dalam mengekspresikan seni, sehingga membuat banyak umat yang semakin kuat keyakinan terhadap Buddha dharma.

Saya yakin bro dan teman2 di sini dengan mudah bisa mencari informasi dan sekaligus brosur kegiatan itu. Karena belum lama dilakukan, dan diumumkan secara terbuka kok.
Kalau yang pribadi saja bisa, masak yang umum tidak bisa? hehe.
maaf akses saya terhadap vihara sedikit, saya tidak mengetahui itu, oh ya kalau gak salah ada KONSER MUSIK "DHAMMAGHOSA" http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15286.msg247051#msg247051 pengen juga sih saya protes, bagi saya itu hanyalah dhammatainment dan pernah kok dibahas

Quote
Quote
Pertanyaan : Apa yang salah dengan semua ekspresi keindahan ini?
Mestinya tidak ada yang salah.
jelas sangat SALAH

---
Salahnya dimana bro?
Tolong lebih diperjelas, biar diskusi kita bisa lebih hidup.
baca halaman2 awal aja.

Quote
Quote
Teman2, Pikiran kita semua yang salah. 
Mudah dikecoh oleh Persepsi2 kita sendiri terhadap orang lain.
Ingatlah, Persepsi keliru adalah akar penderitaan.
Jadi seperti cerita Zen, Bukan Angin atau Bendera yang bergerak, tapi pikiran kitalah yang bergerak.
akar penderitaan adalah LDM maka berusahalah LDM itu dihilangkan

---
Apa itu Lobha, Dosa dan Moha bung?
Apa akar dari Lobha, Dosa dan Moha?
Pernah baca mengenai Lobha Mula Citta, Dosa Mula Citta dan Moha Mula Citta?
Apakah menurut bung, membuka thread ini bukan bentuk dari DOSA?
apa terlihat ada kebencian ya dalam membuka thread ini?
seseorang jadi biku tapi tidak menjalankan vinaya disebut apa? Moha ya? atau malah bisa jadi lobha =))

Quote
Quote
Waspadalah teman2ku.
Waspadalah dengan Persepsi2 kita semua.
hati2 lah memilih ajaran yang malah menjerumuskan pada LDM

---
Mohon, Pelajari ajaran Buddha lebih mendalam lagi.
Sehingga bro bisa tahu apa itu LDM..
silahkan anda jabarkan, apakah seorang biku yang bermain musik dan suka foto2 cewe dan hunting cewe itu ada sumber LDM nya atau tidak, kalau tidak ada oke deh saya nyerah.

Quote
Quote
sarwa manggalang,
henrychan
GBU
ryu

---
Dalam Buddhis kita tidak meminta sesuatu untuk melindungi kita.
Tidak dari God, juga tidak dari Buddha. Jadi tidak terlalu tepat istilah GBU dan BBU.
Kita yang harus membuat diri kita dilindungi oleh Welas-asih dan Kebijaksanaan Buddha.

sarwa manggalang,
henrychan
memang Welas-asih dan Kebijaksanaan Buddha bisa melindungi ? =)) =)) =))

GBU
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline henrychan

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 3
Re: Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?
« Reply #569 on: 05 October 2010, 11:19:11 AM »
Kalau anda sendiri bisa membuat winaya versi anda, berarti anda harusnya juga memperbolehkan yang lain membuat winaya versinya mereka. hehehe.
Rasanya bukan itu masalahnya kan bro. Pasti ada hal lain yang belum diungkapkan.
"Hinaya" adalah istilah dari seorang fans "bhante" tersebut. Kemudian ketika ada yang mengambil rujukan dari Tipitaka, dibilang oleh fans tersebut bahwa itu hanya versi sendiri. Jadi "Hinaya versi sendiri" adalah sindiran saya atas "kepandaian" seseorang yang mengatakan Vinaya (perhatikan pakai "v" bukan "h", bukan juga pakai "w") yang tertera di Tipitaka adalah bikinan sendiri. Saya yakin anda mengerti maksud saya. 

---
hehehe.. oke deh.
saya kira anda salah ketik. ternyata memang disengaja.
saya yang salah kalau gitu.

penggunaan 'w' dalam winaya, karena itu lafal bahasa indonesia dan ada di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
karena ternyata banyak sekali kosakata Buddhis di jaman dulu, yang sudah dipergunakan oleh masyarakat kita turun menurun (walau memang ada yang terdegradasi maknanya), yang bahkan sudah dimasukkan ke dalam KBBI.
Seperti : Karma, Wihara, biku, biksu, sutra, dll.
Bahkan istilah Dosa, Loba yang sering kita dengar dalam bahasa indonesia juga diambil dari Sansekerta yang dulu digunakan (walau sudah mengalami degradasi).

Jadi, saya pendukung gerakan meng-indonesiakan agama Buddha, seperti yang dipopulerkan dr. Krishnanda Wijaya Mukti, Msc. seorang tokoh Buddhis, mantan pembimas Buddha DKI.
Agama Buddha hanya akan bisa berkembang baik di Indonesia, bila kita menyatu dengan kebudayaan Indonesia, salah satunya dalam bahasa.
sama halnya agama buddha berkembang di Thailand, Srilanka, China dll, Semua menggunakan bahasa lokalnya masing2.  Sehingga anda tidak akan menemukan vihara di Thailand, karena di sana yang ada hanya WAT.

Quote
Saya tidak mengerti caranya membuka thread baru.  Dan saya juga tidak tahu aturan di milis ini siapa yang berhak membuka thread baru.  Kalau moderator mau buka, silahkan saja.
Tapi rasanya bro juga mestinya menyampaikan hal yang sama ke teman2 lain yang komentar2nya juga sudah jauh menyimpang dari topik.
Untuk buka thread baru, tinggal pilih board yang sesuai, misalnya "diskusi umum", lalu di bagian atas sejajar nomor-nomor halaman, klik "New Topic", nanti ditentukan judul dan isinya. Tidak perlu moderator yang buka, semua member boleh. Ya, betul, ada juga yang sudah menyimpang. Nanti mungkin saya buat topic lain berkenaan dengan itu.

---
Terimakasih ilmunya.
Mudah2an nanti bisa saya gunakan.
Soalnya, sebetulnya malas juga buka thread sendiri, hehe.

Quote
hehehe.. baiklah, ternyata banyak juga teman2 yang tidak suka bernyanyi.
Maaf saya men-generalisir anda ke kelompok umum. Berarti anda manusia special.
Tapi bukan berarti di wihara di saat Waisak Puja tidak ada lagu ini kan?
Saya jelas bukan manusia spesial, banyak juga yang berpendapat sama. Di vihara yang pernah saya kunjungi, tidak ada nyanyi-nyanyi, jadi saya tidak tahu kalau ada hal demikian. Tapi ini cukup menarik dan memang saya berniat menanyakannya ke anggota sangha kalau ada kesempatan.

---
hehe.
Manusia yang tidak biasa/umum pastilah luarbiasa/special.
Karena yang umum senangnya nyanyi, musik, dll.
(maaf, ini pendapat pribadi)

Quote
Saya perlu menekankan ini di milis ini, karena mudah2an yang lain ikut membaca.
Karena terlalu banyak kultus organisasi yang terjadi di umat awam. Yang merasa kalau bentuk2 pengekpresian keindahan dharma melalui lagu / tari / puisi, dll. itu hanya dimunculkan dari sangha tertentu, tidak dari sangha lain.
Tapi kenyataannya semua melakukan hal yang bisa dikatakan serupa, tapi tentu dengan motivasi dan intensitas yang berbeda-beda.
Saya pribadi tidak keberatan dengan bentuk karya seni yang indah seperti ini.

Maksud saya, tolong lebih realistik melihat sesuatu.
Apakah mungkin lagu tercipta, tanpa dinyanyikan?
Apakah mungkin tarian tercinta, tanpa dipikirkan?
Apakah mungkin puisi tercipta, tanpa dilantunkan?
Bro henry, saya langsung saja. Kalau masih terikat pada keindahan dan kesenangan indriah, untuk apa jadi petapa?
Buddha Gotama bilang, kalau jadi petapa cuma mengikuti tampak luar (botakin kepala, pakai jubah, pegang mangkuk) dan ikut ritual (pimpin upacara, baca paritta,dsb), SEMUA orang -dari Raja sampai gadis budak- juga bisa melakukannya. Apa yang menyebabkan orang disebut petapa sejati adalah ia melepaskan semua nafsu, kebencian, dan kebodohan bathin. Itulah tujuan seseorang menempuh kehidupan petapa di bawah seorang bimbingan Buddha.

---
menurut saya bukan itu tujuan dari bertapa.
tujuan hidup bertapa adalah untuk mendapatkan kebahagian, bukan untuk menyiksa diri.
Saya ingat cerita riwayat hidup buddha, Siddharta tidak akan pernah jadi Buddha, kalau tidak mendengarkan lagu/nyanyian dari pemusik di pinggir sungai.
Jadi, sama sekali tidak ada salahnya musik yang indah, yang membawa kita ke kesadaran, bukan yang sebaliknya.

Quote
Dan apakah mengekspresikan keindahan Dharma dan keagungan Buddha, melalui lagu, tarian dan puisi adalah pelanggaran?
Coba baca lebih jelas, apa bunyi winaya itu.
Pelanggaran apa yang sudah dilakukan?
Vinaya sudah saya cantumkan. Silahkan dibaca sendiri termasuk kitab komentar dan sub-komentar.
Kalau masih kurang jelas, coba baca ajaran Buddha mengenai enam landasan indriah (salayatana). Nanti anda bisa lihat bahwa tidak ada objek indriah "berkenaan dengan dharma" dan "tidak berkenaan dengan dharma". Semua adalah kontak yang menimbulkan perasaan, apakah menyenangkan, netral, atau pun tidak menyenangkan.

---
Maaf, mungkin saya yang tidak teliti melihatnya.
Tapi maksud saya, bunyi winaya itu sendiri seperti apa?
Mohon dibaca lengkap, dan dipertajam maknanya apa?
Dan tentu bro juga tahu, asal usul munculnya winaya bukan?
Bukan sesuatu yang Buddha wajibkan dari awal, tetapi baru muncul setelah ada masukan2 dari banyak pihak setelah melihat pelanggaran2.
Dan kita harus melihat esensi winaya secara 'holistik' bukan 'semantik'.


Quote
hehe. Anda sendiri memberikan perumpamaan yang terlalu filosofis.
Saya sedang menceritakan peristiwa keributan yang terjadi pada saat ada kejadian bendera bergerak, sebagian ribut bendera yg bergerak, sebagian mengatakan - salah, angin yang bergerak. Tapi yang lebih bijak, mengatakan pikiran kitalah yang bergerak.
Jadi maksudnya itu bro.
Saya tidak melihat segi filosofisnya orang kelindes mati gara-gara meditasi di rel kereta. Itu hal yang umum kok.
Memang benar pikiran bergerak pada saat ribu-ribut, tapi anda mengaplikasikannya dengan tidak tepat karena hanya ditujukan pada orang yang mengecam bhikkhu itu, seolah-olah pikiran sendirilah yang menimbulkan persepsi bhikkhu melanggar vinaya. Singkatnya: yang mengecam bhikkhu pikirannya bergerak, yang membela bhikkhu pikirannya tenang.

---
Maksud saya, contoh orang meditasi di rel kereta-api adalah sangat filosofis.
Yang sangat tidak umum. hehe.
Gak begitu bung, baik yang mencela dan membela dua2nya seperti bendera dan angin.
Justru yang melihat pikiran yang bergerak, sudah tidak lagi membela dan mencela.

Quote
Senang berdisuksi dengan anda.
Setidaknya anda mau berdiskusi dengan cara yang santun.
Maaf kalau saya yang kurang santun, dengan membuat diskusi ini jadi melebar.
Tolong kalau anda bisa, bantu saya buat thread yang baru, seperti saran anda.

sarwa manggalang,
henrychan
Senang juga berdiskusi dengan anda. Menurut saya anda sudah sangat santun kok.

---
sama-sama.