//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 585200 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1605 on: 27 May 2013, 11:15:19 AM »
seorang wasit Buddhis yg berlatih sungguh2 itu pun saya ragukan akan lebih menuruti solusi anda daripada solusi yg ditawarkan oleh Sang Buddha.

solusi apa yang ditawarkan oleh Sang Buddha dalam hal ini?


tapi kalau tidak salah, setau saya, selama tidak melewati jam 12 siang, boleh makan apa saja, jadi bukan makan hanya satu kali sehari donk? rentang waktu dari matahari terbit sampai jam 12 siang, kita bukannya diperbolehkan makan apa saja?
« Last Edit: 27 May 2013, 11:17:41 AM by Chandra Rasmi »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1606 on: 27 May 2013, 11:17:24 AM »
tentunya setiap orang akan menciptakan komentar sendiri setiap kali membaca, hanya sang penulis sendiri yang tahu apa maksud sebenarnya dari yang dia tulis bukan?


dalam hal tertentu, kalimat2 dalam sutta-vinaya sudah cukup jelas tanpa perlu menciptakan komentar.

Quote
lalu bagaimana pandangan anda mengenai latihan atthasila ini ? kita sudah membaca pandangan dari KK, menurut bro Indra sendiri bagaimana?

pandangan saya persis seperti apa yg tertulis dalam sila2 dari atthasila itu.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1607 on: 27 May 2013, 11:35:04 AM »
solusi apa yang ditawarkan oleh Sang Buddha dalam hal ini?

solusi yg ditawarkan oleh Sang Buddha ada dalam sutta dan vinaya

Quote
tapi kalau tidak salah, setau saya, selama tidak melewati jam 12 siang, boleh makan apa saja, jadi bukan makan hanya satu kali sehari donk? rentang waktu dari matahari terbit sampai jam 12 siang, kita bukannya diperbolehkan makan apa saja?

lalu kenapa tulisan gue yg di-quote? bukankah gagasan satu kali sehari itu bukan berasal dari gue?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1608 on: 27 May 2013, 11:45:37 AM »
seorang wasit Buddhis yg berlatih sungguh2 itu pun saya ragukan akan lebih menuruti solusi anda daripada solusi yg ditawarkan oleh Sang Buddha.
Tidak masalah, memang banyak alternatif kok.


Quote
Dalam perumpamaan itu bukan pelanggaran itu yg sedang diajarkan dan diwariskan oleh Sang Buddha, bukankah barusan anda menyarankan agar tidak hanya menuruti apa yg tertulis? apakah anda menyimpulkan bahwa dalam sutta itu Sang Buddha sedang mengajarkan warisan tentang makan?
Justru karena saya merasa makan makanan sisa yang belum dibuang, tidak mencari dana makanan lagi, adalah bukan pelanggaran, jadi dalam perumpamaan (makan sisa makanan Buddha) itu sendiri pun tidak ada pelanggaran apa-apa.
Soal suttanya tentu adalah warisan makan (tanpa pelanggaran vinaya, IMO) vs warisan dhamma-vinaya.


Quote
menurut saya itu adalah komentar, yaitu menafsirkan vikala-bhojjana sebagai "makan sekali-sehari untuk merenungkan keserakahan pada indria lidah, maka ia akan selalu mendapatkan manfaatnya, terlepas dari ia makan di 'waktu keramat' ataupun tidak." yg kemudian ditafsirkan lagi jadi "makan jam 7 malam pun bukan pelanggaran, asalkan cuma satu kali sehari." Hal ini jelas tidak sesuai dengan Dhammavinaya, tapi oke lah jika anda menganggap hal ini bukan berkomentar.
Saya tidak manafsirkan "vikala-bhojjana" demikian. Bukankah sudah saya tulis bahwa itu melanggar?
Untuk umat awam, dilihat dari kata per kata, verbatim et literatim isi silanya, maka tentu saja melanggar.

Hanya saja, IMO, mengendalikan indria lidah adalah lebih penting ketimbang memperhatikan 'waktu keramat' untuk makan.


Quote
Lalu apa latar belakang Sang Buddha memberikan batasan waktu jika parameter sesungguhnya adalah "keserakahan pada lidah"?
Batasan waktu, dari yang saya pahami adalah karena umat makan pada tengah hari. Berdasarkan kebiasaan penghormatan, mereka selalu memberikan makanan baru kepada bhikkhu atau petapa guru mereka lainnya, sehingga para umat tidak makan sebelum memberi makanan kepada para bhikkhu.

Hal lainnya sepertinya adalah kebiasaan sangha pada waktu itu yang setelah makan, mereka beristirahat atau mengasingkan diri bermeditasi sampai sore, kemudian mendengarkan dhamma pada malam hari, dan kembali bermeditasi lagi dan tidur. Jika tidak ada batas waktu makan, maka kegiatan akan jadi tidak teratur.


Quote
Dan jika karena alasan malam gelap, jam 5 sore tentu masih terang benderang bukan? dan kenapa harus memilih dari 3 pilihan waktu, jika ada 4, 5, atau 6 pilihan?
Awalnya tidak ada larangan makan, maka para bhikkhu makan mulai dari pagi, sepanjang siang, dan malam hari. Kemudian Buddha mengeluarkan aturan tidak makan siang hari, ini saya kurang tahu kenapa detailnya, tapi intinya Buddha mengajak orang mengurangi makan. Kemudian sangha makan 2x sehari, pagi dan malam. Apa yang didapat pada pagi, yang enak-enak dikumpulkan untuk makan malam yang lebih 'mewah', makanan pilihan. Kemudian Buddha mengeluarkan aturan lagi meninggalkan makan malam itu, dan hanya makan seadanya pada pagi hari.


Quote
Jadi untuk kasus kutub itu anda juga menyarankan makan sekali dalam 6 bulan agar bisa sesuai dengan kala versi anda?
Versi saya adalah sesuaikan dengan keadaan dan budaya setempat, tidak menganut "waktu keramat" yang berdasarkan posisi matahari.
« Last Edit: 27 May 2013, 11:47:14 AM by Kainyn_Kutho »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1609 on: 27 May 2013, 12:04:25 PM »
Tidak masalah, memang banyak alternatif kok.

Justru karena saya merasa makan makanan sisa yang belum dibuang, tidak mencari dana makanan lagi, adalah bukan pelanggaran, jadi dalam perumpamaan (makan sisa makanan Buddha) itu sendiri pun tidak ada pelanggaran apa-apa.
Soal suttanya tentu adalah warisan makan (tanpa pelanggaran vinaya, IMO) vs warisan dhamma-vinaya.


kita berbeda pendapat di sini, bukan makanan sisa yg saya persoalkan, melainkan waktu makan yg vikala itu, jika makan pada waktu malam diperbolehkan, kenapa Sang Buddha menetapkan aturan yg saling kontradiksi?

Quote
Saya tidak manafsirkan "vikala-bhojjana" demikian. Bukankah sudah saya tulis bahwa itu melanggar?
Hanya saja, IMO, mengendalikan indria lidah adalah lebih penting ketimbang memperhatikan 'waktu keramat' untuk makan.

kalau begitu sepertinya diskusi ini memang tidak nyambung, saya pikir kita sedang membahas tentang attha-sila, dan faktor2 pelanggarannya, ternyata saya salah, mohon maaf.

Quote
Batasan waktu, dari yang saya pahami adalah karena umat makan pada tengah hari. Berdasarkan kebiasaan penghormatan, mereka selalu memberikan makanan baru kepada bhikkhu atau petapa guru mereka lainnya, sehingga para umat tidak makan sebelum memberi makanan kepada para bhikkhu.


kalau begitu bukankah seharusnya jam 10 atau jam 9 atau jam 8 atau jam 7 dan , bukan tengah hari?

Quote
Hal lainnya sepertinya adalah kebiasaan sangha pada waktu itu yang setelah makan, mereka beristirahat atau mengasingkan diri bermeditasi sampai sore, kemudian mendengarkan dhamma pada malam hari, dan kembali bermeditasi lagi dan tidur. Jika tidak ada batas waktu makan, maka kegiatan akan jadi tidak teratur.

tapi batasan waktu itu menjadi tidak benar jika dikaitkan dengan kutub itu.

Quote
Awalnya tidak ada larangan makan, maka para bhikkhu makan mulai dari pagi, sepanjang siang, dan malam hari. Kemudian Buddha mengeluarkan aturan tidak makan siang hari, ini saya kurang tahu kenapa detailnya, tapi intinya Buddha mengajak orang mengurangi makan. Kemudian sangha makan 2x sehari, pagi dan malam. Apa yang didapat pada pagi, yang enak-enak dikumpulkan untuk makan malam yang lebih 'mewah', makanan pilihan. Kemudian Buddha mengeluarkan aturan lagi meninggalkan makan malam itu, dan hanya makan seadanya pada pagi hari.


jika demikian, lagi, bukankah seharusnya aturan sila-vinaya itu membatasi jumlah yg dimakan, bukan waktunya, tetapi tidak demikian dengan sila-vinaya, yg lebih menekankan pada waktu daripada jumlah.

Quote
Versi saya adalah sesuaikan dengan keadaan dan budaya setempat, tidak menganut "waktu keramat" yang berdasarkan posisi matahari.


sehari semalam artinya 1 kali pagi, 1 kali siang, dan 1 kali malam, jadi untuk wilayah kutub, mereka hanya boleh makan sekali dalam setahun, jika ingin berlatih buddhis secara sungguh2, harus konsisten.

Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1610 on: 27 May 2013, 12:11:03 PM »
solusi yg ditawarkan oleh Sang Buddha ada dalam sutta dan vinaya

maaf, saya seorg yang sangat kurang pengetahuan akan sutta dan vinaya, mohon bro Indra berbaik hati menjelaskan disini.
saya kurang mengerti, solusi apa yang ditawarkan Sang Buddha bagi seorang wasit? apa dia tidak duduk di bangku tinggi itu? atau tidak usa menjalankan atthasila ?


Quote
lalu kenapa tulisan gue yg di-quote? bukankah gagasan satu kali sehari itu bukan berasal dari gue?


maaf, bukan begitu, mksdnya, saya sedang bertanya ,bukan mngatakan itu gagasan dari anda.
jadi apakah begitu menurut sutta vinaya? rentang waktu dari matahari terbit sampai jam 12 blh makan apapun? misalnya setelah sarapan jam 6 pagi, jam 7 makan buah, jam 7.30 makan snack, jam 8 makan roti sampai jam 12 makan siang?

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1611 on: 27 May 2013, 12:23:18 PM »
sila ke-6:

Vikalabhojana veramani sikkhapadam samadiyami
(Aku bertekad akan melatih diri, menghindari makan makanan setelah tengah hari)

Kan ceritanya, atthasila adalah meniru arahat. Kenapa Buddha tidak membuat silanya jadi begini:

Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak mencari kepuasan (menikmati citarasa) dalam makanan.

Kalau silanya versi yang ke-dua, kan jadinya tidak tercipta "waktu keramat"?
« Last Edit: 27 May 2013, 12:26:27 PM by dhammadinna »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1612 on: 27 May 2013, 12:35:59 PM »
Tidak bisa, karena dalamnya juga ada kapas/wol.

bagaimana kalau dalam nya busa (poliuretan)/ busa karet ?

wa terus terang rada kaget kok kursi macam ini berisi kapas dan woll, sepengetahuan ku banyak bangku, kursi dan sofa menggunakan bahan busa sitentis.
« Last Edit: 27 May 2013, 01:01:49 PM by kullatiro »

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1613 on: 27 May 2013, 12:37:47 PM »
Sebetulnya perkataan vikala bojjana, tidak makan setelah tengah hari itu cukup jelas.

Ngapain diperumit dengan spekulasi2 pribadi.  Tidak makan setelah jam 12 siang. Titik!

Ga perduli lagi ada di kutub, di bulan, di Jupiter, di Mars, pake saja jam tangan anda. Mau paginya juga makan, monggo. kalau pagi tidak mau makan (cuma makan 1X sehari), juga monggo.

As simple as that.

 _/\_
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1614 on: 27 May 2013, 01:07:38 PM »
maaf, saya seorg yang sangat kurang pengetahuan akan sutta dan vinaya, mohon bro Indra berbaik hati menjelaskan disini.
saya kurang mengerti, solusi apa yang ditawarkan Sang Buddha bagi seorang wasit? apa dia tidak duduk di bangku tinggi itu? atau tidak usa menjalankan atthasila ?

setelah menyadari kelemahan dalam hal kurang pengetahuan akan sutta dan vinaya, yg perlu dilakukan hanyalah banyak membaca sutta dan vinaya, dengan demikian anda bisa memahami pemahaman saya tanpa saya harus menjelaskan yg belum tentu anda bisa terima juga.

Quote
maaf, bukan begitu, mksdnya, saya sedang bertanya ,bukan mngatakan itu gagasan dari anda.
jadi apakah begitu menurut sutta vinaya? rentang waktu dari matahari terbit sampai jam 12 blh makan apapun? misalnya setelah sarapan jam 6 pagi, jam 7 makan buah, jam 7.30 makan snack, jam 8 makan roti sampai jam 12 makan siang?

saya tidak pernah membaca tentang jenis2 makanan yg boleh dan tidak boleh (kecuali sehubungan dengan 10 jenis daging). Dan jika sila mengatakan tidak boleh makan pada waktu yg tidak tepat, yaitu dari tengah hari hingga fajar keesokan harinya, artinya menurut pemahaman saya, maka makan sesering apa pun diperbolehkan asalkan pada waktu yg tepat. karena batasan sila itu sendiri adalah waktunya bukan jenis atau jumlah makanannya.

saya punya keyakinan bahwa dengan mengikuti sila2 itu apa adanya, seseorang pada akhirnya akan bisa menekan nafsunya pada makanan yg pada akhirnya dapat mengimitasi perilaku para Arahat dalam hal makanan. Uposatha sutta yg mengajarkan tentang meniru para arahat itu menurut saya adalah himbauan dari Sang Buddha yg jika tidak mampu dilakukan bukanlah pelanggaran, berbeda dengan sila/vinaya yg telah ditetapkan yg akan menjadi pelanggaran jika tidak dilakukan.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1615 on: 27 May 2013, 01:18:00 PM »
kita berbeda pendapat di sini, bukan makanan sisa yg saya persoalkan, melainkan waktu makan yg vikala itu, jika makan pada waktu malam diperbolehkan, kenapa Sang Buddha menetapkan aturan yg saling kontradiksi?
Bukan "waktu malam" tapi saat itu adalah lewat tengah hari, tapi makanan belum dibuang, dikisahkan saat itu baru saja Buddha selesai makan.

Quote
kalau begitu sepertinya diskusi ini memang tidak nyambung, saya pikir kita sedang membahas tentang attha-sila, dan faktor2 pelanggarannya, ternyata saya salah, mohon maaf.
Betul, saya juga salah malah gegabah bawa-bawa latihan pengendalian diri terhadap nafsu ke dalam bahasan atthasila yang sudah jelas-jelas bahas 'waktu keramat'.

Quote
kalau begitu bukankah seharusnya jam 10 atau jam 9 atau jam 8 atau jam 7 dan , bukan tengah hari?
Jam segitu belum disiapkan. Seperti banyak dalam sutta, Buddha dan bhikkhu sudah merapikan jubah dan mangkuk, tapi merasa terlalu pagi untuk pindapata.

Quote
tapi batasan waktu itu menjadi tidak benar jika dikaitkan dengan kutub itu.
Betul, itulah sebabnya "Buddhis baik" cenderung akan mati jika tinggal di kutub.


Quote
jika demikian, lagi, bukankah seharusnya aturan sila-vinaya itu membatasi jumlah yg dimakan, bukan waktunya, tetapi tidak demikian dengan sila-vinaya, yg lebih menekankan pada waktu daripada jumlah.
Sudah diatur dalam besar mangkuk. Pindola Bharadvaja dulu memiliki mangkuk special extra large, tapi disuruh oleh Buddha diletakkan di bawah ranjang, terkikis oleh bagian bawah ranjang ketika ia tertidur dan akhirnya jadi ukuran normal. Porsi makannya juga berkurang bersamaan dengan mengecilnya mangkuk.

Quote
sehari semalam artinya 1 kali pagi, 1 kali siang, dan 1 kali malam, jadi untuk wilayah kutub, mereka hanya boleh makan sekali dalam setahun, jika ingin berlatih buddhis secara sungguh2, harus konsisten.

Dari awal saya sudah katakan bahwa ada hal-hal yang sifatnya tergantung situasi dan budaya setempat, oleh karena itu, dalam hal tersebut, saya tidak mengartikan istilah secara persis sesuai sutta. Istilah ini tentu saja termasuk "ekabhattika", bukan hanya "vikala". Karena saya "Bukan Buddhis Baik-baik" maka tentu tidak terikat menyatakan 'ekabhattika' harus makan dalam "sekali matahari terbit sampai terbit kembali". Lebih tepatnya, saya belum mendefinisikannya. Sebaliknya, untuk Buddhis Baik2 yang verbatim et literatim sesuai vinaya, di kutub, "vikala" berarti 6 bulan makan, 6 bulan puasa, dan "ekabhattika" berarti setahun makan sekali.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1616 on: 27 May 2013, 01:22:36 PM »
sila ke-6:

Vikalabhojana veramani sikkhapadam samadiyami
(Aku bertekad akan melatih diri, menghindari makan makanan setelah tengah hari)

Kan ceritanya, atthasila adalah meniru arahat. Kenapa Buddha tidak membuat silanya jadi begini:

Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak mencari kepuasan (menikmati citarasa) dalam makanan.

Kalau silanya versi yang ke-dua, kan jadinya tidak tercipta "waktu keramat"?
Entahlah, maka saya juga mulai ragu-ragu apakah ada 'waktu keramat' menurut Buddha?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1617 on: 27 May 2013, 01:24:19 PM »
bagaimana kalau dalam nya busa (poliuretan)/ busa karet ?

wa terus terang rada kaget kok kursi macam ini berisi kapas dan woll, sepengetahuan ku banyak bangku, kursi dan sofa menggunakan bahan busa sitentis.
Kalau saya pribadi, daripada membicarakan bahan, saya lebih tertarik untuk mencari tahu latar belakang penetapan sila tersebut, sebab setahu saya kontak bahan tertentu dengan bokong tidak berpengaruh pada batin seseorang.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1618 on: 27 May 2013, 01:28:01 PM »
Kalau saya pribadi, daripada membicarakan bahan, saya lebih tertarik untuk mencari tahu latar belakang penetapan sila tersebut, sebab setahu saya kontak bahan tertentu dengan bokong tidak berpengaruh pada batin seseorang.

sepengetahuan ku kontak pantat dan bahan kursi bisa membawa orang tersebut terlena hingga bisa menimbulkan kemelekatan yang kuat sekali.

sepengetahuan ku ketika kita duduk ada 2 macam yang di perhatikan tidak nyaman dan terlalu nyaman.

bila tempat duduk keras dan tidak nyaman bisa menimbulkan rasa tidak suka bila terlalu berkepanjangan bisa  berkembang ke arah kebencian.

bila terlalu nyaman, istilah kalau sudah duduk tidak mau berdiri lagi membuat manusia terlena dan terhanyut dalam kemelekatan.
« Last Edit: 27 May 2013, 01:48:22 PM by kullatiro »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1619 on: 27 May 2013, 01:37:17 PM »
Sebetulnya perkataan vikala bojjana, tidak makan setelah tengah hari itu cukup jelas.

Ngapain diperumit dengan spekulasi2 pribadi.  Tidak makan setelah jam 12 siang. Titik!

Ga perduli lagi ada di kutub, di bulan, di Jupiter, di Mars, pake saja jam tangan anda. Mau paginya juga makan, monggo. kalau pagi tidak mau makan (cuma makan 1X sehari), juga monggo.

As simple as that.

 _/\_
Memang paling tidak repot itu adalah mengikuti saja secara dogmatis sesuai sutta, tidak perlu banyak tanya.

Tapi balik lagi, saya memang bukan Buddhis baik-baik karena selalu mempertanyakan manfaatnya suatu latihan.