//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Irawaty

Pages: [1]
1
Mirip saya ????????????????
Dulu dan mungkin sampai sekarang masih kadang ngotot pertahanin pendapat pribadi, padahal tau mungkin salah tapi akhirnya menyesal...
Jadi sekarang saya membiasakan diri jika ditegur orang pertama2 dengarkan dulu, "kosongkan pikiran" resapi benar gagnya nasihat tsb... Jika memang berguna dan bermanfaat maka akan saya ikutin dan terapkan, namun jika dirasa memang tidak bermanfaat maka forgive and forget aja.  ,????????????????

Terima kasih atas sarannya saudara DeNova, memang saya sukanya asal nyeletuk saja tanpa tahu benar-salah, karna sudah terbiasa dimanjakan dari kecil makanya saya maunya didengerin terus dan tidak pernah salah. Belakangan saya menyesal dengan kebodohan saya, tidak ada sebetulnya yg bisa kita banggakan di dunia ini hingga kita jadi sombong.

Satu lagi yg membuat saya pusing ini lho, "inner critic". Itu berupa suara" mempersalahkan diri ketika suatu perkara sudah lewat atau bahkan belum benar" terjadi. Adanya hanya di dalam kepala saya. Hal ini benar" terbalik dengan kesombongan. Jikalau kesombongan tidak mengizinkan saya dikritik orang lain, inner critic saya akan mengkritik diri saya sendiri sampai saya stress dan galau sendiri. Hal ini ditandai dengan kalimat seperti "seandainya saja...." , atau "seandainya saya tidak..." begitu terus berulang-ulang hingga kepala hampir pecah rasanya.
Mungkin saudara pernah mengalami hal ini dan tau solusinya?

2
Kemalasan itu timbul karena ada jarak antara keinginan dan perasaan + pemikiran
Bro, saya suka sekali dengan kalimat ini. Memang benar bahwa saya seringnya 99% berpikir dan 1% praktek, jadinya sebelum mulai bekerja saya sudah capek duluan karna otak terbebani terlalu banyak pikiran.

Satu lagi pertanyaan, mohon bimbingannya. Bagaimana cara menghadapi perfeksionisme? Anda tahu ini berkaitan erat dgn sifat  terlalu banyak berpikir.

3
Terima kasih bro Allucard atas penjabarannya. Baru hari ini saya tahu bahwa pikiran itu tidak bisa didisiplinkan, bahwa kita hanya bisa membiarkan objek pikiran itu berlalu dari pikiran kita. Pernyataan bro mengingatkan saya akan artikel yg saya baca beberapa waktu lalu, isinya kira" kita hanya duduk dan membiarkan suatu sensasi atau objek lewat tanpa berusaha menekannya/menghilangkannya, sebab pikiran itu bagai kayu apung yg akan timbul kembali semakin kuat jika ditekan.

Mengenai kemalasan, saya sebenarnya ingin sekali mengaitkannya dengan topik seputar diet. Saya mengalami overweight hampir selama hidup saya yg 26 tahun ini dan sering minder karenanya. Saya tahu alasan saya tidak bisa kurus adalah makan berlebih dan malas bergerak atau olahraga, namun saya sendiri tidak mampu membangkitkan antusiasme untuk menggerakkan badan.

Adakah yg memiliki pengalaman yg sama dengan saya dan berhasil mengatasinya?

(Kepada moderator, saya harap membantu untuk memindahkan topik ini ke tempat yg sesuai karna kok lama" jadi curhat soal diet :p )

4
Moderator dan Pembaca budiman,
Saya punya beberapa pertanyaan seputar pendisiplinan diri dan kemalasan, saya berharap anda dapat memberikan pelajaran kepada saya. Berikut pertanyaan saya:
1. Bagaimana praktek pendisiplinan diri dan pikiran dilaksanakan dalam Budhisme?
2. Bagaimana membedakan disiplin dengan penyiksaan diri akibat menghindari kesenangan indra?
3. Apa definisi kemalasan dan kelembaman dalam Budhisme?
4. Jika topik tentang kedisiplinan dan kemalasan sudah pernah di-posting sebelumnya di forum DC, mohon kesediaannya untuk memberitahu saya link/thread-nya.

Terima kasih  ^ ^

5
Benar, Untuk Saat ini investasi yang aman dan menguntungkan itu Tanah dan Emas , Saat ini yang berduit beralih dari menyimpan uang di deposito dengan membeli Aset yang lebih menguntungkan. Menyimpan rupiah saat ini kurang menguntungkan, dengan tingkat suku bunga bank yang rendah di tambah Inflasi yang demikian tinggi, Nilai uang itu sendiri menjadi semakin menyusut. Kalau ada uang lebih bisa sisihkan beli Emas.

Saat ini mungkin tepat beli Emas karena baru2 Emas mengalami penurunan Drastis, akibat Minyak dunia yang turun secara Drastis, efek dari Kebijakan The Fed yang menurunkan Suku bunganya, tetapi ini kemungkinan hanya berlangsung sementara saja dan Minyak Dunia masih akan mengalami kenaikan. Harga Emas mengambil patokan dari harga minyak dunia.

Untuk investasi Tanah, Juga sangat bagus dan menguntungkan asalkan dapat jeli melihat lokasi yang tepat. Harga tanah setiap tahun meningkat, apalagi jika di daerah yang bagus.

Seperti kata Hedi, Investasi yang riskan dan beresiko itu saham, karena saat ini saham2 dunia sedang Anjlok akibat Minyak dunia yang demikian tinggi, disusul naiknya barang2 lain seperti Baja, Tembaga, Platina, bahkan Kapas, Kedelai, Kelapa sawit pun ikut naik dengan rekor tertinggi. Akibatnya Ekonomi dan Pembangunan dunia pun ikut terhambat, di tambah lagi dengan Melemahnya mata uang Dollar baru2 ini. :hammer:

Pandai2lah memanfaatkan situasi ekonomi dunia, untuk mencari keuntungan ... Pada saat saham2 anjlok, Warren Buffet ( pemain saham ) malah menjadi Orang terkaya di dunia versi majalah Forbes... Ini karena beliau pandai melihat situasi dan kondisi yang terjadi di dunia saat ini ...

_/\_

Halo,
Kepo Ikutan nimbrung nih. Saya juga tertarik dengan topik keuangan spt investasi, saham, reksadana dsb. Menurut pendapat saya pribadi, first thing first dlm investasi adalah soal likuid atau tidaknya model investasi tsb. Misalnya pemain pemula dengan modal kecil, sebaiknya jangan dicoba dulu bermain di properti dan tanah, tetapi cobalah di pasar uang, emas, saham ataupun reksadana yg bisa dicairkan dlm waktu singkat (kurang dari 1 minggu). Soalnya, pemula dalam investasi mudah semaput dan kalut jika harga naik dan turun dengan cepat. Jadi, anggaplah investasi dalam aset likuid itu sbg stress test bagi jiwa investor anda.
Kalau pemula berinvestasi di rumah atau tanah, pas mau beli atau jual mesti mikiri biaya balik nama, pajak, belum lagi sengketa (jika ada), fee broker jika melalui agen, dlsb.

Ada yang mengatakan bahwa warren buffett itu "pemain" saham, namun dari beberapa buku yg saya baca, buffett tidaklah "bermain" dengan wolves of wallstreet, melainkan lebih sering mengambil posisi yg berbeda. Disaat wallstreet sedang hingar-bingar dengan bull market, buffett memilih diam dan memilih bermain bridge dengan teman"nya atau berlatih ukulele untuk menghabiskan waktu sembari menunggu momen yg pas. Dan jika pasar jatuh, dia siap mengoleksi saham" bagus yg sedang didiskon harganya. Bedanya dengan menggoreng saham adalah, buffett tidak menjual kembali saham tsb berapapun harganya, selama dia tidak menemukan kecacatan dalam manajemen.

Nah, kembali lagi kepada investasi, bagi anda" yg berminat belajar investasi, terutama pemula, sebaiknya berhati" dalam investasi forex dan komoditas. Untuk forex karena menang atau kalah kita sdh pasti kalah di awal, karena biaya transfernya menggunakan usd dan ratenya tinggi. Ada juga broker yg mengatakan biaya "gratis" tapi begitu rupiah ditukar ke usd, ratenya bisa mencekik leher. Dalam kasus komoditas, ada term" khusus spt masa kontrak yg jika diabaikan bisa berabe di kemudian hari.

Saya sekarang lebih condong ke mata uang asing. Yuan china masih layak dikoleksi karna harga sdh turun dari posisi tertingginya (2300 rupiah per yuan), dan dolar hongkong biasanya bergerak mengikuti yuan. Soal emas, harga sudah cukup tinggi. Sebetulnya saya sedang menunggu, seperti ramalan "Dr Doom" Nouriel Roubini bahwa emas mungkin akan turun mencapai 1000 usd per troy ounce dalam waktu dekat. (Ini hanya ramalan, lho. Boleh percaya, boleh tidak).

6
Sdr Harianto,
Menurut saya pribadi, tdk ada salahnya jika anda ikut camp tsb jika anda mau, dan tidak juga dilarang anda mempelajari pengetahuan dari agama lain. Sebab dalam agama Buddha dikenal istilah 'ehipassiko' yang artinya kira" "datang dan lihatlah". (Koreksi saya apabila saya salah dalam menerjemahkannya). Buddha menganjurkan untuk tidak percaya begitu saja kepada apapun walaupun itu karena kepercayaan, adat istiadat, dsb...
Jadi menurut saya yg kepo ini :p jikalau anda merasa ajakan teman anda ada benarnya, jika seminar/retret tsb bermanfaat bagi anda, kenapa tidak? Jgn merasa bersalah karena anda belajar dari agama lain, sebab Buddha tidak dapat dan kalaupun dapat tidak akan mau, misalnya, menyambit anda dengan petir atau menjatuhkan anda ke neraka karna anda telah belajar dari agama lain.
Maafkan ke-kepo-an saya, semoga bermanfaat. _/\_

7
Kesombongan adalah belenggu diri bagai siburuk rupa tidak pernah melihat bayangannya sendiri dia merasa baik baik saja. Sebagai manusia adalah alami mempunyai belengu kesombongan diri karena sudah sifat dunia itu terjadi di zaman sekarang. Dalam seribu orang siapa yang tidak pernah menyobongkan diri baik dalam hal sederhana maupun dalam hal yang menyebalkan sekali pun. Kita sebagai orang yang belajar dhamma sudah seharus nya mengenal apa itu kesombongan dan apa yang akan terjadi bila kita terbakar olehnya, bagai kita mengenal sifat api dan bahaya nya maka kita akan waspada dalam menghadapi bahaya api. Sesungguhnya sangat bagus bila kita mengetahui kalau diri kita ini sombong atau tidak halus atau kasar karena dengan mengetahui itu maka kita dapat mencegah perbuatan, ucapan dan pikiran selanjutnya dari jerat kesombongan itu sendiri. Seringkali kita bertemu dengan orang dan berbuat sesuatu dengan tulus, tetapi reaksi orang terhadap kita berbeda. Contoh kita menolong seseorang katakan memberi uang karena orang itu butuh untuk berobat, lalu kita bertemu dengan teman kita dan kita ditanya apakah kamu membantu si A katakan namanya, dan kita menjawab dengan jujur "ya ga seberapa lah cuma sekedarnya" tetapi reasksi sipenanya berbeda dalam pikiran nya sombong banget. Lalu dalam tindakan selanjutnya dia bercerita dengan orang lain bawah perbuatan kita sombong dengan mengatakan yang tidak sebenarnya karena dosa nya dan moha nya maka saya katakan ini bukan lah kesombongan diri kita. Belajar pratek dan yakin lah pada dhamma maka hidup kita akan bahagia terlepas dari cacian makian hinaan orang lain. Karena dalam mempraktekkan dhamma dengan tulis maka tiada cela untuk dicela bagi para bijaksana sekalipun.
Semoga anda bahagia
Semoga semua mahluk bahagia
Sadhu sadhu sadhu.

Terima kasih atas penjelasannya, sdra Alucard. Memang saya menyadari adanya kesombongan, namun rasanya sulit untuk menyadari waktu terjadinya kesombongan itu alias saya tidak sadar waktu melakukan atau mengucapkannya dan seringkali penyesalan datang waktu saya introspeksi diri. Kadang" reaksi orang lain yg menyadarkan saya akan kesombongan saya dan ketika mengetahuinya, bukannya meminta maaf saya malah ngotot membela diri, namun akhirnya menyesal juga.

8
Technically dalam Buddhis, jalan melenyapkan kesombongan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan. Realisasi lenyapnya kesombongan bisa diketahui oleh diri sendiri ketika pandangan keakuan lenyap. Merendahkan diri sendiri terhadap orang lain juga termasuk kesombongan.

Terima kasih atas penjelasannya, saya merasa terbantu sekali dengan penjelasan Anda.


9
"Menurut Buddhisme, kesombongan adalah sifat membandingkan diri sendiri dengan orang lain apakah lebih tinggi, lebih rendah, atau sama yang bersumber dari pandangan diri (atta) dan merupakan salah satu belenggu yang harus dilenyapkan untuk mencapai pembebasan sepenuhnya dari dukkha (penderitaan/ketidakpuasan). Sedangkan kebodohan/delusi (moha/avijja) merupakan akar tidak bermanfaat yang membutakan seseorang dari pemahaman sebenarnya atas fenomena kehidupan yang tidak kekal (anicca), tidak memuaskan (dukkha), dan bukan diri (anatta)."

Berarti kesombongan dan kebodohan adalah dua hal yang benar" berbeda? Bagaimana cara melenyapkan kesombongan dan bagaimana saya bisa tau kalau kesombongan itu telah lenyap? Kemarin saya membaca bahwa merendahkan diri juga termasuk kesombongan yang halus?

10
Halo, nama saya Irawaty, nama panggilan Ira, asal Medan. Saya baru menemukan website ini malam ini (Rabu, 17 Agustus 2016) dan merasa terketuk hati saya untuk register dan memulai forum untuk berdiskusi dengan anda" sekalian. Saya berasal dari keluarga chinese yg beraliran Kong hucu dan baru mengenal agama Buddha waktu kelas 4 SD dari mata pelajaran agama di sekolah baru saya (sebelumnya saya sekolah di SDN yg tidak mengajarkan agama Buddha), dan mengikuti pelajaran dengan sepenuh hati (menurut saya pada waktu itu). Namun saya mulai goyah waktu SMP sewaktu melihat teman" saya yg beragama lain sepertinya sangat berbahagia sewaktu kebaktian, mereka bernyanyi, menari dan bertepuk tangan, saya bandingkan dengan kebaktian di vihara yang 90% waktunya tenang dan kalem (kecuali 10% waktu curi" waktu gonta-ganti posisi duduk karna kaki kebas dan sakit pinggang), juga ceramah dhamma sangat berbeda dengan ceramah pendeta agama lain yang berapi" dan optimistis. Saya sempat masuk gereja dan dibaptis, dan menjauhi Buddhisme sejak SMP hingga saya lulus kuliah.
Persinggungan kembali antara saya dan Buddhisme terjadi pada dua tahun lalu saat Papa saya tiba" meninggal dunia. Saya sempat mengalami depresi dan kehilangan daya hidup, juga tiap hari dirundung duka dan ketakutan bahwa mungkin saja saya atau anggota keluarga yang lain yang akan meninggal selanjutnya. Selama dua tahun saya seperti mencari kembali kebenaran yang hilang dari diri saya hingga saya merasa kosong, dan saya kembali mempelajari buddhisme dari awal. Belakangan saya mulai sadar, walaupun ini bukan hal baru dalam buddhisme- bahwa segala sesuatu itu tidak kekal adanya. Sungguh kalimat yang simple dan nampak sepele hingga kadang kita melewatkannya begitu saja ketika membacanya di textbook, namun menghantam saya begitu kuat ketika saya menyadarinya.
Saat saya mendapatkan kebenaran ini, saya mulai tenang dan mulai belajar mengendalikan pikiran" negatif saya tentang kematian, dan hal itu sekaligus menghentikan kecemasan yang membuat hidup saya seperti membeku.

Btw, saya menemukan website ini ketika saya mengetikkan "akar dari kesombongan adalah kebodohan", dengan tujuan mencari referensi lebih dalam tentang topik ini. Saya berulang kali mendengar dari orang lain bahwa saya memiliki sikap sombong dan angkuh (dan saya juga sedikit banyak menyadari hal itu) dan saya berusaha mencari cara untuk memperbaiki hal ini karena saya tidak ingin terjadi masalah di kemudian hari karena sifat sombong saya ini.

Saya orang yang suka chatting dan berbagi pikiran dengan orang" yang bersedia, dan alangkah baiknya jika saya bisa mendapatkan dhamma dalam percakapan dalam kehidupan sehari".

Pages: [1]
anything