//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menurut Pak Hud jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?  (Read 93229 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Quote
Ego memang bersumber dari pikiran. Tapi tidak semua pikiran yang bergerak membentuk Ego. Tidak semua pikiran berhenti itu menghilangkan Ego.
Kalau dilihat dari kisah2 Dhamma, bahkan para Arahat (yang konon sudah tidak ada ego) juga masih berpikir dan bereaksi terhadap semua persepsi indera, sedangkan pertapa tertentu yang bermeditasi menghentikan pikiran, bisa mencapai arupa Jhana tertentu dan terlahir di alam Asannasatta, sementara ego-nya tidak hilang (hanya tertunda).

Memang benar, pikiran bergerak pun tak menjadi masalah. Saya tidak mengatakan tidak boleh punya pikiran loh. Cuman saya ingatkan bahwa ego itu munculnya dari pikiran.
Demikian pula, saya juga tidak anti terhadap ego loh.
Ego dalam artian tertentu memang masih sering muncul dalam kadar tertentu, dan itupun jangan ditolak. Karena yang menolak itu adalah ego lagi!
Yg selayaknya dilakukan hanyalah menyadari segala sesuatunya saja secara polos. Tanpa rekayasa teori apapun!
« Last Edit: 28 July 2008, 03:32:55 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
14. "Bhagava, adakah jalan, adakah metode untuk mencapai hal-hal ini?" "Ada jalan, Mahali, ada metode." [157] "Dan Bhagava, apakah jalan itu, apakah metode itu?"
"Yaitu, Jalan Mulia Berfaktor Delapan, yaitu, Pandangan Benar, Pikiran Benar; Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar; Usaha Benar, Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar. Ini adalah jalan, ini adalah cara untuk mencapai hal-hal ini."
http://dhammacitta.org/tipitaka/dn/dn.06.0.wlsh.html

hehe ... ini kan cuma mengulang-ulang argumentasi lama: ada JALAN ajaran Sang Buddha, yakni JMB-8.
Itulah yang diajarkan dalam AGAMA Buddha, dalam Tipitaka Pali yang ditulis berabad-abad setelah Sang Buddha wafat. Saya tidak percaya itu datang dari mulut Sang Buddha.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Tidak ada yang takut pada pikiran kok, karena pikiran itu selalu ada dalam diri puthujjana dan penting untuk hidup di masyarakat dunia.

"Pikiran adalah pelopor" (Dhammapada 1,2) itu menceritakan keadaan batin di dalam Samsara ini. 'Pikiran' selalu mendahului setiap perbuatan baik dan perbuatan tidak baik. Tetapi kalau orang mau bebas, dia harus bebas dari pikirannya, bebas dari perbuatan baik dan perbuatan tidak baik.

Untuk melihat bagaimana kaitan 'pikiran' dengan 'pembebasan', bacalah lebih dulu dengan teliti sebelum bicara tentang 'pikiran' Mulapariyaya-sutta (MN 1), di mana Sang Buddha jelas-jelas membedakan proses pikiran seorang "puthujjana", "sekha" dan "arahat". Dalam batin puthujjana, setiap rangsangan yang datang dari luar atau bawah sadar selalu ditanggapi oleh 'ma~n~nati" (konseptualisasi) yang berlanjut sebagai "berpikir". Di dalam batin arahat tidak ada lagi konseptualisasi dan pikiran. Begitulah teori 'pikiran' dalam Buddhisme, yang diperkuat oleh psikologi modern.

Selanjutnya, dalam sutta yang sama dinyatakan bahwa pikiran itu menciptakan diri/atta. Tanpa pikiran tidak ada diri/atta. Sehingga dapat dikatakan, secara praktis pikiran itu sinonim dengan diri/atta.

Tentang bagaimana seorang arahat/buddha berpikir, tidak perlu kita bicarakan karena kita tidak akan pernah tahu sebelum sampai ke sana. Yang jelas dari pernyataan Buddha di atas, dalam batin arahat/buddha tidak ada lagi konseptualisasi, tidak ada diri/atta (bukan cuma "EGO" yang dipahami oleh orang awam).

Karena masih putthujana, yg dapat sy bahas (yg sy pahami) hanyalah pada tingkatan ini Pak.
Pada saat ini sy masih banyak memahami permasalahan Penderitaan dan Ketidakpuasan kehidupan, serta kenapa dan bagaimana mengatasinya.

Berbicara soal 'penghentian pikiran' -jujur saja- masih agak sulit bagi saya (terasa masih terlalu abstrak bagi saya). Apa yg dapat sy pahami sekarang barulah sebatas 'pemadaman EGO' saja.

Satu lagi Pak, apakah kondisi batin ketika "berhenti-nya pikiran" -seperti yg diajarkan dalam MMD- bisa disamakan dengan kondisi batin 'melihat apa adanya'?


::







« Last Edit: 28 July 2008, 03:09:42 PM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
hehe ... ini kan cuma mengulang-ulang argumentasi lama: ada JALAN ajaran Sang Buddha, yakni JMB-8.
Itulah yang diajarkan dalam AGAMA Buddha, dalam Tipitaka Pali yang ditulis berabad-abad setelah Sang Buddha wafat. Saya tidak percaya itu datang dari mulut Sang Buddha.

~ Kalo datang dari mulut Sang Buddha...lalu kenapa?
~ Kalo bukan datang dari mulut Sang Buddha....lalu kenapa?

Apakah itu bermanfaat bagi batin? Mari sama-sama renungkan....  ^:)^

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Quote
hehe ... ini kan cuma mengulang-ulang argumentasi lama: ada JALAN ajaran Sang Buddha, yakni JMB-8.
Itulah yang diajarkan dalam AGAMA Buddha, dalam Tipitaka Pali yang ditulis berabad-abad setelah Sang Buddha wafat. Saya tidak percaya itu datang dari mulut Sang Buddha.

Pantesan Pak Hudoyo mengajarkan kepada Riky cuma sampai kebenaran mulia ketiga. Dulu waktu Pak Hudoyo mengajarkan apa yang dari Mulut Sang Buddha itu loh.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Perlu dibedakan antara 'pikiran' (thought, thinking) dan 'batin' (mind).
Batin seorang arahat sebelum meninggal tentu saja tetap bergerak, tapi apa yang menggerakkan kita tidak tahu.
Yang jelas bukan "pikiran" (konseptualisasi, berpikir, ma~n~nati) sebagaimana dijelaskan oleh Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta. Kalau seorang arahat berbicara, "bereaksi" (sebetulnya bukan bereaksi, karena arahat bebas dari hukum sebab-akibat), itu bukan dari aku, bukan dari pikiran yang kita kenal.

Hm... Berarti lain lagi istilahnya yah... OK deh, terima kasih untuk penjelasannya!




Memang benar, pikiran bergerak pun tak menjadi masalah. Saya tidak mengatakan tidak boleh punya pikiran loh. Cuman saya ingatkan bahwa ego itu munculnya dari pikiran.
Demikian pula, saya juga tidak anti terhadap ego loh.
Ego dalam artian tertentu memang masih sering muncul dalam kadar tertentu, dan itupun jangan ditolak. Karena yang menolak itu adalah ego lagi!
Yg selayaknya dilakukan hanyalah menyadari segala sesuatunya saja secara polos. Tanpa rekayasa teori apapun!
OK, terima kasih untuk penjelasannya!

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Quote
Memang benar, pikiran bergerak pun tak menjadi masalah. Saya tidak mengatakan tidak boleh punya pikiran loh. Cuman saya ingatkan bahwa ego itu munculnya dari pikiran.
Demikian pula, saya juga tidak anti terhadap ego loh.
Ego dalam artian tertentu memang masih sering muncul dalam kadar tertentu, dan itupun jangan ditolak. Karena yang menolak itu adalah ego lagi!
Yg selayaknya dilakukan hanyalah menyadari segala sesuatunya saja secara polos. Tanpa rekayasa teori apapun!


Yang dibold kalo polos gitu apa nanti akan ada kebijaksanaan??

Bisa2 ada yang mukul diam, ada yang nipu diam, ada yang dipukul diam :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Quote
Bisa2 ada yang mukul diam, ada yang nipu diam, ada yang dipukul diam

gak gt lah :))

Quote
Yang dibold kalo polos gitu apa nanti akan ada kebijaksanaan??

kebijaksanaan juga boong2an bleh :D

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
~ Kalo datang dari mulut Sang Buddha...lalu kenapa?
~ Kalo bukan datang dari mulut Sang Buddha....lalu kenapa?
Apakah itu bermanfaat bagi batin? Mari sama-sama renungkan....  ^:)^

Kalau datang dari mulut Sang Buddha pasti benar.
Kalau tidak datang dari mulut Sang Buddha bisa salah, dan sering kali salah.
Mari kita sama-sama renungkan ...
« Last Edit: 29 July 2008, 05:53:03 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Quote
hehe ... ini kan cuma mengulang-ulang argumentasi lama: ada JALAN ajaran Sang Buddha, yakni JMB-8.
Itulah yang diajarkan dalam AGAMA Buddha, dalam Tipitaka Pali yang ditulis berabad-abad setelah Sang Buddha wafat. Saya tidak percaya itu datang dari mulut Sang Buddha.

Pantesan Pak Hudoyo mengajarkan kepada Riky cuma sampai kebenaran mulia ketiga. Dulu waktu Pak Hudoyo mengajarkan apa yang dari Mulut Sang Buddha itu loh.

hehe ... nggak kok. :) Kepada Riky (pada awal perkenalan saya dengan dia) saya tetap mengatakan Sang Buddha mengajarkan 4KM. Soalnya, pada waktu itu Riky belum bermeditasi vipassana; jadi tidak ada gunanya, malah akan membingungkan, kalau saya katakan bahwa JMB-8, atau jalan apa saja, tidak mungkin membebaskan orang. Tetapi di retret MMD, yang sekarang sedang saya bimbing di Samarinda ini, saya berkata demikian.

Ini yang saya katakan kepada Riky pada waktu Riky belum mengenal vipassana:
"Riky, kalau kamu ingin mempelajari Ajaran Sang Buddha dari mulut Sang Buddha sendiri, pertama-tama bacalah khotbah pertama Sang Buddha kepada 5 petapa teman beliau menyiksa diri dulu. Khotbah itu di kenal dengan nama: Dhamma-cakka-ppavattana-sutta (Khotbah Pemutaran Roda Dhamma).
Di situ, awal dari segala awal, Sang Buddha menyatakan bahwa eksistensi ini, kehidupan ini, badan & batin (nama-rupa) adalah DUKKHA. ... Sang Buddha lalu menguraikan, mengapa ada DUKKHA, sebabnya DUKKHA ... yaitu adanya kehausan, keinginan dalam batin manusia ... Ketiga, Sang Buddha menyatakan bahwa DUKKHA bisa berakhir ... itulah nibbana ... Dan keempat, Sang Buddha menunjukkan Jalan menuju Berakhirnya DUKKHA, yaitu Jalan Mulia Berfaktor Delapan (Ariya Atthangika Magga).
Tentu kamu sudah mendengar semua ini dari guru Agama Buddha-mu. ... Tapi cobalah baca sendiri kata-kata Sang Buddha dalam Dhamma-cakka-ppavatana-sutta ... Hatimu akan bergetar membaca sutta pertama itu ... Dan kamu akan menjadi siswa Sang Buddha ... bukan siswa guru Agama Buddha-mu."

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Karena masih putthujana, yg dapat sy bahas (yg sy pahami) hanyalah pada tingkatan ini Pak.
Pada saat ini sy masih banyak memahami permasalahan Penderitaan dan Ketidakpuasan kehidupan, serta kenapa dan bagaimana mengatasinya.

Berbicara soal 'penghentian pikiran' -jujur saja- masih agak sulit bagi saya (terasa masih terlalu abstrak bagi saya). Apa yg dapat sy pahami sekarang barulah sebatas 'pemadaman EGO' saja.

Satu lagi Pak, apakah kondisi batin ketika "berhenti-nya pikiran" -seperti yg diajarkan dalam MMD- bisa disamakan dengan kondisi batin 'melihat apa adanya'?

Maaf ya, Rekan Willibordus, saya mau lugas, mohon jangan dimasukkan ke dalam hati ... :)

Kok alasannya "karena masih puthujjana"? ... Kita semua adalah puthujjana ... semua pemeditasi MMD/vipassana adalah puthujjana ... Kalau sudah menjadi arahat, untuk apa lagi bicara tentang padamnya diri/atta? ... Sang Buddha mengkhotbahkan Mulapariyaya-sutta kepada para bhikkhu yang belum arahat (kalau sudah arahat semua, percuma Sang Buddha berkhotbah tentang berhentinya pikiran) ...

Kita semua menghadapi masalah penderitaan dan ketidakpuasan, masalah kehidupan ... Justru Sang Buddha menekankan itu, bukan? ... Untuk memahami (bukan "mengatasi") penderitaan, mau tidak mau kita harus memahami sebab penderitaan itu, yaitu diri/atta yang muncul bersama pikiran.

Kalau Anda sekarang merasa "sulit" memahami 'berhentinya pikiran' (bukan "penghentian" pikiran), sampai KAPAN Anda akan menunggu  untuk memahami hal itu? ... Lalu, apakah Anda sekarang cukup belajar Abhidhamma saja tanpa melakukan vipassana? ... (Ngomong-ngomong, saya jadi berpikir, apakah kebanyakan pelajar Abhidhamma tidak menjalankan vipassana, yah? :) Kalau begitu Buddha-Dhamma itu dipelajari cuma sebatas teori saja dan diambil mana-mana yang "enak" untuk si aku saja. ...) ... Hidup ini singkat, dan Sang Buddha berkata, sangat sulit untuk terlahir sebagai manusia, apalagi terlahir sebagai manusia di zaman ada Buddha-Dhamma.

'Berhentinya pikiran' sama sekali bukan hal yang abstrak, melainkan sangat konkrit, karena pikiran adalah hal yang paling konkrit dalam kesadaran manusia; pikiran jauh lebih konkrit daripada pohon dan batu. ... "Saya berpikir, maka saya ada," kata Descartes. ... Setiap pemeditasi vipassana (asal tidak mengharapkan/berusaha apa-apa dalam meditasinya) pasti akan berhasil mengalami 'berhentinya pikiran', sekalipun hanya untuk sementara ... (Seorang peserta retret MMD di Samarinda ini kemarin--pada hari keempat--mengalami 'berhentinya pikiran'; itu akan saya ceritakan dalam thread MMD.)

Menanggapi pertanyaan Anda, memang betul, 'berhentinya pikiran' berarti 'melihat apa adanya' (yathabhutam nyanadassanam). 'Berhentinya pikiran' berarti pula 'mencicipi nibbana', kata alm. Buddhadasa Mahathera. Rasanya tidak berbeda dengan apa yang dialami oleh orang yang sudah bebas sepenuhnya (arahat), cuma di sini hanya berlangsung sementara.

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Quote
... Yg selayaknya dilakukan hanyalah menyadari segala sesuatunya saja secara polos. Tanpa rekayasa teori apapun!
Yang dibold kalo polos gitu apa nanti akan ada kebijaksanaan??

'Melihat apa adanya secara polos' ITULAH Kebijaksanaan (pannya). Pannya bukan pikiran.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Quote
... Yg selayaknya dilakukan hanyalah menyadari segala sesuatunya saja secara polos. Tanpa rekayasa teori apapun!
Yang dibold kalo polos gitu apa nanti akan ada kebijaksanaan??

'Melihat apa adanya secara polos' ITULAH Kebijaksanaan (pannya). Pannya bukan pikiran.

Kebijaksanaan (pannya) apa bisa didapat dari DIAM?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
 [at] Ryu

Bisa, justru itu pintunya.
Pannya muncul bila pikiran diam. Vipassana menyadari pikiran secara pasif, tanpa campur tangan, juga tanpa terhanyut. Bila diamati secara pasif, pikiran akan berhenti dengan sendirinya, tanpa dibuat berhenti; dengan kata lain, batin akan DIAM. Di situlah pannya muncul, melihat apa adanya tanpa dicampuri pikiran.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Yang mengamati secara pasif itu apa pak? Batin/aku/pikiran/apa ya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))