“Apakah telinga … pikiran adalah kekal atau tidak kekal? … [107] … apakah fenomena-fenomena pikiran … Apakah kesadaran-pikiran … Apakah kontak-pikiran … Apakah segala sesuatu yang termasuk dalam perasaan, persepsi, bentukan-bentukan kehendak, dan kesadaran yang muncul dengan kontak-pikiran sebagai kondisi adalah kekal atau tidak kekal?” – “Tidak kekal, Yang Mulia.” – “Apakah yang tidak kekal adalah penderitaan atau kebahagiaan?” – “Penderitaan, Yang Mulia.”– “Apakah yang tidak kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan layak dianggap sebagai: ‘ini milikku, ini aku, ini diriku’?” – “Tidak, Yang Mulia.”
“Melihat demikian, Rahula, siswa mulia yang terlatih mengalami kejijikan terhadap mata, kejijikan terhadap bentuk-bentuk, kejijikan terhadap kesadaran-mata, kejijikan terhadap kontak-mata; kejijikan terhadap segala sesuatu yang termasuk dalam perasaan, persepsi,
bentukan-bentukan kehendak, dan kesadaran yang muncul dengan kontak-mata sebagai kondisi. Ia mengalami kejijikan terhadap telinga… terhadap pikiran … terhadap segala sesuatu yang termasuk dalam perasaan, persepsi, bentukan-bentukan kehendak, dan kesadaran yang muncul dengan kontak-pikiran sebagai kondisi.
“Dengan mengalami kejijikan, ia menjadi bosan. Melalui kebosanan, maka [batinnya] terbebaskan. Ketika terbebaskan muncullah pengetahuan: ‘Terbebaskan.’
Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi kondisi bagi makhluk ini.’”
Ini adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Senang, Yang Mulia Rahula gembira mendengar kata-kata Sang Bhagava. Dan sewaktu khotbah ini dibabarkan, batin Yang Mulia Rahula terbebaskan dari noda-noda melalui ketidakmelekatan, dan pada ribuan devata muncullah penglihatan Dhamma yang tanpa noda, yang bebas dari debu: “Apa pun yang berasal-mula semuanya akan lenyap.”
Sumber:http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/theravada/Samyutta%20Nikaya%204%20-%20Sayalatana%20Vagga.pdf[/color]