Dari thread sebelah:
Anda menceritakan saat-saat keheningan dalam vipassana tradisional setelah hari keempat itu, yang tampaknya genuine. ... Memang vipassana tradisional pun bisa mengantar pada berhentinya pikiran & si aku; itu tidak pernah saya mungkiri ... Tetapi ketika Anda berkata "... disitulah saya memahami anicca, dukha dan anatta ...", itu tidak lain adalah tafsiran pikiran yang muncul kembali yang menggunakan konsep tilakkhana
[at] Pak Hud
Kata disitulah saya pahami bukan saat disana saya berpikir nah ini tilakhana, tetapi pengertian yg muncul karena ada mengetahui,menyadari dan perhatian , jadi bukan tilakhana yg berasal dari proses berpikir. Seperti in one strike, Maaf moment ini saya tidak pandai konsepkan dalam tulisan.Kalau dikonsepkan tilakhana itu kesimpulan setelah keluar dari meditasi dan saya melakukan peninjauan ulang secara mendalam dititik pengalaman mana "in one strike itu terjadi" oleh karena itu saya sebut "disitulah".
Rekan Bond,
Saya rasa, memang benar
Anda mengalami pencerahan atau intuisi (insight, nyana), melihat
karakteristik yang kemudian Anda sebut
'anicca' &
'dukkha'. Ini yang disebut
'sammasana-nyana'.... Pencerahan itu terjadi
di luar pikiran. ... Itu sama dengan seorang praktisi Zen yang mengalami Satori dan berkata "Aha!" ... Di situ tidak ada pikiran ...
pikiran dan si aku berhenti ... dan karena tidak ada pikiran, maka
tidak ada kata-kata, tidak ada ingatan, tidak ada konsep ... jadi tidak ada kata 'anicca', tidak ada kata 'dukkha' ... Menurut
Mulapariyaya-sutta, Anda berada dalam
persepsi murni (langkah #1) ... itulah yang Anda ungkapkan kembali di atas.
Tetapi, sedetik setelah nyana itu muncul,
pikiran Anda bergerak lagi ...
merespon pencerahan yang baru Anda alami itu ... merespon dengan munculnya
memori tentang tilakkhana yang pernah Anda pelajari di masa lampau ... lalu pikiran Anda berkata:
"Itu dia 'anicca'." ... Demikianlah,
kata atau pengertian 'anicca' itu bukan nyana itu sendiri, melainkan respons pikiran Anda terhadap nyana itu. ...
Ada seorang teman Muslim yang ketika itu tinggal di tengah hutam Kalimantan di sebuah perusahaan kayu. ... Ia belajar MMD melalui internet dan menjalankan MMD sendiri, dengan bimbingan saya melalui email. ... Pada suatu hari ia menulis pada saya,
"Pak, tadi pagi tiba-tiba saya menyadari bahwa hidup ini mengalir seperti sungai, tidak ada apa-apanya." ... Ini berbeda sekali dengan pandangan & sikap Muslim pada umumnya, yang melihat hidup ini sebagai
'anugerah Tuhan yang PATUT DISYUKURI'. ... Membaca emailnya itu saya langsung tahu bahwa ia telah mengalami
sammasana-nyana, seperti yang Anda alami juga. ... Ia melihat
karakteristik eksistensi ini yang dalam ajaran agama Buddha disebut
'anicca' dan
'dukkha'. ... Tapi ia tidak memakai istilah itu karena ia tidak pernah belajar tentang
tilakkhana sebelumnya. ... Alih-alih, ia berkata
'hidup ini mengalir seperti sungai' (= 'anicca'), dan
'tidak ada apa-apanya' (= 'dukkha' ... saya tahu ini 'dukkha' karena ini bertentangan dengan pandangan & sikap Muslim pada umumnya). ... Kedua pengertian itu--'hidup mengalir seperti sungai' dan 'tidak ada apa-apanya'--itu muncul dalam meditasinya,
sesaat setelah mendapat pencerahan atau intuisi (nyana) itu, tapi
kedua istilah itu bukan nyana itu sendiri (yang timbul di luar pikiran, sehingga tidak ada kata, tidak ada label, tidak ada pengertian/konsep). ...
Begitu pula, ketika kata/pengertian 'anicca' & 'dukkha' itu muncul dalam batin Anda dalam meditasi Anda, nyana itu (yang terjadi di luar pikiran) baru saja lewat ... sekarang pikiran Anda menanggapi nyana itu dengan berkata "Oh, anicca" ... "Oh, dukkha" ... Penjelasan ini bisa Anda pahami kalau Anda mempelajari proses terjadinya pikiran sebagaimana tercantum dalam Mulapariyaya-sutta.
Itu tentang 'anicca' & 'dukkha'. ... Lain lagi dengan 'anatta' ...
tidak ada pencerahan tentang 'anatta'. ...
'Anatta' hanya dialami oleh seorang arahat. ... Karena Anda belum arahat, maka dalam meditasi Anda tidak mungkin Anda mengalami 'anatta'. ... Yang sesungguhnya terjadi ialah: ketika muncul nyana tentang
karakteristik yang kemudian ditanggapi oleh pikiran Anda sebagai
'anicca' dan
'dukkha', kedua istilah itu berasal dari memori tentang
'tilakkhana' ... sehingga mau tidak mau muncul pula pengertian/konsep yang ketiga, yaitu
'anatta' ... sehingga
SEOLAH-OLAH Anda melihat 'anatta' ... padahal
Anda dan saya, selama belum bebas penuh, tidak mungkin melihat 'anatta'. ... Itulah sebabnya dalam testimoni Anda, Anda berkata bahwa 'anicca'-lah yang pertama kali Anda lihat dan paling jelas. ...
Itulah sebabnya dalam retret MMD
saya tidak pernah mengajarkan 'anatta' lagi ... Saya mengajarkan karakteristik yang dalam agama Buddha disebut
'anicca' & 'dukkha' ... lalu
'atta' yang selalu muncul sebagai pikiran, keinginan, harapan, ketidaksenangan dsb. ...
'Atta' ini yang melekat kepada segala sesuatu yang 'anicca' sehingga terjadilah 'dukkha'. ... (Sudah tentu saya tidak menggunakan kata-kata Pali itu kalau pesertanya non-Buddhis.) ... Saya tidak pernah lagi mengajarkan
tilakkhana sebagai kombinasi 'anicca, dukkha, anatta' ... alih-alih, saya mengajarkan
'anicca, dukkha, atta' karena
hanya inilah yang bisa kita alami dalam meditasi. ... 'Anatta' tidak bisa kita alami dalam meditasi,
'anatta' cuma konsep dari ingatan/pikiran yang mencampuri meditasi sehingga orang tidak melihat 'anicca, dukkha & atta' seperti apa adanya. ... Selanjutnya,
'anicca, dukkha & atta' itu akan lenyap bila pikiran & aku berhenti (khanika-samadhi), sekalipun cuma untuk sementara. ...
DI SINILAH PERBEDAAN AJARAN SAYA DENGAN KONSEP TILAKKHANA yang pervasif di dalam Tipitaka Pali ... ini perbedaan pengertian seorang praktisi MMD dengan praktisi vipassana tradisional atau umat Buddha yang hanya menghafal konsep tilakkhana.
Salam,
hudoyo