Ratana Sutta adalah sebuah contoh yang
sangat bagus, diantara khotbah‐khotbah seperti yang
digambarkan diatas, yang memiliki asal mula sendiri
pada masa Sang Buddha hidup di kota Vesali yang
makmur. Sutta ini dianggap sebagai sebuah Sutta yang
memiliki kekuatan besar dalam menolong penduduk
Vesali menanggulangi bencana kelaparan, makhluk‐
makhluk halus jahat, dan malapetaka. Bahkan hingga
sekarang, umat Buddhis di seluruh dunia memberikan
penghormatan besar terhadap Sutta ini, membacanya
setiap hari dan memperoleh berkah serta
perlindungan darinya dalam kehidupan sehari‐hari.
Sutta ini muncul pada suatu masa, ketika kota
makmur Vesali berada pada suatu kondisi
kemerosotan dimana penduduknya terancam oleh
bencana kelaparan, makhluk‐makhluk halus jahat,
serta wabah penyakit. Malapetaka ini memuncakMakna Paritta
hingga banyak kematian terjadi dan diperburuk
dengan para makhluk‐makhluk halus jahat yang selalu
menghantui karena tertarik pada mayat‐mayat yang
membusuk. Rasa panik menyerang kota. Pada masa
kritis tersebut, dua orang bangsawan Licchavi beserta
sekelompok besar pengikutnya pergi menemui sang
Buddha yang sedang berdiam di Rajagaha dengan
tujuan meminta pertolongannya.
Sang Buddha, setelah mendengar dukacita
dan keputusasaan mereka, dengan penuh simpati dan
belas kasih menerima undangan bangsawan tersebut.
Sang Buddha beserta serombongan besar Bhikkhu
segera meninggalkan Rajagaha menuju Vesali.
Dikatakan bahwa Yang Mulia Ananda Thera ikut dalam
rombongan ini. Setelah menyeberangi sungai Gangga,
mereka akhirnya mencapai kota. Sebuah fenomena
yang aneh terjadi. Turunlah hujan yang amat deras
menyapu dengan bersih mayat‐mayat yang telah
membusuk dari kota dan menghilangkan bau udara
yang tidak sedap. Kemudian Sang Buddha dengan
penuh welas asih membacakan Ratana Sutta untuk
penduduk kota Vesali. Yang Mulia Ananda Thera Makna Paritta
diinstruksikan untuk mengulang membaca Ratana
Sutta untuk penduduk di seluruh penjuru kota Vesali.
Air yang telah diberkahi kemudian dipercikkan dari
mangkuk milik Sang Buddha. Oleh karena kekuatan
kebahagiaan Sutta, semua makhluk halus jahat
meninggalkan kota dan penduduk segera terbebas dari
pengaruh jahat dan keji mereka. Berakhirlah bencana
dan malapetaka pada kota tersebut.
Pemberkahan dan perlindungan yang berasal
dari Ratana Sutta yang dibacakan pada masa Sang
Buddha masih hidup, tetap dapat digunakan hingga
saat ini. Ratana Sutta yang diuraikan oleh Sang Buddha
kepada para penduduk Vesali yang sedang berkumpul
di Balai Umum sebenarnya telah diuraikan secara
persis sebanyak tak terhingga kali oleh Buddha Buddha
sebelumnya. Makna dan arti sutta ini telah dijelaskan
dalam berbagai pertemuan oleh komunitas Bhikkhu
pada masa ini dalam berbagai kesempatan. Umat
Buddhis terus memperoleh manfaat dari pembacaan
dan praktek ajaran‐ajaran yang terdapat dalam Sutta
ini. Makna Paritta
Istilah Pali ‘Ratana’ dikenal sebagai ‘Permata
Mulia’. Dikenal demikian tertuju kepada Buddha,
Dhamma, dan Sangha. Kumpulan kebajikan‐kebajikan
dari Tiga Mustika ini mengundang para bijaksana
untuk mempraktekkan ajaran sebagai sebuah alat
untuk menyeberangi lautan kehidupan dan kematian,
menuju pada tujuan utama, Nibbana.
Dalam Permata Mulia –termuat berbagai
sifat‐sifat bajik yang dapat dipraktekkan para bijaksana
dalam kehidupan sehari‐hari mereka. Adalah melalui
pengendalian nafsu pikiran hingga sampai pada
gerbang ketenangseimbangan sebagai buah pikiran
konsentrasi, dimana jalan kematian telah dihilangkan
setahap demi setahap. Melalui perolehan insight
dengan cara setahap demi setahap menghapus
kepercayaan akan adanya roh yang kekal, keragu‐
raguan, dan kemelekatan pada ritual dan upacara,
para bijaksana telah sepenuhnya terbebaskan dari
empat alam menyedihkan. Makhluk bumi dan makhluk
angkasa diundang untuk membagikan berkah dan
kebahagiaan dari Khotbah Ratana. Dikatakan bahwa
bahkan Raja para dewa, Sakka, mengulang tiga syair Makna Paritta
terakhir dari Sutta tersebut dan ikut mendatangi Sang
Buddha bersama para pengikut nya di Vesali pada saat
khotbah penutupan terakhir yang diselenggarakan di
Balai Umum.