//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Abhidhamma & vipassana  (Read 200510 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #330 on: 05 August 2008, 08:25:58 AM »
 [at]  Fabian,

Kupasan rekan Fabian mengenai "relasi antara Abhidhamma dan Vipassana", sangat jelas dan mudah dimengerti oleh kita2. Juga, rekan Fabian telah dapat menuangkan pengalaman -yg juga kita2 alami- dengan penyampaian yg sistematis.

Memang begitulah adanya, Abhidhamma yg merupakan kupasan detil dari Dhamma, adalah Dhamma itu sendiri, tergantung bagaimana kita menggunakannya dalam praktik sehari-hari.

Anumodana,
willi

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #331 on: 05 August 2008, 08:43:59 AM »
Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..
Saya tambahkan, bisa juga bereaksi "masa bodoh", yang merupakan akusala upekkha. Ini yang paling sering "menipu".

Quote
Anda mau tahu apa itu terseret..? itulah kemelekatan... kita hidup dengan berbagai kemelekatan batin, mulai dari kebiasaan yang kita anggap baik hingga hal hal yang buruk. Dari yang halus hingga yang paling kasar.
Saya mau tanya. Jadi semua reaksi, sudah pasti kemelekatan (atau kebencian)? Bagaimana jika melihat sesuatu, timbul metta/karunna/mudita?

Quote
Bagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.
Saya tambahkan lagi. Dalam satu konteks, Buddha Gotama membagi perasaan menjadi 5:
Jasmani sakit, jasmani senang, bathin sakit, bathin tidak sakit juga tidak senang, bathin senang.
Saya tuliskan supaya jangan orang berpikir ketika Buddha Gotama terluka kakinya, tidak merasakan sakit. Tubuhnya tetap merasakan sakit (bukan dikonsepkan oleh bathin), namun bathinnya yang seimbang tidak merasakan sakit bathin.

Quote
Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Bisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!
Jika dikatakan berguna, tentu saya setuju, tergantung cara menggunakannya. Tapi kalo dikatakan "mutlak perlu", saya tidak setuju.


Quote
Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...
Ini setuju, dalam artian tidak perlu takut belajar teori sebanyak2nya, asalkan tahu kapan dan bagaimana menggunakannya.


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #332 on: 05 August 2008, 08:50:54 AM »
Ini setuju, dalam artian tidak perlu takut belajar teori sebanyak2nya, asalkan tahu kapan dan bagaimana menggunakannya.

... dan asal tahu kapan teori, yang adalah pikiran, harus dilepaskan.

Salam,
hudoyo

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #333 on: 05 August 2008, 09:24:13 AM »
Kulonuwun...
Ini diskusinya kayaknya nggak pernah berujung yah? Kadang kadang saya heran dengan orang yang menganggap Abhidhamma sebagai tafsir...  :( kalau memang benar itu hasil tafsir bukan berdasarkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman bermeditasi, maka luar biasa sekali pemikir pemikir Abhidhamma itu, yang bisa berpikir sehebat itu, bisa mengetahui impulse-impulse batin yang halus yang disebut sankhara, bisa mengetahui kelompok kelompok materi yang sangat kecil yang bahkan tidak nampak dengan mikroskop.

Sulit bagi mereka yang belum pernah mengalami secara langsung, untuk mengerti apa yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yang dikatakan oleh para guru meditasi...
Sebenarnya yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yaitu melihat apapun yang muncul pada kesadaran kita tanpa terseret atau terbawa olehnya.

Secara sadar atau tidak sadar selalu setiap saat kita terbawa (bereaksi) terhadap segala sesuatu fenomena yang timbul pada batin dan jasmani, mungkin banyak orang yang tidak mengerti bagaimana sih sebenarnya keadaan batin yang tidak terbawa itu? Saya akan memberi perumpamaan:
suatu ketika anda melihat mobil kijang yang sudah berusia sepuluh atau limabelas tahun lewat dijalan raya, apakah batin anda bereaksi? sebagian besar orang dan termasuk anda tentu akan menjawab tidak... karena mobil seperti itu tidak menarik perhatian. Tetapi bagaimana jika jendela mobil itu kemudian terbuka dan anda melihat orang yang anda cintai berada di dalam mobil itu sedang ditodong pisau di lehernya..? apakah anda dapat membuat batin anda tidak terseret..? tentu tidak bisa kan...? Nah dalam kehidupan sehari hari batin kita cenderung terseret oleh berbagai hal yang menjadi perhatian kita.

Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..

Anda mau tahu apa itu terseret..? itulah kemelekatan... kita hidup dengan berbagai kemelekatan batin, mulai dari kebiasaan yang kita anggap baik hingga hal hal yang buruk. Dari yang halus hingga yang paling kasar.

Kembali ke melihat apa adanya, hal ini hanya bisa dialami sendiri, sulit digambarkan apabila belum merasakannya. Kemampuan ini tidak muncul pada seseorang yang berlatih meditasi Vipassana hanya pada tingkat-tingkat awal. Hanya apabila anda telah mencapai sankharupekkha nana maka anda mulai dapat melihat segala sesuatu apa adanya.

Bagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.

Guru-guru besar Vipassana mengatakan bahwa rasa sakit adalah kunci ke Nibbana. Ini adalah pernyataan yang berdasarkan praktek, bukan berdasarkan teori, mengapa? terdapat ikatan yang kuat antara batin yang merasakan dan jasmani yang memberi impulse, kemelekatan kuat yang timbul dari kekhawatiran dan kegelisahan batin membuat kita merasa sangat menderita.

Dengan bertambahnya latihan vipassana (sebaiknya dibawah bimbingan guru yang berpengalaman) maka semakin lama kemelekatan kita terhadap fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani kita semakin kendur, hingga akhirnya terlepas. Dengan terlepasnya kemelekatan batin yang mengamati terhadap fenomena yang terjadi di jasmani maka mulai terlepas juga kemelekatan terhadap fenomena fenomena yang lain,  dengan demikian batin mulai mampu mengamati fenomena batin yang lebih halus, yaitu bahwa semua fenomena itu sebenarnya hanya merupakan impuls belaka. setiap impuls memiliki sifat alami bagai gelombang yaitu timbul, memuncak dan tenggelam kembali, menurut teori dalam bahasa Pali disebut upada, thiti, bhanga. Nah pada tahap ini anda mulai melihat lebih jelas lagi kaitan antara praktek dengan teori.

melihat timbul dan tenggelamnya fenomena inilah yang disebut melihat anicca dalam arti kata sesungguhnya, yang membawa kearah sang jalan...

Rangkaian proses timbul tenggelam inilah yang dapat padam, maksudnya suatu ketika impuls impuls yang timbul tenggelam ini berhenti, maka yang tersisa hanya kesadaran murni yang mengetahui, dan tidak bereaksi. Kesadaran murni ini hanya diam dan mengetahui... :|
Sebenarnya apabila kita mempraktekkan meditasi, maka kita akan mengetahui bahwa yang disebut Abhidhamma adalah hasil pengalaman yang disusun sedemikian rupa dengan menggunakan struktur bahasa yang berbeda dengan kita.
Pengalaman praktek-praktek Vipassana yang dilakukan oleh para praktisi sekarang ini hanya merupakan pengulangan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman para praktisi Vipassana jaman dahulu yang dituangkan dalam buku yang disebut "Abhidhamma"

Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Bisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!

Memang pada waktu melatih meditasi kita tidak boleh mengingat pelajaran yang kita dapatkan misalnya Abhidhamma. Tetapi pengetahuan Abhidhamma yang telah kita pelajari ada kemungkinan muncul sendiri memberikan pertolongan pada saat kita membutuhkannya, umpamanya pada waktu meditasi kita mulai semakin malas-malasan, kemudian sekonyong konyong kita ingat akan pelajaran Abhidhamma bahwa malas-malasan adalah bentuk thinamiddha dan itu akan menghalangi meditasi... lalu kita tidak mau malas malasan lagi, bukankah ini berarti bahwa belajar Abhidhamma itu sangat berguna..?

Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...

Agak kepanjangan ya..? nanti deh disambung lagi saya takut anda enggan membaca bila kepanjangan.

sukhi hotu,

Fabian.

Siip, inilah yg disebut suatu synergy yg saling mendukung. Dan perlu saya tambahkan berhubungan dengan dukha  bahwa ketika seseorang mulai mengamati sakit , bagi pemula tidak mungkin tidak ada usaha, karena ketahanan membiarkan sakit di awal adalah usaha dan disitu juga ada tekad, sampai tahap tertentu pengamatan menjadi tajam, ketahanan terhadap rasa sakit akan menjadi hal yg alami sebagai proses adaptasi tubuh dan setelah itu melihat proses sampai munculnya pengertian akan dukha dan anica dari fenomena rupa. Bertahan untuk menjalankan vipasanna sampai akhir pun juga merupakan usaha dan tekad yg kuat. Ketika digigit nyamuk pun timbul rasa gatal untuk membiarkan rasa gatal diawal2 itupun ada usaha. Hal yg mudah cobalah pemeditator vipasanna pemula kita suruh duduk nonstop 2 jam tanpa gerak atau mengubah posisi, mungkinkah tidak menahan rasa sakit?.Atau ketika mengubah posisi, bukan disitu juga ada  "ingin"(sebagai tujuan) dan dalam gerak juga ada "usaha", mungkinkah seseorang bergerak tidak ada usaha atau tidak memerlukan energy.Inilah yg patut direnungkan. Salah satu fungsi Abhidhamma adalah juga untuk melakukan peninjauan ulang dari pengalaman yg kita alami dan juga sebagai bahan evaluasi. Nah ini bisa terjadi ketika keluar dari vipasanna itu sendiri sebagai bahan perenungan. Jadi vipasanna seharusnya membuat orang melihat realita bukan suatu khayalan demikian juga ketika kita mempelajari Abhidhamma. Jika seseorang tidak pernah mempelajari teori Abhidhamma pun hanya mengandalkan pengalaman vipasana tetapi ia dapat menjelaskan ketika ia ditanya proses nama dan rupa, itupun dibutuhkan panna yg tinggi dan mungkin setelah mengalami penembusan pengetahuan langsung. Pertanyaanya berapa persen orang yg memiliki panna yg tinggi dan luar biasa. Disinilah diperlukannya kerendahan hati melihat suatu realita daripada ego kita sendiri dengan belajar dari orang yg sudah telah mencapai nibbana atau sudah terbukti pencapaianya. Mungkin inilah sifat manusia, mau yg mudah dengan yg sudah tersedia tetapi malah mencari yg sulit, tetapi ketika sudah mengalami kesulitan minta yg mudah.Renungkanlah!
 _/\_




« Last Edit: 05 August 2008, 09:47:31 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #334 on: 05 August 2008, 09:39:19 AM »
... bahwa ketika seseorang mulai mengamati sakit , bagi pemula tidak mungkin tidak ada usaha, karena ketahanan membiarkan sakit di awal adalah usaha dan disitu juga ada tekad, sampai tahap tertentu pengamatan menjadi tajam, ketahanan terhadap rasa sakit akan menjadi hal yg alami sebagai proses adaptasi tubuh dan setelah itu melihat proses sampai munculnya pengertian akan dukha dan anica dari fenomena rupa. Bertahan untuk menjalankan vipasanna sampai akhir pun juga merupakan usaha dan tekad yg kuat. Ketika ada nyamuk pun timbul rasa gatal untuk membiarkan rasa gatal diawal2 itupun ada usaha. Hal yg mudah cobalah pemeditator vipasanna pemula kita suruh duduk nonstop 2 jam tanpa gerak atau mengubah posisi, mungkinkah tidak menahan rasa sakit?.Atau ketika mengubah posisi, bukan disitu juga ada  "ingin"(sebagai tujuan) dan dalam gerak juga ada "usaha", mungkinkah seseorang bergerak tidak ada usaha atau tidak memerlukan energy.Inilah yg patut direnungkan.

Perbedaan nyata antara vipassana versi Mahasi Sayadaw dan vipassana versi MMD adalah: di dalam versi Mahasi Sayadaw ditekankan 'usaha' (viriya) maksimal, di dalam versi MMD sama sekali tidak ditekankan 'usaha'.

Yang diuraikan Rekan Bond adalah vipassana versi non-MMD, dan tidak berlaku dalam vipassana versi MMD. Untuk memahami praktik vipassana versi MMD, orang harus melakukannya sendiri. Jadi saya tidak perlu mendebat apa yang disampaikan Rekan Bond; tidak ada gunanya kalau orang tidak mencoba sendiri vipassana versi MMD.

Vipassana versi MMD telah dipraktikkan oleh semakin banyak orang. Testimoni-testimoni mereka merekam pengalaman batin mereka.

Salam,
hudoyo

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #335 on: 05 August 2008, 09:42:40 AM »
Secara sadar atau tidak sadar selalu setiap saat kita terbawa (bereaksi) terhadap segala sesuatu fenomena yang timbul pada batin dan jasmani, mungkin banyak orang yang tidak mengerti bagaimana sih sebenarnya keadaan batin yang tidak terbawa itu? Saya akan memberi perumpamaan:
suatu ketika anda melihat mobil kijang yang sudah berusia sepuluh atau limabelas tahun lewat dijalan raya, apakah batin anda bereaksi? sebagian besar orang dan termasuk anda tentu akan menjawab tidak... karena mobil seperti itu tidak menarik perhatian. Tetapi bagaimana jika jendela mobil itu kemudian terbuka dan anda melihat orang yang anda cintai berada di dalam mobil itu sedang ditodong pisau di lehernya..? apakah anda dapat membuat batin anda tidak terseret..? tentu tidak bisa kan...? Nah dalam kehidupan sehari hari batin kita cenderung terseret oleh berbagai hal yang menjadi perhatian kita.

Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..

Instruksi untuk 'tidak menolak dan tidak menerima', tidak perlu ditambahi kata-kata "terseret".
Karena sudah cukup jelas diketahui masyarakat pemeditasi bahwa kalau "terseret" mengandung konotasi tidak benar. Tapi, dengan contoh kasus anda, dan juga penambahan kata "terseret" akan menimbulkan kesalah pahaman kepada pembaca bahwa itu adalah suatu sikap yang pasif.
Akan tetapi, 'tidak menolak dan tidak menerima' bukan berarti diam pasif.
Karena bisa saja pasif itu muncul dari suatu tindakan masa bodoh / cuek / tidak peduli yg muncul dari moha, atau lobha dan dosa yang halus sekali.
Bila pikiran diam, maka pada saat diperlukan suatu tindakan, maka ada suatu tindakan yang spontan; tapi tidak berasal dari suatu konsep yang sudah tertanam. Inilah yang disebut sebagai "diam". Yang menurut saya --supaya tidak terjadi kesalahpengertian maka saya ganti istilahnya-- artinya adalah tidak terdistraksi.

Tidak terdistraksi itu berarti tidak harus berada dalam keheningan (calmness). Dalam 'gerak' (movement) pun bisa juga tidak terdistraksi. Yang benar adalah bukan sengaja diam pasif yang bisa juga merupakan suatu gerak reaktif dari suatu kejadian. Tetapi yg lebih tepat utk dikatakan adalah proaktif yang spontan.

Jadi, pada contoh kasus anda. Bergerak menolong orang tersebut belum tentu harus dikatakan sebagai terseret. Ini sebetulnya tidak bisa dinilai dari tindakan luarnya. Hanya orang tersebutlah yang tahu.

Kembali ke melihat apa adanya, hal ini hanya bisa dialami sendiri, sulit digambarkan apabila belum merasakannya. Kemampuan ini tidak muncul pada seseorang yang berlatih meditasi Vipassana hanya pada tingkat-tingkat awal. Hanya apabila anda telah mencapai sankharupekkha nana maka anda mulai dapat melihat segala sesuatu apa adanya.

Hal ini saya setuju.
Memang pengalaman ini sulit sekali dijelaskan. Seringkali kontra-intuitif, sehingga sulit diterima akal.

Bagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.

Memang. Kemelekatan yang paling susah dihilangkan itu memang kemelekatan kepada konsep, dan itu bisa sangat halus sekali.

Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...

Bagaimana caranya untuk tidak-mengingat?
Bila kita simak dalam praktek nyata, maka proses 'tidak-mengingat' itu pertama kali adalah munculnya ingatan, lalu kemudian pada selanjutnya muncul "aku" utk melakukan reaksi untuk menegasi dengan secara konseptual mencoret kata mengingat itu. Hal itu akan muncul berkali-kali. Yang jelas, dengan demikian maka upaya "tidak-mengingat" itupun pada akhirnya kembali menjadi suatu kerjaan konseptual.
Hal ini berarti, tidak mungkin untuk "tidak-mengingat" kecuali bila kita melepaskan keterikatan kita terhadap konsep itu sendiri. Karena ingatan selalu muncul bila ada kemelekatan pada konsep itu.
So bagaimana "tidak-mengingat" bila tidak melepaskannya terlebih dahulu?

Kemudian juga perlu dimengerti, bahwa latihan vipassana itu seyogyanya tidak saja dilakukan hanya pada waktu retret (entah 3, 10 hari dst) tetapi yg terlebih penting adalah dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Bagaimana bisa "tidak mengingat" secara terus menerus kecuali dengan melepaskan terlebih dahulu kebiasaan itu?
« Last Edit: 05 August 2008, 11:16:58 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #336 on: 05 August 2008, 09:54:02 AM »
Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...

Bagaimana caranya untuk tidak-mengingat?
Bila kita simak dalam praktek nyata, maka proses 'tidak-mengingat' itu pertama kali adalah munculnya ingatan, lalu kemudian pada selanjutnya "saya" melakukan reaksi untuk menegasi dengan secara konseptual mencoret kata mengingat itu. Hal itu akan muncul berkali-kali.
Hal ini berarti, tidak mungkin untuk "tidak-mengingat" kecuali bila kita melepaskan keterikatan kita terhadap konsep itu sendiri. Karena ingatan selalu muncul bila ada kemelekatan pada konsep itu.
So bagaimana "tidak-mengingat" bila tidak melepaskannya terlebih dahulu?

Kemudian juga perlu dimengerti, bahwa latihan vipassana itu seyogyanya tidak saja dilakukan hanya pada waktu retret (entah 3, 10 hari dst) tetapi yg terlebih penting adalah dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Bagaimana bisa "tidak mengingat" secara terus menerus kecuali dengan melepaskan terlebih dahulu kebiasaan itu?

Benar. ... Yang simple aja: di dalam kesadaran vipassana, setiap pikiran yang muncul akan segera lenyap kembali ketika disadari. ... Teori adalah pikiran ... Maka segala macam teori apa pun, termasuk Abhidhamma, yang muncul dalam kesadaran akan segera lenyap kembali ketika disadari. ...

Dan yang ideal adalah apabila kesadaran kita sehari-hari berada dalam keadaan vipassana, kecuali pikiran diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah praktis kehidupan. ... Itu selalu menjadi tekanan dalam diskusi akhir pada retret MMD. ... Jadi, kalau batin bisa berada dalam kesadaran vipassana setiap saat dalam kehidupan sehari-hari, maka segala macam teori meditasi, teori Abhidhamma, tidak punya tempat dalam kesadaran itu. ...

Begitulah aktualita vipassana ... tidak perlu memperdebatkan "melepaskan" atau "tidak melepaskan" teori.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 05 August 2008, 09:57:46 AM by hudoyo »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #337 on: 05 August 2008, 10:04:04 AM »
... bahwa ketika seseorang mulai mengamati sakit , bagi pemula tidak mungkin tidak ada usaha, karena ketahanan membiarkan sakit di awal adalah usaha dan disitu juga ada tekad, sampai tahap tertentu pengamatan menjadi tajam, ketahanan terhadap rasa sakit akan menjadi hal yg alami sebagai proses adaptasi tubuh dan setelah itu melihat proses sampai munculnya pengertian akan dukha dan anica dari fenomena rupa. Bertahan untuk menjalankan vipasanna sampai akhir pun juga merupakan usaha dan tekad yg kuat. Ketika ada nyamuk pun timbul rasa gatal untuk membiarkan rasa gatal diawal2 itupun ada usaha. Hal yg mudah cobalah pemeditator vipasanna pemula kita suruh duduk nonstop 2 jam tanpa gerak atau mengubah posisi, mungkinkah tidak menahan rasa sakit?.Atau ketika mengubah posisi, bukan disitu juga ada  "ingin"(sebagai tujuan) dan dalam gerak juga ada "usaha", mungkinkah seseorang bergerak tidak ada usaha atau tidak memerlukan energy.Inilah yg patut direnungkan.

Perbedaan nyata antara vipassana versi Mahasi Sayadaw dan vipassana versi MMD adalah: di dalam versi Mahasi Sayadaw ditekankan 'usaha' (viriya) maksimal, di dalam versi MMD sama sekali tidak ditekankan 'usaha'.

Yang diuraikan Rekan Bond adalah vipassana versi non-MMD, dan tidak berlaku dalam vipassana versi MMD. Untuk memahami praktik vipassana versi MMD, orang harus melakukannya sendiri. Jadi saya tidak perlu mendebat apa yang disampaikan Rekan Bond; tidak ada gunanya kalau orang tidak mencoba sendiri vipassana versi MMD.

Vipassana versi MMD telah dipraktikkan oleh semakin banyak orang. Testimoni-testimoni mereka merekam pengalaman batin mereka.

Salam,
hudoyo

Pak Hud yg terhormat, kenapa harus selalu membandingkan ini teknik MMD dan non MMD dalam bervipasanna. Bukankah topik ini membahas Abhidhamma dan Vipasana bukan membahas teknik. Dan bukankah tujuan vipasanna adalah melihat kenyataan ataupun realita, apakah hal mengenai usaha menahan sakit merupakan realita atau teknik?(silakan pemirsa yg menilai). Jadi tentunya kita harus belajar melihat segala sesuatu secara holistik. Dan kalaupun saya ingin mengkritik sudah jauh2 hari saya masuk ke thread MMD yg bapak buat dimana sesuai thread. Apakah thread ini dikhususkan untuk yg ber MMD saja?. Bisakah bapak membedakan mengkritik sebuah pandangan, dengan mengkritik pribadi orang dan mengkritik sebuah teknik. Saya rasa bapak tahu betul apa yg dimaksud melihat apa adanya, Kalau Anda merasa saya menyerang Anda pribadi, berarti jelas sudah yg Anda latih sia2 karena masih melekati Pandangan Anda sendiri yg mana Anda mengajarkan untuk tidak melekat, smoga tidak demikian adanya. Kalau tulisan2 saya dianggap mengusik Anda, silakan judul thread ini diganti dengan Abhidhamma dan vipasanna MMD. Kalaupun Anda tidak berkenan silakan moderator mempertimbangkannya.Terima kasih. Daripada OOT dan ajang promosi (menurut ilmu tafsir)  :))

 _/\_
« Last Edit: 05 August 2008, 10:51:47 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #338 on: 05 August 2008, 11:04:10 AM »
Gak abis-abis yak? :))
Katanya melepas, tapi gak abis-abis
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #339 on: 05 August 2008, 11:13:44 AM »
Gak abis-abis yak? :))
Katanya melepas, tapi gak abis-abis

Ada hal-hal baru yang belum dibahas sebelumnya pak. Dan ada orang2 yang berpikir masih ada dharma yang bisa didanakan. Tapi ada juga yang memang yg sedari kemaren isinya kurang lebih itu itu saja.
« Last Edit: 05 August 2008, 11:19:24 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #340 on: 05 August 2008, 11:27:03 AM »
Pak Hud yg terhormat, kenapa harus selalu membandingkan ini teknik MMD dan non MMD dalam bervipasanna. Bukankah topik ini membahas Abhidhamma dan Vipasana bukan membahas teknik. Dan bukankah tujuan vipasanna adalah melihat kenyataan ataupun realita, apakah hal mengenai usaha menahan sakit merupakan realita atau teknik?(silakan pemirsa yg menilai). Jadi tentunya kita harus belajar melihat segala sesuatu secara holistik. Dan kalaupun saya ingin mengkritik sudah jauh2 hari saya masuk ke thread MMD yg bapak buat dimana sesuai thread. Apakah thread ini dikhususkan untuk yg ber MMD saja?. Bisakah bapak membedakan mengkritik sebuah pandangan, dengan mengkritik pribadi orang dan mengkritik sebuah teknik. Saya rasa bapak tahu betul apa yg dimaksud melihat apa adanya, Kalau Anda merasa saya menyerang Anda pribadi, berarti jelas sudah yg Anda latih sia2 karena masih melekati Pandangan Anda sendiri yg mana Anda mengajarkan untuk tidak melekat, smoga tidak demikian adanya. Kalau tulisan2 saya dianggap mengusik Anda, silakan judul thread ini diganti dengan Abhidhamma dan vipasanna MMD. Kalaupun Anda tidak berkenan silakan moderator mempertimbangkannya.Terima kasih. Daripada OOT dan ajang promosi (menurut ilmu tafsir)  :))

Rekan Bond yang terhormat,
Ketika debat di thread ini sudah mereda, dan saya rasa thread ini sudah selesai, Anda mulai lagi dengan mempermasalahkan panjang lebar masalah 'usaha' dalam vipassana, padahal masalah itu sudah pernah Anda singgung dalam posting Anda terdahulu. Anda tahu betul bahwa MMD sama sekali tidak mengajarkan 'usaha'. ... Jadi, jelas Andalah yang mulai lagi mengungkit-ungkit suatu masalah penting yang membedakan MMD dengan vipassana versi lain, yaitu masalah 'usaha' versus 'tanpa-usaha'. ... So pasti saya akan menanggapi ulah Anda itu, dengan menampilkan bahwa dalam MMD tidak ada 'usaha' sama sekali. ... Dengan membahas panjang lebar tentang 'usaha', Anda sudah mengritik vipassana yang menekankan 'tanpa-usaha' ... dan karena di dunia ini hanya MMD satu-satunyalah vipassana yang menekankan 'tanpa-usaha', jelas kritikan itu Anda tujukan kepada MMD, sekalipun Anda tidak sekalipun menyebut "MMD" dalam kritikan Anda itu. ... Sekali lagi, ini menunjukkan ketidakjujuran Anda dalam mengritik sesuatu, dan sekarang Anda coba ingkari ... seperti pernah saya katakan, Anda suka sekali melempar batu sembunyi tangan. ...

Anda mengambil contoh "usaha menahan sakit" ... jelas itu salah satu teknik vipassana non-MMD, karena dalam MMD tidak ada sama sekali "usaha menahan sakit" ... Dalam MMD, kalau duduk lama lalu sakit, yah tidak perlu dipertahankan, karena tidak ada tujuan, selain sadar ... Jelas "usaha menahan sakit" tidak terlepas dari vipassana yang menggunakan TEKNIK 'duduk diam 1-2 jam tanpa bergerak' ... tidak ada yang seperti itu dalam MMD ...

Anda bicara canggih sekali tentang "melihat segala sesuatu secara holistik" ... Kalau mau melihat secara holistik, pahamilah pikiran Anda sendiri dan pikiran manusia pada umumnya yang tidak mungkin holistik; kalau pikiran itu sudah diam baru Anda bisa melihat segala sesuatu secara holistik ... hehehe :))

Membahas Abhidhamma & Vipassana jelas harus menyangkut teknik vipassana itu sendiri, karena ada banyak teknik vipassana yang ada di dunia ... Berbicara tentang vipassana tanpa membahas teknik vipassana X,Y, atau Z adalah berbicara tanpa isi, alias omong kosong ...

Kalau Anda mau menyerang pribadi saya--seperti Anda lakukan dengan bold dalam posting terbaru Anda ini--silakan saja, karena saya anggap angin lalu, tidak akan saya tanggapi. :) ... tapi kalau Anda mengritik MMD, terang-terangan atau secara halus seperti Anda lakukan di atas, saya akan bereaksi secara defensif. Percayalah ... jangan coba-coba lagi. :)

Thread ini bukan dikhususkan untuk versi vipassana yang menggunakan 'usaha' saja maupun versi vipassana yang menggunakan 'tanpa-usaha' (MMD) saja, melainkan untuk semua versi vipassana yang ada dan dilakukan manusia. Jadi kalau Anda merasa berhak bicara tentang vipassana dengan 'usaha', saya pun berhak berbicara tentang vipassana 'tanpa usaha'. Masak Anda boleh bicara mempromosikan vipassana versi Anda (dengan 'usaha') dan Anda mau melarang saya mempromosikan vipassana versi saya (tanpa-usaha)? Pahamkah?

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 05 August 2008, 11:49:49 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #341 on: 05 August 2008, 11:28:04 AM »
Gak abis-abis yak? :))
Katanya melepas, tapi gak abis-abis

Itulah, saya kira thread ini sudah selesai ... eh, tahu-tahu nongol tulisan yang mempersoalkan 'usaha' vs 'tanpa-usaha', topik yang sebetulnya sudah basi dalam thread ini.
« Last Edit: 05 August 2008, 11:34:08 AM by hudoyo »

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #342 on: 05 August 2008, 12:01:29 PM »
Hanya mengamati apakah bukan juga usaha ? Apakah usaha hanya dianggap sebagai aktivitas baik fisik maupun mental. jadi OOT nih...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #343 on: 05 August 2008, 12:08:27 PM »
Ya sudah, terserah apa kata Anda lah, baru tahu MMD labelnya itu 'tanpa usaha' :)) tidur aja tanpa usaha, berarti MMD dong.
Ok lah saya anggap thread ini milik anda, saya tidak akan tulis apa2 lagi. Moderator saja tidak komplain tulisan mo ditulis berapa kali. Tulisan trio kwek2 (bapak, anak, satpam) juga ngulang2. :)) terlihat jelas  hanya ingin memonopoli (ini juga ilmu tafsir om).
Ini lah hasil diam akhirnya beneran diam. Ternyata melekat sekali yak sama label MMD :)) jangan2 takut pasarnya habis =))
Ok bye trio kwek2  ;D
Smoga Anda bermeditasi dengan tenang tidak terganggu oleh tulisan ini :))

 _/\_



« Last Edit: 05 August 2008, 12:12:23 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #344 on: 05 August 2008, 12:11:15 PM »
Hanya mengamati apakah bukan juga usaha ? Apakah usaha hanya dianggap sebagai aktivitas baik fisik maupun mental. jadi OOT nih...

Memikir-mikir tentang hal ini juga 'usaha' ... Anda tidak akan bisa memahami apa itu 'tanpa-usaha' tanpa melakukan vipassana versi MMD. ... Jadi, maaf, saya tidak mampu menjelaskannya kepada Anda ... Cobalah sendiri kalau mau. ...