mengutip dari tulisan kawan kita, sdr Febian C dari
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18902.msg312840#msg312840Raja Milinda: Apakah Nibbana itu ada?
Bhikkhu Nagasena: Nibbana itu ada baginda.
Raja Milinda: coba buktikan.
Bhikkhu Nagasena: Apakah Himalaya ada baginda?
Raja Milinda: Ya Himalaya ada.
Bhikkhu Nagasena: kalau begitu coba buktikan.
Raja Milinda: wah tak mungkin saya membawa Himalaya kesini bhante sendiri yang harus kesana untuk membuktikan
Bhikkhu Nagasena: demikian juga dengan Nibbana Baginda, saya tak mungkin membawa Nibbana untuk diperlihatkan kepada Baginda, Baginda sendiri yang harus membuktikannya.
sungguh masuk akal apa yang dikatakan oleh Bikkhu Nagasena.
sadarkah anda, umat tetangga menggunakan logika yang sama untuk membuktikan keberadaan Tuhan?
saya memperhatikan seringkali diantara kita selalu meminta bukti adanya tuhan dan biasanya dengan nada mengejek serta menyinggung perasaan keberagamaan umat agama lain. dengan angkuh kita akan berkata "bila tuhan itu belum kulihat, berarti aku anggap tuhan itu tidak ada".
saya sendiri bukan orang yang setuju dengan adanya "tuhan". tetapi saya juga bukan orang yang setuju dengan "sikap angkuh" dan "sikap melecehkan" keyakinan umat agama lain. seharusnya kita mengembangkan sikap saling menghormati. kita harus memperhatikan cara-cara sang Buddha dalam menyangkal ketuhanan. apakah beliau ada nada-nada mengejek keyakinan agama orang lain? apakah beliau tidak mempertimbangkan argumen-argumen yang berbeda dari suatu pernyataan yang sama?
kita harus menghindari cara berpikir yang menyalahi kualitas Quatity seperti berikut :
Orang Indonesia itu ramah-ramah.
si Ujang itu orang Indonesia.
maka, pasti si Ujang itu ramah.
itu merupakan contoh logika yang salah.
hal yang sama, kita terapkan pada logika ketuhanan.
Tuhan itu tidak ada.
Yesus itu tuhan.
maka, Yesus itu tidak ada.
ini juga logika yang salah.
jika hendak membantah tentang ketuhanan, sebaiknya dilakukan dengan cara :
1. menyenangkan, bukan menyakitkan.
2. bertahap, bukan melompat-lompat.
3. masuk akal, bukan unlogic.
4. atas dasar kasih sayang, bukan atas kehendak untuk menyinggung perasaan orang lain.
5. bukan untuk keuntungan duniawi.