//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Abhidhamma & vipassana  (Read 199771 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #630 on: 25 August 2008, 08:47:46 AM »
Sepertinya melihat objek itu mobil mewah adalah mobil mewah, terdapat atta/aku yg sangat kuat dlm melihatnya karna jika ada yg tidak sependapat dgn apa yg kita lihat, maka pikiran kita akan segera bereaksi..
Mengapa si A mengatakan itu mobil sederhana ? Padahal jelas2 saya melihat apa adanya itu adalah mobil mewah, kog bisa ya dia mengatakan seperti itu, apa saya yg salah ato dia yg salah ya, sebenarnya itu mobil mewah atau kagak sih..
Mengapa si B mengatakan itu bus mewah ? Padahal jelas2 saya melihat apa adanya itu adalah mobil, bukan bus..
dst...

Di dalam melihat mobil mewah sebagai mobil mewah tanpa reaksi pikiran, tidak ada atta lagi.

Berbeda dengan di dalam diskusi tentang meditasi, tentu ada saling menanggapi, saling bereaksi, dalam batin ANDA dan dalam batin saya. Jadi lihatlah ke dalam batin sendiri, tidak perlu berspekulasi batin orang lain. ... Diskusi bukan 'melihat apa adanya'.

Quote
Sedangkan jika kita melihat apa adanya sebagai anicca, maka hal ini tidak akan terbantahkan oleh si A, B,dstnya.. Itulah kenyataan yang ada...

'Anicca' tidak selalu terlihat dalam 'melihat apa adanya'. ... Orang yang selalu melihat 'anicca' setiap kali dia melihat sesuatu, dia bukan 'melihat apa adanya', melainkan "melihat dengan konsep/ajaran".
« Last Edit: 25 August 2008, 08:52:24 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #631 on: 25 August 2008, 08:51:26 AM »
Sama halnya ketika kita melihat apa adanya MMD itu, dan kita merasa telah melihat apa adanya..
Ternyata ketika ada yg tidak sependapat dgn apa yg kita lihat MMD itu, maka pikiran kita segera bereaksi sangat hebad, sehingga menghasilkan byk topik ttg MMD yg pages yg sangat panjang..

Berdiskusi tentang MMD sampai panas bukan 'melihat apa adanya' di dalam MMD itu sendiri. Berdiskusi itu bisa menghasilkan reaksi sangat hebat dalam batin kedua belah pihak: Anda dan saya. Sekali lagi, lihatlah batin Anda sendiri, jangan berspekulasi tentang batin orang lain.

Quote
Sepertinya itu bukanlah kenyataan dari melihat apa adanya (menghentikan proses pikiran), apabila kita melihat masih melihat objek itu sebagai objek...

Ini kacau ... Menurut saya, 'melihat apa adanya' (berhentinya pikiran) adalah justru melihat obyek sebagai obyek TANPA dicampuri oleh pikiran.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #632 on: 25 August 2008, 08:55:46 AM »
 _/\_ Apakah ini berarti pikiran memang selalu melayang dan selalu berpecah pecah menjadi banyak bagian dan akan muncul seperti denyut jantung.namun yang kita lakukan bukanlah fokus untuk menghentikan impuls pikiran melainkan menyadari dan ketika pikiran menjadi lebih tenang denyutnya,ia bagaikan kolam lumpur yang lumpurnya terendap kebawah dan kita bisa melihat kejernihan pikiran itu sendiri. Pak Hudoyo? jadi usaha yang dilakukan tadi bukanlah usaha melainkan mengamati,menyadari dan terus menerus sampai batin hening.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #633 on: 25 August 2008, 09:00:44 AM »
Perlu dikaji khronologi sumber-sumber yang digunakan, karena tidak semua sumber mempunyai bobot keotentikan yang sama. Para pakar Tipitaka sudah menemukan lapisan-lapisan yang berbeda usianya dalam Tipitaka Pali; Kanon Pali berbeda lebih dari lima ratus tahun dengan kitab-kitab Komentar; buku Maha Buddhavamsa malah baru dikarang pada abad ke-20. Perbedaan khronologi ini tidak boleh ditutup-tutupi.
Sumber2 tersebut memang perlu dicari tahu dan tidak perlu ditutupi sama sekali. Tetapi dalam diskusi mengenai isinya (bukan sejarahnya), jika menyinggung "keotentikan" dan "ketuaan", maka akan memberikan pemikiran subjektif bagi pembaca bahwa yang lebih muda cenderung banyak kelirunya. Padahal, kita tidak tahu juga secara pasti yang mana otentik & asli walaupun kita tau yang mana lebih tua.



Untuk "memperkeruh suasana", dalam Ogha-tarana Sutta (Samyutta Nikaya), Buddha mengatakan "menyeberang dengan tidak mendorong dan tidak berdiam di tempat". Jadi sebetulnya "harus pakai usaha" atau "harus tidak pakai usaha" juga sudah keliru.  ;D
Dalam sutta itu Sang Buddha hendak mengatakan bahwa "menyeberang sungai" itu terjadi tanpa konsep apa pun: harus begini, harus begitu.
Ya, yang saya maksud adalah jika kita juga tidak tahu maksud kedua definisi "mendorong" dan "berdiam di tempat", tetapi mengatakan "harus mendorong/diam di tempat", maka tidak akan dapat manfaat.




Kesadaran vipassana itu muncul ketika si aku lenyap. Lenyapnya si aku tidak mungkin diusahakan oleh si aku. Di dalam kesadaran vipassana tidak ada lagi sebab & akibat.
Selanjutnya, saya mau tanya Pak Hudoyo lagi, apakah definisi "aku" ini?. Karena sepertinya berbeda dengan definisi "atta" dalam sutta. "Atta" dalam sutta merujuk pada kepercayaan pada inti diri yang kekal tidak berubah. Menurut Buddha Gotama, "Atta" (hanyalah ilusi pikiran, sehingga) tidak pernah ada, sedangkan "aku" menurut Pak Hudoyo itu ada, dan ketika disadari menjadi tidak ada. Ketika "aku" tidak ada, maka dia bisa menembus pengertian "anatta".



Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #634 on: 25 August 2008, 09:11:41 AM »
_/\_ Apakah ini berarti pikiran memang selalu melayang dan selalu berpecah pecah menjadi banyak bagian dan akan muncul seperti denyut jantung.namun yang kita lakukan bukanlah fokus untuk menghentikan impuls pikiran melainkan menyadari dan ketika pikiran menjadi lebih tenang denyutnya,ia bagaikan kolam lumpur yang lumpurnya terendap kebawah dan kita bisa melihat kejernihan pikiran itu sendiri. Pak Hudoyo? jadi usaha yang dilakukan tadi bukanlah usaha melainkan mengamati,menyadari dan terus menerus sampai batin hening.

Betul. Pikiran dan aku itu muncul bersama-sama dan lenyap bersama-sama pula.  _/\_

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #635 on: 25 August 2008, 09:18:46 AM »
Oke Pak, saya mengerti dengan jelas penjelasan Bapak.Terima Kasih  _/\_
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #636 on: 25 August 2008, 09:19:17 AM »
Mengenai "usaha", kalau saya ambil kesimpulan adalah:
-Dari pihak "tanpa usaha", adalah merupakan proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan (atau meninggalkan awal). Dalam meditasi ditinggalkan sebab "tujuan" sendiri adalah hasil ilusi pikiran sendiri.

-Dari pihak "dengan usaha", adalah proses pengkondisian sebelum meditasi terjadi (seperti datang dan duduk meditasi), ataupun juga proses untuk "mempertahankan apa yang sudah ada" (misalnya, tetap sadar, tidak ngantuk).

Tolong dikoreksi kalo keliru.


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #637 on: 25 August 2008, 09:36:25 AM »
Sumber2 tersebut memang perlu dicari tahu dan tidak perlu ditutupi sama sekali. Tetapi dalam diskusi mengenai isinya (bukan sejarahnya), jika menyinggung "keotentikan" dan "ketuaan", maka akan memberikan pemikiran subjektif bagi pembaca bahwa yang lebih muda cenderung banyak kelirunya. Padahal, kita tidak tahu juga secara pasti yang mana otentik & asli walaupun kita tau yang mana lebih tua.

Bicara tentang 'isi' suatu sumber perlu mempertimbangkan 'kronologinya'. Karena kronologi yang berbeda memberikan bobot confidence yang berbeda tentang keontentikan suatu sumber. Dalam historiografi, semakin dekat suatu sumber pada apa yang dirujuknya, semakin confident orang tentang keontentikannya, tanpa perlu njlimet menggali bukti-bukti keotentikan yang sudah mustahil ditemukan. Dalam hal Bahiya-sutta, bagi saya apa yang tertulis dalam Udana 1.10 lebih otentik daripada apa yang ditulis Mingun Sayadaw pada abad ke-20. Memang betul, bagi saya sumber yang lebih muda lebih kurang bobot confidence yang bisa diberikan kepadanya dibandingkan bobot confidence yang bisa diberikan kepada sumber yang lebih tua. Semua itu subyektif, tidak ada yang obyektif 100 persen.

Quote
Ya, yang saya maksud adalah jika kita juga tidak tahu maksud kedua definisi "mendorong" dan "berdiam di tempat", tetapi mengatakan "harus mendorong/diam di tempat", maka tidak akan dapat manfaat.


Itu tidak akan terjadi kalau orang memahami hakikat pikiran yang dualistik. Itulah yang dimaksud Sang Buddha dalam Ogha-tarana-sutta itu.

Quote
Selanjutnya, saya mau tanya Pak Hudoyo lagi, apakah definisi "aku" ini?. Karena sepertinya berbeda dengan definisi "atta" dalam sutta. "Atta" dalam sutta merujuk pada kepercayaan pada inti diri yang kekal tidak berubah. Menurut Buddha Gotama, "Atta" (hanyalah ilusi pikiran, sehingga) tidak pernah ada, sedangkan "aku" menurut Pak Hudoyo itu ada, dan ketika disadari menjadi tidak ada. Ketika "aku" tidak ada, maka dia bisa menembus pengertian "anatta".

Kainyn_Kutho: " 'Atta' dalam sutta merujuk pada kepercayaan pada inti diri yang kekal tidak berubah." -- Bisa ditunjukkan referensi definisi 'atta' seperti itu?

Kainyn_Kutho: "Menurut Buddha Gotama, 'Atta' (hanyalah ilusi pikiran, sehingga) tidak pernah ada" -- Bisa ditunjukkan referensi pernyataan Buddha Gotama seperti itu?

*****

'Atta' jangan didefinisikan secara intelektual, melainkan dirasakan adanya secara eksperiensial. ... Bagi saya, 'atta' itu suatu kesadaran di mana orang menjadi pusat dari eksistensinya, di mana 'atta' itu menjadi pusat (center), dan segala sesuatu yang lain ('a~n~na', orang lain) menjadi obyek-obyek di sekelilingnya (circumference). ... Selama ada kesadaran seperti itu, kesadaran menjadi pusat (center) di tengah-tengah sekelilingnya (circumference), maka itulah 'atta', selama itu pula ada 'atta'.

Saya rasa, pemahaman seperti itu sama dengan apa yang dikatakan Sang Buddha dalam puluhan sutta: "Dalam batin seorang puthujjana selalu ada pikiran: 'Ini milikku, ini aku, ini diri/atta-ku' ('Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti.") ... Jadi 'atta' itu ada di dalam kesadaran seorang puthujjana.

Sebaliknya, Sang Buddha berkata: "Dalam batin seorang yang bebas (arahat), tidak ada lagi pikiran seperti itu ('N'etam mama, n'eso hamasmi, n'eso me atta 'ti.") ... Jadi, dalam batin seorang yang bebas, 'atta' yang sebelumnya ada (ketika batinnya belum bebas) sekarang lenyap.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 25 August 2008, 09:41:02 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #638 on: 25 August 2008, 09:45:55 AM »
Mengenai "usaha", kalau saya ambil kesimpulan adalah:
-Dari pihak "tanpa usaha", adalah merupakan proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan (atau meninggalkan awal). Dalam meditasi ditinggalkan sebab "tujuan" sendiri adalah hasil ilusi pikiran sendiri.
-Dari pihak "dengan usaha", adalah proses pengkondisian sebelum meditasi terjadi (seperti datang dan duduk meditasi), ataupun juga proses untuk "mempertahankan apa yang sudah ada" (misalnya, tetap sadar, tidak ngantuk).
Tolong dikoreksi kalo keliru.

Yang dipermasalahkan adalah: apakah DI DALAM kesadaran vipassana (bukan di dalam kesadaran pikiran yang bersiap-siap untuk ber-vipassana) itu sendiri ada usaha atau tidak. Ini menyangkut konsentrasi, apakah di dalam kesadaran vipassana ada konsentrasi atau tidak. Saya bilang tidak.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #639 on: 25 August 2008, 09:57:55 AM »
Kainyn_Kutho: " 'Atta' dalam sutta merujuk pada kepercayaan pada inti diri yang kekal tidak berubah." -- Bisa ditunjukkan referensi definisi 'atta' seperti itu?

Kainyn_Kutho: "Menurut Buddha Gotama, 'Atta' (hanyalah ilusi pikiran, sehingga) tidak pernah ada" -- Bisa ditunjukkan referensi pernyataan Buddha Gotama seperti itu?

Saya cari dulu, mungkin agak lama, karena saya tidak hafal.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #640 on: 25 August 2008, 10:28:40 AM »
'Atta' jangan didefinisikan secara intelektual, melainkan dirasakan adanya secara eksperiensial. ... Bagi saya, 'atta' itu suatu kesadaran di mana orang menjadi pusat dari eksistensinya, di mana 'atta' itu menjadi pusat (center), dan segala sesuatu yang lain ('a~n~na', orang lain) menjadi obyek-obyek di sekelilingnya (circumference). ... Selama ada kesadaran seperti itu, kesadaran menjadi pusat (center) di tengah-tengah sekelilingnya (circumference), maka itulah 'atta', selama itu pula ada 'atta'.

Saya rasa, pemahaman seperti itu sama dengan apa yang dikatakan Sang Buddha dalam puluhan sutta: "Dalam batin seorang puthujjana selalu ada pikiran: 'Ini milikku, ini aku, ini diri/atta-ku' ('Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti.") ... Jadi 'atta' itu ada di dalam kesadaran seorang puthujjana.

Sebaliknya, Sang Buddha berkata: "Dalam batin seorang yang bebas (arahat), tidak ada lagi pikiran seperti itu ('N'etam mama, n'eso hamasmi, n'eso me atta 'ti.") ... Jadi, dalam batin seorang yang bebas, 'atta' yang sebelumnya ada (ketika batinnya belum bebas) sekarang lenyap.

Ya, maksudnya itu. "Atta" itu tidak ada, yang ada hanyalah "anggapan/kepercayaan tentang adanya atta". Jadi "atta" itu bukan "ada kemudian hilang (ketika disadari)", tetapi ketika belum sadar, orang berpikir bahwa "atta itu ada", dan jika sudah menyadari, maka dia menyadari tidak ada yang bisa disebut sebagai "atta" ketika tidak ada lagi pembentukan konsep oleh pikiran.

Dalam Samyutta Nikaya, Khanda Vagga 151, dikatakan "... kesadaran akan bentuk, menggenggamnya, terus menerus ditopang olehnya, suatu pandangan muncul pada seseorang, 'inilah atta (eso atta), inilah dunia, saya akan kekal, stabil dan tidak berubah..." 
Begitu juga dengan kesadaran akan persepsi, perasaan dan bentukan pikiran, ketika orang menggenggamnya, maka pandangan muncul pada seseorang "inilah atta (aku)". Sedangkan dikatakan bahwa bentuk, persepsi, perasaan, bentukan pikiran adalah tidak kekal.
Jadi, "atta" di sini sebetulnya tidak ada, tidak menggerakkan pikiran, tetapi suatu pandangan yang muncul karena keterkondisian.

Dari sinilah maksud saya bahwa "aku" dalam penjelasan Pak Hudoyo bahwa "pikiran bersumber dari gerak si aku" berbeda dengan definisi "atta/aku" yang sebetulnya hanyalah sebuah pandangan (ilusi dari orang yang belum mencapai kesucian).

Kalau menurut dugaan saya, definisi "aku" dari Pak Hudoyo adalah sama dengan "keterkondisian pikiran yang memunculkan pandangan 'atta'" pada sutta.



Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #641 on: 25 August 2008, 12:34:49 PM »
Ya, maksudnya itu. "Atta" itu tidak ada, yang ada hanyalah "anggapan/kepercayaan tentang adanya atta". Jadi "atta" itu bukan "ada kemudian hilang (ketika disadari)", tetapi ketika belum sadar, orang berpikir bahwa "atta itu ada", dan jika sudah menyadari, maka dia menyadari tidak ada yang bisa disebut sebagai "atta" ketika tidak ada lagi pembentukan konsep oleh pikiran.
Dalam Samyutta Nikaya, Khanda Vagga 151, dikatakan "... kesadaran akan bentuk, menggenggamnya, terus menerus ditopang olehnya, suatu pandangan muncul pada seseorang, 'inilah atta (eso atta), inilah dunia, saya akan kekal, stabil dan tidak berubah..." 
Begitu juga dengan kesadaran akan persepsi, perasaan dan bentukan pikiran, ketika orang menggenggamnya, maka pandangan muncul pada seseorang "inilah atta (aku)". Sedangkan dikatakan bahwa bentuk, persepsi, perasaan, bentukan pikiran adalah tidak kekal.
Jadi, "atta" di sini sebetulnya tidak ada, tidak menggerakkan pikiran, tetapi suatu pandangan yang muncul karena keterkondisian.
Dari sinilah maksud saya bahwa "aku" dalam penjelasan Pak Hudoyo bahwa "pikiran bersumber dari gerak si aku" berbeda dengan definisi "atta/aku" yang sebetulnya hanyalah sebuah pandangan (ilusi dari orang yang belum mencapai kesucian).
Kalau menurut dugaan saya, definisi "aku" dari Pak Hudoyo adalah sama dengan "keterkondisian pikiran yang memunculkan pandangan 'atta'" pada sutta.

Tidak perlu memperdebatkan 'atta' itu ada atau tidak ada. Sang Buddha ditanya oleh Vacchagotta, apakah 'atta' itu ada atau tidak ada; beliau tidak mau menyatakan apakah 'atta' itu ada atau tidak ada.

Anda melihat 'atta' itu sebagai paham metafisikal, dan terperosok ke dalam kontroversi 'atta' itu ada atau tidak ada. ... Saya melihat bahwa 'atta' itu kesadaran eksperiensial puthujjana yang melekat pada badan & batin ini; 'atta' itu selalu ada dalam pikiran seorang puthujjana seperti Anda dan saya.

Justru dalam Samyutta Nikaya, Khandha-vagga 151 ("Eso atta") yang Anda kutip itu, Sang Buddha juga menegaskan bahwa 'atta' itu muncul karena puthujjana melekat pada badan & batin (nama-rupa) ini. ... Pada akhir sutta itu, Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu, seorang siswa ariya (Sotapanna ke atas), melihat ini, berpaling dari nama-rupa; berpaling, ia tidak berminat lagi, dan terbebaskan. Terbebaskan, ia tahu: 'Aku terbebaskan, kelahiran kembali  telah runtuh, kehidupan suci telah sempurna, selesai sudah apa yang harus dikerjakan, tidak ada lagi yang perlu dikerjakan." -- ["Eva.m passa.m, bhikkhave, sutavaa, ariyasaavako ruupasmimpi nibbindati, vedanaapi nibbindati, sa~n~naayapi nibbindati, sa.nkhaaresupi nibbindati, vi~n~naa.nasmimpi nibbindati. Nibbinda.m virajjati. Viraagaa vimuccati. Vimuttasmi.m, vimuttami'ti ~naa.na.m hoti. Khii.naa jaati, vusita.m brahmacariya.m, kata.m kara.niiya.m, naapara.m itthattaayaa'ti pajaanaatii'ti."]

Demikianlah seorang arahat tidak berdebat tentang 'atta' itu ada atau tidak ada, melainkan "berpaling dari nama-rupa".

Maka, tafsiran Anda terhadap sutta itu: "Jadi, 'atta' di sini sebetulnya tidak ada, tidak menggerakkan pikiran, tetapi suatu pandangan yang muncul karena keterkondisian," sama sekali tidak relevan bagi seorang arahat dan bagi siapa saja yang berlatih (sekha). ... Sekali lagi, bagi seorang yang berlatih, yang penting adalah 'berpaling dari nama-rupa', bukan memperdebatkan 'atta' itu ada atau tidak ada. ... Menurut hemat saya, perdebatan seperti itu hanya perbuatan orang iseng yang tidak berminat terhadap 'berpaling dari nama-rupa', yang tidak berminat terhadap pembebasan, dan hanya ingin memuaskan intelektualitasnya saja yang adalah perwujudan dari 'atta'-nya yang paling halus tapi paling kuat.

Kemudian, pernyataan Anda: "... penjelasan Pak Hudoyo bahwa 'pikiran bersumber dari gerak si aku'..." menunjukkan bahwa Anda sama sekali tidak mengerti apa yang saya ajarkan. ... Di mana saya pernah mengajarkan seperti itu, bisa ditunjukkan? ... Justru sebaliknya, saya mengikuti ajaran Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta (yang juga dikonfirmasikan oleh disiplin psikologi di zaman modern ini), bahwa justru "pikiran yang bergeraklah yang menciptakan aku", bukan sebaliknya "pikiran bersumber dari gerak si aku" seperti penangkapan Anda terhadap apa yang saya ajarkan. ... Jika pikiran diam, maka aku pun lenyap.

Pernyataan Anda yang terakhir, "Definisi "aku" dari Pak Hudoyo adalah sama dengan "keterkondisian pikiran yang memunculkan pandangan 'atta' pada sutta," itu yang betul; kok bisa terbalik dari pernyataan Anda dalam kalimat sebelumnya? :) ... Perlu Anda catat bahwa pikiran puthujjana SELALU terkondisi ... tidak pernah pikiran puthujjana, seperti Anda dan saya, tidak terkondisi.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 25 August 2008, 12:40:28 PM by hudoyo »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #642 on: 25 August 2008, 01:32:49 PM »
Kemudian, pernyataan Anda: "... penjelasan Pak Hudoyo bahwa 'pikiran bersumber dari gerak si aku'..." menunjukkan bahwa Anda sama sekali tidak mengerti apa yang saya ajarkan. ... Di mana saya pernah mengajarkan seperti itu, bisa ditunjukkan? ... Justru sebaliknya, saya mengikuti ajaran Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta (yang juga dikonfirmasikan oleh disiplin psikologi di zaman modern ini), bahwa justru "pikiran yang bergeraklah yang menciptakan aku", bukan sebaliknya "pikiran bersumber dari gerak si aku" seperti penangkapan Anda terhadap apa yang saya ajarkan. ... Jika pikiran diam, maka aku pun lenyap.

Oh, kalo gitu saya salah ingat.  ;D Yang saya ingat Pak Hudoyo bilang "si aku yang menggerakkan pikiran".  ^:)^
Mungkin karena saya salah menangkap tulisan ini:

dalam MMD, disadari bahwa setiap kali pikiran bergerak, termasuk pikiran yang berteori itu, itu tidak lebih dari atta yang bergerak ...


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #643 on: 25 August 2008, 04:00:15 PM »
Oh, kalo gitu saya salah ingat.  ;D Yang saya ingat Pak Hudoyo bilang "si aku yang menggerakkan pikiran".  ^:)^

hehe ... :) ... kalau salah paham, ya alami, tidak apa-apa; sudah saya betulkan, bukan ... :) ... Anumodana atas pengertian Anda.  _/\_

Quote
Mungkin karena saya salah menangkap tulisan ini:
dalam MMD, disadari bahwa setiap kali pikiran bergerak, termasuk pikiran yang berteori itu, itu tidak lebih dari atta yang bergerak ...

Saya sering men-sinonim-kan pikiran dengan aku/atta. ... Sekalipun atta/diri itu baru muncul pada langkah #3, dan baru benar-benar terpisah & berhadapan dengan obyek pada langkah #4 dari proses pikiran (lihat: Mulapariyaya-sutta) ... sedangkan pikiran itu sendiri (yang mengidentifikasi, memilah-milah, memberi label) sudah muncul pada langkah #2 ... tetapi karena dalam praktik vipassana MMD biasanya seluruh proses pikiran mulai langkah #2 sampai langkah #6 itu terlihat terjadi seolah-olah serentak ... maka saya sering men-sinonim-kan atta/diri/aku dengan pikiran, tapi saya selalu mulai dengan pikiran: "Begitu pikiran muncul, aku pun muncul ... begitu pikiran diam, aku pun diam ..." ... Saya tidak pernah mengatakan sebaliknya: "Pikiran muncul kalau aku muncul; pikiran diam kalau aku diam." ... Di sini jelas, mana yang sebab mana yang akibat, mana yang primer mana yang sekunder, mana yang duluan mana yang belakangan.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 25 August 2008, 04:09:29 PM by hudoyo »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #644 on: 25 August 2008, 04:21:50 PM »
"Sebenarnya" Pikiran itu bukan Aku kan pak? *just confirming*
« Last Edit: 25 August 2008, 04:31:41 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1