Yang Bro Riky paparkan diatas itu adalah 'perkiraan' Bro Riky, bukanlah 'pengalaman' Bro Riky langsung. Kalau hanya sekedar dipikir2 dan diduga2 memang bisa di buat skenario apa saja.
Darimana saudara willi tahu bahwa itu bukan pengalaman pribadi saya secara langsung dan hanya terkaan dan perkiraan saya saja?
Soal "marah" itu saya sudah "sering" meresponnya sendiri didalam kehidupan saya...Saya bukan type yang asal nyalak saja...
Apakah Bro Riky sudah mencoba menerapkan Abhidhamma kedalam kehidupan sehari-hari? Jika belum, tidak mungkin Bro bisa mengatakannya 'tidak layak mengikis LDM'.
Apa yang mesti diterapkan jika pikiran selalu berubah2 dengan sangat cepat mungkin melebihi kecepatan cahaya yang dikenal manusia dewasa ini?
Apakah mungkin manusia membendung "tsunami" yang datang "menerpa"nya secara tiba2?
Rekan2 lain disini juga tidak ada yg komplain dgn Jalan yg Bro Riky ambil.
Tidak ada yg mengatakan 'pemahaman' Bro Riky tidak bisa mengikis LDM.
Apakah saya sibuk melarang orang lain atas jalannya sendiri?
Justru yang saya katakan disini bahwa,"Jangan menggunakan Tipitaka dll sebagai tameng atas "kebodohan/ketidaktahuan" diri sendiri"...
Ingat bahwa yang membaca disini bukan hanya kita tapi banyak khalayak...
Pertama-tama perlu dipahami esensi Abhidhamma, tidak perlu secara lengkap dan tanpa perlu menghapalkan istilah2 rumit nya.
Pemahaman yg perlu, misalnya:
~ Jenis2 citta yg bermanfaat dan tidak bermanfaat
~ Mengapa citta2 yg bermanfaat perlu dikembangkan, bagaimana mengembangkannya
~ Mengapa citta yg tidak bermanfaat perlu dikikis, bagaimana mengikisnya
~ dsbnya
Apakah dari 1 sampai 4 yang anda tuliskan itu tidak perlu dihapalkan?
Jenis2,mau dikenali pasti anda hapal dahulu bukan,nanti muncul A oh ya di Abhidhamma ini disebut A dan seterusnya....
Mengapa harus dipilah2 antara yang baik dan buruk?
Pada beberapa postingan Bro Riky sebelum ini, sy simpulkan bahwa Bro Riky tidak menganggap 'moral yg baik' sebagai sesuatu yg penting, malah Bro berpendapat bahwa 'moral yg baik' adalah 'kepalsuan' semata. Sebaliknya, bagi praktisi Abhidhamma, 'moral yg baik' sangat diperlukan bagi perkembangan batin, sekaligus sebagai barometer pengikisan LDM kita.
Saya tidak menganggap antara Baik dan Buruk...
Semuanya SAMA dari AKU...
Lantas kenapa saya harus memilah2nya?
Menolak yang buruk,senang akan yang Baik?
Bukankah saya seperti sedang menipu diri saya sendiri?
Jika para praktisi menganggap begitu itu bukan urusan saya,saya hanya mencoba menegaskan akan kelakuan2 para netter disini yang sering kali mengutip kata2 dari sutta tertentu untuk menyerang orang tertentu,padahal mungkin dia sendiri tidak memahami arti/makna yang terkadung didalamnya...
Sang Buddha juga mengatakan pentingnya menjaga moral yg baik (sila), yg berguna untuk samadhi dan panna.
Silakan anda memberikan saya referensi perkataan SB tersebut...
Dan saya rasa sila bukan hanya diartikan sebagai moral yang baik...
Sila itu luas,begitu juga dengan dana dll...
Salam,
Riky