apanya yang dipadamkan???
Menurut yang saya pelajari sampai hari ini, nibbana itu bukanlah suatu tempat yang dituju. Juga bukan suatu tingkatan yang suci atau lebih tinggi yang dikejar. Seperti yang anda gambarkan tentang seorang arahat seolah-olah suatu tingkat tertentu. Sehingga anda bertanya adakah seorang arahat yang masih meraba-raba gunung?
Seorang arahat bukan menahan keinginan untuk melakukan hal yang menyangkut sex tapi memang sudah tidak ada keinginan atau sudah tidak mampu untuk melakukan hal itu.
Nibbana itu tidak akan bisa diwujudkan hanya dengan meninggalkan kehidupan tanpa rumah alias sex seperti yang anda maksudkan. Tapi dengan mengikis kotoran batin yang sudah ada menjadi tidak ada. Dan menimbulkan faktor batin yang bermanfaat yang belum ada menjadi ada.
Kenapa saya memberikan anda 2 contoh soal tentang anak yang diberikan di post sebelumnya? Apa bedanya diantara ke-2 contoh soal itu? Bedanya adalah faktor batin dan kemelekatan yang bekerja pada si pelaku.
Bagi orang yang membenci seorang anak akan mudah baginya bahkan dengan suka cita untuk memberikan anak itu pada seseorang.
Tapi kenapa Sang Buddha yang menjadi pangeran vesantara itu memberikan anaknya malah dibilang menyempurnakan paraminya? Karena Sang Buddha mempunyai kemelekatan yang sangat besar pada anaknya. Sesuatu yang sangat disayanginya.
Dan untuk melatih kita dalam mengikis kotoran itu bukan hanya dengan menjadi seorang bikkhu, tapi juga bisa dalam kehidupan berumah tangga.
Contoh:Saya pernah melihat seseorang yang sangat melekat pada hartanya, sehingga dia begitu pelit pada pekerjanya. Dimana dia memberikan bekal makanan untuk pekerjanya diladang dari ikan yang sudah mulai membusuk. Dan dia membeli ikan itu dengan harga sangat murah. Sedangkan untuk dirinya sendiri, dia membeli ikan yang segar. Bagaimana cara orang itu mengikis kotoran batinnya jika dia tidak merasakan kebahagiaan saat membantu orang lain? Dia tidak bisa berbagi? Andaikan dia menjadi seorang bikkhu-pun, saya tidak yakin itu bisa membantu dia mengikis kotorannya.
Tapi selama dia menjadi perumah tangga, dan dia mulai belajar membagi hartanya. Mulai berdana, dan berkembang faktor batinnya dimana dia mulai merasakan bahagia dengan membantu orang lain. Maka menurut saya dia selangkah lebih dekat dalam mewujudkan nibbana.