Nyomot dari milis sebelah...
baca deh.. bagus nih...
Jadi bagaimana menerapkan ke "KINI" an itu sendiri.
Para bikhu menerapkan kekinian dalam hubungannya dengan makan yang
tentu saja dalam saat mencari makan. Saya bukan vegetarian loh ...
Tidak pernah tau rumah ini ada makanan kaya apa? hanya berjalan dalam
kekinian, berpindah dari rumah dalam kekinian dan mendapatkan makanan
pun dalam kekiniannya. Jika sang bikhu tahu sebuah rumah senantiasa
memberikan yang enak dan itu menjadi pilihannya makan kekiniannya
yang ada adalah kekinian semu.
Umat awam belajar kekinian adalah hal yang lain lain, berpindah
tempat duduk dari tempat kerja ke tempat duduk restoran yang sudah
diketahuinya ada makanan apa. Ke kentucky udah ada ayam menunggu, ke
restoran vegetarian udah ada tepung daging aspal. Kekinian yang ada
berasal dari hal yang telah diketahuinya. Cara mudah mungkin tinggal
ikut antri dirumah makan prasmanan (milih sendiri) dan tidak tau di
antrian didepan milih apa itulah makanan kekinian (tak memilih),
didepan seleranya beda banget (pedas makan itulah yang ditelan,
makanan sayur itulah yang dipilihkan).
Mudah bukan mengatakan ke "KINI" an namun applikasinya tergantung
persepsi? menjadi yang benar atau pembenaran.
Saat perut lapar kekinian berkata lapa, boleh jadi makan ya makan
dalam ketidak celaan pikiran. Apa yang pertama terlihat itulah
makanan saat itu, tidak melihat diurutan sebelah dari makanan itu.
Makanan yang ada adalah makanan, mungkin bisa implementasi dari cara
ini juga bila mau tapi ada berapa banyak pilihan tempat makan.
Pilihan makanan hidup atau mati?
Yang mati berasal dari yang hidup, yang hidup pasti kan mati.
kekinian adalah saat dimana pikiran tak bergerak untuk menentukan
pilihan dia diam dalam tempatnya berada.
Bertanya hidup dan mati bukanlah kekinian, namun sudah merupakan
sebuah usaha yang baik daripada memilih yang hidup tuk digoreng.
Baru aja sejaman yang lalu makan burger ayam dalam pilihanku sendiri
paket dgn kentang goreng dan minuman. Eunak tenank pilihanku.
Let Us Learn Together.
--- In samaggiphala [at] yahoogroups.com, Abin_Abin [at] ... wrote:
>
> Bukan tidak mau tahu.
> Kalau misal ada opor ayam di meja, jika pikiran anda pada kekinian,
maka itu adalah OPOR AYAM. Ketika anda melihat itu sebagai AYAM,
sesungguhnya pikiran anda bukan pada kekinian, tetapi pada bayangan
sebelumnya... Anda membayangkan AYAM yang telah menjadi OPOR AYAM itu
(padahal anda sendiri belum tentu pernah lihat ayam tersebut. Yang anda
lihat mungkin ayam-ayam lain.
>
> Saya pernah cerita tentang makan pecel lele.
> Kalau saya mau beli pecel lele, saya tanyakan pada penjualnya,
apakah lelenya lele mati atau lele yang masih hidup.
> Kalau lelenya memang sudah mati dan kadang bahkan sudah goreng
matang, ya saya beli.
> Tetapi kalau ternyata lelenya masih hidup, saya tidak akan beli.
>
> Jadi, bukan tak mau tahu.
> Pada contoh di atas, jika yang jual pecel lele, lelenya sudah
goreng matang, baik saya makan atau tidak makan... itu lele tetap sudah
goreng matang, tidak bisa hidup kembali.
> Lihatlah sesuatu apa adanya pada kekinian.
> Jika anda menolak makanan yang sudah tersajikan dengan alasan bahwa
> makanan itu berasal dari makhluk hidup, maka sesungguhnya anda
Melihat sesuatu tidak apa adanya pada kekinian, tetapi anda melihat
sesuatu yang ada saat ini sebagai sesuatu yang bukan apa adanya pada saat
ini tetapi pada bayangan anda akan sesuatu itu pada masa lalu.