//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha  (Read 311649 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline m1ch43l

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 121
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #615 on: 12 March 2009, 01:27:46 AM »

[/quote]

segala bentuk demo adalah karena gejolak batin yang selalu akan menolak dan menganggap persepsi dia paling benar. itulah kenapa Guru Buddha menghimbau agar kita menghindari urusan politik pemerintahan dan mempraktekan Dhamma dengan baik dan benar.
[/quote]
ada di sutta yg mn y?
diam dan tdk peduli terhadap kesalahan atau kejahatan apakah benar?
Aku ini Buddha KTP yg sedang belajar dan memahami Dhamma

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #616 on: 12 March 2009, 07:47:20 AM »
masih lanjut aja nih? ada 4 berita baru:

http://www.detiknews.com/read/2009/03/11/170402/1097924/10/pemilik-buddha-bar-dipolisikan

Pemilik Buddha Bar Dipolisikan
Didit Tri Kertapati - detikNews

Jakarta - Setelah berunjuk rasa melakukan aksi penolakan, kini upaya hukum ditempuh kelompok Forum AntiBuddha Bar (FABB). Mereka melaporkan PT Nireta Vista Creative, pemegang lisensi Buddha Bar Jakarta ini ke Polda Metro Jaya.

"Tuntutannya meminta jangan nama agama karena umat Buddha itu umat yang yang unik, nama agama Buddha, Tuhan Buddha, dan Nabi Buddha," kata Koordinator FABB Kevin Wu di Polda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Kamis (11/3/2009).

Laporan ini diterima polisi dengan nomor laporan polisi Nopol/668/K/III/2009/SPK Unit III.

"Kalau kata-kata itu disandingkan dengan bar, konotasinya negatif. Dan bar itu usaha menjual minuman, masa disandingkan dengan tuhan? Kalau franchise harus disesuaikan dengan budaya setempat. Dan Buddha Bar di Asia cuma di Indonesia, karena di Malaysia ditolak, di Thailand ditolak, dan di Singapura ditolak," urainya.

Dia meminta waralaba ini jangan menodai budaya ketimuran, dan jangan sampai gara-gara franchise asing ini, merusak ketentraman negara kita.

"Kedua ornamen yang ada di dalamnya seperti patung-patung, arca-arca itu tidak boleh ditempatkan di tempat yang tidak layak," urainya.

Apa langkah berikutnya? "Kita masih menunggu, ini momentum melindungi kaum minoritas. Ini juga sebagai upaya jangan sampai terjadi pada teman-teman yang lain. Jangan sampai ada Hindu Bar, ka****k Bar, dan kr****n Bar," tutupnya. (ddt/ndr)

http://www.detiknews.com/read/2009/03/11/175040/1097950/10/polisi-akan-tindak-lanjuti-laporan-soal-buddha-bar

Polisi Akan Tindak Lanjuti Laporan Soal Buddha Bar
Didit Tri Kertapati - detikNews

Jakarta - Forum AntiBuddha Bar (FABB) mempolisikan pengelola Buddha Bar. Terkait ini, polisi pun akan segera memproses pengaduan berdasarkan pasal p*n*staan agama.

"Kita akan tindak lanjuti dan akan diperiksa saksi pelapor lebih dahulu," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Zulkarnaen saat dihubungi melalui telepon, Rabu (11/3/2009).

Menurut Zulkarnaen, langkah setelah itu yakni memeriksa saksi dari pihak terlapor, dalam hal ini PT Nireta Vista Creative, pemegang lisensi Buddha Bar.

"Kemudian dikumpulkan barang bukti, dan soal p*n*staan agama yaitu pasal 156 A KUHP ini, biasanya lebih lama penanganannya," jelasnya. (ddt/ndr)
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #617 on: 12 March 2009, 07:48:20 AM »
http://www.surya.co.id/2009/03/11/pengelola-buddha-bar-terancam-lima-tahun-penjara/

Pengelola Buddha Bar Terancam Lima Tahun Penjara
Rabu, 11 Maret 2009 | 20:14 WIB | Kategori: Berita Terkini, Hukum |

JAKARTA | SURYA Online - Forum Anti Buddha Bar secara resmi mengadukan PT Nireta Vista Creative ke Polda Metro Jaya atas sangkaan melakukan p*n*staan agama sesuai dengan Pasal 156 a KUHP tentang Penodaan Atau p*n*staan Agama jo Penetapan Presiden RI No 1 Tahun 1965 yang diubah menjadi UU No 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.

“Kita mengadukan PT Nireta Vista Kreative, sebagai pengelola Buddha Bar karena penggunaan nama Buddha sebagai nama bar jelas-jelas p*n*staan terhadap agama Buddha. Apalagi bagi umat kami, Budha adalah agama, Tuhan kami dan Nabi kami,” ujar Koordinator Forum Anti Buddha Bar (FABB), Tjhin A Sin kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Rabu (11/3) sore.

FABB meminta agar bar tersebut jangan menggunakan nama Buddha, penggunaan simbol, ornamen atau patung keagamaan apalagi dijadikan nama bar yang sesuai dengan maknanya berarti tempat menjual minuman keras. “Masak jual miras kok menggunakan nama agama, kan itu tidak benar,” ungkap Tjhin.

Pihaknya tidak akan masuk mengurusi bisnis yang dijalankan dan mempersilahkan berusaha asalkan tidak menggunakan nama Buddha dan simbol-simbol keagamaan seperti patung Buddha karena bisa menyinggung umat. “Meskipun itu Franchess, tetapi jangan menodai agama dan ketimuran Indonesia yang berdasar Pancasila,” ungkapnya.

Pelaporan ini dimaksudkan sebagai pencegahan agar p*n*staan terhadap agama tidak akan terjadi lagi karena jika dibiarkan bisa jadi nanti akan ada nama-nama bar yang menggunakan agama- agama yang diakui pemerintah Indonesia. “Kalau sampai seperti itu kan sudah tidak benar. Agama Buddha sama dengan agama lain yang diakui pemerintah,” ungkapnya.

Sunarjo Sumargono, tim advokasi FABB mengungkapkan berdirinya Buddha Bar yang berada di Jalan Teuku Umar No 1 Menteng Jakarta Pusat yang berdiri sekitar 28 November 2008 ini menunjukkan anak muda tidak mengenal Pancasila yang mengajarkan toleransi dalam Bhineka Tunggal Ika.

“Sekarang banyak anak muda ga tahu semua yang asing dianggap bagus. Yang kami cugarai pihak asing mau memecah belah kesatuan RI, apalagi agama isu paling sensitif. Mulai dari karikatur nabi muhammad setelah itu budha bar. Kita sudah somsasi tapi tak dihiraukan,” ungkapnya.

Sementara itu, Djian Faridz, pemilik Buddha Bar di Jakarta, awal bulan Maret 2009 lalu mengaku tengah mengajukan izin pergantian nama ke perusahaan waralaba George V Restauration di Paris. Langkah itu ditempuh untuk meredam polemik pekamaian simbol agama di tempat hiburan malam itu. esy




http://www.surya.co.id/2009/03/11/menteri-agama-sebaiknya-buddha-bar-segera-ditutup/

Menteri Agama: Sebaiknya Buddha Bar Segera Ditutup
Rabu, 11 Maret 2009 | 16:23 WIB | Kategori: Berita Terkini, Sumatera |

JAMBI | SURYA Online - Menteri Agama (Menag), Muhammad Maftuh Basyuni menegaskan, tempat hiburan menggunakan simbol agama, seperti Budhha Bar, di kawasan Jakarta Pusat, sebaiknya segera ditutup karena telah melukai perasaan umat beragama.

“Jika tak ditutup, saya khawatir nanti ada Islam Bar, kr****n Bar dan bar-baran lainnya,” kata Maftuh pada pertemuan dengan para tokoh masyarakat dan agama, di Jambi, Rabu (11/3).

Ia menjelaskan, Buddha Bar merupakan satu perusahaan yang berinduk di Perancis. Di negara itu tak dikenal adanya kerukunan umat beragama. Mereka berjalan sendiri, berbeda dengan di Indonesia.

Oleh karena itu, lanjut Menag, kehadiran Buddha Bar sangat melukai perasaan umat Buddha.

Ia mengingatkan, umat lain selain Buddha pun ikut prihatin, karena hal ini bisa merusak agama-agama yang ada di tanah air, karena hal serupa bisa terjadi dan menimpa agama lainnya.

Maftuh membenarkan, DPRD DKI sudah meminta agar Buddha Bar segera ditutup.

“Ini amat penting bagi kerukunan umat,” jelasnya.

Sebelumnya, Dirjen Buddha Budi Setiawan mengatakan, manajemen Buddha Bar akan mengganti nama dan menghilangkan seluruh simbol agama Buddha pada tempat hiburan tersebut.

“Tapi, pelaksanaannya masih ditunggu,” katanya. ant
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #618 on: 12 March 2009, 07:56:29 AM »
ternyata dialognya gemabudhi jadi, dan ada yg nulis di milis mengenai acara itu:

-------------------------------------------------------------------------------------
Sebuah "dialog" dalam pikiran
"Sebuah drama tak terselesaikan dalam dialog kontroversi Buddha Bar


Semoga anda semua dalam keadaan sehat, damai dan bahagia

Apakah saya mau pergi ke dialog "Kontroversi Buddha Bar" atau ke Gramedia karena
sedang ada diskon 30%? Ternyata kaki melangkah juga ke acara "dialog" tersebut.
Bertiga dengan dua orang sahabat saya, kita meluncur ke hotel Borobudur sambil
banyak bercerita dan berdiskusi tentang banyak hal.
Masuk ke pelataran hotel Borobudur, ada sebuah spanduk besar menyambut
kedatangan peserta. Spanduk berwarna gambar daun pohon Bodhi berwarna hijau yang
disekelilingnya diberi lis bendera Buddhis memberikan kesan bahwa kegiatan ini
adalah kegiatan besar.
Ketika kami sampai, acara baru saja dimulai. Seorang wanita bertubuh agak besar
sedang berbicara di podium, mungkin dia adalah ketua panitia.
Disusul oleh MC yang memperkenalkan moderator, dan moderator memperkenalkan nara
sumber. 1 nara sumber dari DIRJEN HAKI (maaf kalau salah karena tidak detil
memperhatikan jabatan ketika diperkenalkan) satu lagi adalah Ketua Dewan Pembina
DPP GemaBudhi (Lius Sungkarisma)
Sebuah kejanggalan mulai terasa. Apa saja itu?
a. Ketika kita memdengar kata dialog? Apa yang ada di benak anda? Bukankah
dialog adalah sebuah proses diskusi yang bersifat dua arah? Ternyata tidak? Sesi
pertama disampaikan oleh pak Lius yang berbicara tentang bukan tentang
kontroversi Buddha Bar itu sendiri, tetapi lebih menyerang teman-teman yang ada
di FABB (Forum Anti Buddha Bar). Sebagian nama yang tersebut adalah CALEG-CALEG
Buddhis yang berasal dari Partai PDS, PKB Muhaimin, dan Demokrat. Bahwa mereka
menunggani umat Buddha melalui Forum ini agar mereka bisa mendapatkan simpati
dari umat Buddha. Ponijan Liaw yang menuliskan pandangannya di koran Kontan
juga kebagian porsi disebut sebagai orang yang takut periuk nasinya hilang
karena mendukung GemaBudhi mendukung Buddha Bar. Kenapa surat-surat dari WALUBI
yang menyatakan menolak Buddha Bar serta surat dari Budiman Sudharma yang
mendukung Buddha Bar tidak dibahas? Bukankah kabarnya, tanggal surat tersebut
hanya selisih satu hari. Namanya juga dialog kontroversial, bukankah kedua surat
tersebut kontroversial?
b. Tidak ada unsur dari FABB, atau dari Buddha Bar sendiri. Jadi, jelas bahwa
acara yang namanya dialog ini ternyata bukan dialog. Orang-orang yang berada di
panggung tersebut mendapatkan waktu untuk menyampaikan pandangannya dan yang
mendengar boleh bertanya. Sebenarnya pertanyaan yang lebih mendasar adalah
bagaimana kedua nara sumber bisa menjadi nara sumber. Untuk nara sumber dari
Dirjen Haki, kita tidak perlu banyak bertanya karena memang sudah menjadi tugas
pemerintah untuk memberikan pengertian kepada rakyatnya. Dalam kapasitas beliau
memberikan penjelasan, terlihat bahwa memang yang disampaikan adalah apa yang
beliau ketahui. Pertanyaan kedua layak diajuka kepada pak Lius sebagai nara
sumber kedua yang mengatakan bahwa ia sampai harus turun gunung untuk membantu
masalah ini. Adik-adik di GEMABUDHI meminta bantuan beliau untuk hadir dan
membantu. Ini sebuah keanehan tetapi memang sungguh keajaiban. DPP Gemabudhi
yang menyelenggarkan dialog ini sekali lagi menujukkan keberpihakkan yang sangat
mendalam terhadap Buddha Bar karena nara sumber yang diundang selama
menyampaikan pandangannya lebih membela Buddha Bar daripada bersikap netral.
Tidak ada nara sumber yang disiapkan untuk membahas masalah ini dari dua sisi
yang berbeda membuat minoritas anti Buddha Bar hanya bisa diam ketika provokasi
tepuk tangan membahana tatkala pak Lius membela Budha Bar. Lebih hebat lagi,
ternyata ada saudara kita Budiman Sudharma yang hadir disana tetapi malah hanya
menjadi pendengar. Jika ini adalah sebuah dialog, mengapa dia tidak dihadirkan
sebagai nara sumber dan panitia bisa dengan sedikit kerja keras mengundang FABB
agar dialog ini menjadi berbobot.
c. Kelucuan lain adalah salah satu orang GEMABUDHI (saya lupa namanya tapi ia
sukses di Prudential) berargumen dengan mengambil contoh Thailand sebagai negara
Buddhis dan apa saja yang maksiat bisa ditemukan di Thailand. Lucu bukan,
sebagai Buddhis, ia bangga negara Buddhis menjadi sarang maksiat dan
menjadikanya contoh di sebuah dialog yang menentang kehadiran sebuah Bar bermerk
Buddha.
d. Siapa saja yang pernah menginap di hotel Borobudur tentu saja tahu berapa
dolar yang harus dikeluarkan untuk bisa menikmati surga disana. Salut kepada
teman-teman di Gemabudhi yang sudah mampu membuat sebuah acara yang begitu
"meriah" di hotel yang begitu mewah. Mengapa hotel Borobudur yang dipilih?
Tidakkah ada kelucuan dan kecurigaan disana? Mampukah Gemabudhi membiayai ini
semua?
e. Salah satu rekomendari dari pak Lius adalah menempuh jalur hukum. Ini tentu
saja sebuah solusi yang baik karena kita semua tahu Buddha mengajarkan kita
untuk selalu bersikap non kekerasan. Dirjen Bimas Buddha, menurut Beliau, harus
berperan aktif dalam hal ini. Nah, siapa saja tentu tahu ini bukan butuh waktu
satu atau dua hari. Nara sumber dari Dirjen HAKI mengatakan bahwa penggunaan
merek Buddha Bar bisa digugat dengan melayangkan surat protes ke pemegang
lisensi Budha Bar di Perancis. Bisa kita bayangkan lucunya berapa lama proses
ini akan berlangsung dan berapa biaya yang dikeluarkan. Selama proses itu pula,
Budha Bar akan terus beroperasi. Nah, selama Buddha Bar beroperasi, selama itu
pula simbol-simbol agama Buddha akan terus dilecehkan.
f. "Buddha itu anak raja. Buddha banyak dihina orang dan dia bisa saja meminta
bapaknya yang raja itu untuk menghabisi orang yang menghinanya?" Sekali lagi
kita boleh tertawa karena nara sumber kita ternyata belum mengerti dan mengenal
Buddha. Jika Buddha dihina dan langsung meminta ayahnya untuk menghabisi siapa
saja yang menghinanya, kita boleh bertanya apakah benar Siddharta Gautama telah
menjadi Buddha. Sebagai orang suci yang batinnya sudah tenang dan damai, Buddha
tidak dengan mudah bereaksi seperti kita. Tetapi ketika Buddha difitnah dan
dicaci oleh Cinca, apakah murid Buddha diam saja. Cinca adalah pelacur yang
menfitnah Buddha dengan berpura-pura hamil. Ia mengikatkan sesuatu di perutnya
dan berpura-pura hamil dan menuduh Buddha telah menghamilinya. Biksu Mogalana
yang memiliki kesaktian menciptakan tikus-tikus untuk mengerogoti tali yang
mengikat benda untuk menunjukkan Cinca hamil. Ketika tali itu terputus, terbukti
bahwa Cinca tidak hamil. Masihkah kita tertawa mendengar seorang nara sumber
yang mengaku Buddhis tetapi tidak mengenal Buddha. Ia malah meminta para biksu
untuk mengajarkan dharma yang lebih tinggi, lebih tinggi dan lebih tinggi lagi.
Sayang sekali, sepertinya beliau belum mendengar, apalagi membaca, apalagi
mempraktikkan Mahasatipatana sutta. Hiks sungguh sayang. Sulit bagi saya untuk
percaya kepada nara sumber seperti ini.
g. "Apa kata hati nurani anda?" demikian tanya ibu Ernawati Sugondo, ( saya
tidak tahu beliau adalah CALEG atau sudah menjadi anggota Dewan). Sayang jawaban
dari sang nara sumber tidak terdengar dan moderator sudah menutup sesi pertama
dan dilanjutkan dengan sesi break. Sayang pulang saya tida bisa ikut acara
hingga karena memang hasil akhirnya sudah diketahui sebelum pertandingan
dimulai.
h. Bagaimana reaksi bangsa Indonesia jika ada yang bar yang bernama "Lius Bar."
Lebih ekstirm lagi, Soekarno Bar, GusDur Bar, dan sederet nama tokoh yang bisa
saya tuliskan disini untuk menjadi nama bar. Bukanhah hati kita akan terusik.
Pantaskah nama pahlawan, misalnya, Sudirman dibuat menjadi nama sebuah bar?
Sebagai umat Buddha, lucu rasanya melihat ada orang yang juga mengaku beragama
Buddha tidak keberatan nama agung junjungannya dijadikan merek dagang. Bukan
sekedar merek dagang, tetapi merek dagang yang bertolak belakang dengan hakikat
sejatinya.

Semoga tulisan ini bisa membuka wawasan banyak orang. Semoga bermanfaat
Jakarta 13 Maret 2009
Lim Hendra, S.S
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #619 on: 12 March 2009, 08:27:32 AM »
Saran bro..
Topik yang ditanyakan Michael cukup bagus.. Usul displit thread aja.. buat bahas suttanya..



sudah pernah dibahas di thread Sutra Bakti.

to navis,
saya tidak perlu meladeni orang yang ikut2an meramaikan sebuah acara dan memberikan kompor tidak perlu.

kurang kerjaan deh kayanya, setiap kali rasanya bro nyana dulu yang cari-cari urusan
bagaimana dengan anda sendiri sewaktu melakukan aksi pencemaran nama baik "sis Aitristina"?


ow pencemaran yah..oke lain kali bila kalian ingin galang dana dan akhirnya malah mengundur2 dengan berbagai alasan,silahkan bermain2 dengan dana.di masa depan,saya tidak akan berusaha mengingatkan, dahulu ada satu orang yang ingin mencemarkan nama baik seorang mods DC dengan berkata dia menggelapkan dana,sampai thread halamannya juga banyak, apakah orang itu meminta maaf atau sampai hari ini masih menjadi badut di DC?



segala bentuk demo adalah karena gejolak batin yang selalu akan menolak dan menganggap persepsi dia paling benar. itulah kenapa Guru Buddha menghimbau agar kita menghindari urusan politik pemerintahan dan mempraktekan Dhamma dengan baik dan benar.
[/quote]
ada di sutta yg mn y?
diam dan tdk peduli terhadap kesalahan atau kejahatan apakah benar?
[/quote]

nah ini satu lagi, terserah,kalo anda ingin mencemari batin anda sendiri dengan kemarahan yang telah disetir untuk kepentingan kelompok tertentu,umat buddha tak lebih dari seekor kambing hitam nantinya.saya tanyakan apakah Buddha Bar adalah kejahatan yang sangat besar? atau ego kalian yang terlalu besar?atau sudah mau pemilu mau unjuk gigi?
ingat,kalo kalian menentang, jaga juga kebaikan beragama Buddha, jangan karena terlihat seruing demo,kalian menjadi korban tulisan wartawan dalam memberitakan hal yang akan memalukan kalian sendiri.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #620 on: 12 March 2009, 08:46:00 AM »
segala bentuk demo adalah karena gejolak batin yang selalu akan menolak dan menganggap persepsi dia paling benar. itulah kenapa Guru Buddha menghimbau agar kita menghindari urusan politik pemerintahan dan mempraktekan Dhamma dengan baik dan benar.

Kalau Sang Buddha menghimbau agar menghindari politik pemerintahan, aye kurang setuju. Setahu aye sih yang memang memimpin dihimbau memimpin dengan baik, bukan dihindari...

Untuk perumah tangga, bagi yang ingin berkecimpung di politik, ada aturan2nya.
Khusus untuk Sangha, memang harus lepas dari politik.


Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #621 on: 12 March 2009, 08:49:09 AM »
Saran bro..
Topik yang ditanyakan Michael cukup bagus.. Usul displit thread aja.. buat bahas suttanya..



sudah pernah dibahas di thread Sutra Bakti.

to navis,
saya tidak perlu meladeni orang yang ikut2an meramaikan sebuah acara dan memberikan kompor tidak perlu.

kurang kerjaan deh kayanya, setiap kali rasanya bro nyana dulu yang cari-cari urusan
bagaimana dengan anda sendiri sewaktu melakukan aksi pencemaran nama baik "sis Aitristina"?


bro or sis candle nech? salam kenal ya  ;D thanks...
« Last Edit: 12 March 2009, 08:50:41 AM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #622 on: 12 March 2009, 09:06:21 AM »
Mengenai masalah Fangshen, Valentine, dkk. sudah dilakukan dan threadnya sudah di-lock juga.
Jadi diharapkan agar semua member DC tidak mempermasalahkannya lagi, dan manusia juga merupakan species yang lebih tinggi dibanding bakteri, jadi tidak perlu menggunakans style bakteri seperti thermophilic (menyukai panas), karena ini merupakan forum dan bukan merupakan oven.

_/\_
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #623 on: 12 March 2009, 09:13:50 AM »
cut the crap men...  :-t :-t

:backtotopic:




Karma_kamu

  • Guest
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #624 on: 12 March 2009, 10:21:58 AM »
Menag: Buddha Bar Sebaiknya Segera Ditutup

Jambi, (Analisa)

Menteri Agama (Menag) Muhammad Maftuh Basyuni menegaskan, tempat hiburan menggunakan simbol agama Buddha, seperti Buddha Bar, di kawasan Jakarta Pusat, sebaiknya segera ditutup karena telah melukai perasaan umat beragama.

"Jika tak ditutup, saya khawatir nanti ada Islam Bar, kr****n Bar. Dan, bar-baran lainnya," kata Maftuh pada pertemuan dengan para tokoh masyarakat dan agama, di Jambi, Rabu.
Ia menjelaskan, Buddha Bar merupakan satu perusahaan yang berinduk di Perancis. Di negara itu tak dikenal adanya kerukunan umat beragama. Mereka berjalan sendiri, berbeda dengan di Indonesia.

Oleh karena itu, kehadiran Buddha Bar sangat melukai perasaan umat Buddha.

Ia membenarkan DPRD DKI sudah meminta agar Buddha Bar segera ditutup.

Setelah berunjuk rasa melakukan aksi penolakan, kini upaya hukum ditempuh kelompok Forum Anti Buddha Bar (FABB). Mereka melaporkan PT Nireta Vista Creative, pemegang lisensi Buddha Bar Jakarta ini ke Polda Metro Jaya.

“Tuntutannya meminta jangan nama agama karena umat Buddha itu umat yang yang unik, nama agama Buddha, Tuhan Buddha, dan Nabi Buddha,” kata Koordinator FABB Kevin Wu di Polda Metro Jaya, Jalan Sudirman, Jakarta, Kamis (11/3).

Buddha Bar di Asia cuma di Indonesia, karena di Malaysia ditolak, di Thailand ditolak, dan di Singapura ditolak, urainya. (Ant/dtc)

Karma_kamu

  • Guest
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #625 on: 12 March 2009, 10:25:11 AM »
Menteri Agama , DPRD DKI dan orang-orang yang beragama lain saja bisa menentang Buddha Bar, tetapi yang tidak habis pikir, si Budiman Sudharma yang notabene katanya beragama Buddha malah merekomendasi pembukaan Buddha Bar.

Nah, ini yang tidak habis dipikir ? Ada apa dibalik maksud dia?

Offline mo_mink

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 8
  • Reputasi: 1
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #626 on: 12 March 2009, 10:29:00 AM »
Tanggapan untuk berita di bawah ini. Para sahabat yang kebetulan hadir, silahkan untuk berbagi pengalam ketika berada di sana sehingga beritanya berimbang

http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/03/12/07341977/demo.buddha.bar.tak.mencerminkan.nilai.buddhisme


Semoga anda semua dalam keadaan sehat, damai dan bahagia

Apakah saya mau pergi ke dialog "Kontroversi Buddha Bar" atau ke Gramedia
karena sedang ada diskon 30%? Ternyata kaki melangkah juga ke acara "dialog"
tersebut. Bertiga dengan dua orang sahabat saya, kita meluncur ke hotel
Borobudur sambil banyak bercerita dan berdiskusi tentang banyak hal.
Masuk ke pelataran hotel Borobudur, ada sebuah spanduk besar menyambut
kedatangan peserta. Spanduk berwarna gambar daun pohon Bodhi berwarna hijau
yang disekelilingnya diberi lis bendera Buddhis memberikan kesan bahwa
kegiatan ini adalah kegiatan besar.
Ketika kami sampai, acara baru saja dimulai. Seorang wanita bertubuh agak
besar sedang berbicara di podium, mungkin dia adalah ketua panitia.
Disusul oleh MC yang memperkenalkan moderator, dan moderator memperkenalkan
nara sumber. 1 nara sumber dari DIRJEN HAKI (maaf kalau salah karena tidak
detil memperhatikan jabatan ketika diperkenalkan) satu lagi adalah Ketua
Dewan Pembina DPP GemaBudhi (Lius Sungkarisma)
Sebuah kejanggalan mulai terasa. Apa saja itu?
a.    Ketika kita memdengar kata dialog? Apa yang ada di benak anda?
Bukankah dialog adalah sebuah proses diskusi yang bersifat dua arah?
Ternyata tidak? Sesi pertama disampaikan oleh pak Lius yang berbicara
tentang bukan tentang kontroversi Buddha Bar itu sendiri, tetapi lebih
menyerang teman-teman yang ada di FABB (Forum Anti Buddha Bar). Sebagian
nama yang tersebut adalah CALEG-CALEG Buddhis yang berasal dari Partai PDS,
PKB Muhaimin, dan Demokrat. Bahwa mereka menunggani umat Buddha melalui
Forum ini agar mereka bisa mendapatkan simpati dari umat Buddha.  Ponijan
Liaw yang menuliskan pandangannya di koran Kontan juga kebagian porsi
disebut sebagai orang yang takut periuk nasinya hilang karena mendukung
GemaBudhi mendukung Buddha Bar.  Kenapa surat-surat dari WALUBI yang
menyatakan menolak Buddha Bar serta surat dari Budiman Sudharma yang
mendukung Buddha Bar tidak dibahas? Bukankah kabarnya, tanggal surat
tersebut hanya selisih satu hari. Namanya juga dialog kontroversial,
bukankah kedua surat tersebut kontroversial?
b.    Tidak ada unsur dari FABB, atau dari Buddha Bar sendiri. Jadi, jelas
bahwa acara yang namanya dialog ini ternyata bukan dialog. Orang-orang yang
berada di panggung tersebut mendapatkan waktu untuk menyampaikan
pandangannya dan yang mendengar boleh bertanya. Sebenarnya pertanyaan yang
lebih mendasar adalah bagaimana kedua nara sumber bisa menjadi nara sumber.
Untuk nara sumber dari Dirjen Haki, kita tidak perlu banyak bertanya karena
memang sudah menjadi tugas pemerintah untuk memberikan pengertian kepada
rakyatnya. Dalam kapasitas beliau memberikan penjelasan, terlihat bahwa
memang yang disampaikan adalah apa yang beliau ketahui. Pertanyaan kedua
layak diajuka kepada pak Lius sebagai nara sumber kedua yang mengatakan
bahwa ia sampai harus turun gunung untuk membantu masalah ini. Adik-adik di
GEMABUDHI meminta bantuan beliau untuk hadir dan membantu. Ini sebuah
keanehan tetapi memang sungguh keajaiban. DPP Gemabudhi yang menyelenggarkan
dialog ini sekali lagi menujukkan keberpihakkan yang sangat mendalam
terhadap Buddha Bar karena nara sumber yang diundang selama menyampaikan
pandangannya lebih membela Buddha Bar daripada bersikap netral. Tidak ada
nara sumber yang disiapkan untuk membahas masalah ini dari dua sisi yang
berbeda membuat minoritas anti Buddha Bar hanya bisa diam ketika provokasi
tepuk tangan membahana tatkala pak Lius membela Budha Bar. Lebih hebat lagi,
ternyata ada saudara kita Budiman Sudharma yang hadir disana tetapi malah
hanya menjadi pendengar. Jika ini adalah sebuah dialog, mengapa dia tidak
dihadirkan sebagai nara sumber dan panitia bisa dengan sedikit kerja keras
mengundang FABB agar dialog ini menjadi berbobot.
c.    Kelucuan lain adalah salah satu orang GEMABUDHI (saya lupa namanya
tapi ia sukses di Prudential) berargumen dengan mengambil contoh Thailand
sebagai negara Buddhis dan apa saja yang maksiat bisa ditemukan di Thailand.
Lucu bukan, sebagai Buddhis, ia bangga negara Buddhis menjadi sarang maksiat
dan menjadikanya contoh di sebuah dialog yang menentang kehadiran sebuah Bar
bermerk Buddha.
d.    Siapa saja yang pernah menginap di hotel Borobudur tentu saja tahu
berapa dolar yang harus dikeluarkan untuk bisa menikmati surga disana. Salut
kepada teman-teman di Gemabudhi yang sudah mampu membuat sebuah acara yang
begitu "meriah" di hotel yang begitu mewah. Mengapa hotel Borobudur yang
dipilih? Tidakkah ada kelucuan dan kecurigaan disana?  Mampukah Gemabudhi
membiayai ini semua?
e.    Salah satu rekomendari dari pak Lius adalah menempuh jalur hukum.
Ini tentu saja sebuah solusi yang baik karena kita semua tahu Buddha
mengajarkan kita untuk selalu bersikap non kekerasan. Dirjen Bimas Buddha,
menurut Beliau, harus berperan aktif dalam hal ini. Nah, siapa saja tentu
tahu  ini bukan butuh waktu satu atau dua hari. Nara sumber dari Dirjen HAKI
mengatakan bahwa penggunaan merek Buddha Bar bisa digugat dengan melayangkan
surat protes ke pemegang lisensi Budha Bar di Perancis. Bisa kita bayangkan
lucunya berapa lama proses ini akan berlangsung dan berapa biaya yang
dikeluarkan. Selama proses itu pula, Budha Bar akan terus beroperasi. Nah,
selama Buddha Bar beroperasi, selama itu pula simbol-simbol agama Buddha
akan terus dilecehkan.



f.    "Buddha itu anak raja. Buddha banyak dihina orang dan dia bisa saja
meminta bapaknya yang raja itu untuk menghabisi orang yang menghinanya?"
Sekali lagi kita boleh tertawa karena nara sumber kita ternyata belum
mengerti dan mengenal Buddha. Jika Buddha dihina dan langsung meminta
ayahnya untuk menghabisi siapa saja yang menghinanya, kita boleh bertanya
apakah benar Siddharta Gautama telah menjadi Buddha. Sebagai orang suci yang
batinnya sudah tenang dan damai, Buddha tidak dengan mudah bereaksi seperti
kita. Tetapi ketika Buddha difitnah dan dicaci oleh Cinca, apakah murid
Buddha diam saja. Cinca adalah pelacur yang menfitnah Buddha dengan
berpura-pura hamil. Ia mengikatkan sesuatu di perutnya dan berpura-pura
hamil dan menuduh Buddha telah menghamilinya. Biksu Mogalana yang memiliki
kesaktian menciptakan tikus-tikus untuk mengerogoti tali yang mengikat benda
untuk menunjukkan Cinca hamil. Ketika tali itu terputus, terbukti bahwa
Cinca tidak hamil. Masihkah kita tertawa mendengar seorang nara sumber yang
mengaku Buddhis tetapi tidak mengenal Buddha. Ia malah meminta para biksu
untuk mengajarkan dharma yang lebih tinggi, lebih tinggi dan lebih tinggi
lagi. Sayang sekali, sepertinya beliau belum mendengar, apalagi membaca,
apalagi mempraktikkan Mahasatipatana sutta. Hiks sungguh sayang. Sulit bagi
saya untuk percaya kepada nara sumber seperti ini.
g.    "Apa kata hati nurani anda?" demikian tanya ibu Ernawati Sugondo, (
saya tidak tahu beliau adalah CALEG atau sudah menjadi anggota Dewan).
Sayang jawaban dari sang nara sumber tidak terdengar dan moderator sudah
menutup sesi pertama dan dilanjutkan dengan sesi break. Sayang pulang saya
tida bisa ikut acara hingga karena memang hasil akhirnya sudah diketahui
sebelum pertandingan dimulai.
h.    Bagaimana reaksi bangsa Indonesia jika ada yang bar yang bernama
"Lius Bar." Lebih ekstirm lagi, Soekarno Bar, GusDur Bar, dan sederet nama
tokoh yang bisa saya tuliskan disini untuk menjadi nama bar. Bukanhah hati
kita akan terusik. Pantaskah nama pahlawan, misalnya, Sudirman dibuat
menjadi nama sebuah bar? Sebagai umat Buddha, lucu rasanya melihat ada orang
yang juga mengaku beragama Buddha tidak keberatan nama agung junjungannya
dijadikan merek dagang. Bukan sekedar merek dagang, tetapi merek dagang yang
bertolak belakang dengan hakikat sejatinya.

Semoga tulisan ini bisa membuka wawasan banyak orang. Semoga bermanfaat
Jakarta 11  Maret 2009
Lim Hendra, S.S

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #627 on: 12 March 2009, 12:18:44 PM »
saya lihat memang ada unsur politik sih
ada pihak yg memang sengaja manas-manasin, menunggangi supaya jelek2in capres tertentu
ada pihak yg punya BB, bermanuver supaya ga dipermasalahkan
ada caleg buddhis yg mau promosi diri
ada orang yg menerbitkan izin, sekarang berusaha menyelamatkan diri dengan bikin berita
ada caleg non-buddhis yg ikut2an dukung umat Buddha supaya promosi diri lagi
ada wagub dki jakarta yg juga cari simpati
ada partai politik yg sok simpati juga
ada org yang menentang BB supaya "eksis"

Terakhir, ada umat yg tulus menentang BB, dan memanfaatkan politisi dan momentum pemilu supaya "didengar". Coba kalau bukan musim pemilu, apakah protes kita akan didengar?

Jagalah hati......
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Statement STI mengenai Buddha Bar
« Reply #628 on: 12 March 2009, 01:23:54 PM »
maksudnya protes boleh tapi yg elegan
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline Fei Lun Hai

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 686
  • Reputasi: 24
  • Gender: Female
Re: Buddha Bar Dinilai Melecehkan Agama Buddha
« Reply #629 on: 12 March 2009, 05:16:23 PM »
moga urusannya cepet beres dah
your life simple or complex is depend on yourself