//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha  (Read 75341 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #105 on: 16 September 2008, 11:04:11 AM »
[at] atas

(abis emosi sech, hehehe...) jd I am khilaf

berkat Kainyn_Kutho, jd tersadar seketika... hehehe

untung ada kainyn, jd gw ga tersesat lebih jauh,
san cai, san cai,
dosa sungguh dosa

ami tofo

Bukan berkat saya, tapi karena kesadaran anda sendiri. :)

Namo Amitofo!

Offline SandalJepit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 425
  • Reputasi: 3
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #106 on: 16 September 2008, 02:42:09 PM »
tentang kontradiksi paham trinity:

Trinity in the Bible

References in the Bible to a Trinity of divine beings are vague, at best.

In Matthew 28:19, we find  telling his disciples to go out and preach to all nations. While the "Great Commission" does make mention of the three persons who later become components of the Trinity, the phrase "...baptizing them in the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Ghost" is quite clearly an addition to Biblical text - that is, not the actual words of  - as can be seen by two factors:

   1. Baptism in the early Church, as discussed by Paul in his letters, was done only in the name of ; and
   2. The "Great Commission" found in the first gospel written, that of Mark, bears no mention of Father, Son and/or Holy Ghost - see Mark 16:15.

The only other reference in the Bible to a Trinity can be found in the Epistle of I John 5:7, Biblical scholars of today, however, have admitted that the phrase "...there are three that bear record in heaven, the Father, the Word, and the Holy Ghost: and these three are one" is definitely a "later addition" to Biblical test, and it is not found in any of today's versions of the Bible.

It can, therefore, be seen that the concept of a Trinity of divine beings was not an idea put forth by  or any other prophet of God. This doctrine, now subscribed to by Christians all over the world, is entirely man-made in origin.

The Doctrine Takes Shape

While Paul of Tarsus, the man who could rightfully be considered the true founder of Christianity, did formulate many of its doctrines, that of the Trinity was not among them. He did, however, lay the groundwork for such when he put forth the idea of  being a "divine Son." After all, a Son does need a Father, and what about a vehicle for God's revelations to man? In essence, Paul named the principal players, but it was the later Church people who put the matter together.

Tertullian, a lawyer and presbyter of the third century Church in Carthage, was the first to use the word "Trinity" when he put forth the theory that the Son and the Spirit participate in the being of God, but all are of one being of substance with the Father.

A Formal Doctrine is Drawn Up

When controversy over the matter of the Trinity blew up in 318 between two church men from Alexandria - Arius, the deacon, and Alexander, his bishop - Emperor Constantine stepped into the fray.

Although Christian dogma was a complete mystery to him, he did realize that a unified church was necessary for a strong kingdom. When negotiation failed to settle the dispute, Constantine called for the first ecumenical council in Church history in order to settle the matter once and for all.

Six weeks after the 300 bishops first gathered at Nicea in 325, the doctrine of the Trinity was hammered out. The God of the Christians was now seen as having three essences, or natures, in the form of the Father, the Son, and the Holy Spirit.

The Church Puts Its Foot Down

The matter was far from settled, however, despite high hopes for such on the part of Constantine. Arius and the new bishop of Alexandria, a man named Athanasius, began arguing over the matter even as the Nicene Creed was being signed; "Arianism" became a catch-word from that time onward for anyone who did not hold to the doctrine of the Trinity.

It wasn't until 451, at the Council of Chalcedon that, with the approval of the Pope, the Nicene/Constantinople Creed was set as authoritative. Debate on the matter was no longer tolerated; to speak out against the Trinity was now considered blasphemy, and such earned stiff sentences that ranged from mutilation to death. Christians now turned on Christians, maiming and slaughtering thousands because of a difference of opinion.

Debate Continues

Brutal punishments and even death did not stop the controversy over the doctrine of the Trinity, however, and the said controversy continues even today.

The majority of Christians, when asked to explain this fundamental doctrine of their faith, can offer nothing more than "I believe it because I was told to do so." It is explained away as "mystery" - yet the Bible says in I Corinthians 14:33 that "... God is not the author of confusion..."

The Unitarian denomination of Christianity has kept alive the teachings of Arius in saying that God is one; they do not believe in the Trinity. As a result, mainstream Christians abhor them, and the National Council of Churches has refused their admittance. In Unitarianism, the hope is kept alive that Christians will someday return to the preachings of : "...Thou shalt worship the Lord thy God, and Him only shalt thou serve." (Luke 4:8)
« Last Edit: 16 September 2008, 02:47:58 PM by SandalJepit »

Offline SandalJepit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 425
  • Reputasi: 3
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #107 on: 16 September 2008, 03:24:08 PM »


Bro. sandal jepit coba... teliti lagi....

Sebenarnya memang mengenai Trinitas sudah agak OOT, namun saya masih membahasnya karena masih ada hubungan yang tidak terlalu jauh dengan topik ini yaitu klaim Kristiani. Sedangkan MMD sudah terlampau jauh OOT, maka saya tidak menjawabnya. Maka dari itu dalam postingan yang lalu saya mengatakan:





Quote
Saya tidak membahas MMD, karena terlalu OOT (Out Of Topic) untuk dibahas di topik ini. Meskipun poin penting, tapi sudah terlampau jauh berada di luar topik pembahasan kita. Seharusnya anda juga tahu kan?

pembahasan MMD  tidak OOT karena MMD memiliki latar belakang agama Buddha. sedangkan pembahasan mengenai Trinitas memang OOT. kenapa membahas MMD itu OOT? membahas MMD itu menarik karena menyangkut "pola pikir abad 21" versus "pola pikir abad pertengahan".

Quote

Anda tidak mengerti perkataan saya mengenai aliran mainstream dan sesat di atas. Sehingga anda menyamakan konsep 'roda berputar' anda dengan pernyataan saya di atas. Maksud saya adalah:

Aliran yang dianggap sesat pada zaman dahulu bisa dianggap mainstream sekarang. Kenapa? Karena pada zaman dahulu banyak orang tidak melihat aliran tersebut secara objektif, tapi melihatnya dari segi yang sangat subyektif, kekuasaan maupun kefanatikan semata saja (Pola pikir abad pertengahan kata anda) ataupun kesalahpahaman.

Sedangkan pada zaman modern ini, banyak orang dapat melihat dengan objektif dan kritis suatu aliran dengan cara kembali pada dasar ajaran agamanya itu sendiri ataupun kata-kata/ajaran dari sang pendiri agama itu sendiri, bukan sekedar spekulasi dan kesalahpahaman antar aliran saja seperti pada zaman-zaman lampau itu. Itulah perbedaannya.

MENGAPA pada jaman sekarang tidak bisa terjadi "penyalahgunaan- kekuasaan" dan "kefanatikan semata"?
 walaupun banyak orang jaman sekarang sudah meninggalkan konsep "kefanatikan" tersebut, hidup dengan pola pikir abad 21, namun demikian masih ada banyak orang disana yang hidup dalam pola pikir abad pertengahan.


Quote
Anda mengatakan: "sekarang asli bisa dianggap sesat di masa mendatang"

Masa mendatang belum hadir, jadi 'roda berputar' anda itu toh hanyalah konsep semata berdasarkan spekulasi tanpa bukti.






Quote


Konsep sesat dan asli memang harus dilepaskan. Tapi ini mengajarkan kita akan arti ketidakmelekatan. Jadi BUKAN berarti kita tidak boleh membedakan mana yang asli (yang jujur dan benar) dan yang sesat (yang melenceng). Konsep "melepaskan" jangan diartikan sebagai 'tidak mau tahu' atau 'meniadakan'.

Kalau kita tidak bisa membedakan mana yang asli dan sesat, apakah kita bisa membedakan mana yang jujur dan mana yang bohong, mana yang baik dan mana yang jahat, manakah jalan yang mencapai Nibbana dan mana yang tidak?

iya kita semua memang mencari sesuatu yang asli dan sejati, kita mencari nibbana. Namun sayang sekali dalam proses pencarian itu seringkali ada beberapa umat Buddha yang merasa "lebih asli"  mendiskriminasikan "umat Buddha tidak asli".  misalnya dalam contoh MMD  yang panas beberapa waktu lalu:
"umat Buddha asli " tidak lebih baik dalam prakteknya namun dengan mudah dapat menjustifikasi "aliran tidak asli" tersebut.

perbedaan penafsiran ajaran itu lumrah, tidak berarti aliran tidak asli itu mengajarkan sesuatu yang salah, dan aliran asli itu mengajarkan sesuatu yang benar. andaikata dicocokkan dengan sumber aslinya pun, masing-masing pihak dapat membuktikan dirinya yang paling asli.

bagi saya, walaupun mencari keaslian, mencari kesejatian, namun tidak seharusnya mendiskriminasikan secara sepihak. pendiskriminasian ini sama seperti dengan "pola pikir abad pertengahan ".

Quote

Saya quotekan lagi kata-kata anda sendiri:
Quote
sebelum konsili Yesus tidak pernah menjadi satu dengan Bapa.

dan kata-kata Kainyn Kutho:
Quote
Doktrin Trinitas ada setelah tahun 325

Maka dari itu saya menyanggah kedua pernyataan di atas, karena Bapa-Bapa Gereja telah mengajukan konsep Trinitas jauh sebelum Konsili Nicaea.

Dalam Alkitab:

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
(Yohanes 1:1, 14, 18)

Aku dan Bapa adalah satu.
(Yohanes 10:30)

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.
(Maitius 28:19)

Ada lagi:

1. Tahun 50 M
"She poured it [the perfume] over his ['] hair when he sat at the table. But, when the disciples saw it, they were indignant. . . . God, aware of this, said to them: 'Why do you trouble this woman? She has done [a beautiful thing for me.] . . . Then one of the Twelve, who was called Judas Iscariot, went to the chief priest and said, 'What will you give me for my work?' [Matt. 26:7-15]"
(The Huleatt Manuscript)

2. Tahun 160 M Mathetes
 "[The Father] sent the Word that he might be manifested to the world . . . This is he who was from the beginning, who appeared as if new, and was found old . . . This is he who, being from everlasting, is today called the Son"
(Letter to Diognetus 11)

3. Tahun 170 M Tatian dari Syria
"We are not playing the fool, you Greeks, nor do we talk nonsense, when we report that God was born in the form of a man"
(Address to the Greeks 21)

4. Tahun 177 M Athenagoras
"The Son of God is the Word of the Father in thought and actuality. By him and through him all things were made, the Father and the Son being one. Since the Son is in the Father and the Father is in the Son by the unity and power of the Spirit, the Mind and Word of the Father is the Son of God. And if, in your exceedingly great wisdom, it occurs to you to inquire what is meant by `the Son,' I will tell you briefly: He is the first- begotten of the Father, not as having been produced, for from the beginning God had the Word in himself, God being eternal mind and eternally rational, but as coming forth to be the model and energizing force of all material things"
(Plea for the Christians 10:2-4)

5. Tahun 177 M Melito dari Sardis
The activities of Christ after his baptism, and especially his miracles, gave indication and assurance to the world of the deity hidden in his flesh. Being God and likewise perfect man, he gave positive indications of his two natures: of his deity, by the miracles during the three years following after his baptism, of his humanity, in the thirty years which came before his baptism, during which, by reason of his condition according to the flesh, he concealed the signs of his deity, although he was the true God existing before the ages"
(Fragment in Anastasius of Sinai's The Guide 13).

Dapat dilihat dengan lebih lengkap di: http://www.bible.ca/H-trinity.htm

Jadi, umat Kristiani memiliki alasan logis untuk mengakui Trinitas sebagai dasar keimanan mereka.

Demikian juga dalam agama Buddha, dengan Triratna sebagai dasar keyakinan umat Buddhis, yang bahkan dikatakan dengan sangat jelas oleh Sang Buddha sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer
ada banyak spekulasi tentang trinitas, saya jawab terpisah

Offline censinhua

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 43
  • Reputasi: 5
  • Gender: Female
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #108 on: 16 September 2008, 03:25:53 PM »
udah pada baca buku Kajian Tematis kr****n Buddha??
Keep Dhamma as my life guidance!
Serve to be Perfect and be Perfect to Serve!

Offline SandalJepit

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 425
  • Reputasi: 3
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #109 on: 16 September 2008, 03:51:16 PM »
mengenai "pola pikir abad 21" Agama tetangga yang mengalami masa-masa "Dark Age", mereka telah mengalami pahit- getirnya akibat kebodohan dan kefanatikan suatu doktrin.  Karena kepahitan dalam sejarah agama mereka, maka umat mereka lebih waspada akan terulangnya "pola pikir abad pertengahan".
Bandingkan dengan umat agama Buddha yang walaupun pertikaian antar aliran terjadi, namun efeknya tidak sebesar agama Tetangga, umat Buddha tidak waspada akan terulangnya "pola pikir abad pertengahan" yang terjadi pada jaman sekarang. kasus kecil: MMD. sedangkan kasus-kasus besar lainnya: "perebutan tahta karmapa", sampai dengan kasus "New Kadampa", dll..








Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #110 on: 16 September 2008, 07:18:16 PM »
pembahasan MMD  tidak OOT karena MMD memiliki latar belakang agama Buddha. sedangkan pembahasan mengenai Trinitas memang OOT. kenapa membahas MMD itu OOT? membahas MMD itu menarik karena menyangkut "pola pikir abad 21" versus "pola pikir abad pertengahan".

Kenapa ya anda berusaha keras menarik saya untuk membahas MMD?? MMD sudah ada threadnya sendiri, ngapain saya harus bahas di topik ini?? Sedangkan topik kita kali ini adalah lebih merujuk pada klaim Kristiani, bukan MMD.

Masalah OOT atau nggak, tidak bergantung pada apakah pembahasan itu menarik atau tidak. Apakah anda benar-benar mengerti apa itu OOT? Kalau anda ingin membahas "pola pikir abad 21" versus "pola pikir abad pertengahan" yang secara khusus dikaitkan dengan MMD, maka bahaslah di topik MMD. Di sini bukanlah tempatnya.

Anda mengatakan bahwa MMD itu tidak OOT, sedangkan Trinitas itu OOT. Apakah anda benar-benar memahami maksud dari topik ini? Saya pada awalnya sama sekali bahkan tidak menyinggung kata "MMD", baru kemudian tiba-tiba anda menginginkan pendapat saya tentang MMD.

Kalau anda baca artikel saya dalam topik ini, anda malah akan menemukan kata-kata Trinitas dalam pembahasan tentang Mudra rupang Maitreya.

Oleh karena itu saya mengatakan bahwa pembahasan tentang Trinitas itu "agak OOT". Sedangkan MMD "terlalu OOT".

Quote
MENGAPA pada jaman sekarang tidak bisa terjadi "penyalahgunaan- kekuasaan" dan "kefanatikan semata"?
 walaupun banyak orang jaman sekarang sudah meninggalkan konsep "kefanatikan" tersebut, hidup dengan pola pikir abad 21, namun demikian masih ada banyak orang disana yang hidup dalam pola pikir abad pertengahan.


Apakah anda sudah membaca postingan saya mengenai kutipan-kutipan sutra berkenaan dengan Triratna?? Di sana anda akan mengerti bahwa sikap umat Buddhis saat ini terhadap Maitreya, IKT, Nichiren Shoshu, ZFZ adalah bukan pola pikir abad pertengahan, tapi pola pikir abad 21 yang kritis, jujur dan terbuka!

Quote
iya kita semua memang mencari sesuatu yang asli dan sejati, kita mencari nibbana. Namun sayang sekali dalam proses pencarian itu seringkali ada beberapa umat Buddha yang merasa "lebih asli"  mendiskriminasikan "umat Buddha tidak asli".  misalnya dalam contoh MMD  yang panas beberapa waktu lalu:
"umat Buddha asli " tidak lebih baik dalam prakteknya namun dengan mudah dapat menjustifikasi "aliran tidak asli" tersebut.


Haha... akhirnya toh anda mengakui bahwa kita mencari yang asli..... Dan.... lagi-lagi anda melenceng sampai ke MMD. Yang pasti adalah..... Nichiren Shoshu, IKT, dan Mile Dadao bukan agama Buddha karena tidak berlindung pada Triratna. Ini bukanlah justifikasi yang tidak adil, tapi Sang Buddha sendiri telah mengatakan bahwa umat Buddhis adalah mereka yang berlindung pada Triratna.

Quote
perbedaan penafsiran ajaran itu lumrah, tidak berarti aliran tidak asli itu mengajarkan sesuatu yang salah, dan aliran asli itu mengajarkan sesuatu yang benar. andaikata dicocokkan dengan sumber aslinya pun, masing-masing pihak dapat membuktikan dirinya yang paling asli.

Ok. Silahkan buktikan, kalau bisa.

Quote
bagi saya, walaupun mencari keaslian, mencari kesejatian, namun tidak seharusnya mendiskriminasikan secara sepihak. pendiskriminasian ini sama seperti dengan "pola pikir abad pertengahan ".


Wah... dari asli dan sesat..... sekarang malah beralih pada diskriminasi...... pembicaraan jadi melebar ke mana-mana.

Bagi saya, diskriminasi berasal dari personal atau pribadi orang itu sendiri, bukan pandangan agama Buddha (agamanya).

Soal umat Buddha menganggap beberapa aliran sebagai non-mainstream adalah bukan karena diskriminasi, tetapi karena berusaha menjalankan ajaran Sang Buddha yaitu umat Buddhis adalah mereka yang berlindung pada Triratna.

Quote
ada banyak spekulasi tentang trinitas, saya jawab terpisah

Haha... kenapa sih anda getol sekali menyanggah konsep Trinitas??  8)

mengenai "pola pikir abad 21" Agama tetangga yang mengalami masa-masa "Dark Age", mereka telah mengalami pahit- getirnya akibat kebodohan dan kefanatikan suatu doktrin.  Karena kepahitan dalam sejarah agama mereka, maka umat mereka lebih waspada akan terulangnya "pola pikir abad pertengahan".
Bandingkan dengan umat agama Buddha yang walaupun pertikaian antar aliran terjadi, namun efeknya tidak sebesar agama Tetangga, umat Buddha tidak waspada akan terulangnya "pola pikir abad pertengahan" yang terjadi pada jaman sekarang. kasus kecil: MMD. sedangkan kasus-kasus besar lainnya: "perebutan tahta karmapa", sampai dengan kasus "New Kadampa", dll..

Nah.... masalah Karmapa dan NEW Kadampa tentu berbeda dengan IKT, MLDD dan Nichiren Shoshu. Apakah perbedaanya?

1. Masalah Karmapa tidak berkaitan dengan bahasan perlindungan pada Triratna.
2. Masalah New Kadampa masih belum jelas apakah berlindung pada Triratna atau tidak. MMD saya rasa juga belum jelas.
3. Masalah IKT, MLDD dan Nichiren Shoshu sudah jelas tidak berlindung pada Triratna.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 16 September 2008, 07:27:17 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #111 on: 16 September 2008, 09:13:57 PM »
GandalfTheElder,

 :) hm... anda ini semangat sekali yah. Tapi, terima kasih banyak atas penjelasan2nya.

Sebelum melanjutkan, saya mau tanya lagi:
1. Pertama2, apa maksud dari "berlindung pada Tiratana/Triratna"?
2. Jika kita menyatakan berlindung pada Tiratana/Triratna, apakah manfaat yang diperoleh?
3. Yang menentukan kehidupan kita, apakah pernyataan "berlindung pada Tiratana/Triratna" atau kamma?
4. Yang membuat kita bebas dari penderitaan, apakah pernyataan "berlindung pada Tiratana/Triratna", ataukah menjalankan ajaran Buddha?

Saya balik bertanya pada anda:
"Apakah Kamma dapat membawa pada Pembebasan Sejati?"

(Benar-benar) Menjalankan ajaran Sang Buddha berarti berlindung pada Triratna. Berlindung pada Triratna berarti menjalankan ajaran Sang Buddha.

Apakah arti berlindung pada Triratna? Perlindungan pada Triratna dapat dilihat dalam arti konvensional maupun arti absolut.

Dalam artian konvensional:
1. Buddha adalah Sakyamuni Buddha (Buddha Gotama)
2. Dharma adalah ajaran yang dibabarkan Sang Buddha yang tercantum dalam Tripitaka
3. Sangha adalah siswa para Arya : Arahat, Bodhisattva, dsb

"Saya berlindung kepada Gotama, Dhamma dan kepada Sangha."
(Vatthupama Sutta)

The Buddha asked, "Is it true that you have abandoned refuge in the Triple Gem for refuge in other doctrines?" ............By taking refuge in the Triple Gem, one escapes from rebirth in states of suffering. In forsaking such a refuge as this, you have certainly erred. In the past, too, men who foolishly mistook what was no refuge for a real refuge, met disaster."
(Apannaka Jataka)

Ajaran-ajaran lain (other doctrines) yang dimaksud adalah ajaran tirthika atau ajaran yang tidak sesuai dengan Buddha Dharma.

Dalam artian absolut, saya akan mengutip Sutra Altar karya Master Hui Neng:

Quote
"Sekarang, setelah kita semua mengambil Empat Sumpah yang Meliputi Semua ini, saya akan mengajarkan kepada Anda 'Tiga Penuntun Tanpa Bentuk'.

"Kita mengambil 'PENCERAHAN' sebagai penuntun kita, oleh karena ia adalah puncak dari Punnya (jasa) dan Prajna (kearifan). Kita mengambil 'AJARAN' (Dharma) sebagai penuntun kita, karena itu adalah jalan terbaik
untuk melenyapkan keinginan. Kita mengambil 'KESUCIAN' sebagai penuntun kita, karena itu adalah sifat termulia manusia.

"Mulai sekarang, biarlah Sang Tercerahkan menjadi penuntun kita; kita tidak akan sekali-kali menerima Mara (personifikasi kejahatan) atau seorang murtad sebagai penuntun kita. Ini harus kita tekankan kepada diri sendiri dengan terus-menerus mengimbau kepada 'SANG TRIRATNA DARI HAKIKAT BATIN' kita, yang ke situlah Hadirin Terpelajar saya nasehatkan untuk mengambil perlindungan. Sang Triratna itu ialah: 'Buddha', yang berarti PENCERAHAN; 'Dharma', yang berarti AJARAN MAPAN; 'Sangha', yang berarti KESUCIAN.

"Membiarkan batin kita berlindung dalam PENCERAHAN, sehingga pikiran-pikiran jahat dan didorong pandangan salah tidak muncul, keinginan berkurang, ketidakpuasan tak dikenal, dan nafsu birahi dan keserakahan tidak lagi membelenggu, inilah puncak Punnya dan Prajna.

"Membiarkan batin kita berlindung kepada AJARAN MAPAN, sehingga kita selalu bebas dari pandangan-pandangan salah (oleh karena tanpa pandangan salah tidak akan ada egoisme, kesombongan, atau kehausan), inilah jalan terbaik untuk melenyapkan keinginan.

"Membiarkan batin kita berlindung kepada KESUCIAN, sehingga dalam keadaan apa pun ia berada, ia tidak akan ternoda oleh obyek-obyek indrawi yang melelahkan, kehausan dan keinginan, inilah sifat termulia manusia. -- Melatih Ketiga Tuntunan dengan cara tersebut di atas berarti BERLINDUNG KEPADA DIRI SENDIRI (artinya didalam Hakikat Batin kita sendiri).

"Orang yang diliputi kegelapan mengambil Ketiga Perlindungan siang dan malam, tetapi tidak memahaminya. Jika mereka berkata, mereka berlindung pada Buddha, tahukah mereka di mana dia? Jadi, jika mereka tidak bisa melihat Buddha, bagaimana mereka bisa berlindung kepadanya? Tidakkah pernyataan seperti itu sama saja dengan dusta?

"Hadirin Terpelajar, masing-masing dari Anda harus mempertimbangkan dan meneliti pokok ini bagi diri Anda sendiri, dan jangan sampai tenagamu terkuras. Sutra dengan jelas mengatakan, bahwa kita harus berlindung kepada Buddha di dalam diri kita sendiri; Sutra tidak menyebutkan kita harus berlindung pada Buddha-Buddha lain. (Lagipula,) jika kita tidak berlindung pada Buddha di dalam diri kita sendiri, tidak ada tempat lain bagi kita untuk mengundurkan diri.

"Setelah menjelaskan pokok ini, marilah masing-masing dari kita berlindung kepada TRI-RATNA di dalam batin kita sendiri. Di dalam, kita harus mengendalikan batin kita; di luar, kita harus menghormati orang
lain--inilah cara berlindung di dalam diri sendiri.

Maksud dari perkataan Master Hui Neng di atas ditujukan bukan agar kita melepaskan/ meniadakan konsep konvensional dari Triratna. Beliau membababarkannya agar kita tidak melekat pada Triratna konvensional dan agar kita ingat bahwa ada Triratna absolut yang tak lain berada dalam diri kita sendiri.

Absolut dan konvensional adalah 2 hal yang tidak bertentangan, malah saling melengkapi. keduanya sama pentingnya dan tidak saling meniadakan. Pernah dalam suatu pembabaran Dharma ada yang bertanya, "Apakah berlindung pada Triratna itu bertentangan dengan berlindung pada diri sendiri?"

Namun oleh Sang Pembabar Dharma dijawablah: "Sebelum seseorang mampu berlindung pada dirinya sendiri, perlukah ia mencari perlindungan dari yang lain?"

Kemudian sang penanya menjawab: "Ya"

Lalu Sang Pembabar Dharma kurang lebih mengatakan demikian: "Sebelum seseorang mampu sepenuhnya berlindung pada diri sendiri, maka ia memerlukan perlindungan yaitu Triratna."

Maksud dari "seseorang mampu sepenuhnya berlindung pada diri sendiri" adalah mereka yang telah mencapai ke-Buddhaan. Sebelum kita mencapai ke-Buddhaan, kita tidak mampu sepenuhnya untuk berlindung pada diri sendiri. Oleh karena itu kita memerlukan Triratna (konvensional) sebagai pembimbing kita.

Bagi mereka yang telah mencapai ke-Buddhaan, maka mereka sepenuhnya berlindung pada Triratna yang ada dalam Hakekat Batin mereka sendiri (Triratna Absolut).

Sedangkan kita yang masih terbelenggu ini, membutuhkan Triratna Konvensional sebagai pembimbing kita menuju pembebasan. Triratna Konvensional ini menunjuk pada Triratna Absolut.

Apabila seseorang tidak berlindung pada Triratna Konvensional, bagaimana seseorang mampu mencapai yang ultimit (Triratna Absolut)??? La yang Konvensional saja tidak terpenuhi!

Without a foundation in the conventional truth the significance of the ultimate cannot be taught. Without understanding the significance of the ultimate, liberation is not achieved.
(Mūlamadhyamakakārika karya Nagarjuna)

Berlindung pada Triratna, menandakan bahwa kita telah memasuki Pintu Dharma, Pintu yang menuju ke arah Pembebasan Sejati. Tanpa Triratna, bagaimana bisa kita masuk ke Pintu Dharma??

Dan ngomong-ngomong, bagaimana pendapat anda sendiri mengenai Triratna. Dari kemarin saya yang ditanyain? Sedangkan dari anda sendiri, saya belum dengar, yang terlontar hanya pertanyaan-pertanyaan saja..............

Quote
Mengenai Trinitas, thanx juga untuk referensinya. Tapi sebelum melanjutkan, saya mau tanya juga. Menurut anda, apakah Trinitas yang dimaksud?


Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pendapat yang menyangkal Trinitas adalah mereka yang tidak mengakui Yesus sebagai Bapa. Pendapat yang menerima Trinitas adalah mereka yang menerima Yesus Sebagai Allah Bapa.

Mengenai Roh Kudus, yang saya belum berikan kutipan Alkitabnya:

Quote
Yohanes 14:16-17 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu Penolong lain, yang akan tinggal bersama kalian untuk selama-lamanya. Dia itu Roh Allah yang akan menyatakan kebenaran tentang Allah. Dunia tak dapat menerima Dia, karena tidak melihat atau mengenal-Nya. Tetapi kalian mengenal Dia, karena Ia tinggal bersama kalian dan akan bersatu dengan kalian.

I Korintus 12:3-7: Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus. Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.


Kedua ayat di atas telah menjelaskan bahwa Roh Kudus tidak lain adalah Allah. Dan Allah dalam ayat-ayat Alkitab yang sebelumnya telah saya tunjukkan, sama dengan Yesus. Oleh karena itu dasar  konsep Trinitas telah ada dalam Alkitab.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 16 September 2008, 09:33:04 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #112 on: 17 September 2008, 09:22:18 AM »

Saya balik bertanya pada anda:
"Apakah Kamma dapat membawa pada Pembebasan Sejati?"
Tidak. Tetapi menanam kamma baik membuahkan kebahagiaan dan tidak menanam kamma baik menghindarkan orang dari penderitaan; sementara melakukan pernyataan perlindungan pada Triratna atau tidak, tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan/penderitaan, apalagi pembebasan sejati. 


Quote
(Benar-benar) Menjalankan ajaran Sang Buddha berarti berlindung pada Triratna. Berlindung pada Triratna berarti menjalankan ajaran Sang Buddha.
(Benar-benar) menjalankan ajaran Buddha menurut saya adalah menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan dari hal2 yang tidak bermanfaat. Dan itu bisa dijalankan dengan atau tanpa pernyataan perlindungan pada Triratna.

Perlu diketahui, saya tidaklah menolak adanya pernyataan perlindungan pada Tiratana, tetapi saya menolak pernyataan bahwa semua murid Buddha, haruslah menyatakan perlindungan pada Tiratana dan mengetahui rumusan 4 Kesunyataan Mulia.


Quote
Namun oleh Sang Pembabar Dharma dijawablah: "Sebelum seseorang mampu berlindung pada dirinya sendiri, perlukah ia mencari perlindungan dari yang lain?"

Kemudian sang penanya menjawab: "Ya"

"Seseorang, sesungguhnya adalah perlindungan bagi dirinya sendiri; bagaimana mungkin orang lain dapat menjadi perlindungan bagi seseorang? Dengan diri dikendalikan sepenuhnya, seseorang mendapatkan perlindungan, yang mana susah untuk dicapai."
Anda percaya dengan pembabar Dhamma yang itu, saya percaya pembabar Dhamma yang ini.



Quote
Lalu Sang Pembabar Dharma kurang lebih mengatakan demikian: "Sebelum seseorang mampu sepenuhnya berlindung pada diri sendiri, maka ia memerlukan perlindungan yaitu Triratna."

Maksud dari "seseorang mampu sepenuhnya berlindung pada diri sendiri" adalah mereka yang telah mencapai ke-Buddhaan. Sebelum kita mencapai ke-Buddhaan, kita tidak mampu sepenuhnya untuk berlindung pada diri sendiri. Oleh karena itu kita memerlukan Triratna (konvensional) sebagai pembimbing kita.

"Kammasakka manava, satta kammadayada kammayoni kammabandhu kammapatisarana. Kammam satte vibhajati yadidam h´nappan´tatayati."
Anda percaya dengan pembabar Dhamma yang itu, saya percaya pembabar Dhamma yang ini.


Quote
Apabila seseorang tidak berlindung pada Triratna Konvensional, bagaimana seseorang mampu mencapai yang ultimit (Triratna Absolut)??? La yang Konvensional saja tidak terpenuhi!
Dalam kisah dhamma dikatakan bahwa ketika jumlah Bhikkhu sudah mulai banyak dan para Bhikkhu meminta izin melakukan pentahbisan tanpa Buddha Gotama, para Bhikkhu bertanya apakah yang harus dilakukan sebagai simbol pentahbisan yang mewakili Buddha Gotama. Kemudian Buddha memberikan beberapa tata cara, salah satunya pengucapan perlindungan pada Tiratana.
Setau saya, sebelum peraturan itu ada, murid2 Buddha termasuk 5 pertapa yang menjadi Bhikkhu pertama, sudah mencapai tingkat2 kesucian. Jadi, anda bilang harus lewat konvensional dulu, saya bilang belum tentu harus lewat konvensional dulu.

Quote
Berlindung pada Triratna, menandakan bahwa kita telah memasuki Pintu Dharma, Pintu yang menuju ke arah Pembebasan Sejati. Tanpa Triratna, bagaimana bisa kita masuk ke Pintu Dharma??
Tanyalah kepada para Pacceka/Pratyeka Buddha.


Quote
Dan ngomong-ngomong, bagaimana pendapat anda sendiri mengenai Triratna. Dari kemarin saya yang ditanyain? Sedangkan dari anda sendiri, saya belum dengar, yang terlontar hanya pertanyaan-pertanyaan saja..............
Menurut saya, pernyataan perlindungan kepada Tiratana hanyalah simbolik. Bukan pasti bermanfaat, bukan pasti tidak bermanfaat.

Sepetinya perbedaan pendapat kita terlalu jauh, jadi tidak saya lanjutkan. Bagaimanapun, terima kasih untuk jawaban2nya!
 _/\_


Quote
Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pendapat yang menyangkal Trinitas adalah mereka yang tidak mengakui Yesus sebagai Bapa. Pendapat yang menerima Trinitas adalah mereka yang menerima Yesus Sebagai Allah Bapa.
-catatan: mungkin salah ketik, seharusnya "...Yesus sebagai Anak" & "... Yesus sebagai Allah Anak".

Trinitas bukanlah mengenai "keberadaan" Bapa, Putra dan Roh Kudus, tetapi "spekulasi" mengenai "hubungan" dan "interelasi" antara ketiganya. Sampai sekarang juga tidak ada kejelasan apakah mereka semua satu, ataukah perwujudan, ataukah lain-lain. Apakah mereka adalah Substansi yang sama, ataukah mirip, ataukah berbeda. Trinitas yang ada sekarang, mayoritas mengakui bahwa Putra adalah Bapa, dan sebaliknya; dari Substansi yang sama (homoousion), bukan mirip. Tetapi kalau anda mau coba survey, kebanyakan dari mereka tidak ingin mempertanyakan ataupun menjawab hal-hal mengenai Trinitas. Itu sudah ada dalam Syahadat Athanasian dan Syahadat Rasul.
Karena itu, saya jadi bertanya-tanya, apa maksudnya ayat ini:

saith unto her, Touch me not; for I am not yet ascended to my Father:
but go to my brethren, and say unto them, I ascend unto my Father, and your Father;
and to my God, and your God.
-John 20:17-


Begitulah, lagi2 kita berbeda pendapat. Jadi, terima kasih atas diskusinya.
 _/\_
« Last Edit: 17 September 2008, 09:37:24 AM by Kainyn_Kutho »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #113 on: 17 September 2008, 11:57:29 AM »
Quote
(Benar-benar) Menjalankan ajaran Sang Buddha berarti berlindung pada Triratna. Berlindung pada Triratna berarti menjalankan ajaran Sang Buddha.
(Benar-benar) menjalankan ajaran Buddha menurut saya adalah menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan dari hal2 yang tidak bermanfaat. Dan itu bisa dijalankan dengan atau tanpa pernyataan perlindungan pada Triratna.

Perlu diketahui, saya tidaklah menolak adanya pernyataan perlindungan pada Tiratana, tetapi saya menolak pernyataan bahwa semua murid Buddha, haruslah menyatakan perlindungan pada Tiratana dan mengetahui rumusan 4 Kesunyataan Mulia.


Bro Kainyin,
sepertinya harus disepakati dulu apa makna "Berlindung pada Triratna". Berlindung di sini maksudnya menerima Buddha sebagai guru, Menerima dan mempraktekkan Dhamma yang diajarkan Sang Guru . Nah kalau kita mengaku sebagai murid Buddha, wajarlah kalau kita berlindung kepada Buddha, Dhamma, Sangha. mengaku murid tapi menolak berlindung (dalam pengertian di atas) menurut saya terdengar agak durhaka.

 _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #114 on: 17 September 2008, 12:19:49 PM »
Bro Kainyin Kainyn,
sepertinya harus disepakati dulu apa makna "Berlindung pada Triratna". Berlindung di sini maksudnya menerima Buddha sebagai guru, Menerima dan mempraktekkan Dhamma yang diajarkan Sang Guru . Nah kalau kita mengaku sebagai murid Buddha, wajarlah kalau kita berlindung kepada Buddha, Dhamma, Sangha. mengaku murid tapi menolak berlindung (dalam pengertian di atas) menurut saya terdengar agak durhaka.

 _/\_

Justru saya tidak sedang fokus pada definisi "berlindung pada Triratna", tetapi pada definisi dari "murid Buddha" yang menurut saya tidak dipengaruhi apakah dia pernah membuat pernyataan "berlindung pada Triratna" atau tidak.

Saya mau tanya. Ketika Sariputta bertemu Y.A. Asajji dan mendengar 2 baris syair, Sariputta mencapai kesucian Sotapatti. Menurut anda, apakah waktu itu Sariputta murid Buddha atau bukan?

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #115 on: 17 September 2008, 12:26:54 PM »
berlindung dalam Tiratana berarti mengakui Buddha sebagai sarana pencerahan, Dhamma Ajaran Beliau sebagai sarana dan Sangha sebagai komunitas pembimbing spiritualis.

Ada begitu banyak yang mencoba untuk meniadakan Sangha dalam artian berlindung dalam 2 Sarana karena menganggap Sangha sebagai ukuran pengatur /empire/orthodox.namun anda harus mengerti baik Arya Sangha atau Sangha biasa itu dihormati karena menjaga hampir 200 lebih Sila.

Pertanyaan saya kepada bro kainyn,apa maksud Tisarana menurut definisi bro? bagaimana kalo seseorang ingin meniadakan hal itu namun berkata gw masih dalam scope Buddhist?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #116 on: 17 September 2008, 12:53:39 PM »
berlindung dalam Tiratana berarti mengakui Buddha sebagai sarana pencerahan, Dhamma Ajaran Beliau sebagai sarana dan Sangha sebagai komunitas pembimbing spiritualis.

Ada begitu banyak yang mencoba untuk meniadakan Sangha dalam artian berlindung dalam 2 Sarana karena menganggap Sangha sebagai ukuran pengatur /empire/orthodox.namun anda harus mengerti baik Arya Sangha atau Sangha biasa itu dihormati karena menjaga hampir 200 lebih Sila.

Pertanyaan saya kepada bro kainyn,apa maksud Tisarana menurut definisi bro? bagaimana kalo seseorang ingin meniadakan hal itu namun berkata gw masih dalam scope Buddhist?

Nah, ini pertanyaan yang sangat kena.

Ketika orang menjalankan hidup dengan melatih diri menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran, maka
-ketika bertemu dengan Sang Guru yang menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran secara sempurna, orang itu akan menghargainya sebagai guru, lebih dari siapapun.
-ketika bertemu dengan ajaran yang mengajarkan bagaimana menjaga tubuh, ucapan dan pikiran dengan benar, orang itu akan menghargainya sebagai panduan, lebih dari apapun.
-ketika bertemu dengan komunitas yang menerapkan latihan menjaga tubuh, ucapan dan pikiran dengan sempurna, orang itu akan menghargainya sebagai pertapa sejati.

Menurut saya, seorang yang menjalankan dhamma dengan benar, tidak akan disibukkan dengan harus mengucapkan atau harus tidak mengucapkan "Tisarana" bagi seorang murid. Jadi tidak ada alasan untuk memaksakan, juga menghilangkan. Yang pasti, mereka akan mengajarkan pengendalian diri adalah keharusan bagi seorang murid.

Saya pribadi menghargai pengucapan Tisarana sebagai bagian dari tradisi dan kebiasaan yang sudah ada.
« Last Edit: 17 September 2008, 12:55:24 PM by Kainyn_Kutho »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #117 on: 17 September 2008, 01:07:39 PM »
tar mo mikir dulu ah, dicerna dulu hmmm :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #118 on: 17 September 2008, 04:20:06 PM »
Tidak. Tetapi menanam kamma baik membuahkan kebahagiaan dan tidak menanam kamma baik menghindarkan orang dari penderitaan; sementara melakukan pernyataan perlindungan pada Triratna atau tidak, tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan/penderitaan, apalagi pembebasan sejati. 

Ralat, seharusnya "buruk".

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #119 on: 17 September 2008, 07:38:46 PM »
Tidak. Tetapi menanam kamma baik membuahkan kebahagiaan dan tidak menanam kamma baik menghindarkan orang dari penderitaan; sementara melakukan pernyataan perlindungan pada Triratna atau tidak, tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan/penderitaan, apalagi pembebasan sejati.

Memang pernyataan saja tidak membawa pada Pembebasan Sejati. Yang dapat membawa pada tingkat ke-Buddhaan adalah keyakinan yang penuh pada Triratna Buddha Dharma Sangha. Pernyataan hanyalah sarana untuk menyatakan keyakinan tersebut.

Quote
(Benar-benar) menjalankan ajaran Buddha menurut saya adalah menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan dari hal2 yang tidak bermanfaat. Dan itu bisa dijalankan dengan atau tanpa pernyataan perlindungan pada Triratna.

Mereka yang sepenuhnya yakin pada Triratna pasti menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Mereka yang menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan dari hal-hal yang tidak bermanfaat pastilah berlindung pada Triratna.

Quote
Perlu diketahui, saya tidaklah menolak adanya pernyataan perlindungan pada Tiratana, tetapi saya menolak pernyataan bahwa semua murid Buddha, haruslah menyatakan perlindungan pada Tiratana dan mengetahui rumusan 4 Kesunyataan Mulia.


Lalu anda anggap apa sabda Sang Buddha dalam Jivaka Sutta, Anguttara Nikaya?

Quote
"Seseorang, sesungguhnya adalah perlindungan bagi dirinya sendiri; bagaimana mungkin orang lain dapat menjadi perlindungan bagi seseorang? Dengan diri dikendalikan sepenuhnya, seseorang mendapatkan perlindungan, yang mana susah untuk dicapai."
Anda percaya dengan pembabar Dhamma yang itu, saya percaya pembabar Dhamma yang ini.


Tanda tidak mengerti maksud tulisan saya. Demikian juga saya percaya pada pembabar Dharma dalam Jivaka Sutta, Anguttara Nikaya dan Apannaka Jataka.

Quote
"Kammasakka manava, satta kammadayada kammayoni kammabandhu kammapatisarana. Kammam satte vibhajati yadidam h´nappan´tatayati."
Anda percaya dengan pembabar Dhamma yang itu, saya percaya pembabar Dhamma yang ini.


Tanda tidak mengerti maksud tulisan saya. Demikian juga: Saya percaya pada pembabar Dharma dalam Jivaka Sutta, Anguttara Nikaya dan Apannaka Jataka.

Quote
Dalam kisah dhamma dikatakan bahwa ketika jumlah Bhikkhu sudah mulai banyak dan para Bhikkhu meminta izin melakukan pentahbisan tanpa Buddha Gotama, para Bhikkhu bertanya apakah yang harus dilakukan sebagai simbol pentahbisan yang mewakili Buddha Gotama. Kemudian Buddha memberikan beberapa tata cara, salah satunya pengucapan perlindungan pada Tiratana.
Setau saya, sebelum peraturan itu ada, murid2 Buddha termasuk 5 pertapa yang menjadi Bhikkhu pertama, sudah mencapai tingkat2 kesucian. Jadi, anda bilang harus lewat konvensional dulu, saya bilang belum tentu harus lewat konvensional dulu.

Yang penting dan ditekankan bukan pengucapannya, namun keyakinan bahwa Triratna sebagai perlindungan Yang sejati.

Quote
Tanyalah kepada para Pacceka/Pratyeka Buddha.


Apakah anda sadar, bahwa kita sekarang hidup pada masa di mana ajaran Buddha maupun kata "Buddha" masih banyak sekali terdengar?

Pratyeka Buddha hanya muncul pada masa tidak ada ajaran Buddha sama sekali dan tidak ada kata "Buddha" satu kali pun. Maka dari itu sangat wajar apabila Pratyeka Buddha tidak berlindung pada Triratna konvensional.

Sedangkan kita hidup pada masa di mana masih ada ajaran Buddha yaitu kita berada dalam masa Dispensasi Dharma Buddha Dharma. Kita tidak mungkin menjadi seorang Pratyeka Buddha. Sangat aneh apabila seseorang tidak berlindung pada Triratna (baik konvensional maupun absolut), tapi disebut sebagai umat Buddha.

Quote
Justru saya tidak sedang fokus pada definisi "berlindung pada Triratna", tetapi pada definisi dari "murid Buddha" yang menurut saya tidak dipengaruhi apakah dia pernah membuat pernyataan "berlindung pada Triratna" atau tidak.
Saya mau tanya. Ketika Sariputta bertemu Y.A. Asajji dan mendengar 2 baris syair, Sariputta mencapai kesucian Sotapatti. Menurut anda, apakah waktu itu Sariputta murid Buddha atau bukan?

Tentu saja Sariputta ketika itu adalah murid Buddha karena berlindung pada Sang Triratna.

1. Seorang Sotapanna telah melenyapkan belenggu (samyojana) kedua yaitu vicikiccha (keragu-raguan yang skeptis pada Buddha, Dhamma, Sangha). Oleh karena itu seorang Sotapanna adalah seorang yang yang yakin dan berlindung pada Tiratana.

2. Marilah kita simak penggalan dari pertemuan Upatissa (Sariputta) dengan YA Assaji:

Setelah Āyasmā Assaji selesai berpindapatta dan Upatissa melihat beliau melangkah hendak mencari tempat buat duduk dan bersantap, dia menyediakan tempat duduk yang dibawanya dan mempersembahkannya kepada Āyasmā Assaji. Āyasmā Assaji mulai menyantap makanannya. Kemudian Upatissa menyediakan air dari kantong air miliknya sendiri. Dan begitulah ia melayani Āyasmā Assaji sebagaimana tugas seorang murid kepada gurunya.

Sesudah mereka saling mengucapkan salam dengan sopan, Upatissa berkata: "Tuan, pembawaan Anda luar biasa. Wajah Anda bersih dan terang sekali. Di bawah bimbingan siapakah Anda menjalankan kehidupan suci sebagai seorang pertapa? Siapakah guru Anda dan Ajaran apakah yang Anda ikuti?"

Āyasmā Assaji menjawab: "Saudara, dengan menjalankan kehidupan suci ini saya mengabdi kepada seorang pertapa agung dari suku Sakya, yang telah pergi meninggalkan kaumnya untuk menjadi bhikkhu. Di bawah bimbinganNyalah saya berlindung. Pertapa Agung itu guruku dan AjaranNyalah yang saya ikuti."

"Apakah yang diajarkan oleh Guru Anda, apa yang beliau nyatakan?"

Mendapat pertanyaan seperti itu, Āyasmā Assaji berpikir dalam hati: "Pertapa kelana ini sedang menguji Jalan Sang Buddha. Aku akan menunjukan padanya betapa mulia jalan ini." Jadi beliau berkata:

"Saya seorang pendatang baru, Saudara. Belum lama saya ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu sehingga saya tidak dapat menjelaskan Ajaran mulia ini secara terperinci kepadamu."

Sang Pengelana itu pun membalas: "Saya bernama Upatissa, Saudara. Tolong beritahukan Ajaran itu pada saya semampu Anda, baik itu banyak ataupun sedikit. Biarlah menjadi tugas saya untuk memahami makna yang terkandung didalamnya, dengan ratusan atau bahkan ribuan cara."

Dan dia menambahkan:

"Entah itu banyak ataupun sedikit yang dapat Anda beritahukan,
Walau hanya garis besarnya, katakanlah padaku!
Untuk mengetahui inti sari Ajaran adalah satu-satunya hasrat saya;
Kata-kata lain tidak dapat membantu apa-apa."

Menanggapi hal itu, Āyasmā Assaji kemudian mengucapkan syair berikut ini:

"Dari semua hal yang timbul karena suatu 'sebab',
'Sebabnya' telah diberitahukan oleh Tathagata;
Dan juga lenyapnya mereka, itu juga yang Dia ajarkan,
Inilah Ajaran Sang Pertapa Agung."

Mendengar dua kalimat pertama, Upatissa seketika memasuki jalan seorang pemasuk arus; dan sampai akhir dua kalimat terakhir dia telah berhasil menjadi seorang Sotapanna - pemenang arus.

Ketika dia menjadi seorang pemenang arus dan sebelum dia mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi, dia berpikir: "Disinilah makna pembebasan dapat ditemukan!" Kemudian dia berkata kepada Āyasmā Assaji: "Tidak perlu lagi Anda memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang Dhamma ini, Āyasmā. Ini sudah cukup bagiku. Dimanakah Guru kita berdiam?"

Jadi:

Buddha= Petapa agung suku Sakya = Tathagata = Sakyamuni Buddha Gotama
Dhamma = Dari semua hal yang timbul karena suatu 'sebab', 'Sebabnya' telah diberitahukan oleh Tathagata; Dan juga lenyapnya mereka, itu juga yang Dia ajarkan = 4 Kebenaran Mulia
Sangha = YA Assaji selaku pembabar Dhamma ajaran Sang Buddha = siswa Arya

Sariputta telah menerima, yakin dan berlindung pada Tiratana.

Bagi kita yang hidup pada masa ini, kita hanya dapat menempuh jalan Arahat (Sotapanna, Sakadagamin, Anagamin, Arahat) dan Bodhisattva (Mahayana) dalam mencapai ke-Buddhaan. Kita tidak dapat menempuh jalan Pacceka / Pratyeka Buddha untuk mencapai pencerahan pada Masa Dispensasi Buddha Dharma. Masa Dispensasi Buddha Dharma adalah masa di mana ajaran sang Buddha masih ada dan Triratna masih dikenal.

Seorang Arahat telah melenyapkan kesepuluh belenggu samyojana, dengan kata lain Arahat telah melenyapkan keraguan pada Triratna dan sepenuhnya yakin berlindung pada Triratna, demikian juga dengan Sakadagamin dan Anagamin, semuanya yakin dan berlindung pada Triratna.

Bahkan para Bodhisattva dalam Mahayana juga menyatakan dan yakin, berlindung pada Sang Triratna.

Maka dari itulah saya mengatakan: dengan Triratna kita baru dapat memasuki Pintu Dhamma.

Quote
Sepetinya perbedaan pendapat kita terlalu jauh, jadi tidak saya lanjutkan. Bagaimanapun, terima kasih untuk jawaban2nya!
 _/\_

Ooo.. perbedaan pendapat ya!

Quote
-catatan: mungkin salah ketik, seharusnya "...Yesus sebagai Anak" & "... Yesus sebagai Allah Anak".

Thx

Quote
Trinitas bukanlah mengenai "keberadaan" Bapa, Putra dan Roh Kudus, tetapi "spekulasi" mengenai "hubungan" dan "interelasi" antara ketiganya. Sampai sekarang juga tidak ada kejelasan apakah mereka semua satu, ataukah perwujudan, ataukah lain-lain. Apakah mereka adalah Substansi yang sama, ataukah mirip, ataukah berbeda. Trinitas yang ada sekarang, mayoritas mengakui bahwa Putra adalah Bapa, dan sebaliknya; dari Substansi yang sama (homoousion), bukan mirip. Tetapi kalau anda mau coba survey, kebanyakan dari mereka tidak ingin mempertanyakan ataupun menjawab hal-hal mengenai Trinitas. Itu sudah ada dalam Syahadat Athanasian dan Syahadat Rasul.


Alkitab telah menyatakan dengan jelas tentang Trinitas. Namun kalau anda masih merasa kurang jelas, maka saya jadi bertanya-tanya kacamata apakah yang anda pakai?

Quote
Karena itu, saya jadi bertanya-tanya, apa maksudnya ayat ini:

saith unto her, Touch me not; for I am not yet ascended to my Father:
but go to my brethren, and say unto them, I ascend unto my Father, and your Father;
and to my God, and your God.
-John 20:17-


Begitulah, lagi2 kita berbeda pendapat. Jadi, terima kasih atas diskusinya.
 _/\_

Hoo.... Pertanyaan anda telah dijawab oleh ayat Alkitab ini:

Filipi 2:5-8: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 17 September 2008, 07:48:48 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

 

anything