//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Andil dalam membunuh  (Read 46237 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #90 on: 11 January 2013, 04:38:45 PM »
hei jangan keburu ditutup,problem saya belum terpecahkan.

mungkin cara saya menulis kurang tepat atau salah,sehingga menjadi polemik berkepanjangan.
saya coba meluruskan dari awal-----
problem saya----
Masalah intinya adalah,saya mendengar dan membaca dari sumber ajaran Buddha,bahwa perbuatan yang tanpa didasari oleh niat dari pelaku,misalnya---lalai,ceroboh,tidak sengaja,nyasar dan istilah lainnya,semua tidak mendapat karma(baik maupun buruk)---inilah poinnya.
Jadi melalui forum ini/thread ini saya mencari kebenaran tentang konsep tersebut diatas, saya tidak ingin berdebat,karena saya tidak memiliki modal untuk berdebat.
Jadai kalau ya katakan ya,kalau tidak(maksudnya konsep diatas salah) katakan tidak.dan yang benar seperti apa?

Kalau saya ditanya,memangnya kalau konsep diatas BENAR, kenapa ?
Jawab saya adalah-----saya tidak ingin menyalahkan yang sudah dianggap benar.
Tapi hal itu menjadi hambatan bagi saya untuk menjadi mantap di ajaran Buddha.
Saya lebih memilih paham saya semula,yaitu semua tindakan baik ada niat atau tanpa niat pasti memiliki resiko(bisa baik bisa buruk).
Kadar resiko menjadi lebih besar bila tindakan itu disertai niat.
Karena konsep demikian lebih bermanfaat bagi umat,misalnya saat saya mendidik anak,tujuannya adalah memberi pelajaran agar lebih hati2 atau waspada dalam melakukan sesuatu.

Saya lebih cocok seperti hukum di dunia nyata,misalnya pemain sepak bola yang men-takling lawan, bila taklingnya salah,maka wasit akan menilai----di sengaja langsung kartu merah,tidak disengaja kartu kuning,----pemberian kartu kuning untuk mendidik pemain tersebut agar lebih ber-hati2.

Demikian penjelasan saya,semoga saya bisa mendapatkan info yang benar tentang hal ini.
salam

begini om hadi, sejauh yang saya pahami segala perbuatan melalui pikiran, ucapan dan badan jasmani yang di dahului kehendak itulah perbuatan yang menimbulkan karma (baik dan buruk).
untuk hal2 mengenai sengaja atau tidak sengaja, lalai, ceroboh atau tepat dilaksanakan, dll itulah yang didiskusikan teman2 dalam thread ini.
cuman saya lihat sepertinya bakal jadi diskusi yang panjang dan melelahkan, jika hasil akhirnya menjadi kesimpulan bermanfaat itu akan sangat baik. namun jika jadi ajang debat rasanya saya sebagai TS sebaiknya meminta teman2 untuk mengakhirinya saja.

tujuan saya buka thread ini hanya bermaksud bertanya apakah dapat ditentukan siapa yang paling bertanggung jawab atas pembunuhan hama tanaman seperti contoh kasus (real) yang saya berikan. dan apakah dapat di sebut yang satu menaman karma lebih berat dan yang lainnya menanam karma relatif ringan, mengingat masing memiliki perannya sendiri sesuai pekerjaannya.
itu saja.

Quote
Saya lebih memilih paham saya semula,yaitu semua tindakan baik ada niat atau tanpa niat pasti memiliki resiko(bisa baik bisa buruk).

semua tindakan baik/jahat tentu menimbulkan resiko (baik dan buruk), apa sengaja/tidak dengan kehendak atau tanpa kehendak, resiko itu pasti ada. atau lebih tepat kita sebut konsekwensi perbuatan.

contoh, pegang besi panas, tentu tangan akan melepuh, lepas dari apa orang yang melakukan hal tersebut sengaja atau tidak, menyadari atau tidak bahwa itu adalah besi panas, memiliki pengetahuan/tidak bahwa itu besi panas, dll namun yang menjadi pertanyaannya apakah tangan melepuhnya adalah hasil (vipaka) dari perbuatannya memegang besi panas? atau itu adalah hasil buah kamma lain di masa sebelumnya (jika ternyata dia memegang besi panas tersebut tanpa sengaja/tanpa niat) ?

menurut yang saya pahami, seseorang tidaklah seharusnya menghabiskan waktu dan tenaga menebak2 apa kondisi ini adalah hasil atau akibat dari karma ini? itu? karena hal tersebut hanya berakhir dengan tebakan saja, tidak ada yang tau mana yang benar-benar tepat (kecuali seorang sammasambuddha)
yang pasti, ketika hasilnya/buah karmanya menyenangkan tentu adalah berasal dari karma baik. jika hasilnya/buah karmanya tidak menyenangkan tentu adalah berasal dari karma jahat.

demikian yang saya pahami.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #91 on: 11 January 2013, 06:58:10 PM »
:backtotopic:

Kecerobohan berhubungan dengan ketidakarifan (belum cukup belajar), dan sedangkan niat berhubungan dengan maksud (tendensi) baik ataupun buruk.

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23701.msg431913.html#msg431913

Disini perlu diperhatikan baik2: "dituntut krn orang tersengat kabel" penyebab (kamma) terdekatnya bukanlah karena kita berniat membantu orang lain tetapi karena kita ceroboh/tidak piawai dalam menyambung kabel. Kecerobohan adalah penyebab terdekat kita mendapatkan buah buruk akibat perbuatan kita.

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23701.msg431868.html#msg431868

 _/\_

Offline Hadisantoso

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 310
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #92 on: 12 January 2013, 10:17:33 AM »
begini om hadi, sejauh yang saya pahami segala perbuatan melalui pikiran, ucapan dan badan jasmani yang di dahului kehendak itulah perbuatan yang menimbulkan karma (baik dan buruk).
untuk hal2 mengenai sengaja atau tidak sengaja, lalai, ceroboh atau tepat dilaksanakan, dll itulah yang didiskusikan teman2 dalam thread ini.
cuman saya lihat sepertinya bakal jadi diskusi yang panjang dan melelahkan, jika hasil akhirnya menjadi kesimpulan bermanfaat itu akan sangat baik. namun jika jadi ajang debat rasanya saya sebagai TS sebaiknya meminta teman2 untuk mengakhirinya saja.

tujuan saya buka thread ini hanya bermaksud bertanya apakah dapat ditentukan siapa yang paling bertanggung jawab atas pembunuhan hama tanaman seperti contoh kasus (real) yang saya berikan. dan apakah dapat di sebut yang satu menaman karma lebih berat dan yang lainnya menanam karma relatif ringan, mengingat masing memiliki perannya sendiri sesuai pekerjaannya.
itu saja.

semua tindakan baik/jahat tentu menimbulkan resiko (baik dan buruk), apa sengaja/tidak dengan kehendak atau tanpa kehendak, resiko itu pasti ada. atau lebih tepat kita sebut konsekwensi perbuatan.

contoh, pegang besi panas, tentu tangan akan melepuh, lepas dari apa orang yang melakukan hal tersebut sengaja atau tidak, menyadari atau tidak bahwa itu adalah besi panas, memiliki pengetahuan/tidak bahwa itu besi panas, dll namun yang menjadi pertanyaannya apakah tangan melepuhnya adalah hasil (vipaka) dari perbuatannya memegang besi panas? atau itu adalah hasil buah kamma lain di masa sebelumnya (jika ternyata dia memegang besi panas tersebut tanpa sengaja/tanpa niat) ?

menurut yang saya pahami, seseorang tidaklah seharusnya menghabiskan waktu dan tenaga menebak2 apa kondisi ini adalah hasil atau akibat dari karma ini? itu? karena hal tersebut hanya berakhir dengan tebakan saja, tidak ada yang tau mana yang benar-benar tepat (kecuali seorang sammasambuddha)
yang pasti, ketika hasilnya/buah karmanya menyenangkan tentu adalah berasal dari karma baik. jika hasilnya/buah karmanya tidak menyenangkan tentu adalah berasal dari karma jahat.

demikian yang saya pahami.
dari awal mengikuti thread ini,saya juga punya pikiran sama dengan anda,yaitu ingin mengetahui ----apakah yang anda lakukan itu membuahkan karma buruk?
setelah panjang lebar berapa halaman,dari penjelasan para senior,saya mengambil kesimpulan,bahwa menurut ajaran Buddha anda terbebas dari karma buruk,seperti tulisan rekan Hemayanti bahwa anda bebas.
dari situ saya tersentak,apakah ini sudah BENAR MENURUT VERSI AJARAN BUDDHA?-----sesuatu tindakan yang tidak didasari oleh niat  tidak mendapat karma atau tidak membuahkan karma.
itu inti masalahnya.
jadi saya tunggu hasil akhir dari diskusi ini,apa finalnya?
saya sangat membutuhkan hasil akhirnya,karena berkaitan dengan kemantapan keyakinan saya dan untuk mengarahkan anak2 saya dalam menjalani kehidupan ini,.

tentang resiko dari sebuah tindakan----
resiko bisa diganti dengan kata konsekuensi,kalau yang anda contohkan memegang besi panas,dan contoh saya tentang pemain bola yang kena kartu kuning/merah, semua itu adalah konsekuensi dalam pandangan umum atau hukum nyata atau akibat yang direk/langsung.,
namun yang perlu lebih dijelaskan adalah konsekuesni yang tidak nyata ,maksudnya dari sisi karma,karena berbuahnya sebuah karma  belum tentu langsung,bisa dikemudian hari bahkan bisa berbuah di kehidupan yang akan datang,lebih  dalam lagi---karma yang berbuah bisa dalam bentuk apapun,misalnya membunuh tidak berarti suatu saat akan terbunuh.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #93 on: 12 January 2013, 10:40:12 AM »
:backtotopic:

jadi setelah ngolor ngidul sampai 6 halaman, kisah saya terlupakan kayaknya  :'( :'( :'( :'(
jadinya saya ambil kesimpulan sendiri saja.
makasih sudah hadir di thread saya dan makasih atas masukan2nya
tinggal saya sendiri yang harus bijak menyaringnya.

case closed

 _/\_
Kalo masih blom closed, saya mau berpendapat sedikit.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #94 on: 12 January 2013, 10:46:58 AM »
dari awal mengikuti thread ini,saya juga punya pikiran sama dengan anda,yaitu ingin mengetahui ----apakah yang anda lakukan itu membuahkan karma buruk?
setelah panjang lebar berapa halaman,dari penjelasan para senior,saya mengambil kesimpulan,bahwa menurut ajaran Buddha anda terbebas dari karma buruk,seperti tulisan rekan Hemayanti bahwa anda bebas.
dari situ saya tersentak,apakah ini sudah BENAR MENURUT VERSI AJARAN BUDDHA?-----sesuatu tindakan yang tidak didasari oleh niat  tidak mendapat karma atau tidak membuahkan karma.
itu inti masalahnya.
jadi saya tunggu hasil akhir dari diskusi ini,apa finalnya?
saya sangat membutuhkan hasil akhirnya,karena berkaitan dengan kemantapan keyakinan saya dan untuk mengarahkan anak2 saya dalam menjalani kehidupan ini,.

tentang resiko dari sebuah tindakan----
resiko bisa diganti dengan kata konsekuensi,kalau yang anda contohkan memegang besi panas,dan contoh saya tentang pemain bola yang kena kartu kuning/merah, semua itu adalah konsekuensi dalam pandangan umum atau hukum nyata atau akibat yang direk/langsung.,
namun yang perlu lebih dijelaskan adalah konsekuesni yang tidak nyata ,maksudnya dari sisi karma,karena berbuahnya sebuah karma  belum tentu langsung,bisa dikemudian hari bahkan bisa berbuah di kehidupan yang akan datang,lebih  dalam lagi---karma yang berbuah bisa dalam bentuk apapun,misalnya membunuh tidak berarti suatu saat akan terbunuh.

ya memang ada baiknya om kita pelajari dulu hal2 yang memang membuat kita ragu, tidak gesa2 mengambil kesimpulan. namun di thread ini kira2 saya memiliki sedikit pengertian berdasarkan masukan2 dari rekan2 senior.

namun saya bukan tipe orang yang akan terikat pada satu titik permasalahan dan mengabaikan permasalahan lainnya, maksud saya dalam thread ini jikapun saya tidak mempunyai jawaban yang memuaskan hal ini tidak mengganggu jalan hidup saya. masih banyak hal lain lagi yang bisa saya pelajari dan lakukan.

intinya apakah saya memiliki porsi karma atau tidak pada contoh kasus real yang saya tanyakan pada awal thread, saya cukup menyadarinya sebagai bagian dari dukkha dalam kehidupan ini. ya inilah konsekuensi dari kehidupan.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #95 on: 12 January 2013, 10:47:50 AM »
Kalo masih blom closed, saya mau berpendapat sedikit.

silahkan bang  :))

Offline Hadisantoso

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 310
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #96 on: 12 January 2013, 11:18:13 AM »
ya memang ada baiknya om kita pelajari dulu hal2 yang memang membuat kita ragu, tidak gesa2 mengambil kesimpulan. namun di thread ini kira2 saya memiliki sedikit pengertian berdasarkan masukan2 dari rekan2 senior.

namun saya bukan tipe orang yang akan terikat pada satu titik permasalahan dan mengabaikan permasalahan lainnya, maksud saya dalam thread ini jikapun saya tidak mempunyai jawaban yang memuaskan hal ini tidak mengganggu jalan hidup saya. masih banyak hal lain lagi yang bisa saya pelajari dan lakukan.

intinya apakah saya memiliki porsi karma atau tidak pada contoh kasus real yang saya tanyakan pada awal thread, saya cukup menyadarinya sebagai bagian dari dukkha dalam kehidupan ini. ya inilah konsekuensi dari kehidupan.
Dalam sebuah pertandingan sepak bola.
2 pemain dari masing2 kesebelasan,berlari kencang dari arah yang berlawanan,menuju satu titik tepat jatuhnya bola dari atas.
Benturan keras terjadi,pemain A jatuh pingsan,dan akhirnya meninggal dunia .
Pemain B ternyata selamat dari benturan itu.
Wasit tidak memberi kartu kuning atau merah,karena dianggap sebagai benturan yang tanpa disengaja,dan tidak ada yang bisa disalahkan.

Suatu saat pemain B di tanya oleh wartawan: bagaimana perasaan anda setelah mendengar berita kematian si A.

apa jawaban si B ?  ------di bawah ini ada beberapa kemungkinan jawaban, coba di simak lebih bijak jawaban yang mana?

1,itu merupakan sebuah resiko pemain sepak bola,soal kematiannya mungkin sudah takdirnya.

2,tidak ada perasaan apa2,karena saya tidak punya niat sedikitpun untuk melukai dia .karena saya tidak punya niat jahat maka saya lepas tanggung jawab,dan tidak merasa ada beban sama sekali.itu keyakinan saya.----niat saya cuma menjemput dan menyundul bola.

3,saya sangat menyesal sekali dengan kejadian itu,walaupun sebetulnya saya tidak punya niat untuk sebuah benturan keras,tapi seandainya saya bisa lebih waspada,pada saat lari kencang menuju titik jatuhnya bola,dan saya lebih teliti menguasai medan,mungkin benturan itu bisa dihindari,karena benturan itu sangat keras sekali..dan sangat berbahaya. Ini pelajaran buat saya.


Rekan Rico ditanya oleh temannya:
hai Rico,bagaimana perasaan mu tentang pembunuhan hama yang dilakukan oleh perusahaanmu,kan kamu juga ikut memberi order pembelian obat pembasmi hama?

Saya siapkan beberapa jawaban buat Rico,coba simak jawban mana yang lebih bijak?

1,tidak ada perasaan apa apa,saya cuma melaksanakan tugas saya sebagai karyawan,dan pekerjaan itu tidak melawan hukum.

2,tidak masalah,tidak ada beban sama sekali,karena dari keyakinanku sebuah tindakan baru ada karma kalau disertai niat tidak baik,dalam hal ini niat membunuh hama, saya tidak punya niat dan saya tidak berhadapan langsung dengan hama2 itu.

3,saya prihatin dan ada rasa ikut bersalah,kenapa pembunuhan hama ini perlu terjadi dan berulang ulang terus,dan saya terlibat didalamnya, dan sedihnya saya tidak mampu menghentikan pembantaian ini.dengan rasa bersalah ini saya termotivasi untuk mengganti dengan lebih banyak berbuat kebaikan,.dan semoga suatu saat kemajuan teknology bisa menyelesaikan konflik bathin ini,bukan untuk kejadian saya (perusahaan ini) tapi lebih luas lagi, mungkin hama tidak perlu lagi dibunuh.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #97 on: 12 January 2013, 11:21:22 AM »
silahkan bang  :))
OK d. ;D

IMO, kamma buruk bukan tidak ada, tapi tentu mesti dilihat dalam hal apa, dan bagaimana intesitasnya, sebab 2 orang yang sama-sama membunuh dengan tangannya sendiri, kamma yang dihasilkan bisa sangat berbeda.

Balik ke standard dasar pembunuhan:
-mengetahui makhluk
-niat membunuh
-melakukan usaha pembunuhan
-makhluk terbunuh

Kalau dilihat dari sini, sudah jelas bagian Bang Rico ga lengkap untuk memenuhi kriteria. Apakah perbuatan minta ACC racun tikus adalah perbuatan yang menyebabkan tikus mati? Begitu minta ACC (terlepas disetujui atau tidak), langsung tikus2 mati? Saya pikir tidak yah. Ditambah lagi faktor niat, apakah memang dalam pikiran meniatkan pembunuhan? Ini cuma bisa dijawab diri sendiri.
Jadi dilihat dari sini, tidak ada pembunuhan dilakukan oleh Bang Rico.

Tapi mengetahui ada niatan pembunuhan, ikut andil dalam usaha pembunuhan, walaupun tidak secara langsung membunuh, ada kamma buruknya. Makin kecil andil, makin kecil pula kekuatan niat, sehingga kekuatan kamma yang tertanam juga berpengaruh. Dan yang terakhir adalah faktor keterpaksaan, ini yang mengecilkan nilai kamma (apakah baik ataupun buruk). Namanya orang terpaksa itu ga punya niat melakukan, tapi akhirnya terdorong melakukan karena faktor luar, jadi semakin terpaksa, semakin kecil kammanya; semakin rela/bersenang hati, semakin besar kammanya.

Jadi dirangkum:
-kamma membunuh tidak ada
-kamma mendukung perbuatan buruk bisa jadi ada, tapi karena keterpaksaan nilainya jadi kecil, didukung dengan keterlibatan yang tidak langsung yang makin melemahkan.

Tidak perlu menyesal dan khawatir, kadang memang orang terkondisi demikian. Diusahakan dan ditekadkan saja agar di masa depan bisa lepas sama sekali dari hal tersebut. Selama ada usaha & tekad, pasti akan berbuah (walaupun entah kapan).
Di samping itu, jangan lupa banyak berbuat baik. Kalau untuk yang ini, baiknya berlandaskan pandangan benar, terlibat langsung, bijaksana (kena sasaran), dan bahagia dalam melakukan (ga terpaksa), kebalikan dari yang tadi.

Spoiler: ShowHide
Selain kisah istri pemburu, di Dhammapada Atthakatha juga ada kisah Tambadathika seorang yang sangat buruk rupa sampai kawanan perampok juga enggan menerimanya. Belakangan dia tertangkap, tobat dan cuma bisa kerja sebagai algojo. Di masa tuanya, dia sudah pensiun, dan kebetulan didatangi Sariputta yang memberikan ceramah dhamma. Ia tidak bisa menangkap maknanya karena dipenuhi perasaan bersalah, tapi kemudian Sariputta menenangkannya dengan mengingatkan bahwa pembunuhan yang ia lakukan bukan atas kehendaknya sendiri tapi menuruti perintah. Ia kemudian menjadi tenang dan memahami dhamma. Tak lama setelah Sariputta pergi, ia mati diseruduk sapi, dan ketika ditanyakan kepada Buddha, dijelaskan bahwa pada saat kematian ia telah menembus Sotapatti-magga.

Offline Hadisantoso

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 310
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #98 on: 12 January 2013, 11:32:50 AM »
jawaban /ulasan dari rekan Kainyn_kutho nampaknya sudah ada titik terang,apakah ini sudah final sebagai sikap seorang Buddhist ? semoga iya.


Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #99 on: 12 January 2013, 11:32:58 AM »
Dalam sebuah pertandingan sepak bola.
2 pemain dari masing2 kesebelasan,berlari kencang dari arah yang berlawanan,menuju satu titik tepat jatuhnya bola dari atas.
Benturan keras terjadi,pemain A jatuh pingsan,dan akhirnya meninggal dunia .
Pemain B ternyata selamat dari benturan itu.
Wasit tidak memberi kartu kuning atau merah,karena dianggap sebagai benturan yang tanpa disengaja,dan tidak ada yang bisa disalahkan.

Suatu saat pemain B di tanya oleh wartawan: bagaimana perasaan anda setelah mendengar berita kematian si A.

apa jawaban si B ?  ------di bawah ini ada beberapa kemungkinan jawaban, coba di simak lebih bijak jawaban yang mana?

1,itu merupakan sebuah resiko pemain sepak bola,soal kematiannya mungkin sudah takdirnya.

2,tidak ada perasaan apa2,karena saya tidak punya niat sedikitpun untuk melukai dia .karena saya tidak punya niat jahat maka saya lepas tanggung jawab,dan tidak merasa ada beban sama sekali.itu keyakinan saya.----niat saya cuma menjemput dan menyundul bola.

3,saya sangat menyesal sekali dengan kejadian itu,walaupun sebetulnya saya tidak punya niat untuk sebuah benturan keras,tapi seandainya saya bisa lebih waspada,pada saat lari kencang menuju titik jatuhnya bola,dan saya lebih teliti menguasai medan,mungkin benturan itu bisa dihindari,karena benturan itu sangat keras sekali..dan sangat berbahaya. Ini pelajaran buat saya.


Rekan Rico ditanya oleh temannya:
hai Rico,bagaimana perasaan mu tentang pembunuhan hama yang dilakukan oleh perusahaanmu,kan kamu juga ikut memberi order pembelian obat pembasmi hama?

Saya siapkan beberapa jawaban buat Rico,coba simak jawban mana yang lebih bijak?

1,tidak ada perasaan apa apa,saya cuma melaksanakan tugas saya sebagai karyawan,dan pekerjaan itu tidak melawan hukum.

2,tidak masalah,tidak ada beban sama sekali,karena dari keyakinanku sebuah tindakan baru ada karma kalau disertai niat tidak baik,dalam hal ini niat membunuh hama, saya tidak punya niat dan saya tidak berhadapan langsung dengan hama2 itu.

3,saya prihatin dan ada rasa ikut bersalah,kenapa pembunuhan hama ini perlu terjadi dan berulang ulang terus,dan saya terlibat didalamnya, dan sedihnya saya tidak mampu menghentikan pembantaian ini.dengan rasa bersalah ini saya termotivasi untuk mengganti dengan lebih banyak berbuat kebaikan,.dan semoga suatu saat kemajuan teknology bisa menyelesaikan konflik bathin ini,bukan untuk kejadian saya (perusahaan ini) tapi lebih luas lagi, mungkin hama tidak perlu lagi dibunuh.

om hadi, saya cenderung cocok dengan pandangan Abang Kainyn Kutho :

OK d. ;D

IMO, kamma buruk bukan tidak ada, tapi tentu mesti dilihat dalam hal apa, dan bagaimana intesitasnya, sebab 2 orang yang sama-sama membunuh dengan tangannya sendiri, kamma yang dihasilkan bisa sangat berbeda.

Balik ke standard dasar pembunuhan:
-mengetahui makhluk
-niat membunuh
-melakukan usaha pembunuhan
-makhluk terbunuh

Kalau dilihat dari sini, sudah jelas bagian Bang Rico ga lengkap untuk memenuhi kriteria. Apakah perbuatan minta ACC racun tikus adalah perbuatan yang menyebabkan tikus mati? Begitu minta ACC (terlepas disetujui atau tidak), langsung tikus2 mati? Saya pikir tidak yah. Ditambah lagi faktor niat, apakah memang dalam pikiran meniatkan pembunuhan? Ini cuma bisa dijawab diri sendiri.
Jadi dilihat dari sini, tidak ada pembunuhan dilakukan oleh Bang Rico.

Tapi mengetahui ada niatan pembunuhan, ikut andil dalam usaha pembunuhan, walaupun tidak secara langsung membunuh, ada kamma buruknya. Makin kecil andil, makin kecil pula kekuatan niat, sehingga kekuatan kamma yang tertanam juga berpengaruh. Dan yang terakhir adalah faktor keterpaksaan, ini yang mengecilkan nilai kamma (apakah baik ataupun buruk). Namanya orang terpaksa itu ga punya niat melakukan, tapi akhirnya terdorong melakukan karena faktor luar, jadi semakin terpaksa, semakin kecil kammanya; semakin rela/bersenang hati, semakin besar kammanya.

Jadi dirangkum:
-kamma membunuh tidak ada
-kamma mendukung perbuatan buruk bisa jadi ada, tapi karena keterpaksaan nilainya jadi kecil, didukung dengan keterlibatan yang tidak langsung yang makin melemahkan.

Tidak perlu menyesal dan khawatir, kadang memang orang terkondisi demikian. Diusahakan dan ditekadkan saja agar di masa depan bisa lepas sama sekali dari hal tersebut. Selama ada usaha & tekad, pasti akan berbuah (walaupun entah kapan).
Di samping itu, jangan lupa banyak berbuat baik. Kalau untuk yang ini, baiknya berlandaskan pandangan benar, terlibat langsung, bijaksana (kena sasaran), dan bahagia dalam melakukan (ga terpaksa), kebalikan dari yang tadi.

Spoiler: ShowHide
Selain kisah istri pemburu, di Dhammapada Atthakatha juga ada kisah Tambadathika seorang yang sangat buruk rupa sampai kawanan perampok juga enggan menerimanya. Belakangan dia tertangkap, tobat dan cuma bisa kerja sebagai algojo. Di masa tuanya, dia sudah pensiun, dan kebetulan didatangi Sariputta yang memberikan ceramah dhamma. Ia tidak bisa menangkap maknanya karena dipenuhi perasaan bersalah, tapi kemudian Sariputta menenangkannya dengan mengingatkan bahwa pembunuhan yang ia lakukan bukan atas kehendaknya sendiri tapi menuruti perintah. Ia kemudian menjadi tenang dan memahami dhamma. Tak lama setelah Sariputta pergi, ia mati diseruduk sapi, dan ketika ditanyakan kepada Buddha, dijelaskan bahwa pada saat kematian ia telah menembus Sotapatti-magga.


makasih ya Abang  :))

Offline Hadisantoso

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 310
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #100 on: 12 January 2013, 01:20:28 PM »
saya juga sepaham dengan uraian rekan Kainyn_kutho.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #101 on: 12 January 2013, 01:54:57 PM »
Untunglah... ada perbaikan dari pernyataan sebelumnya:

4. jika kita lihat kabel rusak, kita berusaha perbaiki dengan harapan orang tidak kesetrum, namun ternyata gagal dan tetap menyetrum orang, maka tetap yang ditanam adalah kamma baik untuk menolong sesama

dst...

Jadi kamma baik atau buruk dilihat dari niat, bukan dari hasil perbuatan. Sama juga orang mo transfer duit ke teroris untuk bikin bom, namun karena lalai/teledor/tidak sengaja, ternyata salah nomor rekening, transfer ke Palang Merah Internasional, maka tetap yang ditanam adalah kamma buruk.

Semoga berbahagia. _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #102 on: 12 January 2013, 02:21:46 PM »
Untunglah... ada perbaikan dari pernyataan sebelumnya:

Semoga berbahagia. _/\_
Anda sedang mengigau? Pernyataan saya yang duluan sama sekali tidak bertentangan dengan yang belakangan.

Kalau niat meracuni tikus tapi ternyata salah beli racun dan para tikus sehat-sehat saja, tetap saja yang ditanam kamma buruk.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #103 on: 12 January 2013, 02:35:27 PM »
kalau dalam kisah Tambadathika, sebenarnya dia juga menanam kamma buruk loh... ;D
tapi keterlibatannya dalam membunuh itu kan langsung, yaitu memenggal kepala kriminal, kalau dalam kasus om rico agak berbeda karena tidak langsung menyemprotkan pembasmi hamanya...  ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #104 on: 12 January 2013, 02:43:42 PM »
kalau dalam kisah Tambadathika, sebenarnya dia juga menanam kamma buruk loh... ;D
tapi keterlibatannya dalam membunuh itu kan langsung, yaitu memenggal kepala kriminal, kalau dalam kasus om rico agak berbeda karena tidak langsung menyemprotkan pembasmi hamanya...  ;D
Iya, betul, memang bukan berarti lepas dari kamma buruk sama sekali. Tapi yang mengecilkan nilainya di sini adalah karena ia mengerjakan atas dasar perintah dan keterpaksaan (karena tidak punya pekerjaan lain).

Kalau kita analisa kebalikannya seperti misalnya seseorang berprofesi sopir yang sangat benci sekali sama bhikkhu A, tapi bossnya suruh antar-jemput bhikkhu A itu dan dilaksanakan dengan terpaksa dan bersungut-sungut.

Di sini, ia dengan usaha sendiri berbuat baik mengantar jemput bhikkhu A, tapi karena keterpaksaannya, bukan dengan kerelaannya, maka nilai perbuatannya itu menjadi sangat kecil.

 

anything