Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Meditasi => Topic started by: hudoyo on 29 July 2008, 09:45:38 PM

Title: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 29 July 2008, 09:45:38 PM
Dari thread sebelah:

Maaf ya, Rekan Willibordus, saya mau lugas, mohon jangan dimasukkan ke dalam hati ... :)

Nggak apa2 Pak  :), selama diskusi di forum ini sy tidak pernah menganggap semua balasan secara personal... terlebih akhir2 ini setelah semakin banyak bertukar pikiran dengan rekan2 yg lain, sy merasa lebih terbuka dibanding dahulu dan juga, setiap pendapat yg berbeda, sy usahkan direnungkan dulu sebelum dibalas...

Syukurlah.

Quote
Quote
Lalu, apakah Anda sekarang cukup belajar Abhidhamma saja tanpa melakukan vipassana? ... (Ngomong-ngomong, saya jadi berpikir, apakah kebanyakan pelajar Abhidhamma tidak menjalankan vipassana, yah? :) Kalau begitu Buddha-Dhamma itu dipelajari cuma sebatas teori saja dan diambil mana-mana yang "enak" untuk si aku saja. ...) ... Hidup ini singkat, dan Sang Buddha berkata, sangat sulit untuk terlahir sebagai manusia, apalagi terlahir sebagai manusia di zaman ada Buddha-Dhamma.

Sy belajar Abhidhamma secara formal hanya satu hari pertemuan Pak  ;D
Tapi apa yg sy dapatkan dari satu hari pertemuan itu telah berhasil mengubah pemahaman sy. Dan perenungan2 sy selanjutnya byk berbasiskan pengetahuan Abhidhamma sehingga sy bisa mengikis kebiasaan2 buruk sy. Mungkin Pak Hud juga mengetahui bahwa sy bisa cocok dgn Ajaran Buddha pada mulanya dikarenakan dukkha hebat yg sy alami saat dulu itu. Sy menganggap mengerti Abhidhamma seperti memahami cara kerja sebuah mesin, sehingga kita akan tau apa penyebab rusaknya dan bagaimana memperbaikinya. Banyak orang menyangka jika kita banyak berbicara dari segi Abhidhamma berarti kita bukanlah seorang meditator. Kenyataannya bukan begitu, sepanjang yg sy tau, banyak rekan2 sy yg melakukan meditasi rutin (juga sy sendiri). Memang, sy jarang membahas soal meditasi dikarenakan sangat sulit bertukar pikiran soal pengalaman meditatif, lebih tepat sasaran jika membahas masalah sehari2 dari segi analisis sistematis (Abhidhamma).

Syukurlah jika Abhidhamma bisa "mengikis kebiasaan2 buruk Anda". ... Saya sendiri tidak mendapat manfaat apa-apa sama sekali dari Abhidhamma yang pernah saya hafalkan beberapa puluh tahun lalu (Abhidhammattha-sangaha); bagi saya, Abhidhamma hanya merupakan pengetahuan pikiran (knowledge) yang menghalangi vipassana, yang justru mengamati pikiran dengan segala isinya sampai pikiran itu berhenti dengan sendirinya. ... Anda melakukan meditasi rutin? Meditasi apa, kalau boleh saya tahu? ...


Quote
Kenapa sy bilang putthujana, karena memang sebatas yg bisa sy bahas hanyalah masalah sehari2 dan 'pemadaman ego'. Dari pengalaman selama ini banyak rekan (termasuk sy sendiri) yg bisa memecahkan masalah (penderitaan) sehari2 dengan menganalisisnya secara sistematis dan jarang yg akan terpecahkan masalah latent-nya dengan saran2 yg sejuk semata, misalnya: 'tersenyumlah' atau 'sadarilah' atau 'meditasi'lah.....

Masalah-masalah kehidupan duniawi memang dapat dan harus dipecahkan dengan pikiran (analisis dsb). Tapi masalah eksistensial (kenapa saya ada? mengapa semua ini dukkha? Apa penyebab dari dukkha? ... semua yang diajarkan oleh Sang Buddha) tidak bisa dipecahkan dengan analisis pikiran. ... Dukkha dan lenyapnya dukkha hanya dapat dipahami/dialami dengan memahami pikiran/aku itu sendiri di dalam kesadaran vipassana.

Di dalam khotbah-khotbah di kalangan umat Buddha sering kali dibangun kesan bahwa ada dinding pemisah atau jarak yang sangat jauh antara batin seorang puthujjana dan seorang ariya. Padahal di dalam kesadaran vipassana seorang puthujjana bisa mencapai padamnya aku (untuk sementara). Saya tidak melihat perbedaan antara padamnya aku seorang puthujjana dengan padamnya aku seorang arahat KECUALI yang tersebut pertama bersifat sementara dan yang tersebut terakhir bersifat permanen. Saya tidak membesar-besarkan perbedaan puthujjana dan ariya; bagi saya, yang ada hanyalah 'sadar' dan 'tidak sadar', sekalipun 'sadar' itu baru bersifat sementara bagi seorang puthujjana.


Quote
Quote
Menanggapi pertanyaan Anda, memang betul, 'berhentinya pikiran' berarti 'melihat apa adanya' (yathabhutam nyanadassanam). 'Berhentinya pikiran' berarti pula 'mencicipi nibbana', kata alm. Buddhadasa Mahathera. Rasanya tidak berbeda dengan apa yang dialami oleh orang yang sudah bebas sepenuhnya (arahat), cuma di sini hanya berlangsung sementara.

IMO, Pak, banyak persamaan antara Abhidhamma dan Vipassana. Kedua2nya jika dipraktikkan akan sampai pada "Melihat apa adanya"... yg satu masuk melalui analisis sistematis (mengetahui cara kerja citta, mengamati dan akhirnya menyadari pada saat suatu niat tercetus, memang butuh praktik dan latihan yg intents juga), begitu juga dengan vipassana (pada praktik duduk diam mengamati gejolak batin apa saja yg timbul tanpa melekati-nya, dgn segala macam varian tekniknya... tapi tetap butuh latihan yg intents juga, sama saja). Jika keduanya digabung (pengetahuan analisis dan meditasi vipassana) maka bagi beberapa orang akan sangat membantu mengatasi persoalan hidupnya dan usaha pengembangan kualitas batinnya.

Pengalaman saya justru sebaliknya: Abhidhamma tidak kompatibel sama sekali dengan vipassana. Yang satu menggunakan pikiran sebagai instrumennya, yang lain justru mengamati pikiran itu sampai berhenti dengan sendirinya. Menurut saya, tidak mungkin orang mempelajari Abhidhamma dan menjalankan vipassana sekaligus; dia harus memilih salah satu.


Quote
BTW, informasi2 yg Pak Hud berikan dan diskusi panjang lebar selama ini sangat bermanfaat bagi saya

Turut bermudita-citta.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 29 July 2008, 10:04:32 PM
Quote
... Yg selayaknya dilakukan hanyalah menyadari segala sesuatunya saja secara polos. Tanpa rekayasa teori apapun!
Yang dibold kalo polos gitu apa nanti akan ada kebijaksanaan??

'Melihat apa adanya secara polos' ITULAH Kebijaksanaan (pannya). Pannya bukan pikiran.

Mungkin penjelasan berikut ini bisa membantu mempertemukan kesalahpahaman selama ini.

Sebagian menggunakan kata 'pikiran' = 'batin', sehingga Panna adalah pikiran juga, yakni suatu pikiran murni (kondisi batin yg terbebas dari vedana, terbebas dari perasaan suka/tidak suka). Selanjutnya, pendapat yg mengatakan 'pikiran' tidak bisa berhenti, menjadi wajar atas dasar sudut pandang ini, karena pikiran (citta/batin) selalu timbul lenyap, baik yg tercemari (perasaan dan persepsi) maupun yg murni.

Dan sebgian lagi menggunakan kata 'pikiran' untuk menjelaskan "suatu kondisi batin yg dicemari oleh perasaan dan persepsi". Sehingga Panna adalah suatu kondisi yg terbebas dari pikiran. Selanjutnya, pendapat yg menjelaskan bahwa 'pikiran berhenti' menjadi wajar, karena yg dimaksud 'berhenti' adalah pikiran yg telah tercemari, sedangkan citta murni masih tetap ada.

::

'Pikiran, berpikir' (thought, thinking) tidak bisa disamakan dengan 'batin' (mind). Dalam bahasa Inggris 'thought' dan 'mind' jelas berbeda. Dalam pemakaian bahasa Indonesia, orang sering mengacaukan 'pikiran' dan 'batin'. Pencampuradukan seperti itu justru mengacaukan pemahaman.

Menurut Mulapariyaya-sutta, proses 'pikiran' seorang puthujjana SELALU menciptakan aku/diri/atta. Sehingga secara praktis dapat dikatakan 'pikiran' adalah sinonim dengan 'aku'.

Mulapariyaya-sutta menegaskan bahwa tidak ada lagi 'pikiran' (yang menciptakan aku) dalam batin seorang arahat; ini bukan berarti batin arahat itu padam, pikirannya yang berhenti. Di situ ada kebijaksanaan (pannya) yang sejati.

"Kebijaksanaan" yang berasal dari pikiran adalah kebijaksanaan duniawi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Huiono on 29 July 2008, 10:51:47 PM
Hmm...
Menarik sekali, Pak Hudoyo..
Saya sendiri pernah baca Abhidhamma dan mendapatkan 'pengetahuan' dari sana...
Itu memang memotivasi, membuat kita berpikir dan mencoba untu 'sadar' selama beberapa waktu...
Nah, ketika kita berhenti berpikir tentang apa yang kita pelajari/baca (mungkin lupa) maka disaat itu kita kembali pada rutunitas yang kacau balau...

Dan karena itu juga akhirnya saya tidak mau belajar Abhidhamma secara teori lagi... Karena menurut saya, teori akan cepat dilupakan (pengalaman pribadi dan saya lihat dari teman2 saya sendiri)... Dan memang benar, teori yang kita pelajari bisa dan akan menjadi konsep 'yang mengikat' kita... Membaca penjelasan-penjelasan Pak Hudoyo yang lain, saya sangat setuju dengan tanpa konsep, tanpa ikatan... Karena dengan konsep dan ikatan yang dijadikan pedoman, maka akan ada kesulitan untuk melepaskan konsep dan ikatan itu sendiri, meskipun ada orang yang bisa/mampu terbebas dari ikatan itu...

Menurut saya, Abhidhamma seharusnya langsung diperoleh/dipahami/didapatkan ketika seseorang telah sadar (tercerahkan). Dan itu, melalui Vipassana...
Tanpa Abhidhamma, sesorang tetap bisa melaksanakan Vipassana. Tetapi tanpa Vipassana, seseorang tidak bisa memahami Abhidhamma yang sesungguhnya.

Ps: Mohon koreksinya atas pemahaman saya yang masih berdebu.

Salam,
Huiono
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: andry on 29 July 2008, 11:09:05 PM
IMO > dari teori kita mulai paham dan dapat mempraktekan.
namun mengenai hub abidama jeung pipasana..
no comment larr...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 30 July 2008, 04:44:33 AM
IMO > dari teori kita mulai paham dan dapat mempraktekan.

Memang begitu kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari: setiap perbuatan (tindakan) kita berasal dari pikiran kita, bukan? (Lihat Dhammapada 1,2) Apalagi tindakan yang bersifat canggih dan rumit, pasti dipikirkan masak-masak, dipertimbangkan lebih dulu, diambil keputusan, baru bertindak.

Tetapi kesadaran vipassana bukanlah kesadaran sehari-hari di mana kita bertindak dari pikiran. Kesadaran vipassana justru menyadari pikiran itu sendiri sampai pikiran itu diam dengan sendirinya, tanpa dibuat diam. Di situ tetap akan ada gerak, akan ada tindakan, tapi tindakan itu bukan berasal dari pikiran lagi, melainkan berasal dari SESUATU YANG LAIN.

Untuk bisa masuk ke dalam kesadaran vipassana, segala macam teori, segala macam agama, segala macam ajaran, segala macam jalan, termasuk JMB-8, hanya akan menjadi penghalang, dan harus disadari dan dilepaskan. Oleh karena itu, pada umumnya--dan ini terbukti dari pengalaman para peserta retret MMD selama ini--relatif lebih mudah bagi orang yang tidak mengenal "agama" Buddha untuk melaksanakan vipassana daripada orang yang sudah belajar "agama" Buddha dari sejak sekolah minggu kalau ia tidak sadar akan liku-liku pikirannya sendiri.

Silakan baca komentar Rekan Huiono di atas ini.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 30 July 2008, 05:05:07 AM
Terima kasih, Rekan Huiono. (namanya hampir sama dengan nama saya :) )
Saya sependapat dengan sebagian besar isi posting Anda, kecuali paragraf terakhir.

Menurut saya, Abhidhamma seharusnya langsung diperoleh/dipahami/didapatkan ketika seseorang telah sadar (tercerahkan). Dan itu, melalui Vipassana...
Tanpa Abhidhamma, sesorang tetap bisa melaksanakan Vipassana. Tetapi tanpa Vipassana, seseorang tidak bisa memahami Abhidhamma yang sesungguhnya.

"Abhidhamma yang sesungguhnya" itu seperti apa? :) Apakah Abhidhamma Theravada, ataukah Abhidhamma Sarvastivada, yang sangat berbeda satu sama lain?
Menurut hemat saya, kalau orang sudah sampai pada kesadaran vipassana, maka semua PENGETAHUAN spiritual/keagamaan, termasuk Abhidhamma, tidak relevan lagi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 30 July 2008, 12:11:26 PM
IMO

Abhidhamma bila dipelajari secara teoritis mungkin juga bisa bermanfaat dan boleh2 saja dipelajari, tetapi apabila tidak melihatnya langsung melalui vipasanna atau mempraktekan vipasanna hanya mengandalkan hafalan akhirnya setiap sensasi yg diterima melalui indria hanya dipahami seperti burung beo mengikuti suara2 (sory ya menggunakan perumpamaan ini  :), jangan ada yg tersinggung lho). Dan karena tidak melihatnya langsung akhirnya dapat menambah "aku" lagi dan juga bisa menjadi salah tafsir(terpaku pada teks book). Dan bila vipasanna dipraktekan dengan baik, maka abhidhamma yg sebenarnya dapat dimengerti dengan baik pula secara otomatis dan segala versi abhidhamma dapat dipatahkan dan semua konsep akhirnya hilang.

Seorang yg pakar dalam Abhidhamma hanya bisa dikatakan pakar hanya ketika ia mengalaminya langsung dan melihatnya langsung dengan baik proses2nya. tetapi seorang praktisi vipasanna yg telah mencicipi nibbana ataupun telah masuk dalam 4 tataran kesucian bisa dikatakan yg telah mulai memahami abhidhamma dan yg telah memahami abhidhamma secara otomatis. Mengapa demikian? sekalipun secara teori yg sistematis mereka tidak bisa menjabarkan tetapi mereka dapat menjelaskan dengan baik apa yg ada dalam Abhidhamma itu sendiri. Nah sekarang terserah pada individu masing2 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 30 July 2008, 12:50:30 PM
 [at] bond

Saya rasa posting Anda intisarinya tidak berbeda dengan posting Rekan Huiono, yang sudah saya tanggapi di atas.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 30 July 2008, 01:55:48 PM
_/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 30 July 2008, 05:34:28 PM
Seorang yg pakar dalam Abhidhamma hanya bisa dikatakan pakar hanya ketika ia mengalaminya langsung dan melihatnya langsung dengan baik proses2nya. tetapi seorang praktisi vipasanna yg telah mencicipi nibbana ataupun telah masuk dalam 4 tataran kesucian bisa dikatakan yg telah mulai memahami abhidhamma dan yg telah memahami abhidhamma secara otomatis. Mengapa demikian? sekalipun secara teori yg sistematis mereka tidak bisa menjabarkan tetapi mereka dapat menjelaskan dengan baik apa yg ada dalam Abhidhamma itu sendiri. Nah sekarang terserah pada individu masing2 _/\_

kalau baca di Milinda Panha, menurut Nagasena :))

seorang arahat tetap tidak akan tahu pengetahuan yg belum dipelajarinya, hanya tentang anatta (tiada diri), anicca (tidak tetap), & dukkha (penderitaan), dia tidak mungkin tidak tahu. :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 30 July 2008, 06:19:05 PM
Seorang yg pakar dalam Abhidhamma hanya bisa dikatakan pakar hanya ketika ia mengalaminya langsung dan melihatnya langsung dengan baik proses2nya. tetapi seorang praktisi vipasanna yg telah mencicipi nibbana ataupun telah masuk dalam 4 tataran kesucian bisa dikatakan yg telah mulai memahami abhidhamma dan yg telah memahami abhidhamma secara otomatis. Mengapa demikian? sekalipun secara teori yg sistematis mereka tidak bisa menjabarkan tetapi mereka dapat menjelaskan dengan baik apa yg ada dalam Abhidhamma itu sendiri. Nah sekarang terserah pada individu masing2 _/\_

kalau baca di Milinda Panha, menurut Nagasena :))

seorang arahat tetap tidak akan tahu pengetahuan yg belum dipelajarinya, hanya tentang anatta (tiada diri), anicca (tidak tetap), & dukkha (penderitaan), dia tidak mungkin tidak tahu. :)

Betul sekali apa yg belum dia ketahui tentu tidak akan tahu apalagi jika arahat tertentu ditanya Abhidhamma seperti text book Abhidhamma ;D . Tetapi ketika ia ditanya tentang apa itu pikiran , terdiri apa saja, benarkah proses nama dan rupa seperti ini dan itu, mereka dapat menjelaskannya dengan baik essensi Abhidhamma yg sebenarnya.Mungkinkah seorang arahat tidak memahami esensi Abhidhamma?
Apa bahasan Abhidhamma? dan 4 landasan apa yg dilatih dalam vipasana.? bukankah anica, anata, dan duka ditembus dengan menyadari fenomena nama dan rupa sampai kita mengetahui essensinya yg merupakan isi Abhidhamma juga? Adakah korelasinya?
Apakah teori Abhidhamma muncul dari praktek Dhamma atau dari vipasanna atau kebalikannya. Marilah kita renungkan  :) _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 30 July 2008, 06:20:47 PM
Syukurlah jika Abhidhamma bisa "mengikis kebiasaan2 buruk Anda". ... Saya sendiri tidak mendapat manfaat apa-apa sama sekali dari Abhidhamma yang pernah saya hafalkan beberapa puluh tahun lalu (Abhidhammattha-sangaha); bagi saya, Abhidhamma hanya merupakan pengetahuan pikiran (knowledge) yang menghalangi vipassana, yang justru mengamati pikiran dengan segala isinya sampai pikiran itu berhenti dengan sendirinya. ... Anda melakukan meditasi rutin? Meditasi apa, kalau boleh saya tahu? ...

Saya juga sama, Pak, tidak pernah hapal dengan teori-teori Abhidhamma yg tersusun rapi tersebut, juga dengan bahasa pali-nya nan panjang-panjang. Ketika membaca Abhidhamma, beberapa analisis nya nyantel di pemahaman saya dan ketika berhadapan dengan situasi yg sama, pemahaman tersebut timbul lagi dan saya dapat memange pikiran saya segera, sehingga efek domino dari akusala citta tidak berlarut-larut. Saya sering melakukan hal ini, dan sebagian karakter jelek saya, alhamdulilah, telah mulai berkurang :))

Saya lebih memilih untuk memahami inti ajarannya daripada menghapal Abhidhamma itu sendiri. Seperti yg telah sy tulis sebelum ini, mempelajari Abhidhamma bagi saya seperti mempelajari cara kerja mesin. Ketika mesin tersebut bermasalah, sy segera tau penyebabnya dan cara untuk mengatasinya. Ahli mesin juga tidak perlu menghapal jenis2 baut ataupun nama2 rumit setiap sparepart-nya. Saya setuju dengan Pak Hud bahwa, orang yg hanya menghapalkan Abhidhamma sama seperti sarjana mesin yg hapal teori, tetapi tidak pernah praktek membongkar mesin secara langsung.

Meditasi yg saya lakukan mengalami evolusi dari pertama kali dulu Pak. Tapi, inti-nya tetap sama, yakni kadang saya melakukan anapanasati kadang sy melakukan vipassana, metodanya banyak campuran antara SN Goenka dan MMD (basic vipassana saya adalah dari MMD yg pernah bapak kirim ke saya dahulu)  :)
Bisa dibilang, bahwa sy telah 'memodifikasi' beberapa metoda demi menyelaraskan dengan diri sy sendiri ;D

Quote
Masalah-masalah kehidupan duniawi memang dapat dan harus dipecahkan dengan pikiran (analisis dsb). Tapi masalah eksistensial (kenapa saya ada? mengapa semua ini dukkha? Apa penyebab dari dukkha? ... semua yang diajarkan oleh Sang Buddha) tidak bisa dipecahkan dengan analisis pikiran. ... Dukkha dan lenyapnya dukkha hanya dapat dipahami/dialami dengan memahami pikiran/aku itu sendiri di dalam kesadaran vipassana.

Ya, pada taraf ini memang pengalaman kita agak berbeda Pak.
Sy mendapat banyak keuntungan dari praktik Abhidhamma dan juga membantu sy dalam vipassana (duduk dan keseharian).
 
Quote
Di dalam khotbah-khotbah di kalangan umat Buddha sering kali dibangun kesan bahwa ada dinding pemisah atau jarak yang sangat jauh antara batin seorang puthujjana dan seorang ariya. Padahal di dalam kesadaran vipassana seorang puthujjana bisa mencapai padamnya aku (untuk sementara). Saya tidak melihat perbedaan antara padamnya aku seorang puthujjana dengan padamnya aku seorang arahat KECUALI yang tersebut pertama bersifat sementara dan yang tersebut terakhir bersifat permanen. Saya tidak membesar-besarkan perbedaan puthujjana dan ariya; bagi saya, yang ada hanyalah 'sadar' dan 'tidak sadar', sekalipun 'sadar' itu baru bersifat sementara bagi seorang puthujjana.

Ini saya setuju sekali Pak. Meski belum merealisasi batin Arahat, tapi sy memperkirakan batin Arahat mirip2 batin 'vipassana yg timbul sesekali pada puthujjana', bedanya pada Arahat, padamnya LDM bersifat permanen, sedangkan pada puthujjana, hanya ketika ber-vipassana... tapi saya tidak berani terlalu yakin dengan ini, hanya spekulatif belaka.

Quote
Pengalaman saya justru sebaliknya: Abhidhamma tidak kompatibel sama sekali dengan vipassana. Yang satu menggunakan pikiran sebagai instrumennya, yang lain justru mengamati pikiran itu sampai berhenti dengan sendirinya. Menurut saya, tidak mungkin orang mempelajari Abhidhamma dan menjalankan vipassana sekaligus; dia harus memilih salah satu.

Abhidhamma memang pengetahuan analisis, dan tetap akan menjadi sekedar pengetahuan jika tidak di praktekkan. Tapi, bila kita dapat mempraktikkan, sedikit saja, dari apa yg diajarkan, batin kita akan mengalami peningkatan kualitas yg cukup berarti dan pada akhirnya turut membantu mempermudah vipassana dan meningkatkan panna kita.

Selaras dengan pendapat sy tersebut, sy pernah membaca bahwa moral yg dijaga dengan baik (sila) akan menunjang meditasi kita (samadhi) yg keduanya turut meningkatkan kebijaksanaan/pemahaman (panna) kita. Jadi, sila, samadhi dan panna ibarat tripod kaki tiga yg saling menunjang, lemah yg satu akan melemahkan yg lainnya. Kokoh satu akan mengokohkan yg lainnya.


_/\_

willi

-----

PS: mungkin bisa membantu memperjelas diskusi, jika saya menyatakan bahwa Abhidhamma hanyalah 'alat', sekedar bantuan untuk mempermudah kita 'memadamkan ego' kita, dan kata kuncinya adalah 'praktik'.

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 30 July 2008, 06:54:00 PM
Betul sekali apa yg belum dia ketahui tentu tidak akan tahu apalagi jika arahat tertentu ditanya Abhidhamma seperti text book Abhidhamma ;D . Tetapi ketika ia ditanya tentang apa itu pikiran , terdiri apa saja, benarkah proses nama dan rupa seperti ini dan itu, mereka dapat menjelaskannya dengan baik essensi Abhidhamma yg sebenarnya.Mungkinkah seorang arahat tidak memahami esensi Abhidhamma?
em... proses disini maksudnya sifat/corak umum (tilakkhana) kan?
yaitu nama & rupa juga merupakan subjek dari penderitaan, perubahan dan tanpa inti. :)

Quote
Apa bahasan Abhidhamma?
sejauh yg saya tahu: citta, cetasika, rupa & nibbana.

Quote
dan 4 landasan apa yg dilatih dalam vipasana.?
tidak tahu... mohon pencerahannya nih... thanks

Quote
bukankah anica, anata, dan duka ditembus dengan menyadari fenomena nama dan rupa sampai kita mengetahui essensinya yg merupakan isi Abhidhamma juga? Adakah korelasinya?
ga tau (ga ngerti :P )

Quote
Apakah teori Abhidhamma muncul dari praktek Dhamma atau dari vipasanna atau kebalikannya. Marilah kita renungkan  :) _/\_
ga tau juga... menurut saya sih, seharusnya kita "mengenal diri kita" dapat dari praktek dhamma (mis: meditasi), dan teori abhidhamma dapat menjadi tool yg men-guide kita...

_/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 30 July 2008, 07:04:03 PM
Betul sekali apa yg belum dia ketahui tentu tidak akan tahu apalagi jika arahat tertentu ditanya Abhidhamma seperti text book Abhidhamma ;D . Tetapi ketika ia ditanya tentang apa itu pikiran , terdiri apa saja, benarkah proses nama dan rupa seperti ini dan itu, mereka dapat menjelaskannya dengan baik essensi Abhidhamma yg sebenarnya.Mungkinkah seorang arahat tidak memahami esensi Abhidhamma?
em... proses disini maksudnya sifat/corak umum (tilakkhana) kan?

yaitu nama & rupa juga merupakan subjek dari penderitaan, perubahan dan tanpa inti. :)

Untuk tembus tilakhana dengan baik kita harus mengalami dan melihat langsung prosesnya nama dan rupa, nah  proses ini bukankah apa yg ada di Abhidhamma(jika dikonsepkan)



Quote
Apa bahasan Abhidhamma?
sejauh yg saya tahu: citta, cetasika, rupa & nibbana.

Quote
dan 4 landasan apa yg dilatih dalam vipasana.?
tidak tahu... mohon pencerahannya nih... thanks

Kayanupasana,cittanupsana, Vedananupasana, dan Dhammanupasana
Quote

bukankah anica, anata, dan duka ditembus dengan menyadari fenomena nama dan rupa sampai kita mengetahui essensinya yg merupakan isi Abhidhamma juga? Adakah korelasinya?
ga tau (ga ngerti :P ) Ini sih bro  uda tau lah :))

Quote
Apakah teori Abhidhamma muncul dari praktek Dhamma atau dari vipasanna atau kebalikannya. Marilah kita renungkan  :) _/\_
ga tau juga... menurut saya sih, seharusnya kita "mengenal diri kita" dapat dari praktek dhamma (mis: meditasi), dan teori abhidhamma dapat menjadi tool yg men-guide kita...
Boleh2 saja dijadikan tool, asal jangan dipegangin aja toolnya  ;D

_/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 30 July 2008, 07:40:56 PM
Untuk tembus tilakhana dengan baik kita harus mengalami dan melihat langsung prosesnya nama dan rupa, nah  proses ini bukankah apa yg ada di Abhidhamma(jika dikonsepkan)
saya kurang mengerti nih...
maksudnya utk memahami tilakkhana dg baik, seseorang harus melihat proses nama dan rupa yg hilang & muncul dg kecepatan yg tak dicapai oleh ilmu pengetahuan (saat ini). begitu?

Quote
Quote
dan 4 landasan apa yg dilatih dalam vipasana.?
tidak tahu... mohon pencerahannya nih... thanks

Kayanupasana,cittanupsana, Vedananupasana, dan Dhammanupasana
Quote
Anumodana

Quote
Quote
Apakah teori Abhidhamma muncul dari praktek Dhamma atau dari vipasanna atau kebalikannya. Marilah kita renungkan  :) _/\_
ga tau juga... menurut saya sih, seharusnya kita "mengenal diri kita" dapat dari praktek dhamma (mis: meditasi), dan teori abhidhamma dapat menjadi tool yg men-guide kita...
Boleh2 saja dijadikan tool, asal jangan dipegangin aja toolnya  ;D
_/\_
gimana ga pegang tapi bisa pake? ;) (at least pegang remote nya donk :)) joke... )

yup, melekat pada segala teori, termasuk teori/jurnal meditasi pada saat kita bermeditasi, hanya menjadi penghalang

_/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 30 July 2008, 08:24:24 PM
Betul sekali apa yg belum dia ketahui tentu tidak akan tahu apalagi jika arahat tertentu ditanya Abhidhamma seperti text book Abhidhamma ;D . Tetapi ketika ia ditanya tentang apa itu pikiran , terdiri apa saja, benarkah proses nama dan rupa seperti ini dan itu, mereka dapat menjelaskannya dengan baik essensi Abhidhamma yg sebenarnya.Mungkinkah seorang arahat tidak memahami esensi Abhidhamma?
Apa bahasan Abhidhamma? dan 4 landasan apa yg dilatih dalam vipasana.? bukankah anica, anata, dan duka ditembus dengan menyadari fenomena nama dan rupa sampai kita mengetahui essensinya yg merupakan isi Abhidhamma juga? Adakah korelasinya?

Abhidhamma mana yang mau dipakai: Abhidhamma Theravada atau Abhidharma Sarvastivada? Kedua abhidhamma/abhidharma itu jelas berbeda satu sama lain; dalam Abhidharma Sarvastivada sistematikanya bukan rupa, citta, cetasika & nibbana, tapi lain lagi. Jadi yang mana "esensi Abhidhamma" itu?

Ketika seseorang dalam khanika-samadhi melihat proses-proses batinnya, apa yang dilihatnya itu KEBENARAN. Tetapi ketika ia keluar dari samadhi-nya, lalu dengan pikirannya yang terkondisi mencoba MEREKONSTRUKSIKAN Kebenaran yang dilihatnya, maka itu menjadi TAFSIRAN. Tafsiran itulah yang kemudian menjadi Abhidhamma Theravada dan Abhidharma Sarvastivada. Tafsiran berasal dari pikiran yang terkondisi secara berbeda antara Theravada dan Sarvastivada. Tapi TAFSIRAN bukanlah KEBENARAN. Jadi bisa berbeda-beda. The word is not the thing.

Quote
Apakah teori Abhidhamma muncul dari praktek Dhamma atau dari vipasanna atau kebalikannya. Marilah kita renungkan  :) _/\_

Lebih dulu orang melihat apa adanya dalam vipassana, lalu 'apa adanya' itu oleh pikirannya yang terkondisi diterjemahkannya menjadi konsep/teori yang berbeda-beda: menjadi Abhidhamma oleh orang Theravada atau menjadi Abhidharma oleh orang Sarvastivada.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 30 July 2008, 08:33:22 PM
kalau baca di Milinda Panha, menurut Nagasena :))
seorang arahat tetap tidak akan tahu pengetahuan yg belum dipelajarinya, hanya tentang anatta (tiada diri), anicca (tidak tetap), & dukkha (penderitaan), dia tidak mungkin tidak tahu. :)

Betul, bagi batin yang bebas, PENGETAHUAN (knowledge) apa pun sama sekali tidak relevan. Bahkan "anicca", "dukkha" dan "anatta" pun tidak dilihatnya sebagai pengetahuan atau konsep, melainkan sebagai FAKTA di luar kata-kata.

Tidak ada lagi konsep "anicca" versus konsep "nicca", tidak ada lagi konsep "dukkha" versus konsep "lenyapnya dukkha", tidak ada lagi konsep "anatta" versus konsep "atta".  Yang ada adalah apa yang ada (yathabhutam), yang 'mengalir' tapi juga 'tidak mengalir'.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 31 July 2008, 09:54:53 AM
Untuk tembus tilakhana dengan baik kita harus mengalami dan melihat langsung prosesnya nama dan rupa, nah  proses ini bukankah apa yg ada di Abhidhamma(jika dikonsepkan)
saya kurang mengerti nih...
maksudnya utk memahami tilakkhana dg baik, seseorang harus melihat proses nama dan rupa yg hilang & muncul dg kecepatan yg tak dicapai oleh ilmu pengetahuan (saat ini). begitu?

Betul melihat dan mengalami sendiri proses nama dan rupa itu sendiri, bagamaina mungkin kita mengetahui tilakhana, tanpa melihat dan mengalami langsung. Karena ada hubungan dengan nyana2 yg muncul kemudian sehingga pemahaman tilakhana akan mulai seperti dari daging sampai ke sum2 tulang. Hal yg sederhana ketika kamu duduk lama, akan muncul sakit ==>dukha tetapi ia akan lenyap dan muncul kembali begitu seterusnya (anicca). Hal seperti nilah yg kita lihat dan alami langsung dst sampai pada yg lebih halus dalam hal ini mengamati nama.



_/\_

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 31 July 2008, 10:21:07 AM
Betul sekali apa yg belum dia ketahui tentu tidak akan tahu apalagi jika arahat tertentu ditanya Abhidhamma seperti text book Abhidhamma ;D . Tetapi ketika ia ditanya tentang apa itu pikiran , terdiri apa saja, benarkah proses nama dan rupa seperti ini dan itu, mereka dapat menjelaskannya dengan baik essensi Abhidhamma yg sebenarnya.Mungkinkah seorang arahat tidak memahami esensi Abhidhamma?
Apa bahasan Abhidhamma? dan 4 landasan apa yg dilatih dalam vipasana.? bukankah anica, anata, dan duka ditembus dengan menyadari fenomena nama dan rupa sampai kita mengetahui essensinya yg merupakan isi Abhidhamma juga? Adakah korelasinya?

Abhidhamma mana yang mau dipakai: Abhidhamma Theravada atau Abhidharma Sarvastivada? Kedua abhidhamma/abhidharma itu jelas berbeda satu sama lain; dalam Abhidharma Sarvastivada sistematikanya bukan rupa, citta, cetasika & nibbana, tapi lain lagi. Jadi yang mana "esensi Abhidhamma" itu?

Kalau seseorang menggenggam kuat text book dari salah satu versi ke dalam praktek vipasanna , saya yakin tidak akan mendapatkan essensi Abhidhamma, karena essensi Abhidhamma adalah sesuatu yg harus dialami.

Ketika seseorang dalam khanika-samadhi melihat proses-proses batinnya,

apa yang dilihatnya itu KEBENARAN. Tetapi ketika ia keluar dari samadhi-nya, lalu dengan pikirannya yang terkondisi mencoba MEREKONSTRUKSIKAN Kebenaran yang dilihatnya, maka itu menjadi TAFSIRAN. Tafsiran itulah yang kemudian menjadi Abhidhamma Theravada dan Abhidharma Sarvastivada. Tafsiran berasal dari pikiran yang terkondisi secara berbeda antara Theravada dan Sarvastivada. Tapi TAFSIRAN bukanlah KEBENARAN. Jadi bisa berbeda-beda. The word is not the thing.

 Sebenarnya suatu pengalaman itu bisa di cross cek dan perbedaan dalam penggunaan kata  juga bisa di cross cek apakah mengandung makna yg sama dalam pengalaman atau berbeda sama sekali. Memang the word is not the thing tetapi kita hidup di dunia perlu kata-kata. Kalau takut kata2 sebagai tafsir ya tinggal dibuktikan melalui praktek, dan menurut pak Hud kata2 Sang Buddha adalah tafsir atau bukan dan apakah tidak mengandung kebenaran?

Quote
Apakah teori Abhidhamma muncul dari praktek Dhamma atau dari vipasanna atau kebalikannya. Marilah kita renungkan  :) _/\_

Lebih dulu orang melihat apa adanya dalam vipassana, lalu 'apa adanya' itu oleh pikirannya yang terkondisi diterjemahkannya menjadi konsep/teori yang berbeda-beda: menjadi Abhidhamma oleh orang Theravada atau menjadi Abhidharma oleh orang Sarvastivada.

Setuju, yg terpenting tidak menggenggam konsep itu.
Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 31 July 2008, 10:50:53 AM
Abhidhamma mana yang mau dipakai: Abhidhamma Theravada atau Abhidharma Sarvastivada? Kedua abhidhamma/abhidharma itu jelas berbeda satu sama lain; dalam Abhidharma Sarvastivada sistematikanya bukan rupa, citta, cetasika & nibbana, tapi lain lagi. Jadi yang mana "esensi Abhidhamma" itu?

Esensi Abhidhamma adalah Dhamma itu sendiri, karena Abhidhamma hanyalah bentuk detail dari Dhamma.

Contoh esensinya bila dihubungkan dengan praktik adalah sbb:

~ Memahami bahwa sifat citta adalah "timbul dan lenyap serta selalu berpadu (upgrade/diperbaharui)". Mengetahui hal tsb, akan membuat kita lebih berhati2 dengan apa yg kita pikirkan, krn setiap apa yg kita pikirkan otomatis akan mengupgrade kualitas batin kita. Jika kita sering2 berpikiran porno, maka selanjutnya batin kita akan merosot menjadi semakin mudah terpicu oleh hal2 yg porno. Demikian juga sebaliknya.

Membiasakan diri untuk tidak menanggapi pancingan lawan, akan mengupgrade batin kita menjadi lebih terbiasa untuk 'melepas' ego kita.

---

Contoh diatas adalah secuil dari esensi Abhidhamma yg dipraktikkan di kehidupan sehari-hari.
Masih banyak esensi Abhidhamma yg dapat kita praktekkan dalam hidup kita, misalnya berdana (sebelum, saat dan sesudah) dll sebagainya. Jika dapat mempraktikkan hal2 tsb, maka kita perlahan2 mulai mengikis 'ego' kita, kita menjadi sedikit lebih tenang dibanding sebelumnya. Batin yg tenang akan lebih memudahkan kita untuk 'sadar'. Sungguh sulit memaksakan 'sadar' terhadap batin yg belum tenang.

::


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 31 July 2008, 12:06:37 PM
Berikut ini saya kutip dari tanya jawab di buku "Buddha Dhamma dalam kehidupan sehari-hari" (Buddhism in daily life) ~ Nina Van Gorkom (seorang ahli dan praktisi Abhidhamma) yaitu sbb :

Penanya :
Jadi dengan hanya melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, sudah merupakan praktek dari "Vipassana"? Tetapi banyak orang berpendapat bahwa cara bermeditasi seperti ini sangat rumit, dimana orang hanya dapat melatihnya di pusat-pusat latihan meditasi. Dan hal inilah yg menyebabkan banyak orang tidak berniat mencobanya. Akan tetapi dari pembicaraan kita, timbul pandangan bahwa "Vipassana" hanya melihat segala sesuatu sebagaimana adanya dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana menurut pendapat Anda, Apakah seseorang harus mempunyai pengertian-pengertian teoritis sebelum melaksanakan "Vipassana"?

Nina Van Gorkom :
Istilah "Meditasi" membuat orang menjadi takut. Mereka berpikir bahwa hal itu sebagai sesuatu yg sangat rumit. Pada kenyataannya, seseorang tidak harus melakukan hal-hal yg istimewa (khusus) dalam melakukan meditasi. Sebelum seseorang mulai melaksanakan meditasi, ia perlu menghayati teori-teorinya terlebih dahulu. Seseorang tidak harus mengetahui unsur-unsur bathin dan jasmani (Nama dan Rupa) secara terinci. Akan tetapi, seseorang harus mengetahui bahwa badan itu hanyalah terbentuk dari unsur-unsur fisik, yg berbeda dengan unsur-unsur mental.
Banyak unsur fisik yg berbeda, dan unsur tersebut terus-menerus berubah. Juga banyak unsur mental yg berbeda. Satu "Citta" timbul dan langsung tenggelam, kemudian disusul dgn timbulnya "Citta" yg lain dan tenggelam kembali. "Citta" timbul dan tenggelam berkesinambungan dalam jangka waktu yg sangat singkat.
Melihat adalah salah satu bentuk "Citta". Mendengar adalah "Citta" yg lain, yg berbeda dgn "Citta" melihat. Berpikir adalah "Citta" yg lain lagi. Semua itu berbeda satu sama lainnya.
Peningkatan latihan "Vipassana" bukan berarti menjadikan seseorang harus selalu sadar akan segala bentuk-bentuk unsur yg berbeda pada setiap saat. Kita mengetahui bahwa hal demikian tidak mungkin dapat dilakukan sampai pada taraf-taraf tertentu. Tidak ada satupun yg harus kita lakukan secara istimewa. Seseorang dapat melakukan segala kegiatan sebagaimana biasanya seperti yg biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang secara bertahap akan mulai mengerti bahwa sesungguhnya yg ada hanyalah gejala fisik dan mental dan gejala-gejala itu benar-benar timbul secara alamiah, serta selalu timbul pada setiap saat.
Ketika seseorang mulai merasakan pentingnya menyadari semua gejala ini, maka kesadarannya akan timbul sedikit demi sedikit dengan sendirinya. Seseorang akan mengalami bahwa kesadaran akan dapat timbul bila ada kondisi yg benar-benar tepat.
Pada mulanya, tidak menjadi masalah bila kita tidak menyadari secara keseluruhan gejala-gejala itu. Tetapi sangat penting untuk di mengerti bahwa kesadaran itu bukan "Aku" , dan sebuah gejala mental yg timbul harus sesuai dgn kondisinya.
Dari pengertian ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa timbulnya kesadaran tidak dapat dipaksakan.
Dengan lebih mengerti lagi gejala-gejala fisik dan mental dan menyadarinya dalam kehidupan sehari-hari , maka kebijaksanaan akan dapat meningkat. Melalui kebijaksanaan ini, maka perbuatan-perbuatan baik akan bertambah dan perbuatan-perbuatan jahat akan berkurang.

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 31 July 2008, 12:17:29 PM

Sitagu Sayadaw:

Since Vipassana meditation takes the Abhidhamma as its sole object of contemplation, Vipassana and Abhidhamma cannot be separated. And while it may not be said that one can practice Vipassana only after one has mastered the Abhidhamma, Vipassana meditation and the study of Abhidhamma remain one and the same thing. Because mind, mental factors and matter are forever bound up with this fathom-long body, the study and learning of this subject, and the concentrated observation of the nature of mind, mental factors and matter are tasks which cannot be distinguished.

sumber: http://www.abhidhamma.org/sitagu%20sayadaw.htm
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 31 July 2008, 12:42:23 PM
Vipassana
 
 A.  I understand that in the development of Vipassana we lean to see things as they are.  Seeing things as they are means: seeing nama and rupa as they are.  So we should distinguish nama and rupa from each other more clearly.  Rupa is that which does not experience anything.  Can we say that nama is that which experiences and rupa is that which is experienced?

 B.  You say that rupa is that which is experienced.  Your words imply that nama cannot be experienced.  Nama experiences not only rupa but it experiences nama as well.  Can you not notice it when there is a happy feeling, when there is aversion, when there is thinking?  It is not 'self' which notices this, but nama.  Nama knows nama at those moments.

 A.  In vipassana we develop awareness.  Awareness is always awareness of something.  I am not sure that I understand what awareness is.

 B.  The Pali term 'sati' is translated into English by 'awareness'.  The word awareness might create confusion.  When we say that we are aware of something it might only mean that we know or experience something- without there being sati.  It is, however, not important which word we use to name the reality which is sati, but it is essential to know its characteristic.

 Sati is a sobhana cetasika (beautiful mental factor) which arises only with a sobhana citta.  Each sobhana citta is accompanied by sati.  Sati prevents one from unwholesomeness.  When we are generous there is sati with the wholesome citta; when we think of the virtues of the Buddha there is sati with the wholesome citta.  When we develop insight and we realize a characteristic of nama or rupa there is sati with the wholesome citta.  No matter whether we perform dana, sila or bhavana, there is sati with the wholesome citta, but the quality of sati is different at these different moments.

 In the development of vipassana it is panna (wisdom) which knows the characteristic of the nama or the rupa which appears through one of the six doors, but this kind of panna cannot arise unless there is also awareness of the reality which appears.  Sati in vipassana is awareness of nama and rupa.

 A.  How do I know that there is sati?

 B.  When characteristics of realities which appear are known, it is evident that there is also sati at the same time.  When, for example, hardness appears and it is known as hardness, as only a kind of rupa, then there is sati which is mindful of that characteristic.

 Realities appear through eyes, ears, nose, tongue, body-sense and mind-door.  These realities are not 'persons' or 'things', but are only namas and rupas.  The visible object (colour) is not a 'person' or a 'thing', it is only a kind of rupa which is experienced through the eye-door.  Seeing is not a 'person', nor is it 'self', it is only a kind of nama which experiences visible object.  Sound is not a 'person' or a 'thing', it is only a kind of rupa which is experienced through the ear-door. Hearing is not a 'person', it is not 'self', it is only a kind of nama which experiences sound.  Smell is not a 'person' or a 'thing', it is only a kind of rupa which is experienced through the door of the nose.  Smelling is not a 'person', not 'self', it is only a kind of nama which experiences smell.

 If sati is mindful of the realities which appear one at a time they can be known as they are: only namas and rupas, not 'self',  In this way there will be detachment from the concept of 'self'.  Thus we see that sati in vipassana is completely different from what we mean in conventional language by mindfulness or awareness.

 It is important to realize the difference between the moments when there is no sati and those when there is sati.  There is often forgetfulness of realities, but then sometimes there is sati.  We will know the difference from experience.  After there has been unawareness for many moments sati may arise.  it is not 'self' which is aware of the characteristic of the nama or rupa appearing at that moment, it is sati.  We cannot force sati to arise because it is a type of nama and not self.  It can arise only when there are conditions.

 A.  We cannot be aware of nama and rupa at the same time, but I should like to know how nama and rupa are related to each other.  When there is hearing there is also sound, which is rupa.  When there is seeing there is also colour, which is rupa.  Feeling is nama, but what kind of rupa causes feeling?

 B.  Do you want to have a theoretical knowledge of all namas and rupas or do you want to develop the wisdom which knows by experience the characteristics of the phenomena appearing through the five senses and through the mind-door?  There are different levels of wisdom and we should find out what kind of wisdom we are developing.

 There are several kinds of rupa, some of which are conditioned by kamma, some by citta, some by temperature and some by food.  There are many kinds of nama.  Nama can condition rupa and rupa can condition nama in many different ways.

 A.  Why do you use the word 'condition'?  Is condition the same as cause?

 B.  When we speak about cause we usually think of one cause which brings about one effect.
There are, however, many different kinds of conditions for each nama and for each rupa.  For example, when there is seeing, colour conditions the seeing by way of object.  But seeing does not have only colour as its condition.  Eye-sense, which is another kind of rupa, conditions the seeing too.  In studying the teachings we shall know more about the different conditions and about how complex the process of knowing an object is.

 We should know what kind of wisdom we want to develop; do we want to develop only that knowledge which is knowing the truth in theory and thinking about it, or do we want to develop the wisdom which knows the truth by direct experience?

 A.  I do not understand the difference between thinking about the truth and the direct experience of the truth.  How can we directly experience the truth?

 B.  The truth can be known from direct experience; however, it is not 'self' who knows it, but panna.  Panna can know different characteristics of nama and rupa when they appear.  When for example, we feel pain, this characteristic can be known.  It is not necessary to think about the pain.  When we start to think about the pain or we call it 'pain', the characteristic of pain cannot be known.  Only the characteristic of what appears at the present moment can be directly known.  Knowledge acquired from the direct experience of characteristics which appear is deeper than knowledge acquired from thinking about a phenomenon which has fallen away already or which has not yet appeared.

 A.  But pain can last for some moments.

 B.  It falls away immediately, but it can arise again and again.  We think that pain lasts, as we cannot yet directly experience the impermanence of realities.

 A.  When there is seeing, the seeing is conditioned by the rupa which is colour and by the rupa which is eye-sense.  Could I experience the rupas which condition the seeing?

 B.  It is important to remember that we can experience only the nama or rupa which appears at the present moment; not the nama or rupa which does not appear.  It depends on one's accumulations and on the development of wisdom which types of nama and rupa one can experience directly.  It is impossible to regulate which namas and rupas we should experience and in which order we should experience them.

 A.  Is it right that we should not name realities since the nama or the rupa has fallen away by the time we name it?

 B.  Is thinking of the name a reality?  Does it appear?

 A.  Yes, it appears, it is a kind of nama.  We cannot help it that this kind of nama appears.

 B.  That is right, it arises because there are conditions.  Do you not think that this reality can be known as well?  When there is seeing, the characteristic of seeing can be known.  When the nama which thinks of the word 'seeing' appears, there is a kind of nama which is different from seeing.  If we try to regulate awareness and think there should or should not be awareness of certain realities, we do not realize that awareness is anatta, not 'self'.  Nama and rupa arise because of conditions; they are beyond control.  If we try to control sati we will not know realities as they are.

 A.  I still think that it is better not to think of the names of phenomena.  Am I right?

 B.  There is no need to think of their names; the characteristics of nama and rupa can be directly experienced.  But if the nama arises which thinks of a name, we cannot prevent it; this is again another reality which can be known too.

 A.  I have heard that the four applications of mindfulness or 'maha-satipatthana' are: body, feelings, cittas and dhammas.  How can I be aware in accordance with the four applications of mindfulness?

 B.  There is no need to think of the four applications of mindfulness when we are aware.  We can develop knowledge only of the reality which appears at the present moment.  The Buddha spoke about the four applications of mindfulness in order to show people that all namas and rupas can be the object of mindfulness.  He did not mean that we should think of those four applications when we are aware.  We cannot control which nama or rupa will appear; they are anatta (not self).

 A.  Can the so-called 'ego' be the object of mindfulness?  In which application of mindfulness is it included?

 B.  Where is your 'ego' and what are its characteristics?  How do you experience it and through which door?  Do you experience it through eyes, ears, nose, tongue, body-sense or mind-door?

 A.  I do not experience the self.  I can only think of the self.

 B.  We could think of many different things, but the reality of that moment is only thinking.  In the development of insight we learn that thinking of the self and what we take for self is only nama and rupa which arise and fall away.  There is nothing else besides nama and rupa.  Since there is no 'ego' it is not included in any of the four applications of mindfulness.

 A.  What about realities outside ourselves?  Those we do not take for self, is that right?

 B.  Can you give an example of realities outside ourselves?

 A.  I mean realities such as a bottle, a table or a chair.

 B.  A bottle, a table or a chair we take for things which stay so long as they are not known as different kinds of rupas which arise and fall away.  To take something for 'self' does not merely mean that we think 'It is I', it means that we do not see it as it really is: as phenomena which arise and fall away.  The wrong understanding of reality can only be eliminated if there is the knowing of the characteristic of the phenomena which present themselves one by one through the different doorways.

 A.  I heard of people who concentrate on the movement of the abdomen.  They say that sometimes there is awareness of the arising and falling of rupa and sometimes there is awareness of the knowing of the arising and falling of rupa.  Is this the right way of developing awareness?

 B.  What we call abdomen is in reality many different kinds of rupa.  Sati can be aware of only one characteristic of rupa at a time.  For example, through the body-sense we can experience the characteristics of hardness, softness, heat, cold, motion and pressure, but we can experience only one of these characteristics at a time.

 A.  When we experience the rupa which is motion do we not experience the arising and falling away of a rupa?

 B.  In the development of vipassana there are many stages of insight (nana).  The first stage is knowing by direct experience the difference between the characteristics of nama and rupa (in Pali: nama-rupa-pariccheda-nana).  When this stage has been attained there is no more doubt about the difference between the characteristics of nama and rupa.  Only at a later stage can the arising and falling away of nama and rupa be known.  This stage cannot be attained unless the previous stages have been realized.  How can there be the experience of the arising and falling away of phenomena if the difference between the characteristics of nama and rupa are not clearly discerned?

 A.  Is the arising and falling away of rupa faster than the movement of the abdomen?

 B.  Namas and rupas arise and fall away very quickly.  Only when insight is highly developed can one experience the arising and falling away of nama and rupa.

 Why should we concentrate on the abdomen?  The whole day there are countless namas and rupas which arise and fall away.  We may be aware of hearing and after that we may be aware of thinking, which could not arise unless hearing had fallen away.  But we cannot yet experience the arising and falling away.  Our knowledge of different characteristics has to become keener and keener.

 A. How could this knowledge become keener?

 B. Only by being aware of namas and rupas when they appear, one at a time. Is there not seeing now, or hearing now? If one concentrates on the movement of the abdomen one will not realize other characteristics of nama and rupa. We cannot help it that realities such as seeing, hearing or thinking appear. Should we not know their characteristics? Or should we continue to remain ignorant of them? If   we try to concentrate on one nama or rupa we are clinging and this will not lead to detachment from the concept of self.

 A. It seems that we have to be aware of such a lot of different namas and rupas.

 B. We have to continue to be aware in order to become detached from the notion of self. It is not sufficient to be aware of only one kind of nama or rupa. There should be awareness of whatever reality appears. If there is the right awareness, without the concept of self which has awareness, there will be a condition for panna gradually to know more namas and rupas. There is no 'self' which can control anything.

 A. I can see that it is useful to know in theory about the different between nama and rupa. But when we are aware of nama and rupa I am inclined to think that it is not necessary to distinguish between them; I doubt whether that will help us to become detached from the concept of self.

 B. How can we have a precise knowledge of realities if we cannot realize the different between the reality which experiences something, feels or remembers, and the  reality which does not experience anything? If we do not realize the difference between nama and rupa we confuse for example hearing and sound. Only one characteristic appears at a time. If we do not know which characteristic appears, hearing or sound, it is clear that we are still ignorant of the characteristic which appears at the present moment.

 A. The reality of the present moment falls away so quickly, how can we ever catch it?

 B. If we try to 'catch' a reality, we do not have the right understanding and thus the truth will not be known. Realities are experienced through the sixth door-ways, but if insight has not been developed we cannot clearly know which reality is experienced through which doorway. As long as there is no precise knowledge of the characteristics of realities , there can be no detachment from the concept of 'self'. When insight is more developed, panna will know which reality is experienced through which doorway.

 A.  Is it difficult to know that a reality is nama or that it is rupa? It does not seem very difficult.

 B. You may think that it is very simple to know that seeing is a kind of nama, and different from visible object, which is rupa; but are you sure as to what appears at the present moment whether it is nama or whether it is rupa?

 A. No, I am not sure. It seems as if seeing and visible object appear at the same time.

 B. Awareness can be aware of only one reality at a time. If it seems to us that seeing and visible object 'appear' at the same time, then there is no sati, there is only thinking about phenomena. In our practice we have not yet developed the precise knowledge of realities such that they are known one by one. We know in theory that nama is different from rupa, but that is not the panna which leads to detachment from the concept of 'self'.

 The different between the nama and rupa which appear should be known, but we should not try to 'catch' the reality of the present moment. We have only just started to develop insight- there cannot yet be a clear knowledge of realities. When characteristics have been experienced time and again, wisdom will develop until it is so keen that we do not take things for 'self' anymore.

http://www.dhammastudy.com/mental4.html
Sumber : Mental Development in Daily Life by Nina van Gorkom

_/\_ :lotus:

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 31 July 2008, 02:19:54 PM
Berikut ini saya kutip dari tanya jawab di buku "Buddha Dhamma dalam kehidupan sehari-hari" (Buddhism in daily life) ~ Nina Van Gorkom (seorang ahli dan praktisi Abhidhamma) yaitu sbb :

Bagus sekali artikelnya mam. Dan keliatannya (karena belum kenal atau info ttg dia) mempraktekan vipasanna dengan baik sehingga bisa disebut ahli dan praktisi Abhidhamma yg sebenarnya. Bagaimana dengan diri kita sendiri?  ;D  _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 31 July 2008, 02:36:46 PM
Mari kita renungkan dan praktekkan.... ;D

(http://i352.photobucket.com/albums/r352/lily_warsiti/Nina_van_Gorkom.jpg)

Btw...Nina van Gorkom (foto atas) adalah orang Belanda dan suaminya pernah menjabat sebagai duta Belanda di Indonesia. Suaminya juga Buddhis dan Mereka sekarang tinggal di Belanda. Coba baca artikel yg di bawah ini :

Interview with Nina van Gorkom 
September 1999
by Robert Kirkpatrick

Nina van Gorkom was born in 1928 to a family of socialist intellectuals. Her father was a member of the Dutch parliament. She studied at Leyden University and during this time she became a catholic. In 1952, she married Lodewijk van Gorkom, a Dutch diplomat.

In 1965, Lodewijk was posted to Thailand and Nina started learning Thai language. She took a keen interest in Buddhism, attending classes for foreigners at Wat Mahathat. There she met, in the summer of 1966, Sujin Boriharnwanaket. Impressed by the profundity of the Buddhist teachings, she became convinced of the truth of the Buddha’s words and later assisted Khun Sujin in discussions about Buddhism for Thai radio stations. These talks were later published as Buddhism in Daily Life, her first book. 

Nina and Lodewijk left Thailand in 1970 and lived in Japan, New York, Indonesia (where Lodewijk was the Dutch ambassador) and Austria. Lodewijk retired in 1990 and they now live in The Hague in Holland. 

Nina’s writings are well-known amongst English speaking Buddhists, and she is highly respected in Thailand where several of her books have been translated into Thai language with (after many reprints) over one hundred thousand copies now. Her books have also been translated in Sri Lanka, Indonesia, Nepal and Germany.

What started your interest in Buddhism?
When I came to Thailand, I was impressed with the kindness and graciousness of Thai people. I wanted to understand their culture. Once I began to study Buddhism, I wanted to apply it to my life rather than just learn it as a philosophy. After I met Sujin Boriharnwanaket I was able to ask any number of questions. I just kept coming and asking. Her answers always related to nama and rupa (mind and matter), to the realities that we experience every moment in daily life. 

How did studying Buddhism affect your life as a catholic?
Khun Sujin told me to continue going to church. She said that by studying nama and rupa I would come to see what was most helpful in life. After a while I just stopped going to the church and spent all my time in Buddhist activities.

What attracted you about Khun Sujin?
She explained so clearly the realities that arise at the different doorways. She always reminds us “what about this moment now, what appears?” What is the aim of vipassana: to get something for ourselves? The aim is detachment from the self, from the beginning. Khun Sujin helps us to notice the subtle clinging to self. Even now, Lodewijk and I go regularly go to Thailand, to meet with Khun Sujin and other teachers, to discuss aspects of mind and matter. In October we are meeting Khun Sujin and other friends, in India, for Dhamma discussions.

When you write about the development of vipassana, you don’t speak about concentration methods or sitting practice.
Vipassana, insight, is actually panna (wisdom) which has been developed to clearly understand realities as they are, as non-self. It is not some special practice, it is not sitting or breathing. If one wishes to induce calm by sitting one still wants to get something. There is subtle clinging which can pass unnoticed. The aim of vipassana is to have less ignorance of realities, including our defilements, even subtle ones. Therefore it can and should be developed in daily life; any object can be an object for mindfulness and understanding.

But can’t sitting quietly be an assistance for mindfulness to arise?
Even mindfulness is anatta, non-self, it cannot be induced just by concentrating or trying to be calm or by sitting quietly. The conditions for mindfulness to arise are listening to the Buddha’s teaching, discussing, considering and pondering over realities. And it develops by studying realities as they appear in our daily lives. Some people find it difficult to accept that one cannot force sati to arise, and they wonder whether this means idleness. The Buddha taught us to develop all good qualities, such as generosity and metta, along with right understanding. It is understanding, actually, that should be emphasized.

Nevertheless, the Buddha taught concentration practices such as anapanasati- breathing mindfulness. Doesn’t that suggest that they are important?
We read about this in the scriptures because in the Buddha’s time there were people who were able to concentrate on the breath. This is a very subtle rupa, which is produced by citta. It is most difficult to be aware of breath, before one knows it one takes for breath what is something else, air produced by other factors, not breath. The commentary to the Kindred sayings V, The lamp, states that only Maha-Purisas, the great disciples can practice it in the right way. Thus, the Buddha did not teach that everyone should practice it. To those who were gifted, who had the accumulations to do so, he taught it. He explained that there is no self who is breathing, and that breath is only rupa.

How should we practice vipassana?
The situation is not: that a teacher tells you first what to do, that you “practise’ together, that you do this, then that, at a certain time, in a special place. There is no rule, there is no special technique. In fact, we don’t use the words practising vipassana, but rather: developing understanding of realities little by little, and that, quite naturally, in daily life. We should see the advantage of understanding different realities, different momentary conditions, to realize that there is no "me" who is developing but that wisdom gradually develops. That this development can only happen if the right conditions are present. It can’t occur because of wanting or forcing or pretending to ourselves that “we’ are making progress. However, understanding will, gradually, grow if there are the right conditions. It is anatta, not controllable by any self.


You write exclusively within the Theravada tradition. What is your feeling about other Buddhist traditions?
Khun Sujin explanations are based on the scriptures and commentaries of the Theravada teaching. But we do not have to name it Theravada, that is just a label .We should consider whether the teaching helps us to understand whatever reality is appearing at this moment. That is the test of truth – this very moment.

http://www.dhammastudy.com/ninabio.html

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 03:04:17 PM
Belajar Abhidhamma itu kayak pungutin tai ayam !
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 31 July 2008, 03:35:31 PM
tergantung tiap individu...

bagi sebagian mungkin seperti memungut tai ayam,
bagi yg lain bisa saja seperti memungut telur ayam.

objek adalah netral, pikiran kitalah yg membuat penilaian ini & itu
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 03:40:25 PM
Keknya enakan jadi kr****n deh :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 03:44:06 PM
tergantung tiap individu...

bagi sebagian mungkin seperti memungut tai ayam,
bagi yg lain bisa saja seperti memungut telur ayam.

objek adalah netral, pikiran kitalah yg membuat penilaian ini & itu

Protes aja ke Ajahn Chah yang konon udah menjadi arahat, itu pendapat beliau kok. ;D

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3372.0.html

Quote
Selama kunjungannya di Inggris, Ajahn Chah berceramah ke banyak kelompok-kelompok buddhis. Pada suatu malam setelah berceramah, dia mendapat pertanyaan dari seorang wanita Inggris terhormat yang menghabiskan waktu beberapa tahun mempelajari cybernetics komplex dari pikiran berdasarkan 89 kelompok kesadaran dalam buku teks psikologi Abhidhamma buddhis. Apakah Ajahn Chah berkenan untuk menjelaskan beberapa aspek di sistem psikologi yang rumit dan sulit kepadanya agar dia dapat meneruskan pelajarannya?

Dharma mengajarkan kita untuk melepas. Tapi pertama-tama, kita secara alamiah melekat pada prinsip-prinsip Dharma. Orang bijaksana mengambil prinsip-prinsip ini dan menggunakannya sebagai alat untuk menemukan esensi hidup.

Menyadari betapa si penanya terjebak dalam konsep intelektual daripada mendapatkan manfaat dari praktek di hatinya sendiri, Ajahn Chah menjawab dia dengan gamblang, "Anda, bu, seperti orang yang memelihara ayam betina di halaman rumah," jelasnya, "dan berkeliling halaman memunguti kotoran ayam ketimbang telornya."

http://www.what-buddha-taught.net/Books2/Ajahn_Chah_A_Still_Forest_Pool.htm

Kalau yang ngomong suchamda atau Pak Hud kalian tentu tidak menganggap, bukan?
Nah, sekarang tinggal diadu aja siapa yang lebih keren, Ajahn Chah atau Nina von Gorkom? ;D :))

Note : kalian berdiskusi buat apa?
so, kalau berdiskusi tolong berargumentasi berdasarkan nalar. Gak perlu jadikan forum ini jadi ajang promosi atau advertising.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 31 July 2008, 03:45:02 PM
ngapain jadi karesten,mending belajar kundalini abis itu dapat pencerahan penambahan lobha dosa moha.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 03:51:38 PM
Keknya enakan jadi kr****n deh :))

Kalok di karesten mang enak main mesra-mesraan tapi anda tambah terbuai dalam samsara.
Tapi kalok belajar Dharma, apalagi dapat guru bhikkhu hutan, mereka galak-galak, main lempar "tahi"....., tapi anda jadi sadar.

Silakan pilih saja yang mana.

Note :
Btw saya pernah baca tulisan salah satu member sini yang gak suka "dharma" yang sejuk2. :D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 31 July 2008, 03:55:44 PM
Belajar apapun (tidak hanya Abhdihamma) jika dilekati dan tidak dipraktikkan maka akan seperti memungut tahi ayam....

Ajahn Chah tidak ada 'menembak' Abhidhamma-nya, namun Ajahn Chah 'menembak' kemelekatan dan tidak adanya praktik (nanya2 doang, kehausan intelektual) si wanita itu.

Kita harus berhati-hati dalam mengeluarkan suatu pernyataan, bisa-bisa banyak yg akan salah mengerti dan salah menempuh jalan.

::

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 04:00:10 PM
Keknya enakan jadi kr****n deh :))

Kalok di karesten mang enak main mesra-mesraan tapi anda tambah terbuai dalam samsara.
Tapi kalok belajar Dharma, apalagi dapat guru bhikkhu hutan, mereka galak-galak, main lempar "tahi"....., tapi anda jadi sadar.

Silakan pilih saja yang mana.

Note :
Btw saya pernah baca tulisan salah satu member sini yang gak suka "dharma" yang sejuk2. :D
Biarin yang penting Surga dulu dah dapet kakakakak
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 04:00:58 PM
Belajar apapun (tidak hanya Abhdihamma) jika dilekati dan tidak dipraktikkan maka akan seperti memungut tahi ayam....

Ajahn Chah tidak ada 'menembak' Abhidhamma-nya, namun Ajahn Chah 'menembak' kemelekatan dan tidak adanya praktik (nanya2 doang, kehausan intelektual) si wanita itu.

Kita harus berhati-hati dalam mengeluarkan suatu pernyataan, bisa-bisa banyak yg akan salah mengerti dan salah menempuh jalan.

::



ooo,.........kalian gak melekat ya?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 31 July 2008, 04:03:13 PM
:))

Bisa tebak2an ya :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 04:09:39 PM
:))

Bisa tebak2an ya :))

Bukan tebak-tebakan.
Bagaimana bila Dharma Sang Buddha, dibicarakan hanya dalam koridor teoritis melulu? Dan itu sudah saya pantau semenjak 1 tahun bahkan lebih. Dharma yang kaku dan dijadikan mesin yang pejal. Dari diskusi mereka dengan Bp.Hudoyo pun dengan mudah disimpulkan demikian.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 31 July 2008, 04:09:52 PM
tergantung tiap individu...

bagi sebagian mungkin seperti memungut tai ayam,
bagi yg lain bisa saja seperti memungut telur ayam.

objek adalah netral, pikiran kitalah yg membuat penilaian ini & itu

Protes aja ke Ajahn Chah yang konon udah menjadi arahat, itu pendapat beliau kok. ;D

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3372.0.html

Quote
Selama kunjungannya di Inggris, Ajahn Chah berceramah ke banyak kelompok-kelompok buddhis. Pada suatu malam setelah berceramah, dia mendapat pertanyaan dari seorang wanita Inggris terhormat yang menghabiskan waktu beberapa tahun mempelajari cybernetics komplex dari pikiran berdasarkan 89 kelompok kesadaran dalam buku teks psikologi Abhidhamma buddhis. Apakah Ajahn Chah berkenan untuk menjelaskan beberapa aspek di sistem psikologi yang rumit dan sulit kepadanya agar dia dapat meneruskan pelajarannya?

Dharma mengajarkan kita untuk melepas. Tapi pertama-tama, kita secara alamiah melekat pada prinsip-prinsip Dharma. Orang bijaksana mengambil prinsip-prinsip ini dan menggunakannya sebagai alat untuk menemukan esensi hidup.

Menyadari betapa si penanya terjebak dalam konsep intelektual daripada mendapatkan manfaat dari praktek di hatinya sendiri, Ajahn Chah menjawab dia dengan gamblang, "Anda, bu, seperti orang yang memelihara ayam betina di halaman rumah," jelasnya, "dan berkeliling halaman memunguti kotoran ayam ketimbang telornya."

http://www.what-buddha-taught.net/Books2/Ajahn_Chah_A_Still_Forest_Pool.htm

Kalau yang ngomong suchamda atau Pak Hud kalian tentu tidak menganggap, bukan?
Nah, sekarang tinggal diadu aja siapa yang lebih keren, Ajahn Chah atau Nina von Gorkom? ;D :))

Note : kalian berdiskusi buat apa?
so, kalau berdiskusi tolong berargumentasi berdasarkan nalar. Gak perlu jadikan forum ini jadi ajang promosi atau advertising.
[/b]

Apa itu termasuk celoteh pikiran?

Maaf...kalo ada yg anggap itu adalah promosi.... menurut Tuhan Medho gimana ya?...

Anumodana... _/\_ :lotus:

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 31 July 2008, 04:12:06 PM
Quote
Selama kunjungannya di Inggris, Ajahn Chah berceramah ke banyak kelompok-kelompok buddhis. Pada suatu malam setelah berceramah, dia mendapat pertanyaan dari seorang wanita Inggris terhormat yang menghabiskan waktu beberapa tahun mempelajari cybernetics komplex dari pikiran berdasarkan 89 kelompok kesadaran dalam buku teks psikologi Abhidhamma buddhis. Apakah Ajahn Chah berkenan untuk menjelaskan beberapa aspek di sistem psikologi yang rumit dan sulit kepadanya agar dia dapat meneruskan pelajarannya?

Dharma mengajarkan kita untuk melepas. Tapi pertama-tama, kita secara alamiah melekat pada prinsip-prinsip Dharma. Orang bijaksana mengambil prinsip-prinsip ini dan menggunakannya sebagai alat untuk menemukan esensi hidup.

Menyadari betapa si penanya terjebak dalam konsep intelektual daripada mendapatkan manfaat dari praktek di hatinya sendiri, Ajahn Chah menjawab dia dengan gamblang, "Anda, bu, seperti orang yang memelihara ayam betina di halaman rumah," jelasnya, "dan berkeliling halaman memunguti kotoran ayam ketimbang telornya."

Dalam hal ini, Abhidhamma hanyalah "ayam"-nya (netral). Sikap seseoranglah yang membuat abhidhamma (ayam) itu bermanfaat (memungut telor) ataupun tidak bermanfaat (memungut kotoran). Jadi, belajar Abhidhamma belum tentu seperti "memungut kotoran ayam", tergantung dari cara belajarnya.

Kalo bicara "kotoran ayam", sebetulnya semua jenis pengetahuan juga bisa menjadi "telur" atau "kotoran". Kadang ada baiknya juga seseorang memungutnya supaya bisa melihat kenyataan apakah itu "telur" ataupun "kotoran", bukan mengikuti pendapat orang lain bahwa itu adalah "telur" ataupun "kotoran".


Keknya enakan jadi kr****n deh :))
Sama aja lho. 'kan disuruh "carilah dahulu kerajaan Allah", sementara "kerajaan Allah ada di dalam dirimu". Berarti tetep harus mengenali "diri" sendiri untuk "nyampe" ke sana  ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 04:13:07 PM
Belajar apapun (tidak hanya Abhdihamma) jika dilekati dan tidak dipraktikkan maka akan seperti memungut tahi ayam....

Ajahn Chah tidak ada 'menembak' Abhidhamma-nya, namun Ajahn Chah 'menembak' kemelekatan dan tidak adanya praktik (nanya2 doang, kehausan intelektual) si wanita itu.

Kita harus berhati-hati dalam mengeluarkan suatu pernyataan, bisa-bisa banyak yg akan salah mengerti dan salah menempuh jalan.

::



ooo,.........kalian gak melekat ya?


Biar nyambung coba isi poll yah tentang kemelekatan

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3820.0.html
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 04:13:37 PM
tergantung tiap individu...

bagi sebagian mungkin seperti memungut tai ayam,
bagi yg lain bisa saja seperti memungut telur ayam.

objek adalah netral, pikiran kitalah yg membuat penilaian ini & itu

Protes aja ke Ajahn Chah yang konon udah menjadi arahat, itu pendapat beliau kok. ;D

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3372.0.html

Quote
Selama kunjungannya di Inggris, Ajahn Chah berceramah ke banyak kelompok-kelompok buddhis. Pada suatu malam setelah berceramah, dia mendapat pertanyaan dari seorang wanita Inggris terhormat yang menghabiskan waktu beberapa tahun mempelajari cybernetics komplex dari pikiran berdasarkan 89 kelompok kesadaran dalam buku teks psikologi Abhidhamma buddhis. Apakah Ajahn Chah berkenan untuk menjelaskan beberapa aspek di sistem psikologi yang rumit dan sulit kepadanya agar dia dapat meneruskan pelajarannya?

Dharma mengajarkan kita untuk melepas. Tapi pertama-tama, kita secara alamiah melekat pada prinsip-prinsip Dharma. Orang bijaksana mengambil prinsip-prinsip ini dan menggunakannya sebagai alat untuk menemukan esensi hidup.

Menyadari betapa si penanya terjebak dalam konsep intelektual daripada mendapatkan manfaat dari praktek di hatinya sendiri, Ajahn Chah menjawab dia dengan gamblang, "Anda, bu, seperti orang yang memelihara ayam betina di halaman rumah," jelasnya, "dan berkeliling halaman memunguti kotoran ayam ketimbang telornya."

http://www.what-buddha-taught.net/Books2/Ajahn_Chah_A_Still_Forest_Pool.htm

Kalau yang ngomong suchamda atau Pak Hud kalian tentu tidak menganggap, bukan?
Nah, sekarang tinggal diadu aja siapa yang lebih keren, Ajahn Chah atau Nina von Gorkom? ;D :))

Note : kalian berdiskusi buat apa?
so, kalau berdiskusi tolong berargumentasi berdasarkan nalar. Gak perlu jadikan forum ini jadi ajang promosi atau advertising.
[/b]

Apa itu termasuk celoteh pikiran?

Maaf...kalo ada yg anggap itu adalah promosi.... menurut Tuhan Medho gimana ya?...

Anumodana... _/\_ :lotus:

_/\_ :lotus:

Bu Lily, kalau dianalisa dengan Abhidhamma dan praktek vipassana sehari-hari anda  (katanya), bagaimanakah penjabaran proses citta yang muncul dibenak anda waktu menuliskan itu?

Kalau melihat bunga-bunga teratai dan "anumodana" nya, sih rasanya kusala citta yah?  ;D
Jadi, ini manfaat belajar Abhidhamma selama bertahunan? ;D
Mohon koreksi kalau salah.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 31 July 2008, 04:21:07 PM
:))

Bisa tebak2an ya :))

Bukan tebak-tebakan.
Bagaimana bila Dharma Sang Buddha, dibicarakan hanya dalam koridor teoritis melulu? Dan itu sudah saya pantau semenjak 1 tahun bahkan lebih. Dharma yang kaku dan dijadikan mesin yang pejal. Dari diskusi mereka dengan Bp.Hudoyo pun dengan mudah disimpulkan demikian.


Namanya juga forum. Dan tidak semuanya yg bicara teori tidak melakukan praktek toh, ada juga yg berdasarkan pengalaman. Kalo ada yg praktek tidak berbagi atau hanya terpaku untuk melihat satu sudut pandang saja, kasian Tuhan medho dan lain2 dong..dan disini juga banyak yg masih mo belajar khan...ngak mungkinlah anak Tk di suruh lompat ke unirversitas dan semuanya harus dipukul rata. So menurut saya semua variasi yg ada di forum hendaknya di sikapi oleh batin yg melihat apa adanya saja. So it's ok lah . Kalaupun ada yg salah dan yg benar itu hal yg alami, dan lagian yg disini belum ada yg jadi arahat khan...semua masih proses.   ;D_/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 31 July 2008, 04:22:41 PM
“Saya seperti pohon di hutan. Burung datang ke pohon, hinggap di dahan, dan makan buah. Bagi burung, buahnya mungkin manis atau asam atau lainnya. Tetapi pohon itu tidak mengetahui apapun. Burung itu berkata manis atau berkata asam, tetapi dari sudut pandang pohon itu, hal ini hanyalah celoteh burung.”
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: san on 31 July 2008, 04:24:05 PM
Baca thread ini jadi inget cerita di MPH Ajahn Brahm tentang orang yang makan di restoran bagus, enak n mahal:
 "STOP!! Makan :) "
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 31 July 2008, 04:24:28 PM
ada kok anak TK yang disuruh lompat ke universitas contohnya xxxxxxx(ge sensor sendiri namanya).....alhasil keblinger soal Dhamma dan cuman bisa berkoak koak untuk diam tapi ga bisa diam. salah siapa?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 04:25:46 PM
Gw berani jamin , disini semua masih melekat kakakakak :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 31 July 2008, 04:26:19 PM
:)) hebat juga Tuhan bersyair . Amin suhu. Yg penting hasilin buah terus ya :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 31 July 2008, 04:27:23 PM
Gw berani jamin , disini semua masih melekat kakakakak :))

Jaminannya apa ryu? :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 04:28:04 PM
:))

Bisa tebak2an ya :))

Bukan tebak-tebakan.
Bagaimana bila Dharma Sang Buddha, dibicarakan hanya dalam koridor teoritis melulu? Dan itu sudah saya pantau semenjak 1 tahun bahkan lebih. Dharma yang kaku dan dijadikan mesin yang pejal. Dari diskusi mereka dengan Bp.Hudoyo pun dengan mudah disimpulkan demikian.


Namanya juga forum. Dan tidak semuanya yg bicara teori tidak melakukan praktek toh, ada juga yg berdasarkan pengalaman. Kalo ada yg praktek tidak berbagi atau hanya terpaku untuk melihat satu sudut pandang saja, kasian Tuhan medho dan lain2 dong..dan disini juga banyak yg masih mo belajar khan...ngak mungkinlah anak Tk di suruh lompat ke unirversitas dan semuanya harus dipukul rata. So menurut saya semua variasi yg ada di forum hendaknya di sikapi oleh batin yg melihat apa adanya saja. So it's ok lah . Kalaupun ada yg salah dan yg benar itu hal yg alami, dan lagian yg disini belum ada yg jadi arahat khan...semua masih proses.   ;D_/\_

Masalahnya, topiknya apa pak??
Apakah sudah membahas essensinya??
Apa saja dan bagaimana relevansi komentar2 yg dituliskan oleh supporter abhidhammaic disini dengan vipassana?

See the problem?

Note : saya merasa yakin, bahwa Pak Hudoyo bersusah payah menjelaskan kepada kalian (tentu dengan pengorbanan) adalah semata-mata demi manfaat kemajuan batin kalian sendiri. Saya saja prihatin, apalagi Pak Hudoyo yang memang berpengalaman dalam aspek teoritis maupun praktek vipassana.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 31 July 2008, 04:29:08 PM
Apa itu termasuk celoteh pikiran?

Maaf...kalo ada yg anggap itu adalah promosi.... menurut Tuhan Medho gimana ya?...

Anumodana... _/\_ :lotus:

_/\_ :lotus:

Bu Lily, kalau dianalisa dengan Abhidhamma dan praktek vipassana sehari-hari anda  (katanya), bagaimanakah penjabaran proses citta yang muncul dibenak anda waktu menuliskan itu?

Kalau melihat bunga-bunga teratai dan "anumodana" nya, sih rasanya kusala citta yah?  ;D
Mohon koreksi kalau salah.

Bro Suchamda yang baik...

Waktu saya bertanya itu...di situ ada akusala citta yang halus yg muncul dengan cepat sekali...setelah saya sadari...objek adalah netral dan tergantung gimana batin saya meresponnya... akhirnya timbul  kusala citta (kata maaf itu) dengan cepat sekali dan sampai muncul kata "anumodana" itu masih muncul kusala citta. begitulah citta... ketika berhadapan dengan objek... citta yang baik dan buruk maupun netral selalu muncul padam dengan cepat sekali.

Semoga jawaban saya berkenan buat Bro Suchamda....sadhu3x...

_/\_ :lotus:  
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 04:29:54 PM
Kalo ada disini yang gak melekat, potong tuh kuping si Pus kakakakak :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 04:33:33 PM
Kalo ada disini yang gak melekat, potong tuh kuping si Pus kakakakak :))

Setuju!
Saya egonya paling besooarrr :))

Btw, tugas dan misi saya disini rasanya cukup sampai disini saja, yaitu cuman ingin menggoncang kemapanan dan kebekuan. Mudah2an kalian merefleksi kembali apa yg muncul dari dialog ini.
Saya yakin kalau anda simak kembali, pasti ada manfaatnya.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 31 July 2008, 04:33:55 PM
:)) hebat juga Tuhan bersyair . Amin suhu. Yg penting hasilin buah terus ya :))
aye cuma niru ajahn chah >:D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 31 July 2008, 04:34:22 PM
Gw berani jamin , disini semua masih melekat kakakakak :))

:jempol:
Ya lah... kalo ga melekat... udah suci dong? ;D

Melekat = lobha

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 31 July 2008, 04:39:47 PM
:))

Bisa tebak2an ya :))

Bukan tebak-tebakan.
Bagaimana bila Dharma Sang Buddha, dibicarakan hanya dalam koridor teoritis melulu? Dan itu sudah saya pantau semenjak 1 tahun bahkan lebih. Dharma yang kaku dan dijadikan mesin yang pejal. Dari diskusi mereka dengan Bp.Hudoyo pun dengan mudah disimpulkan demikian.


Namanya juga forum. Dan tidak semuanya yg bicara teori tidak melakukan praktek toh, ada juga yg berdasarkan pengalaman. Kalo ada yg praktek tidak berbagi atau hanya terpaku untuk melihat satu sudut pandang saja, kasian Tuhan medho dan lain2 dong..dan disini juga banyak yg masih mo belajar khan...ngak mungkinlah anak Tk di suruh lompat ke unirversitas dan semuanya harus dipukul rata. So menurut saya semua variasi yg ada di forum hendaknya di sikapi oleh batin yg melihat apa adanya saja. So it's ok lah . Kalaupun ada yg salah dan yg benar itu hal yg alami, dan lagian yg disini belum ada yg jadi arahat khan...semua masih proses.   ;D_/\_

Masalahnya, topiknya apa pak?? Jelas om ;D
Apakah sudah membahas essensinya??saya rasa ada yg sudah membahasnya dan ada juga yg tidak membahasnya atau belum menangkap essensinya
Apa saja dan bagaimana relevansi komentar2 yg dituliskan oleh supporter abhidhammaic disini dengan vipassana?  koq jadi kubu2an, kayak sepak bola aja  ;D

See the problem? Is there any problem or just your thought?

Note : saya merasa yakin, bahwa Pak Hudoyo bersusah payah menjelaskan kepada kalian (tentu dengan pengorbanan) adalah semata-mata demi manfaat kemajuan batin kalian sendiri. Saya saja prihatin, apalagi Pak Hudoyo yang memang berpengalaman dalam aspek teoritis maupun praktek vipassana. Terima kasih Pak Hudoyo menjelaskan kita2 yg kadang bandel dengan sabar, jangan bosan ya  _/\_
[/b]




Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 04:41:17 PM
Bro Suchamda yang baik...

Waktu saya bertanya itu...di situ ada akusala citta yang halus yg muncul dengan cepat sekali...setelah saya sadari...objek adalah netral dan tergantung gimana batin saya meresponnya... akhirnya timbul  kusala citta (kata maaf itu) dengan cepat sekali dan sampai muncul kata "anumodana" itu masih muncul kusala citta. begitulah citta... ketika berhadapan dengan objek... citta yang baik dan buruk maupun netral selalu muncul padam dengan cepat sekali.

Semoga jawaban saya berkenan buat Bro Suchamda....sadhu3x...

_/\_ :lotus: 

Bu Lily,
setahu saya, dan menurut pengalaman saya, semakin jauh kita bervipassana, maka kita akan semakin banyak melihat munculnya gerak batin yang sangat halus sekali, termasuk proses metamorfosis si "aku" yg sedemikian licik.

Saya sendiri menyadari dalam menulis semua yg diatas, akusala citta banyak bermunculan, akan tetapi tidak saya tolak, karena saya tahu tujuan saya adalah untuk mengaggetkan kalian dengan hal yang kontroversial. Semata-mata untuk kebaikan kalian. Saya sadar sepenuhnya bahwa dengan kelakuan saya akan mendapat stigma aneh, kasar, pemarah, sesat, egois, dsb. Tapi biarlah.
Walaupun demikian, senyatanya dibelakang sini, saya sedari tadi bercanda dengan salah seorang netter mentertawakan semua ini. Tapi kalau gara-gara penilaian anda thd saya yg buruk kemudian mengabaikan inti pesan yang ingin saya sampaikan melalui semua "kegilaan" ini, sungguhlah amat disayangkan.

Saran saya kepada bu Lily, cobalah belajar vipassana lebih baik dan lepaskan teori.

Salam,
Suchamda
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 31 July 2008, 04:44:00 PM
Note : saya merasa yakin, bahwa Pak Hudoyo bersusah payah menjelaskan kepada kalian (tentu dengan pengorbanan) adalah semata-mata demi manfaat kemajuan batin kalian sendiri. Saya saja prihatin, apalagi Pak Hudoyo yang memang berpengalaman dalam aspek teoritis maupun praktek vipassana.

Ajang promosi juga kah?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 31 July 2008, 04:46:28 PM
Kalo ada disini yang gak melekat, potong tuh kuping si Pus kakakakak :))

Setuju!
Saya egonya paling besooarrr :))

Btw, tugas dan misi saya disini rasanya cukup sampai disini saja, yaitu cuman ingin menggoncang kemapanan dan kebekuan. Mudah2an kalian merefleksi kembali apa yg muncul dari dialog ini.
Saya yakin kalau anda simak kembali, pasti ada manfaatnya.

Walaupun itu hanya tugas dan misi...tapi akusala citta yang muncul sudah banyak sekali dan itu akan terus berproses....

Anumodana... _/\_

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 04:49:19 PM
Kalo ada disini yang gak melekat, potong tuh kuping si Pus kakakakak :))

Setuju!
Saya egonya paling besooarrr :))

Btw, tugas dan misi saya disini rasanya cukup sampai disini saja, yaitu cuman ingin menggoncang kemapanan dan kebekuan. Mudah2an kalian merefleksi kembali apa yg muncul dari dialog ini.
Saya yakin kalau anda simak kembali, pasti ada manfaatnya.

Walaupun itu hanya tugas dan misi...tapi akusala citta yang muncul sudah banyak sekali dan itu akan terus berproses....

Anumodana... _/\_

_/\_ :lotus:


Disinilah perbedaannya vipassana anda dan vipassana Pak Hudoyo !
Anda masih memakai usaha.
Dan juga pakai teori2, baik vs buruk.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 04:50:50 PM
Sebagaimana ia mengajari orang lain, demikianlah hendaknya ia berbuat.
Setelah ia dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, hendaklah ia
melatih orang lain. Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri
sendiri.(DHAMMAPADA, syair 159)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 04:52:05 PM
Note : saya merasa yakin, bahwa Pak Hudoyo bersusah payah menjelaskan kepada kalian (tentu dengan pengorbanan) adalah semata-mata demi manfaat kemajuan batin kalian sendiri. Saya saja prihatin, apalagi Pak Hudoyo yang memang berpengalaman dalam aspek teoritis maupun praktek vipassana.

Ajang promosi juga kah?

Sekedar informasi ajah, supaya kalian lebih bisa berdiskusi dengan sehat.
Berdiskusi, bukan sekedar terjebak melecehkan / menilai orang egonya besar atau kecil. Itu tiada manfaatnya.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 31 July 2008, 04:53:48 PM
 :jempol: Ryu :jempol:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 31 July 2008, 04:54:55 PM
Bu Lily,
setahu saya, dan menurut pengalaman saya, semakin jauh kita bervipassana, maka kita akan semakin banyak melihat munculnya gerak batin yang sangat halus sekali, termasuk proses metamorfosis si "aku" yg sedemikian licik.

Saya sendiri menyadari dalam menulis semua yg diatas, akusala citta banyak bermunculan, akan tetapi tidak saya tolak, karena saya tahu tujuan saya adalah untuk mengaggetkan kalian dengan hal yang kontroversial. Semata-mata untuk kebaikan kalian. Saya sadar sepenuhnya bahwa dengan kelakuan saya akan mendapat stigma aneh, kasar, pemarah, sesat, egois, dsb. Tapi biarlah.
Walaupun demikian, senyatanya dibelakang sini, saya sedari tadi bercanda dengan salah seorang netter mentertawakan semua ini. Tapi kalau gara-gara penilaian anda thd saya yg buruk kemudian mengabaikan inti pesan yang ingin saya sampaikan melalui semua "kegilaan" ini, sungguhlah amat disayangkan.

Saran saya kepada bu Lily, cobalah belajar vipassana lebih baik dan lepaskan teori.

Salam,
Suchamda

Bro Suchamda yang baik....

Anumodana atas sarannya... _/\_

Memang belajar Vipassana harus lepaskan teori.... tapi menurut saya.. belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana dalam kehidupan sehari hari...dan kalo suatu saat saya belajar Vipassana Formal...saya tidak akan kaget. Soalnya dengan belajar Abhidhamma... saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua...maka kebijaksanaan saya akan bertambah sehingga perbuatan2 buruk bisa berkurang.

Semoga perbuatan baik Bro Suchamda ini bisa mengkondisikan perbuatan-perbuatan baiknya yang lampau ikut berbuah.... sadhu3x...

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 04:56:15 PM
Dhammatha Vagga

XIX. ORANG ADIL

1. Seseorang yang mengadili suatu kasus dengan gegabah [prasangka sepihak] tidaklah dapat dikatakan sebagai orang adil. Orang bijak menyidik secara sakmana baik yang benar maupun yang salah.

2. Orang yang mengadili suatu kasus dengan takgegabah, adil, dan memegang hukum sebagai patokan; ia yang bijak ini patut digelari sebagai orang adil.

3. Bukanlah karena banyak berbicara seseorang dianggap sebagai orang bijak. Orang yang tentram, tanpa rasa benci dan takut itulah yang dapat disebut sebagai orang bijak.

4. Bukanlah karena banyak berbicara seseorang dianggap sebagai pakar Dhamma. Orang yang walaupun belajar sedikit tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya itulah yang [lebih] patut disebut sebagai pakar Dhamma.

5. Bukanlah karena rambutnya beruban seseorang disebut sebagai Sesepuh (Thera). Orang yang hanya tua usianya itu disebut sebagai tua renta yang melompong [tanpa arti].

6. Barangsiapa menembus kebenaran dan mencapai Dhamma [adiduniawi], tidak bersifat kejam, berpenguasaan diri, terkendali; orang arif yang terbebas dari noda batin inilah yang patut disebut Sesepuh.

7. Bukanlah karena fasih berbicara dan berparas cemerlang seseorang dapat menjadi orang baik apabila masih memiliki keirihatian, kekikiran dan keculasan.

8. Barangsiapa dapat mencabut prilaku buruk semacam itu hingga ke akar-akarnya; orang arif yang terbebas dari noda batin inilah yang layak disebut orang baik.

9. Meskipun berkepala gundul, seseorang yang tak bersusila dan suka berdusta tidaklah dapat disebut sebagai pertapa. Bagaimana mungkin orang yang penuh keirihatian dan keserakahan itu menjadi pertapa?

10. Barangsiapa dapat menghentikan segala kejahatan, besar atau kecil, ia patut disebut pertapa karena telah mengalahkan segala kejahatan.

11. Bukan hanya karena meminta-minta makanan dari orang lain, seseorang disebut sebagai bhikkhu. Apabila masih berprilaku seperti perumah-tangga, ia tidaklah pantas disebut sebagai bhikkhu.

12. Siapa pun dalam agama ini, yang telah menanggalkan kebajikan maupun kejahatan, menempuh kehidupan suci, yang dengan pengetahuan menembus hakikat dunia [khandha] ini; dialah yang disebut sebagai bhikkhu.

13. Bukanlah karena berdiam diri, orang dungu yang taktahu apa pun dianggap sebagai orang suci. Orang bijak yang bagaikan memegang neraca dapat menimbang serta memilih hal-hal yang baik, dan menanggalkan yang buruk itulah yang disebut orang suci. Selain itu, ia yang memahami hakikat kedua dunia [khandha] juga disebut orang suci.

14. Bukanlah karena berdiam diri, orang dungu yang taktahu apa pun dianggap sebagai orang suci. Orang bijak yang bagaikan memegang neraca dapat menimbang serta memilih hal-hal yang baik, dan menanggalkan yang buruk itulah yang disebut orang suci. Selain itu, ia yang memahami hakikat kedua dunia juga disebut orang suci.

15. Apabila masih menganiaya makhluk lain, seseorang tidak disebut sebagai orang suci. Karena tidak lagi menganiaya segala jenis makhluk lain, seseorang disebut sebagai orang suci.

16. Duhai para bhikkhu, apabila belum terbebas dari noda batin, janganlah Engkau merasa puas [dan berpangku-tangan] hanya karena telah melaksanakan sila dan nadar, banyak belajar, mencapai pemusatan, bertinggal di tempat sunyi.atau hanya karena berpikir "Saya telah merasakan kebahagiaan penglepasan yang tidak dinikmati orang awan"

17. Duhai para bhikkhu, apabila belum terbebas dari noda batin, janganlah Engkau merasa puas [dan berpangku-tangan] hanya karena telah melaksanakan sila dan nadar, banyak belajar, mencapai pemusatan, bertinggal di tempat sunyi.atau hanya karena berpikir "Saya telah merasakan kebahagiaan penglepasan yang tidak dinikmati orang awan"
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 31 July 2008, 04:58:37 PM
Ryu, promosi lagi  :hammer:

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 05:00:22 PM
Kakakakak, tadinya mo ngambil di alkitab, cuma takut di BANN ama Tuhan :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 31 July 2008, 05:01:18 PM
Quote
Walaupun itu hanya tugas dan misi...tapi akusala citta yang muncul sudah banyak sekali dan itu akan terus berproses....
Quote
Berdiskusi, bukan sekedar terjebak melecehkan / menilai orang egonya besar atau kecil. Itu tiada manfaatnya.



Quote
Disinilah perbedaannya vipassana anda dan vipassana Pak Hudoyo !
Anda masih memakai usaha.
Dan juga pakai teori2, baik vs buruk.

Ini saya kurang mengerti. Kedua kalimat pertama sama2 mengemukakan opini mengenai manfaat(kusala)/tidak(akusala). Tapi kenapa bisa jadi pendapat yang satu berdasarkan vipassananya, dinilai tidak pakai teori, sedangkan pendapat lain, berdasarkan vipassananya yang lain, dinilai pakai teori?

Ada yang bisa jelaskan?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 31 July 2008, 05:08:49 PM
Kalo ada disini yang gak melekat, potong tuh kuping si Pus kakakakak :))

Setuju!
Saya egonya paling besooarrr :))

Btw, tugas dan misi saya disini rasanya cukup sampai disini saja, yaitu cuman ingin menggoncang kemapanan dan kebekuan. Mudah2an kalian merefleksi kembali apa yg muncul dari dialog ini.
Saya yakin kalau anda simak kembali, pasti ada manfaatnya.

Walaupun itu hanya tugas dan misi...tapi akusala citta yang muncul sudah banyak sekali dan itu akan terus berproses....

Anumodana... _/\_

_/\_ :lotus:


Disinilah perbedaannya vipassana anda dan vipassana Pak Hudoyo !
Anda masih memakai usaha.
Dan juga pakai teori2, baik vs buruk.

Cinta Laura mau naik ojek...jalanan becek....tidak ada ojek.... :)) :)) :))

Singkong + Ragi = .... dech :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 31 July 2008, 05:15:14 PM
ada kok anak TK yang disuruh lompat ke universitas contohnya xxxxxxx(ge sensor sendiri namanya).....alhasil keblinger soal Dhamma dan cuman bisa berkoak koak untuk diam tapi ga bisa diam. salah siapa?

at least kan "terlihat" seakan2 diam...
ibarat anak tk pake toga biarpun dia sbenarnya ga ngerti toga ini buat apaan..
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 05:19:23 PM
ada kok anak TK yang disuruh lompat ke universitas contohnya xxxxxxx(ge sensor sendiri namanya).....alhasil keblinger soal Dhamma dan cuman bisa berkoak koak untuk diam tapi ga bisa diam. salah siapa?

at least kan "terlihat" seakan2 diam...
ibarat anak tk pake toga biarpun dia sbenarnya ga ngerti toga ini buat apaan..
Jadi penasaran siapa yah yang anak TK tuh :)) :)) :)) :)) :)) :)) :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 31 July 2008, 05:21:09 PM
jadi inget dulu pernah chat bareng yg laen di SB...
semua sebenarnya menunjuk ke bulan, ada yg pake jari, pen, tongkat, dll...
sayangnya ada yang matanya udah ketutup sama alat penunjukknya, jadi semua alat penunjuk yang laen di anggap ga menunjuk ke bulan...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 06:37:34 PM
Sekarang, marilah saya ajak kalian untuk melihat sebuah tulisan pendek dari seorang muslim... yang sama sekali tidak pernah belajar Buddhism, apalagi Abhidhamma.
Dia hanya mengikuti retret MMD selama 3 hari saja.

Lihatlah bagaimana dia begitu sadar akan lika-liku pikirannya sendiri.
Dan semua itu dilihat dengan apa adanya.
Dengan batin yang indah.
Tanpa ada kesan meng-superimpose-kan (memaksakan) suatu teori apapun.

Lihatlah bagaimana begitu adanya kejernihan (clarity) dan juga kebijaksanaan yang alami.
Dari situ saja sudah bisa kita rasakan ada suatu aroma pembebasan yg dia alami.

Quote
aku ingin begini..
aku ingin begitu..
ingin ini ingin itu banyak sekali..
semua semua semua dapat dilakukan.. dapat dilakukan dengan "kantong ajaib"
aku ingin terbang bebas di angkasa.... WHOOO BALING-BALING BAMBU!!!!!
la.. la.. laaa....
aku sayang sekali... doraemon..
la.. la.. laaa...
aku sayang sekali... doraemon..
-----------------------------------
masih ada yang ingat, film diatas? judulnya doraemon! yang ditulis diatas itu lirik lagu dari film doraemon versi Indonesia
-anak-anak banyak yang suka film ini.. saya pun sangat menyukai kisah dari doraemon!
-kenapa saya menyukai film doraemon? karena film tersebut mencerminkan kehidupan manusia pada saat ini..
-setiap orang selalu menginginkan memiliki doraemon.. apakah itu dalam bentuk uang.. dalam bentuk Tuhan.. dalam bentuk dukun.. dalam bentuk guru.. bahkan dalam bentuk usaha dan kerja keras!
-selama ini banyak diantara, kita selalu seperti nobita.. yang rela, untuk memohon, merayu, memelas dengan segala cara demi keinginannya pada doraemon!
-keinginannya berbeda.. tapi caranya selalu sama.. dulu.. waktu kecil.. ingin memiliki mainan.. sekarang ingin memiliki uang..
-dulu.. masih ingin keren-kerenan didepan orang.. sekarang menginginkan "kebenaran sejati"..
-masih menjadi budak dari keinginan.. masih menjadi nobita.. walaupun sekarang yang di inginkan adalah kedamaian.. ketenangan bathin.. kesempurnaan sejati.. mokhsa.. surga.. dll.. dll.. dll...
-keinginan.. apapun itu.. semulia apapun itu.. masih merupakan keinginan..
-----------------------------------------
-hal ini penting.. karena judul thread ini dapat menipu..judul "hidup dan kehidupan.." dianggap dapat memuaskan keinginan anda untuk lebih hidup atau setidaknya.. memberi harapan bahwa anda bisa lebih hidup..!
-saya tidak ingin thread ini justru menimbulkan keinginan baru yaitu INGIN HIDUP SEHIDUP-HIDUPNYA... atau INGIN MERASAKAN HIDUP YANG SEBENARNYA!
-keinginan seperti diatas itu palsu.. bagaimana mungkin anda dapat lebih hidup? toch sekarang anda sudah hidup!!!
-sadari kehidupan.. sadari anda hidup sekarang!.. beradalah pada kekinian.. dan berada pada kekinian tidak membutuhkan keinginan apapun... tinggal lakukan.. sama seperti anda membuka mata di pagi hari ketika bangun tidur!
--------------------------------------------
-"lalu apakah saya harus hidup tanpa keinginan?"
-lah.. hehehe.. yang menyuruh anda hidup tanpa keinginan itu siapa?
-saya cuma bilang.. banyak orang yang hidupnya menjadi budak dari keinginan.. banyak orang yang menghabiskan hidupnya hanya untuk memuaskan keinginan...
-saya tidak pernah menyuruh orang untuk menghilangkan keinginannnya atau hidup tanpa keinginan..
-sadari keinginan-keinginan yang ada di dalam diri anda.. hanya itu yang ingin saya sampaikan..
-terimalah.. sadari.. bahwa selama ini diri ini begitu dikendalikan oleh keinginan.. saksikan diri anda menjadi budak dari keinginan.. terimalah..
-tidak ada yang salah dengan menjadi budak tidak ada yang salah pada diri anda.. cukup saksikan.. sadari..
-dan suatu hari nanti, nobita.. akan menjadi dewasa.. dan tidak lagi mencari doraemon!


madman,

http:///showpost.php?p=34581286&postcount=10

Silakan anda simak diskusi2 dia selanjutnya di forum itu.

Perhatikan bagaimana dia selalu menanggapi pendapat orang lain dengan suatu sikap batin yang indah.
Tidak ada ejekan, sindiran, imposing (menyiratkan sesuatu utk menyindir scr tak langsung), mentertawakan.
Coba bandingkan dengan respon2 teman2 kita disini yg katanya mengerti teori dharma!
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 06:57:07 PM
Kalo ada disini yang gak melekat, potong tuh kuping si Pus kakakakak :))

Setuju!
Saya egonya paling besooarrr :))

Btw, tugas dan misi saya disini rasanya cukup sampai disini saja, yaitu cuman ingin menggoncang kemapanan dan kebekuan. Mudah2an kalian merefleksi kembali apa yg muncul dari dialog ini.
Saya yakin kalau anda simak kembali, pasti ada manfaatnya.

Walaupun itu hanya tugas dan misi...tapi akusala citta yang muncul sudah banyak sekali dan itu akan terus berproses....

Anumodana... _/\_

_/\_ :lotus:


Disinilah perbedaannya vipassana anda dan vipassana Pak Hudoyo !
Anda masih memakai usaha.
Dan juga pakai teori2, baik vs buruk.

Cinta Laura mau naik ojek...jalanan becek....tidak ada ojek.... :)) :)) :))

Singkong + Ragi = .... dech :))

_/\_ :lotus:

Apa maksudnya?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 31 July 2008, 07:01:55 PM

Perhatikan bagaimana dia selalu menanggapi pendapat orang lain dengan suatu sikap batin yang indah.
Tidak ada ejekan, sindiran, imposing (menyiratkan sesuatu utk menyindir scr tak langsung), mentertawakan.
Coba bandingkan dengan respon2 teman2 kita disini yg katanya mengerti teori dharma!

rasanya ga perlu sampai ada yang merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan...
bagi seseorang yang sudah "tanpa aku", sudah tidak ada lagi "aku" yang bisa merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan..
gw sendiri ??? masih penuh "aku" :P
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 31 July 2008, 08:12:23 PM
Quote
Dalam hal ini, Abhidhamma hanyalah "ayam"-nya (netral). Sikap seseoranglah yang membuat abhidhamma (ayam) itu bermanfaat (memungut telor) ataupun tidak bermanfaat (memungut kotoran). Jadi, belajar Abhidhamma belum tentu seperti "memungut kotoran ayam", tergantung dari cara belajarnya.
Abhidhamma itu "netral?",bagaimana suatu tataran konsep itu menjadi "netral?"
Apa arti dari "netral" yang anda tuliskan?:)

Quote
Kalo bicara "kotoran ayam", sebetulnya semua jenis pengetahuan juga bisa menjadi "telur" atau "kotoran". Kadang ada baiknya juga seseorang memungutnya supaya bisa melihat kenyataan apakah itu "telur" ataupun "kotoran", bukan mengikuti pendapat orang lain bahwa itu adalah "telur" ataupun "kotoran".
"Semua jenis pengetahuan?"
Persingkat dulu ,apa itu "telur" dan apa itu "kotoran" bagi anda?

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 08:14:29 PM

Perhatikan bagaimana dia selalu menanggapi pendapat orang lain dengan suatu sikap batin yang indah.
Tidak ada ejekan, sindiran, imposing (menyiratkan sesuatu utk menyindir scr tak langsung), mentertawakan.
Coba bandingkan dengan respon2 teman2 kita disini yg katanya mengerti teori dharma!

rasanya ga perlu sampai ada yang merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan...
bagi seseorang yang sudah "tanpa aku", sudah tidak ada lagi "aku" yang bisa merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan..
gw sendiri ??? masih penuh "aku" :P

Saya tidak tahu apakah pernyataan anda tersebut ditujukan ke saya.
Bila pun tidak, ijinkan saya menjawab demi mendidik para netter disini akan suatu hal.

Terus terang saja, saya yg masih intact egonya dan justru saat ini saya berusaha untuk menjadi orang dengan ego yg sehat dan kuat (berdasarkan definisi psikologis). Saya tidak ingin , orang2 mengira yang bukan-bukan. Demikian juga saya rasa semua netter disini masih memiliki ego.
Persoalan hilangnya ego per definisi buddhist, saya tidak berminat sama sekali untuk merekayasanya. Karena dalam praktek yg saya jalankan, ego tidak untuk ditekan atau dikecilkan, namun diamati saja.
Dengan demikian, seharusnya pernyataan "untuk tidak merasa tersindir" rasanya tidak relevan untuk dikemukakan, karena tidak ada orang yg demikian disini.

Disisi lain, anda menyatakan masih penuh "aku". Berarti anda, logikanya juga bisa tersindir atau terejek. Tetapi secara tersirat dalam kata-kata anda itu mengandung sindiran.

Saran saya, kalau anda tidak mau tersindir, ya jangan menyindir orang lain.
Dan karena semua netter disini masih orang normal yg bisa tersindir, lalu buat apa main sindir-sindiran?
Apakah kalian merasa 'terganggu' bila ada orang lain yang menceritakan sesuatu dari sudut pengalaman meditasinya? Apakah itu serta merta dianggap sebagai sebuah kesombongan/ keakuan?
Coba cermati reaksi yg terprogram secara kultural ini  (tapi negatif) dalam batin masing-masing.
Saya rasa, dalam agama2 lain, seseorang bersaksi akan kemajuan rohaniahnya justru akan ditanggapi secara antusias dan sportif. Setidak2nya, teman2nya akan berusaha menggali 'rahasia kesuksesan' ybs.

Ini memang bukan dharma yg tinggi-tinggi, apalagi Abhidhamma, tetapi merupakan norma etika umum dalam masyarakat yang seharusnya sudah seyogyanya kita lakukan sebagai manusia dewasa.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 31 July 2008, 08:25:37 PM

Saya tidak tahu apakah pernyataan anda tersebut ditujukan ke saya.
Bila pun tidak, ijinkan saya menjawab demi mendidik para netter disini akan suatu hal.

Terus terang saja, saya yg masih intact egonya dan justru saat ini saya berusaha untuk menjadi orang dengan ego yg sehat dan kuat (berdasarkan definisi psikologis). Saya tidak ingin , orang2 mengira yang bukan-bukan. Demikian juga saya rasa semua netter disini masih memiliki ego.
Persoalan hilangnya ego per definisi buddhist, saya tidak berminat sama sekali untuk merekayasanya.
Dengan demikian, seharusnya pernyataan "untuk tidak merasa tersindir" rasanya tidak relevan untuk dikemukakan, karena tidak ada orang yg demikian disini.

Disisi lain, anda menyatakan masih penuh "aku". Berarti anda, logikanya juga bisa tersindir atau terejek. Tetapi secara tersirat dalam kata-kata anda itu mengandung sindiran.

Saran saya, kalau anda tidak mau tersindir, ya jangan menyindir orang lain.

Dan karena semua netter disini masih orang normal yg bisa tersindir, lalu buat apa main sindir-sindiran?

Ini memang bukan dharma yg tinggi-tinggi, apalagi Abhidhamma, tetapi merupakan norma etika umum dalam masyarakat yang seharusnya sudah seyogyanya kita lakukan sebagai manusia dewasa.


gw menyindir orang laen tah?
halo.. guys.. yang merasa tersindir.. sopo yah??? :hammer:

kalo yg gw tulis dianggep sindiran ya silahken... gw sh ga bermaksud menyindir...
maksud gw kan... kita2, terutama yg udah senior2, kan udah blajar Buddhism... jadi kalo pun ada tulisan yg dianggap / dirasa berunsur sindiran ya ga perlu merasa lah... cuek aje gitu... namanya juga diskusi... toh tulisan2 disini ga separah di FC dulu.... jadi bawa santai aja, kan disini semuanya rekan2 murid Sang Buddha...

sebelum ini dibilang menyindir.. gw camken lagi yah.. ini himbauan.. bukan sindiran....
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 31 July 2008, 08:27:50 PM
Quote
Memang belajar Vipassana harus lepaskan teori.... tapi menurut saya.. belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana dalam kehidupan sehari hari...
Pertama bu Lily berkata bahwa,"Teori harus dilepaskan pada akhirnya",
Kedua berdasarkan pendapat dari Bu Lily bahwa,"Belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana,....."
Yang saya ingin tanyakan adalah apa maksud dari bu Lily soal "belajar dan praktek Abhidhamma adalah vipasana,.....?"

Quote
dan kalo suatu saat saya belajar Vipassana Formal...saya tidak akan kaget. Soalnya dengan belajar Abhidhamma
Apakah "suatu saat" itu penting untuk "dipikirkan" oleh orang2 yang belajar Abhidhamma?
Bukankah "suatu saat" itu adalah masa yang akan datang?:)

Quote
saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua...maka kebijaksanaan saya akan bertambah sehingga perbuatan2 buruk bisa berkurang"
Apa manfaatnya bagi anda jika anda mengetahui "gejala2nya?"
Bukankah "mengurangi kejahatan" adalah keinginan dari "Aku" yang ingin "MULIA" "SURGA" "KEBAIKKAN?",sedangkan dalam vipasanna adalah pencerahan atau mungkin vipasanna bagi orang yang belajar Abhidhamma itu berbeda dengan MMD?

"saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua"
Dengan "menyelami" maka dapat "melihat dengan jelas"
Dengan "mencari" tahu maka "konsep pikiran bergabung dengan apa yang diselami" hasilnya=Saya tidak tahu,mungkin anda sudah tahu jawabannya? :)

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 08:28:40 PM
Mungkin karena ada ehipassiko yak, coba kalo di Buddha ada Iman , gak akan ada kek gini :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 31 July 2008, 08:34:03 PM
Quote
kan disini semuanya rekan2 murid Sang Buddha...
Maaf ya,saya tegaskan bahwa saya bukan murid siapapun...:)

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 31 July 2008, 08:39:15 PM
Mungkin karena ada ehipassiko yak, coba kalo di Buddha ada Iman , gak akan ada kek gini :))

:hammer: kayak tetangga dg, ada Iman, Taqwa, pasrah, berserah pada keputusanNya.... :D

sbenarnya sh mnurut gw karena emang setiap orang itu punya cara belajar Dhamma masing2, sesuai dengan sifat, motivasi, dll dari orang tersebut.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 08:42:22 PM

gw menyindir orang laen tah?
halo.. guys.. yang merasa tersindir.. sopo yah??? :hammer:

kalo yg gw tulis dianggep sindiran ya silahken... gw sh ga bermaksud menyindir...
maksud gw kan... kita2, terutama yg udah senior2, kan udah blajar Buddhism... jadi kalo pun ada tulisan yg dianggap / dirasa berunsur sindiran ya ga perlu merasa lah... cuek aje gitu... namanya juga diskusi... toh tulisan2 disini ga separah di FC dulu.... jadi bawa santai aja, kan disini semuanya rekan2 murid Sang Buddha...

sebelum ini dibilang menyindir.. gw camken lagi yah.. ini himbauan.. bukan sindiran....

Maaf, saya kurang suka permainan pat gulipat.
Saya mengharapkan generasi muda buddhis yang jujur, sportif, ksatria dan bertanggung jawab.

Sebelumnya anda mengatakan :
Quote
rasanya ga perlu sampai ada yang merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan...
bagi seseorang yang sudah "tanpa aku", sudah tidak ada lagi "aku" yang bisa merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan..

Siapakah seseorang yang sudah "tanpa aku" yang anda maksud?
Adakah orang disini menurut anda yang sudah "tanpa aku"?
Dengan demikian, lantas apa artinya anda menuliskan kata-kata tersebut?

Menurut saya, percuma teori Dharma tinggi-tinggi, tapi norma, etika dan etiket yang umum saja tidak dijalankan.

Note : ini bukan kemarahan pribadi. Tapi saya tidak rela bila generasi muda buddhist bermental ngejunk.
Menurut saya, syarat pertama belajar vipassana adalah jujur pada diri sendiri.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 08:45:59 PM
yahhhh, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 31 July 2008, 08:46:55 PM
Ryu, akhirnya....
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 08:50:07 PM
Iklan lagiiii :

Kita tidak boleh melupakan, bahwa satu-satunya semangat dari agama Buddha adalah perdamaian. Dalam ketenangan dan kedamaian dari Ajaran Sang Buddha, ada kesempatan dan kemungkinan untuk melenyapkan kebencian, dendam, iri hati serta kejahatan-kejahatan lainnya dari batin kita.

Tidak mengherankan apabila, pada suatu waktu, kehidupan sehari-hari, karena suatu hal, kita marah pada seseorang, Tetapi kita tidak boleh membiarkan perasaan ini timbull dalam diri kita. Kita harus berusaha mengendalikannya, dari mulai perasaan marah itu timbul. Umumnya ada delapan cara untuk mengendalikan kemarahan kita.

Cara pertama adalah merenungkan Ajaran-ajaran Sang Buddha. Pada banyak kesempatan Sang Buddha menerangkan tentang tidak adanya manfaat dari kemarahan. Salah satu nasihat Beliau adalah sebagai berikut:
\"Seandainya ada beberapa penjahat menangkap salah seorang di antara Anda sekalian, dan memutuskan anggota-anggota badannya dengan gergaji; dan bila pada saat itu orang tersebut marah, ia bukan pengikut ajaran-Ku\". (Kakacupama Sutta, M.N.21)

Juga: \"Bagaikan setumpukan kayu dari tumpukan kayu bakar, yang terbakar di kedua ujungnya, dan bagian tengahnya busuk, batang kayu itu tidak dapat dijadikan kayu bakar, maupun bahan bangunan; demikian pula dengan orang pemarah\". (Anguttara Nikaya II, 95)

Lebih lanjut kita dapat mempertimbangkan nasihat-nasihat Sang Buddha yang terdapat dalam Kitab Suci Dhammapada:

4. \"la menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya; Jika seseorang sudah tidak memiliki lagi pikiran-pikiran semacam itu, maka kebencian akan berakhir\".


5. \"Kebencian tak akan berakhir, jika dibalas dengan kebencian; tetapi kebencian akan berakhir, jika dibalas dengan cinta kasih\".


133. \"Janganlah berbicara kasar pada siapapan; karena mereka yang mendapat perlakuan demikian akan membalas dengan cara yang sama\".


184. \"Kesabaran adalah cara bertapa yang paling tinggi. —Nibbana adalah yang tertinggi dari segalanya—, demikianlah ajaran semua Buddha. Dia yang masih menyakiti orang tain, sesungguhnya bukan seorang petapa (samana)\".


221. \"Hendaklah orang menghentikn kemarahan dan kesombongan, hendaklah ia mengatasi semua belenggu. Orang yang tidak terikat lagi pada batin dan jasmani, yang telah terbebas dari nafsu-nafsu, tak akan menderita lagi\".


223. \"Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih, dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan. Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati, dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran\".


233. \"Hendaklah orang selalu menjaga rangsangan pikiran, hendaklah ia mengendalikan pikirannya. Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui pikiran, hendaklah ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baïk melalui pikiran\".

Apabila dengan cara merenungkan nasihat Sang Buddha ini, seseorang tak dapat mengekang kemarahannya, maka sebaiknya ia mencoba dengan cara yang kedua.

Biasanya orang yang memiliki sifat jahat bagaimanapun, pasti memiliki beberapa sifat yang baik. Ada orang yang mempunyai pikiran jahat, tetapi dapat berkata dengan bahasa yang berbeda dengan apa yang sedang dipikirkannya, atau melakukan perbuatan dengan cara yang tidak terduga. Namun ada orang yang kasar di dalam berkata-kata saja, tetapi tidak demikian dengan pikiran dan perbuatan mereka. Ada orang yang kasar dan kejam dalam perbuatan, tapi tidak jahat dalam pikiran maupun perkataan. Ada orang yang lemah lembut dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan.

Bila kita marah pada seseorang, sebaiknya kita mencoba mencari hal-hal yang baik pada diri orang tersebut, baik dalam cara berpikir, berbicara, ataupun dalam cara melakukan perbuatannya. Jika kita menemukan hal-hal yang baik pada dirinya, kita harus merenungkan nilai dan hal-hal itu, dan melupakan sifat-sifat buruk yang merupakan kelemahan alamiah, yang terdapat pada setiap orang. Sementara kita berpikir demikian, kita akan merasa kasihan kepada orang itu. Bila kita dapat mengembangkan pikiran seperti ini, maka kita akan dapat mengekang atau melenyapkan kemarahan kita kepada orang itu.

Tetepi, adakalanya cara ini tidak berhasil, maka kita harus mencoba cara ke tiga. Pada dasarnya cara ini dilakukan dengan merenungkan:

\"Ia telahmelakukan kesalahan pada saya; dengan demikian ia telah menodai pikirannya; maka mengapa saya harus menodai atau merusak pikiran saya karena kebodohannya? Kadang-kadang saya mengabaikan bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh sanak saudara saya, kadang-kadang mereka menangis, karena perbuatan-perbuatan saya yang disebabkan kelalaian saya. Sebagai orang yang seperti itu, mengapa saya tidak mengabaikan perbuatan dari orang bodoh itu?\"

\"Ia telah melakukan kesalahan, dan pantas dimarahi, apakah saya juga harus mengikutinya dengan menjadi marah? Apakah bukan bodoh bila menirunya? Ia yang membenci akan rusak dari dalam. Mengapa karena hal ini saya harus merusak reputasi saya?\"

\"Segala sesuatu berubah-ubah. Batin dan jasmani berubah-ubah pula. Jasmani dan pikiran-pikiran yang berbuat kesalahan pada saya, sekarang tak ada lagi. Apa yang saya katakan kepada orang yang sama sekarang adalah pikiran-pikiran dan bagian jasmani yang berbeda dengan pikiran-pikiran dan bagian-bagian jasmani yang mendahului yang telah mengganggu saya, walaupun hal itu merupakan milik dari proses batin-jasmani yang sama. Jadi sebuah pikiran dan sekelompok badan jasmani yang berbuat salah pada saya, dan lenyap pada waktu itu juga, kemudian (hal-hal itu) memberikan kesempatan bagi pikiran-pikiran dan bagian-bagian jasmani baru untuk muncul. Maka pada apakah saya harus marah? Kepada pikiran-pikiran dan bagian-bagian jasmani yang telah lenyap atau kepada pikiran-pikiran atau bagian-bagian jasmani yang tidak melakukan kesalahan? Apakah saya harus marah pada suatu hal yang tak bersalah, karena yang bersalah padaku telah lenyap?\"

\"Yang disebut \'saya\' adalah tidak sama pada dua saat yang berbeda. Pada saat kesalahan dibuat, pada saat itu ada pikiran dan kelompok molekul lain yang kita pandang sebagai \'saya\', sedangkan yang kita anggap sebagaî \'saya\' pada saat sekarang adalah suatu pikiran dan kumpulan molekul yang berbeda dengan yang tadi, walaupun térmasuk bagian dari proses yang sama. Jadi ada molekul yang melakukan kesalahan pada seseorang, dan molekul lain mendapat marah dari orang lain. Apakah hal ini tidak lucu?\"

Bila kita memiliki sifat sebenarnya dari kehidupan kita dan itu terjadi seperti ini, maka kemarahan kita akan mereda atau lenyap pada saat itu juga.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 31 July 2008, 08:52:13 PM
Siapakah seseorang yang sudah "tanpa aku" yang anda maksud?
Adakah orang disini menurut anda yang sudah "tanpa aku"?
Dengan demikian, lantas apa artinya anda menuliskan kata-kata tersebut?

Menurut saya, percuma teori Dharma tinggi-tinggi, tapi norma, etika dan etiket yang umum saja tidak dijalankan.

sabar Bro... sabar.... orang sabar kasihan Tuhan lo 

Sori, becanda...  ;D

maksud sy, ingat tujuan Bro semula mo diskusi dengan para netter disini dan menasehati mereka2 yg terlalu kaku...


::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 31 July 2008, 08:53:31 PM
Sebelumnya anda mengatakan :
Quote
rasanya ga perlu sampai ada yang merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan...
bagi seseorang yang sudah "tanpa aku", sudah tidak ada lagi "aku" yang bisa merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan..

Siapakah seseorang yang sudah "tanpa aku" yang anda maksud?
Adakah orang disini menurut anda yang sudah "tanpa aku"?
Dengan demikian, lantas apa artinya anda menuliskan kata-kata tersebut?

Menurut saya, percuma teori Dharma tinggi-tinggi, tapi norma, etika dan etiket yang umum saja tidak dijalankan.

siapapun yang "merasa" sudah "tanpa aku"..
ada atau nggak di forum ini yah... mungkin ada mungkin nggak.. kan yang tahu apakah masih ada aku atau nggak ini cuma diri sendiri aje...

apa artinya gw tulis itu? yah seperti yg gw bilang tadi.. kita disini blajar Buddhism, salah satu tujuannya untuk menghilangkan aku, ya kalo udah berusaha untuk mencapai itu, ga perlu lagi merasa tersindir...

btw, apa anda merasa tersindir? nggak kan???
kalo merasa tersindir.. ya sory2 aje dh... :D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 08:55:20 PM
Saya rasa, "kemarahan" yang sehat masih tetap perlu.
Saya beri tanda kutip karena artinya relatif. Sesuatu motif pendidikan dari seseorang bisa saja dipersepsikan sebagai amarah.

Suatu kritik, atau sikap menegur, kalau tidak dilakukan oleh pembina Buddhist secara tegas, saya rasa hanya akan menghasilkan generasi muda buddhis yang tak tahu etika dan norma kesantunan.

Takut menegur atau melakukan tindakan tegas karena khawatir nanti dianggap ber-ego atau belum suci, menurut saya adalah suatu bentuk ego yang sangat mendalam dan sukar dihilangkan.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 08:56:52 PM
Quote
sabar Bro... sabar.... orang sabar kasihan Tuhan lo

Sori, becanda...  Grin

maksud sy, ingat tujuan Bro semula mo diskusi dengan para netter disini dan menasehati mereka2 yg terlalu kaku...

Tenang aja bro, saya santai kok.
Cuman sekedar pas ketemu moment aja untuk menuangkan 'niat edukatif' saya yg terpendam selama ini melihat diskusi2 di DC ini (bukan pada topik ini saja loh).

Menurut saya , memiliki etiquette dengan kaku itu dua hal yg berbeda.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 31 July 2008, 08:57:09 PM
Quote
apa artinya gw tulis itu? yah seperti yg gw bilang tadi.. kita disini blajar Buddhism, salah satu tujuannya untuk menghilangkan aku, ya kalo udah berusaha untuk mencapai itu, ga perlu lagi merasa tersindir...
Menurut saya bahwa "berusaha" mencapai dan "tujuan" itu bukan "Nibbana" dan oleh karena dia bukan NIBBANA maka disana ada AKU sebab ada AKU pasti ada AKU BENCI,AKU KECEWA,bla2....
Apakah dengan hanya sebatas "mengerti" apa itu AKU lantas anda tidak bisa "tersindir?
Lantas apakah dengan begitu saja,anda dinyatakan BEBAS DARI AKU karena anda "mengerti" apa itu AKU?

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 31 July 2008, 08:58:22 PM
Saya rasa, "kemarahan" yang sehat masih tetap perlu.
Saya beri tanda kutip karena artinya relatif. Sesuatu motif pendidikan dari seseorang bisa saja dipersepsikan sebagai amarah.

Suatu kritik, atau sikap menegur, kalau tidak dilakukan oleh pembina Buddhist secara tegas, saya rasa hanya akan menghasilkan generasi muda buddhis yang tak tahu etika dan norma kesantunan.

Takut menegur atau melakukan tindakan tegas karena khawatir nanti dianggap ber-ego atau belum suci, menurut saya adalah suatu bentuk ego yang sangat mendalam dan sukar dihilangkan.
Ya,saya setuju...:)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 31 July 2008, 09:02:29 PM
OK.
BACK TO TOPIC.

Saya harap, nanti2nya diskusi anda dengan Pak Hudoyo, Riky Dave ataupun yang lain harap dilakukan dengan kewarasan seseorang dewasa.

Saya pribadi akan berusaha untuk menjadi penonton saja. Kecuali nanti kalau ada hal2 yang konyol dan tengil, ya akan turun tangan lagi.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 09:05:59 PM
Ya saya juga mo nonton juga :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 31 July 2008, 09:06:16 PM
Muakakaka, orang suci semua.
Kadang-kadang capek kali pun ngobrol di sini, mau cari kalyanamitta bersama-sama di jalan.
Dulu waktu masih gila, nggak ada yang berani debat soal agama sama aye.
Sekarang, lebih seneng duduk diam sendiri daripada ngobrol gak jelas.

Hormat dan berlindung kepada Buddha yang telah menemukan kebenaran.
Hormat dan berlindung kepada Dhamma kebenaran sejati.
Hormat dan berlindung kepada Sangha para pelindung kebenaran.

Penghormatan kepada orang tua saya yang telah mendidik saya dari bayi error sampai menjadi laki-laki yang masih error.
Penghormatan kepada para komentator Tipitaka yang telah menulis berbagai hal-hal yang menarik.
Penghormatan kepada para master Mahayana yang memperkenalkan kepada kekosongan dan pengorbanan.
Penghormatan kepada guru meditasi pertama, Sayadaw U Indakka, yang telah menuntun kepada meditasi.
Penghormatan kepada guru meditasi kedua, Sayalay Dipankara yang telah mengenalkan adanya pengalaman di luar pengalaman manusia biasa dan memperlihatkan cinta kasih yang luar biasa.
Penghormatan kepada Ajahn Mun atas dedikasi dan usaha yang luar biasa dalam mengenalkan praktik-praktik keras.
Penghormatan kepada Ajahn Buddhadasa atas kegigihannya melawan penyembahan berhala dan tradisi serta memperlihatkan berpikir di luar kotak.
Penghormatan kepada Mahasi Sayadaw yang memimpin konsili terakhir dan sedikit banyak berusaha mempertahankan ajaran Sang Buddha.
Penghormatan kepada Bhante Bodhi, Thannisaro, dan para penerjemah Tipitaka dan para penulis naskah-naskah Buddhis.
Penghormatan kepada Ajahn Brahm yang memperlihatkan kehangatan dan sangat inspiratif.
Penghormatan kepada Bhante Dhammanando, Bhante Pesala, yang telah banyak memperlihatkan apa yang belum saya ketahui.
Penghormatan kepada Suhu Huifeng atas sisi lain Mahayana selain sisi esoteris.
Penghormatan kepada Mingun Sayadaw atas usaha yang luar biasa menyatukan tulisan-tulisan yang inspiratif.
Penghormatan kepada Teyes, Cooran, Namdrol, dan para poster yang berdiskusi demi orang banyak.
Penghormatan kepada Sumedho, Hudoyo, Tesla, Hengki, Bond, Lily, Willibordus, Bond, Kemenyan, Suchamda, Mangkok, Kainyn_Kutho, Gandalf, dan yang lainnya atas diskusi yang menarik dan indah pada awal, pertengahan, dan akhirnya.

Nah, sekarang pergi loe semua dari pikiran gila ini, kalo nggak gua tendang satu-satu dari kepala gua.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 31 July 2008, 09:06:58 PM
ok..
karena udah ga ada yg merasa tersindir.. maka BACK TO TOPIC...

:backtotopic:

pernah denger ungkapan Sang Buddha mengajarkan 84.000 jalan? so.. bisa jadi Abhidhamma & vipassana itu masing2 adalah salah satu dari jalan itu.

ada mreka2 yg cocok dgn cara belajar lewat abhidhamma, ada yg cocok dgn langsung vipassana...
kan itu tergantung individu masing2 tah...
bukan kah yg penting itu jalan yang ditempuh tetap sesuai Dhamma dan tujuan akhirnya ( Nibbana ) ?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 31 July 2008, 09:15:56 PM
Muakakaka, orang suci semua.
Kadang-kadang capek kali pun ngobrol di sini, mau cari kalyanamitta bersama-sama di jalan.
Dulu waktu masih gila, nggak ada yang berani debat soal agama sama aye.
Sekarang, lebih seneng duduk diam sendiri daripada ngobrol gak jelas.

Hormat dan berlindung kepada Buddha yang telah menemukan kebenaran.
Hormat dan berlindung kepada Dhamma kebenaran sejati.
Hormat dan berlindung kepada Sangha para pelindung kebenaran.

Penghormatan kepada orang tua saya yang telah mendidik saya dari bayi error sampai menjadi laki-laki yang masih error.
Penghormatan kepada para komentator Tipitaka yang telah menulis berbagai hal-hal yang menarik.
Penghormatan kepada para master Mahayana yang memperkenalkan kepada kekosongan dan pengorbanan.
Penghormatan kepada guru meditasi pertama, Sayadaw U Indakka, yang telah menuntun kepada meditasi.
Penghormatan kepada guru meditasi kedua, Sayalay Dipankara yang telah mengenalkan adanya pengalaman di luar pengalaman manusia biasa dan memperlihatkan cinta kasih yang luar biasa.
Penghormatan kepada Ajahn Mun atas dedikasi dan usaha yang luar biasa dalam mengenalkan praktik-praktik keras.
Penghormatan kepada Ajahn Buddhadasa atas kegigihannya melawan penyembahan berhala dan tradisi serta memperlihatkan berpikir di luar kotak.
Penghormatan kepada Mahasi Sayadaw yang memimpin konsili terakhir dan sedikit banyak berusaha mempertahankan ajaran Sang Buddha.
Penghormatan kepada Bhante Bodhi, Thannisaro, dan para penerjemah Tipitaka dan para penulis naskah-naskah Buddhis.
Penghormatan kepada Ajahn Brahm yang memperlihatkan kehangatan dan sangat inspiratif.
Penghormatan kepada Bhante Dhammanando, Bhante Pesala, yang telah banyak memperlihatkan apa yang belum saya ketahui.
Penghormatan kepada Suhu Huifeng atas sisi lain Mahayana selain sisi esoteris.
Penghormatan kepada Mingun Sayadaw atas usaha yang luar biasa menyatukan tulisan-tulisan yang inspiratif.
Penghormatan kepada Teyes, Cooran, Namdrol, dan para poster yang berdiskusi demi orang banyak.
Penghormatan kepada Sumedho, Hudoyo, Tesla, Hengki, Bond, Lily, Willibordus, Bond, Kemenyan, Suchamda, Mangkok, Kainyn_Kutho, Gandalf, dan yang lainnya atas diskusi yang menarik dan indah pada awal, pertengahan, dan akhirnya.

Nah, sekarang pergi loe semua dari pikiran gila ini, kalo nggak gua tendang satu-satu dari kepala gua.

hed kusam ag eya gnutnu :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 31 July 2008, 09:17:46 PM
Quote
bukan kah yg penting itu jalan yang ditempuh tetap sesuai Dhamma dan tujuan akhirnya ( Nibbana ) ?
Kembali lagi saya tanyakan,"Apa itu Dhamma yang anda maksudkan?"
Apakah Dhamma itu seperti Tipitaka?Seperti Abhidhamma?Atau yang lainnya?

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 31 July 2008, 09:23:42 PM
Quote
bukan kah yg penting itu jalan yang ditempuh tetap sesuai Dhamma dan tujuan akhirnya ( Nibbana ) ?
Kembali lagi saya tanyakan,"Apa itu Dhamma yang anda maksudkan?"
Apakah Dhamma itu seperti Tipitaka?Seperti Abhidhamma?Atau yang lainnya?

Salam,
Riky

selama jalan yang anda tempuh tidak melanggar sila, tidak merugikan orang lain, berpegang pada pandangan benar, maka jalan yang anda tempuh itu boleh diujicoba lebih lanjut..
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 31 July 2008, 09:26:53 PM
Quote
selama jalan yang anda tempuh tidak melanggar sila, tidak merugikan orang lain, berpegang pada pandangan benar, maka jalan yang anda tempuh itu boleh diujicoba lebih lanjut..
Bagaimana cara kita tahu "jalan" yang kita tempuh tidak melanggar sila,tidak merugikan orang lain dan berpegang pada pandangan benar?:)
Bukankah anda menuliskan bahwa "sesuai Dhamma?"
Jadi apa arti Dhamma itu menurut anda?Karena anda menuliskan,"bukan kah yg penting itu jalan yang ditempuh tetap sesuai Dhamma dan tujuan akhirnya ( Nibbana ) ?"

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 31 July 2008, 09:31:06 PM
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAArgh.
Bener-bener deh, mati satu tumbuh 1x10^999
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 09:32:48 PM
Kalau seseorang menggenggam kuat text book dari salah satu versi ke dalam praktek vipasanna , saya yakin tidak akan mendapatkan essensi Abhidhamma, karena essensi Abhidhamma adalah sesuatu yg harus dialami.

O, jadi menurut pendapat Anda, yang penting adalah mengalami sendiri "esensi Abhidhamma" (apa pun itu) dan bukan mempelajari teori-teori yang tercantum dalam Abhidhamma-pitaka Theravada maupun Abhidharma Sarvastivada, bukan?


Quote
Sebenarnya suatu pengalaman itu bisa di cross cek dan perbedaan dalam penggunaan kata  juga bisa di cross cek apakah mengandung makna yg sama dalam pengalaman atau berbeda sama sekali. Memang the word is not the thing tetapi kita hidup di dunia perlu kata-kata. Kalau takut kata2 sebagai tafsir ya tinggal dibuktikan melalui praktek, dan menurut pak Hud kata2 Sang Buddha adalah tafsir atau bukan dan apakah tidak mengandung kebenaran?

SEMUA kata-kata adalah tafsir, karena bahasa adalah fungsi pikiran, dan pikiran selalu terkondisi. Pikiran bukanlah Kebenaran itu sendiri, melainkan pikiran menafsirkan Kebenaran. Membanding-bandingkan (cross-checking) juga fungsi pikiran, sehingga tidak bisa sampai pada Kebenaran.

Yang Anda maksud "kata-kata Sang Buddha" yang mana? ... Buddha-Dhamma adalah TAFSIR terhadap Kebenaran. Tafsir Buddha-Dhamma itu terbukti mengambil banyak bentuk: Theravada, Mahayana, Vajrayana ... dsb. Sedangkan Kebenaran bukan milik Theravada, bukan milik Mahayana, bukan milik agama Buddha atau agama ini-itu.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 31 July 2008, 09:36:45 PM
Quote
Abhidhamma-pitaka Theravada maupun Abhidharma Sarvastivada

Pak, saya pernah dikasih tau orang Tantrayana kalo ada yang menulis artikel bahwa Abhidhamma Theravada dan Abhidharma Sarvastivada itu gak beda jauh, berbeda dari omongan yang belon pernah lihat keduanya. Esensinya sama. Cuman saya lupa, harus liat dulu sumbernya.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 31 July 2008, 09:42:04 PM
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAArgh.
Bener-bener deh, mati satu tumbuh 1x10^999

terlalu banyak kalo mempertanyakan yang 1x10^999, saya mau tanya yang "satu" aja, apa tuh?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 31 July 2008, 09:42:40 PM
Quote
selama jalan yang anda tempuh tidak melanggar sila, tidak merugikan orang lain, berpegang pada pandangan benar, maka jalan yang anda tempuh itu boleh diujicoba lebih lanjut..
Bagaimana cara kita tahu "jalan" yang kita tempuh tidak melanggar sila,tidak merugikan orang lain dan berpegang pada pandangan benar?:)
Bukankah anda menuliskan bahwa "sesuai Dhamma?"
Jadi apa arti Dhamma itu menurut anda?Karena anda menuliskan,"bukan kah yg penting itu jalan yang ditempuh tetap sesuai Dhamma dan tujuan akhirnya ( Nibbana ) ?"

Salam,
Riky


dalam jalan yg gw pelajarin, disinlah fungsi seorang pembimbing ( Guru )...
membimbing agar jalan yang kita tempuh tidak melanggar Sila, dll.

sesuai Dhamma , Dhamma disini bagi saya ,mengacu pada ajaran sang Buddha.
kalau ditanya ajaran sang Buddha yang mana? kembali lagi ke motivasi masing2.. maka itu ada mahayana, theravada, dll...
darimana memperoleh Dhamma? dari buku2, rekan2 yang juga mempelajari Dhamma, dari Guru yang sesuai dan dari pengalaman sendiri...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 31 July 2008, 09:43:44 PM
OK.
BACK TO TOPIC.

Saya harap, nanti2nya diskusi anda dengan Pak Hudoyo, Riky Dave ataupun yang lain harap dilakukan dengan kewarasan seseorang dewasa.

Saya pribadi akan berusaha untuk menjadi penonton saja. Kecuali nanti kalau ada hal2 yang konyol dan tengil, ya akan turun tangan lagi.
kek satpam aja bro :P
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 09:44:19 PM
Abhidhamma mana yang mau dipakai: Abhidhamma Theravada atau Abhidharma Sarvastivada? Kedua abhidhamma/abhidharma itu jelas berbeda satu sama lain; dalam Abhidharma Sarvastivada sistematikanya bukan rupa, citta, cetasika & nibbana, tapi lain lagi. Jadi yang mana "esensi Abhidhamma" itu?

Esensi Abhidhamma adalah Dhamma itu sendiri, karena Abhidhamma hanyalah bentuk detail dari Dhamma.

Kalau dibilang "Abhidhamma adalah detail dari Dhamma", jadi "Dhamma" itu detailnya bisa bermacam-macam? ... Ada Abhidhamma Theravada, ada Abhidharma Sarvastivada ...

Lalu "Dhamma" itu sendiri apa?

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 09:47:54 PM
Quote
Abhidhamma-pitaka Theravada maupun Abhidharma Sarvastivada

Pak, saya pernah dikasih tau orang Tantrayana kalo ada yang menulis artikel bahwa Abhidhamma Theravada dan Abhidharma Sarvastivada itu gak beda jauh, berbeda dari omongan yang belon pernah lihat keduanya. Esensinya sama. Cuman saya lupa, harus liat dulu sumbernya.

Saya setuju dengan yang dibold. Yang penting referensi, bukan omongan orang.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 31 July 2008, 09:53:05 PM
Hmm, yang menarik adalah kenapa dari semua aliran Buddhis yang ada, cuma Abhidhamma Theravada yang paling gak kompatibel dengan Abhidharma yang lain?

Terus para Ortodoks Theravada itu bilang cuma praktikin Abhidhamma lah yang bener-bener Vipassana, karena obyek Vipassana adalah Parammatha Dhamma. Tapi hampir semua aliran lain yang bukan Ortodoks Theravada bilang Dhamma itu universal.

Jadi intinya, siapa yang sesat? Theravada atau aliran lain?

Saya pak guru.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 31 July 2008, 10:05:41 PM
i.....kyu...san  0:)    8->  :whistle:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 10:16:16 PM
Hmm, yang menarik adalah kenapa dari semua aliran Buddhis yang ada, cuma Abhidhamma Theravada yang paling gak kompatibel dengan Abhidharma yang lain?

Abhidharma/Abhidhamma yang selamat sampai sekarang dan yang berasal dari masa yang sama hanya ada dua: Abhidhamma Theravada dan Abhidharma Sarvastivada.

Quote
Terus para Ortodoks Theravada itu bilang cuma praktikin Abhidhamma lah yang bener-bener Vipassana, karena obyek Vipassana adalah Parammatha Dhamma.


Apa yang dimaksud dengan "para Ortodoks Theravada"? ... Ajahn Chah tidak pernah bicara tentang Abhidhamma. ...
Yang berkata "cuma praktikin Abhidhamma lah yang bener-bener Vipassana" saya rasa cuma Sayadaw ... siapa itu namanya (yang dicopas Rekan Indra di awal thread ini) ... Apa ada yang lain? ...

Obyek vipassana BUKAN paramattha-dhamma, melainkan badan & batin, yang di dalam dan di luar, termasuk pikiran. ... Istilah 'paramattha-dhamma' itu sendiri bersifat doktrinal, suatu doktrin, yang digeluti oleh pikiran. ...

Quote
Tapi hampir semua aliran lain yang bukan Ortodoks Theravada bilang Dhamma itu universal.

Lho, orang Theravada juga bilang Dhamma itu universal, kok. ...

Quote
Jadi intinya, siapa yang sesat? Theravada atau aliran lain?

Saya tidak melihat seperti itu: "pilih ini atau itu" ... saya melihat ajaran semua sekte yang ada sekarang adalah tafsiran-tafsiran dari ajaran Sang Guru yang otentiknya kita tidak tahu lagi. ... Dengan demikian tidak ada yang sesat dan tidak ada yang benar sendiri.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 10:32:03 PM
Penanya :
Jadi dengan hanya melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, sudah merupakan praktek dari "Vipassana"? Tetapi banyak orang berpendapat bahwa cara bermeditasi seperti ini sangat rumit, dimana orang hanya dapat melatihnya di pusat-pusat latihan meditasi. Dan hal inilah yg menyebabkan banyak orang tidak berniat mencobanya. Akan tetapi dari pembicaraan kita, timbul pandangan bahwa "Vipassana" hanya melihat segala sesuatu sebagaimana adanya dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana menurut pendapat Anda, Apakah seseorang harus mempunyai pengertian-pengertian teoritis sebelum melaksanakan "Vipassana"?

Nina Van Gorkom :
Istilah "Meditasi" membuat orang menjadi takut. Mereka berpikir bahwa hal itu sebagai sesuatu yg sangat rumit. Pada kenyataannya, seseorang tidak harus melakukan hal-hal yg istimewa (khusus) dalam melakukan meditasi. Sebelum seseorang mulai melaksanakan meditasi, ia perlu menghayati teori-teorinya terlebih dahulu. Seseorang tidak harus mengetahui unsur-unsur bathin dan jasmani (Nama dan Rupa) secara terinci. Akan tetapi, seseorang harus mengetahui bahwa badan itu hanyalah terbentuk dari unsur-unsur fisik, yg berbeda dengan unsur-unsur mental. ... dst dst

Saya setuju dengan bagian-bagian tertentu dari tulisan Nina [bold biru], dan tidak setuju dengan bagian-bagian lainnya [bold merah].

Kalau si penanya di atas menanyakan yang dibold kepada saya, jelas akan saya jawab: Tidak. ... Untuk bisa bervipassana tidak perlu teori apa pun. Malah segala macam teori akan menghalangi vipassana. ... Dan ini sudah saya buktikan dengan mengajar MMD kepada orang-orang non-Buddhis. Banyak di antara teman-teman non-Buddhis berhasil menerapkan vipassana dengan sangat baik, bahkan sering kali lebih baik daripada teman-teman Buddhis yang pikirannya sarat dengan teori.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 10:36:20 PM
Sitagu Sayadaw:
Since Vipassana meditation takes the Abhidhamma as its sole object of contemplation, Vipassana and Abhidhamma cannot be separated. And while it may not be said that one can practice Vipassana only after one has mastered the Abhidhamma, Vipassana meditation and the study of Abhidhamma remain one and the same thing. Because mind, mental factors and matter are forever bound up with this fathom-long body, the study and learning of this subject, and the concentrated observation of the nature of mind, mental factors and matter are tasks which cannot be distinguished.
sumber: http://www.abhidhamma.org/sitagu%20sayadaw.htm

Pandangan saya bertolak belakang dengan pandangan Sitagu Sayadaw ini. Abhidhamma tidak kompatibel dengan vipassana, karena Abhidhamma menggunakan pikiran sebagai instrumennya, sedangkan vipassana justru menyadari pikiran itu sendiri sehingga berhenti.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 10:47:26 PM
Vipassana
 
 A.  I understand that in the development of Vipassana we lean to see things as they are.  Seeing things as they are means: seeing nama and rupa as they are.  So we should distinguish nama and rupa from each other more clearly.  Rupa is that which does not experience anything.  Can we say that nama is that which experiences and rupa is that which is experienced?

 B.  You say that rupa is that which is experienced.  Your words imply that nama cannot be experienced.  Nama experiences not only rupa but it experiences nama as well.  Can you not notice it when there is a happy feeling, when there is aversion, when there is thinking?  It is not 'self' which notices this, but nama.  Nama knows nama at those moments.

[... blablabla ...]

http://www.dhammastudy.com/mental4.html
Sumber : Mental Development in Daily Life by Nina van Gorkom

_/\_ :lotus:

hehe ... judul posting ini "Vipassana"  ... tapi isi tanya jawab itu tidak lebih dari uraian abhidhamma. ... Si A dan si B itu tidak sedang bervipassana, melainkan berdiskusi tentang abhidhamma. :))

Di antara dua orang yang bermeditasi vipassana dengan betul, tidak akan terjadi diskusi seperti ditampilkan oleh Nina itu.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 31 July 2008, 11:37:04 PM
...
When you write about the development of vipassana, you don’t speak about concentration methods or sitting practice.
Vipassana, insight, is actually panna (wisdom) which has been developed to clearly understand realities as they are, as non-self. It is not some special practice, it is not sitting or breathing. If one wishes to induce calm by sitting one still wants to get something. There is subtle clinging which can pass unnoticed. The aim of vipassana is to have less ignorance of realities, including our defilements, even subtle ones. Therefore it can and should be developed in daily life; any object can be an object for mindfulness and understanding.
...
How should we practice vipassana?
The situation is not: that a teacher tells you first what to do, that you “practise’ together, that you do this, then that, at a certain time, in a special place. There is no rule, there is no special technique. In fact, we don’t use the words practising vipassana, but rather: developing understanding of realities little by little, and that, quite naturally, in daily life. We should see the advantage of understanding different realities, different momentary conditions, to realize that there is no "me" who is developing but that wisdom gradually develops. That this development can only happen if the right conditions are present. It can’t occur because of wanting or forcing or pretending to ourselves that “we’ are making progress. However, understanding will, gradually, grow if there are the right conditions. It is anatta, not controllable by any self.

...

http://www.dhammastudy.com/ninabio.html

_/\_ :lotus:

Saya tidak sependapat dengan Nina dalam hal-hal yang dibold merah:

(1) tanpa-aku (anatta) adalah doktrin Agama Buddha; doktrin adalah pikiran. ... Vipassana justru mengamati pikiran yang mengandung doktrin itu, vipassana mengamati gerak-gerik atta/diri/aku, bukan menonjolkan doktrin anatta yang adalah pikiran.

(2) kearifan (pannya) bukan berkembang secara berangsur-angsur, seperti pengetahuan yang dipelajari di sekolah, melainkan muncul seperti proses digital: 'ada' atau 'tidak', dari saat ke saat.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 01 August 2008, 12:03:58 AM
.... tapi menurut saya.. belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana dalam kehidupan sehari hari...dan kalo suatu saat saya belajar Vipassana Formal...saya tidak akan kaget. ...
_/\_ :lotus:

Bu Lily,

Memang alam pikiran Anda dan alam pikiran saya berbeda, dan bukan hanya berbeda tetapi dalam banyak hal bertolak belakang.

Menurut Anda vipassana adalah "belajar dan praktek Abhidhamma" - itu definisi Anda tentang 'vipassana';
Menurut saya vipassana justru adalah mengamati pikiran yang belajar Abhidhamma itu sampai pikiran itu berhenti.

Lalu Anda tampil dengan istilah baru "vipassana formal" ... tentu ada pula "vipassana informal" ... entah apa pula maksudnya itu ...
Sedangkan saya selalu mengatakan dalam retret MMD, bahwa vipassana itu tidak ada gunanya kalau hanya dilakukan di dalam retret, melainkan harus menjadi kesadaran sehari-hari ... 'menjalankan vipassana dalam kehidupan sehari-hari' bukanlah berarti harus "belajar Abhidhamma" seperti definisi 'vipassana' Anda di atas.
 
Tampaknya Anda dan saya menggunakan istilah yang sama secara bertolak belakang.

Kalau "suatu saat" nanti Anda menjalankan vipassana yang benar, Anda pasti akan kaget ... karena vipassana tidaklah seperti yang Anda bayangkan dengan definisi Anda di atas.

Numpang tanya: Kapan "saat menjalankan vipassana "formal" " itu tiba bagi Anda, Bu Lily? Menunggu sampai tua? Ataukah itu cuma suatu khayalan belaka? ... Maaf.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 01 August 2008, 12:17:35 AM
Mungkin karena ada ehipassiko yak, coba kalo di Buddha ada Iman , gak akan ada kek gini :))

:hammer: kayak tetangga dg, ada Iman, Taqwa, pasrah, berserah pada keputusanNya.... :D

Seorang Keristen atau Muslim yang BENAR-BENAR beriman dan ikhlas secara total kepada Tuhannya akan sampai juga kepada keadaan anatta ... buktinya Bernadette Roberts.

Tidak seperti orang Buddhis yang bicara tentang "anatta" tapi debu yang menutup matanya masih tebal, karena tidak menjalankan vipassana ajaran Sang Guru.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 01 August 2008, 08:51:47 AM
Abhidhamma mana yang mau dipakai: Abhidhamma Theravada atau Abhidharma Sarvastivada? Kedua abhidhamma/abhidharma itu jelas berbeda satu sama lain; dalam Abhidharma Sarvastivada sistematikanya bukan rupa, citta, cetasika & nibbana, tapi lain lagi. Jadi yang mana "esensi Abhidhamma" itu?

Esensi Abhidhamma adalah Dhamma itu sendiri, karena Abhidhamma hanyalah bentuk detail dari Dhamma.

Kalau dibilang "Abhidhamma adalah detail dari Dhamma", jadi "Dhamma" itu detailnya bisa bermacam-macam? ... Ada Abhidhamma Theravada, ada Abhidharma Sarvastivada ...

Lalu "Dhamma" itu sendiri apa?

Salam,
hudoyo

Detail-nya bisa bermacam-macam tergantung cara membedahnya... Namun Dhamma tetaplah Dhamma, kebenaran tetaplah kebenaran.... cara melihatnya saja yg berbeda.

Saya tidak terlalu mengetahui perbedaan2 diantara banyaknya aliran Abhidhamma, atau ajaran2 Tibetan, Mahayana, dsbnya....Sy tidak terlalu mau memusingkannya. Bagi saya, disaat sy sudah menemukan suatu ajaran yg masuk logika saya, dan bermanfaat bagi perkembangan batin sy, sudah cukup bagi sy. Mempelajari terlalu banyak malah akan membuat sy menjadi 'haus intelektual'.....

Sd saat ini sy sama sekali tidak menemukan kesulitan dengan ajaran Abhidhamma, Tipitaka Pali, meditasi Vipassana dan segala macam aturan Sila.

Kesemuanya itu bagi sy, sangatlah bermanfaat...  :)

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 01 August 2008, 08:52:14 AM
Abhidhamma itu "netral?",bagaimana suatu tataran konsep itu menjadi "netral?"
Apa arti dari "netral" yang anda tuliskan?:)
Kata "netral" yang saya tuliskan, maksudnya adalah Abhidhammanya bisa jadi "telur" bagi satu orang, bisa jadi "kotoran" bagi orang lain. Bisa keduanya dan juga bukan keduanya bagi orang lain lagi.


Quote
Quote
Kalo bicara "kotoran ayam", sebetulnya semua jenis pengetahuan juga bisa menjadi "telur" atau "kotoran". Kadang ada baiknya juga seseorang memungutnya supaya bisa melihat kenyataan apakah itu "telur" ataupun "kotoran", bukan mengikuti pendapat orang lain bahwa itu adalah "telur" ataupun "kotoran".
"Semua jenis pengetahuan?"
Persingkat dulu ,apa itu "telur" dan apa itu "kotoran" bagi anda?
Ketika orang belajar sesuatu (apakah Abhidhamma ataupun hal lain), kemudian Lobha-Dosa-Moha-nya bukannya berkurang malahan bertambah, maka dia memungut "kotoran", walaupun dia berpikir itu adalah "telur".
Ketika orang belajar sesuatu (apakah Abhidhamma ataupun hal lain), kemudian Lobha-Dosa-Moha-nya berkurang, bukannya bertambah, maka dia memungut "telur", walaupun orang lain mengatakan dia memungut "kotoran".


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 01 August 2008, 09:00:38 AM
Mungkin karena ada ehipassiko yak, coba kalo di Buddha ada Iman , gak akan ada kek gini :))

:hammer: kayak tetangga dg, ada Iman, Taqwa, pasrah, berserah pada keputusanNya.... :D

Seorang Keristen atau Muslim yang BENAR-BENAR beriman dan ikhlas secara total kepada Tuhannya akan sampai juga kepada keadaan anatta ... buktinya Bernadette Roberts.

Tidak seperti orang Buddhis yang bicara tentang "anatta" tapi debu yang menutup matanya masih tebal, karena tidak menjalankan vipassana ajaran Sang Guru.

Salam,
hudoyo

Gimana bukti-in Roberts sampai pada keadaan anatta ??

menjalankan vipasanna tidak berarti dalam sekejap debu akan hilang, bagaimanapun itu adalah latihan. perlu tahapan dan waktu. jadi ketika orang yang masih "berdebu" mata-nya tetapi menjalankan ajaran buddha, dan seiring dengan kedisplinan menjalankan ajaran buddha, "debu" di matanya berkurang sedikit demi sedikit, terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik, terjadi perubahan mental ke arah yang lebih baik. Orang yang menjalankan praktek ini yang saya sebut telah menjalankan ajaran para buddha.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 01 August 2008, 09:04:42 AM
Kalau si penanya di atas menanyakan yang dibold kepada saya, jelas akan saya jawab: Tidak. ... Untuk bisa bervipassana tidak perlu teori apa pun. Malah segala macam teori akan menghalangi vipassana. ... Dan ini sudah saya buktikan dengan mengajar MMD kepada orang-orang non-Buddhis. Banyak di antara teman-teman non-Buddhis berhasil menerapkan vipassana dengan sangat baik, bahkan sering kali lebih baik daripada teman-teman Buddhis yang pikirannya sarat dengan teori.

Maaf Pak, mungkin in hanya perbedaan pemahaman (lagi)...

Kalau tidak ada teori, apa yg mau dilakukan Pak?
Ketika para peserta datang, kita bilang: "Silahkan vipassana...."
Lantas orang2 akan bingung, gimana caranya Pak?

Pasti kita akan bilang, "Silahkan duduk di bantal masing-masing, sadarilah segala reaksi batin yg timbul, jangan berusaha dikontrol, lepaskan saja, sadari saja...."

Dan segala macam peraturan lain yg kita tetapkan selama itu (misal menutup patung2 Buddha yg ada diruangan tsb, tidak usah membungkuk2kan badan ke pembimbing, dsbnya."

IMO, segala instruksi ini adalah 'Teori' Pak....

_/\_

::



Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 01 August 2008, 09:09:09 AM
Gimana bukti-in Roberts sampai pada keadaan anatta ??

Tidak akan bisa karena seseorang tidak bisa mengetahui bathin orang lain. Tapi sedikitnya pola pikir dan tulisannya tentang pengalaman spiritualnya memiliki banyak kesamaan dengan ajaran "anatta" di Buddhisme. Dan kalau memang dibaca di Alkitab, ajaran  itu berbeda dengan doktrin Krist3n yang muncul belakangan.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 01 August 2008, 09:09:33 AM
Kalau si penanya di atas menanyakan yang dibold kepada saya, jelas akan saya jawab: Tidak. ... Untuk bisa bervipassana tidak perlu teori apa pun. Malah segala macam teori akan menghalangi vipassana. ... Dan ini sudah saya buktikan dengan mengajar MMD kepada orang-orang non-Buddhis. Banyak di antara teman-teman non-Buddhis berhasil menerapkan vipassana dengan sangat baik, bahkan sering kali lebih baik daripada teman-teman Buddhis yang pikirannya sarat dengan teori.

Maaf Pak, mungkin in hanya perbedaan pemahaman (lagi)...

Kalau tidak ada teori, apa yg mau dilakukan Pak?
Ketika para peserta datang, kita bilang: "Silahkan vipassana...."
Lantas orang2 akan bingung, gimana caranya Pak?

Pasti kita akan bilang, "Silahkan duduk di bantal masing-masing, sadarilah segala reaksi batin yg timbul, jangan berusaha dikontrol, lepaskan saja, sadari saja...."

Dan segala macam peraturan lain yg kita tetapkan selama itu (misal menutup patung2 Buddha yg ada diruangan tsb, tidak usah membungkuk2kan badan ke pembimbing, dsbnya."

IMO, segala instruksi ini adalah 'Teori' Pak....

_/\_

::





hehehe... kayak di kondisi seorang guru ZEN memberikan ajaran... begitu sampai di podium, beliau hanya diam saja beberapa saat, lantas mengetok meja tanda pelajaran telah selesai diberikan... "pasti banyak yang mencapai"
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 01 August 2008, 09:19:40 AM

(2) kearifan (pannya) bukan berkembang secara berangsur-angsur, seperti pengetahuan yang dipelajari di sekolah, melainkan muncul seperti proses digital: 'ada' atau 'tidak', dari saat ke saat.


Selama ini sy mengalami bahwa panna bertambah sedikit demi sedikit, panna mengalami progress kualitas...

Sang Buddha malah memerlukan waktu berkalpa-kalpa lamanya untuk menyempurnakan parami-Nya, sedikit demi sedikit, salah satunya ialah: Panna-parami

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 01 August 2008, 09:31:38 AM
Kabayan disuruh ngajar tapi males caranya :
hari pertama :
Kabayan : Anak2 apakah kalian tahu apa yang akan saya ajarkan hari ini?
Anak2 : BELUMMMM
Kabayan : Lho kalau belum tahu ngapain saya kesini hah!
Pulang lah kabayan dengan sukses hehehe
Bingung anak2, mereka berencana bilang belum besoknya

Hari kedua :
Kabayan : Anak2 apakah kalian tahu apa yang akan saya ajarkan hari ini?
Anak2 : SUDAHHHHH
Kabayan : Lho kalau sudah tahu ngapain saya kesini hah!
Pulang lah kabayan dengan sukses hehehe
Tambah bingung anak2, berencana lagi di hari ke3 bagi 2 sebagian bilang sudah sebagian bilang belum

Hari ketiga :
Kabayan : Anak2 apakah kalian tahu apa yang akan saya ajarkan hari ini?
sebagian Anak2 : SUDAHHHHH
sebagian lagi Anak2 : BELUMMM
Kabayan : Nah kalo gitu yang sudah tau tolong kasih tau yang belom tau
Pulang lah kabayan dengan sukses KAKAKAKAKAK

Kalau si penanya di atas menanyakan yang dibold kepada saya, jelas akan saya jawab: Tidak. ... Untuk bisa bervipassana tidak perlu teori apa pun. Malah segala macam teori akan menghalangi vipassana. ... Dan ini sudah saya buktikan dengan mengajar MMD kepada orang-orang non-Buddhis. Banyak di antara teman-teman non-Buddhis berhasil menerapkan vipassana dengan sangat baik, bahkan sering kali lebih baik daripada teman-teman Buddhis yang pikirannya sarat dengan teori.

Maaf Pak, mungkin in hanya perbedaan pemahaman (lagi)...

Kalau tidak ada teori, apa yg mau dilakukan Pak?
Ketika para peserta datang, kita bilang: "Silahkan vipassana...."
Lantas orang2 akan bingung, gimana caranya Pak?

Pasti kita akan bilang, "Silahkan duduk di bantal masing-masing, sadarilah segala reaksi batin yg timbul, jangan berusaha dikontrol, lepaskan saja, sadari saja...."

Dan segala macam peraturan lain yg kita tetapkan selama itu (misal menutup patung2 Buddha yg ada diruangan tsb, tidak usah membungkuk2kan badan ke pembimbing, dsbnya."

IMO, segala instruksi ini adalah 'Teori' Pak....

_/\_

::





hehehe... kayak di kondisi seorang guru ZEN memberikan ajaran... begitu sampai di podium, beliau hanya diam saja beberapa saat, lantas mengetok meja tanda pelajaran telah selesai diberikan... "pasti banyak yang mencapai"
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 10:13:55 AM
Kabayan disuruh ngajar tapi males caranya :
hari pertama :
Kabayan : Anak2 apakah kalian tahu apa yang akan saya ajarkan hari ini?
Anak2 : BELUMMMM
Kabayan : Lho kalau belum tahu ngapain saya kesini hah!
Pulang lah kabayan dengan sukses hehehe
Bingung anak2, mereka berencana bilang belum besoknya

Hari kedua :
Kabayan : Anak2 apakah kalian tahu apa yang akan saya ajarkan hari ini?
Anak2 : SUDAHHHHH
Kabayan : Lho kalau sudah tahu ngapain saya kesini hah!
Pulang lah kabayan dengan sukses hehehe
Tambah bingung anak2, berencana lagi di hari ke3 bagi 2 sebagian bilang sudah sebagian bilang belum

Hari ketiga :
Kabayan : Anak2 apakah kalian tahu apa yang akan saya ajarkan hari ini?
sebagian Anak2 : SUDAHHHHH
sebagian lagi Anak2 : BELUMMM
Kabayan : Nah kalo gitu yang sudah tau tolong kasih tau yang belom tau
Pulang lah kabayan dengan sukses KAKAKAKAKAK


Memang lucu.....:D
Thanks bila dimaksudkan sebagai intermezzo.

Tetapi kalau ada orang yg berpikir bahwa apa yang dimaksudkan Pak Hudoyo itu sama dengan pola pikir si Kabayan, terus terang saya tidak bisa menolak untuk menyimpulkan bahwa orang itu sama tololnya dengan si Kabayan.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 01 August 2008, 10:20:47 AM
1. PERTANYAAN AJITA
1.    'Apakah,' tanya Ajita, 'yang menutupi dunia? Apa yang membuat dunia ini amat sulit dilihat? Apa yang mempolusi dunia, dan apa yang paling mengancamnya?'    (1032)
2.    'Ketidaktahuanlah yang menutupi dunia,' kata Sang Buddha, 'dan kecerobohan serta keserakahanlah yang membuat dunia tidak dapat dilihat. Kelaparan akan nafsulah yang mempolusi dunia, dan sumber ketakutan yang besar adalah pedihnya penderitaan.'    (1033)
3.    'Di setiap arah,' kata Ajita, 'sungai-sungai nafsu mengalir. Bagaimana kita dapat membendungnya dan apa yang dapat menahannya? Apa yang dapat kita gunakan untuk menutup pintu-pintu banjir?'    (1034)
4.    'Sungai apa pun dapat dihentikan dengan waduk perhatian-kewaspadaan,' kata Sang Buddha, Kusebut itu penghenti banjir. Dan dengan kebijaksanaan engkau dapat menutup pintu-pintu banjir.'    (1035)
5.    'Yang Mulia,' kata Ajita, 'di mana ada kebijaksanaan dan perhatian-kewaspadaan, di sana juga ada cangkokan materi dan batin [generasi individualitas]. Apa yang membuat semua itu berhenti?'    (1036)
6.    'Inilah jawaban pertanyaanmu, Ajita,' kata Sang Buddha. 'Individualitas dapat dihentikan total lewat berhentinya kesadaran.'    (1037)
7.    'Yang Mulia,' kata Ajita, 'ada orang-orang di sini yang telah menguasai semua ajaran, dan ada juga murid dan pemagang, serta orang-orang biasa. Beritahukanlah bagaimanakah orang-orang ini harus hidup dan bekerja.'    (1038)
8.    'Hendaknya mereka seperti kelana, seperti bhikkhu,' kata Sang Buddha. Dengan waspada dan penuh perhatian serta terampil dalam segala cara, mereka harus membebaskan diri dari kelaparan akan kenikmatan dan membuat pikiran mereka [tenang dan] tidak terganggu.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 01 August 2008, 10:25:32 AM
busyet... ga sempat ikutin :))

tergantung tiap individu...

bagi sebagian mungkin seperti memungut tai ayam,
bagi yg lain bisa saja seperti memungut telur ayam.

objek adalah netral, pikiran kitalah yg membuat penilaian ini & itu

Protes aja ke Ajahn Chah yang konon udah menjadi arahat, itu pendapat beliau kok. ;D
dari yg saya baca di bawah, yg dimaksud Ajahn Chah tidak demikian kok...


Quote
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3372.0.html

Quote
Selama kunjungannya di Inggris, Ajahn Chah berceramah ke banyak kelompok-kelompok buddhis. Pada suatu malam setelah berceramah, dia mendapat pertanyaan dari seorang wanita Inggris terhormat yang menghabiskan waktu beberapa tahun mempelajari cybernetics komplex dari pikiran berdasarkan 89 kelompok kesadaran dalam buku teks psikologi Abhidhamma buddhis. Apakah Ajahn Chah berkenan untuk menjelaskan beberapa aspek di sistem psikologi yang rumit dan sulit kepadanya agar dia dapat meneruskan pelajarannya?

Dharma mengajarkan kita untuk melepas. Tapi pertama-tama, kita secara alamiah melekat pada prinsip-prinsip Dharma. Orang bijaksana mengambil prinsip-prinsip ini dan menggunakannya sebagai alat untuk menemukan esensi hidup.

Menyadari betapa si penanya terjebak dalam konsep intelektual daripada mendapatkan manfaat dari praktek di hatinya sendiri, Ajahn Chah menjawab dia dengan gamblang, "Anda, bu, seperti orang yang memelihara ayam betina di halaman rumah," jelasnya, "dan berkeliling halaman memunguti kotoran ayam ketimbang telornya."

http://www.what-buddha-taught.net/Books2/Ajahn_Chah_A_Still_Forest_Pool.htm
terjebak dalam konsep intelektual bukanlah abhidhamma itu sendiri...
setiap orang berpeluang utk terjebak dalam konsep intelektual apapun itu (abhidhamma, kitab lainnya, atau pengetahuan lainnya).

jadi menurut saya, lebih baik kita bercermin melihat diri kita sendiri,
apakah saya sedang terjebak dalam konsep intelektual (memungut tahi ayam) ?
setelah itu apabila diperlukan, barulah saya dapat membantu orang lain agar tidak memungut tahi ayam :)

Quote
Kalau yang ngomong suchamda atau Pak Hud kalian tentu tidak menganggap, bukan?
Nah, sekarang tinggal diadu aja siapa yang lebih keren, Ajahn Chah atau Nina von Gorkom? ;D :))
menurut saya pribadi, Suchamda ataupun Pak Hud tidak lebih tinggi ataupun tidak lebih rendah dari manusia manapun.
hal yg sama berlaku pada Ajahn Chah & Nina Von Gorkom.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 10:29:48 AM
sudah tersirat dalam bahasan2 sebelumnya. Anda terlambat.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 01 August 2008, 10:49:51 AM

Saya tidak tahu apakah pernyataan anda tersebut ditujukan ke saya.
Bila pun tidak, ijinkan saya menjawab demi mendidik para netter disini akan suatu hal.

Terus terang saja, saya yg masih intact egonya dan justru saat ini saya berusaha untuk menjadi orang dengan ego yg sehat dan kuat (berdasarkan definisi psikologis). Saya tidak ingin , orang2 mengira yang bukan-bukan. Demikian juga saya rasa semua netter disini masih memiliki ego.
Persoalan hilangnya ego per definisi buddhist, saya tidak berminat sama sekali untuk merekayasanya.
Dengan demikian, seharusnya pernyataan "untuk tidak merasa tersindir" rasanya tidak relevan untuk dikemukakan, karena tidak ada orang yg demikian disini.

Disisi lain, anda menyatakan masih penuh "aku". Berarti anda, logikanya juga bisa tersindir atau terejek. Tetapi secara tersirat dalam kata-kata anda itu mengandung sindiran.

Saran saya, kalau anda tidak mau tersindir, ya jangan menyindir orang lain.

Dan karena semua netter disini masih orang normal yg bisa tersindir, lalu buat apa main sindir-sindiran?

Ini memang bukan dharma yg tinggi-tinggi, apalagi Abhidhamma, tetapi merupakan norma etika umum dalam masyarakat yang seharusnya sudah seyogyanya kita lakukan sebagai manusia dewasa.


gw menyindir orang laen tah?
halo.. guys.. yang merasa tersindir.. sopo yah??? :hammer:

kalo yg gw tulis dianggep sindiran ya silahken... gw sh ga bermaksud menyindir...
maksud gw kan... kita2, terutama yg udah senior2, kan udah blajar Buddhism... jadi kalo pun ada tulisan yg dianggap / dirasa berunsur sindiran ya ga perlu merasa lah... cuek aje gitu... namanya juga diskusi... toh tulisan2 disini ga separah di FC dulu.... jadi bawa santai aja, kan disini semuanya rekan2 murid Sang Buddha...

sebelum ini dibilang menyindir.. gw camken lagi yah.. ini himbauan.. bukan sindiran....

:jempol:

Jadi ingat cerita Dr. Mehm Tin Mon (Seorang Profesor & Pakar Abhidhamma yang paling di hormati di Myanmar) dalam kursus intensif Abhdihamma di VPDS yaitu tentang SOCRATES Sang Filosof.... ceritanye begini sbb:

Setiap hari Socrates sering di marahi oleh istrinya, bilamana ia pergi menolong orang lain, istrinya yang tidak toleran...biasa memaki-maki dirinya. Pada suatu hari istrinya sakit dan tidak dapat memarahinya seperti pada hari-hari biasa.
Maka pada hari itu Socrates meninggalkan rumahnya dengan wajah sedih.
Teman-temannya bertanya : "Mengapa Socrates kelihatan sedih?"
Socrates menjawab : "bahwa hari ini istri saya tidak memaki saya karena istri saya sedang sakit".
Teman-temannya berkata : "Kalau begitu anda mesti berbahagia karena tak mendapat makian yang tak sedap itu"
Socrates menjawab : "O, tidak! Bila ia mencerca diriku, aku mendapat kesempatan untuk melatih kesabaran. Hari ini aku tak mendapatkan kesempatan itu. Karena itu saya nampak sedih"
============

Apabila kita dicela, kita harus berpikir bahwa saat itu diberi kesempatan untuk melatih kesabaran, bukannya kita sakit hati, malahan kita harus merasa berterima kasih kepada lawan-lawan kita.
Itu merupakan pelajaran yang patut kita ingat selalu dan harus kita praktekkan.... tetapi praktek gitu bukan berarti mudah lho tapi juga bukan berarti kita ga bisa... Marilah kita praktek...

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 01 August 2008, 10:56:13 AM
Kabayan disuruh ngajar tapi males caranya :
hari pertama :
Kabayan : Anak2 apakah kalian tahu apa yang akan saya ajarkan hari ini?
Anak2 : BELUMMMM
Kabayan : Lho kalau belum tahu ngapain saya kesini hah!
Pulang lah kabayan dengan sukses hehehe
Bingung anak2, mereka berencana bilang belum besoknya

Hari kedua :
Kabayan : Anak2 apakah kalian tahu apa yang akan saya ajarkan hari ini?
Anak2 : SUDAHHHHH
Kabayan : Lho kalau sudah tahu ngapain saya kesini hah!
Pulang lah kabayan dengan sukses hehehe
Tambah bingung anak2, berencana lagi di hari ke3 bagi 2 sebagian bilang sudah sebagian bilang belum

Hari ketiga :
Kabayan : Anak2 apakah kalian tahu apa yang akan saya ajarkan hari ini?
sebagian Anak2 : SUDAHHHHH
sebagian lagi Anak2 : BELUMMM
Kabayan : Nah kalo gitu yang sudah tau tolong kasih tau yang belom tau
Pulang lah kabayan dengan sukses KAKAKAKAKAK


Memang lucu.....:D
Thanks bila dimaksudkan sebagai intermezzo.

Tetapi kalau ada orang yg berpikir bahwa apa yang dimaksudkan Pak Hudoyo itu sama dengan pola pikir si Kabayan, terus terang saya tidak bisa menolak untuk menyimpulkan bahwa orang itu sama tololnya dengan si Kabayan.

Huehuehue Hanya selingan om :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 01 August 2008, 10:57:25 AM
Quote
Memang belajar Vipassana harus lepaskan teori.... tapi menurut saya.. belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana dalam kehidupan sehari hari...
Pertama bu Lily berkata bahwa,"Teori harus dilepaskan pada akhirnya",
Kedua berdasarkan pendapat dari Bu Lily bahwa,"Belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana,....."
Yang saya ingin tanyakan adalah apa maksud dari bu Lily soal "belajar dan praktek Abhidhamma adalah vipasana,.....?"

Quote
dan kalo suatu saat saya belajar Vipassana Formal...saya tidak akan kaget. Soalnya dengan belajar Abhidhamma
Apakah "suatu saat" itu penting untuk "dipikirkan" oleh orang2 yang belajar Abhidhamma?
Bukankah "suatu saat" itu adalah masa yang akan datang?:)

Quote
saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua...maka kebijaksanaan saya akan bertambah sehingga perbuatan2 buruk bisa berkurang"
Apa manfaatnya bagi anda jika anda mengetahui "gejala2nya?"
Bukankah "mengurangi kejahatan" adalah keinginan dari "Aku" yang ingin "MULIA" "SURGA" "KEBAIKKAN?",sedangkan dalam vipasanna adalah pencerahan atau mungkin vipasanna bagi orang yang belajar Abhidhamma itu berbeda dengan MMD?

"saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua"
Dengan "menyelami" maka dapat "melihat dengan jelas"
Dengan "mencari" tahu maka "konsep pikiran bergabung dengan apa yang diselami" hasilnya=Saya tidak tahu,mungkin anda sudah tahu jawabannya? :)

Salam,
Riky

Saya rasa saya tidak perlu menjawab pertanyaan Bro Riky itu... karena pikiran dan pendapat kita udah berbeda dan Bro Riky juga sudah TANPA AKU, DIAM, MELEPAS, PADAM, BERHENTI dan SADAR.

Anumodana atas pertanyaannya.... _/\_

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 10:58:24 AM
Quote
Apabila kita dicela, kita harus berpikir bahwa saat itu diberi kesempatan untuk melatih kesabaran, bukannya kita sakit hati, malahan kita harus merasa berterima kasih kepada lawan-lawan kita.
Itu merupakan pelajaran yang patut kita ingat selalu dan harus kita praktekkan.... tetapi praktek gitu bukan berarti mudah lho tapi juga bukan berarti kita ga bisa... Marilah kita praktek...

Kalau dicela ya kita sabar saja.
Tetapi bukan berarti harus menganjurkan orang rajin mencela bukan?

Anda harus lihat konteksnya bu.
1. Netter disini kebiasaan membalas suatu argumentasi dengan celaan, bukan dengan argumentasi yg berbobot.
2. Persoalan berapa besar "aku" orang lain itu tidak relevan untuk dibahas atau dijadikan bahan pledoi utk secara implisit menyerang orang lain.
3. Kebiasaan buruk / budaya negatif thinking bila ada orang lain yang memberi kesaksian sebaiknya diberantas.

Oleh karena itu, saya merespon setiap comment yang bersifat nyinyir dan tengil.
Beda pendapat dalam argumentasi tidak masalah bagi saya. Saya hargai pendapat masing2 orang. Tetapi bukan sindir-sindiran. Dan hal ini jangan kemudian dipupuk dengan dalih bahwa "dicela adalah utk melatih kesabaran" yang pada lanjutnya keblinger menjadi pembenaran.

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 11:01:11 AM
Quote
Memang belajar Vipassana harus lepaskan teori.... tapi menurut saya.. belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana dalam kehidupan sehari hari...
Pertama bu Lily berkata bahwa,"Teori harus dilepaskan pada akhirnya",
Kedua berdasarkan pendapat dari Bu Lily bahwa,"Belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana,....."
Yang saya ingin tanyakan adalah apa maksud dari bu Lily soal "belajar dan praktek Abhidhamma adalah vipasana,.....?"

Quote
dan kalo suatu saat saya belajar Vipassana Formal...saya tidak akan kaget. Soalnya dengan belajar Abhidhamma
Apakah "suatu saat" itu penting untuk "dipikirkan" oleh orang2 yang belajar Abhidhamma?
Bukankah "suatu saat" itu adalah masa yang akan datang?:)

Quote
saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua...maka kebijaksanaan saya akan bertambah sehingga perbuatan2 buruk bisa berkurang"
Apa manfaatnya bagi anda jika anda mengetahui "gejala2nya?"
Bukankah "mengurangi kejahatan" adalah keinginan dari "Aku" yang ingin "MULIA" "SURGA" "KEBAIKKAN?",sedangkan dalam vipasanna adalah pencerahan atau mungkin vipasanna bagi orang yang belajar Abhidhamma itu berbeda dengan MMD?

"saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua"
Dengan "menyelami" maka dapat "melihat dengan jelas"
Dengan "mencari" tahu maka "konsep pikiran bergabung dengan apa yang diselami" hasilnya=Saya tidak tahu,mungkin anda sudah tahu jawabannya? :)

Salam,
Riky

Saya rasa saya tidak perlu menjawab pertanyaan Bro Riky itu... karena pikiran dan pendapat kita udah berbeda dan Bro Riky juga sudah TANPA AKU, DIAM, MELEPAS, PADAM, BERHENTI dan SADAR.

Anumodana atas pertanyaannya.... _/\_

_/\_ :lotus:

Bu Lily, kalau melihat bunga-bunga dan "anumodana"nya,  pernyataan di atas muncul dari kusala citta juga yah? ;D
Wah, huebat buangett vipasana ala abhidhammanya. :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 01 August 2008, 11:27:00 AM
Quote
Apabila kita dicela, kita harus berpikir bahwa saat itu diberi kesempatan untuk melatih kesabaran, bukannya kita sakit hati, malahan kita harus merasa berterima kasih kepada lawan-lawan kita.
Itu merupakan pelajaran yang patut kita ingat selalu dan harus kita praktekkan.... tetapi praktek gitu bukan berarti mudah lho tapi juga bukan berarti kita ga bisa... Marilah kita praktek...

Kalau dicela ya kita sabar saja.
Tetapi bukan berarti harus menganjurkan orang rajin mencela bukan?

Anda harus lihat konteksnya bu.
1. Netter disini kebiasaan membalas suatu argumentasi dengan celaan, bukan dengan argumentasi yg berbobot.
2. Persoalan berapa besar "aku" orang lain itu tidak relevan untuk dibahas atau dijadikan bahan pledoi utk secara implisit menyerang orang lain.
3. Kebiasaan buruk / budaya negatif thinking bila ada orang lain yang memberi kesaksian sebaiknya diberantas.

Oleh karena itu, saya merespon setiap comment yang bersifat nyinyir dan tengil.
Beda pendapat dalam argumentasi tidak masalah bagi saya. Saya hargai pendapat masing2 orang. Tetapi bukan sindir-sindiran. Dan hal ini jangan kemudian dipupuk dengan dalih bahwa "dicela adalah utk melatih kesabaran" yang pada lanjutnya keblinger menjadi pembenaran.

Dengan mempertahankan pandangan benar itu di sebut juga Miccha ditthi yang halus lho.... itulah lobha mula citta ( akusala citta ) yang akan berproses terus.... dan tunggu kalo ada kondisi yang tepat untuk berbuahnya.... ;D

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 01 August 2008, 11:34:35 AM
Quote
Memang belajar Vipassana harus lepaskan teori.... tapi menurut saya.. belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana dalam kehidupan sehari hari...
Pertama bu Lily berkata bahwa,"Teori harus dilepaskan pada akhirnya",
Kedua berdasarkan pendapat dari Bu Lily bahwa,"Belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana,....."
Yang saya ingin tanyakan adalah apa maksud dari bu Lily soal "belajar dan praktek Abhidhamma adalah vipasana,.....?"

Quote
dan kalo suatu saat saya belajar Vipassana Formal...saya tidak akan kaget. Soalnya dengan belajar Abhidhamma
Apakah "suatu saat" itu penting untuk "dipikirkan" oleh orang2 yang belajar Abhidhamma?
Bukankah "suatu saat" itu adalah masa yang akan datang?:)

Quote
saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua...maka kebijaksanaan saya akan bertambah sehingga perbuatan2 buruk bisa berkurang"
Apa manfaatnya bagi anda jika anda mengetahui "gejala2nya?"
Bukankah "mengurangi kejahatan" adalah keinginan dari "Aku" yang ingin "MULIA" "SURGA" "KEBAIKKAN?",sedangkan dalam vipasanna adalah pencerahan atau mungkin vipasanna bagi orang yang belajar Abhidhamma itu berbeda dengan MMD?

"saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua"
Dengan "menyelami" maka dapat "melihat dengan jelas"
Dengan "mencari" tahu maka "konsep pikiran bergabung dengan apa yang diselami" hasilnya=Saya tidak tahu,mungkin anda sudah tahu jawabannya? :)

Salam,
Riky

Saya rasa saya tidak perlu menjawab pertanyaan Bro Riky itu... karena pikiran dan pendapat kita udah berbeda dan Bro Riky juga sudah TANPA AKU, DIAM, MELEPAS, PADAM, BERHENTI dan SADAR.

Anumodana atas pertanyaannya.... _/\_

_/\_ :lotus:

Bu Lily, kalau melihat bunga-bunga dan "anumodana"nya,  pernyataan di atas muncul dari kusala citta juga yah? ;D
Wah, huebat buangett vipasana ala abhidhammanya. :))

Bro Suchamda...

Anumodana... _/\_

Pikiran timbul dan lenyap dengan cepat sekali.... sewaku menulis kata  yg di bold oleh Bro Suchamda itu... ada akusala citta yang halus dan setelah itu lenyap, timbul dengan cepatnye kusala citta yaitu kata anumodana itu.... jadi  akusala citta dan kusala citta itu akan berproses dan berakumulasi.... tunggu saat ada kondisi yang tepat akan berbuah.... makenye saya akan usahakan banyak muncul kusala citta agar kusala citta saya bisa mengkondisikan kusala citta yang lalu muncul/berbuah dan menekan akusala citta itu agar tidak berbuah (expire) ato jadi ahosi kamma.

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 01 August 2008, 11:49:11 AM
.... tapi menurut saya.. belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana dalam kehidupan sehari hari...dan kalo suatu saat saya belajar Vipassana Formal...saya tidak akan kaget. ...
_/\_ :lotus:

Bu Lily,

Memang alam pikiran Anda dan alam pikiran saya berbeda, dan bukan hanya berbeda tetapi dalam banyak hal bertolak belakang.

Menurut Anda vipassana adalah "belajar dan praktek Abhidhamma" - itu definisi Anda tentang 'vipassana';
Menurut saya vipassana justru adalah mengamati pikiran yang belajar Abhidhamma itu sampai pikiran itu berhenti.

Lalu Anda tampil dengan istilah baru "vipassana formal" ... tentu ada pula "vipassana informal" ... entah apa pula maksudnya itu ...
Sedangkan saya selalu mengatakan dalam retret MMD, bahwa vipassana itu tidak ada gunanya kalau hanya dilakukan di dalam retret, melainkan harus menjadi kesadaran sehari-hari ... 'menjalankan vipassana dalam kehidupan sehari-hari' bukanlah berarti harus "belajar Abhidhamma" seperti definisi 'vipassana' Anda di atas.
 
Tampaknya Anda dan saya menggunakan istilah yang sama secara bertolak belakang.

Kalau "suatu saat" nanti Anda menjalankan vipassana yang benar, Anda pasti akan kaget ... karena vipassana tidaklah seperti yang Anda bayangkan dengan definisi Anda di atas.

Numpang tanya: Kapan "saat menjalankan vipassana "formal" " itu tiba bagi Anda, Bu Lily? Menunggu sampai tua? Ataukah itu cuma suatu khayalan belaka? ... Maaf.

Salam,
hudoyo

Pak Hudoyo....

Anumodana atas penjelasan dan sarannya.... _/\_

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 01 August 2008, 12:00:06 PM
Quote
Apabila kita dicela, kita harus berpikir bahwa saat itu diberi kesempatan untuk melatih kesabaran, bukannya kita sakit hati, malahan kita harus merasa berterima kasih kepada lawan-lawan kita.
Itu merupakan pelajaran yang patut kita ingat selalu dan harus kita praktekkan.... tetapi praktek gitu bukan berarti mudah lho tapi juga bukan berarti kita ga bisa... Marilah kita praktek...

Kalau dicela ya kita sabar saja.
Tetapi bukan berarti harus menganjurkan orang rajin mencela bukan?

Anda harus lihat konteksnya bu.
1. Netter disini kebiasaan membalas suatu argumentasi dengan celaan, bukan dengan argumentasi yg berbobot.
2. Persoalan berapa besar "aku" orang lain itu tidak relevan untuk dibahas atau dijadikan bahan pledoi utk secara implisit menyerang orang lain.
3. Kebiasaan buruk / budaya negatif thinking bila ada orang lain yang memberi kesaksian sebaiknya diberantas.

Oleh karena itu, saya merespon setiap comment yang bersifat nyinyir dan tengil.
Beda pendapat dalam argumentasi tidak masalah bagi saya. Saya hargai pendapat masing2 orang. Tetapi bukan sindir-sindiran. Dan hal ini jangan kemudian dipupuk dengan dalih bahwa "dicela adalah utk melatih kesabaran" yang pada lanjutnya keblinger menjadi pembenaran.

Ada sebuah kisah Sang Buddha yang di cerca oleh seorang brahmana yaitu sbb :
Pada suatu ketika Sang Buddha diundang oleh seorang brahmana untuk bersantap di rumahnya. Oleh karena diundang, maka Sang Buddha datang kerumahnya. tetapi ia bukannya menjamu Sang Buddha, malahan mencerca Beliau dengan kata-kata yang paling kotor.
Dengan sopan Sang Buddha bertanya : "Brahmana, pernahkah ada orang-orang datang ke rumahmu?"
Brahmana : "Ya"
Sang Buddha : "Apakah yang anda lakukan bila mereka datang?"
Brahmana : "O, aku menyiapkan jamuan besar."
Sang Buddha : "Bagaimana bila mereka tidak jadi datang?"
Brahmana : "Dengan gembira kami menyantap makanan yang telah disiapkan."
Sang Buddha : "Nah, Brahmana yang baik, anda telah mengundang diri-Ku datang ke rumah untuk makan, dan anda telah menjamu diri-Ku dengan kata-kata cercaan. Aku tak menerima semua itu. Silahkan ambil kembali."

===========

Pujian dan celaan adalah dua kondisi dunia lainnya yang harus dialami tiap orang. Adalah wajar menjadi gembira bila dipuji, dan menjadi kecewa bila dicela. Sang Buddha berkata : Orang Bijaksana tidak menunjukkan rasa gembira maupun kecewa di tengah-tengah pujian dan celaan. Mereka tetap teguh bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai.
Jadi kapan kita jadi orang bijaksana itu? marilah kita renungkan....

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 12:42:11 PM
Quote
Memang belajar Vipassana harus lepaskan teori.... tapi menurut saya.. belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana dalam kehidupan sehari hari...
Pertama bu Lily berkata bahwa,"Teori harus dilepaskan pada akhirnya",
Kedua berdasarkan pendapat dari Bu Lily bahwa,"Belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana,....."
Yang saya ingin tanyakan adalah apa maksud dari bu Lily soal "belajar dan praktek Abhidhamma adalah vipasana,.....?"

Quote
dan kalo suatu saat saya belajar Vipassana Formal...saya tidak akan kaget. Soalnya dengan belajar Abhidhamma
Apakah "suatu saat" itu penting untuk "dipikirkan" oleh orang2 yang belajar Abhidhamma?
Bukankah "suatu saat" itu adalah masa yang akan datang?:)

Quote
saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua...maka kebijaksanaan saya akan bertambah sehingga perbuatan2 buruk bisa berkurang"
Apa manfaatnya bagi anda jika anda mengetahui "gejala2nya?"
Bukankah "mengurangi kejahatan" adalah keinginan dari "Aku" yang ingin "MULIA" "SURGA" "KEBAIKKAN?",sedangkan dalam vipasanna adalah pencerahan atau mungkin vipasanna bagi orang yang belajar Abhidhamma itu berbeda dengan MMD?

"saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua"
Dengan "menyelami" maka dapat "melihat dengan jelas"
Dengan "mencari" tahu maka "konsep pikiran bergabung dengan apa yang diselami" hasilnya=Saya tidak tahu,mungkin anda sudah tahu jawabannya? :)

Salam,
Riky

Saya rasa saya tidak perlu menjawab pertanyaan Bro Riky itu... karena pikiran dan pendapat kita udah berbeda dan Bro Riky juga sudah TANPA AKU, DIAM, MELEPAS, PADAM, BERHENTI dan SADAR.

Anumodana atas pertanyaannya.... _/\_

_/\_ :lotus:

Bu Lily, kalau melihat bunga-bunga dan "anumodana"nya,  pernyataan di atas muncul dari kusala citta juga yah? ;D
Wah, huebat buangett vipasana ala abhidhammanya. :))

Bro Suchamda...

Anumodana... _/\_

Pikiran timbul dan lenyap dengan cepat sekali.... sewaku menulis kata  yg di bold oleh Bro Suchamda itu... ada akusala citta yang halus dan setelah itu lenyap, timbul dengan cepatnye kusala citta yaitu kata anumodana itu.... jadi  akusala citta dan kusala citta itu akan berproses dan berakumulasi.... tunggu saat ada kondisi yang tepat akan berbuah.... makenye saya akan usahakan banyak muncul kusala citta agar kusala citta saya bisa mengkondisikan kusala citta yang lalu muncul/berbuah dan menekan akusala citta itu agar tidak berbuah (expire) ato jadi ahosi kamma.

_/\_ :lotus:

Kalau memang yang muncul terakhir adalah kusala citta, dan anda mengatakan ingin memperbanyak kusala citta, mengapa bagian kalimat yang akusala itu tidak dihapus saja?  ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 01 August 2008, 12:45:03 PM

Bu Lily, kalau melihat bunga-bunga dan "anumodana"nya,  pernyataan di atas muncul dari kusala citta juga yah? ;D
Wah, huebat buangett vipasana ala abhidhammanya. :))
Sorry numpang lewat, btw ini sindiran bukan bro?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 12:48:22 PM

Bu Lily, kalau melihat bunga-bunga dan "anumodana"nya,  pernyataan di atas muncul dari kusala citta juga yah? ;D
Wah, huebat buangett vipasana ala abhidhammanya. :))
Sorry numpang lewat, btw ini sindiran bukan bro?

Saya tidak mau menutup-nutupi bahwa itu adalah sindiran. Sindiran untuk menyadarkan dia, bahwa teori bisa superimposing ke pengamatan.

Nah, dia menyindir untuk apa?? ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 01 August 2008, 12:55:33 PM
dia menyindir utk menyadarkan bro...
bro menyindir utk menyadarkan dia...

:))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 12:58:04 PM
dia menyindir utk menyadarkan bro...
bro menyindir utk menyadarkan dia...

:))

Gak kok..... apa gak baca??
Dia menyindir Riky Dave kok, bukan saya. ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 01 August 2008, 12:58:38 PM
orang pintar dan orang sok pintar.....no ending....
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 01 August 2008, 01:00:57 PM
dia menyindir utk menyadarkan bro...
bro menyindir utk menyadarkan dia...

:))

Gak kok..... apa gak baca??
Dia menyindir Riky Dave kok, bukan saya. ;D
ooh, nyindir menyindir yang saling bertautan donk heheheh

si nyana ikutan nyambungin rantainya nih...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 01:05:34 PM
dia menyindir utk menyadarkan bro...
bro menyindir utk menyadarkan dia...

:))

Gak kok..... apa gak baca??
Dia menyindir Riky Dave kok, bukan saya. ;D
ooh, nyindir menyindir yang saling bertautan donk heheheh

si nyana ikutan nyambungin rantainya nih...

Ambil saja maknanya.
Kalau bisa memahami pelajarannya ya bermanfaat.
Seperti burung berkicau, maknanya tergantung masing2 yg mendengar. Bukankah  gitu bro? ;D

Coba kalau anda simak diskusi2 ini, secara tidak langsung kita sudah belajar vipassana. Belajar mengamati reaksi batin masing-masing. Ada yang sadar, ada yang tidak.
Tapi lihatlah,.....semua ini bisa berlangsung tanpa teori apa pun.
Justru yang pakai teori-teorian malah jadi kontradiksi sendiri, bukan?? ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 01 August 2008, 01:13:29 PM
“Saya seperti pohon di hutan. Burung datang ke pohon, hinggap di dahan, dan makan buah. Bagi burung, buahnya mungkin manis atau asam atau lainnya. Tetapi pohon itu tidak mengetahui apapun. Burung itu berkata manis atau berkata asam, tetapi dari sudut pandang pohon itu, hal ini hanyalah celoteh burung.”  ^-^
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 01 August 2008, 01:16:13 PM
Ambil saja maknanya.
Kalau bisa memahami pelajarannya ya bermanfaat.
Seperti burung berkicau, maknanya tergantung masing2 yg mendengar. Bukankah  gitu bro? ;D

yup...
sesuatu yg terasa seperti sindiran pun bisa bermanfaat kalo diambil maknanya..
yg penting ga sakit hati/merasa diserang egonya gara2 disindir....
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 01 August 2008, 01:18:19 PM
saya tidak mau ikutan menyindir sih tadi tapi karena demi menyadarkan kalian,saya sengaja tenggelam dalam akusala kamma hanya demi menyadarkan kalian  :P

Dhamma itu pemahaman ke dalam dan tergantung batin masing-masing dalam pencerapan,apapun itu Sang Buddha bisa melihat bahwa proses pencerahan setiap orang berbeda dan tidak sama, adayang bisa lewat Vipasana,ada yang cukup baca secuplik Sutra, ada yang bisa disentil. untuk apa kita merasa lebih jago, bukankah kita sudah terjebak dalam kemelekatan untuk menjadi sesuatu yang lebih hebat,superior, bahkan dalam membahas MMD sendiri,kemelekatan itu sering terjadi. ngapain maksa orang menjadi pro dan kontra....ga perlu kok, pemahaman itu tidak terjadi karena paksaan namun acceptance.

Lo mau jelasin Dhamma dengan baik tapi cara kamu komunikasi malah membuat orang merasa dengki,itu tidak membuat orang lain tercerahkan ataupun kamu tersadarkan dalam Dhamma, bahkan anda bisa terjebak dalam pandangan salah dalam pandangan benar.

Sang Buddha tidak mengkomunikasikan Dhamma dengan hantaman, tapi mencari celah penerimaan seseorang baru setelah orang itu menerima Dhamma, pandangan salah diruntuhkan.bukan dengan gaya sok pintar,sok benar dan sok sana sini
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 01 August 2008, 01:20:24 PM
Quote
Coba kalau anda simak diskusi2 ini, secara tidak langsung kita sudah belajar vipassana. Belajar mengamati reaksi batin masing-masing. Ada yang sadar, ada yang tidak.

Dalam vipassana, yang diamati bathin sendiri, bukan orang lain. Tidak bisa mengatakan ada yang sadar, ada yang tidak, kecuali kita sendiri sudah sadar dan memiliki abhinna cetopariyanana.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 01 August 2008, 01:32:11 PM
Coba kalau anda simak diskusi2 ini, secara tidak langsung kita sudah belajar vipassana. Belajar mengamati reaksi batin masing-masing. Ada yang sadar, ada yang tidak.
Tapi lihatlah,.....semua ini bisa berlangsung tanpa teori apa pun.
Justru yang pakai teori-teorian malah jadi kontradiksi sendiri, bukan?? ;D

Ini saya setuju Bro...
Dan ini pula yg saya anggap esensi Abhidhamma dikaitkan dengan Vipassana.

Bila kita belajar Abhidhamma, kita akan mengetahui jenis2 citta yg bermanfaat dan yg tidak.
Mengetahui hal2 tsb akan mengkondisikan kita untuk mengamati batin kita sendiri....
Akhirnya, secara tidak langsung, kita telah menerapkan Vipassana, yakni: mengamati reaksi batin yg muncul ketika menghadapi berbagai objek.

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 01 August 2008, 01:33:02 PM
“Saya seperti pohon di hutan. Burung datang ke pohon, hinggap di dahan, dan makan buah. Bagi burung, buahnya mungkin manis atau asam atau lainnya. Tetapi pohon itu tidak mengetahui apapun. Burung itu berkata manis atau berkata asam, tetapi dari sudut pandang pohon itu, hal ini hanyalah celoteh burung.”  ^-^

Ajahn Sumedho memang muridnya Ajahn Chah  :))

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 01 August 2008, 01:36:34 PM
Dengan penuh kasih saya juga mau menyadarkan, tapi kali ini targetnya adalah boss sumedho atau moderator board ini.

setelah menjadi ajang promosi, terus jadi ajang sindir-menyindir, sekarang dilanjutkan jadi ajang sadar-menyadari, sepertiya thread ini tidak bermanfaat tidak seperti topiknya yang mentereng. sebaiknya kita hentikan saja aib DC yang satu ini. _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 01 August 2008, 01:57:05 PM
Tergantung mo ambil telor ato tai nih pemirsa , MAKNYUSSSS
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 01 August 2008, 02:03:07 PM
Tergantung mo ambil telor ato tai nih pemirsa , MAKNYUSSSS

Bingung juga, dua2nya berguna   ???

Telor berguna untuk dimakan
Tai juga berguna, untuk pupuk organik dan bio energi...

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 02:03:16 PM

Seseorang pernah menanyai Ajahn Chah, "Bagaimana Anda mengajari murid-murid Barat Anda? Apakah Anda menggunakan bahasa Inggris atau Perancis? Apakah Anda berbicara dalam bahasa Jepang atau Jerman? "Tidak," jawab Ajahn Chah. Lalu bagaimana mereka menerimanya?" ia bertanya. Apakah Anda memelihara kerbau di taman Anda?" tanya Ajahn Chah. "Iya." Apakah Anda memelihara lembu, anjing, atau ayam?" Ya, saya juga memeliharanya," jawabnya. Coba katakan," Ajahn Chah meminta, "Apakah Anda berbicara pada kerbau atau lembu itu?" Tidak, tentu saja tidak." Yah, lalu bagaimana Anda melakukannya?" tanya Ajahn Chah. Ajahn Chah memiliki kemampuan yang terdengar aneh untuk menangkap Dharma tanpa kata dan mengalihkannya kepada umatnya dalam perumpamaan yang segar, mudah diikuti, terkadang lucu, kadang puitis, tetapi selalu mendapat tempat di hati, tempatnya bergema atau memberikan inspirasi yang paling mendalam.
Title: Superimposing
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 03:41:34 PM
SUPERIMPOSING

Sejauh saya melihat kamus, artinya adalah "meletakkan di atas", seperti meletakkan peta diatas sebuah kertas.

Sehubungan dengan topik disini, saya ingin menjelaskan bahwa vipassana bukan menjadi vipassana lagi apabila kita masih men-superimposisi-kan teori ke dalam praktek meditasi.

Sebagai penjelasan tentang makna superimposisi, silakan simak analogi sbb:

Apakah anda pernah melihat pasir di pantai, atau awan2 di langit, atau corak2 bebatuan atau kekayuan?
Semuanya bercorak acak bukan?
Tapi apa jadinya bila anda diberitahu oleh seorang lain bahwa dalam pola acak itu dapat ditemukan gambar muka kelinci, atau kucing, ataupun ada raksasa, dsb?
Serta merta, pikiran anda akan melihatnya. Dan semenjak saat itu, maka setiap kali melihat pola acak tersebut, selalu muncul gambar seperti yang diberitahukan tadi. Itu namanya bahwa pikiran telah terkonsep.
Dan untuk membiarkan pikiran anda kembali polos untuk tidak melihat pola apapun dalam pasir acak tersebut, itu merupakan hal yang tidak mudah.

Meditasi vipassana , pada hakikatnya adalah berupaya untuk membebaskan pikiran kita dari konsep-konsep.
Segala macam dukkha dalam alam samsara ini disebabkan oleh karena pikiran kita telah terkonsep dalam pola-pola yang menyebabkan kita melihat sesuatu itu sebatas konsep yg kita miliki. Konsep2 yang terbentuk sedemikian rupa inilah yg disebut karma.
Manusia melihat air adalah air, karena itu adalah karma kita. Ada konsep2 tertentu dalam batin manusia-manusia yang memiliki karma yang serupa sehingga air terlihat sebagai air.
Bagi mahluk preta, maka air --katanya-- adalah bagaikan darah basi.
Bagi mahluk neraka, maka air -- katanya -- adalah bagaikan lava membara.
Jadi, intinya, segala sesuatu yang memunculkan dukkha itu adalah karena batin manusia sudah terkonsep.
Untuk membebaskan pikiran dari konsep2 itulah maka kita berlatih meditasi vipassana.

Tapi apa jadinya bila suatu teori telah men-superimposisi-kan meditasi vipassana kita?
Tentu saja kita cuman akan melihat superimposisi konsep itu dalam meditasi kita, sama sekali bukan 'yang apa adanya'. Kecuali bila kita bisa melihat / menembusi konsep yg mensuperimposisi pengamatan kita itu.
Contoh :
Karena kita percaya / terdoktrin teori bahwa adanya akusala citta dan kusala citta, maka dalam pengamatan selanjutnya kita akan benar2 melihat bahwa citta itu ada yang kusala , akusala, dsb derivatifnya.
Padahal, sebenarnya 'kusala' maupun 'akusala' itupun juga adalah konsep!
Demikian juga karena kita begitu terdoktrin untuk berbuat pada hal2 yg secara konseptual baik2, maka kita secara tanpa disadari mensuperimposisikan konsep kebajikan pada perbuatan2 dengan pola itu  padahal belum tentu sebenarnya 'baik'. (Motive value deeds). Ini bisa sangat bias!
Makanya tak heran bila banyak buddhist yg terjebak dalam kemunafikan atau kepura-puraan hidup belaka!
Citta ya hanya ada citta, awareness, dan itupun bukan suatu substansi melainkan kekosongan belaka (emptiness).
Bagaimana kita bisa melihat sesuatu diluar pola-pola yg sudah terbentuk berkalpa-kalpa dengan menggunakan konsep atau pola-pola yang lainnya lagi?
Bila yang didapat cuman hanya karma baik belaka, maka tiada lain latihan spt itu hanyalah menghasilkan suatu kelahiran hidup di alam surgawi belaka, tapi sama sekali bukan pembebasan.

Abhidhamma hanyalah sebuah teori yang muncul dari ortodoksi para bhikkhu setelah jaman sang Buddha. Menurut para ahli sejarah buddhism, bukanlah perkataan Sang Buddha sendiri. Silakan melakukan study terpisah ataupun searching di internet utk hal ini.
Terlalu tidak mendasar kalau mengatakan Abhidhamma adalah paramatha sacca (kebenaran absolut), karena banyak teori2 buddhism lainnya yang telah berhasil membantahnya. Silakan baca filosofi Madhyamaka misalnya.
Dan dari pengalaman saya sendiri selama mencari teknik vipassana yang tepat, memang ternyata bahwa segala macam teori itu pada akhirnya harus dibuang, bila dan hanya bila kita mau melihat seperti apa adanya.
Jangankan teori. Konsep2 dasariah seperti "Oh, itu manusia", "itu pohon" dsb harus disadari keilusiannya!
Pada saat itu, tiada lagi dikotomi antara "oh itu Nama (batin)", "oh itu Rupa (fisik)". Dikotomi Nama-Rupa itu sendiri menunjukkan bahwa itu masih terlibat dalam wilayah konseptual. Kala pikiran berhenti, maka runtuhlah semua pembedaan.
Teori2 spt Abhidhamma, Madhyamaka dsb itu hanya berguna bila anda ingin menjadi scribe (ahli kitab) atau guru agama Buddha atau peneliti filsafat Buddhism.

Nah, kembali ke masalah superimposisi.
Apabila anda mempercayai adanya "gambar kucing" di atas gelaran pasir tersebut, maka pikiran anda akan mempercayai adanya kucing itu. Anda tidak sadar bahwa "kucing" itu adalah ciptaan pikiran anda belaka.
Demikian pula dalam meditasi vipassana. Sudah seharusnya kita menyadari segala macam keterkondisian kita dengan teori. Barulah kita bisa bebas.
Oleh karena itu, janganlah heran bila ada orang yang percaya Tuhan atau didoktrin tentang Tuhan, maka ia akan melihat Tuhan dimana-mana. Ini adalah masalah superimposisi!

Mudah2an dapat bermanfaat.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 03:48:27 PM
Kalau si penanya di atas menanyakan yang dibold kepada saya, jelas akan saya jawab: Tidak. ... Untuk bisa bervipassana tidak perlu teori apa pun. Malah segala macam teori akan menghalangi vipassana. ... Dan ini sudah saya buktikan dengan mengajar MMD kepada orang-orang non-Buddhis. Banyak di antara teman-teman non-Buddhis berhasil menerapkan vipassana dengan sangat baik, bahkan sering kali lebih baik daripada teman-teman Buddhis yang pikirannya sarat dengan teori.

Maaf Pak, mungkin in hanya perbedaan pemahaman (lagi)...

Kalau tidak ada teori, apa yg mau dilakukan Pak?
Ketika para peserta datang, kita bilang: "Silahkan vipassana...."
Lantas orang2 akan bingung, gimana caranya Pak?

Pasti kita akan bilang, "Silahkan duduk di bantal masing-masing, sadarilah segala reaksi batin yg timbul, jangan berusaha dikontrol, lepaskan saja, sadari saja...."

Dan segala macam peraturan lain yg kita tetapkan selama itu (misal menutup patung2 Buddha yg ada diruangan tsb, tidak usah membungkuk2kan badan ke pembimbing, dsbnya."

IMO, segala instruksi ini adalah 'Teori' Pak....

_/\_

::





Bro, perlu dibedakan antara instruksi dan teori.
Kita butuh teori  untuk memahami agama Buddha.
Tapi untuk mencapai pembebasan kita tidak butuh teori.
Yang dibutuhkan untuk mencapai pembebasan adalah instruksi (bagaimana melakukannya).

Butuh "How to" bukan butuh "What is".
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 01 August 2008, 03:50:12 PM
SUPERIMPOSING

Sejauh saya melihat kamus, artinya adalah "meletakkan di atas", seperti meletakkan peta diatas sebuah kertas.

Sehubungan dengan topik disini, saya ingin menjelaskan bahwa vipassana bukan menjadi vipassana lagi apabila kita masih men-superimposisi-kan teori ke dalam praktek meditasi.

Rekan Suchamda,

Dalam bervipassana, menurut ajaran guru-guru meditasi seperti YM Mahasi Sayadaw, bahwa seorang yogI diinstruksikan untuk mengamati nama dan rupa, nama dan rupa ini jelas adalah abhidhamma, mungkin dalam tingkat yang sangat mendasar.
Saya tidak mengatakan bahwa praktik vipasana anda keliru, tapi mereka yang menyelaraskan vipassana dengan abhidhamma juga tidak bisa disalahkan, ini adalah cara berlatih masing-masing individu. Dan menurut saya apapun cara yang ditempuh, itu adalah hal sangat pribadi dan tidak untuk diperdebatkan.

Quote
Abhidhamma hanyalah sebuah teori yang muncul dari ortodoksi para bhikkhu setelah jaman sang Buddha. Menurut para ahli sejarah buddhism, bukanlah perkataan Sang Buddha sendiri. Silakan melakukan study terpisah ataupun searching di internet utk hal ini.

Pernahkah anda membaca mengenai kisah Sang Buddha membabarkan Abhidhamma di tavatimsa? di sela-sela kunjungan Sang Buddha ke tavatimsa, Beliau masih menyempatkan diri untuk turun ke alam manusia dan menyampaikan apa yang Beliau ajarkan kepada YM Sariputta, kemudian oleh YM Sariputta diteruskan kepada para siswanya. jadi menurut saya, anda terlalu sembrono kalau menimpulkan bahwa Abhidhamma bukan berasal dari Sang Buddha. pada masa itu memang mungkin saja istilahnya bukan abhidhamma, tapi esensi ajarannya adalah Abhidhamma, dan sebenarnya abhidhamma ini juga sudah termasuk dalam sutta pitaka juga.

Quote
Terlalu tidak mendasar kalau mengatakan Abhidhamma adalah paramatha sacca (kebenaran absolut), karena banyak teori2 buddhism lainnya yang telah berhasil membantahnya. Silakan baca filosofi Madhyamaka misalnya.
kalau kita melihat dari sudut pandang paramattha/pannati maka jelas abhidhamma jelas adalah paramattha. hanya saja mungkin anda tidak mengartikan dengan benar makna dari paramattha itu.

Quote
Dan dari pengalaman saya sendiri selama mencari teknik vipassana yang tepat, memang ternyata bahwa segala macam teori itu pada akhirnya harus dibuang, bila dan hanya bila kita mau melihat seperti apa adanya.
Jangankan teori. Konsep2 dasariah seperti "Oh, itu manusia", "itu pohon" dsb harus disadari keilusiannya!
Pada saat itu, tiada lagi dikotomi antara "oh itu Nama (batin)", "oh itu Rupa (fisik)". Dikotomi Nama-Rupa itu sendiri menunjukkan bahwa itu masih terlibat dalam wilayah konseptual. Kala pikiran berhenti, maka runtuhlah semua pembedaan.
Teori2 spt Abhidhamma, Madhyamaka dsb itu hanya berguna bila anda ingin menjadi scribe (ahli kitab) atau guru agama Buddha atau peneliti filsafat Buddhism.
Saya melihat bahwa anda menolak abhidhamma tenpa mengetahui apa abhidhamma itu. silahkan anda mempelajari abhidhamma dulu bukan untuk menambah kemelekatan anda, tapi seperti ada pepatah mengatakan "Kenalilah musuh anda"

 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 04:01:55 PM
Quote
Rekan Suchamda,

Dalam bervipassana, menurut ajaran guru-guru meditasi seperti YM Mahasi Sayadaw, bahwa seorang yogI diinstruksikan untuk mengamati nama dan rupa, nama dan rupa ini jelas adalah abhidhamma, mungkin dalam tingkat yang sangat mendasar.
Saya tidak mengatakan bahwa praktik vipasana anda keliru, tapi mereka yang menyelaraskan vipassana dengan abhidhamma juga tidak bisa disalahkan, ini adalah cara berlatih masing-masing individu. Dan menurut saya apapun cara yang ditempuh, itu adalah hal sangat pribadi dan tidak untuk diperdebatkan.

Saya tidak melarang orang untuk melatih dengan metode masing2.
Tapi disini kan kita mau berdiskusi. Nah, untuk berdiskusi , orang perlu mengemukakan pendapatnya, alasannya, logikanya, reasoningnya.
Saya sudah melakukannya tanpa paksaan apapun ke pihak yg lainnya. Dan pihak yg lainnya pun punya hak yang sama untuk menjawabnya dengan argumentasi yang baik.

Pernyataan anda itu muncul karena anda terkonsep bahwa diskusi itu untuk "kalah vs menang".
Saya tidak memiliki intensi kesitu sama sekali.

Quote
Pernahkah anda membaca mengenai kisah Sang Buddha membabarkan Abhidhamma di tavatimsa? di sela-sela kunjungan Sang Buddha ke tavatimsa, Beliau masih menyempatkan diri untuk turun ke alam manusia dan menyampaikan apa yang Beliau ajarkan kepada YM Sariputta, kemudian oleh YM Sariputta diteruskan kepada para siswanya. jadi menurut saya, anda terlalu sembrono kalau menimpulkan bahwa Abhidhamma bukan berasal dari Sang Buddha. pada masa itu memang mungkin saja istilahnya bukan abhidhamma, tapi esensi ajarannya adalah Abhidhamma, dan sebenarnya abhidhamma ini juga sudah termasuk dalam sutta pitaka juga.

Yah itu kan mitos. Terus terang saya tidak mempercayainya. Apalagi abhidhamma baru ada beberapa ratus tahun setelah sang Buddha parinibbana.
Bukti arkeologis abhidhamma purba pun menunjukkan sistematika yg beda (kalau gak salah disebut Matika).
Kalau mau lebih dalam debat soal ini, silakan dengan pak Hudoyo saja.
Saya saat ini memang sedang mencegah terlalu banyak terlibat dalam diskusi konseptual.

Quote
kalau kita melihat dari sudut pandang paramattha/pannati maka jelas abhidhamma jelas adalah paramattha. hanya saja mungkin anda tidak mengartikan dengan benar makna dari paramattha itu.

Itu kan pendapatnya orang Theravada.
Kalau orang Madhyamaka akan bilang bahwa yang paramatha itu adalah Shunyata (emptiness).
Orang Sautrantika,lain lagi. Swatantrika Yogacarin, juga lain lagi.
Coba anda pelajari dulu filosofi Madhyamaka, dll. Lihatlah keluasan filosofi Buddhism. Jangan menjadi katak dalam tempurung mengatakan "inilah yg ultimate".
Menurut saya, semuanya itu tiada lain adalah konsep semata. Jari penunjuk bulan tapi bukan bulan itu sendiri.

Quote
Saya melihat bahwa anda menolak abhidhamma tenpa mengetahui apa abhidhamma itu. silahkan anda mempelajari abhidhamma dulu bukan untuk menambah kemelekatan anda, tapi seperti ada pepatah mengatakan "Kenalilah musuh anda"

Saya mempelajari Abhidhamma sudah semenjak lama. Bahkan pernah masuk di milisnya Nina von Gorkom, kalau gak salah Dhamma Study Club. Bahkan Nina mengirimkan saya buku karangannya. Juga saya pernah bbrp kali ikut kelasnya bp.Selamat Rodjali.

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 01 August 2008, 04:20:33 PM
Saya tidak melarang orang untuk melatih dengan metode masing2.
Tapi disini kan kita mau berdiskusi. Nah, untuk berdiskusi , orang perlu mengemukakan pendapatnya, alasannya, logikanya, reasoningnya.
Saya sudah melakukannya tanpa paksaan apapun ke pihak yg lainnya. Dan pihak yg lainnya pun punya hak yang sama untuk menjawabnya dengan argumentasi yang baik.

Pernyataan anda itu muncul karena anda terkonsep bahwa diskusi itu untuk "kalah vs menang".
Saya tidak memiliki intensi kesitu sama sekali.

Bagaimana anda tahu kalau saya memiliki konsep demikian, saya curiga bahwa pendpat itu berasal dari sikap anda sendiri. so, siapa yang berkonsep di sini?
FYI, saya adalah orang baru dalam Buddhism, dan dari postingan anda saya menilai bahwa anda cukup senior dalam hal ini. kalaupun anda meginginkan "kalah vs menang" saya mengaku "kalah".

Quote
Yah itu kan mitos. Terus terang saya tidak mempercayainya. Apalagi abhidhamma baru ada beberapa ratus tahun setelah sang Buddha parinibbana.
Bukti arkeologis abhidhamma purba pun menunjukkan sistematika yg beda (kalau gak salah disebut Matika).
Kalau mau lebih dalam debat soal ini, silakan dengan pak Hudoyo saja.
Saya saat ini memang sedang mencegah terlalu banyak terlibat dalam diskusi konseptual.
ya ini memang terserah kepada anda untuk percaya atau tidak. seseorang di forum ini pernah memposting ungkapan tentang matahari bagi orang buta. saya melihat anda adalah orang seperti itu, karena ketidakmampuan anda untuk melihat anda mencari solusi gampangnya bahwa hal itu tidak ada. maaf, saya yang belum mampu dan belum mau melepaskan konsep.
 
Quote
Itu kan pendapatnya orang Theravada.
Kalau orang Madhyamaka akan bilang bahwa yang paramatha itu adalah Shunyata (emptiness).
Orang Sautrantika,lain lagi. Swatantrika Yogacarin, juga lain lagi.
Coba anda pelajari dulu filosofi Madhyamaka, dll. Lihatlah keluasan filosofi Buddhism. Jangan menjadi katak dalam tempurung mengatakan "inilah yg ultimate".
Menurut saya, semuanya itu tiada lain adalah konsep semata. Jari penunjuk bulan tapi bukan bulan itu sendiri.
Ya anda benar, saya memang hanya tahu sedikit mengenai Theravada dan buta soal ajaran dari tradisi lainnya.
Tapi saya melihat forum ini sudah sangat baik sekali dalam hal arsitektur, ada board theravada, mahayana dlsb, jadi diskusi bisa dilakukan tanpa mencampuradukkan segala tradisi. dan anda mungkin tidak menyadari bahwa kita sedang berada dalam board Theravada, jadi saya akan membatasi opini saya hanya dari sudut pandang theravada.
Quote
Saya mempelajari Abhidhamma sudah semenjak lama. Bahkan pernah masuk di milisnya Nina von Gorkom, kalau gak salah Dhamma Study Club. Bahkan Nina mengirimkan saya buku karangannya. Juga saya pernah bbrp kali ikut kelasnya bp.Selamat Rodjali.
Berarti saya salah menilai anda. maafkan saya
 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 01 August 2008, 04:32:25 PM
Quote
Rekan Suchamda,

Dalam bervipassana, menurut ajaran guru-guru meditasi seperti YM Mahasi Sayadaw, bahwa seorang yogI diinstruksikan untuk mengamati nama dan rupa, nama dan rupa ini jelas adalah abhidhamma, mungkin dalam tingkat yang sangat mendasar.
Saya tidak mengatakan bahwa praktik vipasana anda keliru, tapi mereka yang menyelaraskan vipassana dengan abhidhamma juga tidak bisa disalahkan, ini adalah cara berlatih masing-masing individu. Dan menurut saya apapun cara yang ditempuh, itu adalah hal sangat pribadi dan tidak untuk diperdebatkan.

Saya tidak melarang orang untuk melatih dengan metode masing2.
Tapi disini kan kita mau berdiskusi. Nah, untuk berdiskusi , orang perlu mengemukakan pendapatnya, alasannya, logikanya, reasoningnya.
Saya sudah melakukannya tanpa paksaan apapun ke pihak yg lainnya. Dan pihak yg lainnya pun punya hak yang sama untuk menjawabnya dengan argumentasi yang baik.

Kalau tidak melarang orang dengan metode masing2 dan disini untuk berdiskusi, ngak usah jadi satpam atau preman kesiangan yak.... disini uda ada moderator om. 8)

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 01 August 2008, 04:54:18 PM
Sitagu Sayadaw:
... Vipassana and Abhidhamma cannot be separated. And while it may not be said that one can practice Vipassana only after one has mastered the Abhidhamma, Vipassana meditation and the study of Abhidhamma remain one and the same thing...

Pandangan saya bertolak belakang dengan pandangan Sitagu Sayadaw ini. Abhidhamma tidak kompatibel dengan vipassana, karena Abhidhamma menggunakan pikiran sebagai instrumennya, sedangkan vipassana justru menyadari pikiran itu sendiri sehingga berhenti.

Saya berbeda pendapat dengan Sitagu Sayadaw, sebab menurut saya, keduanya memang bisa saja berdiri sendiri. Orang bisa saja bervipassana dengan atau tanpa Abhidhamma, dan tetap mendapatkan manfaatnya.
Tapi saya juga berbeda pendapat dengan Pak Hudoyo bahwa Abhidhamma tidak kompatibel dengan Vipassana. Vipassana menyadari gerak pikiran, dan pikiran itu bisa juga berupa ajaran Abhidhamma, ajaran agama lain, ilmu pengetahuan dan bahkan kegiatan sehari-hari. Vipassana yang berada di luar tataran konsep, tidak bisa dikatakan "kompatibel" ataupun "tidak kompatibel" dengan suatu konsep.

Singkatnya, berangkat dari gerak pikiran (ajaran/konsep/teori) apapun, ketika dia menyadarinya dan "berhenti" (meminjam istilah dari MMD), maka di situlah "ditemukan" vipassana. Jadi di dalam ajaran/konsep/teori apapun, seseorang bisa "menemukan" vipassana; tetapi di dalam vipassana, tidak akan ada ajaran/konsep/teori apapun, bahkan sudah tidak ada istilah vipassana itu sendiri.
(contohnya: Bahiya "menemukan" Vipassana dalam Bahiya Sutta, tetapi dalam vipassananya Bahiya, saya percaya sudah tidak ada ajaran Buddha)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 04:55:30 PM
Quote
Rekan Suchamda,

Dalam bervipassana, menurut ajaran guru-guru meditasi seperti YM Mahasi Sayadaw, bahwa seorang yogI diinstruksikan untuk mengamati nama dan rupa, nama dan rupa ini jelas adalah abhidhamma, mungkin dalam tingkat yang sangat mendasar.
Saya tidak mengatakan bahwa praktik vipasana anda keliru, tapi mereka yang menyelaraskan vipassana dengan abhidhamma juga tidak bisa disalahkan, ini adalah cara berlatih masing-masing individu. Dan menurut saya apapun cara yang ditempuh, itu adalah hal sangat pribadi dan tidak untuk diperdebatkan.

Saya tidak melarang orang untuk melatih dengan metode masing2.
Tapi disini kan kita mau berdiskusi. Nah, untuk berdiskusi , orang perlu mengemukakan pendapatnya, alasannya, logikanya, reasoningnya.
Saya sudah melakukannya tanpa paksaan apapun ke pihak yg lainnya. Dan pihak yg lainnya pun punya hak yang sama untuk menjawabnya dengan argumentasi yang baik.

Kalau tidak melarang orang dengan metode masing2 dan disini untuk berdiskusi, ngak usah jadi satpam atau preman kesiangan yak.... disini uda ada moderator om. 8)



Saya memang tidak melarang orang dengan metode masing2. Dimanakah saya melarang?

Kalau saya nyindir, itu tiada lain adalah untuk merespon netter2 yang lebih dahulu bersikap nyindir, alih-alih memberikan tanggapan dengan argumentasi yang reasonable.
Kedua, saya ingin meng-eksplisitkan serangan-serangan yang bersembunyi dibalik kata-kata manis dan imposing (menyiratkan). Tujuan diskusi disini saya rasa salah satunya adalah untuk memperlihatkan perbedaan antara meditasi vipassana berbasiskan Abhidhamma dan meditasi vipassana MMD yang tidak berbasiskan teori apapun.
Oleh karena itu, saya berusaha menunjukkan bahwa sikap2 netter yang berteori itu pada akhirnya kontradiksi dengan teorinya sendiri. Ego yang halus itu susah disadari oleh ybs, jadi disini saya cuman menjadi fasilitator untuk membesarkan ego (kemarahan) mereka agar mereka sendiri lebih mudah mengamatinya. Bukankah ini vipassana? ;D

Banyak netter yang mengutip ayat2 indah penuh kelembutan, tapi dilontarkan semata-mata karena sikap reaktif. Hal ini terbukti dengan tidak relevannya artikel yg dia sampaikan dengan alur diskusi yang terjadi.
Ada juga netter yang menutup kemarahannya dengan kata-kata manis berbunga-bunga, bahkan tidak menyadarinya bahwa itu adalah kemarahan.
Saya juga cuman berupaya menunjukkan betapa melekatnya mereka dengan teori yang mereka rasa tidak dimelekatinya.

Itulah sebenarnya mengapa disini saya bersikap demikian. Semata-mata saya ingin mengajak kalian melihat sendiri bahwa teori bisa sedemikian rupa mengelabui persepsi masing2 akan dirinya sendiri.

Tetapi spt rekan Willibordus, yang bersikeras untuk melatih dengan caranya sendiri dan dia mengemukakan argumentasinya dengan teratur dan berisi. Walaupun berbeda dengan pendapat saya, toh saya tidak mengutak-atiknya, bukan?

Disamping itu, kalau mau mempelajari benar2 vipasana, sudah resikonya untuk siap disinggung egonya. Belajar vipassana bukan dengan dharma yang manis-manis / sejuk-sejuk. Setau saya, guru vipasana yang saya anggap baik, akan mampu menekan satu tombol dimana kemarahan saya kontan meledak. Disitu saya langsung bisa mengamati titik lemah simpul batin saya. Semakin besar emosinya, semakin jelas pengamatannya. Dengan cara disadari demikian, baru ada harapan utk terurai.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: san on 01 August 2008, 05:00:35 PM
Apa ada kemungkinan bahwa kita mempelajari buddhisme dengan cara yang salah?

Misalkan (klo tidak salah baca) ada pernyataan dalam buddhisme yang mengatakan:
-Sungguh beruntung terlahir sebagai seorang manusia, karena sulit sekali terlahir sebagai manusia, karenanya hargailah kehidupan
-Tubuh ini sebenarnya menjijikkan, keluar cairan, bau, hanyalah kantong sampah
-Kita sebenarnya hanya terdiri dari 2 hal nama dan rupa: tubuh fisik dan batin.

Klo dilihat secara umum tanpa mempelajari pemahaman buddhisme dangkal maupun mendalam, ketiga pernyataan di atas satu dan yang lainnya bertolak belakang. Namun jika kita mempelajari awal, kemudian semakin mendalam pemahaman kita, bahwa ketiga hal tersebut tidaklah bertolak belakang. Satu mendukung yang lain. Dari keberuntungan lahir sebagai manusia, memahami sifat ketidakkekalan, dan belajar cara untuk melihat apa adanya. Dan kemungkinan untuk melihat apa adanya hanya bisa dilakukan apabila terlahir sebagai manusia, karena dengan begitu kita dapat melihat ketidakkekalan.

Atau mungkin saya yang salah dalam mengartikan tahapan dalam mempelajari buddhisme seperti yang saya ungkapkan di atas?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 01 August 2008, 05:01:30 PM
 ~o) Untung Gw kristien gak ngerti bahas ginian kakakakak
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 05:03:51 PM
Apa ada kemungkinan bahwa kita mempelajari buddhisme dengan cara yang salah?

Misalkan (klo tidak salah baca) ada pernyataan dalam buddhisme yang mengatakan:
-Sungguh beruntung terlahir sebagai seorang manusia, karena sulit sekali terlahir sebagai manusia, karenanya hargailah kehidupan
-Tubuh ini sebenarnya menjijikkan, keluar cairan, bau, hanyalah kantong sampah
-Kita sebenarnya hanya terdiri dari 2 hal nama dan rupa: tubuh fisik dan batin.

Klo dilihat secara umum tanpa mempelajari pemahaman buddhisme dangkal maupun mendalam, ketiga pernyataan diatas satu dan yang lainnya bertolak belakang. Namun jika kita mempelajari awal, kemudian semakin mendalam pemahaman kita, bahwa ketiga hal tersebut tidaklah bertolak belakang. Satu mendukung yang lain. Dari keberuntungan lahir sebagai manusia, memahami sifat ketidakkekalan, dan belajar cara untuk melihat apa adanya.

Atau mungkin saya yang salah dalam mengartikan tahapan dalam mempelajari buddhisme seperti yang saya ungkapkan di atas?

Masing-masing obat ada untuk tahapan2an penyakitnya sendiri-sendiri.

Tapi untuk bervipasana, kita tidak memakai antidote utk melawan kecenderungan batin kita; melainkan dengan cara self-liberation (emosi / pikiran negatif itu pudar dengan sendirinya). Termasuk konsep2 yang anda sebutkan diatas. Sampai suatu saat melihat : tidak ada manusia.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 01 August 2008, 05:06:56 PM
Apa ada kemungkinan bahwa kita mempelajari buddhisme dengan cara yang salah?

Misalkan (klo tidak salah baca) ada pernyataan dalam buddhisme yang mengatakan:
-Sungguh beruntung terlahir sebagai seorang manusia, karena sulit sekali terlahir sebagai manusia, karenanya hargailah kehidupan
-Tubuh ini sebenarnya menjijikkan, keluar cairan, bau, hanyalah kantong sampah
-Kita sebenarnya hanya terdiri dari 2 hal nama dan rupa: tubuh fisik dan batin.

Klo dilihat secara umum tanpa mempelajari pemahaman buddhisme dangkal maupun mendalam, ketiga pernyataan di atas satu dan yang lainnya bertolak belakang. Namun jika kita mempelajari awal, kemudian semakin mendalam pemahaman kita, bahwa ketiga hal tersebut tidaklah bertolak belakang. Satu mendukung yang lain. Dari keberuntungan lahir sebagai manusia, memahami sifat ketidakkekalan, dan belajar cara untuk melihat apa adanya. Dan kemungkinan untuk melihat apa adanya hanya bisa dilakukan apabila terlahir sebagai manusia, karena dengan begitu kita dapat melihat ketidakkekalan.

Atau mungkin saya yang salah dalam mengartikan tahapan dalam mempelajari buddhisme seperti yang saya ungkapkan di atas?

Yang dimaksud beruntung adalah, sebagai manusia (point pertama), kita bisa lebih mudah menyadari point ke 2 dan ke 3. Bukannya beruntung memiliki "kotoran terbungkus kulit berkeringat".
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 01 August 2008, 05:08:20 PM
Sekarang jelas kenapa diskusi ini kesannya gak nyambung, ternyata ada kesalahpahaman yang fatal di sini.

sebagian besar member mendiskusikan Vipassana dan Abhidhamma, tetapi rekan Suchamda ternyata mendiskusikan Vipassana versi "MMD" dengan Abhidhamma.

Saya dan mungkin sebagian member di sini juga mempraktikkan Vipassana hanya kebetulan bukan MMD. jadi jelas gak nyambung

Maaf nih, jadi OOT.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 05:17:35 PM
Sekarang jelas kenapa diskusi ini kesannya gak nyambung, ternyata ada kesalahpahaman yang fatal di sini.

sebagian besar member mendiskusikan Vipassana dan Abhidhamma, tetapi rekan Suchamda ternyata mendiskusikan Vipassana versi "MMD" dengan Abhidhamma.

Saya dan mungkin sebagian member di sini juga mempraktikkan Vipassana hanya kebetulan bukan MMD. jadi jelas gak nyambung

Maaf nih, jadi OOT.

Ya, judulnya bisa menyesatkan. Saya juga baru nyadar bhw hal ini bisa membingungkan orang yg tidak mengikuti diskusi semenjak awal. Terimakasih.

Btw, thread ini merupakan kelanjutan dari diskusi Pak Hudoyo tentang Apakah 8 Jalan Mulia perlu dalam vipassana, di ruang theravada ini juga :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3718.0.html
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 01 August 2008, 05:27:49 PM
~o) Untung Gw kristien gak ngerti bahas ginian kakakakak

Harusnya di sini ada peraturan, Non-Buddhist dilarang masuk. mau nonton, atau bayar karcis dulu. ;D

Sorry Ryu _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 01 August 2008, 05:34:15 PM
~o) Untung Gw kristien gak ngerti bahas ginian kakakakak

Harusnya di sini ada peraturan, Non-Buddhist dilarang masuk. mau nonton, atau bayar karcis dulu. ;D

Sorry Ryu _/\_

huehuehue mo jadi penonton yang netral ahhh
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 05:41:17 PM
~o) Untung Gw kristien gak ngerti bahas ginian kakakakak

Harusnya di sini ada peraturan, Non-Buddhist dilarang masuk. mau nonton, atau bayar karcis dulu. ;D

Sorry Ryu _/\_

huehuehue mo jadi penonton yang netral ahhh

Pengin sih ikutan.................. :P
Saya rasa penjelasan saya kenapa dan mengapanya sudah cukup spt saya sampaikan di depan.
Mudah-mudahan stimulasi dan simulasi yang saya buat ini bisa membuat kalian lebih feel dan membumi kalau berdiskusi.
Karena saya anggap apa yg saya lakukan sudah dapat dimengerti, maka saya mau menjadi penonton kembali, dan atas korban-korban saya ;D yg telah saya gamparin, saya mohon maaf, silakan balas dendam sepuas-puasnya. Saya akan berusaha (berusaha loh;D) untuk diam dan menikmati saja. :)) :))

Tapi ingat, misi kita adalah untuk memperluas wacana, melihat kelemahan pandangan kita sendiri, dsb dsb, so jangan kebanyakan ngejunk. ^:)^
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 01 August 2008, 05:43:32 PM
untung hui kaga kesini :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 01 August 2008, 05:44:38 PM
karena udah pada undur diri, silahkan undang setan2 untuk berpesta di sini, ruang udah gak dipake lagi
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: William_phang on 01 August 2008, 05:46:45 PM
jd sudah diperbolehkan junk ya...:)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 01 August 2008, 05:49:46 PM
HOREEEEE!!!!

kalo Tuhan medho kesini berarti die juga Setan yach
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 01 August 2008, 05:52:00 PM
bahagianya setan-setan
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 01 August 2008, 05:54:01 PM
Sayang.... Ko Iwan senta ga kesini.... Dia kan Raja setan di forum DC ini.... :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: F.T on 01 August 2008, 06:02:33 PM


:backtotopic:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 01 August 2008, 07:20:20 PM
Quote
dalam jalan yg gw pelajarin, disinlah fungsi seorang pembimbing ( Guru )...
membimbing agar jalan yang kita tempuh tidak melanggar Sila, dll.
Saya tidak yakin bahwa "Guru" bisa membimbing agar jalan yang kita tempuh tidak melanggar Sila,dll...:)
Bagaimana "Sang Guru" bisa tahu?Bukankah semuanya kembali kepada diri kita sendiri?
Yang menempuh adalah diri kita sendiri,bukan guru kita bukan?
Tapi bagaimana pun seperti yang saudara katakan bahwa itu adalah "jalan" anda,jadi saya tidak bisa bercomplain lagi...Semua orang memiliki jalannya sendiri...:)

Quote
sesuai Dhamma , Dhamma disini bagi saya ,mengacu pada ajaran sang Buddha.
kalau ditanya ajaran sang Buddha yang mana? kembali lagi ke motivasi masing2.. maka itu ada mahayana, theravada, dll...
darimana memperoleh Dhamma? dari buku2, rekan2 yang juga mempelajari Dhamma, dari Guru yang sesuai dan dari pengalaman sendiri...
Wah,berati Dhamma itu banyak?
Ada Dhamma Theradavada,Mahayana,dll...
Bukankah "kebenaran adalah kebenaran?"
Kalau anda bilang dari guru yang sesuai dan pengalaman sendiri,saya setuju karena "dhamma" itu telah dibuktikan bukan hanya sekedar menjadi konsep belaka...:)

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 01 August 2008, 07:36:38 PM
Quote
Kata "netral" yang saya tuliskan, maksudnya adalah Abhidhammanya bisa jadi "telur" bagi satu orang, bisa jadi "kotoran" bagi orang lain. Bisa keduanya dan juga bukan keduanya bagi orang lain lagi.
Berati dengan kata lain bahwa Abhidhamma adalah "sebuah alat netral" dan "pengendalinya" adalah orang2 yang belajar tentang Abhidhamma,lantas jika begitu maka "Abhidhamma" yang banyak orang2 pelajari adalah "kotoran"...:)
Karena kotoran yang dipungut oleh para pembelajar abhidhamma mungkin saja seperti kata anda dikira "telur"...
Karena banyak dari pembelajar teori menganggap bahwa "teori2" tersebut adalah MUTLAK BENAR atau KELUAR DARI MULUT SANG BUDDHA...^-^
Lantas bisakah anda jelaskan dimanakah letak sang "telur nibbana?" didalam Abhidhamma teori anda?

Quote
Ketika orang belajar sesuatu (apakah Abhidhamma ataupun hal lain), kemudian Lobha-Dosa-Moha-nya berkurang, bukannya bertambah, maka dia memungut "telur", walaupun orang lain mengatakan dia memungut "kotoran".
Benarkah bahwa orang yang belajar tentang Abhidhamma bisa mengurangi LDM sampai terkikis habis?Dan disebut memunggut "telur?"
LDM ini adalah sesuatu yang sangat "halus" dia muncul sangat cepat bahkan mungkin lebih cepat daripada kecepatan cahaya ^-^
Lantas apakah "teori" itu bisa mencegah/mengurangi LDM sampai terkikis penuh atau bahkan setengahnya saja?
Setahu saya ketika kita "marah" maka "marah" itu sudah "muncul" duluan dan tidak bisa dicegah oleh "teori apapun" yang ada dimuka bumi ini...Dan baru ketika "marah" muncul dia akan melakukan aktivitasnya melalui ucapan,perbuatan,pikiran....Ketika itu berlangsung maka "teori" baru mengikisnya dengan berkata,"Sabar" "Cuekin" dstnya...
Apakah hal tsb bukan disebut "penguatkan aku" "pemuasaan aku"?
"Aku" dipuaskan oleh "teori" tentang "kebaikan" "kesabaran" "lapang dada" "pemaaf" "mulia" "baik" dll...Dengan begitu Sang AKU pun puas dan semakin berkuasa,lantas apakah itu masih belum bisa disebut dengan memunggut "kotoran?"

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 01 August 2008, 07:46:28 PM
Saya sering melihat bahwa kata dari Bu lily adalah pikiran timbul dan lenyap sangat cepat sekali...
Saya hanya memiliki 1pertanyaan yang jika berkenan oleh Bu lily untuk dijawab :)
"Jika pikiran timbul dan lenyap sangat cepat sekali bagaimana teori2 abhidhamma bisa membantu seseorang untuk menyebarang ke pantai seberang?"
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 01 August 2008, 07:54:59 PM
Quote
Ada sebuah kisah Sang Buddha yang di cerca oleh seorang brahmana yaitu sbb :
Pada suatu ketika Sang Buddha diundang oleh seorang brahmana untuk bersantap di rumahnya. Oleh karena diundang, maka Sang Buddha datang kerumahnya. tetapi ia bukannya menjamu Sang Buddha, malahan mencerca Beliau dengan kata-kata yang paling kotor.
Dengan sopan Sang Buddha bertanya : "Brahmana, pernahkah ada orang-orang datang ke rumahmu?"
Brahmana : "Ya"
Sang Buddha : "Apakah yang anda lakukan bila mereka datang?"
Brahmana : "O, aku menyiapkan jamuan besar."
Sang Buddha : "Bagaimana bila mereka tidak jadi datang?"
Brahmana : "Dengan gembira kami menyantap makanan yang telah disiapkan."
Sang Buddha : "Nah, Brahmana yang baik, anda telah mengundang diri-Ku datang ke rumah untuk makan, dan anda telah menjamu diri-Ku dengan kata-kata cercaan. Aku tak menerima semua itu. Silahkan ambil kembali."
Bagi saya bahwa untuk kisah yang diceritakan diatas bahwa pada saat itu adalah KONDISI seorang SB,sedangkan saya rasa disini tidak ada yang mengaku bahwa dia seorang SammaSambuddha bukan??:)
Jadi teori diatas tidak relevan untuk dibandingkan dengan "kejadian yang sering terjadi di DC ini"
Dan saya berharap bahwa "teori2" tersebut tidak digunakan sebagai suatu "pembenaran" atas sebuah "ketidaktahuan/kebodohan" yang sering kali ditunjukan dari berbagai netter disini...:)
Dan terakhir saya ingin berkata bahwa,"Jika kita belum menembus "teori" yang sering kita tuliskan dan bicarakan alangkah baiknya kita sendiri membuktikannya terlebih dahulu daripada bercuap2 kepada orang lain,padahal kita sendiri tidak tahu apa2...."

Quote
Pujian dan celaan adalah dua kondisi dunia lainnya yang harus dialami tiap orang. Adalah wajar menjadi gembira bila dipuji, dan menjadi kecewa bila dicela. Sang Buddha berkata : Orang Bijaksana tidak menunjukkan rasa gembira maupun kecewa di tengah-tengah pujian dan celaan. Mereka tetap teguh bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai.
Jadi kapan kita jadi orang bijaksana itu? marilah kita renungkan....
Jangan pernah berkata bahwa,"Kapan kita menjadi orang bijaksana".... :)
Saya rasa disini tidak ada yang mengaku bahwa dia Bijaksana seperti Seorang SAMMASAMBUDDHA?Atau mungkin para pakar Abdhidhamma merasa dia SEBIJAKSANA SB?
Jadi hal tersebut tidak relevan jika anda menuliskan bahwa kita harus sebijaksana "Orang Bijaksana",Orang bijaksana sudah menembus NIBBANA,sedangkan kita?Saya menjawab bahwa saya belum menembus NIBBANA,apakah anda dan rekan2 anda sudah?:)

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 01 August 2008, 08:06:29 PM
saya tidak mau ikutan menyindir sih tadi tapi karena demi menyadarkan kalian,saya sengaja tenggelam dalam akusala kamma hanya demi menyadarkan kalian  :P

Dhamma itu pemahaman ke dalam dan tergantung batin masing-masing dalam pencerapan,apapun itu Sang Buddha bisa melihat bahwa proses pencerahan setiap orang berbeda dan tidak sama, adayang bisa lewat Vipasana,ada yang cukup baca secuplik Sutra, ada yang bisa disentil. untuk apa kita merasa lebih jago, bukankah kita sudah terjebak dalam kemelekatan untuk menjadi sesuatu yang lebih hebat,superior, bahkan dalam membahas MMD sendiri,kemelekatan itu sering terjadi. ngapain maksa orang menjadi pro dan kontra....ga perlu kok, pemahaman itu tidak terjadi karena paksaan namun acceptance.
Lo mau jelasin Dhamma dengan baik tapi cara kamu komunikasi malah membuat orang merasa dengki,itu tidak membuat orang lain tercerahkan ataupun kamu tersadarkan dalam Dhamma, bahkan anda bisa terjebak dalam pandangan salah dalam pandangan benar.
Wah2...Saudara nyana yang baik...
Dulu ketika saya tidak mau menjelaskan apa yang saya tahu anda marah2?
Lihat kalimat anda yang berikut ini :)
Quote
Wah,lain dari pendapat saya tentang Hukum Alam,kita sudah beda jalur...

lalu setelah beda jalur,anda mulai menghentikan diskusi ini? Kenapa tidak mencoba memerikan penjelasan atas pendapat anda? Kalo Hit & Run saya juga bisa.tinggal lempar pertanyaan,tunggu jawaban trus gw diemin.
Sampai hari ini saya melihat bobot jawaban anda itu hanya sekedar septah kata tapi tiada penjelasan dan bahkan mencoba memancing emosi peserta dengan gaya 'sok' pintar.
Kenapa 'aha' anda tidak memiliki QC atau filter sama sekali?
Sekarang saya kembali bertanya,"Pantas kah anda berkata seperti yang saya bold kan diatas? "

Quote
Sang Buddha tidak mengkomunikasikan Dhamma dengan hantaman, tapi mencari celah penerimaan seseorang baru setelah orang itu menerima Dhamma, pandangan salah diruntuhkan.bukan dengan gaya sok pintar,sok benar dan sok sana sini
Saya rasa disini tidak ada yang mengaku dia adalah seorang Sang Buddha,apakah ada yang mengaku bahwa dia adalah seorang Buddha?

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 01 August 2008, 08:21:25 PM
Quote from: riky
Dan terakhir saya ingin berkata bahwa,"Jika kita belum menembus "teori" yang sering kita tuliskan dan bicarakan alangkah baiknya kita sendiri membuktikannya terlebih dahulu daripada bercuap2 kepada orang lain,padahal kita sendiri tidak tahu apa2...."
kalau gitu yg belum tercerahkan dilarang posting dan berdiskusi donk...... tutup deh forumnya :P
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 01 August 2008, 08:27:21 PM
kalau saya mengartikannya begini boss,

"yang posting di forum ini berarti udah Arahat" karena yang belum cerah tidak boleh posting.
banyak dari kita ternyata tidak menyadari bahwa kita sudah Arahat. ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 01 August 2008, 08:28:49 PM
Mending Face to face aja, langsung praktek, coba siapa yang kuat di tabok die pasti ARAHAT kakakakakak
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 01 August 2008, 08:30:01 PM
hayok sini ryu, secara dikaw yg kasih ide, you got the honor to be the first to be tested.... >:D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 01 August 2008, 08:30:49 PM
Dasar kompor!

Boss Sumedho bisa buatkan emoticon gambar kompor?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 01 August 2008, 08:33:44 PM
hayok sini ryu, secara dikaw yg kasih ide, you got the honor to be the first to be tested.... >:D

Gw mah udah jelas khan statusnya "masih tersesat'" kakakakak
Ini ceritanya khan katanya ada yang udah "merasa" prakteknya benar dan teori itu salah.
Ayo ayo cepat sapa pegang sapa kakakakak
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 01 August 2008, 08:36:29 PM
Quote
kalau gitu yg belum tercerahkan dilarang posting dan berdiskusi donk...... tutup deh forumnya
Lebih baik bukan...:)
Harusnya ditandai antara kata "sipembicara" dengan "apa yang sedang dia ingin cocok2an"...

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 01 August 2008, 08:43:07 PM
sebagai orang-orang civilized, tentunya kita menganut kebebasan bicara, demokrasi.
jadi di forum ini, siapapun boleh mengeluarkan pendapatnya sebebas-bebasnya, sepanjang mematuhi rules yang telah ditetapkan oleh peraturan forum, dan juga di sini ada moderator yang selalu mengawasi ketertiban forum.
jadi tidak pada tempatnya kalau kita menentukan siapa yang boleh dan siapa yang tidak boleh posting di sini.

apakah si poster mengatakan apa yang telah ia capai atau praktekkan atau sekedar teori, it doesn't matter.
 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 01 August 2008, 08:48:44 PM
dan jangan pada ngotot yach :))
coba masing2 cangkirnya dikosongkan dulu ahh biar adem :)

Nan-In , Guru Zen pada era Meiji (1868-1912) menerima kunjungan seorang Professor yang ingin memahami mengenai Zen. Nan-In menyuguhkan teh. Ia menuangkan air teh ke cangkir sang tamu hingga penuh, lalu tetap menuangkan air ke dalamnya. Sang Professor yang mengamati air meluber dari cangkir, kaget dan berkata ” Ini sudah penuh. Tak akan dapat masuk lagi !”. “Seperti cangkir ini,” kata Nan-In, “Anda penuh oleh pendapat dan perkiraan. Bagaimana saya dapat menunjukkan kepada Anda mengenai Zen sebelum Anda terlebih dahulu mengosongkan cangkir Anda”
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 01 August 2008, 08:52:25 PM
sebagai orang-orang civilized, tentunya kita menganut kebebasan bicara, demokrasi.
jadi di forum ini, siapapun boleh mengeluarkan pendapatnya sebebas-bebasnya, sepanjang mematuhi rules yang telah ditetapkan oleh peraturan forum, dan juga di sini ada moderator yang selalu mengawasi ketertiban forum.
jadi tidak pada tempatnya kalau kita menentukan siapa yang boleh dan siapa yang tidak boleh posting di sini.

apakah si poster mengatakan apa yang telah ia capai atau praktekkan atau sekedar teori, it doesn't matter.
 _/\_
Memang itu bukan masalahnya,masalahnya bukankah terletak pada "sindir menyindir?"
Saya rasa kadang kala banyak yang hanya nimbrung untuk menyindir pihak2 tertentu berdasarkan "kutipan2" ini dan itu...
Saya tidak pernah berkata bahwa hanya orang yang sudah praktik boleh memposting bukan?
Dan apa yang sering terjadi disini?Para penteori menyindir para praktik dengan mengambil kutipan2 tertentu yang dia sendiri mungkin TIDAK PERNAH MENGALAMI secara LANGSUNG KUTIPAN2nya tersebut...
Lantas ketika dia sudah mulai tidak tahu arah,dia mulai lah mencocok2an kutipan2 tertentu dengan kondisi2 yang ada,seperti kata saudara  Suchamda bahwa banyak netter yang menggunakan kata2 yang manis yang didalamnya benar2 busuk2 atau lebih tepatnya untuk menutupi kebusukannya dia berlindung didalam kata2/kutipan2 sutta tertentu yang indah dan menyerang orang lain melalui kutipan tersebut,padahal saya rasa bahwa mungkin dia sendiri BELUM pernah MENEMBUS apa yang DITULISKAN diSANA atau lebih tepatnya MEMBUKTIKAN KEBENARANNYA SECARA LANGSUNG...

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 01 August 2008, 09:02:30 PM
Sdr. Riky,

Meskipun kata-kata ada benarnya, tapi mohon anda bisa mengendalikan bahasa anda, harap anda bisa menjaga perasaan, banyak member di sini yang berkeyakinan kepada Sang Buddha, kalau anda tidak demikian, mohon bertoleransi. Kutipan Sutta yang anda anggap "busuk" itu sangat kami hormati, dan saya terpaksa meng-click button "Report to moderator" untuk postingan anda di atas.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 01 August 2008, 09:03:00 PM
riky loe penteori apa para praktik?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 01 August 2008, 09:06:16 PM
Sdr. Riky,

Meskipun kata-kata ada benarnya, tapi mohon anda bisa mengendalikan bahasa anda, harap anda bisa menjaga perasaan, banyak member di sini yang berkeyakinan kepada Sang Buddha, kalau anda tidak demikian, mohon bertoleransi. Kutipan Sutta yang anda anggap "busuk" itu sangat kami hormati, dan saya terpaksa meng-click button "Report to moderator" untuk postingan anda di atas.
Maaf,jika anda salah menanggapi pernyataan saya...:)
Lihat kalimat saya ini
"banyak netter yang menggunakan kata2 yang manis yang didalamnya benar2 busuk2 atau lebih tepatnya untuk menutupi kebusukannya dia berlindung didalam kata2/kutipan2 sutta tertentu yang indah dan menyerang orang lain melalui kutipan tersebut"
Apakah sudah jelas AKU siapa yang kuat?^-^

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 01 August 2008, 09:08:31 PM
riky loe penteori apa para praktik?
Apakah perlu dijawab saya itu apa?
Saya bukan apa2 dan tidak akan menjadi apa2...
Jika ada INI,maka ITU ada...
Jika ada ITU,maka INI ada...
Jika tidak ada INI,maka tidak ada ITU...

salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 01 August 2008, 09:11:05 PM
riky loe penteori apa para praktik?
Apakah perlu dijawab saya itu apa?
Saya bukan apa2 dan tidak akan menjadi apa2...
Jika ada INI,maka ITU ada...
Jika ada ITU,maka INI ada...
Jika tidak ada INI,maka tidak ada ITU...

salam,
Riky

untuk itu simak pertanyaan anda

Quote
Para penteori menyindir para praktik dengan mengambil kutipan2 tertentu yang dia sendiri mungkin TIDAK PERNAH MENGALAMI secara LANGSUNG KUTIPAN2nya tersebut...

maksudnya apa

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 01 August 2008, 09:14:25 PM
Setahu saya ketika kita "marah" maka "marah" itu sudah "muncul" duluan dan tidak bisa dicegah oleh "teori apapun" yang ada dimuka bumi ini...Dan baru ketika "marah" muncul dia akan melakukan aktivitasnya melalui ucapan,perbuatan,pikiran....Ketika itu berlangsung maka "teori" baru mengikisnya dengan berkata,"Sabar" "Cuekin" dstnya...
Apakah hal tsb bukan disebut "penguatkan aku" "pemuasaan aku"?
"Aku" dipuaskan oleh "teori" tentang "kebaikan" "kesabaran" "lapang dada" "pemaaf" "mulia" "baik" dll...Dengan begitu Sang AKU pun puas dan semakin berkuasa,lantas apakah itu masih belum bisa disebut dengan memunggut "kotoran?"

 [at]  Bro Riky, jangan berpersepsi buruk dulu dengan jalan yg orang lain ambil.

Yang Bro Riky paparkan diatas itu adalah 'perkiraan' Bro Riky, bukanlah 'pengalaman' Bro Riky langsung. Kalau hanya sekedar dipikir2 dan diduga2 memang bisa di buat skenario apa saja.

Apakah Bro Riky sudah mencoba menerapkan Abhidhamma kedalam kehidupan sehari-hari? Jika belum, tidak mungkin Bro bisa mengatakannya 'tidak layak mengikis LDM'.

Rekan2 lain disini juga tidak ada yg komplain dgn Jalan yg Bro Riky ambil.
Tidak ada yg mengatakan 'pemahaman' Bro Riky tidak bisa mengikis LDM.

---

Bagaimana pemahaman dan praktik Abhidhamma bisa mengikis LDM?

Pertama-tama perlu dipahami esensi Abhidhamma, tidak perlu secara lengkap dan tanpa perlu menghapalkan istilah2 rumit nya.

Pemahaman yg perlu, misalnya:
~ Jenis2 citta yg bermanfaat dan tidak bermanfaat
~ Mengapa citta2 yg bermanfaat perlu dikembangkan, bagaimana mengembangkannya
~ Mengapa citta yg tidak bermanfaat perlu dikikis, bagaimana mengikisnya
~ dsbnya

Pengetahuan2 diatas, bagi sebagian orang akan memotivasinya untuk mengembangkan pikiran2 baik dan mengurangi kecenderungan2 mental yg buruk. Hasilnya adalah moral yg lebih baik dan batin yg lebih tenang. Batin yg tenang dan ditunjang oleh moral yg baik akan memudahkannya untuk melihat gerak-gerik batinnya, akan memudahkannya untuk melihat fenomena sebagaimana adanya dalam kesehariannya...

Begitulah garis besarnya bagaimana pemahaman Abhdihamma bisa membantu seseorang merealisasi kesucian.

----

Pada beberapa postingan Bro Riky sebelum ini, sy simpulkan bahwa Bro Riky tidak menganggap 'moral yg baik' sebagai sesuatu yg penting, malah Bro berpendapat bahwa 'moral yg baik' adalah 'kepalsuan' semata. Sebaliknya, bagi praktisi Abhidhamma, 'moral yg baik' sangat diperlukan bagi perkembangan batin, sekaligus sebagai barometer pengikisan LDM kita.

Sang Buddha juga mengatakan pentingnya menjaga moral yg baik (sila), yg berguna untuk samadhi dan panna.

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 01 August 2008, 09:26:38 PM

Jadi teori diatas tidak relevan untuk dibandingkan dengan "kejadian yang sering terjadi di DC ini"
Dan saya berharap bahwa "teori2" tersebut tidak digunakan sebagai suatu "pembenaran" atas sebuah"ketidaktahuan/kebodohan" yang sering kali ditunjukan dari berbagai netter disini...:) Dan terakhir saya ingin berkata bahwa,"Jika kita belum menembus "teori" yang sering kita tuliskan dan bicarakan alangkah baiknya kita sendiri membuktikannya terlebih dahulu daripada bercuap2 kepada orang lain,padahal kita sendiri tidak tahu apa2...."

Fren, mohon untuk sedikit menahan 'AKU' anda

.... postingan anda adalah cerminan kualitas batin anda.....

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 01 August 2008, 09:29:01 PM
"banyak netter yang menggunakan kata2 yang manis yang didalamnya benar2 busuk2 atau lebih tepatnya untuk menutupi kebusukannya dia berlindung didalam kata2/kutipan2 sutta tertentu yang indah dan menyerang orang lain melalui kutipan tersebut"
Apakah sudah jelas AKU siapa yang kuat?^-^

Salam,
Riky
Kata2 manis yang anda maksudkan itu adalah bersumber dari Sutta, jadi ...
dalam hal ini saya tidak tertarik untuk bertukar pikiran(baca: bertukar pandangan salah) dengan anda, tapi demi kenyamanan, ijinkan saya mengkritik gaya bahasa anda. sebagai orang yang sudah TANPA-AKU tentunya anda bisa menerima kritikan bukan?

kita tidak hidup sendirian di semesta ini, dan kita tidak bisa berharap dunia di sekeliling kita menuruti keinginan kita, dan lingkungan di sekeliling kita akan menilai dari perbuatan dan ucapan kita, anda boleh menganggap diri anda sudah "memasuki arus" seperti di posting lainnya, atau sudah "sotapanna" tapi banyak orang menilai anda sebaliknya. baiklah, anda mungkin akan menjawab, "ah, itu kan penilaian anda, yang penting I know what I am". that's all up to you
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 01 August 2008, 09:31:07 PM
ku biar kan "aku" berkembang... gebukkkkkk
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 01 August 2008, 09:40:33 PM
oh malangnya "AKU"
kenapa "AKU" sekarang begitu dibenci
kenapa "AKU" sekarang begitu dimusuhi
kenapa sekarang semua berlomba meninggalkan "AKU"
dan pergi mendekati "TANPA AKU"

apakah "AKU" kalah cantik?
apakah "AKU" kalah baik?
apakah "AKU" kalah pintar?
apakah "AKU" kalah bijaksana?

dan kenapa "AKU" yg disalahkan sebagai sumber penderitaan?

^-^
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 01 August 2008, 10:11:20 PM
 [at]  Riky Dave :

Untuk klarifikasi supaya tidak terjadi kesimpangsiuran dan fitnah, ijinkan saya bertanya , mohon dijawab dengan jujur, tegas dan tidak bertele-tele :
1. Riky, apakah kamu memang merasa sudah mencapai realisasi anatta / "tanpa aku" eg. sotapanna,dll? Kalau memang merasa iya, katakan aja juga gak apa.
2. Apakah kamu memang pernah menyatakan diri bahwa kamu sudah "tanpa aku" di forum ini?

Terimakasih.

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sukma Kemenyan on 01 August 2008, 11:19:56 PM
Semakin seru ;D
"AKU" nonton aja dah...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 12:39:07 AM
"banyak netter yang menggunakan kata2 yang manis yang didalamnya benar2 busuk2 atau lebih tepatnya untuk menutupi kebusukannya dia berlindung didalam kata2/kutipan2 sutta tertentu yang indah dan menyerang orang lain melalui kutipan tersebut"
Apakah sudah jelas AKU siapa yang kuat?^-^

Salam,
Riky
Kata2 manis yang anda maksudkan itu adalah bersumber dari Sutta, jadi ...
dalam hal ini saya tidak tertarik untuk bertukar pikiran(baca: bertukar pandangan salah) dengan anda, tapi demi kenyamanan, ijinkan saya mengkritik gaya bahasa anda. sebagai orang yang sudah TANPA-AKU tentunya anda bisa menerima kritikan bukan?

Saya rasa cuman kesalahpahaman dalam menginterpretasikan susunan kata-kata saja. Memang kalimat Riky bisa diartikan demikian, tapi kalau melihat konteks secara keseluruhan, maka yg dimaksud Riky adalah bukan demikian.
Silakan klarifikasi singkat saja, tapi tak perlu ribut. Pointnya masing2 sudah tersampaikan.

kita tidak hidup sendirian di semesta ini, dan kita tidak bisa berharap dunia di sekeliling kita menuruti keinginan kita, dan lingkungan di sekeliling kita akan menilai dari perbuatan dan ucapan kita, anda boleh menganggap diri anda sudah "memasuki arus" seperti di posting lainnya, atau sudah "sotapanna" tapi banyak orang menilai anda sebaliknya. baiklah, anda mungkin akan menjawab, "ah, itu kan penilaian anda, yang penting I know what I am". that's all up to you

Sembari menunggu klarifikasi dari Riky, dan supaya cek dan crossceknya berimbang demi menghindari fitnah. Mohon sdr Semit menunjukkan kalimat mana (di posting mana, silakan quote) yang menunjukkan bahwa Riky menganggap dirinya sudah memasuki arus?

Sejauh pengamatan saya, Riky menuliskan demikian di posting no.181 :
Quote from: Riky
Jadi hal tersebut tidak relevan jika anda menuliskan bahwa kita harus sebijaksana "Orang Bijaksana",Orang bijaksana sudah menembus NIBBANA,sedangkan kita?Saya menjawab bahwa saya belum menembus NIBBANA,apakah anda dan rekan2 anda sudah? :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 02 August 2008, 12:51:26 AM

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2355.msg55942.html#msg55942

Meskipun saya sungguh tidak mengerti kenapa anda merasa gelisah atas dialog saya dengan Sdr. Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 12:58:13 AM

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2355.msg55942.html#msg55942

Meskipun saya sungguh tidak mengerti kenapa anda merasa gelisah atas dialog saya dengan Sdr. Riky

Darimana anda bisa menyimpulkan saya gelisah? Apakah tidak ada kemungkinan lain dari maksud tindakan saya itu?:)

Note : please........ :) :) :)... jangan anggap saya sedang flaming anda loh. :)
Tapi cobalah anda simak batin anda sekarang sungguh2, amati saja secara pasif. Tanyakan darimana anda menyimpulkan demikian.  Peace (ini buat latihan perenungan anda malam ini. Saya juga sedang mengerjakan PR saya) :rose:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 02 August 2008, 01:03:25 AM
Saya menunggu sanggahan itu dari Sdr. Riky, tapi ternyata malah anda yang bereaksi?

benar bahwa itu adalah asumsi saya semata, dan mohon maaf kalau asumsi saya salah.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 01:05:13 AM
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2355.msg55942.html#msg55942

Quote from: Riky
[at]Wei
Cia you,berhubung kita masih muda...Setelah memasuki arus jangan berbalik lagi...
Teruskan....Good Luck ya...Smiley

Hehehehe....Riky.........you have said that "magic word"......:p
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 02 August 2008, 01:08:12 AM
Sdr. Suchamda, Hanya itukah komentar anda
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 01:08:47 AM
Saya menunggu sanggahan itu dari Sdr. Riky, tapi ternyata malah anda yang bereaksi?

benar bahwa itu adalah asumsi saya semata, dan mohon maaf kalau asumsi saya salah.

Enggak kok, .....hehehe......cuman malam ini saya memang rencana tidak tidur karena nanti jam 4 sudah mesti ke airport. Takut ketiduran. Jadi melototin aja posting2 disini untuk belajar menyimak batin masing2 netter.
Terus terang saya sedang membaca ulang posting2 dari depan untuk berusaha menempatkan diri pada pemikiran "lawan" bicara saya. Dan itu sekaligus utk latihan vipassana saya.
Tiba-tiba melihat kembali postingan ttg Riky itu, saya jadi merasa perlunya mem-balance permintaan pembuktian. Ini tujuannya agar anda juga mendapat kesempatan untuk menunjukkan bukti sehingga Riky gak bisa lari menghindar bila memang demikian.

Saya sudah postingkan di atas pernyataan Riky yg menurut saya gegabah. Terimakasih atas kejeliannya. Dari sini saya baru bisa memahami kenapa kok sampai banyak orang meribut-ributkan "tanpa aku".
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 01:10:13 AM
Sdr. Suchamda, Hanya itukah komentar anda

Gak.
Saya sedang menunggu jawaban Riky dulu sebelum memberi komentar lebih lanjut.
Yang berimbang donk. Dua belah pihak kita dengar dulu baru. ok?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 02 August 2008, 01:16:08 AM
Saya sudah postingkan di atas pernyataan Riky yg menurut saya gegabah. Terimakasih atas kejeliannya. Dari sini saya baru bisa memahami kenapa kok sampai banyak orang meribut-ributkan "tanpa aku".

see...
ngerti dg bro suchamda knapa term "tanpa aku" itu cukup sering disebut2..
tapi riky udah ga online kayaknya...
besok mungkin baru bro riky ada kesempatan jawab..
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 02 August 2008, 01:17:44 AM
Saya baru bergabung di forum ini, sebenarnya malah baru hari ini. tapi saya sudah menonton forum ini selama kurang lebih 3 bulan.

Dan Sdr. Suchamda, mungkin penting untuk anda ketahui, bahwa saya bergabung ke sini sama sekali bukan untuk menantang perdebatan, setelah menonton selama 3 bulan, akhirnya saya memutuskan bahwa forum ini adalah ajang diskusi yang baik. jadi yg saya cari di sini adalah diskusi yang positif, bukan perdebatan.

 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 02 August 2008, 01:19:56 AM
Sdr. Suchamda, Hanya itukah komentar anda

Gak.
Saya sedang menunggu jawaban Riky dulu sebelum memberi komentar lebih lanjut.
Yang berimbang donk. Dua belah pihak kita dengar dulu baru. ok?

Anda mulai beralih menjadi hakim sekarang? apa yang akan anda lakukan setelah terbukti siapa yang menang/kalah? bukankah seandainya tindakan itu diperlukan, itu adalah tugas moderator?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 01:21:02 AM
Eh, nemenin saya melek yah malam ini. Kita ngobrol :D

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 02 August 2008, 01:23:55 AM
Maaf, senang sekali mendapat undangan dari anda, tapi saya tidak sanggup lagi, saya belum tidur sejak kemarin. jadi saya sudah akan off dalam waktu 10 menit, masih ada hari esok.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 01:25:23 AM
Sdr. Suchamda, Hanya itukah komentar anda

Gak.
Saya sedang menunggu jawaban Riky dulu sebelum memberi komentar lebih lanjut.
Yang berimbang donk. Dua belah pihak kita dengar dulu baru. ok?

Anda mulai beralih menjadi hakim sekarang? apa yang akan anda lakukan setelah terbukti siapa yang menang/kalah? bukankah seandainya tindakan itu diperlukan, itu adalah tugas moderator?

Terus terang saya tidak ingin menjadi hakim. Hanya ingin mencari kebenaran saja.
Ingin mencari mengapa diskusi yg seharusnya bisa straight begini cukup sulit utk dilakukan dengan komunikasi yg dewasa di lingkungan buddhist.
Saya perhatikan, sudah terjadi 2 kubu: kubu MMD dan kubu Abhidhammaist.
Dari kubu MMD, pak Hud terutama, sudah memberikan banyak kontribusi masukan yg memiliki isi. Sedangkan dari kubu Abhidhamma, walaupun ada netter2 yg berbobot juga, namun banyak diwarnai oleh junkers2 yang menimbulkan flaming. Menurut saya ini sangat mengganggu diskusi.
Saya tadinya memang cuek aja, dan saya melihat pak Hud juga mencuekin junkers, makanya saya putuskan utk terjun saja sebagai bad guy.

Anda online? Kita chat yuk?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: HokBen on 02 August 2008, 01:26:30 AM
kuat banget yah begadang2...
jam 1.30 ampe jam 4 masih sempet tidur kira2 1.5 jam lho...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 01:30:31 AM
Huehuehuehuehue........saya tiba2 aja merasa bersemangat bro.
Bersemangat utk melihat apa sih sebetulnya problem yang mewarnai hubungan komunikasi kita-kita ini.
Disini saya melihat banyak sekali bahan untuk direnungkan, terutama untuk menyimak batin masing2 peserta netter. Ini buat saya menarik sekali  ;D ;D

Mudah2an, sebelum berangkat nanti sudah bisa menuliskan satu artikel perenungan (itu rencana saya).
;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 02 August 2008, 01:31:24 AM
Sdr. Suchamda, Hanya itukah komentar anda

Gak.
Saya sedang menunggu jawaban Riky dulu sebelum memberi komentar lebih lanjut.
Yang berimbang donk. Dua belah pihak kita dengar dulu baru. ok?

Anda mulai beralih menjadi hakim sekarang? apa yang akan anda lakukan setelah terbukti siapa yang menang/kalah? bukankah seandainya tindakan itu diperlukan, itu adalah tugas moderator?

Terus terang saya tidak ingin menjadi hakim. Hanya ingin mencari kebenaran saja.
Ingin mencari mengapa diskusi yg seharusnya bisa straight begini cukup sulit utk dilakukan dengan komunikasi yg dewasa di lingkungan buddhist.
Saya perhatikan, sudah terjadi 2 kubu: kubu MMD dan kubu Abhidhammaist.
Dari kubu MMD, pak Hud terutama, sudah memberikan banyak kontribusi masukan yg memiliki isi. Sedangkan dari kubu Abhidhamma, walaupun ada netter2 yg berbobot juga, namun banyak diwarnai oleh junkers2 yang menimbulkan flaming. Menurut saya ini sangat mengganggu diskusi.
Saya tadinya memang cuek aja, dan saya melihat pak Hud juga mencuekin junkers, makanya saya putuskan utk terjun saja sebagai bad guy.

Anda online? Kita chat yuk?

sesuai aturan board, untuk kasus begini yang harus ada lakukan adalah click "Report to modertor", jadi saay pikir anda tidak perlu merasa tersinggung kalau ada rekan member yang mengatakan anda satpam, karena anda mengambil alih tugas moderator.

saya online dan sudah add anda, tapi anda yang offline
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 01:32:27 AM
Oya, lupa hidupin invi mode:D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 02 August 2008, 05:32:13 AM
wahhhhh
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 02 August 2008, 06:08:18 AM
:hammer:

:backtotopic:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 02 August 2008, 06:16:41 AM
Sdr. Suchamda, Hanya itukah komentar anda

Gak.
Saya sedang menunggu jawaban Riky dulu sebelum memberi komentar lebih lanjut.
Yang berimbang donk. Dua belah pihak kita dengar dulu baru. ok?

Anda mulai beralih menjadi hakim sekarang? apa yang akan anda lakukan setelah terbukti siapa yang menang/kalah? bukankah seandainya tindakan itu diperlukan, itu adalah tugas moderator?

Terus terang saya tidak ingin menjadi hakim. Hanya ingin mencari kebenaran saja.
Ingin mencari mengapa diskusi yg seharusnya bisa straight begini cukup sulit utk dilakukan dengan komunikasi yg dewasa di lingkungan buddhist.
Saya perhatikan, sudah terjadi 2 kubu: kubu MMD dan kubu Abhidhammaist.
Dari kubu MMD, pak Hud terutama, sudah memberikan banyak kontribusi masukan yg memiliki isi. Sedangkan dari kubu Abhidhamma, walaupun ada netter2 yg berbobot juga, namun banyak diwarnai oleh junkers2 yang menimbulkan flaming. Menurut saya ini sangat mengganggu diskusi.
Saya tadinya memang cuek aja, dan saya melihat pak Hud juga mencuekin junkers, makanya saya putuskan utk terjun saja sebagai bad guy.

Anda online? Kita chat yuk?

Aye merasa kesindir nich :)) ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 08:01:28 AM
Kesindir........hmmm .......itu jelas suatu yang tidak enak.
Yang tidak enak ini adalah tongkat yang membangunkan saya dari tidur, ataukah
tongkat yang merusak Kebenaran yang telah aku raih?
ataukah sindiran itu sendirilah ketidakbenaran yang harus dipatahkan?

Bagaimana yah, mengungkapkan suatu hal yang berkaitan dengan kita2 disini tanpa harus ada merasa yg tersanjung atau tersindir?
- Hal yang baik, tersanjung tapi pasti diem2 aja. senyum2 sendiri di belakang komputer.
- Hal yang buruk, wah ini sensitive sekali. Nowel saya sedikit berarti you adalah musuh gw. You emang biang kerok yang cuman bikin orang dengki. ;D
Hmmm..........tapi bagaimana aku menyampaikan semua kekesalan ku dengan kata-kata yang buddhistik, yang indah dan penuh kelembutan? ;D
Tapi .......wait a minute........kok semua kata-kata baik-ku toh selalu ditanggapi dengan sengit?
Ku tidak terima, ku meronta.
Lalu ku bertanya :
Apakah persaudaraan antar sesama buddhis itu hanya sebatas hal-hal yang indah dan lembut?
Apakah harus senantiasa dibungkus dengan kata-kata manis dan bunga?
Apakah kata-kata yang indah lebih berharga daripada sebuah kejujuran yg 'telanjang'?
Tapi, OH......itu kan semua harapanku. Itulah idealku. Seorang buddhis yang tauladan semestinya begitu...
Tapi, OH......cuba lihat apa yang kulakuken? Mengapa kata-kata ku selalu menikem?

Apa artinya semua ini? Apa artinya saya sebagai Buddhis?
Disatu sisi aku ingin melenyapkan egoku,
tapi disisi lain aku sangat menyayangi egoku...
Ahhhh..........barangkali supaya tidak terlalu kelihatan mencolok, aku bungkus saja egoku dalam agamaku.
Hmmmm, tapi mengapa semua kontradiksi ini terjadi? Bukankah aku seorang pemeditator vipassana?
What happened? What happened? :'(

Apakah Buddhism yang saya pahami itu adalah mimpi indah?
Ataukah Buddhism yang saya pahami itu membangunkan saya dari mimpi indah?
Sebagai seorang pemeditator vipassana, sebetulnya apakah yang aku lihat?

Bagaimana semua pertanyaan ini dijawab oleh vipasana Abhidhamma maupun vipasana MMD?
Bagaimanakah solusinya?
Silaken dua-duanya menjawab. Karya pena keyboard anda kami nantiken.

Silaken. Silaken.  ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 02 August 2008, 08:51:03 AM
Berati dengan kata lain bahwa Abhidhamma adalah "sebuah alat netral" dan "pengendalinya" adalah orang2 yang belajar tentang Abhidhamma,lantas jika begitu maka "Abhidhamma" yang banyak orang2 pelajari adalah "kotoran"...:)
Karena kotoran yang dipungut oleh para pembelajar abhidhamma mungkin saja seperti kata anda dikira "telur"...
Karena banyak dari pembelajar teori menganggap bahwa "teori2" tersebut adalah MUTLAK BENAR atau KELUAR DARI MULUT SANG BUDDHA...^-^
Lantas bisakah anda jelaskan dimanakah letak sang "telur nibbana?" didalam Abhidhamma teori anda?
Betul, itu hanya "alat yang netral". Pengendalinya adalah orang2 itu sendiri, seperti misalnya anda bilang yang dipelajari orang adalah "kotoran", maka pikiran anda yang membuat itu tidak netral.
"Telur" nibbana tidak terletak di manapun, bahkan tidak pula dalam "khotbah" anda yang penuh "inspirasi".
Saya tidak menggunakan Abhidhamma sebagai "pegangan", tetapi saya melihat "telur" dan "kotoran" dalam Abhidhamma.
Untuk orang yang pikirannya dipenuhi ide tentang "Abhidhamma adalah kotoran", tidak akan mampu melihat "Abhidhamma sebagai telur", juga sebaliknya.


Quote
Quote
Ketika orang belajar sesuatu (apakah Abhidhamma ataupun hal lain), kemudian Lobha-Dosa-Moha-nya berkurang, bukannya bertambah, maka dia memungut "telur", walaupun orang lain mengatakan dia memungut "kotoran".
Benarkah bahwa orang yang belajar tentang Abhidhamma bisa mengurangi LDM sampai terkikis habis?Dan disebut memunggut "telur?"
LDM ini adalah sesuatu yang sangat "halus" dia muncul sangat cepat bahkan mungkin lebih cepat daripada kecepatan cahaya ^-^
Hebat sekali analisa anda. Ini sudah ditembus oleh bathin anda dalam meditasi, atau hanya tebak2an alias teori?


Quote
Lantas apakah "teori" itu bisa mencegah/mengurangi LDM sampai terkikis penuh atau bahkan setengahnya saja?
Kalau hanya dibaca, tentu saja tidak bisa sama sekali.


Quote
Setahu saya ketika kita "marah" maka "marah" itu sudah "muncul" duluan dan tidak bisa dicegah oleh "teori apapun" yang ada dimuka bumi ini...Dan baru ketika "marah" muncul dia akan melakukan aktivitasnya melalui ucapan,perbuatan,pikiran....Ketika itu berlangsung maka "teori" baru mengikisnya dengan berkata,"Sabar" "Cuekin" dstnya...
Apakah hal tsb bukan disebut "penguatkan aku" "pemuasaan aku"?
"Aku" dipuaskan oleh "teori" tentang "kebaikan" "kesabaran" "lapang dada" "pemaaf" "mulia" "baik" dll...Dengan begitu Sang AKU pun puas dan semakin berkuasa,lantas apakah itu masih belum bisa disebut dengan memunggut "kotoran?"
Menurutmu, aplikasi teori (Abhidhamma) adalah demikian? Berarti anda memang tidak tahu apa-apa.
Coba belajar tentang Abhidhamma. Tapi sebelumnya, kosongkan "cangkir" anda yang penuh "kotoran" sebelum belajar.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 02 August 2008, 08:56:49 AM
Dan saya berharap bahwa "teori2" tersebut tidak digunakan sebagai suatu "pembenaran" atas sebuah "ketidaktahuan/kebodohan" yang sering kali ditunjukan dari berbagai netter disini...:)
Dan terakhir saya ingin berkata bahwa,"Jika kita belum menembus "teori" yang sering kita tuliskan dan bicarakan alangkah baiknya kita sendiri membuktikannya terlebih dahulu daripada bercuap2 kepada orang lain,padahal kita sendiri tidak tahu apa2...."

Saya setuju sekali dengan anda, Riky_dave. Tapi saya penasaran, sebetulnya anda sendiri setuju atau tidak dengan pernyataan itu?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 02 August 2008, 09:07:02 AM
Kalo dari sudut pandang aye, kita sebagai sahabat terkasih dalam kristus sebaiknya bertobatlah semua, karena kerajaan Tuhan  sebentar lagi akan datang, Sebagai sesama manusia kita diciptakan untuk memuliakan Tuhan, kita sebaiknya menghargai sesama kita sama seperti kita menghargai Junjungan Kita.
Apa yang kita ingin orang lalin perbuat terhadap kita sebaiknya kita pun perbuat juga terhadap orang lain. sekian dari saya Out dari sini kakakakak
Semoga kasih Kristus selalu bersama Kita.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 02 August 2008, 09:38:46 AM
Kalo dari sudut pandang aye, kita sebagai sahabat terkasih dalam kristus sebaiknya bertobatlah semua, karena kerajaan Tuhan  sebentar lagi akan datang, Sebagai sesama manusia kita diciptakan untuk memuliakan Tuhan, kita sebaiknya menghargai sesama kita sama seperti kita menghargai Junjungan Kita.
Apa yang kita ingin orang lalin perbuat terhadap kita sebaiknya kita pun perbuat juga terhadap orang lain. sekian dari saya Out dari sini kakakakak
Semoga kasih Kristus selalu bersama Kita.

ryu, "Kerajaan Allah sudah dekat" itu dikatakan oleh John the Baptist (Yohanes Pembaptis) sebelum kedatangan .  datang sudah membawa "kerajaan Allah" pada manusia. Di manakah "Kerajaan Allah" itu? Jangan dicari di luar, itu ada di dalam dirimu (Luke 17:21). Lalu, bagaimana caranya "masuk" ke dalam "Kerajaan Allah" itu? Ikutilah (cara) , dengan "menyangkal diri (aku)" dan memikul "salib" (pengorbanan akan hal duniawi) -nya (Matthew 16:24).

Mungkin karena ada ehipassiko yak, coba kalo di Buddha ada Iman , gak akan ada kek gini :))

:hammer: kayak tetangga dg, ada Iman, Taqwa, pasrah, berserah pada keputusanNya.... :D
Sebetulnya, "tetangga" juga tidak sedangkal itu.  :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 02 August 2008, 11:21:41 AM
Sebenarnya Abhidhamma dan vipasanna itu bisa saling mendukung dan saling sinergi asalkan kita menempatkan keduanya dalam sebuah kesatuan yg proposional. Jikalau ada mereka yg mempelajari Abhidhamma secara text book dan mendapatkan manfaatnya ok2 saja, apalagi jika belum ada kesempatan melatih vipasanna langsung yg dikarenakan kondisi dan buah karma baik yg mendukung belum berbuah. Perbedaan hanya terjadi hanya ketika kita masing menggenggam kuat persepsi kita sendiri dan ini tidak terjadi pada yg mengandalkan teori tetapi bisa juga terjadi pada praktisi vipasanna yg menanggap apa yg dialami sebagai kebenaran mutlak dan memiliki keyakinan yg berlebihan dan semangat terhadap pengetahuan yg dimilikinya tetapi mereka lupa bahwa mereka sedang terperangkap dalam rintangan meditasi, yg mana mereka berpikir telah maju tetapi sebenarnya hanya jalan ditempat atau OMONG KOSONG BELAKA. Sampai2 dengan gampangnya loncat untuk "tanpa aku" tidak perlu sutta, harus dari mulut Sang Buddha lha, tidak ada tujuan dalam vipasanna di saat awal. Itu semua sebenarnya masih dalam sebuah ilusi yg menyesatkan sebuah pandangan. Melatih mencapai nibanna harus ada tahapan sesuai kondisi batin masing yg harus disikapi secara bijaksana. Contohnya : kalau kita akan duduk meditasi, disitu ada "ingin" , "duduk" dsb bukankah itu tujuan, mau makan saja sudah tujuan, jadi banyak orang membuat vipasana ngejlimet dengan khayalan2 belaka saja. Demikian sebaliknya teori bisa membawa kemajuan hanya pada tahap tertentu saja, selanjutnya harus praktek. Bagaimana membawa vipasanna berguna bagi kehidupan sehari2, kekuatan dari latihan khusus meditasi vipasanalah yg digunakan yg mana terdapat kekuatan sati yg murni. Hendaknya juga mereka yg telah berlatih dalam Dhamma tidaklah menambah ego karena pengetahuan. jangan berpikir semua serba instant dan tidak ada tahapan, tidak ada jalan dan tidak ada konsep yg benar dsb, kalau begini , orang semacam ini lupa akan realita kehidupan yg sebenarnya dan mungkin salah satu pandangan ekstrem kiri atau kanan bukan jalan tengahlah yg diajarkan Sang Tathagata. Belajarlah langsung dari mereka yg telah benar2 mencapai apa yg harus dicapai sebagai kalyanimita, jangan  takabur bahwa kita bisa seperti Buddha mencapai pencerahan sendiri. Sang Buddha pun mencapainya karena parami yg luar biasa disertai tanda khusus yg menyertainya. Marilah renungkan kembali apa yg terjadi pada diri kita.




Jadi perkembangan batin masing2 tentu titik awal kemajuannya berbeda-beda. Ada yg mulai dari teori (dalam hal ini Abhidhamma) dan ada yg berawal dari praktek dan ada juga dari keduanya.  Dengan menganggap meniadakan salah satu adalah kebodohan yg amat sangat. Janganlah berpikir kita telah mahir dalam praktek Dhamma atau merasa sebagai praktisi yg hebat kalau menjadi manusia seutuhnya  saja belum becus dan mulailah dari hal2 yg kecil dalam keseharian kita , kalau itu saja sudah bisa kita lakukan maka baru bisa maju selangkah demi selangkah.Demikian pula yg memilki intelektual yg baik hendaknya tidak memahami Dhamma sebatas pemikiran saja. Seperti Anda memilki 2 tangan dan kaki, bila salah satu tidak ada maka disebut cacat, yg parah kalau terjadi cacat mental. ;D

 _/\_


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 02 August 2008, 11:45:38 AM
tidak ada aku
tidak ada jalan
tidak ada usaha
tidak ada pencerahan
tidak ada teori
tidak ada praktek

yang ada hanya diam
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 02 August 2008, 11:52:45 AM
Pengikut Purana Kassapa
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 12:07:51 PM
Ego itu tidak bisa disembunyikan.

Kita berlatih vipassana untuk berhadapan dengan ego itu secara langsung.

Bukan untuk menyembunyikan ego itu supaya terlihat kecil atau hilang.

Bila demikian adanya, maka itu adalah ego baru yang sangat halus tapi kuat sekali.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 02 August 2008, 12:11:18 PM
Pengikut Purana Kassapa

Siapa yah?

Buddhang Saranang Gachami
Dhammang Saranang Gachami
Sanghang Saranang Gachami
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Indra on 02 August 2008, 12:28:48 PM
Demikianlah, Bhagavà, Purana Kassapa, ketika ditanya tentang buah saat ini dari kehidupan tanpa rumah, menjelaskan tentang tidak melakukan apa-apa kepadaku. (Samanaphala Sutta)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 02 August 2008, 12:36:28 PM
Ego itu tidak bisa disembunyikan.

Kita berlatih vipassana untuk berhadapan dengan ego itu secara langsung.

Bukan untuk menyembunyikan ego itu supaya terlihat kecil atau hilang.

Bila demikian adanya, maka itu adalah ego baru yang sangat halus tapi kuat sekali.

Setuju...

Kalo ditinjau dari praktik Abhdihamma-nya:

Ego itu mesti disadari, ketika kita sadar bahwa pada saat itu kita sedang marah, selanjutnya kita mempunyai pilihan, mau marah terus atau mau disudahi? Biasanya ketika kegiatan memilih*) ini berlangsung, kekuatan EGO (kemarahan) tadi sudah sedikit melemah.... selanjutnya terserah kita....
(Pada saat 'memilih' tsb, segala pemahaman yg telah kita pelajari biasanya akan muncul dan akan menjadi bahan pertimbangan kita; jika makin sering dipelajari dan direnungkan, maka akan semakin kuat mengontrol pertimbangan kita).

Bandingkan jika tanpa memahami Dhamma (bahwa kemarahan itu tidak baik bagi kita, bahwa pikiran merupakan busa yg menyerap setiap pikiran baru; berakumulasi, dsbnya), jika tidak memahami hal2 begitu maka kita akan terus 'menikmati' kemarahan kita dengan semakin berapi-api... akibatnya sudah bisa ditebak: jantung semakin keras berdebar (sumber segala penyakit) dan batin kita sudah terupgrade menjadi 'semakin pemarah' (lama kelamaan akan menjadi 'sifat' kita).

Bagi seseorang yg mempraktikkan Abhidhamma, pemahaman2 dasar begini akan membantunya mengambil sikap ketika EGO-nya muncul. Pemahaman2 yg didapat dari belajar, membaca adan diskusi (Suttamayapanna) akan meningkat menjadi pemahaman realisasi (Cintamayapanna) yg untuk selanjutnya jika dilakukan dengan intents (vipassana) maka akan menjadi pemahaman penembusan (Bhavanamayapanna).

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 02 August 2008, 12:51:33 PM
hehe ... judul posting ini "Vipassana"  ... tapi isi tanya jawab itu tidak lebih dari uraian abhidhamma. ... Si A dan si B itu tidak sedang bervipassana, melainkan berdiskusi tentang abhidhamma. :))

Di antara dua orang yang bermeditasi vipassana dengan betul, tidak akan terjadi diskusi seperti ditampilkan oleh Nina itu.

Barusan teringat...

(maaf frens semua, bukan mo promosi, ini menyangkut topik juga, untuk menegaskan sumber berita yg menjadi kutipan kita)

SY teringat ketika berdiskusi dengan Bp. Ngestoe Rahardjo (pemilik milis BeCeKa), Beliau -yg cukup netral, tidak berpihak kepada salah satu aliran dan kebetulan agama asli Beliau adalah Agama Hindu- mengatakan bahwa "Madam Nina Van Golkom diduga oleh banyak orang sebagai sedikit dari mereka yg telah mencapai sotapanna."

Padahal sy sendiri waktu itu tidak berbicara apapun soal Madam Nina ini.

Selengkapnya bisa baca di:

http://groups.yahoo.com/group/BeCeKa/message/7090

----

Sehubungan hal tsb diatas, sy pikir percakapan Madam Nina cukup bisa kita pertimbangkan.

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 12:59:42 PM
Kalau menurut saya,
belajar (spiritual) itu bisa kepada semua orang. Tidak selalu harus kepada orang yg udah tercerahkan.
Problem yg sering terjadi pada akhirnya adalah suatu belief bahwa si anu atau si ani udah tercerahkan.
Ini bisa jadi polemik, pro dan kontra.

Menurut saya,
kualitas suatu saran/ nasihat/pernyataan bisa diteliti dari isi pernyataan itu tersendiri. Terlepas dari siapa yg ngomong.

Kalau kita tidak paham dengan apa yg dia omongkan, ya galilah, pertanyakanlah, dengan penuh perhatian dan rasa keingintahuan. Jangan terburu2 utk judging.

Setelah paham di level mana dia berbicara, barulah kita bisa menilai, apakah kita perlu menuruti nasihat orang itu.

Tapi seringkali, kita perlu openness (keterbukaan) untuk bereksperimen , untuk melihat benar tidaknya suatu aspek yg dibicarakan.

Seringkali kita marah-marah mendengar kalimat2 kasar yg dilontarkan. Tapi begitu mengetahui bahwa kalimat2 itu berasal dari mulut orang yang dia anggap tercerahkan / suci. Serta merta kemarahan itu berubah menjadi kepatuhan tanpa syarat yang manggut manggut tanpa reserve. Kemarahan berbalik menjadi pujian kebijaksanaan.
Sebaliknya, kata2 bijaksana yang kita dengar dari seorang berpendidikan rendah atau seorang yg sepertinya gelandangan, seringkali kita abaikan karena otak kita sudah menolak terlebih dahulu karena mengkategorikan orang tersebut ke kotak sampah.
Ini semua terjadi, krn kita tidak menyadari cara bekerja pikiran.

SO,
aspek investigasi itu tidak terlepas dari aspek keterbukaan.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 01:14:26 PM
Kalau dibilang "Abhidhamma adalah detail dari Dhamma", jadi "Dhamma" itu detailnya bisa bermacam-macam? ... Ada Abhidhamma Theravada, ada Abhidharma Sarvastivada ...
Lalu "Dhamma" itu sendiri apa?
Salam,
hudoyo

Detail-nya bisa bermacam-macam tergantung cara membedahnya... Namun Dhamma tetaplah Dhamma, kebenaran tetaplah kebenaran.... cara melihatnya saja yg berbeda.
Saya tidak terlalu mengetahui perbedaan2 diantara banyaknya aliran Abhidhamma, atau ajaran2 Tibetan, Mahayana, dsbnya....Sy tidak terlalu mau memusingkannya. Bagi saya, disaat sy sudah menemukan suatu ajaran yg masuk logika saya, dan bermanfaat bagi perkembangan batin sy, sudah cukup bagi sy. Mempelajari terlalu banyak malah akan membuat sy menjadi 'haus intelektual'.....
Sd saat ini sy sama sekali tidak menemukan kesulitan dengan ajaran Abhidhamma, Tipitaka Pali, meditasi Vipassana dan segala macam aturan Sila.
Kesemuanya itu bagi sy, sangatlah bermanfaat...  :)

OK, kalau begitu, tidak ada lagi yang perlu didiskusikan dengan Anda. Sampai di sini saja.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 01:24:26 PM
Gimana bukti-in Roberts sampai pada keadaan anatta ??

Gimana buktiin Buddha sampai pada pencerahan sempurna? ... Dari kata-katanya, bukan. ... Begitu pula dengan Roberts.

Quote
menjalankan vipasanna tidak berarti dalam sekejap debu akan hilang, bagaimanapun itu adalah latihan. perlu tahapan dan waktu. jadi ketika orang yang masih "berdebu" mata-nya tetapi menjalankan ajaran buddha, dan seiring dengan kedisplinan menjalankan ajaran buddha, "debu" di matanya berkurang sedikit demi sedikit, terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik, terjadi perubahan mental ke arah yang lebih baik. Orang yang menjalankan praktek ini yang saya sebut telah menjalankan ajaran para buddha.

Itu pandangan Anda. ... Pandangan saya berbeda. Vipassana bukan latihan, tidak ada tahapan, tidak ada waktu. Vipassana adalah sadar akan saat kini, tidak memandang ke depan. Pada saat kinilah 'debu' harus lenyap. ... Kalau 'debu' itu muncul lagi, 'debu' itu harus disadari pada saat kini lagi, sehingga lenyap kembali pada saat kini ... demikian seterusnya, tetap berada pada saat kini. Itulah vipassana. ... Tidak ada "menjalankan ajaran buddha", tidak ada "debu berkurang sedikit demi sedikit", tidak ada "perubahan perilaku atau perubahan mental ke arah yang lebih baik [berangsur-angsur]".

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 02 August 2008, 01:26:50 PM
 [at]  Bro Suchamda,

"Jangan semata-mata percaya hanya karena dikatakan oleh orang suci...dstnya...." Kalama Sutta, sy juga sepaham dengan Bro Suchamda.

Postingan sy diatas -yg mengkonfirmasi pandangan kalangan lain terhadap Madam Nina tsb- hanya untuk menjelaskan jika ada yg beranggapan bahwa Madam Nina tidak layak berbicara soal "Vipassana dan Abhdihamma", karena sesungguhnya -bagi kalangan luas- Madam Nina lebih 'dikenal' daripada kita-kita disini ini.

Jadi, percakapan Madam Nina sy pikir cukup berbobot untuk kita jadikan rujukan.

::

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 01:30:12 PM
Quote from: Willibordus
Ego itu mesti disadari(1), ketika kita sadar bahwa pada saat itu kita sedang marah, selanjutnya kita mempunyai pilihan, mau marah terus atau mau disudahi? Biasanya ketika kegiatan memilih*)(2) ini berlangsung, kekuatan EGO (kemarahan) tadi sudah sedikit melemah.... selanjutnya terserah kita(3)....
(Pada saat 'memilih' tsb, segala pemahaman yg telah kita pelajari biasanya akan muncul dan akan menjadi bahan pertimbangan kita; jika makin sering dipelajari dan direnungkan, maka akan semakin kuat mengontrol pertimbangan kita).

(1) Siapakah yang menyadari?
(2) Memilih adalah suatu usaha. Siapakah yang berusaha?
(3)"....terserah kita.." --> terserah berdasarkan apa? suatu reference pasti mengandung kriteria. apakah itu bukan pikiran lagi?

Quote from: willibordus
Bandingkan jika tanpa memahami Dhamma (bahwa kemarahan itu tidak baik bagi kita, bahwa pikiran merupakan busa yg menyerap setiap pikiran baru; berakumulasi, dsbnya), jika tidak memahami hal2 begitu maka kita akan terus 'menikmati' kemarahan kita dengan semakin berapi-api... akibatnya sudah bisa ditebak: jantung semakin keras berdebar (sumber segala penyakit) dan batin kita sudah terupgrade menjadi 'semakin pemarah' (lama kelamaan akan menjadi 'sifat' kita).

Menurut saya, untuk memahami amarah tidak baik itu tidak perlu teori apa pun. Orang tanpa agama pun juga sudah tahu bahwa amarah itu tidak enak, dan ingin menghindari amarah (kalo bisa).
Cukup dengan merasakan rasa amarah itu sendiri langsung mengetahui bahwa itu tidak baik.
Yang menjadi masalah, adalah orang tidak menyadari secara aktual bahwa dalam suatu gerak-gerik pikiran di dasar yg paling dalamnya mengandung kemarahan.

Quote from: willibordus
Bagi seseorang yg mempraktikkan Abhidhamma, pemahaman2 dasar begini akan membantunya mengambil sikap ketika EGO-nya muncul.


Perhatikan bold warna biru.
Siapakah yang mengambil sikap itu?
Bukankah itu adalah Ego yang mengambil sikap terhadap Ego?
Ego2 muncul utk mengendalikan Ego1, bukankah begitu?

Quote from: willibordus
Pemahaman2 yg didapat dari belajar, membaca adan diskusi (Suttamayapanna) akan meningkat menjadi pemahaman realisasi (Cintamayapanna) yg untuk selanjutnya jika dilakukan dengan intents (vipassana) maka akan menjadi pemahaman penembusan (Bhavanamayapanna).

Menurut saya, apa yang anda lakukan itu bukan vipassana.
Oleh karena itu, tidak mungkin akan membawa secara faktual kepada realisasi (Bhavanamayapanna).
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 01:30:18 PM
Maaf Pak, mungkin in hanya perbedaan pemahaman (lagi)...
Kalau tidak ada teori, apa yg mau dilakukan Pak?
Ketika para peserta datang, kita bilang: "Silahkan vipassana...."
Lantas orang2 akan bingung, gimana caranya Pak?
Pasti kita akan bilang, "Silahkan duduk di bantal masing-masing, sadarilah segala reaksi batin yg timbul, jangan berusaha dikontrol, lepaskan saja, sadari saja...."
Dan segala macam peraturan lain yg kita tetapkan selama itu (misal menutup patung2 Buddha yg ada diruangan tsb, tidak usah membungkuk2kan badan ke pembimbing, dsbnya."
IMO, segala instruksi ini adalah 'Teori' Pak....

Maaf juga, semua yang Anda katakan itu bukan 'teori'. Instruksi bukan 'teori' ...

Pada dasarnya, instruksi dalam MMD adalah "diamlah, berhentilah". Itu sama sekali BUKAN teori.

Yang disebut 'teori' adalah 'pengetahuan yang belum dan harus dibuktikan'. Segala ajaran Abhidhamma tentang citta, cetasika, rupa & nibbana, itulah TEORI.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 01:31:33 PM
Gimana bukti-in Roberts sampai pada keadaan anatta ??

Tidak akan bisa karena seseorang tidak bisa mengetahui bathin orang lain. Tapi sedikitnya pola pikir dan tulisannya tentang pengalaman spiritualnya memiliki banyak kesamaan dengan ajaran "anatta" di Buddhisme. Dan kalau memang dibaca di Alkitab, ajaran  itu berbeda dengan doktrin Krist3n yang muncul belakangan.

Betul.  _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 01:37:40 PM
Selama ini sy mengalami bahwa panna bertambah sedikit demi sedikit, panna mengalami progress kualitas...

Itu 'panna' intelektual, bukan panna dari pencerahan. Panna dari pencerahan selalu terjadi seketika, mendadak.


Quote
Sang Buddha malah memerlukan waktu berkalpa-kalpa lamanya untuk menyempurnakan parami-Nya, sedikit demi sedikit, salah satunya ialah: Panna-parami

Ini dongeng atau teori untuk menggambarkan betapa sulitnya menjadi buddha atau arahat. Akibatnya banyak umat Buddha merasa kecil hati dan bergantung pada Buddha untuk selamanya.

Bagi orang yang menyadari saat kini di mana terdapat pembebasan, masa lampau tidak relevan. Pembebasan bukan hasil parami atau karma di masa lampau, tidak terkondisi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 01:40:31 PM
ada kok anak TK yang disuruh lompat ke universitas contohnya xxxxxxx(ge sensor sendiri namanya).....alhasil keblinger soal Dhamma dan cuman bisa berkoak koak untuk diam tapi ga bisa diam. salah siapa?

Awak nan tak pandai menari, dikatakan lantai nan terjungkat.
(Diri sendiri yang tak mampu, orang lain yang disalahkan.)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 01:47:00 PM
Apabila kita dicela, kita harus berpikir bahwa saat itu diberi kesempatan untuk melatih kesabaran, bukannya kita sakit hati, malahan kita harus merasa berterima kasih kepada lawan-lawan kita.
Itu merupakan pelajaran yang patut kita ingat selalu dan harus kita praktekkan.... tetapi praktek gitu bukan berarti mudah lho tapi juga bukan berarti kita ga bisa... Marilah kita praktek...

_/\_ :lotus:

Selama kita melihat orang lain yang berbeda pendapat sebagai "lawan", maka kita harus terus melatih KESABARAN.

Tetapi kalau 'aku' dan 'orang lain' bisa lenyap, maka apa pun perbedaan pendapat yang ada, "kesabaran" tidak relevan lagi.

Salam,
hudoyo

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 01:59:19 PM
Pujian dan celaan adalah dua kondisi dunia lainnya yang harus dialami tiap orang. Adalah wajar menjadi gembira bila dipuji, dan menjadi kecewa bila dicela. Sang Buddha berkata : Orang Bijaksana tidak menunjukkan rasa gembira maupun kecewa di tengah-tengah pujian dan celaan. Mereka tetap teguh bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai.
Jadi kapan kita jadi orang bijaksana itu? marilah kita renungkan....

_/\_ :lotus:

Ibu Lily bertanya: "Kapan kita jadi orang bijaksana itu?" ...
Menjadi orang bijaksana bukan berarti sengaja "tidak MENUNJUKKAN rasa gembira maupun kecewa di tengah-tengah pujian dan celaan", mengutip kata-kata Buddha di atas, padahal di dalam hatinya penuh rasa gembira kalau dipuji dan penuh rasa kecewa kalau dicela. ...

'Menjadi orang bijaksana' berarti "menyadari si aku/pikiran, sampai diam dengan sendirinya". Jadi 'menjadi orang bijaksana' berarti tidak ada keinginan untuk 'menjadi orang bijaksana'. ...
Bila si aku/pikiran ini diam, di situlah 'orang bijaksana' tidak menunjukkan rasa gembira maupun kecewa di tengah-tengah pujian dan celaan, KARENA memang tidak ada rasa gembira maupun kecewa itu di dalam batinnya, bukan karena SENGAJA ingin memamerkan "tidak gembira maupun kecewa" secara lahiriah.

Salam,
hudoyo 
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 02:04:02 PM
Quote
Kata2 manis yang anda maksudkan itu adalah bersumber dari Sutta, jadi ...
dalam hal ini saya tidak tertarik untuk bertukar pikiran(baca: bertukar pandangan salah) dengan anda, tapi demi kenyamanan, ijinkan saya mengkritik gaya bahasa anda. sebagai orang yang sudah TANPA-AKU tentunya anda bisa menerima kritikan bukan?
Saya ingin bertanya kepada anda,"Apakah sutta itu manis dan indah bagi anda,dan rekan2 anda?"
Jawab dulu,nanti kita baru lanjutkan diskusi ini....:)
Dan perlu anda ralat pernyataan anda yang saya bold itu,karena saya tidak pernah berkata bahwa saya adalah orang TANPA AKU...:)

Quote
kita tidak hidup sendirian di semesta ini, dan kita tidak bisa berharap dunia di sekeliling kita menuruti keinginan kita, dan lingkungan di sekeliling kita akan menilai dari perbuatan dan ucapan kita, anda boleh menganggap diri anda sudah "memasuki arus" seperti di posting lainnya, atau sudah "sotapanna" tapi banyak orang menilai anda sebaliknya. baiklah, anda mungkin akan menjawab, "ah, itu kan penilaian anda, yang penting I know what I am". that's all up to you
Saya tidak tahu apakah anda hidup sendiri atau hidup dengan banyak orang...Tapi yang pasti bagi saya,saya adalah awal dan juga akhir dari dunia,saya tercipta dan akan tidak tercipta...Saya muncul dan saya akan lenyap...Itulah saya,saya tidak tahu apa makna kehidupan bagi anda dan yang pasti itu bukan urusan saya....Dunia tidak pernah mengelilingi kita,tapi kita yang mengelilingi dunia...:)
Keinginan hanyalah ilusi manusia,saya ingin ini dan itu,jika tercapai berati saya puas,jika tidak tercapai maka itu dukkha...Setelah tercapai,ingin lagi ingin lagi,kalau tidak tercapai menghalalkan segala cara untuk mencapai...
"Siapa yang menilai kita?"
Bagi saya yang menilai saya adalah AKU saya,saya akan membiarkan AKU saya menilai saya apapun itu,saya tetap tidak akan bergeming...Jika AKU saya diperbolehkan mencerca saya,kenapa anda dan seluruh manusia yang ada dimuka bumi ini tidak boleh?
Sori ya,saya harus menerjemahkan dahulu arti kata2 saya kepada saudara wei tentang "memasuki arus".
Saya quote kan kepada anda...:
Quote
[at]Wei
Cia you,berhubung kita masih muda...Setelah memasuki arus jangan berbalik lagi...
Teruskan....Good Luck ya...Smiley
Saya berkata kepada saudara Wei ketika saya dan dia masih dalam tahap yang masih muda,harus rajin bermeditasi jangan lengah terhadap "pemuasaan intelektual" "Pemuasan teori" "kekuasaan" "Pujian" "Kehormatan" dll...
Kemudian saya tambahkan "setelah" memasuki arus,apakah anda paham maksudnya?
"Setelah" menjelaskan bahwa pada saat yang akan datang,jika kita(Saya dan saudara wei,atau lebih tepatnya salah satu dari kami) sudah memasuki arus jangan berbalik lagi...
Sekarang apakah sudah jelas pernyataan saya yang anda sendiri menerka dan mengklarifikasikan semau anda?:)
Saya mungkin tahu bahwa ego dari para penghapal teori yang sering
merasa bahwa "kata2 kosong" adalah MILIKKU,PUNYAKU,AKU....

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 02:04:23 PM
saya tidak mau ikutan menyindir sih tadi tapi karena demi menyadarkan kalian,saya sengaja tenggelam dalam akusala kamma hanya demi menyadarkan kalian  :P

Dhamma itu pemahaman ke dalam dan tergantung batin masing-masing dalam pencerapan,apapun itu Sang Buddha bisa melihat bahwa proses pencerahan setiap orang berbeda dan tidak sama, adayang bisa lewat Vipasana,ada yang cukup baca secuplik Sutra, ada yang bisa disentil. untuk apa kita merasa lebih jago, bukankah kita sudah terjebak dalam kemelekatan untuk menjadi sesuatu yang lebih hebat,superior, bahkan dalam membahas MMD sendiri,kemelekatan itu sering terjadi. ngapain maksa orang menjadi pro dan kontra....ga perlu kok, pemahaman itu tidak terjadi karena paksaan namun acceptance.

Lo mau jelasin Dhamma dengan baik tapi cara kamu komunikasi malah membuat orang merasa dengki,itu tidak membuat orang lain tercerahkan ataupun kamu tersadarkan dalam Dhamma, bahkan anda bisa terjebak dalam pandangan salah dalam pandangan benar.

Sang Buddha tidak mengkomunikasikan Dhamma dengan hantaman, tapi mencari celah penerimaan seseorang baru setelah orang itu menerima Dhamma, pandangan salah diruntuhkan.bukan dengan gaya sok pintar,sok benar dan sok sana sini

Nasehat yang baik untuk orang lain, tapi terutama untuk diri sendiri.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 02:06:43 PM
Quote
Coba kalau anda simak diskusi2 ini, secara tidak langsung kita sudah belajar vipassana. Belajar mengamati reaksi batin masing-masing. Ada yang sadar, ada yang tidak.

Dalam vipassana, yang diamati bathin sendiri, bukan orang lain. Tidak bisa mengatakan ada yang sadar, ada yang tidak, kecuali kita sendiri sudah sadar dan memiliki abhinna cetopariyanana.

Pernyataan umum "Ada yang sadar, ada yang tidak," bisa dan boleh-boleh saja dibuat tanpa perlu cetopariyanyana. Yang memerlukan abhinnya itu kalau kita ingin bilang "Si A sadar", "Si B tidak sadar".

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 02:10:29 PM
Quote
Untuk klarifikasi supaya tidak terjadi kesimpangsiuran dan fitnah, ijinkan saya bertanya , mohon dijawab dengan jujur, tegas dan tidak bertele-tele :
1. Riky, apakah kamu memang merasa sudah mencapai realisasi anatta / "tanpa aku" eg. sotapanna,dll? Kalau memang merasa iya, katakan aja juga gak apa.
Selama saya bermeditasi selama mungkin 2bln ini atas arahan bimbingan pak hudoyo sampai saat ini dan detik ini ketika saya mengetik jawaban yang ditanyakan saudara suchamda saya katakan dengan jelas dan tegas bahwa selama saya bermeditasi saya tidak peduli akan apa yang saya peroleh apakah itu SOTAPANNA,SAKADAGAMI,ANAGAMI BAHKAN ARAHAT SEKALIPUN karena saya "sadar" bahwa semua itu hanyalah "konsep dan label" dari si AKU...
Dan juga selama saya bermeditasi saya tidak pernah merasa sekalipun bahwa saya sudah mencapai realisasi anatta / "tanpa aku" eg. sotapanna,dll?
Apakah ini sudah cukup jelas bagi saudara suchamda dan rekan2 yang lainnya?:)

Quote
2. Apakah kamu memang pernah menyatakan diri bahwa kamu sudah "tanpa aku" di forum ini?
Saya rasa TIDAK PERNAH,kecuali mereka sendiri yang "menjudge" saya dengan "aha2nya" mereka... :)

Salam,
Riky

Terimakasih.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 02:12:15 PM
Coba kalau anda simak diskusi2 ini, secara tidak langsung kita sudah belajar vipassana. Belajar mengamati reaksi batin masing-masing. Ada yang sadar, ada yang tidak.
Tapi lihatlah,.....semua ini bisa berlangsung tanpa teori apa pun.
Justru yang pakai teori-teorian malah jadi kontradiksi sendiri, bukan?? ;D

Ini saya setuju Bro...
Dan ini pula yg saya anggap esensi Abhidhamma dikaitkan dengan Vipassana.

Bila kita belajar Abhidhamma, kita akan mengetahui jenis2 citta yg bermanfaat dan yg tidak.
Mengetahui hal2 tsb akan mengkondisikan kita untuk mengamati batin kita sendiri....
Akhirnya, secara tidak langsung, kita telah menerapkan Vipassana, yakni: mengamati reaksi batin yg muncul ketika menghadapi berbagai objek.

::

Di dalam vipassana yang sesungguhnya tidak perlu mengetahui jenis-jenis citta apa saja yang muncul (berbeda dengan orang yang belajar Abhidhamma), bahkan tidak perlu membedakan apakah citta ini bermanfaat dan citta itu tidak bermanfaat. Di dalam vipassana, orang tidak melekat pada citta yang "baik" dan tidak menolak citta yang "buruk". Semua citta diamati, baik atau buruk, sampai diam dengan sendirinya.

Vipassana bukan "mengkondisikan" batin. "Mengkondisikan" itu tindakan aktif. Di dalam vipassana, orang justru sekadar mengamati secara pasif. Hal itu berarti justru membongkar segala keterkondisian batin yang ada, dinamakan juga 'deconditioning'.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 02 August 2008, 02:12:23 PM
OK, kalau begitu, tidak ada lagi yang perlu didiskusikan dengan Anda. Sampai di sini saja.
Salam,
hudoyo

Anumodana Pak Hud,


_/\_

Salam,
willi

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 02:20:18 PM
Quote
Untuk klarifikasi supaya tidak terjadi kesimpangsiuran dan fitnah, ijinkan saya bertanya , mohon dijawab dengan jujur, tegas dan tidak bertele-tele :
1. Riky, apakah kamu memang merasa sudah mencapai realisasi anatta / "tanpa aku" eg. sotapanna,dll? Kalau memang merasa iya, katakan aja juga gak apa.
Selama saya bermeditasi selama mungkin 2bln ini atas arahan bimbingan pak hudoyo sampai saat ini dan detik ini ketika saya mengetik jawaban yang ditanyakan saudara suchamda saya katakan dengan jelas dan tegas bahwa selama saya bermeditasi saya tidak peduli akan apa yang saya peroleh apakah itu SOTAPANNA,SAKADAGAMI,ANAGAMI BAHKAN ARAHAT SEKALIPUN karena saya "sadar" bahwa semua itu hanyalah "konsep dan label" dari si AKU...
Dan juga selama saya bermeditasi saya tidak pernah merasa sekalipun bahwa saya sudah mencapai realisasi anatta / "tanpa aku" eg. sotapanna,dll?
Apakah ini sudah cukup jelas bagi saudara suchamda dan rekan2 yang lainnya?:)

Quote
2. Apakah kamu memang pernah menyatakan diri bahwa kamu sudah "tanpa aku" di forum ini?
Saya rasa TIDAK PERNAH,kecuali mereka sendiri yang "menjudge" saya dengan "aha2nya" mereka... :)

Salam,
Riky

Terimakasih.


Saya rasa cukup jelas klarifikasinya.

Oleh karena itu saya mohon untuk selanjutnya kepada semuanya agar:
1. Tidak perlu lagi mempersoalkan penilaian2/tebak2an/ prasangka subyektif tentang pencapaian spiritual seseorang.
2. Tidak perlu menyindir-nyindir lagi seseorang mengatakan itu sebagai "tanpa aku" atau "dengan aku", karena hal ini tidak bermanfaat. Tidak perlu melihat siapa yang berbicara, tapi lihatlah kebenaran isinya.
3. Kalau tidak mempunyai argumen yang kuat untuk merespon seseorang, sebaiknya tidak perlu menggunakan taktik-taktik penyerangan pribadi (ad hominem) untuk menutupi kekurangan kita.

Pembaca forum ini bukan hanya kita2 yg berdiskusi disini saja, tetapi dibaca oleh banyak orang.
Dan banyak orang yang jeli dan pintar diluaran untuk menilai komentar2 yang kita tuliskan di milis ini.
Oleh karena itu, postinglah sesuatu yang bisa dipertanggungjawabkan.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 02 August 2008, 02:32:07 PM
Dalam vipassana, yang diamati bathin sendiri, bukan orang lain. Tidak bisa mengatakan ada yang sadar, ada yang tidak, kecuali kita sendiri sudah sadar dan memiliki abhinna cetopariyanana.

Pernyataan umum "Ada yang sadar, ada yang tidak," bisa dan boleh-boleh saja dibuat tanpa perlu cetopariyanyana. Yang memerlukan abhinnya itu kalau kita ingin bilang "Si A sadar", "Si B tidak sadar".

Salam,
hudoyo

Ya, kalau secara umum bisa. Kalau untuk menunjuk siapa dengan pasti (dari forum ini) yang sadar/tidak, baru rasanya tidak mungkin jika tanpa abhinna.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 02:33:00 PM
Quote
Betul, itu hanya "alat yang netral". Pengendalinya adalah orang2 itu sendiri, seperti misalnya anda bilang yang dipelajari orang adalah "kotoran", maka pikiran anda yang membuat itu tidak netral.
Wah.....Amazing....
Jadi ketika Ajahn Chah berkata wanita itu hanya memunggut kotoran maka pikiran ajahn Chah yang membuat hal tersebut tidak netral?^-^
Saudara Suchamda maaf ya minta izin quote ya kalimat berikut ini:
Quote
Menyadari betapa si penanya terjebak dalam konsep intelektual daripada mendapatkan manfaat dari praktek di hatinya sendiri, Ajahn Chah menjawab dia dengan gamblang, "Anda, bu, seperti orang yang memelihara ayam betina di halaman rumah," jelasnya, "dan berkeliling halaman memunguti kotoran ayam ketimbang telornya."

Quote
"Telur" nibbana tidak terletak di manapun, bahkan tidak pula dalam "khotbah" anda yang penuh "inspirasi".
Benar...Nibbana tidak terletak dimanapun,tapi kenapa banyak penteori Abhidhamma mencari NIBBANA didalam Kitab2 besar tersebut dan mencocok2annya?^-^

Quote
Saya tidak menggunakan Abhidhamma sebagai "pegangan", tetapi saya melihat "telur" dan "kotoran" dalam Abhidhamma.
Untuk orang yang pikirannya dipenuhi ide tentang "Abhidhamma adalah kotoran", tidak akan mampu melihat "Abhidhamma sebagai telur", juga sebaliknya.
Bagus,jika anda tidak menggunakan Abhidhamma sebagai pegangan,lantas apa yang anda lakukan sekarang?:)
Anda melihat Abhidhamma itu sebagai "telur" dan "kotoran",lantas saya ingin bertanya,"Siapa yang melihat Abhidhamma itu sebagai "telur" dan "kotoran?" "
Bukankah pikiran anda yang membuat itu tidak netral?^-^

Quote
Hebat sekali analisa anda. Ini sudah ditembus oleh bathin anda dalam meditasi, atau hanya tebak2an alias teori?
Maaf,"analisis" itu apa?
Saya dapatkan dari pengalaman pribadi saya melalui meditasi...:)

Quote
Kalau hanya dibaca, tentu saja tidak bisa sama sekali.
Lantas bukankah setelah dibaca,anda menghapalnya,menerkanya bukan?Atau tidak?:)

Quote
Menurutmu, aplikasi teori (Abhidhamma) adalah demikian? Berarti anda memang tidak tahu apa-apa.
Coba belajar tentang Abhidhamma. Tapi sebelumnya, kosongkan "cangkir" anda yang penuh "kotoran" sebelum belajar.
Saya memang tidak tahu apa2 dan saya juga tidak ingin tahu apa2...:)
Bagi saya kosong adalah Kebahagian...Isi adalah Dukkha....:)
Saat ini adalah Saat ini,masalah saat ini selesaikan tepat pada saat ini juga...

Salam,
Riky


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 02:33:13 PM
Rekan Suchamda,

Dalam bervipassana, menurut ajaran guru-guru meditasi seperti YM Mahasi Sayadaw, bahwa seorang yogI diinstruksikan untuk mengamati nama dan rupa, nama dan rupa ini jelas adalah abhidhamma, mungkin dalam tingkat yang sangat mendasar.
Saya tidak mengatakan bahwa praktik vipasana anda keliru, tapi mereka yang menyelaraskan vipassana dengan abhidhamma juga tidak bisa disalahkan, ini adalah cara berlatih masing-masing individu. Dan menurut saya apapun cara yang ditempuh, itu adalah hal sangat pribadi dan tidak untuk diperdebatkan.

Salah. Nama-rupa berasal dari Sutta-pitaka. Abhidhamma bicara tentang rupa, citta, cetasika, nibbana.
Bahkan dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw, setidak-tidaknya pada instruksi awalnya, tidak dibahas Abhidhamma.


Quote
Pernahkah anda membaca mengenai kisah Sang Buddha membabarkan Abhidhamma di tavatimsa? di sela-sela kunjungan Sang Buddha ke tavatimsa, Beliau masih menyempatkan diri untuk turun ke alam manusia dan menyampaikan apa yang Beliau ajarkan kepada YM Sariputta, kemudian oleh YM Sariputta diteruskan kepada para siswanya. jadi menurut saya, anda terlalu sembrono kalau menimpulkan bahwa Abhidhamma bukan berasal dari Sang Buddha. pada masa itu memang mungkin saja istilahnya bukan abhidhamma, tapi esensi ajarannya adalah Abhidhamma, dan sebenarnya abhidhamma ini juga sudah termasuk dalam sutta pitaka juga.

Menurut hemat saya, cerita Abhidhamma di Tavatimsa itu cuma dongeng untuk memberikan justifikasi kepada Abhidhamma. Persis sama seperti dongeng bahwa sutra-sutra Mahayana tersimpan di dalam gua dijaga seekor naga selama ratusan tahun, sebelum muncul ke permukaan bumi.

Pada dewasa ini sudah dipahami bahwa sistematika Abhidhamma berbeda dengan ajaran yang terkandung dalam Sutta-Pitaka, sekalipun orang bisa saja mencari-cari kaitannya. Sama seperti orang mencari kaitan antara ajaran dalam sutra-sutra Mahayana dengan Tipitaka Pali.

Menurut hemat saya, abhidhamma vs sutta, mahayana vs theravada, tidak lebih dari dua paradigma (kerangka berpikir) yang berbeda. Tidak perlu dipertentangkan, dan tidak perlu disama-samakan.


Quote
kalau kita melihat dari sudut pandang paramattha/pannati maka jelas abhidhamma jelas adalah paramattha. hanya saja mungkin anda tidak mengartikan dengan benar makna dari paramattha itu.

Dalam vipassana, dikotomi paramattha/sammuti (absolut/konvensional) itu tidak relevan. Kedua-duanya pikiran, perlu disadari sampai berhenti.


Quote
Saya melihat bahwa anda menolak abhidhamma tenpa mengetahui apa abhidhamma itu. silahkan anda mempelajari abhidhamma dulu bukan untuk menambah kemelekatan anda, tapi seperti ada pepatah mengatakan "Kenalilah musuh anda"

hehe ... abhidhamma bukan "musuh" kok, karena tidak ada yang memusuhi dan yang dimusuhi.
Bagi seorang pemeditasi vipassana, abhidhamma sekadar tidak relevan. Itu saja.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 02:42:55 PM
Dan saya berharap bahwa "teori2" tersebut tidak digunakan sebagai suatu "pembenaran" atas sebuah "ketidaktahuan/kebodohan" yang sering kali ditunjukan dari berbagai netter disini...:)
Dan terakhir saya ingin berkata bahwa,"Jika kita belum menembus "teori" yang sering kita tuliskan dan bicarakan alangkah baiknya kita sendiri membuktikannya terlebih dahulu daripada bercuap2 kepada orang lain,padahal kita sendiri tidak tahu apa2...."
Saya setuju sekali dengan anda, Riky_dave. Tapi saya penasaran, sebetulnya anda sendiri setuju atau tidak dengan pernyataan itu?
Mungkin anda berpikir bahwa pernyataan saya yang dibold diatas menyiratkan bahwa teori dulu baru praktek kemudian terbukti barusan dituliskan...
Tapi saya katakan dengan jelas dahulu bahwa itu tidak relevan lagi bagi para pemeditasi MMD...
Hal itu saya tunjukan semata2 untuk orang2 yang suka/ngotot belajar tentang Abhidhamma...
Jadi saya setuju,daripada "dia" hanya melekat pada "abhidhamma dan kata2 yang indah didalamnya" tanpa "tahu" makna dan arti sebenarnya yang "terkandung" didalamnya...
Seperti seorang yang menderita sakit parah pergi ke dokter terhebat diseluruh dunia,sang dokter membuat analisis,penyebab dia sakit,bagaimana cara menlenyapkan penyakitnya kemudian sang dokter memberikan dia resepnya...
Sang pasien hanya memandangi resepnya dan terkagum2 akan kebijaksanaan sang dokter...
Sang pasien setiap hari 3 x sehari hanya memandang kagum tulisan2 resep sang dokter...
Lantas apakah dengan begitu sang pasien bisa sembuh dr penyakitnya?^-^

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 02:43:41 PM
Quote from: Hudoyo
hehe ... abhidhamma bukan "musuh" kok, karena tidak ada yang memusuhi dan yang dimusuhi.
Bagi seorang pemeditasi vipassana, abhidhamma sekadar tidak relevan. Itu saja.

Maaf, sekedar numpang untuk klarifikasi supaya tidak terjadi tuduhan yang bukan2.

Saya rasa, apa yang Pak Hudoyo maksudkan adalah:
Mau belajar Abhidhamma juga boleh. Tidak dilarang. Silakan-silakan saja.
Tapi ketika menginjak vipassana, maka teori Abhidhamma itu harus dilepaskan.
Supaya kita bisa melihat batin kita tanpa filter konseptual apapun.


-------------------------------

Demikian juga instruksi vipassana untuk sekedar mengamati ego, tidak menolak dan tidak menerima,
termasuk juga instruksi untuk tidak terlibat dalam penilaian yang baik maupun yg buruk,
adalah BUKAN berarti kita mengiyakan untuk melakukan segala hal yang buruk2. Juga bukan berarti mengabaikan moralitas.
Kalau anda merasa seperti dapat SIM untuk pembenaran melakukan perbuatan buruk, maka anda berarti salah memahami petunjuk.

Bukankah begitu pak Hudoyo?

Semoga kesalahpahaman yg dikarenakan kurang teliti menyimak ini dapat dihindari menjadi sebuah fitnah.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 02:48:51 PM
Tapi saya juga berbeda pendapat dengan Pak Hudoyo bahwa Abhidhamma tidak kompatibel dengan Vipassana. Vipassana menyadari gerak pikiran, dan pikiran itu bisa juga berupa ajaran Abhidhamma, ajaran agama lain, ilmu pengetahuan dan bahkan kegiatan sehari-hari. Vipassana yang berada di luar tataran konsep, tidak bisa dikatakan "kompatibel" ataupun "tidak kompatibel" dengan suatu konsep.

'Compatible' menurut kamus Oxford artinya: "able to be used together at the same time". Jadi maksud saya, vipassana dan abhidhamma tidak bisa digunakan bersama-sama pada waktu yang sama.
 

Quote
Singkatnya, berangkat dari gerak pikiran (ajaran/konsep/teori) apapun, ketika dia menyadarinya dan "berhenti" (meminjam istilah dari MMD), maka di situlah "ditemukan" vipassana. Jadi di dalam ajaran/konsep/teori apapun, seseorang bisa "menemukan" vipassana;

Kalimat yang dibold merah di atas perlu dilengkapi: "Di dalam ajaran/konsep/teori apapun, seseorang bisa "menemukan" vipassana KETIKA ajaran/konsep/teori itu diatasi/dilampaui/ditransendensikan."

Ini berbeda dengan anggapan sementara siswa Abhidhamma, bahwa abhidhamma bisa dipakai dalam vipassana untuk mengenali citta-citta yang muncul dsb dsb. Kalau orang masih membanding-bandingkan dengan suatu teori untuk 'mengenali', ia jelas tidak sedang bervipassana.


Quote
... tetapi di dalam vipassana, tidak akan ada ajaran/konsep/teori apapun, bahkan sudah tidak ada istilah vipassana itu sendiri.
(contohnya: Bahiya "menemukan" Vipassana dalam Bahiya Sutta, tetapi dalam vipassananya Bahiya, saya percaya sudah tidak ada ajaran Buddha)

Setuju.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 02 August 2008, 02:55:57 PM
NANYA :
Tolong dibuatkan kesimpulan Thread Abhidhamma & Vipassana ini Akhir nya apa?

Binun nich :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 02:57:38 PM
Apa ada kemungkinan bahwa kita mempelajari buddhisme dengan cara yang salah?

Misalkan (klo tidak salah baca) ada pernyataan dalam buddhisme yang mengatakan:
-Sungguh beruntung terlahir sebagai seorang manusia, karena sulit sekali terlahir sebagai manusia, karenanya hargailah kehidupan
-Tubuh ini sebenarnya menjijikkan, keluar cairan, bau, hanyalah kantong sampah
-Kita sebenarnya hanya terdiri dari 2 hal nama dan rupa: tubuh fisik dan batin.

Ketiga pernyataan tersebut diucapkan dalam konteks yang berbeda-beda:
- yang pertama merupakan dorongan agar orang tidak berlalai-lalai untuk "mencari" pembebasan;
- yang kedua dimaksudkan agar orang tidak melekat pada tubuh ini, sebagaimana kebanyakan orang melekat;
- yang ketiga adalah pernyataan faktual yang bersifat netral.

Jadi di antara ketiga pernyataan itu tidak saling berkontradiksi satu sama lain, asal saja kita bisa membedakan konteksnya.

Dalam vipassana, ketiga-tiganya disadari sebagai pikiran (dan mungkin sikap batin), sehingga tidak dilekati lagi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 02:58:17 PM
NANYA :
Tolong dibuatkan kesimpulan Thread Abhidhamma & Vipassana ini Akhir nya apa?

Binun nich :))

It's a never-ending story. :)

salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 03:01:32 PM
Sekarang jelas kenapa diskusi ini kesannya gak nyambung, ternyata ada kesalahpahaman yang fatal di sini.

sebagian besar member mendiskusikan Vipassana dan Abhidhamma, tetapi rekan Suchamda ternyata mendiskusikan Vipassana versi "MMD" dengan Abhidhamma.

Saya dan mungkin sebagian member di sini juga mempraktikkan Vipassana hanya kebetulan bukan MMD. jadi jelas gak nyambung

Maaf nih, jadi OOT.

Di dunia ini ada banyak versi vipassana: versi Goenka, Versi Mahasi Sayadaw, versi Pa-Auk dll itu mengacu pada Mahasatipatthana-sutta.

Vipassana versi MMD mengacu pada ajaran Sang Buddha dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 03:06:51 PM
Quote
Kata "netral" yang saya tuliskan, maksudnya adalah Abhidhammanya bisa jadi "telur" bagi satu orang, bisa jadi "kotoran" bagi orang lain. Bisa keduanya dan juga bukan keduanya bagi orang lain lagi.
...

Riky,

Kalau meng-quote orang lain, tolong link-nya jangan dilepas. Gunanya agar pembaca bisa kembali kepada posting yang ditanggapi untuk melihat konteksnya. Dalam postingmu di atas ayah sukar melihat konteksnya.

Ayah,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 03:21:48 PM
Yang Bro Riky paparkan diatas itu adalah 'perkiraan' Bro Riky, bukanlah 'pengalaman' Bro Riky langsung. Kalau hanya sekedar dipikir2 dan diduga2 memang bisa di buat skenario apa saja.
Darimana saudara willi tahu bahwa itu bukan pengalaman pribadi saya secara langsung dan hanya terkaan dan perkiraan saya saja?:)
Soal "marah" itu saya sudah "sering" meresponnya sendiri didalam kehidupan saya...Saya bukan type yang asal nyalak saja...:)

Quote
Apakah Bro Riky sudah mencoba menerapkan Abhidhamma kedalam kehidupan sehari-hari? Jika belum, tidak mungkin Bro bisa mengatakannya 'tidak layak mengikis LDM'.
Apa yang mesti diterapkan jika pikiran selalu berubah2 dengan sangat cepat mungkin melebihi kecepatan cahaya yang dikenal manusia dewasa ini?
Apakah mungkin manusia membendung "tsunami" yang datang "menerpa"nya secara tiba2?:)

Quote
Rekan2 lain disini juga tidak ada yg komplain dgn Jalan yg Bro Riky ambil.
Tidak ada yg mengatakan 'pemahaman' Bro Riky tidak bisa mengikis LDM.
Apakah saya sibuk melarang orang lain atas jalannya sendiri?
Justru yang saya katakan disini bahwa,"Jangan menggunakan Tipitaka dll sebagai tameng atas "kebodohan/ketidaktahuan" diri sendiri"...
Ingat bahwa yang membaca disini bukan hanya kita tapi banyak khalayak...

Quote
Pertama-tama perlu dipahami esensi Abhidhamma, tidak perlu secara lengkap dan tanpa perlu menghapalkan istilah2 rumit nya.
Pemahaman yg perlu, misalnya:
~ Jenis2 citta yg bermanfaat dan tidak bermanfaat
~ Mengapa citta2 yg bermanfaat perlu dikembangkan, bagaimana mengembangkannya
~ Mengapa citta yg tidak bermanfaat perlu dikikis, bagaimana mengikisnya
~ dsbnya
Apakah dari 1 sampai 4 yang anda tuliskan itu tidak perlu dihapalkan?^-^
Jenis2,mau dikenali pasti anda hapal dahulu bukan,nanti muncul A oh ya di Abhidhamma ini disebut A dan seterusnya....
Mengapa harus dipilah2 antara yang baik dan buruk?

Quote
Pada beberapa postingan Bro Riky sebelum ini, sy simpulkan bahwa Bro Riky tidak menganggap 'moral yg baik' sebagai sesuatu yg penting, malah Bro berpendapat bahwa 'moral yg baik' adalah 'kepalsuan' semata. Sebaliknya, bagi praktisi Abhidhamma, 'moral yg baik' sangat diperlukan bagi perkembangan batin, sekaligus sebagai barometer pengikisan LDM kita.
Saya tidak menganggap antara Baik dan Buruk...
Semuanya SAMA dari AKU...
Lantas kenapa saya harus memilah2nya?
Menolak yang buruk,senang akan yang Baik?
Bukankah saya seperti sedang menipu diri saya sendiri?:)
Jika para praktisi menganggap begitu itu bukan urusan saya,saya hanya mencoba menegaskan akan kelakuan2 para netter disini yang sering kali mengutip kata2 dari sutta tertentu untuk menyerang orang tertentu,padahal mungkin dia sendiri tidak memahami arti/makna yang terkadung didalamnya...

Quote
Sang Buddha juga mengatakan pentingnya menjaga moral yg baik (sila), yg berguna untuk samadhi dan panna.
Silakan anda memberikan saya referensi perkataan SB tersebut...
Dan saya rasa sila bukan hanya diartikan sebagai moral yang baik...:)
Sila itu luas,begitu juga dengan dana dll...

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 03:22:46 PM
Riky,

Kalau meng-quote orang lain, tolong link-nya jangan dilepas. Gunanya agar pembaca bisa kembali kepada posting yang ditanggapi untuk melihat konteksnya. Dalam postingmu di atas ayah sukar melihat konteksnya.

Ayah,
hudoyo

Oke yah,sudah dilaksanakan...:)

Anakmu,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 02 August 2008, 04:02:44 PM
Tapi saya juga berbeda pendapat dengan Pak Hudoyo bahwa Abhidhamma tidak kompatibel dengan Vipassana. Vipassana menyadari gerak pikiran, dan pikiran itu bisa juga berupa ajaran Abhidhamma, ajaran agama lain, ilmu pengetahuan dan bahkan kegiatan sehari-hari. Vipassana yang berada di luar tataran konsep, tidak bisa dikatakan "kompatibel" ataupun "tidak kompatibel" dengan suatu konsep.

'Compatible' menurut kamus Oxford artinya: "able to be used together at the same time". Jadi maksud saya, vipassana dan abhidhamma tidak bisa digunakan bersama-sama pada waktu yang sama.
Ya, tidak akan bisa digunakan pada saat yang bersamaan. Bahkan bukan hanya Abhidhamma, tapi juga seluruh ajaran dan ilmu pengetahuan lain.



Quote
Quote
Singkatnya, berangkat dari gerak pikiran (ajaran/konsep/teori) apapun, ketika dia menyadarinya dan "berhenti" (meminjam istilah dari MMD), maka di situlah "ditemukan" vipassana. Jadi di dalam ajaran/konsep/teori apapun, seseorang bisa "menemukan" vipassana;

Kalimat yang dibold merah di atas perlu dilengkapi: "Di dalam ajaran/konsep/teori apapun, seseorang bisa "menemukan" vipassana KETIKA ajaran/konsep/teori itu diatasi/dilampaui/ditransendensikan."

Ini berbeda dengan anggapan sementara siswa Abhidhamma, bahwa abhidhamma bisa dipakai dalam vipassana untuk mengenali citta-citta yang muncul dsb dsb. Kalau orang masih membanding-bandingkan dengan suatu teori untuk 'mengenali', ia jelas tidak sedang bervipassana.
Ya betul. Maksudnya begitu, ketika ajaran/teori/konsep itu dilampaui/ditransendensi, maka tidak ada perbedaan apakah asalnya dari ajaran/teori/konsep A atau B, semuanya sama saja.

Kalau menurut pendapat saya, dalam meditasi (baik Vipassana dan Samatha), tidak memerlukan kompleksitas pikiran. Semakin sederhana, justru semakin mendukung. Bahkan dalam Samatha, objek yang terlalu kompleks menghalangi orang untuk masuk dalam jhana.

Kegunaan Abhidhamma bagi saya adalah untuk mendukung penalaran dan pola pikir. Bisa juga digunakan sebagai pedoman (mungkin seperti sila yang mengingatkan kita) dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kalau untuk "ditembus" sendiri dalam meditasi, rasanya sulit. Bahkan, konon Abhidhamma hanya bisa "ditembus" oleh seorang Samma Sambuddha (siapa pula yang bisa menghitung kecepatan pikiran secepat itu?) dan hanya bisa dimengerti dengan baik secara analitis oleh para Ariya yang memiliki patisambidha. Juga diterangkan di Tavatimsa untuk para Deva & Brahma, yang notabene memiliki khanda yang tentu saja berbeda dengan manusia :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 04:14:04 PM
Sebenarnya Abhidhamma dan vipasanna itu bisa saling mendukung dan saling sinergi asalkan kita menempatkan keduanya dalam sebuah kesatuan yg proposional. Jikalau ada mereka yg mempelajari Abhidhamma secara text book dan mendapatkan manfaatnya ok2 saja, apalagi jika belum ada kesempatan melatih vipasanna langsung yg dikarenakan kondisi dan buah karma baik yg mendukung belum berbuah. Perbedaan hanya terjadi hanya ketika kita masing menggenggam kuat persepsi kita sendiri dan ini tidak terjadi pada yg mengandalkan teori tetapi bisa juga terjadi pada praktisi vipasanna yg menanggap apa yg dialami sebagai kebenaran mutlak dan memiliki keyakinan yg berlebihan dan semangat terhadap pengetahuan yg dimilikinya tetapi mereka lupa bahwa mereka sedang terperangkap dalam rintangan meditasi, yg mana mereka berpikir telah maju tetapi sebenarnya hanya jalan ditempat atau OMONG KOSONG BELAKA. Sampai2 dengan gampangnya loncat untuk "tanpa aku" tidak perlu sutta, harus dari mulut Sang Buddha lha, tidak ada tujuan dalam vipasanna di saat awal. Itu semua sebenarnya masih dalam sebuah ilusi yg menyesatkan sebuah pandangan. Melatih mencapai nibanna harus ada tahapan sesuai kondisi batin masing yg harus disikapi secara bijaksana. Contohnya : kalau kita akan duduk meditasi, disitu ada "ingin" , "duduk" dsb bukankah itu tujuan, mau makan saja sudah tujuan, jadi banyak orang membuat vipasana ngejlimet dengan khayalan2 belaka saja. Demikian sebaliknya teori bisa membawa kemajuan hanya pada tahap tertentu saja, selanjutnya harus praktek. Bagaimana membawa vipasanna berguna bagi kehidupan sehari2, kekuatan dari latihan khusus meditasi vipasanalah yg digunakan yg mana terdapat kekuatan sati yg murni. Hendaknya juga mereka yg telah berlatih dalam Dhamma tidaklah menambah ego karena pengetahuan. jangan berpikir semua serba instant dan tidak ada tahapan, tidak ada jalan dan tidak ada konsep yg benar dsb, kalau begini , orang semacam ini lupa akan realita kehidupan yg sebenarnya dan mungkin salah satu pandangan ekstrem kiri atau kanan bukan jalan tengahlah yg diajarkan Sang Tathagata. Belajarlah langsung dari mereka yg telah benar2 mencapai apa yg harus dicapai sebagai kalyanimita, jangan  takabur bahwa kita bisa seperti Buddha mencapai pencerahan sendiri. Sang Buddha pun mencapainya karena parami yg luar biasa disertai tanda khusus yg menyertainya. Marilah renungkan kembali apa yg terjadi pada diri kita.

Jadi perkembangan batin masing2 tentu titik awal kemajuannya berbeda-beda. Ada yg mulai dari teori (dalam hal ini Abhidhamma) dan ada yg berawal dari praktek dan ada juga dari keduanya.  Dengan menganggap meniadakan salah satu adalah kebodohan yg amat sangat. Janganlah berpikir kita telah mahir dalam praktek Dhamma atau merasa sebagai praktisi yg hebat kalau menjadi manusia seutuhnya  saja belum becus dan mulailah dari hal2 yg kecil dalam keseharian kita , kalau itu saja sudah bisa kita lakukan maka baru bisa maju selangkah demi selangkah.Demikian pula yg memilki intelektual yg baik hendaknya tidak memahami Dhamma sebatas pemikiran saja. Seperti Anda memilki 2 tangan dan kaki, bila salah satu tidak ada maka disebut cacat, yg parah kalau terjadi cacat mental. ;D

Saya melihat seluruh isi posting Rekan Bond ini dimaksudkan sebagai kritik terhadap MMD. Kritik itu salah arah dan salah substansi karena Rekan Bond tidak pernah mencoba menjalankan MMD itu sendiri. Mungkin saja Rekan Bond adalah pemeditasi vipassana versi lain, saya tidak tahu. Tetapi memang jelas vipassana versi MMD sangat berbeda dengan vipassana versi-versi lain. Rujukannya saja sudah berbeda; vipassana versi-versi lain merujuk pada Mahasatipatthana-sutta, sedangkan vipassana versi MMD merujuk pada Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta. Khususnya vipassana versi MMD berbeda dengan vipassana versi Mahasi Sayadaw; kedua versi vipassana itu mempunyai perbedaan-perbedaan mendasar yang tidak bisa dihindari. Kritik serupa dengan yang dilontarkan Rekan Bond ini pernah bahkan sering saya dengar datang dari para pemeditasi senior versi Mahasi Sayadaw.

Saya rasa tidak perlu saya menanggapi substansi (isi) kritik Rekan Bond, karena memang saya tidak berniat mengubah pandangan Rekan Bond; dengan kata lain, saya tidak berniat berdebat--memperebutkan kalah-menang--dengan Rekan Bond. Saya menyadari bahwa berdiskusi dengan orang yang sudah mempunyai pandangan yang menetap (fixed) hanya akan membawa pada debat kusir yang tidak ada manfaatnya dan tidak ada akhirnya.

Saya hanya bersedia berdiskusi dengan mereka yang ingin belajar MMD, di forum atau media apa saja. Oleh karena itu saya tidak akan menanggapi substansi kritikan Rekan Bond terhadap pemahaman & praktik MMD. Dan mulai sekarang rasanya tidak ada gunanya saya berdiskusi tentang vipassana/MMD dengan Rekan Bond lagi.

Kepada rekan-rekan yang ingin belajar MMD, mohon bersabar sebentar. Tidak lama lagi akan keluar Buku Panduan MMD yang lengkap di mana seluruh prinsip pemikiran dan praktik MMD diuraikan secara lengkap; seluruh kritik Rekan Bond di atas akan terjawab dengan lugas dalam buku itu. Buku itu akan diberi pengantar oleh seorang bhikkhu senior kita.

Kepada Rekan Bond saya sampaikan, lakukan vipassana yang sesuai dengan pemahaman Anda; Anda tidak perlu mengomentari vipassana yang tidak pernah Anda lakukan sendiri; selain tidak relevan, malah terdengar lucu di telinga praktisi MMD. Sadarilah bahwa di dunia ini ada berbagai cara untuk memahami dan melaksanakan ajaran Sang Buddha, bukan hanya pemahaman dan praktik vipassana menurut versi A,B,C, atau menurut Anda sendiri.

Saya selalu mengatakan, bahwa tidak ada satu versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang. Versi Mahasi Sayadaw tidak, versi MMD pun tidak. Setujukah Anda dengan pernyataan ini? Silakan dijawab, terima kasih.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 04:16:27 PM
Demikianlah, Bhagavà, Purana Kassapa, ketika ditanya tentang buah saat ini dari kehidupan tanpa rumah, menjelaskan tentang tidak melakukan apa-apa kepadaku. (Samanaphala Sutta)

'Sadar' di dalam MMD sama sekali tidak ada hubungannya dengan ajaran Purana Kassapa. Kalau mau tahu di mana perbedaannya, lakukan sendiri lebih dulu MMD. Jangan mengasosiasikan begitu saja dengan mengandalkan satu-dua patah kata saja.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: J.W on 02 August 2008, 04:21:59 PM
ada kok anak TK yang disuruh lompat ke universitas contohnya xxxxxxx(ge sensor sendiri namanya).....alhasil keblinger soal Dhamma dan cuman bisa berkoak koak untuk diam tapi ga bisa diam. salah siapa?


wkwkwk.... yg "xxxxxxxxx" itu = jinaraga ato si anak itu  ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: san on 02 August 2008, 04:37:04 PM
Apa ada kemungkinan bahwa kita mempelajari buddhisme dengan cara yang salah?

Misalkan (klo tidak salah baca) ada pernyataan dalam buddhisme yang mengatakan:
-Sungguh beruntung terlahir sebagai seorang manusia, karena sulit sekali terlahir sebagai manusia, karenanya hargailah kehidupan
-Tubuh ini sebenarnya menjijikkan, keluar cairan, bau, hanyalah kantong sampah
-Kita sebenarnya hanya terdiri dari 2 hal nama dan rupa: tubuh fisik dan batin.

Ketiga pernyataan tersebut diucapkan dalam konteks yang berbeda-beda:
- yang pertama merupakan dorongan agar orang tidak berlalai-lalai untuk "mencari" pembebasan;
- yang kedua dimaksudkan agar orang tidak melekat pada tubuh ini, sebagaimana kebanyakan orang melekat;
- yang ketiga adalah pernyataan faktual yang bersifat netral.

Jadi di antara ketiga pernyataan itu tidak saling berkontradiksi satu sama lain, asal saja kita bisa membedakan konteksnya.

Dalam vipassana, ketiga-tiganya disadari sebagai pikiran (dan mungkin sikap batin), sehingga tidak dilekati lagi.

Salam,
hudoyo

Jadi apakah mungkin untuk melihat abhidhamma dan vipassana tidak saling berkontradiksi satu sama lain, asal saja kita bisa membedakan konteksnya?

Atau abhidhamma adalah abhidhamma dan vipassana adalah vipassana, masing2x memberikan manfaat sendiri 2x sesuai prakteknya, dan lebih baik tidak mencampuradukkan keduanya??
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 02 August 2008, 04:41:01 PM
 [at]  Bro Riky...

Diskusi2 yg lain rasanya tidak perlu kita lanjutkan karena kelihatannya sudah mentok  ;D

Sy akan jawab yg Bro Riky tanyakan saja, sbb:

Quote
Pertama-tama perlu dipahami esensi Abhidhamma, tidak perlu secara lengkap dan tanpa perlu menghapalkan istilah2 rumit nya.
Pemahaman yg perlu, misalnya:
~ Jenis2 citta yg bermanfaat dan tidak bermanfaat
~ Mengapa citta2 yg bermanfaat perlu dikembangkan, bagaimana mengembangkannya
~ Mengapa citta yg tidak bermanfaat perlu dikikis, bagaimana mengikisnya
~ dsbnya
Apakah dari 1 sampai 4 yang anda tuliskan itu tidak perlu dihapalkan?^-^
Jenis2,mau dikenali pasti anda hapal dahulu bukan,nanti muncul A oh ya di Abhidhamma ini disebut A dan seterusnya....

Tidak, tak perlu dihapalkan, hanya perlu dipahami dan dimengerti

Quote
Mengapa harus dipilah2 antara yang baik dan buruk?

Karena Bro Riky paling senang bertanya sumber Tipitaka (meski dilain pihak Bro bilang nggak peduli dgn Tipitaka dan Bro bukan murid Sang Buddha, sy tidak mengerti untuk apa Bro selalu meminta sumber di Tipitaka kpd orang2?), maka akan sy jawab pake sumber di Tipitaka saja:

"Perbuatan buruk akan menyebabkan penyesalan, ratapan dan air mata
Perbuatan baik tidak menyebabkan penyesalan, dan mengakibatkan kegembiraan dan kebahagiaan
"
(Dhammapada 67-68)

Quote
Saya tidak menganggap antara Baik dan Buruk...
Semuanya SAMA dari AKU...
Lantas kenapa saya harus memilah2nya?
Menolak yang buruk,senang akan yang Baik?
Bukankah saya seperti sedang menipu diri saya sendiri?:)

Tidak sama.
Justru menganggap sama antara perbuatan baik dan buruk berarti  Bro Riky sedang membodohi diri sendiri.
Mungkin perlu Bro renungkan nasehat Sang Buddha yg sy tulis diatas

Quote
Quote
Sang Buddha juga mengatakan pentingnya menjaga moral yg baik (sila), yg berguna untuk samadhi dan panna.
Silakan anda memberikan saya referensi perkataan SB tersebut...

Jika anda menutup mata anda dan membuka Tipitaka secara acak, sy yakin, anda akan gampang menemukan anjuran Sang Buddha akan pentingnya perbuatan baik. Isi Tipitaka sarat dengan anjuran berbuat baik.
Saya akan copas satu untuk Bro Riky:

"Mengembangkan kebajikan, dapatlah dilakukan. Apabila tidak dapat dilakukan maka Saya tidak akan menganjurkan engkau melakukannya, tapi karena itu membawa keberuntungan dan kebahagiaan, Saya menganjurkan engkau: Kembangkanlah Kebajikan"
(Anguttara Nikaya, I:227)

Satu lagi:

"Bagi wanita dan pria, berdana dan bermoral baik, dapat menahan nafsu dan pengendalian diri, merupakan timbunan harta terbaik. Oleh karena itu orang bijaksana selalu bertekad untuk melakukan kebajikan itu"
(Khuddaka Nikaya, Nidhikkhanda Sutta)

juga:

"Setiap orang mewarisi kammanya masing-masing...dstnya..."

Quote
Dan saya rasa sila bukan hanya diartikan sebagai moral yang baik...:)
Sila itu luas,begitu juga dengan dana dll...

Kalo begitu bisa di-share disini pengertian Bro Riky mengenai SILA?
Juga DANA?

Salam,
willi

::

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 04:51:58 PM
Ego itu mesti disadari, ketika kita sadar bahwa pada saat itu kita sedang marah, selanjutnya kita mempunyai pilihan, mau marah terus atau mau disudahi? Biasanya ketika kegiatan memilih*) ini berlangsung, kekuatan EGO (kemarahan) tadi sudah sedikit melemah.... selanjutnya terserah kita....
(Pada saat 'memilih' tsb, segala pemahaman yg telah kita pelajari biasanya akan muncul dan akan menjadi bahan pertimbangan kita; jika makin sering dipelajari dan direnungkan, maka akan semakin kuat mengontrol pertimbangan kita).

Bandingkan jika tanpa memahami Dhamma (bahwa kemarahan itu tidak baik bagi kita, bahwa pikiran merupakan busa yg menyerap setiap pikiran baru; berakumulasi, dsbnya), jika tidak memahami hal2 begitu maka kita akan terus 'menikmati' kemarahan kita dengan semakin berapi-api... akibatnya sudah bisa ditebak: jantung semakin keras berdebar (sumber segala penyakit) dan batin kita sudah terupgrade menjadi 'semakin pemarah' (lama kelamaan akan menjadi 'sifat' kita).

Bagi seseorang yg mempraktikkan Abhidhamma, pemahaman2 dasar begini akan membantunya mengambil sikap ketika EGO-nya muncul. Pemahaman2 yg didapat dari belajar, membaca adan diskusi (Suttamayapanna) akan meningkat menjadi pemahaman realisasi (Cintamayapanna) yg untuk selanjutnya jika dilakukan dengan intents (vipassana) maka akan menjadi pemahaman penembusan (Bhavanamayapanna).

Menurut hemat saya, orang tidak bisa "memilih" untuk bebas. ... Apa yang dikenal sebagai 'kehendak bebas' (free will) adalah ilusi dilihat dari sudut batin yang bebas. Orang yang katanya mempertimbangkan begini-begitu dan menentukan suatu pilihan, sebenarnya sudah ditentukan lebih dulu oleh faktor-faktor pengkondisi sebelumnya, apakah itu "baik" atau "tidak baik". Faktor pengkondisi yang terdalam dan terakhir adalah akunya sendiri.

Bahkan keputusan untuk bermeditasi vipassana itu pun tidak bisa membawa pada--dan bukan sebab dari--pembebasan itu sendiri. Itu tidak lebih dari sebuah keinginan, yang membuat ia duduk diam dengan tujuan dalam batinnya untuk "mencapai nibbana", "menjadi arahat". Bahkan ketika ia duduk diam mengamati pikirannya, selama masih ada tujuan dalam batinnya, ia hanya akan berputar-putar terbelenggu oleh pikirannya sendiri, tidak mungkin bebas.

Baru ketika pikirannya diam, di situ ada pembebasan. Tetapi diamnya pikiran itu bukan hasil dari usahanya, bukan hasil dari duduk diamnya, bukan hasil dari meditasinya, bukan hasil dri "pilihannya", bukan hasil dari akunya yang ingin mencapai diam sebagai tujuan. Diamnya pikiran itu datang dengan sendirinya, tidak bisa diharapkan, tidak bisa dilatih, tidak bisa didesak untuk datang.

Orang bisa belajar etika, orang bisa berlatih menjalankan etika, tapi semua itu masih berada dalam lingkup si aku. Itu mungkin bisa membuatnya menjadi "orang baik" di mata masyarakat dan di matanya sendiri, tapi tidak mungkin membawanya pada pembebasan. Pembebasan tidak ada kaitannya sama sekali dengan menjadi "orang baik".

Oleh karena itu, untuk bebas tidak perlu mempelajari Buddha-Dhamma, tidak perlu belajar sila, samadhi dan pannya, apalagi belajar Abhidhamma, melainkan langsung dengan 'sadar' akan badan & batinnya sendiri pada saat sekarang. 'Sadar' itu sendiri merupakan 'sila', 'samadhi' dan 'pannya' secara langsung, tanpa harus dipelajari teorinya secara intelektual. Orang yang 'sadar' tidak akan pernah melanggar sila (sekalipun ia tidak pernah belajar sila); orang yang 'sadar' berarti berada dalam samadhi tanpa harus belajar teori "samadhi" lebih dulu; orang yang 'sadar' berarti ada pannya dalam batinnya, sekalipun ia tidak merasa seperti itu.

'Sadar' atau 'tidak sadar', itulah kuncinya, bukan belajar Dhamma, apalagi belajar Abhidhamma.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 04:57:52 PM
SY teringat ketika berdiskusi dengan Bp. Ngestoe Rahardjo (pemilik milis BeCeKa), Beliau -yg cukup netral, tidak berpihak kepada salah satu aliran dan kebetulan agama asli Beliau adalah Agama Hindu- mengatakan bahwa "Madam Nina Van Golkom diduga oleh banyak orang sebagai sedikit dari mereka yg telah mencapai sotapanna."
----
Sehubungan hal tsb diatas, sy pikir percakapan Madam Nina cukup bisa kita pertimbangkan.

Bagi saya sendiri, saya tidak perlu membaca lagi Nina van Gorkom (yang pernah saya baca dengan teliti 40 tahun yang lalu). Beliau tidak lebih dari praktisi Abhidhamma, bukan praktisi vipassana. Tentang apakah beliau sudah menjadi Sotapanna atau belum ,hal itu tidak relevan bagi saya.

Bahkan YM Mahasi Sayadaw sendiri ada yang mengatakan bahwa beliau sudah arahat. Betul atau tidak, tidak ada yang tahu. Tapi itu tidak menyurutkan saya dari menolak beberapa aspek dari teknik vipassana beliau dan menggantikannya dengan versi MMD.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 05:17:12 PM
Kegunaan Abhidhamma bagi saya adalah untuk mendukung penalaran dan pola pikir. Bisa juga digunakan sebagai pedoman (mungkin seperti sila yang mengingatkan kita) dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kalau untuk "ditembus" sendiri dalam meditasi, rasanya sulit. Bahkan, konon Abhidhamma hanya bisa "ditembus" oleh seorang Samma Sambuddha (siapa pula yang bisa menghitung kecepatan pikiran secepat itu?)  dan hanya bisa dimengerti dengan baik secara analitis oleh para Ariya yang memiliki patisambidha. Juga diterangkan di Tavatimsa untuk para Deva & Brahma, yang notabene memiliki khanda yang tentu saja berbeda dengan manusia :)

Yang dibold biru saya setuju.

Yang dibold merah, implikasinya ialah citta-vithi yang 17 itu hanyalah hafalan/pengetahuan saja bagi kita dan tidak ada manfaatnya dalam praktik vipassana, karena tidak seorang pun bisa "melihat" atau "mengalami" citta-vithi itu pada saat munculnya ... Membandingkan pengalaman batin pada saat sekarang dengan teori yang didapat dari Abhidhamma pada masa lampau adalah jeda/gap dari praktik vipassana yang murni, karena orang harus kembali kepada pikiran dan ingatan/pengetahuan dari masa lampau.

Selebihnya no comment, karena sudah menyangkut konsep-konsep dan asumsi-asumsi dalam Agama Buddha yang tidak relevan buat saya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 05:22:34 PM
Jadi apakah mungkin untuk melihat abhidhamma dan vipassana tidak saling berkontradiksi satu sama lain, asal saja kita bisa membedakan konteksnya?
Atau abhidhamma adalah abhidhamma dan vipassana adalah vipassana, masing2x memberikan manfaat sendiri 2x sesuai prakteknya, dan lebih baik tidak mencampuradukkan keduanya??

Saya setuju sekali dengan yang dibold biru.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 02 August 2008, 06:17:47 PM
Sebenarnya Abhidhamma dan vipasanna itu bisa saling mendukung dan saling sinergi asalkan kita menempatkan keduanya dalam sebuah kesatuan yg proposional. Jikalau ada mereka yg mempelajari Abhidhamma secara text book dan mendapatkan manfaatnya ok2 saja, apalagi jika belum ada kesempatan melatih vipasanna langsung yg dikarenakan kondisi dan buah karma baik yg mendukung belum berbuah. Perbedaan hanya terjadi hanya ketika kita masing menggenggam kuat persepsi kita sendiri dan ini tidak terjadi pada yg mengandalkan teori tetapi bisa juga terjadi pada praktisi vipasanna yg menanggap apa yg dialami sebagai kebenaran mutlak dan memiliki keyakinan yg berlebihan dan semangat terhadap pengetahuan yg dimilikinya tetapi mereka lupa bahwa mereka sedang terperangkap dalam rintangan meditasi, yg mana mereka berpikir telah maju tetapi sebenarnya hanya jalan ditempat atau OMONG KOSONG BELAKA. Sampai2 dengan gampangnya loncat untuk "tanpa aku" tidak perlu sutta, harus dari mulut Sang Buddha lha, tidak ada tujuan dalam vipasanna di saat awal. Itu semua sebenarnya masih dalam sebuah ilusi yg menyesatkan sebuah pandangan. Melatih mencapai nibanna harus ada tahapan sesuai kondisi batin masing yg harus disikapi secara bijaksana. Contohnya : kalau kita akan duduk meditasi, disitu ada "ingin" , "duduk" dsb bukankah itu tujuan, mau makan saja sudah tujuan, jadi banyak orang membuat vipasana ngejlimet dengan khayalan2 belaka saja. Demikian sebaliknya teori bisa membawa kemajuan hanya pada tahap tertentu saja, selanjutnya harus praktek. Bagaimana membawa vipasanna berguna bagi kehidupan sehari2, kekuatan dari latihan khusus meditasi vipasanalah yg digunakan yg mana terdapat kekuatan sati yg murni. Hendaknya juga mereka yg telah berlatih dalam Dhamma tidaklah menambah ego karena pengetahuan. jangan berpikir semua serba instant dan tidak ada tahapan, tidak ada jalan dan tidak ada konsep yg benar dsb, kalau begini , orang semacam ini lupa akan realita kehidupan yg sebenarnya dan mungkin salah satu pandangan ekstrem kiri atau kanan bukan jalan tengahlah yg diajarkan Sang Tathagata. Belajarlah langsung dari mereka yg telah benar2 mencapai apa yg harus dicapai sebagai kalyanimita, jangan  takabur bahwa kita bisa seperti Buddha mencapai pencerahan sendiri. Sang Buddha pun mencapainya karena parami yg luar biasa disertai tanda khusus yg menyertainya. Marilah renungkan kembali apa yg terjadi pada diri kita.

Jadi perkembangan batin masing2 tentu titik awal kemajuannya berbeda-beda. Ada yg mulai dari teori (dalam hal ini Abhidhamma) dan ada yg berawal dari praktek dan ada juga dari keduanya.  Dengan menganggap meniadakan salah satu adalah kebodohan yg amat sangat. Janganlah berpikir kita telah mahir dalam praktek Dhamma atau merasa sebagai praktisi yg hebat kalau menjadi manusia seutuhnya  saja belum becus dan mulailah dari hal2 yg kecil dalam keseharian kita , kalau itu saja sudah bisa kita lakukan maka baru bisa maju selangkah demi selangkah.Demikian pula yg memilki intelektual yg baik hendaknya tidak memahami Dhamma sebatas pemikiran saja. Seperti Anda memilki 2 tangan dan kaki, bila salah satu tidak ada maka disebut cacat, yg parah kalau terjadi cacat mental. ;D

Saya melihat seluruh isi posting Rekan Bond ini dimaksudkan sebagai kritik terhadap MMD. Kritik itu salah arah dan salah substansi karena Rekan Bond tidak pernah mencoba menjalankan MMD itu sendiri. Mungkin saja Rekan Bond adalah pemeditasi vipassana versi lain, saya tidak tahu. Tetapi memang jelas vipassana versi MMD sangat berbeda dengan vipassana versi-versi lain. Rujukannya saja sudah berbeda; vipassana versi-versi lain merujuk pada Mahasatipatthana-sutta, sedangkan vipassana versi MMD merujuk pada Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta. Khususnya vipassana versi MMD berbeda dengan vipassana versi Mahasi Sayadaw, kedua versi vipassana itu mempunyai perbedaan-perbedaan mendasar yang tidak bisa dihindari. Kritik serupa dengan yang dilontarkan Rekan Bond ini pernah bahkan sering saya dengar datang dari para pemeditasi senior versi Mahasi Sayadaw.

Saya rasa tidak perlu saya menanggapi substansi (isi) kritik Rekan Bond, karena memang saya tidak berniat mengubah pandangan Rekan Bond; dengan kata lain, saya tidak berniat berdebat dengan Rekan Bond. Saya menyadari bahwa berdiskusi dengan orang yang sudah mempunyai pandangan yang menetap (fixed) hanya akan membawa pada debat kusir yang tidak ada manfaatnya dan tidak ada akhirnya.

Saya hanya bersedia berdiskusi dengan mereka yang ingin belajar MMD, di forum atau media apa saja. Oleh karena itu saya tidak akan menanggapi substansi kritikan Rekan Bond terhadap pemahaman & praktik MMD. Dan mulai sekarang rasanya tidak ada gunanya saya berdiskusi tentang vipassana/MMD dengan Rekan Bond lagi.

Kepada rekan-rekan yang ingin belajar MMD, mohon bersabar sebentar. Tidak lama lagi akan keluar Buku Panduan MMD yang lengkap di mana seluruh prinsip pemikiran dan praktik MMD diuraikan secara lengkap; seluruh kritik Rekan Bond di atas akan terjawab dengan lugas dalam buku itu. Buku itu akan diberi pengantar oleh seorang bhikkhu senior kita.

Kepada Rekan Bond saya sampaikan, lakukan vipassana yang sesuai dengan pemahaman Anda; Anda tidak perlu mengomentari vipassana yang tidak pernah Anda lakukan sendiri; selain tidak relevan, malah terdengar lucu di telinga praktisi MMD. Sadarilah bahwa di dunia ini ada berbagai cara untuk memahami dan melaksanakan ajaran Sang Buddha, bukan hanya pemahaman dan praktik vipassana menurut versi A,B,C, atau menurut Anda sendiri.

Saya selalu mengatakan, bahwa tidak ada satu versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang. Versi Mahasi Sayadaw tidak, versi MMD pun tidak. Setujukah Anda dengan pernyataan ini?

Salam,
hudoyo

Terserah Pak Hud aja, kalau merasa terkritik MMD ya monggo. Silakan juga menggunakan pengantar bhikkhu senior dsb yg mungkin untuk melegitimasi MMD, itu semua adalah hak Pak Hud .

Tetapi sekali lagi saya tidak pernah sama sekali mengkritik MMD dalam tulisan saya diatas lalu bagaimana mungkin salah arah karena memang tidak ada arah dan tidak ada sasaran dan tidak ada substansi, yg saya kemukakan adalah sebuah pandangan2 yg ada saja . Nah kalau  ternyata merasa terkritik menurut saya hanya perasaan saja. Dan hal yg lucu bagi saya apakah saya mengomentari suatu teknik vipasana secara khusus apalagi MMD? menulis hal sederhana saja, banyak yang merasa tersindir. Ya sutralah. Mungkin itulah hasil praktek yg dikatakan "tanpa aku" dsb. Ternyata banyak juga yg sensi ;D.
Maaf kalau kata2 saya mungkin pak Hud artikan sebagai sebuah kritik yg mana Pak Hud mungkin tidak menyukainya. Saya rasa semua orang di forum memiliki hak untuk mengemukakan pendapat.

Hanya pesan saya kepada semuanya boleh diterima dan boleh juga tidak yaitu seringkali manusia senang pada kenyamanan dan bersifat defensif apabila egonya merasa terserang dalam suatu diskusi yg sebenarnya tidak ada apa2 dan kemudian hanya bersembunyi dengan kata2 menghindari perdebatan atau debat kusir, pertanyaanya adalah apakah itu merupakan penyembunyian dari suatu ketidak tahuan beserta egonya atau hanya menghindari luapan emosi yg berlebihan atau memang benar2 arif dan bijaksana.
 
Ok lah saya sudahi saja karena memang saya adalah orang buta yg dungu berjalan di kegelapan dan  asal bicara di telaga yg sunyi, biarlah hingar bingar berlalu lalang dalam kemeriahan dengan segala kemegahan yg ditonjolkan.

Saya persilakan Pak Hudoyo dan praktisi MMD untuk melanjutkan pembicaraanya bersama rekan2 lainnya.

    :lotus:  _/\_





Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 07:42:45 PM
Tidak, tak perlu dihapalkan, hanya perlu dipahami dan dimengerti
Waw...Berati praktisi Abhidhamma hebat2 ya :)
Hanya dengan melihat tulisan2 ,dia bisa memahami dan mengerti sehingga tidak perlu dihapal...
4Kebenaran Mulia,Paticca Samupadda,Hukum Kamma dan Punabhava,Tilakhana,masih banyak lagi,apakah anda sudah memahami dan mengerti tentangnya?
Mungkin jika anda bilang "mengerti" saya masih bisa percaya,tapi jika anda bilang anda sudah "memahami" atau lebih tepatnya "menembus"nya,saya agak "meragukannya" :)

Quote
Karena Bro Riky paling senang bertanya sumber Tipitaka (meski dilain pihak Bro bilang nggak peduli dgn Tipitaka dan Bro bukan murid Sang Buddha, sy tidak mengerti untuk apa Bro selalu meminta sumber di Tipitaka kpd orang2?), maka akan sy jawab pake sumber di Tipitaka saja:
Bukankah anda dan rekan2 anda selalu "bangga" dengan Tipitaka tersebut?
Saya hanya ingin membandingkannya saja melalui pengalaman pribadi saya,apakah itu dilarang didalam Tipitaka?:)

Quote
"Perbuatan buruk akan menyebabkan penyesalan, ratapan dan air mata
Perbuatan baik tidak menyebabkan penyesalan, dan mengakibatkan kegembiraan dan kebahagiaan
"
(Dhammapada 67-68)
Perbuatan buruk menyebabkan penyesalan? :)
Banyak orang yang membunuh tapi tidak menyesal kok,tapi sebaliknya banyak yang berbuat baik dia menyesal...:)
Perbuatan baik mengakibatkan orang ingin dan ingin lagi berbuat baik,tujuannya sudah jelas bukan?

Quote
Tidak sama.
Justru menganggap sama antara perbuatan baik dan buruk berarti  Bro Riky sedang membodohi diri sendiri.
Mungkin perlu Bro renungkan nasehat Sang Buddha yg sy tulis diatas
Sudah jelas bagi saya,AKU ingin BERBUAT BAIK supaya AKU bisa BAHAGIA,AKU tidak mau BERBUAT JAHAT karena AKU takut akan PENDERITAAN,padahal sudah jelas bahwa HIDUP ADALAH DUKKHA bukan?:)

Quote
Jika anda menutup mata anda dan membuka Tipitaka secara acak, sy yakin, anda akan gampang menemukan anjuran Sang Buddha akan pentingnya perbuatan baik. Isi Tipitaka sarat dengan anjuran berbuat baik.
Saya baru tahu dari anda bahwa SB itu "mementingkan" kebaikan,jadi menurut saya tidak ada bedanya sama sekali ajaran SB dengan ajaran LAINNYA karena setahu saya setiap ajaran/aliran di dunia ini mengajarkan "kebaikkan"...:)

Quote
"Mengembangkan kebajikan, dapatlah dilakukan. Apabila tidak dapat dilakukan maka Saya tidak akan menganjurkan engkau melakukannya, tapi karena itu membawa keberuntungan dan kebahagiaan, Saya menganjurkan engkau: Kembangkanlah Kebajikan"
(Anguttara Nikaya, I:227)
Mengembangkan kejahatan, dapatlah dilakukan.Apabila tidak dapat dilakukan maka Riky_dave tidak akan pernah melihat pembunuhan,pencurian,pemerkosaan dimana2 lagi...:)
Karena kejahatan itu membawa penderitaan dan malapetaka,maka Riky_dave menganjurkan engkau: Hindarilah kejahatan :)

Quote
"Bagi wanita dan pria, berdana dan bermoral baik, dapat menahan nafsu dan pengendalian diri, merupakan timbunan harta terbaik. Oleh karena itu orang bijaksana selalu bertekad untuk melakukan kebajikan itu"
(Khuddaka Nikaya, Nidhikkhanda Sutta)
Saya rasa itu bagus untuk para umat awam bukan?Hal tersebut saya rasa tidak relevan lagi untuk seorang pencari kebenaran...:)
Umat awam ingin kaya,sukses,terhormat itu adalah hal yang wajar maka kembangkanlah KEBAJIKAN,hindarilah KEJAHATAN...:)
"Orang bijaksana?" tolong artikan kata orang bijaksana tersebut...

Quote
Kalo begitu bisa di-share disini pengertian Bro Riky mengenai SILA?
Juga DANA?
Dana dan Sila tidak berati apa2 bagi saya...
Tapi jika anda ingin mendengar pendapat dana dan sila,silakan saya akan mengkajinya untuk anda berdasarkan dari yang pernah saya dengar....
Dana adalah kerelaan yang tidak hanya mencakup rela memberi seperti yang banyak orang ketahui...
Tetapi pada saat meditasi kita rela/melepas/menerima segalanya yang terjadi pada saat bermeditasi...
Tapi yang sila saya sudah lupa,entah diartikan sebagai apa...:)

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 07:58:38 PM
Quote
Terserah Pak Hud aja, kalau merasa terkritik MMD ya monggo. Silakan juga menggunakan pengantar bhikkhu senior dsb yg mungkin untuk melegitimasi MMD, itu semua adalah hak Pak Hud .
Wah2...Dengan segala hormat saya katakan kepada anda untuk meralat pernyataan bahwa Bhikkhu senior mungkin digunakan untuk MELEGITIMASI MMD...:)
Saya rasa,jelas bahwa setiap orang lebih percaya kepada orang yang sudah "terkenal" dan "senior",jadi soal LEGITIMASI itu SALAH,karena BHIKKHU itu bukan asal NYALAK,dia tahu apa yang DIA LAKUKAN...:)

Quote
Tetapi sekali lagi saya tidak pernah sama sekali mengkritik MMD dalam tulisan saya diatas lalu bagaimana mungkin salah arah karena memang tidak ada arah dan tidak ada sasaran dan tidak ada substansi, yg saya kemukakan adalah sebuah pandangan2 yg ada saja . Nah kalau  ternyata merasa terkritik menurut saya hanya perasaan saja. Dan hal yg lucu bagi saya apakah saya mengomentari suatu teknik vipasana secara khusus apalagi MMD? menulis hal sederhana saja, banyak yang merasa tersindir. Ya sutralah. Mungkin itulah hasil praktek yg dikatakan "tanpa aku" dsb. Ternyata banyak juga yg sensi .
Pantas sekali pribahasa orang Indonesia buat anda
"Anjing mengongong kafilah berlalu"
"Lempar batu sembunyi tangan"
"Lidah tak bertulang"


Quote
Maaf kalau kata2 saya mungkin pak Hud artikan sebagai sebuah kritik yg mana Pak Hud mungkin tidak menyukainya. Saya rasa semua orang di forum memiliki hak untuk mengemukakan pendapat.
Saya rasa anda tidak usah meminta maaf terus menerus...Karena ini belum Hari Raya Idul Fitri :)
Saya jadi penasaran apa sih arti kata "Maaf" bagi anda? :)

Quote
Hanya pesan saya kepada semuanya boleh diterima dan boleh juga tidak yaitu seringkali manusia senang pada kenyamanan dan bersifat defensif apabila egonya merasa terserang dalam suatu diskusi yg sebenarnya tidak ada apa2 dan kemudian hanya bersembunyi dengan kata2 menghindari perdebatan atau debat kusir, pertanyaanya adalah apakah itu merupakan penyembunyian dari suatu ketidak tahuan beserta egonya atau hanya menghindari luapan emosi yg berlebihan atau memang benar2 arif dan bijaksana.
Wah...
Ngomong salah,tidak ngomong salah...
AKU siapa yang lebih KUAT?
Aneh banget.....
AKU AKU AKU,sendiri DIBUTAKAN terus menerus bilang ORANG DIBUTAKAN...
 
Quote
Ok lah saya sudahi saja karena memang saya adalah orang buta yg dungu berjalan di kegelapan dan  asal bicara di telaga yg sunyi, biarlah hingar bingar berlalu lalang dalam kemeriahan dengan segala kemegahan yg ditonjolkan.
Inikah trik anda?Setelah mencemooh sekarang mencari simpati?

Quote
Saya persilakan Pak Hudoyo dan praktisi MMD untuk melanjutkan pembicaraanya bersama rekan2
Tidak perlu anda persilakan kami tetap akan melanjutkannya...
Tanpa anda atau dengan ada anda,MMD selalu ada....

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 02 August 2008, 08:01:58 PM
Tidak, tak perlu dihapalkan, hanya perlu dipahami dan dimengerti
Waw...Berati praktisi Abhidhamma hebat2 ya :)
Hanya dengan melihat tulisan2 ,dia bisa memahami dan mengerti sehingga tidak perlu dihapal...
4Kebenaran Mulia,Paticca Samupadda,Hukum Kamma dan Punabhava,Tilakhana,masih banyak lagi,apakah anda sudah memahami dan mengerti tentangnya?
Mungkin jika anda bilang "mengerti" saya masih bisa percaya,tapi jika anda bilang anda sudah "memahami" atau lebih tepatnya "menembus"nya,saya agak "meragukannya" :)

Emangnya kamu uda ngerti juga ya? Ingat diatas langit masih ada langit :))


Quote
"Bagi wanita dan pria, berdana dan bermoral baik, dapat menahan nafsu dan pengendalian diri, merupakan timbunan harta terbaik. Oleh karena itu orang bijaksana selalu bertekad untuk melakukan kebajikan itu"
(Khuddaka Nikaya, Nidhikkhanda Sutta)
Saya rasa itu bagus untuk para umat awam bukan?Hal tersebut saya rasa tidak relevan lagi untuk seorang pencari kebenaran...:)
Umat awam ingin kaya,sukses,terhormat itu adalah hal yang wajar maka kembangkanlah KEBAJIKAN,hindarilah KEJAHATAN...:)
"Orang bijaksana?" tolong artikan kata orang bijaksana tersebut...

ck ck ck pencari kebenaran udah hebat ya, superman gitu . Jangan2 si pencari kebenaran versi Riky yg suka kerumah bordil, khan tidak relevan lagi

Quote
Kalo begitu bisa di-share disini pengertian Bro Riky mengenai SILA?
Juga DANA?
Dana dan Sila tidak berati apa2 bagi saya...
Tapi jika anda ingin mendengar pendapat dana dan sila,silakan saya akan mengkajinya untuk anda berdasarkan dari yang pernah saya dengar....
Dana adalah kerelaan yang tidak hanya mencakup rela memberi seperti yang banyak orang ketahui...
Tetapi pada saat meditasi kita rela/melepas/menerima segalanya yang terjadi pada saat bermeditasi...
Tapi yang sila saya sudah lupa,entah diartikan sebagai apa...:)

Meditasi nya gimana bro benar2 melepas atau lepas kendali
Salam,
Riky

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 08:04:15 PM
Quote
Emangnya kamu uda ngerti juga ya? Ingat diatas langit masih ada langit
Emangnya saya bilang saya mengerti?:)

Quote
ck ck ck pencari kebenaran udah hebat ya, superman gitu . Jangan2 si pencari kebenaran versi Riky yg suka kerumah bordil, khan tidak relevan lagi
Ckckckck,saya rasa ini tidak perlu ditanggapi,anda kan sudah "hebat" bukan?:)

Quote
Meditasi nya gimana bro benar2 melepas atau lepas kendali
Jangan berkoak2 deh....

Salam,
Riky

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 02 August 2008, 08:12:57 PM
Waw...Berati praktisi Abhidhamma hebat2 ya :)
Hanya dengan melihat tulisan2 ,dia bisa memahami dan mengerti sehingga tidak perlu dihapal...
ada byk rumusan teori yg panjang dalam abhidhamma, tetapi praktek yg saya anjurkan dalam belajar abhidhamma sih, menyadari gerak bathin kita. dimulai dari yg paling simple saja yaitu:
melihat reaksi kita terhadap sesuatu (mis: postingan rekan di forum ini), marah, kesal, ingin mereply utk unjuk gigi, mempermalukan, dll :)

menurut saya menghafal teori hanya wasting brain cell ^-^

Quote
4Kebenaran Mulia,Paticca Samupadda,Hukum Kamma dan Punabhava,Tilakhana,masih banyak lagi,apakah anda sudah memahami dan mengerti tentangnya?
Mungkin jika anda bilang "mengerti" saya masih bisa percaya,tapi jika anda bilang anda sudah "memahami" atau lebih tepatnya "menembus"nya,saya agak "meragukannya" :)
sdr Riky, sebaiknya tidak men-judge orang lain secara negative-thingking lho...
mungkin saja Anda sudah berjodoh dg Buddha/Arahat tapi menolaknya ;)
kemungkinan tsb tidak tertutup walaupun kecil
lebih baik perlakukanlah orang lain seperti Buddha/Arahat, walaupun pikiran "orang ini sotapana pun tidak" muncul :)

the way you see outside express what inside you

Quote
yang pernah saya dengar....
;D
dulu saya ada membahas masalah sila & dana dg sdr. Riky, penjelasan saya sebagai berikut, mohon koreksinya:

dana yg dimengerti secara umum adalah "memberikan milikku kepada yg lain".
namun arti khusus dana yg saya katakan kpd sdr. Riky adalah "latihan melepas bahwa ini bukan aku, ini bukan milikku".

sila yg saya katakan pada sdr. Riky, adalah perilaku kita sehari2, bukan seperti pengertian umum (pancasila, atthasila, dasasila, dst...). melainkan dalam kegiatan sehari-hari kita, seberapa sedikit LDM yg muncul.

kira2 begitulah ringkasannya... (sebenarnya sih pembahasannya lumayan panjang :)) )
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 02 August 2008, 08:14:45 PM
Quote
Terserah Pak Hud aja, kalau merasa terkritik MMD ya monggo. Silakan juga menggunakan pengantar bhikkhu senior dsb yg mungkin untuk melegitimasi MMD, itu semua adalah hak Pak Hud .
Wah2...Dengan segala hormat saya katakan kepada anda untuk meralat pernyataan bahwa Bhikkhu senior mungkin digunakan untuk MELEGITIMASI MMD...:)
Saya rasa,jelas bahwa setiap orang lebih percaya kepada orang yang sudah "terkenal" dan "senior",jadi soal LEGITIMASI itu SALAH,karena BHIKKHU itu bukan asal NYALAK,dia tahu apa yang DIA LAKUKAN...:)

Quote
Tetapi sekali lagi saya tidak pernah sama sekali mengkritik MMD dalam tulisan saya diatas lalu bagaimana mungkin salah arah karena memang tidak ada arah dan tidak ada sasaran dan tidak ada substansi, yg saya kemukakan adalah sebuah pandangan2 yg ada saja . Nah kalau  ternyata merasa terkritik menurut saya hanya perasaan saja. Dan hal yg lucu bagi saya apakah saya mengomentari suatu teknik vipasana secara khusus apalagi MMD? menulis hal sederhana saja, banyak yang merasa tersindir. Ya sutralah. Mungkin itulah hasil praktek yg dikatakan "tanpa aku" dsb. Ternyata banyak juga yg sensi .
Pantas sekali pribahasa orang Indonesia buat anda
"Anjing mengongong kafilah berlalu"
"Lempar batu sembunyi tangan"
"Lidah tak bertulang"


Quote
Maaf kalau kata2 saya mungkin pak Hud artikan sebagai sebuah kritik yg mana Pak Hud mungkin tidak menyukainya. Saya rasa semua orang di forum memiliki hak untuk mengemukakan pendapat.
Saya rasa anda tidak usah meminta maaf terus menerus...Karena ini belum Hari Raya Idul Fitri :)
Saya jadi penasaran apa sih arti kata "Maaf" bagi anda? :)

Quote
Hanya pesan saya kepada semuanya boleh diterima dan boleh juga tidak yaitu seringkali manusia senang pada kenyamanan dan bersifat defensif apabila egonya merasa terserang dalam suatu diskusi yg sebenarnya tidak ada apa2 dan kemudian hanya bersembunyi dengan kata2 menghindari perdebatan atau debat kusir, pertanyaanya adalah apakah itu merupakan penyembunyian dari suatu ketidak tahuan beserta egonya atau hanya menghindari luapan emosi yg berlebihan atau memang benar2 arif dan bijaksana.
Wah...
Ngomong salah,tidak ngomong salah...
AKU siapa yang lebih KUAT?
Aneh banget.....
AKU AKU AKU,sendiri DIBUTAKAN terus menerus bilang ORANG DIBUTAKAN...
 
Quote
Ok lah saya sudahi saja karena memang saya adalah orang buta yg dungu berjalan di kegelapan dan  asal bicara di telaga yg sunyi, biarlah hingar bingar berlalu lalang dalam kemeriahan dengan segala kemegahan yg ditonjolkan.
Inikah trik anda?Setelah mencemooh sekarang mencari simpati?

Quote
Saya persilakan Pak Hudoyo dan praktisi MMD untuk melanjutkan pembicaraanya bersama rekan2
Tidak perlu anda persilakan kami tetap akan melanjutkannya...
Tanpa anda atau dengan ada anda,MMD selalu ada....

Salam,
Riky

=)) =)) =)) Ada yg kesamber "aku"nya
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 08:18:29 PM
ada byk rumusan teori yg panjang dalam abhidhamma, tetapi praktek yg saya anjurkan dalam belajar abhidhamma sih, menyadari gerak bathin kita. dimulai dari yg paling simple saja yaitu:
melihat reaksi kita terhadap sesuatu (mis: postingan rekan di forum ini), marah, kesal, ingin mereply utk unjuk gigi, mempermalukan, dll :)
menurut saya menghafal teori hanya wasting brain cell ^-^
_/\_

Quote
4Kebenaran Mulia,Paticca Samupadda,Hukum Kamma dan Punabhava,Tilakhana,masih banyak lagi,apakah anda sudah memahami dan mengerti tentangnya?
Mungkin jika anda bilang "mengerti" saya masih bisa percaya,tapi jika anda bilang anda sudah "memahami" atau lebih tepatnya "menembus"nya,saya agak "meragukannya" :)
Quote
sdr Riky, sebaiknya tidak men-judge orang lain secara negative-thingking lho...
mungkin saja Anda sudah berjodoh dg Buddha/Arahat tapi menolaknya ;)
kemungkinan tsb tidak tertutup walaupun kecil
lebih baik perlakukanlah orang lain seperti Buddha/Arahat, walaupun pikiran "orang ini sotapana pun tidak" muncul :)
Jika memang saya berjodoh dan kala itu saya menolak itu bukan masalah besar bagi saya,saya hanya memandangnya sebagai "Hukum Alam" tak lebih tak kurang....
Saya tidak negatif thinking koq,saya hanya menanyakan kata2 dari saudara willi sendiri karena saya meragukannya...:)

the way you see outside express what inside you
>> yang ini apa sih artinya? ^-^
Quote
yang pernah saya dengar....
Quote
;D
dulu saya ada membahas masalah sila & dana dg sdr. Riky, penjelasan saya sebagai berikut, mohon koreksinya:
dana yg dimengerti secara umum adalah "memberikan milikku kepada yg lain".
namun arti khusus dana yg saya katakan kpd sdr. Riky adalah "latihan melepas bahwa ini bukan aku, ini bukan milikku".
sila yg saya katakan pada sdr. Riky, adalah perilaku kita sehari2, bukan seperti pengertian umum (pancasila, atthasila, dasasila, dst...). melainkan dalam kegiatan sehari-hari kita, seberapa sedikit LDM yg muncul.
kira2 begitulah ringkasannya... (sebenarnya sih pembahasannya lumayan panjang :)) )
Gini kan lebih sip bukan?
Jika bukan kata saya,saya tidak akan ngaku2 kata saya...:)
Karena saudara tesla sudah berkenan untuk share,saya ucapkan terima kasih..._/\_

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 02 August 2008, 08:19:34 PM
Quote
Ada yg kesamber "aku"nya
Ada yang merasa AKUnya itu sudah tidak bisa kesamber...
=))=))=))=))=))=))

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 08:54:57 PM
Meditasi vipassana itu adalah pengarahan perhatian kepada apa yang terjadi di dalam diri.
Dan juga, bagaimana yg dari luar diterjemahkan oleh diri.

Mengamati batin orang lain sebenarnya adalah suatu upaya mengamati batin sendiri yang sedang memproyeksikan tentang orang lain.

Be careful pals for not ridiculing yourself in front of public.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Arale on 02 August 2008, 09:16:41 PM
Wah ramai sekali disini. salam kenal yah. Baru bergabung nih. be gently yah  :-[

Quote from: Suchamda
Mengamati batin orang lain sebenarnya adalah suatu upaya mengamati batin sendiri yang sedang memproyeksikan tentang orang lain.

puff, puff... Bagaimana caranya bisa mengamati batin orang lain bang? dalamnya hati siapa yang tahu?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 09:19:09 PM
Wah ramai sekali disini. salam kenal yah. Baru bergabung nih. be gently yah  :-[

Quote from: Suchamda
Mengamati batin orang lain sebenarnya adalah suatu upaya mengamati batin sendiri yang sedang memproyeksikan tentang orang lain.

puff, puff... Bagaimana caranya bisa mengamati batin orang lain bang? dalamnya hati siapa yang tahu?

Bukankah sudah jelas dari quote saya tersebut? Baca lagi yang teliti.
Mengamati batin orang lain itu sebetulnya adalah mengamati proyeksi batin kita sendiri tentang yang diluar sono.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Arale on 02 August 2008, 09:30:22 PM
tetep nga ngerti bang. jelimet.

jadi mengamati batin orang lain = mengamati proyeksi batin sendiri tentang yg diluar.

Jika g mengamati proyeksi batin sendiri tentang diluar itu kita mengamati batin orang lain?
bagaimana caranya mengamati proyeksi batin sendiri tentang diluar itu bang?

puff, puff... bisa hang nih
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sukma Kemenyan on 02 August 2008, 09:36:47 PM
Semakin dibaca... semakin aneh....
Seolah-olah... kesadaran yg tidak bisa di kontrol tersebut datang dengan sendirinya...

Apakah benar, kesadaran siddartha gautama hanya merupakan sadar yang terjadi dengan sendirinya?
Title: Proses pencerahan menurut Abhidhamma
Post by: Suchamda on 02 August 2008, 09:53:13 PM
 [at]  Abhidhammaist

Saya ingin mengerti bagaimana mekanisme / urutan proses terjadinya pencerahan (perubahan dari lokiye citta ke lokuttara citta) menurut teori Abhidhamma.
Proses batin yang bagaimana, secara teknis dalam meditasi vipassana yg anda pahami tsb , yang memfasilitasi 'loncatan' itu?
Apa peran mempelajari Abhidhamma dalam proses tersebut? (What is the role/ function of abhidhammic knowledge in those process?)

Mudah-mudahan kalian cukup berbaik hati menjelaskannya.

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 02 August 2008, 09:59:43 PM
Keknya "Mod" harus diundang kesini nih :))
Dah lama gak posting nih si Mod kemana yak ?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 02 August 2008, 10:49:11 PM
Gimana bukti-in Roberts sampai pada keadaan anatta ??

Gimana buktiin Buddha sampai pada pencerahan sempurna? ... Dari kata-katanya, bukan. ... Begitu pula dengan Roberts.

Quote
menjalankan vipasanna tidak berarti dalam sekejap debu akan hilang, bagaimanapun itu adalah latihan. perlu tahapan dan waktu. jadi ketika orang yang masih "berdebu" mata-nya tetapi menjalankan ajaran buddha, dan seiring dengan kedisplinan menjalankan ajaran buddha, "debu" di matanya berkurang sedikit demi sedikit, terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik, terjadi perubahan mental ke arah yang lebih baik. Orang yang menjalankan praktek ini yang saya sebut telah menjalankan ajaran para buddha.

Itu pandangan Anda. ... Pandangan saya berbeda. Vipassana bukan latihan, tidak ada tahapan, tidak ada waktu. Vipassana adalah sadar akan saat kini, tidak memandang ke depan. Pada saat kinilah 'debu' harus lenyap. ... Kalau 'debu' itu muncul lagi, 'debu' itu harus disadari pada saat kini lagi, sehingga lenyap kembali pada saat kini ... demikian seterusnya, tetap berada pada saat kini. Itulah vipassana. ... Tidak ada "menjalankan ajaran buddha", tidak ada "debu berkurang sedikit demi sedikit", tidak ada "perubahan perilaku atau perubahan mental ke arah yang lebih baik [berangsur-angsur]".

Salam,
hudoyo

Apa ada kata kata dari Roberts yang menyatakan bahwa beliau sudah mencapai kondisi "anatta" ? Jika memang ada, apakah memang "anatta" itu sama seperti konsepnya "BUDDHA GOTAMA" ??
Jika tidak sama, dimana perbedaannya ??

Jika sama, mengapa susah sekali mengakui bahwa sebenarnya yang diikuti adalah ajaran BUDDHA GOTAMA ??

Apa memang karena berniat makai "jargon" baru biar lebih trendi gitu ??
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 11:34:33 PM
... Tetapi sekali lagi saya tidak pernah sama sekali mengkritik MMD dalam tulisan saya diatas lalu bagaimana mungkin salah arah karena memang tidak ada arah dan tidak ada sasaran dan tidak ada substansi, yg saya kemukakan adalah sebuah pandangan2 yg ada saja.

Berikut ini saya ambil dari tulisan Anda sendiri:
- "Sampai2 dengan gampangnya loncat untuk "tanpa aku" tidak perlu sutta, harus dari mulut Sang Buddha lha, tidak ada tujuan dalam vipasanna di saat awal. Itu semua sebenarnya masih dalam sebuah ilusi yg menyesatkan sebuah pandangan."
- "jangan berpikir semua serba instant dan tidak ada tahapan, tidak ada jalan dan tidak ada konsep yg benar dsb,"
- "jangan  takabur bahwa kita bisa seperti Buddha mencapai pencerahan sendiri."
- "Ada yg mulai dari teori (dalam hal ini Abhidhamma) dan ada yg berawal dari praktek dan ada juga dari keduanya. Dengan menganggap meniadakan salah satu adalah kebodohan yg amat sangat."

Anda berhak mengeluarkan pendapat apa pun, Anda berhak pula mengritik MMD sesuka hati Anda. Tapi tidak baik melempar batu sembunyi tangan. Akuilah dengan terus-terang apa yang Anda lakukan. Itu lebih terhormat.


Quote
... seringkali manusia senang pada kenyamanan dan bersifat defensif apabila egonya merasa terserang dalam suatu diskusi yg sebenarnya tidak ada apa2 dan kemudian hanya bersembunyi dengan kata2 menghindari perdebatan atau debat kusir, pertanyaanya adalah apakah itu merupakan penyembunyian dari suatu ketidak tahuan beserta egonya atau hanya menghindari luapan emosi yg berlebihan atau memang benar2 arif dan bijaksana....

Semua kritik Anda terhadap MMD sudah saya jawab sebelumnya--jauh sebelum Anda melontarkannya--tersebar dalam thread ini dan dalam semua tulisan saya yang lain tentang MMD di forum ini, dan para pembaca akan menemukannya kembali dalam Buku Panduan MMD yang sebentar lagi akan terbit.

*****

Dalam akhir diskusi saya dengan Anda, saya membuat pernyataan dan bertanya kepada Anda:

"Saya selalu mengatakan, bahwa tidak ada satu versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang. Versi Mahasi Sayadaw tidak, versi MMD pun tidak. Setujukah Anda dengan pernyataan ini?"

Anda berhak untuk tidak menjawab pertanyaan saya ini, tapi para pembaca forum ini berhak pula untuk menafsirkan sikap Anda bila Anda tidak menjawabnya. Sampai di sini saja.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 02 August 2008, 11:50:26 PM
Apa ada kata kata dari Roberts yang menyatakan bahwa beliau sudah mencapai kondisi "anatta" ?

Lho, judul buku dan seluruh uraian dalam buku itu, adalah "The Experience of No-Self" ("Pengalaman Tanpa-Diri"). Apakah menurut Anda, 'no-self' berbeda dari 'anatta'?


Quote
Jika memang ada, apakah memang "anatta" itu sama seperti konsepnya "BUDDHA GOTAMA" ?? Jika tidak sama, dimana perbedaannya ??

Rupanya Anda mempersoalkan KATA dan ISTILAH, dan Anda tidak merenungkan PENGALAMAN. Dalam pengalaman 'tanpa-diri' tidak ada konsep apa pun, baik "konsep" B. Roberts maupun "konsep" Buddha.


Quote
Jika sama, mengapa susah sekali mengakui bahwa sebenarnya yang diikuti adalah ajaran BUDDHA GOTAMA ??

Saya menggunakan ajaran Buddha dalam Bahiya-sutta, karena ajaran Buddha dalam Bahiya-sutta cocok dengan pengalaman batin saya. - Siapa yang tidak mengakui ajaran Buddha? Tolong ditunjukkan.


Quote
Apa memang karena berniat makai "jargon" baru biar lebih trendi gitu ??

'Tanpa-aku' apakah "jargon baru"? Apakah Sang Buddha tidak pernah mengatakannya?

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 02 August 2008, 11:58:59 PM
Apa ada kata kata dari Roberts yang menyatakan bahwa beliau sudah mencapai kondisi "anatta" ?

Lho, judul buku dan seluruh uraian dalam buku itu, adalah "The Experience of No-Self" ("Pengalaman Tanpa-Diri"). Apakah menurut Anda, 'no-self' berbeda dari 'anatta'?


Quote
Jika memang ada, apakah memang "anatta" itu sama seperti konsepnya "BUDDHA GOTAMA" ?? Jika tidak sama, dimana perbedaannya ??

Rupanya Anda mempersoalkan KATA dan ISTILAH, dan Anda tidak merenungkan PENGALAMAN. Dalam pengalaman 'tanpa-diri' tidak ada konsep apa pun, baik "konsep" B. Roberts maupun "konsep" Buddha.


Quote
Jika sama, mengapa susah sekali mengakui bahwa sebenarnya yang diikuti adalah ajaran BUDDHA GOTAMA ??

Saya menggunakan ajaran Buddha dalam Bahiya-sutta, karena ajaran Buddha dalam Bahiya-sutta cocok dengan pengalaman batin saya. - Siapa yang tidak mengakui ajaran Buddha? Tolong ditunjukkan.


Quote
Apa memang karena berniat makai "jargon" baru biar lebih trendi gitu ??

'Tanpa-aku' apakah "jargon baru"? Apakah Sang Buddha tidak pernah mengatakannya?

Salam,
hudoyo

terjawab sudah semua... kenapa harus susah susah ganti "JARGON" ?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 12:18:42 AM
terjawab sudah semua... kenapa harus susah susah ganti "JARGON" ?

Siapa yang ganti 'jargon'? 'Jargon' mana yang diganti?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 03 August 2008, 12:24:41 AM
terjawab sudah semua... kenapa harus susah susah ganti "JARGON" ?

Siapa yang ganti 'jargon'? 'Jargon' mana yang diganti?

hayoo.. siapa lagi yang merasa ada yang ganti JARGON...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 12:28:02 AM
Sampai di sini saja "diskusi" saya dengan Rekan Dilbert, karena ia sudah mulai ngejunk. Saya tidak akan menanggapinya lagi.

hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 03 August 2008, 09:05:24 AM
[at]  Abhidhammaist

Saya ingin mengerti bagaimana mekanisme / urutan proses terjadinya pencerahan (perubahan dari lokiye citta ke lokuttara citta) menurut teori Abhidhamma.
Proses batin yang bagaimana, secara teknis dalam meditasi vipassana yg anda pahami tsb , yang memfasilitasi 'loncatan' itu?
Apa peran mempelajari Abhidhamma dalam proses tersebut? (What is the role/ function of abhidhammic knowledge in those process?)

Mudah-mudahan kalian cukup berbaik hati menjelaskannya.



Mungkin Bro Suchamda sudah tau bahwa sy tidak pantas disebut Abhidhammaist krn latar belakang pendidikan Abhidhamma sy yg sangat cetek.

Meski begitu sy -yg merasa menggunakan Ajaran Abhidhamma dalam kehidupan sy- akan sharing sedikit.

Apa yg sy dapat dari Abhidhamma (meski sangat sedikit) telah sy rasakan manfaatnya dalam usaha sy untuk mengikis kebiasaan2 jelek sy (LDM). Mungkin bagi beberapa orang 'kelakuan buruk dan baik' tidaklah penting, moral tidaklah penting, yg penting bagi mereka adalah 'Padamkan AKU' atau 'Sadari Saat Ini'.....

Bagi sy kebalikannya, sy lebih mementingkan kebajikan moral, pengikisan kebiasaan2 buruk sy, peningkatan toleransi terhadap lingkungan dan usaha2 untuk membahagiakan orang lain.... sy tidak peduli dengan pencapaian tertentu, sy tidak peduli dengan 'padamnya aku' atau 'sadari saja'.

Sehubungan dgn yg Bro Suchamda tanyakan, sejauh ini Abhidhamma dan Vipassana, kedua2nya relevan dan berguna bagi sy dalam usaha mengikis LDM sy ... hanya itu, sesederhana itu dan sy tidak pernah memusingkan antara lokiye dan lokuttara... (sebelumnya sy pernah menulis bahwa panna dicapai bertahap sedikit demi sedikit, tidak ada pembatas yg jelas.... tidak instant)

Krn sy memanfaatkan Abhidhamma untuk mengikis LDM, dapat sy katakan bahwa pemikiran seorang praktisi Abhidhamma tidak terlalu njlimet bukan? Buktinya sy tidak sejauh itu memikirkannya  ;D


::

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 03 August 2008, 09:08:41 AM
KAlo aye sich males baca abhidhamma sama dengan males baca buku2 Buddhist, banyak istilah2 palinya yang ga ngerti dah :))
Mending baca komik lebih berguna buat aye :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 03 August 2008, 09:22:37 AM
Tidak, tak perlu dihapalkan, hanya perlu dipahami dan dimengerti
Waw...Berati praktisi Abhidhamma hebat2 ya :)
Hanya dengan melihat tulisan2 ,dia bisa memahami dan mengerti sehingga tidak perlu dihapal...
4Kebenaran Mulia,Paticca Samupadda,Hukum Kamma dan Punabhava,Tilakhana,masih banyak lagi,apakah anda sudah memahami dan mengerti tentangnya?
Mungkin jika anda bilang "mengerti" saya masih bisa percaya,tapi jika anda bilang anda sudah "memahami" atau lebih tepatnya "menembus"nya,saya agak "meragukannya" :)

Quote
Karena Bro Riky paling senang bertanya sumber Tipitaka (meski dilain pihak Bro bilang nggak peduli dgn Tipitaka dan Bro bukan murid Sang Buddha, sy tidak mengerti untuk apa Bro selalu meminta sumber di Tipitaka kpd orang2?), maka akan sy jawab pake sumber di Tipitaka saja:
Bukankah anda dan rekan2 anda selalu "bangga" dengan Tipitaka tersebut?
Saya hanya ingin membandingkannya saja melalui pengalaman pribadi saya,apakah itu dilarang didalam Tipitaka?:)

Quote
"Perbuatan buruk akan menyebabkan penyesalan, ratapan dan air mata
Perbuatan baik tidak menyebabkan penyesalan, dan mengakibatkan kegembiraan dan kebahagiaan
"
(Dhammapada 67-68)
Perbuatan buruk menyebabkan penyesalan? :)
Banyak orang yang membunuh tapi tidak menyesal kok,tapi sebaliknya banyak yang berbuat baik dia menyesal...:)
Perbuatan baik mengakibatkan orang ingin dan ingin lagi berbuat baik,tujuannya sudah jelas bukan?

Quote
Tidak sama.
Justru menganggap sama antara perbuatan baik dan buruk berarti  Bro Riky sedang membodohi diri sendiri.
Mungkin perlu Bro renungkan nasehat Sang Buddha yg sy tulis diatas
Sudah jelas bagi saya,AKU ingin BERBUAT BAIK supaya AKU bisa BAHAGIA,AKU tidak mau BERBUAT JAHAT karena AKU takut akan PENDERITAAN,padahal sudah jelas bahwa HIDUP ADALAH DUKKHA bukan?:)

Quote
Jika anda menutup mata anda dan membuka Tipitaka secara acak, sy yakin, anda akan gampang menemukan anjuran Sang Buddha akan pentingnya perbuatan baik. Isi Tipitaka sarat dengan anjuran berbuat baik.
Saya baru tahu dari anda bahwa SB itu "mementingkan" kebaikan,jadi menurut saya tidak ada bedanya sama sekali ajaran SB dengan ajaran LAINNYA karena setahu saya setiap ajaran/aliran di dunia ini mengajarkan "kebaikkan"...:)

Quote
"Mengembangkan kebajikan, dapatlah dilakukan. Apabila tidak dapat dilakukan maka Saya tidak akan menganjurkan engkau melakukannya, tapi karena itu membawa keberuntungan dan kebahagiaan, Saya menganjurkan engkau: Kembangkanlah Kebajikan"
(Anguttara Nikaya, I:227)
Mengembangkan kejahatan, dapatlah dilakukan.Apabila tidak dapat dilakukan maka Riky_dave tidak akan pernah melihat pembunuhan,pencurian,pemerkosaan dimana2 lagi...:)
Karena kejahatan itu membawa penderitaan dan malapetaka,maka Riky_dave menganjurkan engkau: Hindarilah kejahatan :)

Quote
"Bagi wanita dan pria, berdana dan bermoral baik, dapat menahan nafsu dan pengendalian diri, merupakan timbunan harta terbaik. Oleh karena itu orang bijaksana selalu bertekad untuk melakukan kebajikan itu"
(Khuddaka Nikaya, Nidhikkhanda Sutta)
Saya rasa itu bagus untuk para umat awam bukan?Hal tersebut saya rasa tidak relevan lagi untuk seorang pencari kebenaran...:)
Umat awam ingin kaya,sukses,terhormat itu adalah hal yang wajar maka kembangkanlah KEBAJIKAN,hindarilah KEJAHATAN...:)
"Orang bijaksana?" tolong artikan kata orang bijaksana tersebut...

Quote
Kalo begitu bisa di-share disini pengertian Bro Riky mengenai SILA?
Juga DANA?
Dana dan Sila tidak berati apa2 bagi saya...
Tapi jika anda ingin mendengar pendapat dana dan sila,silakan saya akan mengkajinya untuk anda berdasarkan dari yang pernah saya dengar....
Dana adalah kerelaan yang tidak hanya mencakup rela memberi seperti yang banyak orang ketahui...
Tetapi pada saat meditasi kita rela/melepas/menerima segalanya yang terjadi pada saat bermeditasi...
Tapi yang sila saya sudah lupa,entah diartikan sebagai apa...:)

Salam,
Riky


 :-SS

Jika begini hasil dari 'sadari saja' atau 'tanpa AKU', saya akan berpikir 1.000x lagi untuk itu 

---

Rekan Dave,

Pertama,
Anda loh yg meminta sutta-sutta tsb....  :)

Kedua,
Tampaknya level kita berbeda, makanya pembicaraan tidak nyambung.
Saya berbicara dari sudut pandang seseorang yg ingin mengikis kebiasaan2 buruk. Sy masih menganggap perbuatan baik itu penting dan perbuatan buruk itu tidak bermanfaat. Sy masih berusaha meningkatkan toleransi dan membahagiakan orang-orang lain.... ini fokus sy untuk saat ini... (mungkin level basic kali yah?  ;D )

Sedangkan Bro Riky berbicara dari sudut pandang yg agak tinggi (bagi saya). Jalan Bro Riky: 'Sadari saja' dan 'Padamnya Aku', menurut sy hasilnya cukup mengejutkan. Pada level pikiran sy yg basic ini -dari penampilan Bro Riky di forum ini- sy masih belum melihat manfaatnya 'sadari saja' dan 'padamnya aku' yg Bro Riky latih tersebut.

Sy akan konsentrasi di Jalan sy saja dulu...

::
 

::

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 03 August 2008, 10:03:44 AM
... Tetapi sekali lagi saya tidak pernah sama sekali mengkritik MMD dalam tulisan saya diatas lalu bagaimana mungkin salah arah karena memang tidak ada arah dan tidak ada sasaran dan tidak ada substansi, yg saya kemukakan adalah sebuah pandangan2 yg ada saja.

Berikut ini saya ambil dari tulisan Anda sendiri:
- "Sampai2 dengan gampangnya loncat untuk "tanpa aku" tidak perlu sutta, harus dari mulut Sang Buddha lha, tidak ada tujuan dalam vipasanna di saat awal. Itu semua sebenarnya masih dalam sebuah ilusi yg menyesatkan sebuah pandangan."
- "jangan berpikir semua serba instant dan tidak ada tahapan, tidak ada jalan dan tidak ada konsep yg benar dsb,"
- "jangan  takabur bahwa kita bisa seperti Buddha mencapai pencerahan sendiri."
- "Ada yg mulai dari teori (dalam hal ini Abhidhamma) dan ada yg berawal dari praktek dan ada juga dari keduanya. Dengan menganggap meniadakan salah satu adalah kebodohan yg amat sangat."

Anda berhak mengeluarkan pendapat apa pun, Anda berhak pula mengritik MMD sesuka hati Anda. Tapi tidak baik melempar batu sembunyi tangan. Akuilah dengan terus-terang apa yang Anda lakukan. Itu lebih terhormat.


Quote
... seringkali manusia senang pada kenyamanan dan bersifat defensif apabila egonya merasa terserang dalam suatu diskusi yg sebenarnya tidak ada apa2 dan kemudian hanya bersembunyi dengan kata2 menghindari perdebatan atau debat kusir, pertanyaanya adalah apakah itu merupakan penyembunyian dari suatu ketidak tahuan beserta egonya atau hanya menghindari luapan emosi yg berlebihan atau memang benar2 arif dan bijaksana....

Semua kritik Anda terhadap MMD sudah saya jawab sebelumnya--jauh sebelum Anda melontarkannya--tersebar dalam thread ini dan dalam semua tulisan saya yang lain tentang MMD di forum ini, dan para pembaca akan menemukannya kembali dalam Buku Panduan MMD yang sebentar lagi akan terbit.

*****

Dalam akhir diskusi saya dengan Anda, saya membuat pernyataan dan bertanya kepada Anda:

"Saya selalu mengatakan, bahwa tidak ada satu versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang. Versi Mahasi Sayadaw tidak, versi MMD pun tidak. Setujukah Anda dengan pernyataan ini?"

Anda berhak untuk tidak menjawab pertanyaan saya ini, tapi para pembaca forum ini berhak pula untuk menafsirkan sikap Anda bila Anda tidak menjawabnya. Sampai di sini saja.

Salam,
hudoyo

ooo jadi kalau saya tulis yg digaris bawahi Pak Hudoyo ternyata label MMD toh, Ok lah kalau memang itu labelnya. Silakan pembaca menafsirkan bila saya tidak menjawab pertanyaan Anda dan itu hak mereka. Toh semua tafsiran adalah konsep dan bukan kebenaran toh seperti yg Pak Hud tulis sendiri. Dan saya tidak gila hormat untuk mengakui sesuatu yg saya tidak lakukan tetapi hanya merupakan tafsiran dari orang yg bersangkutan. :))

Smoga berbahagia. _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 03 August 2008, 10:08:43 AM
[at]  Abhidhammaist

Saya ingin mengerti bagaimana mekanisme / urutan proses terjadinya pencerahan (perubahan dari lokiye citta ke lokuttara citta) menurut teori Abhidhamma.
Proses batin yang bagaimana, secara teknis dalam meditasi vipassana yg anda pahami tsb , yang memfasilitasi 'loncatan' itu?
Apa peran mempelajari Abhidhamma dalam proses tersebut? (What is the role/ function of abhidhammic knowledge in those process?)

Mudah-mudahan kalian cukup berbaik hati menjelaskannya.



Mungkin Bro Suchamda sudah tau bahwa sy tidak pantas disebut Abhidhammaist krn latar belakang pendidikan Abhidhamma sy yg sangat cetek.

Meski begitu sy -yg merasa menggunakan Ajaran Abhidhamma dalam kehidupan sy- akan sharing sedikit.

Apa yg sy dapat dari Abhidhamma (meski sangat sedikit) telah sy rasakan manfaatnya dalam usaha sy untuk mengikis kebiasaan2 jelek sy (LDM). Mungkin bagi beberapa orang 'kelakuan buruk dan baik' tidaklah penting, moral tidaklah penting, yg penting bagi mereka adalah 'Padamkan AKU' atau 'Sadari Saat Ini'.....

Bagi sy kebalikannya, sy lebih mementingkan kebajikan moral, pengikisan kebiasaan2 buruk sy, peningkatan toleransi terhadap lingkungan dan usaha2 untuk membahagiakan orang lain.... sy tidak peduli dengan pencapaian tertentu, sy tidak peduli dengan 'padamnya aku' atau 'sadari saja'.

Sehubungan dgn yg Bro Suchamda tanyakan, sejauh ini Abhidhamma dan Vipassana, kedua2nya relevan dan berguna bagi sy dalam usaha mengikis LDM sy ... hanya itu, sesederhana itu dan sy tidak pernah memusingkan antara lokiye dan lokuttara... (sebelumnya sy pernah menulis bahwa panna dicapai bertahap sedikit demi sedikit, tidak ada pembatas yg jelas.... tidak instant)

Krn sy memanfaatkan Abhidhamma untuk mengikis LDM, dapat sy katakan bahwa pemikiran seorang praktisi Abhidhamma tidak terlalu njlimet bukan? Buktinya sy tidak sejauh itu memikirkannya  ;D


::



Apa yang anda yakini dan jalankan, menurut saya adalah valid / sah-sah saja. Memang pada umumnya, yang dikenal banyak orang mengenai praktek Buddhism adalah seperti itu. Meskipun demikian, tidak semua Buddhism harus selalu seperti itu, ini hanya info saja. Silakan anda jalankan bila dirasa itu bermanfaat.

Sekedar intermezzo.
Menurut yg pernah saya pelajari dari training2, saat berdiskusi apalagi berdebat, adalah bahwa masing-masing pihak haruslah berusaha untuk mempertahankan posisi argumentasinya sebisa mungkin dengan menggunakan segenap pengetahuan dan nalarnya. Tetapi utk spt itu harus benar2 menyimak dan berusaha memahami jawaban orang lain juga.
Oleh karena itu, mohon jangan artikan semua argumentasi yg dilontarkan itu adalah suatu pemaksaan. It is just a kind of responbility of taking a position in a debate. Menurut saya itu bukan sikap keukeuh, tapi merupakan tanggungjawab intelektual, asalkan tidak berkembang menjadi debat kusir.
Intermezzo selesai.

Nah, berdasarkan pemahaman sejauh ini yg didapat dari diskusi dengan anda dan rekan2 "abhidhammaist" (just for sake of identification), --menurut pendapat saya-- apa yang kalian lakukan itu bukanlah vipassana. Baik ditinjau dari sudut metode Mahasi Sayadaw (visuddhimagga), MMD (Bahiyasutta). Lebih tepat kalau disebut, suatu usaha untuk mempraktekkan dharma yg disebut renunsiasi. Dengan kata lain, apa yang anda lakukan itu adalah untuk mencapai suttamayapanna, yang bila dibarengi dengan analisis maka titik kulminasi dari cara anda tersebut adalah cintamayapanna, dan bukannya bhavanamayapanna.

Selebihnya, saya cuman bisa mengucapkan selamat menjalankan.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: J.W on 03 August 2008, 12:04:37 PM
Quote
Emangnya kamu uda ngerti juga ya? Ingat diatas langit masih ada langit
Emangnya saya bilang saya mengerti?:)

Quote
ck ck ck pencari kebenaran udah hebat ya, superman gitu . Jangan2 si pencari kebenaran versi Riky yg suka kerumah bordil, khan tidak relevan lagi
Ckckckck,saya rasa ini tidak perlu ditanggapi,anda kan sudah "hebat" bukan?:)

Quote
Meditasi nya gimana bro benar2 melepas atau lepas kendali
Jangan berkoak2 deh....

Salam,
Riky


=)) =)) =)) :)) :)) ;D

bener2 telah melepas kendali  :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 03 August 2008, 12:46:37 PM
Jika begini hasil dari 'sadari saja' atau 'tanpa AKU', saya akan berpikir 1.000x lagi untuk itu
Wah,saya katakan dengan segala hormat bahwa saya tidak pernah memaksa anda untuk mengikuti "jalan" yang saya tempuh atau jalan manapun....^-^
Itu adalah urusan dan hak anda...
Saya rasa,saya dan rekan2 disini tahu apa manfaat semua itu...
Yakni untuk tidak terlahir lagi...
Jadi jika jalan yang anda tempuh itu "salah" atau "benar" itu bukan urusan saya,karena toh pada akhirnya yang "memperoleh" anda sendiri bukan?:)

Quote
Rekan Dave,
Kedua,
Tampaknya level kita berbeda, makanya pembicaraan tidak nyambung.
Saya berbicara dari sudut pandang seseorang yg ingin mengikis kebiasaan2 buruk. Sy masih menganggap perbuatan baik itu penting dan perbuatan buruk itu tidak bermanfaat. Sy masih berusaha meningkatkan toleransi dan membahagiakan orang-orang lain.... ini fokus sy untuk saat ini... (mungkin level basic kali yah?  ;D )
Saya tidak mengerti apa maksud perkataan "level" karena bagi saya tidak ada "tingkatan2 tertentu"...Bagi saya hanya ada "Sadar" atau "Tidak sadar" itu saja...
Apapun yang saudara "anggap/kehendaki" itu sepenuhnya adalah hak saudara willi,tapi karena kita sedang berdiskusi maka saya berhak untuk bertanya tentang hal2 yang saya ragukan dari saudara willi,begitu pula dengan saudara willi...:)

Quote
Sedangkan Bro Riky berbicara dari sudut pandang yg agak tinggi (bagi saya). Jalan Bro Riky: 'Sadari saja' dan 'Padamnya Aku', menurut sy hasilnya cukup mengejutkan. Pada level pikiran sy yg basic ini -dari penampilan Bro Riky di forum ini- sy masih belum melihat manfaatnya 'sadari saja' dan 'padamnya aku' yg Bro Riky latih tersebut.
Didalam latihan saya tidak ada jalan,tidak ada konsep,dan masih banyak tidak adanya lagi....
Jika bagi anda tidak bermanfaat itu bukan urusan saya,kita toh masing2 mengurusi diri sendiri bukan?Apakah saya disini sedang "mengajari" anda tentang NIBBANA?^-^
Tidak bukan?Lantas manfaat yang saya dapat tentu anda tidak peroleh,wong anda hanya melihat "luar"nya saja dan terlebih lagi yang praktek itu kan saya bukan anda?...Atau mungkin tidak cocok kali untuk anda...
Saya tidak tahu,who know?:)
Ya sudah toh,karena menurut saya,mungkin bahwa anda sudah "berniat" untuk mengakihiri diskusi,maka saya akhiri saja diskusi ini(Tapi jika anda memang masih "berniat" berdiskusi,maka saya akan dengan senang hati untuk melayani anda sampai tahapan2 tertentu yang saya rasa pantas/mampu ;D)...

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 01:09:56 PM
Nah, berdasarkan pemahaman sejauh ini yg didapat dari diskusi dengan anda dan rekan2 "abhidhammaist" (just for sake of identification), --menurut pendapat saya-- apa yang kalian lakukan itu bukanlah vipassana. Baik ditinjau dari sudut metode Mahasi Sayadaw (visuddhimagga), MMD (Bahiyasutta). Lebih tepat kalau disebut, suatu usaha untuk mempraktekkan dharma yg disebut renunsiasi. Dengan kata lain, titik kulminasi dari cara anda tersebut adalah cintamayapanna, dan bukannya bhavanamayapanna.

Setuju sekali. Mempraktikkan Abhidhamma dengan berpegang pada pikiran, pada pengenalan & pembandingan, tidak bisa lebih dalam daripada cintamaya-panna. Untuk mengembangkan bhavanamaya-panna, pikiran harus diamati sampai berhenti sendiri seperti diajarkan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 03 August 2008, 01:31:48 PM
ooo jadi kalau saya tulis yg digaris bawahi Pak Hudoyo ternyata label MMD toh, Ok lah kalau memang itu labelnya.

Ya, "label MMD" untuk membedakannya dengan "label vipassana versi Mahasi Sayadaw". Selama orang yang belajar vipassana berada di level pikiran, segala macam label itu perlu. Kalau tidak, para pemula meditasi akan mudah mencampuradukkan versi MMD & Mahasi Sayadaw itu, sehingga tidak memperoleh apa-apa. Ini pengalaman saya dalam memberikan bimbingan MMD kepada berbagai orang, termasuk kepada mereka yang sudah pernah mengikuti vipassana versi Mahasi Sayadaw; dan ini sudah saya terapkan sejak setahun terakhir: menekankan apa bedanya kedua versi itu, sehingga para pemeditasi mengerti sejak awal retret, sehingga bisa memilih mana yang cocok baginya sejak awal tanpa kebingungan. Terserah masing-masing, tapi jangan dicampuradukkan, percuma.

*****

Quote
Quote
Dalam akhir diskusi saya dengan Anda, saya membuat pernyataan dan bertanya kepada Anda:
"Saya selalu mengatakan, bahwa tidak ada satu versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang. Versi Mahasi Sayadaw tidak, versi MMD pun tidak. Setujukah Anda dengan pernyataan ini?"
Anda berhak untuk tidak menjawab pertanyaan saya ini, tapi para pembaca forum ini berhak pula untuk menafsirkan sikap Anda bila Anda tidak menjawabnya. Sampai di sini saja.

Silakan pembaca menafsirkan bila saya tidak menjawab pertanyaan Anda dan itu hak mereka. Toh semua tafsiran adalah konsep dan bukan kebenaran toh seperti yg Pak Hud tulis sendiri. Dan saya tidak gila hormat untuk mengakui sesuatu yg saya tidak lakukan tetapi hanya merupakan tafsiran dari orang yg bersangkutan. :))

Pernyataan saya adalah pernyataan yang umum: tidak ada satu versi meditasi yang cocok untuk SEMUA orang, yang bisa direnungkan dan disikapi oleh semua orang, bahkan oleh mereka yang tidak bermeditasi pun, tanpa harus mencoba versi meditasi ini-itu. Sama seperti orang bisa membuat statement: "Tidak ada satu agama yang cocok untuk SEMUA orang", tanpa perlu belajar semua agama.

Tafsiran saya: orang yang menolak mengakui FAKTA--bukan "tafsiran" atau "konsep", tapi fakta--bahwa tidak ada satu versi meditasi yang cocok untuk SEMUA orang biasanya berpendapat bahwa meditasi yang dijalankannya pasti cocok untuk SEMUA orang. Begitulah biasanya sikapnya, ketika ia memandang berbagai versi vipassana yang ada di dunia ini.

Yah, itu "cuma tafsir". :)) Tapi berhadapan dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari seringkali orang harus mengambil kesimpulan dari data yang ada. Menafsirkan sikap orang sering kali perlu, sekalipun orang tidak bisa melihat isi batin orang lain selengkapnya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 03 August 2008, 03:46:13 PM
keknya dah cukup deh, lock aja thread ini Mod
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 03 August 2008, 04:03:03 PM
Pada udah Arahat ternyata :P , ternyata Dhamma itu sendiri aja ampe para "Arahat" pusing pusing mencerapnya.......  gimana yang putthujana yag....... :P

masing-masing orang memiliki satu praktek yang ujungnya bermuara kepada Dhamma, tidak ada yang eprlu dipaksakan dalam pencarian , hanya ingat Jalan Tengah yang dimiliki dan silahkan crosscheck kedalam pemahaman Dhamma masing-masing......
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 03 August 2008, 05:32:56 PM
Silakan belajar ilmu tafsir vs fakta, bolak- balik yak...:))
Uda gua balik ke barak dulu. Menjadi pohon yg mendengar celoteh burung beo yg kena  x x x syndrome :))

 _/\_



Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: asunn on 03 August 2008, 10:43:07 PM
wow baru tau ada thread ini... seru juga yah.... baca dari page 1 sampe disini...sampe mudeq sendiri hehehhe
Title: Ingin tahu semua posting seseorang?
Post by: hudoyo on 04 August 2008, 07:07:43 AM
Kalo ingin tahu seluruh posting seseorang caranya adalah: klik nama orang itu > akan tampil "profile" orang itu > klik kalimat "Show the last posts of this person" (di bag bawah profile itu) > akan tampil seluruh posting orang itu di SEMUA thread, dimulai dari yang paling baru > klik judul posting yang diminati > akan tampil thread di mana posting itu berada.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 04 August 2008, 08:37:58 AM
Nah, berdasarkan pemahaman sejauh ini yg didapat dari diskusi dengan anda dan rekan2 "abhidhammaist" (just for sake of identification), --menurut pendapat saya-- apa yang kalian lakukan itu bukanlah vipassana. Baik ditinjau dari sudut metode Mahasi Sayadaw (visuddhimagga), MMD (Bahiyasutta). Lebih tepat kalau disebut, suatu usaha untuk mempraktekkan dharma yg disebut renunsiasi. Dengan kata lain, titik kulminasi dari cara anda tersebut adalah cintamayapanna, dan bukannya bhavanamayapanna.
Setuju sekali. Mempraktikkan Abhidhamma dengan berpegang pada pikiran, pada pengenalan & pembandingan, tidak bisa lebih dalam daripada cintamaya-panna. Untuk mengembangkan bhavanamaya-panna, pikiran harus diamati sampai berhenti sendiri seperti diajarkan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta.

 [at]  Rekan Suchamda dan Pak Hudoyo,

Saya juga setuju, karena sd saat ini, sy yakin sekali Abhidhamma bisa menembus suttamayapanna dan cintamayapanna, yaitu: pemahaman secara intelektual dan pemahaman secara praktik, namun apakah akan bisa menembus Bhavanamayapanna, mungkin orang2 yg sudah tembus saja yg bisa mengatakan bisa / tidak. Pendapat Rekan Suchamda dan Pak Hud diatas, sangat sy hargai.

Untuk sy pribadi rasanya pembahasan sudah cukup mentok dan -sedikit banyak- sy telah memetik beberapa manfaat dari diskusi ini.

anumodana,
willi

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 04 August 2008, 08:41:18 AM

Ya sudah toh,karena menurut saya,mungkin bahwa anda sudah "berniat" untuk mengakihiri diskusi,maka saya akhiri saja diskusi ini(Tapi jika anda memang masih "berniat" berdiskusi,maka saya akan dengan senang hati untuk melayani anda sampai tahapan2 tertentu yang saya rasa pantas/mampu ;D)...

Karena tidak ada pertanyaan lagi dari Sdr. Riky, sy pikir diskusi kita di topik ini kita akhiri saja.
Sy sependapat bahwa memang kuncinya di praktik dan kecocokkan pribadi masing-masing terhadap Ajaran.

Anumodana Bro,
willi

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 04 August 2008, 08:51:01 AM
[at]  Rekan Suchamda dan Pak Hudoyo,
Saya juga setuju, karena sd saat ini, sy yakin sekali Abhidhamma bisa menembus suttamayapanna dan cintamayapanna, yaitu: pemahaman secara intelektual dan pemahaman secara praktik, namun apakah akan bisa menembus Bhavanamayapanna, mungkin orang2 yg sudah tembus saja yg bisa mengatakan bisa / tidak. Pendapat Rekan Suchamda dan Pak Hud diatas, sangat sy hargai.
Untuk sy pribadi rasanya pembahasan sudah cukup mentok dan -sedikit banyak- sy telah memetik beberapa manfaat dari diskusi ini.
anumodana,
willi

Rekan Willi yang baik,

Saya setuju, topik ini sudah jenuh: maksudnya, segala sesuatu yang perlu disampaikan sudah disampaikan oleh semua pihak. Jadi bagi saya sebaiknya diakhiri saja.

PS: Kalau boleh saya koreksi sedikit ya:
- sutamaya-panna: kebijaksanaan yang diperoleh dari mendengar [kata-kata orang lain] -- suta = mendengar;
- cintamaya-panna: kebijaksanaan yang diperoleh dari perenungan, kegiatan intelektual -- cinta = berpikir (thinking);
- bhavanamaya-panna: kebijaksanaan yang diperoleh dari 'pengembangan' batin, maksudnya meditasi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 04 August 2008, 09:56:31 AM
jadi mengamati batin orang lain = mengamati proyeksi batin sendiri tentang yg diluar.

Jika g mengamati proyeksi batin sendiri tentang diluar itu kita mengamati batin orang lain?
bagaimana caranya mengamati proyeksi batin sendiri tentang diluar itu bang?

Arale,

Mengamati bathin orang lain itu tidak bisa dilakukan, kecuali dengan Abhinna(kebathinan) yang bisa menembus langsung jalan pikiran orang tersebut.
Proyeksi bathin kita tentang dalam dan luar, adalah berbeda antara masing2 individu. Jadi kita tidak bisa menilai bathin orang lain berdasarkan kriteria kita tentang bathin itu sendiri. Yang bisa dilakukan hanyalah "mengira-ngira" yang tentu saja masih subjektif, walaupun kadang2 bisa benar juga.


Title: [Kesimpulan] Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 04 August 2008, 10:25:28 AM
Kalau boleh saya simpulkan sampai sejauh ini --menurut saya--:

- Secara teoritis, yaitu apabila anda study secara mendalam mengenai Abhidhamma, Visuddhimagga, psikologi, dll dan di lain sisi mencoba memahami proses vipassana secara teoritis, maka antara Abhidhamma dan Vipassana secara analitis dapat ditemukan titik temunya.
Bagi mereka yg tertarik pada diskursi intelektual, saya sarankan untuk membaca : http://www.cs.ru.nl/~henk/G.pdf

- Secara praktek vipassana, maka segala macam teori, termasuk Abhidhamma harus ditanggalkan.

- Untuk mencapai realisasi 'melihat langsung apa adanya', pemahaman teoritis memiliki beberapa disadvantage spt berikut :

Meskipun demikian, orang lebih merasa nyaman untuk mengarungi melalui jalur teoritis, dikarenakan :

- Dalam memahami debat dalam topik ini, sudah selayaknya pembaca memahami perbedaan antara teori dan instruksi. Teori adalah menjabarkan "What is" (eg. teori Abhidhamma tentang batin), sedangkan instruksi adalah mengarahkan pada "How to" (eg. instruksi / prosedur bermeditasi vipassana).
Quote
The Abhidhamma Model of Consciousness
Pg.19

Evidence comes from Mindfulness Based Stress Reduction
(MBSR) developed by Kabat-Zinn, see his [2003] for a review, and later
Mindfulness Based Cognitive Therapy (MBCT), see Segal et al. [2002]. Kabat-
Zinn emphasizes that therapists using MBSR and MBCT should have a pretty
good experience with mindfulness meditation. This is an important remark for
at least two reasons. Firstly the practice of mindfulness cannot be taught in
an intellectual level
, but needs a living example.
The second reason is that
it is important for the therapist to have first hand experience with the three
characteristics of existence.

Demikianlah pemandangan saya yg saya dapat dari diskusi ini. Apabila ada yg ingin ditambahkan, silakan menambahkan.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Arale on 04 August 2008, 11:43:09 PM
jadi mengamati batin orang lain = mengamati proyeksi batin sendiri tentang yg diluar.

Jika g mengamati proyeksi batin sendiri tentang diluar itu kita mengamati batin orang lain?
bagaimana caranya mengamati proyeksi batin sendiri tentang diluar itu bang?

Arale,

Mengamati bathin orang lain itu tidak bisa dilakukan, kecuali dengan Abhinna(kebathinan) yang bisa menembus langsung jalan pikiran orang tersebut.
Proyeksi bathin kita tentang dalam dan luar, adalah berbeda antara masing2 individu. Jadi kita tidak bisa menilai bathin orang lain berdasarkan kriteria kita tentang bathin itu sendiri. Yang bisa dilakukan hanyalah "mengira-ngira" yang tentu saja masih subjektif, walaupun kadang2 bisa benar juga.



Yang g tahu juga gitu bang. maka itu tanya sama bang suchamda, tapi belum dibalas. pengen tahu gimana caranya mengamati batin orang lain.....
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian on 05 August 2008, 02:47:20 AM
Kulonuwun...
Ini diskusinya kayaknya nggak pernah berujung yah? Kadang kadang saya heran dengan orang yang menganggap Abhidhamma sebagai tafsir...  :( kalau memang benar itu hasil tafsir bukan berdasarkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman bermeditasi, maka luar biasa sekali pemikir pemikir Abhidhamma itu, yang bisa berpikir sehebat itu, bisa mengetahui impulse-impulse batin yang halus yang disebut sankhara, bisa mengetahui kelompok kelompok materi yang sangat kecil yang bahkan tidak nampak dengan mikroskop.

Sulit bagi mereka yang belum pernah mengalami secara langsung, untuk mengerti apa yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yang dikatakan oleh para guru meditasi...
Sebenarnya yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yaitu melihat apapun yang muncul pada kesadaran kita tanpa terseret atau terbawa olehnya.

Secara sadar atau tidak sadar selalu setiap saat kita terbawa (bereaksi) terhadap segala sesuatu fenomena yang timbul pada batin dan jasmani, mungkin banyak orang yang tidak mengerti bagaimana sih sebenarnya keadaan batin yang tidak terbawa itu? Saya akan memberi perumpamaan:
suatu ketika anda melihat mobil kijang yang sudah berusia sepuluh atau limabelas tahun lewat dijalan raya, apakah batin anda bereaksi? sebagian besar orang dan termasuk anda tentu akan menjawab tidak... karena mobil seperti itu tidak menarik perhatian. Tetapi bagaimana jika jendela mobil itu kemudian terbuka dan anda melihat orang yang anda cintai berada di dalam mobil itu sedang ditodong pisau di lehernya..? apakah anda dapat membuat batin anda tidak terseret..? tentu tidak bisa kan...? Nah dalam kehidupan sehari hari batin kita cenderung terseret oleh berbagai hal yang menjadi perhatian kita.

Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..

Anda mau tahu apa itu terseret..? itulah kemelekatan... kita hidup dengan berbagai kemelekatan batin, mulai dari kebiasaan yang kita anggap baik hingga hal hal yang buruk. Dari yang halus hingga yang paling kasar.

Kembali ke melihat apa adanya, hal ini hanya bisa dialami sendiri, sulit digambarkan apabila belum merasakannya. Kemampuan ini tidak muncul pada seseorang yang berlatih meditasi Vipassana hanya pada tingkat-tingkat awal. Hanya apabila anda telah mencapai sankharupekkha nana maka anda mulai dapat melihat segala sesuatu apa adanya.

Bagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.

Guru-guru besar Vipassana mengatakan bahwa rasa sakit adalah kunci ke Nibbana. Ini adalah pernyataan yang berdasarkan praktek, bukan berdasarkan teori, mengapa? terdapat ikatan yang kuat antara batin yang merasakan dan jasmani yang memberi impulse, kemelekatan kuat yang timbul dari kekhawatiran dan kegelisahan batin membuat kita merasa sangat menderita.

Dengan bertambahnya latihan vipassana (sebaiknya dibawah bimbingan guru yang berpengalaman) maka semakin lama kemelekatan kita terhadap fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani kita semakin kendur, hingga akhirnya terlepas. Dengan terlepasnya kemelekatan batin yang mengamati terhadap fenomena yang terjadi di jasmani maka mulai terlepas juga kemelekatan terhadap fenomena fenomena yang lain,  dengan demikian batin mulai mampu mengamati fenomena batin yang lebih halus, yaitu bahwa semua fenomena itu sebenarnya hanya merupakan impuls belaka. setiap impuls memiliki sifat alami bagai gelombang yaitu timbul, memuncak dan tenggelam kembali, menurut teori dalam bahasa Pali disebut upada, thiti, bhanga. Nah pada tahap ini anda mulai melihat lebih jelas lagi kaitan antara praktek dengan teori.

melihat timbul dan tenggelamnya fenomena inilah yang disebut melihat anicca dalam arti kata sesungguhnya, yang membawa kearah sang jalan...

Rangkaian proses timbul tenggelam inilah yang dapat padam, maksudnya suatu ketika impuls impuls yang timbul tenggelam ini berhenti, maka yang tersisa hanya kesadaran murni yang mengetahui, dan tidak bereaksi. Kesadaran murni ini hanya diam dan mengetahui... :|
Sebenarnya apabila kita mempraktekkan meditasi, maka kita akan mengetahui bahwa yang disebut Abhidhamma adalah hasil pengalaman yang disusun sedemikian rupa dengan menggunakan struktur bahasa yang berbeda dengan kita.
Pengalaman praktek-praktek Vipassana yang dilakukan oleh para praktisi sekarang ini hanya merupakan pengulangan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman para praktisi Vipassana jaman dahulu yang dituangkan dalam buku yang disebut "Abhidhamma"

Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Bisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!

Memang pada waktu melatih meditasi kita tidak boleh mengingat pelajaran yang kita dapatkan misalnya Abhidhamma. Tetapi pengetahuan Abhidhamma yang telah kita pelajari ada kemungkinan muncul sendiri memberikan pertolongan pada saat kita membutuhkannya, umpamanya pada waktu meditasi kita mulai semakin malas-malasan, kemudian sekonyong konyong kita ingat akan pelajaran Abhidhamma bahwa malas-malasan adalah bentuk thinamiddha dan itu akan menghalangi meditasi... lalu kita tidak mau malas malasan lagi, bukankah ini berarti bahwa belajar Abhidhamma itu sangat berguna..?

Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...

Agak kepanjangan ya..? nanti deh disambung lagi saya takut anda enggan membaca bila kepanjangan.

sukhi hotu,

Fabian.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 05 August 2008, 06:13:32 AM
mantep :jempol:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Adhitthana on 05 August 2008, 06:33:11 AM
iya ... manteepp  :jempol:

kk .. fabian, sering2 postiing dunkk  _/\_
bagi-bagi ilmu di siniii    ;D


Thanks yaaakk ......
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Arale on 05 August 2008, 06:43:47 AM
keren, keren. Lagi bang....
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: 53121f4n71 on 05 August 2008, 06:52:28 AM
 [at] fabian
posting lg dong lanjutannya....
saya msh baru belajar Dhamma...
bagi2 ilmunya ya... :)

thx...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 05 August 2008, 07:07:53 AM
Well said, Fabian. _/\_
sayang masih belum bisa kirim GRP, masih newcomer juga ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 07:46:17 AM
Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Bisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!

Dalam pengalaman retret MMD selama ini, banyak teman-teman Muslim, Keristen dll yang non-Buddhis mampu menjalankan vipassana TANPA belajar Abhidhamma. Sebaliknya, tidak sedikit teman-teman Buddhis yang batinnya telah dipenuhi teori, mendapat kesulitan untuk "melihat apa adanya" tanpa teori. Itu pengalaman dalam retret MMD yang diikuti oleh teman-teman dari berbagai agama.

Dalam retret MMD, saya memang mengajarkan panca-nivaranani, tanpa mengemasnya sebagai Abhidhamma, karena kelima "rintangan" batin itu adalah pengalaman sehari-hari manusia, apa pun agamanya.

Tapi di lain pihak, saya tidak pernah mengupas panca-balani, karena ternyata tidak perlu. Ternyata, Viriya akan berkembang dengan sendirinya bersama sati, tidak perlu dikembangkan secara khusus, yang hanya akan menjadi kelekatan baru bagi si aku/atta.

Itu saja yang ingin saya kemukakan.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 05 August 2008, 08:25:58 AM
 [at]  Fabian,

Kupasan rekan Fabian mengenai "relasi antara Abhidhamma dan Vipassana", sangat jelas dan mudah dimengerti oleh kita2. Juga, rekan Fabian telah dapat menuangkan pengalaman -yg juga kita2 alami- dengan penyampaian yg sistematis.

Memang begitulah adanya, Abhidhamma yg merupakan kupasan detil dari Dhamma, adalah Dhamma itu sendiri, tergantung bagaimana kita menggunakannya dalam praktik sehari-hari.

Anumodana,
willi

::

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 05 August 2008, 08:43:59 AM
Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..
Saya tambahkan, bisa juga bereaksi "masa bodoh", yang merupakan akusala upekkha. Ini yang paling sering "menipu".

Quote
Anda mau tahu apa itu terseret..? itulah kemelekatan... kita hidup dengan berbagai kemelekatan batin, mulai dari kebiasaan yang kita anggap baik hingga hal hal yang buruk. Dari yang halus hingga yang paling kasar.
Saya mau tanya. Jadi semua reaksi, sudah pasti kemelekatan (atau kebencian)? Bagaimana jika melihat sesuatu, timbul metta/karunna/mudita?

Quote
Bagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.
Saya tambahkan lagi. Dalam satu konteks, Buddha Gotama membagi perasaan menjadi 5:
Jasmani sakit, jasmani senang, bathin sakit, bathin tidak sakit juga tidak senang, bathin senang.
Saya tuliskan supaya jangan orang berpikir ketika Buddha Gotama terluka kakinya, tidak merasakan sakit. Tubuhnya tetap merasakan sakit (bukan dikonsepkan oleh bathin), namun bathinnya yang seimbang tidak merasakan sakit bathin.

Quote
Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Bisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!
Jika dikatakan berguna, tentu saya setuju, tergantung cara menggunakannya. Tapi kalo dikatakan "mutlak perlu", saya tidak setuju.


Quote
Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...
Ini setuju, dalam artian tidak perlu takut belajar teori sebanyak2nya, asalkan tahu kapan dan bagaimana menggunakannya.

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 08:50:54 AM
Ini setuju, dalam artian tidak perlu takut belajar teori sebanyak2nya, asalkan tahu kapan dan bagaimana menggunakannya.

... dan asal tahu kapan teori, yang adalah pikiran, harus dilepaskan.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 05 August 2008, 09:24:13 AM
Kulonuwun...
Ini diskusinya kayaknya nggak pernah berujung yah? Kadang kadang saya heran dengan orang yang menganggap Abhidhamma sebagai tafsir...  :( kalau memang benar itu hasil tafsir bukan berdasarkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman bermeditasi, maka luar biasa sekali pemikir pemikir Abhidhamma itu, yang bisa berpikir sehebat itu, bisa mengetahui impulse-impulse batin yang halus yang disebut sankhara, bisa mengetahui kelompok kelompok materi yang sangat kecil yang bahkan tidak nampak dengan mikroskop.

Sulit bagi mereka yang belum pernah mengalami secara langsung, untuk mengerti apa yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yang dikatakan oleh para guru meditasi...
Sebenarnya yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yaitu melihat apapun yang muncul pada kesadaran kita tanpa terseret atau terbawa olehnya.

Secara sadar atau tidak sadar selalu setiap saat kita terbawa (bereaksi) terhadap segala sesuatu fenomena yang timbul pada batin dan jasmani, mungkin banyak orang yang tidak mengerti bagaimana sih sebenarnya keadaan batin yang tidak terbawa itu? Saya akan memberi perumpamaan:
suatu ketika anda melihat mobil kijang yang sudah berusia sepuluh atau limabelas tahun lewat dijalan raya, apakah batin anda bereaksi? sebagian besar orang dan termasuk anda tentu akan menjawab tidak... karena mobil seperti itu tidak menarik perhatian. Tetapi bagaimana jika jendela mobil itu kemudian terbuka dan anda melihat orang yang anda cintai berada di dalam mobil itu sedang ditodong pisau di lehernya..? apakah anda dapat membuat batin anda tidak terseret..? tentu tidak bisa kan...? Nah dalam kehidupan sehari hari batin kita cenderung terseret oleh berbagai hal yang menjadi perhatian kita.

Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..

Anda mau tahu apa itu terseret..? itulah kemelekatan... kita hidup dengan berbagai kemelekatan batin, mulai dari kebiasaan yang kita anggap baik hingga hal hal yang buruk. Dari yang halus hingga yang paling kasar.

Kembali ke melihat apa adanya, hal ini hanya bisa dialami sendiri, sulit digambarkan apabila belum merasakannya. Kemampuan ini tidak muncul pada seseorang yang berlatih meditasi Vipassana hanya pada tingkat-tingkat awal. Hanya apabila anda telah mencapai sankharupekkha nana maka anda mulai dapat melihat segala sesuatu apa adanya.

Bagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.

Guru-guru besar Vipassana mengatakan bahwa rasa sakit adalah kunci ke Nibbana. Ini adalah pernyataan yang berdasarkan praktek, bukan berdasarkan teori, mengapa? terdapat ikatan yang kuat antara batin yang merasakan dan jasmani yang memberi impulse, kemelekatan kuat yang timbul dari kekhawatiran dan kegelisahan batin membuat kita merasa sangat menderita.

Dengan bertambahnya latihan vipassana (sebaiknya dibawah bimbingan guru yang berpengalaman) maka semakin lama kemelekatan kita terhadap fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani kita semakin kendur, hingga akhirnya terlepas. Dengan terlepasnya kemelekatan batin yang mengamati terhadap fenomena yang terjadi di jasmani maka mulai terlepas juga kemelekatan terhadap fenomena fenomena yang lain,  dengan demikian batin mulai mampu mengamati fenomena batin yang lebih halus, yaitu bahwa semua fenomena itu sebenarnya hanya merupakan impuls belaka. setiap impuls memiliki sifat alami bagai gelombang yaitu timbul, memuncak dan tenggelam kembali, menurut teori dalam bahasa Pali disebut upada, thiti, bhanga. Nah pada tahap ini anda mulai melihat lebih jelas lagi kaitan antara praktek dengan teori.

melihat timbul dan tenggelamnya fenomena inilah yang disebut melihat anicca dalam arti kata sesungguhnya, yang membawa kearah sang jalan...

Rangkaian proses timbul tenggelam inilah yang dapat padam, maksudnya suatu ketika impuls impuls yang timbul tenggelam ini berhenti, maka yang tersisa hanya kesadaran murni yang mengetahui, dan tidak bereaksi. Kesadaran murni ini hanya diam dan mengetahui... :|
Sebenarnya apabila kita mempraktekkan meditasi, maka kita akan mengetahui bahwa yang disebut Abhidhamma adalah hasil pengalaman yang disusun sedemikian rupa dengan menggunakan struktur bahasa yang berbeda dengan kita.
Pengalaman praktek-praktek Vipassana yang dilakukan oleh para praktisi sekarang ini hanya merupakan pengulangan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman para praktisi Vipassana jaman dahulu yang dituangkan dalam buku yang disebut "Abhidhamma"

Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Bisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!

Memang pada waktu melatih meditasi kita tidak boleh mengingat pelajaran yang kita dapatkan misalnya Abhidhamma. Tetapi pengetahuan Abhidhamma yang telah kita pelajari ada kemungkinan muncul sendiri memberikan pertolongan pada saat kita membutuhkannya, umpamanya pada waktu meditasi kita mulai semakin malas-malasan, kemudian sekonyong konyong kita ingat akan pelajaran Abhidhamma bahwa malas-malasan adalah bentuk thinamiddha dan itu akan menghalangi meditasi... lalu kita tidak mau malas malasan lagi, bukankah ini berarti bahwa belajar Abhidhamma itu sangat berguna..?

Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...

Agak kepanjangan ya..? nanti deh disambung lagi saya takut anda enggan membaca bila kepanjangan.

sukhi hotu,

Fabian.

Siip, inilah yg disebut suatu synergy yg saling mendukung. Dan perlu saya tambahkan berhubungan dengan dukha  bahwa ketika seseorang mulai mengamati sakit , bagi pemula tidak mungkin tidak ada usaha, karena ketahanan membiarkan sakit di awal adalah usaha dan disitu juga ada tekad, sampai tahap tertentu pengamatan menjadi tajam, ketahanan terhadap rasa sakit akan menjadi hal yg alami sebagai proses adaptasi tubuh dan setelah itu melihat proses sampai munculnya pengertian akan dukha dan anica dari fenomena rupa. Bertahan untuk menjalankan vipasanna sampai akhir pun juga merupakan usaha dan tekad yg kuat. Ketika digigit nyamuk pun timbul rasa gatal untuk membiarkan rasa gatal diawal2 itupun ada usaha. Hal yg mudah cobalah pemeditator vipasanna pemula kita suruh duduk nonstop 2 jam tanpa gerak atau mengubah posisi, mungkinkah tidak menahan rasa sakit?.Atau ketika mengubah posisi, bukan disitu juga ada  "ingin"(sebagai tujuan) dan dalam gerak juga ada "usaha", mungkinkah seseorang bergerak tidak ada usaha atau tidak memerlukan energy.Inilah yg patut direnungkan. Salah satu fungsi Abhidhamma adalah juga untuk melakukan peninjauan ulang dari pengalaman yg kita alami dan juga sebagai bahan evaluasi. Nah ini bisa terjadi ketika keluar dari vipasanna itu sendiri sebagai bahan perenungan. Jadi vipasanna seharusnya membuat orang melihat realita bukan suatu khayalan demikian juga ketika kita mempelajari Abhidhamma. Jika seseorang tidak pernah mempelajari teori Abhidhamma pun hanya mengandalkan pengalaman vipasana tetapi ia dapat menjelaskan ketika ia ditanya proses nama dan rupa, itupun dibutuhkan panna yg tinggi dan mungkin setelah mengalami penembusan pengetahuan langsung. Pertanyaanya berapa persen orang yg memiliki panna yg tinggi dan luar biasa. Disinilah diperlukannya kerendahan hati melihat suatu realita daripada ego kita sendiri dengan belajar dari orang yg sudah telah mencapai nibbana atau sudah terbukti pencapaianya. Mungkin inilah sifat manusia, mau yg mudah dengan yg sudah tersedia tetapi malah mencari yg sulit, tetapi ketika sudah mengalami kesulitan minta yg mudah.Renungkanlah!
 _/\_




Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 09:39:19 AM
... bahwa ketika seseorang mulai mengamati sakit , bagi pemula tidak mungkin tidak ada usaha, karena ketahanan membiarkan sakit di awal adalah usaha dan disitu juga ada tekad, sampai tahap tertentu pengamatan menjadi tajam, ketahanan terhadap rasa sakit akan menjadi hal yg alami sebagai proses adaptasi tubuh dan setelah itu melihat proses sampai munculnya pengertian akan dukha dan anica dari fenomena rupa. Bertahan untuk menjalankan vipasanna sampai akhir pun juga merupakan usaha dan tekad yg kuat. Ketika ada nyamuk pun timbul rasa gatal untuk membiarkan rasa gatal diawal2 itupun ada usaha. Hal yg mudah cobalah pemeditator vipasanna pemula kita suruh duduk nonstop 2 jam tanpa gerak atau mengubah posisi, mungkinkah tidak menahan rasa sakit?.Atau ketika mengubah posisi, bukan disitu juga ada  "ingin"(sebagai tujuan) dan dalam gerak juga ada "usaha", mungkinkah seseorang bergerak tidak ada usaha atau tidak memerlukan energy.Inilah yg patut direnungkan.

Perbedaan nyata antara vipassana versi Mahasi Sayadaw dan vipassana versi MMD adalah: di dalam versi Mahasi Sayadaw ditekankan 'usaha' (viriya) maksimal, di dalam versi MMD sama sekali tidak ditekankan 'usaha'.

Yang diuraikan Rekan Bond adalah vipassana versi non-MMD, dan tidak berlaku dalam vipassana versi MMD. Untuk memahami praktik vipassana versi MMD, orang harus melakukannya sendiri. Jadi saya tidak perlu mendebat apa yang disampaikan Rekan Bond; tidak ada gunanya kalau orang tidak mencoba sendiri vipassana versi MMD.

Vipassana versi MMD telah dipraktikkan oleh semakin banyak orang. Testimoni-testimoni mereka merekam pengalaman batin mereka.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 05 August 2008, 09:42:40 AM
Secara sadar atau tidak sadar selalu setiap saat kita terbawa (bereaksi) terhadap segala sesuatu fenomena yang timbul pada batin dan jasmani, mungkin banyak orang yang tidak mengerti bagaimana sih sebenarnya keadaan batin yang tidak terbawa itu? Saya akan memberi perumpamaan:
suatu ketika anda melihat mobil kijang yang sudah berusia sepuluh atau limabelas tahun lewat dijalan raya, apakah batin anda bereaksi? sebagian besar orang dan termasuk anda tentu akan menjawab tidak... karena mobil seperti itu tidak menarik perhatian. Tetapi bagaimana jika jendela mobil itu kemudian terbuka dan anda melihat orang yang anda cintai berada di dalam mobil itu sedang ditodong pisau di lehernya..? apakah anda dapat membuat batin anda tidak terseret..? tentu tidak bisa kan...? Nah dalam kehidupan sehari hari batin kita cenderung terseret oleh berbagai hal yang menjadi perhatian kita.

Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..

Instruksi untuk 'tidak menolak dan tidak menerima', tidak perlu ditambahi kata-kata "terseret".
Karena sudah cukup jelas diketahui masyarakat pemeditasi bahwa kalau "terseret" mengandung konotasi tidak benar. Tapi, dengan contoh kasus anda, dan juga penambahan kata "terseret" akan menimbulkan kesalah pahaman kepada pembaca bahwa itu adalah suatu sikap yang pasif.
Akan tetapi, 'tidak menolak dan tidak menerima' bukan berarti diam pasif.
Karena bisa saja pasif itu muncul dari suatu tindakan masa bodoh / cuek / tidak peduli yg muncul dari moha, atau lobha dan dosa yang halus sekali.
Bila pikiran diam, maka pada saat diperlukan suatu tindakan, maka ada suatu tindakan yang spontan; tapi tidak berasal dari suatu konsep yang sudah tertanam. Inilah yang disebut sebagai "diam". Yang menurut saya --supaya tidak terjadi kesalahpengertian maka saya ganti istilahnya-- artinya adalah tidak terdistraksi.

Tidak terdistraksi itu berarti tidak harus berada dalam keheningan (calmness). Dalam 'gerak' (movement) pun bisa juga tidak terdistraksi. Yang benar adalah bukan sengaja diam pasif yang bisa juga merupakan suatu gerak reaktif dari suatu kejadian. Tetapi yg lebih tepat utk dikatakan adalah proaktif yang spontan.

Jadi, pada contoh kasus anda. Bergerak menolong orang tersebut belum tentu harus dikatakan sebagai terseret. Ini sebetulnya tidak bisa dinilai dari tindakan luarnya. Hanya orang tersebutlah yang tahu.

Kembali ke melihat apa adanya, hal ini hanya bisa dialami sendiri, sulit digambarkan apabila belum merasakannya. Kemampuan ini tidak muncul pada seseorang yang berlatih meditasi Vipassana hanya pada tingkat-tingkat awal. Hanya apabila anda telah mencapai sankharupekkha nana maka anda mulai dapat melihat segala sesuatu apa adanya.

Hal ini saya setuju.
Memang pengalaman ini sulit sekali dijelaskan. Seringkali kontra-intuitif, sehingga sulit diterima akal.

Bagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.

Memang. Kemelekatan yang paling susah dihilangkan itu memang kemelekatan kepada konsep, dan itu bisa sangat halus sekali.

Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...

Bagaimana caranya untuk tidak-mengingat?
Bila kita simak dalam praktek nyata, maka proses 'tidak-mengingat' itu pertama kali adalah munculnya ingatan, lalu kemudian pada selanjutnya muncul "aku" utk melakukan reaksi untuk menegasi dengan secara konseptual mencoret kata mengingat itu. Hal itu akan muncul berkali-kali. Yang jelas, dengan demikian maka upaya "tidak-mengingat" itupun pada akhirnya kembali menjadi suatu kerjaan konseptual.
Hal ini berarti, tidak mungkin untuk "tidak-mengingat" kecuali bila kita melepaskan keterikatan kita terhadap konsep itu sendiri. Karena ingatan selalu muncul bila ada kemelekatan pada konsep itu.
So bagaimana "tidak-mengingat" bila tidak melepaskannya terlebih dahulu?

Kemudian juga perlu dimengerti, bahwa latihan vipassana itu seyogyanya tidak saja dilakukan hanya pada waktu retret (entah 3, 10 hari dst) tetapi yg terlebih penting adalah dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Bagaimana bisa "tidak mengingat" secara terus menerus kecuali dengan melepaskan terlebih dahulu kebiasaan itu?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 09:54:02 AM
Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...

Bagaimana caranya untuk tidak-mengingat?
Bila kita simak dalam praktek nyata, maka proses 'tidak-mengingat' itu pertama kali adalah munculnya ingatan, lalu kemudian pada selanjutnya "saya" melakukan reaksi untuk menegasi dengan secara konseptual mencoret kata mengingat itu. Hal itu akan muncul berkali-kali.
Hal ini berarti, tidak mungkin untuk "tidak-mengingat" kecuali bila kita melepaskan keterikatan kita terhadap konsep itu sendiri. Karena ingatan selalu muncul bila ada kemelekatan pada konsep itu.
So bagaimana "tidak-mengingat" bila tidak melepaskannya terlebih dahulu?

Kemudian juga perlu dimengerti, bahwa latihan vipassana itu seyogyanya tidak saja dilakukan hanya pada waktu retret (entah 3, 10 hari dst) tetapi yg terlebih penting adalah dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus. Bagaimana bisa "tidak mengingat" secara terus menerus kecuali dengan melepaskan terlebih dahulu kebiasaan itu?

Benar. ... Yang simple aja: di dalam kesadaran vipassana, setiap pikiran yang muncul akan segera lenyap kembali ketika disadari. ... Teori adalah pikiran ... Maka segala macam teori apa pun, termasuk Abhidhamma, yang muncul dalam kesadaran akan segera lenyap kembali ketika disadari. ...

Dan yang ideal adalah apabila kesadaran kita sehari-hari berada dalam keadaan vipassana, kecuali pikiran diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah praktis kehidupan. ... Itu selalu menjadi tekanan dalam diskusi akhir pada retret MMD. ... Jadi, kalau batin bisa berada dalam kesadaran vipassana setiap saat dalam kehidupan sehari-hari, maka segala macam teori meditasi, teori Abhidhamma, tidak punya tempat dalam kesadaran itu. ...

Begitulah aktualita vipassana ... tidak perlu memperdebatkan "melepaskan" atau "tidak melepaskan" teori.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 05 August 2008, 10:04:04 AM
... bahwa ketika seseorang mulai mengamati sakit , bagi pemula tidak mungkin tidak ada usaha, karena ketahanan membiarkan sakit di awal adalah usaha dan disitu juga ada tekad, sampai tahap tertentu pengamatan menjadi tajam, ketahanan terhadap rasa sakit akan menjadi hal yg alami sebagai proses adaptasi tubuh dan setelah itu melihat proses sampai munculnya pengertian akan dukha dan anica dari fenomena rupa. Bertahan untuk menjalankan vipasanna sampai akhir pun juga merupakan usaha dan tekad yg kuat. Ketika ada nyamuk pun timbul rasa gatal untuk membiarkan rasa gatal diawal2 itupun ada usaha. Hal yg mudah cobalah pemeditator vipasanna pemula kita suruh duduk nonstop 2 jam tanpa gerak atau mengubah posisi, mungkinkah tidak menahan rasa sakit?.Atau ketika mengubah posisi, bukan disitu juga ada  "ingin"(sebagai tujuan) dan dalam gerak juga ada "usaha", mungkinkah seseorang bergerak tidak ada usaha atau tidak memerlukan energy.Inilah yg patut direnungkan.

Perbedaan nyata antara vipassana versi Mahasi Sayadaw dan vipassana versi MMD adalah: di dalam versi Mahasi Sayadaw ditekankan 'usaha' (viriya) maksimal, di dalam versi MMD sama sekali tidak ditekankan 'usaha'.

Yang diuraikan Rekan Bond adalah vipassana versi non-MMD, dan tidak berlaku dalam vipassana versi MMD. Untuk memahami praktik vipassana versi MMD, orang harus melakukannya sendiri. Jadi saya tidak perlu mendebat apa yang disampaikan Rekan Bond; tidak ada gunanya kalau orang tidak mencoba sendiri vipassana versi MMD.

Vipassana versi MMD telah dipraktikkan oleh semakin banyak orang. Testimoni-testimoni mereka merekam pengalaman batin mereka.

Salam,
hudoyo

Pak Hud yg terhormat, kenapa harus selalu membandingkan ini teknik MMD dan non MMD dalam bervipasanna. Bukankah topik ini membahas Abhidhamma dan Vipasana bukan membahas teknik. Dan bukankah tujuan vipasanna adalah melihat kenyataan ataupun realita, apakah hal mengenai usaha menahan sakit merupakan realita atau teknik?(silakan pemirsa yg menilai). Jadi tentunya kita harus belajar melihat segala sesuatu secara holistik. Dan kalaupun saya ingin mengkritik sudah jauh2 hari saya masuk ke thread MMD yg bapak buat dimana sesuai thread. Apakah thread ini dikhususkan untuk yg ber MMD saja?. Bisakah bapak membedakan mengkritik sebuah pandangan, dengan mengkritik pribadi orang dan mengkritik sebuah teknik. Saya rasa bapak tahu betul apa yg dimaksud melihat apa adanya, Kalau Anda merasa saya menyerang Anda pribadi, berarti jelas sudah yg Anda latih sia2 karena masih melekati Pandangan Anda sendiri yg mana Anda mengajarkan untuk tidak melekat, smoga tidak demikian adanya. Kalau tulisan2 saya dianggap mengusik Anda, silakan judul thread ini diganti dengan Abhidhamma dan vipasanna MMD. Kalaupun Anda tidak berkenan silakan moderator mempertimbangkannya.Terima kasih. Daripada OOT dan ajang promosi (menurut ilmu tafsir)  :))

 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 05 August 2008, 11:04:10 AM
Gak abis-abis yak? :))
Katanya melepas, tapi gak abis-abis
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 05 August 2008, 11:13:44 AM
Gak abis-abis yak? :))
Katanya melepas, tapi gak abis-abis

Ada hal-hal baru yang belum dibahas sebelumnya pak. Dan ada orang2 yang berpikir masih ada dharma yang bisa didanakan. Tapi ada juga yang memang yg sedari kemaren isinya kurang lebih itu itu saja.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 11:27:03 AM
Pak Hud yg terhormat, kenapa harus selalu membandingkan ini teknik MMD dan non MMD dalam bervipasanna. Bukankah topik ini membahas Abhidhamma dan Vipasana bukan membahas teknik. Dan bukankah tujuan vipasanna adalah melihat kenyataan ataupun realita, apakah hal mengenai usaha menahan sakit merupakan realita atau teknik?(silakan pemirsa yg menilai). Jadi tentunya kita harus belajar melihat segala sesuatu secara holistik. Dan kalaupun saya ingin mengkritik sudah jauh2 hari saya masuk ke thread MMD yg bapak buat dimana sesuai thread. Apakah thread ini dikhususkan untuk yg ber MMD saja?. Bisakah bapak membedakan mengkritik sebuah pandangan, dengan mengkritik pribadi orang dan mengkritik sebuah teknik. Saya rasa bapak tahu betul apa yg dimaksud melihat apa adanya, Kalau Anda merasa saya menyerang Anda pribadi, berarti jelas sudah yg Anda latih sia2 karena masih melekati Pandangan Anda sendiri yg mana Anda mengajarkan untuk tidak melekat, smoga tidak demikian adanya. Kalau tulisan2 saya dianggap mengusik Anda, silakan judul thread ini diganti dengan Abhidhamma dan vipasanna MMD. Kalaupun Anda tidak berkenan silakan moderator mempertimbangkannya.Terima kasih. Daripada OOT dan ajang promosi (menurut ilmu tafsir)  :))

Rekan Bond yang terhormat,
Ketika debat di thread ini sudah mereda, dan saya rasa thread ini sudah selesai, Anda mulai lagi dengan mempermasalahkan panjang lebar masalah 'usaha' dalam vipassana, padahal masalah itu sudah pernah Anda singgung dalam posting Anda terdahulu. Anda tahu betul bahwa MMD sama sekali tidak mengajarkan 'usaha'. ... Jadi, jelas Andalah yang mulai lagi mengungkit-ungkit suatu masalah penting yang membedakan MMD dengan vipassana versi lain, yaitu masalah 'usaha' versus 'tanpa-usaha'. ... So pasti saya akan menanggapi ulah Anda itu, dengan menampilkan bahwa dalam MMD tidak ada 'usaha' sama sekali. ... Dengan membahas panjang lebar tentang 'usaha', Anda sudah mengritik vipassana yang menekankan 'tanpa-usaha' ... dan karena di dunia ini hanya MMD satu-satunyalah vipassana yang menekankan 'tanpa-usaha', jelas kritikan itu Anda tujukan kepada MMD, sekalipun Anda tidak sekalipun menyebut "MMD" dalam kritikan Anda itu. ... Sekali lagi, ini menunjukkan ketidakjujuran Anda dalam mengritik sesuatu, dan sekarang Anda coba ingkari ... seperti pernah saya katakan, Anda suka sekali melempar batu sembunyi tangan. ...

Anda mengambil contoh "usaha menahan sakit" ... jelas itu salah satu teknik vipassana non-MMD, karena dalam MMD tidak ada sama sekali "usaha menahan sakit" ... Dalam MMD, kalau duduk lama lalu sakit, yah tidak perlu dipertahankan, karena tidak ada tujuan, selain sadar ... Jelas "usaha menahan sakit" tidak terlepas dari vipassana yang menggunakan TEKNIK 'duduk diam 1-2 jam tanpa bergerak' ... tidak ada yang seperti itu dalam MMD ...

Anda bicara canggih sekali tentang "melihat segala sesuatu secara holistik" ... Kalau mau melihat secara holistik, pahamilah pikiran Anda sendiri dan pikiran manusia pada umumnya yang tidak mungkin holistik; kalau pikiran itu sudah diam baru Anda bisa melihat segala sesuatu secara holistik ... hehehe :))

Membahas Abhidhamma & Vipassana jelas harus menyangkut teknik vipassana itu sendiri, karena ada banyak teknik vipassana yang ada di dunia ... Berbicara tentang vipassana tanpa membahas teknik vipassana X,Y, atau Z adalah berbicara tanpa isi, alias omong kosong ...

Kalau Anda mau menyerang pribadi saya--seperti Anda lakukan dengan bold dalam posting terbaru Anda ini--silakan saja, karena saya anggap angin lalu, tidak akan saya tanggapi. :) ... tapi kalau Anda mengritik MMD, terang-terangan atau secara halus seperti Anda lakukan di atas, saya akan bereaksi secara defensif. Percayalah ... jangan coba-coba lagi. :)

Thread ini bukan dikhususkan untuk versi vipassana yang menggunakan 'usaha' saja maupun versi vipassana yang menggunakan 'tanpa-usaha' (MMD) saja, melainkan untuk semua versi vipassana yang ada dan dilakukan manusia. Jadi kalau Anda merasa berhak bicara tentang vipassana dengan 'usaha', saya pun berhak berbicara tentang vipassana 'tanpa usaha'. Masak Anda boleh bicara mempromosikan vipassana versi Anda (dengan 'usaha') dan Anda mau melarang saya mempromosikan vipassana versi saya (tanpa-usaha)? Pahamkah?

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 11:28:04 AM
Gak abis-abis yak? :))
Katanya melepas, tapi gak abis-abis

Itulah, saya kira thread ini sudah selesai ... eh, tahu-tahu nongol tulisan yang mempersoalkan 'usaha' vs 'tanpa-usaha', topik yang sebetulnya sudah basi dalam thread ini.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 05 August 2008, 12:01:29 PM
Hanya mengamati apakah bukan juga usaha ? Apakah usaha hanya dianggap sebagai aktivitas baik fisik maupun mental. jadi OOT nih...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 05 August 2008, 12:08:27 PM
Ya sudah, terserah apa kata Anda lah, baru tahu MMD labelnya itu 'tanpa usaha' :)) tidur aja tanpa usaha, berarti MMD dong.
Ok lah saya anggap thread ini milik anda, saya tidak akan tulis apa2 lagi. Moderator saja tidak komplain tulisan mo ditulis berapa kali. Tulisan trio kwek2 (bapak, anak, satpam) juga ngulang2. :)) terlihat jelas  hanya ingin memonopoli (ini juga ilmu tafsir om).
Ini lah hasil diam akhirnya beneran diam. Ternyata melekat sekali yak sama label MMD :)) jangan2 takut pasarnya habis =))
Ok bye trio kwek2  ;D
Smoga Anda bermeditasi dengan tenang tidak terganggu oleh tulisan ini :))

 _/\_



Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 12:11:15 PM
Hanya mengamati apakah bukan juga usaha ? Apakah usaha hanya dianggap sebagai aktivitas baik fisik maupun mental. jadi OOT nih...

Memikir-mikir tentang hal ini juga 'usaha' ... Anda tidak akan bisa memahami apa itu 'tanpa-usaha' tanpa melakukan vipassana versi MMD. ... Jadi, maaf, saya tidak mampu menjelaskannya kepada Anda ... Cobalah sendiri kalau mau. ...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 12:12:19 PM
Ya sudah, terserah apa kata Anda lah, baru tahu MMD labelnya itu 'tanpa usaha' :)) tidur aja tanpa usaha, berarti MMD dong.
Ok lah saya anggap thread ini milik anda, saya tidak akan tulis apa2 lagi. Moderator saja tidak komplain tulisan mo ditulis berapa kali. Tulisan trio kwek2 (bapak, anak, satpam) juga ngulang2. :))
Ini lah hasil diam akhirnya beneran diam. Ternyata melekat sekali yak sama label MMD :)) jangan2 takut pasarnya habis =))
Ok bye trio kwek2  ;D
Smoga Anda bermeditasi dengan tenang tidak terganggu oleh tulisan ini :))
 _/\_

Baru tahu Rekan Bond bisa juga ngejunk ... :))

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 05 August 2008, 12:15:13 PM
Hanya mengamati apakah bukan juga usaha ? Apakah usaha hanya dianggap sebagai aktivitas baik fisik maupun mental. jadi OOT nih...

Memikir-mikir tentang hal ini juga 'usaha' ... Anda tidak akan bisa memahami apa itu 'tanpa-usaha' tanpa melakukan vipassana versi MMD. ... Jadi, maaf, saya tidak mampu menjelaskannya kepada Anda ... Cobalah sendiri kalau mau. ...

gimana dengan anapanasati bhavana... hanya mengamati pernafasan saja... apakah ini juga labelnya "TANPA USAHA" ?? mohon dicerahkan...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 12:22:26 PM
meditasi anapanasati bukan MMD ...
Dalam MMD, napas adalah salah satu fenomena badan & batin yang disadari seluas-luasnya, di samping semua fenomena yang lain ... tapi tidak ada konsentrasi pada napas saja sebagai obyek yang fixed dengan mengesampingkan fenomena-fenomena badan & batin yang lain.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 05 August 2008, 12:33:30 PM
meditasi anapanasati bukan MMD ...
Dalam MMD, napas adalah salah satu fenomena badan & batin yang disadari seluas-luasnya, di samping semua fenomena yang lain ... tapi tidak ada konsentrasi pada napas saja sebagai obyek yang fixed dengan mengesampingkan fenomena-fenomena badan & batin yang lain.

saya melihat konteks diskusi tentang MMD dan non-MMD adalah di label "TANPA USAHA" dan "USAHA", makanya ditanyakan apa bedanya dengan anapanasati yang juga hanya mengamati nafas saja. Apakah konsentrasi pada nafas sebagai satu satunya objek berbeda dengan konsentrasi pada fenomena fenomena badan & batin yang lain. SAya kira sama toh... Ketika dalam anapanasati bhavana, semua fenomena badan dan bathin juga hadir, hanya saja dengan anapanasati semua fenomena dan bathin itu SAMPAI DISADARI DAN DIAMATI TANPA DIPERSEPSI DAN DICERAP dengan TEKNIK berkonsentrasi pada pernafasan.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 05 August 2008, 12:43:08 PM
Sekedar sharing aja sih, mudah-mudahan bisa jadi masukan.

Pengalaman saya di forum asing, Theravada ada sub forum lagi, modern dan klasik.

Klasik khusus untuk mereka yang ingin berdiskusi tentang Theravada yang berdasarkan komentar-komentar dari Mahavihara dan turunannya, seperti Buddhagosa. Biasanya memuat pandangan-pandangan yang sejalan dengan Mahasi Sayadaw, Pa Auk Sayadaw, Bhante Narada, terjemahan Bhikkhu Bodhi (tidak termasuk catatan kakinya yang sering memuat pandangan pribadi beliau yang modern)

Modern khusus mereka yang ingin berdiskusi tentang Theravada yang berdasarkan pengajar-pengajar modern atau pemikiran-pemikiran modern, seperti Bhante Thannisaro, Tolle, Ajahn Mun dan pengikutnya (Ajahn Maha Boowa, Ajahn Chah, Ajahn Brahm, dsb), Ajahn Buddhadasa.

Jadi misalnya kalau ada yang mau berdiskusi tentang penghidupan benar, tapi tidak mau menerima pemikiran modern seperti tidak ada jalan, tidak ada usaha, dll, silahkan posting di Theravada Klasik.

Kalau ada yang mau membahas kebangkitan Sangha Bhikkhuni tapi tidak mau menerima masukan dari Theravada klasik yang menolak kebangkitan kembali Sangha Bhikkhuni, silahkan membahas di Theravada Modern.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 12:46:27 PM
moderator yg baik :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 01:00:11 PM
saya melihat konteks diskusi tentang MMD dan non-MMD adalah di label "TANPA USAHA" dan "USAHA", makanya ditanyakan apa bedanya dengan anapanasati yang juga hanya mengamati nafas saja. Apakah konsentrasi pada nafas sebagai satu satunya objek berbeda dengan konsentrasi pada fenomena fenomena badan & batin yang lain. SAya kira sama toh... Ketika dalam anapanasati bhavana, semua fenomena badan dan bathin juga hadir, hanya saja dengan anapanasati semua fenomena dan bathin itu SAMPAI DISADARI DAN DIAMATI TANPA DIPERSEPSI DAN DICERAP dengan TEKNIK berkonsentrasi pada pernafasan.

Saya tidak pernah lagi menggunakan kata 'berkonsentrasi' dalam mengajar MMD. ... Alih-alih, saya menggunakan kata 'menyadari' atau 'sadar', sekalipun ini tetap bisa diterima secara salah. ... Pada dasarnya 'konsentrasi' adalah tindakan AKTIF dari si aku ... 'sadar' adalah 'bukan tindakan', melainkan 'keadaan batin pasif'.

Contoh yang sering saya gunakan ialah orang yang sedang melamun. ... Ketika orang yang sedang melamun tiba-tiba 'sadar' bahwa ia melamun ... maka seketika itu juga lamunannya berhenti. ... Ini pengalaman semua orang ... Tetapi 'sadar' itu datang begitu saja, tiba-tiba saja ... bukan hasil 'usaha' dari orang yang sedang melamun, bukan hasil 'konsentrasi' dari orang yang sedang melamun ... Itulah 'sadar' yang dimaksud dalam MMD.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 05 August 2008, 02:28:39 PM
Ini hanya tebak2an, tolong dikoreksi kalo salah.
Kalo dalam MMD, bisa juga menyadari nafas ketika "gerak pikiran" muncul pada nafas, dan diamati.
Kalo dalam anapanasati, memang kesadaran dan konsentrasi diarahkan kepada nafas.
Betul begitu?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 05 August 2008, 05:23:15 PM
saya melihat konteks diskusi tentang MMD dan non-MMD adalah di label "TANPA USAHA" dan "USAHA", makanya ditanyakan apa bedanya dengan anapanasati yang juga hanya mengamati nafas saja. Apakah konsentrasi pada nafas sebagai satu satunya objek berbeda dengan konsentrasi pada fenomena fenomena badan & batin yang lain. SAya kira sama toh... Ketika dalam anapanasati bhavana, semua fenomena badan dan bathin juga hadir, hanya saja dengan anapanasati semua fenomena dan bathin itu SAMPAI DISADARI DAN DIAMATI TANPA DIPERSEPSI DAN DICERAP dengan TEKNIK berkonsentrasi pada pernafasan.

Saya tidak pernah lagi menggunakan kata 'berkonsentrasi' dalam mengajar MMD. ... Alih-alih, saya menggunakan kata 'menyadari' atau 'sadar', sekalipun ini tetap bisa diterima secara salah. ... Pada dasarnya 'konsentrasi' adalah tindakan AKTIF dari si aku ... 'sadar' adalah 'bukan tindakan', melainkan 'keadaan batin pasif'.

Contoh yang sering saya gunakan ialah orang yang sedang melamun. ... Ketika orang yang sedang melamun tiba-tiba 'sadar' bahwa ia melamun ... maka seketika itu juga lamunannya berhenti. ... Ini pengalaman semua orang ... Tetapi 'sadar' itu datang begitu saja, tiba-tiba saja ... bukan hasil 'usaha' dari orang yang sedang melamun, bukan hasil 'konsentrasi' dari orang yang sedang melamun ... Itulah 'sadar' yang dimaksud dalam MMD.

Salam,
hudoyo

ketika "sadar" dari lamunan, "siapakah" yang sadar ? Bagaimana seseorang itu jadi "sadar" lamunannya berhenti, tentu ada objek pikiran yang jadi "sadar" bahwa tadi sedang melamun. Apakah "sadar" itu hanya satu titik/point saja ? Lantas bagaimana pikiran setelah "sadar" dari lamunan ?
Menurut saya, latihan meditasi, baik dalam postur duduk bersila, meditasi berdiri, berjalan ataupun postur lainnya yang masih dalam LABEL KEGIATAN yang DISADARI sebagai MEDITASI adalah SUATU LATIHAN SAJA. LATIHAN itu diarahkan supaaya "KESADARAN" itu bergerak sedemikian rupa cepatnya seiring dengan pikiran, pencerapan dan perasaan bekerja.
Ketika KESADARAN bergerak secepat pikiran, pencerapan dan perasaan bekerja, dan berhasil untuk menekannya supaya tidak muncul, maka bentuk bentuk pikiran tidak akan muncul, bentuk bentuk pikiran tidak muncul maka tidak ada perbuatan melalui pikiran, ucapan dan perbuatan. Pada tahap ini, karma baru sudah tidak terbentuk.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 06:01:02 PM
ketika "sadar" dari lamunan, "siapakah" yang sadar ? Bagaimana seseorang itu jadi "sadar" lamunannya berhenti, tentu ada objek pikiran yang jadi "sadar" bahwa tadi sedang melamun. Apakah "sadar" itu hanya satu titik/point saja ? Lantas bagaimana pikiran setelah "sadar" dari lamunan ?

Anda bertanya terus ... Anda sudah pernah mencoba, belum? ... Kalau Anda sudah pernah mencoba dan mengalami 'berhentinya pikiran' Anda akan bisa menjawab sendiri pertanyaan2 Anda itu ... Kalau Anda belum mengalaminya, pertanyaan2 itu tidak perlu Anda ajukan, karena hanya akan menghalangi kesadaran yang sesungguhnya sehingga tidak bisa muncul ... dan saya, bahkan Sang Buddha pun, tidak mungkin menjelaskannya kepada Anda sehingga Anda tidak ragu-ragu lagi. Jadi praktik atau tidak praktik ... jangan berteori saja.

Jawaban pertanyaan Anda dari pengalaman saya:

- Ketika sadar sedetik dari lamunan, tidak ada subyek, tidak ada aku, tidak ada "siapa" ... sedetik lagi muncul lagi pikiran baru dengan si aku. ...

- "Bagaimana seseorang jadi 'sadar' lamunannya berhenti" ... Anda pernah mengalaminya tidak? ... "Tentu ada obyek pikiran" ... bagaimana bisa ada 'obyek pikiran kalau pikiran itu berhenti (sedetik)? ...

- 'Sadar' itu bisa sekejap mata, bisa sedetik, bisa dua detik, bisa semenit, bisa sejam ... dan akhirnya akan menetap (permanen). ...

- "Bagaimana 'pikiran' setelah 'sadar' dari lamunan?" ... Maksud Anda, bagaimana 'batin' setelah 'sadar'? (Tolong dibedakan 'batin' dari 'pikiran'.) ... Ketika 'sadar' tidak ada pikiran ... sedetik kemudian 'pikiran' baru bisa muncul kembali.


Quote
Menurut saya, latihan meditasi, baik dalam postur duduk bersila, meditasi berdiri, berjalan ataupun postur lainnya yang masih dalam LABEL KEGIATAN yang DISADARI sebagai MEDITASI adalah SUATU LATIHAN SAJA. LATIHAN itu diarahkan supaaya "KESADARAN" itu bergerak sedemikian rupa cepatnya seiring dengan pikiran, pencerapan dan perasaan bekerja.

Selama masih ada aku & pikiran, maka semua gerak-gerik orang itu berasal dari pikirannya ... entah itu "meditasi", entah itu "sila", dsb. ... Ketika aku & pikiran berhenti ... semua gerak-gerik tubuhnya tidak berasal dari pikiran lagi, orang tidak merasa "bermeditasi", orang tidak merasa "berlatih" ... Tubuh & pancaindranya sekadar berfungsi pada saat kini ... kalau lapar makan, kalau haus minum, kalau ngantuk tidur ... tidak ada pikiran ke masa depan ... tidak ada kesadaran "sedang berlatih meditasi" untuk mencapai sesuatu di masa depan.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 05 August 2008, 06:10:14 PM
Pak, mau tanya, kalau ingatan itu masuk nya kemana?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 05 August 2008, 07:58:47 PM
Kesadaran gudang (klasik).
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 08:30:01 PM
bawah-sadar ... bhavanga, entah apa namanya dalam Abhidhamma ...
ingatan muncul kembali ke dalam kesadaran lewat pintu batin ...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 05 August 2008, 08:36:55 PM
Kulonuwun...
Ini diskusinya kayaknya nggak pernah berujung yah?
Ya...Bagaimana bisa berujung?
Antara "tanpa usaha" dengan "usaha"?
Ya tentu disana tidak akan ketemu "titik temunya"

Quote
Kadang kadang saya heran dengan orang yang menganggap Abhidhamma sebagai tafsir...  :( kalau memang benar itu hasil tafsir bukan berdasarkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman bermeditasi, maka luar biasa sekali pemikir pemikir Abhidhamma itu, yang bisa berpikir sehebat itu, bisa mengetahui impulse-impulse batin yang halus yang disebut sankhara, bisa mengetahui kelompok kelompok materi yang sangat kecil yang bahkan tidak nampak dengan mikroskop.
Abhidhamma atau kata2 apapun menurut saya tetap merupakan "konsep"...
Begini saja untuk mempermudahnya,apakah anda sudah membuktikan seluruh Abhidhamma itu?
Mungkin Abhidhamma itu langsung dalam pengalaman meditasi SB,tapi apakah itu sudah terbukti oleh anda sendiri secara LANGSUNG?Jika belum,itu sama saja dengan NIHIL,kata2 didalam Abhidhamma itu sama saja kosong....

Quote
Sulit bagi mereka yang belum pernah mengalami secara langsung, untuk mengerti apa yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yang dikatakan oleh para guru meditasi...
Saya setuju dengan anda...Memang benar sangat sulit untuk yang belum mengalami secara langsung....

Quote
Sebenarnya yang dimaksud dengan melihat segala sesuatu apa adanya yaitu melihat apapun yang muncul pada kesadaran kita tanpa terseret atau terbawa olehnya.
Secara sadar atau tidak sadar selalu setiap saat kita terbawa (bereaksi) terhadap segala sesuatu fenomena yang timbul pada batin dan jasmani, mungkin banyak orang yang tidak mengerti bagaimana sih sebenarnya keadaan batin yang tidak terbawa itu? Saya akan memberi perumpamaan:
suatu ketika anda melihat mobil kijang yang sudah berusia sepuluh atau limabelas tahun lewat dijalan raya, apakah batin anda bereaksi? sebagian besar orang dan termasuk anda tentu akan menjawab tidak... karena mobil seperti itu tidak menarik perhatian. Tetapi bagaimana jika jendela mobil itu kemudian terbuka dan anda melihat orang yang anda cintai berada di dalam mobil itu sedang ditodong pisau di lehernya..? apakah anda dapat membuat batin anda tidak terseret..? tentu tidak bisa kan...? Nah dalam kehidupan sehari hari batin kita cenderung terseret oleh berbagai hal yang menjadi perhatian kita.
Terseret disini ada dua hal yaitu terseret dengan bereaksi menolak seperti dalam contoh diatas, maka timbullah kebencian dsbnya. Dan terseret dengan bereaksi menerima....maka timbullah keinginan untuk mengalami kembali atau lobha..
Sungguh,saya tidak bisa mencerna makna dari kata2 saudara yang diatas....
Bagaimana suatu hal yang disebut "menerima" itu adalah "Keinginan untuk mengalami kembali atau lobha?"

Quote
Anda mau tahu apa itu terseret..? itulah kemelekatan... kita hidup dengan berbagai kemelekatan batin, mulai dari kebiasaan yang kita anggap baik hingga hal hal yang buruk. Dari yang halus hingga yang paling kasar.
Semuanya bukankah berawal dari pikiran bukan.....
Baik atau buruk itu sama saja,pada akhirnya "membelenggu" untuk "melihat apa adanya"

Quote
Bagaimana anda dapat melihat segala sesuatu apa adanya bila melihat rasa sakit yang timbul pada badan jasmani anda terseret dan merasa sangat menderita? hanya apabila anda mampu melihat rasa sakit tanpa merasa sakit maka anda sudah mulai bisa melihat apa adanya, karena rasa sakit hanya fenomena tidak lebih, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para guru meditasi, rasa sakit terjadi karena batin kita yang mengkonsepkannya. Rasa sakit hanya termasuk fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.
Ini yang saya tidak mengerti juga,apakah anda sedang berteori atau menceritakan pengalaman anda sendiri?
"Melihat rasa sakit tanpa merasa sakit"....
Menurut saya tidak begitu,Sakit ya sakit,bagaimana "melihat sakit" dan menjadi "tanpa sakit",jika begitu itu hanya "akal2an" AKU yang ingin/berharap "tidak sakit"...
Menurut saya ketika SB terluka timbul juga rasa sakit,tetapi bagi SB rasa sakit itu adalah fenomena alam yang diterimanya sehingga bagi SB itu sama sekali tidak sakit....
SB itu tidak melekat lagi pada tubuhnya(Karena dia sudah SADAR SEPENUHNYA),karena SB sudah tidak melekat maka disana tidak ada perbandingan lagi dari si AKU,yakni "Baik buruk" "Kecewa Gembira" dstnya,disana tidak ada lagi DUKKHA.......


Quote
Lantas apakah pengetahuan Abhidhamma berguna bagi seorang meditator? entah Vipassana atau Samatha? jelas tentu saja !!!!!
Benarkah?Saya saja tidak pernah membaca 1 kali pun tentang Abhidhamma dan tidak tahu Abhidhamma itu isinya apa....Dan sampai saat ini meditasi vipasanna saya oke2 saja...:)

Quote
Bisakah anda bayangkan seorang meditator bermeditasi dengan tidak tidak belajar teori dan tidak tahu apa itu thinamidha (kemalasan dan keengganan) yang merupakan penghalang meditasi dan juga tidak mengerti bahwa viriya (semangat) harus dibangkitkan untuk mengatasinya? jika ia tidak tahu maka kemungkinan besar meditator itu akan melatih meditabok...!!!
belum lagi keragu-raguan (vichikiccha), yang bila tidak diatasi akan membuat meditator selalu bingung sehingga tak akan maju maju...!!!
Justru untung saya tidak tahu apa yang anda sebutkan...Karena menurut saya secara PRIBADI bahwa apa yang anda sebutkan sebagai THINAMIDHA dan VIRIYA adalah DEBU penghalang untuk MELIHAT APA ADANYA...
Kenapa saya mengatakan begitu?
Anda membuat versus antara Kemalasan VS semangat yang menurut saya kedua2nya adalah ciptaan AKU,yang tidak berguna...
Contoh simpelnya begini saja:
Dulu ketika saya ingin bermeditasi,maka pada saat waktu meditasi tiba2 saya menjadi "malas" karena kecapekan untuk meditasi,tapi akhirnya saya meditasi juga,hasilnya?NIHIL karena disana ada "Keterpaksaan" atau "suatu beban" dalam DIRI saya....MAKA HASILNYA 0 besar....
Kemudian pada saat2 yang lainnya, saya sangat bersemangat bermeditasi,sehari bisa 3kali tapi hasilnya? NIHIL juga toh...
Kenapa begitu?Karena saya hanya "ingin" bermeditasi...
Itu adalah "keinginan" dari saya sedangkan didalam meditasi yang saya pelajari tidak ada usaha,keinginan dan banyak lagi tidak adanya...
Sehingga saya tersadar bahwa saya bak robot yang sudah diberi "perintah" atau bak komputer yang sudah "diset" sesuai "jawdal"...
Sekarang ini "meditasi" saya lakukan "langsung" pada SAAT INI bukan direncana2kan kedepan...
Contohnya seperti malam ini saya tidur,dan besok mau bangun cepat untuk meditasi>>>Jelas disini ada "keinginan" dan "usaha" untuk cepat bangun dan bermeditasi dipagi hari,sehingga ketika pada saatnya tiba BATIN INI MALAHAN MENJADI TERSIKSA DAN TERBEBANI,TIDAK ADA KETENANGAN DISANA SAMA SEKALI...
Jadi saya merubahnya dengan MEDITASI TEPAT PADA SAAT ITU JUGA,disana tidak ada keinginan,usaha dan masih banyak tidak adanya....:)


Quote
Memang pada waktu melatih meditasi kita tidak boleh mengingat pelajaran yang kita dapatkan misalnya Abhidhamma. Tetapi pengetahuan Abhidhamma yang telah kita pelajari ada kemungkinan muncul sendiri memberikan pertolongan pada saat kita membutuhkannya,umpamanya pada waktu meditasi kita mulai semakin malas-malasan, kemudian sekonyong konyong kita ingat akan pelajaran Abhidhamma bahwa malas-malasan adalah bentuk thinamiddha dan itu akan menghalangi meditasi... lalu kita tidak mau malas malasan lagi, bukankah ini berarti bahwa belajar Abhidhamma itu sangat berguna..?
yang saya bold diatas lebih "gila" lagi...Anda mengatakan "tidak boleh" mengingat pelajaran...Tapi pada kalimat kedua anda berkata bahwa apa yang telah dipelajari mungkin bisa menolong...
Apakah anda tahu bahwa pikiran itu sangat cepat bahkan mungkin melebihi kecepatan cahaya?
Bagaimana hal tsb bisa menolong?Bukankah itu anda mengingatnya?
Seperti umpama yang anda tuliskan,"umpamanya pada waktu meditasi kita mulai semakin malas-malasan, kemudian sekonyong konyong kita ingat akan pelajaran Abhidhamma bahwa malas-malasan adalah bentuk thinamiddha dan itu akan menghalangi meditasi... lalu kita tidak mau malas malasan lagi, bukankah ini berarti bahwa belajar Abhidhamma itu sangat berguna..?"
>>>Tiba2 ingat?Saya "meragukan" hal tersebut yang ada menurut saya adalah "mengingatnya" tidak ada "tiba2" mengingat dan dalam sekejab menjadi "semangat"....:) disana ada USAHA yang berasal dari AKU,walaupun hal tersebut + tapi tetap saja malah memperkuat AKU...:)


Quote
Tidak tepat bila ada orang yang menyatakan bahwa berlatih meditasi kita harus melepaskan teori, yang tepat adalah pada waktu bermeditasi kita jangan mengingat teori, tidak mengingat bukan berarti kita melepaskan, tetapi melepaskan berarti kita tidak mempergunakan...
"mengingat" dan "melepas"?
Menurut saya hanya orang yang "bodoh" yang pada saat meditasi "berusaha" untuk "jangan mengingat teori" :))
Ngapain lagi ditahan2 teori2 tersebut?
Bagi saya lebih baik "melepas"kan semua beban2 "teori" tersebut...
MASALAH SEKARANG SELESAIKAN SEKARANG,MASALAH DETIK INI SELESAIKAN DETIK INI JUGA...:)

Salam,
Riky

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 05 August 2008, 08:59:19 PM
Ya sudah, terserah apa kata Anda lah, baru tahu MMD labelnya itu 'tanpa usaha' :)) tidur aja tanpa usaha, berarti MMD dong.
Ok lah saya anggap thread ini milik anda, saya tidak akan tulis apa2 lagi. Moderator saja tidak komplain tulisan mo ditulis berapa kali. Tulisan trio kwek2 (bapak, anak, satpam) juga ngulang2. :)) terlihat jelas  hanya ingin memonopoli (ini juga ilmu tafsir om).
Ini lah hasil diam akhirnya beneran diam. Ternyata melekat sekali yak sama label MMD :)) jangan2 takut pasarnya habis =))
Ok bye trio kwek2  ;D
Smoga Anda bermeditasi dengan tenang tidak terganggu oleh tulisan ini :))
Owh...Saudara Bond yang terhormat dengan segala "kebaikkan" anda....:))
Maaf saja,TRIO KWEK2 itu penyanyi,dan saya rasa bahwa saya bukan lah seorang penyanyi...:)
dan yang pastinya saya juga bukan "seekor bebek" yang bisa "bercuap2" saja kemudian "Lepas" tanggung jawab...:)
Bebek kan biasanya hanya bisa kwek kwek kwek(Bercuap2 tanpa tahu apa yang dia cuapkan,malahan mungkin sering kali apa yang dia cuapkan,dia sendiri belum pernah "mengalaminya" dan yang lebih parah lagi si bebek itu sering kali "menyembunyikan" kemunafikannya didalam cuap2annya)
Sekian dari saya....:)
Semoga orang yang merasa AKUnya itu sudah tidak bisa kesamber,tidak tergerak oleh kata2 saya diatas...
_/\_


Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 09:04:02 PM
Ini hanya tebak2an, tolong dikoreksi kalo salah.
Kalo dalam MMD, bisa juga menyadari nafas ketika "gerak pikiran" muncul pada nafas, dan diamati.
Kalo dalam anapanasati, memang kesadaran dan konsentrasi diarahkan kepada nafas.
Betul begitu?

Mari kita telusuri dengan berpedoman pada Mulapariyaya-sutta:

Napas itu bisa diketahui/disadari sebagai salah satu dari dua fenomena:
(A) sebagai SENTUHAN udara keluar-masuk pada lubang hidung;
(B) sebagai rasa GERAK (RABAAN) naik-turunnya dinding perut & dada;
kedua-duanya masuk ke dalam kesadaran melalui pintu-indra kulit (rabaan).

Maka proses mengenali 'napas' adalah sebagai berikut:

(1) Bila salah satu dari kedua fenomena itu masuk ke dalam kesadaran ... > di situ terjadi 'sa~njanati' (persepsi murni) ... ini langkah #1 dari Mulapariyaya-sutta: di sini fenomena itu belum dikenali, belum diberi label sebagai "napas", belum dipilah-pilah, belum dibanding-bandingkan, belum diambil kesimpulan apa-apa;

(2) ketika pikiran bergerak menanggapi 'persepsi murni' pada #1, maka muncullah 'ma~n~nati' (conceptualizing, thinking): di situ fenomena itu mulai dikenali dan diberi label sebagai "napas", dibanding-bandingkan, disimpulkan;

(3) 'ma~n~nati' itu terus berproses menciptakan diri/self/atta ... yang pada taraf ini masih belum terpisah dari obyek yang teramati;

(4) 'ma~n~nati' itu terus berproses, sekarang diri/self/atta memisahkan diri dan berhadap-hadapan dengan obyek ("napas") ... di sinilah untuk pertama kali muncul DUALITAS antara 'subyek' & 'obyek';

(5) 'ma~n~nati' itu terus berproses, diri/self/atta itu ber-relasi dengan 'obyek' ... misalnya relasi itu adalah, "Aku ingin mengamati napas itu (bemeditasi anapanasati)";

(6) 'ma~n~nati' itu terus berproses, timbul perasaan (emosi) menyertai 'ma~n~nati' itu ... dalam hal ini perasaan itu bersifat menyenangkan (abhinandunti). ... (Kalau yang disadari itu bukan "napas", tapi "ular" misalnya, perasaan itu tentu lain lagi.)

Semua yang diuraikan di atas dalam Mulapariyaya-sutta itu memang merupakan TEORI bagi orang yang belum mengalami sendiri proses itu. ... Tapi bagi pemeditasi vipassana, pada suatu titik ia bisa melihat sendiri 'berhentinya pikiran' pada 'persepsi murni' (langkah #1), di mana tidak timbul langkah #2-6. ... Dalam hal ini, proses pikiran itu bukan lagi sekadar TEORI melainkan merupakan AKTUALITA bagi pemeditasi yang sudah mengalaminya.

Ini berbeda dengan apa yang diceritakan dalam Abhidhamma tentang citta-vithi yang 17 butir itu. ... Saya rasa, tidak seorang pun bisa melihat/mengalami citta-vithi di dalam meditasi, tidak pula Nina van Gorkom, dan bagi saya itu cuma hafalan.

Jadi, menanggapi apa yang Anda tulis, kalau fenomena 'napas' itu teramati dan DIKENALI sebagai "napas", maka di situ pikiran sudah bergerak sampai setidak-tidaknya langkah #2, bahkan mungkin lebih jauh lagi. Bahkan kalau sudah timbul pikiran "Aku mengamati napas." itu sudah langkah #5, subyek ber-relasi dengan obyek. Kalau hanya sekadar 'sadar', tanpa mengenalinya, tanpa mengkonsepsikannya, maka itu tetap merupakan 'persepsi murni' dari langkah #1 ... di situ pikiran belum menanggapi. Yang disebut 'pikiran' adalah langkah #2-6 (ma~n~nati & abhinandunti); langkah #1 belum pikiran (tanggapan batin), masih 'persepsi murni' (sa~njanati).

Kepada mereka yang tengah 'berlatih' (sekha), Sang Buddha menganjurkan agar proses batin berhenti sampai langkah #1 (sa~njanati) saja dan tidak berlanjut menjadi 'ma~n~nati' (konseptualisasi, langkah #2-6).

Akhirnya Sang Buddha menyatakan bahwa dalam batin seorang arahat/buddha, proses batinnya secara permanen berhenti pada 'persepsi murni' (sa~njanati, langkah #1), dan tidak pernah lagi berlanjut menjadi 'ma~n~nati' (konseptualisasi, langkah #2-6).

Salam,
hudoyo

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 05 August 2008, 09:06:08 PM
Jadi pada ahli mengejek oy semuanya, Mantap dah :)) pengen ikutan tapi dah bosen ahh kakakakak
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 05 August 2008, 09:17:48 PM
Jadi pada ahli mengejek oy semuanya, Mantap dah :)) pengen ikutan tapi dah bosen ahh kakakakak

Good.
Kita mesti tahu kapan saatnya becanda dan kapan serius. Anda bisa mendidik kerbau dengan rumput ataupun dengan tongkat, tapi semua itu dipergunakan dengan kebijaksanaan atas dasar cinta kasih. Bukan kemarahan yang kemudian kemudian tidak bisa mengendalikan diri.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 09:21:13 PM
Saya rasa, postingan saudara bond sama sekali tidak menyinggung "ricky dave"
dan tidak ada kata2 ricky dave..

hehe ... :))  Rekan Andry kurang teliti membaca semua posting dalam thread ini ...
yang dimaksud Bond dengan:
"bapak" = saya
"anak" = Riky
"satpam" = Suchamda

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 09:22:25 PM
oh, rupanya posting Rekan Andry sudah ditarik kembali (di-remove), yah. :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: andry on 05 August 2008, 09:31:47 PM
oh, rupanya posting Rekan Andry sudah ditarik kembali (di-remove), yah. :))
:)) ya pak hud, haha..
nampaknya pak hud cepat tanggap juga
dan nampaknya saya kurang sati, jd tangan lebih cepat dari pada otak..
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: andry on 05 August 2008, 09:36:17 PM
maap oot, tapi berhubung pak hud lg ol di topic ini,
pak ada mmd di bdg tdk? jika ada kapan?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 09:58:51 PM
MMD untuk Jawa Barat diadakan di Cipanas.
Yang akan datang berlangsung selama seminggu, tgl 10-18 Agustus 2008.
Masih ada tempat untuk 2 orang lagi dari 24 tempat yang tersedia. Anda bisa ikut 3 hari, mulai tgl 16 sore sampai tgl 18 pagi.
Kalau mau ikut harap hubungi saya lewat sms 0811 873490 atau email <hudoyo [at] cbn.net.id>

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: andry on 05 August 2008, 10:00:01 PM
MMD untuk Jawa Barat diadakan di Cipanas.
Yang akan datang berlangsung selama seminggu, tgl 10-18 Agustus 2008.
Masih ada tempat untuk 2 orang lagi dari 24 tempat yang tersedia. Anda bisa ikut 3 hari, mulai tgl 16 sore sampai tgl 18 pagi.
Kalau mau ikut harap hubungi saya lewat sms 0811 873490 atau email <hudoyo [at] cbn.net.id>

Salam,
hudoyo
wah, nampaknya blom bisa neh pak dr 10-15 ada acara..
btw thx pak atas infonya..
BTT
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 10:08:59 PM
Anda bisa ikut tgl 16 sore s.d. 18 pagi, kok (3 hari).
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian on 06 August 2008, 01:42:45 AM
Suatu ketika dalam perjalanan, di pesawat udara saya iseng iseng membaca majalah fortune, yang merupakan complimentary copy yang diberikan oleh maskapai penerbangan tersebut... tertulis di iklannya... alat yang bisa membuat anda terkonsentrasi, bahkan akan membuat anda mencapai pencerahan, alatnya adalah sejenis gogle (seperti kacamata). Saya sangat tertarik, waktu itu saya belum mengenal Vipassana, iklan di majalah tersebut sangat menarik, dikatakan bahwa alat ini akan membuat anda mencapai pencerahan dengan mudah karena akan membuat batin anda terkonsentrasi. Dengan singkat dikatakan ini adalah the lazy way to enlightenment, akhirnya saya membeli alat tersebut, dan saya menggunakan alat tersebut. (sampai sekarang alat itu masih fungsional dan menjadi sampah dirumah saya, karena saya tak lagi mempergunakan alat itu)

Tahukah anda apa manfaat terbesar dari alat itu? alat itu dapat membantu anda bila susah tidur... karena dengan memasang alat itu waktu tidur anda bisa mengantuk...

Setelah belajar Dhammma baru saya mengerti bahwa alat itu memang alat sampah... tak ada jalan yang disebut the "lazy way to enlightenment". Dari latihan kita mengerti bahwa bila tanpa semangat maka pada orang yang batinnya mulai terkonsentrasi akan mudah ngantuk jatuh tertidur, karena demikianlah yang dikatakan dalam teori dan demikianlah yang saya alami.

Memang faktor ketenangan diperlukan sehingga batin merasa puas terhadap objek dan dengan demikian fenomena yang muncul akan nampak lebih jelas.  Tetapi batin yang tenang ini harus diimbangi dengan semangat supaya batin menjadi semakin cerah dan dengan demikian semakin jelas mengamati setiap fenomena yang terjadi pada batin dan jasmani.

Keseimbangan kelima faktor kekuatan batin atau yang menurut teori disebut dengan pancabala memainkan peranan yang sangat penting. Banyak sekali orang yang kurang mendalami apa yang disebut dengan kanika samadhi...sehingga mereka keliru mengartikan dan dengan demikian beranggapan bahwa bila mereka memperhatikan batin yang berpindah pindah mereka sebut kanika samadhi...

Berdasarkan pengalaman, pola demikian memang kanika (kanika berasal dari kata kana yang berarti saat) tetapi jika kita selalu terbawa objek yang berpindah pindah maka dianggap belum samadhi.
Contohnya adalah demikian... saya teringat rumah, lalu saya ingat rumahnya bercat putih, putih melambangkan kebersihan, kebersihan adalah sesuatu yang harus dijaga saya sadar bahwa saya sedang berpikir, saya harus melihat batin dan jasmani, ada perasaan yang muncul rasa damai, saya merasa tenang dstnya... ini sebenarnya adalah batin yang mengembara...

Ini bukan samadhi... samadhi tidak mengikuti buah dari pikiran, tetapi hanya mengamati bahwa ada suatu kegiatan batin yang muncul, dengan demikian karena ia menyadari prosesnya maka proses tersebut akan lenyap bagai api yang tak mendapatkan bahan bakar. lalu ia harus kembali ke objek utama sehingga ia memperkuat konsentrasinya. Kemudian bila muncul fenomena lain maka ia harus memperhatikan fenomena tersebut, tetapi jangan berusaha tahu apa isinya..karena jika ia melihat isinya maka kemelekatan terhadap fenomena tersebut akan timbul dan dengan timbulnya kemelekatan maka batinnya akan terseret, bukan distraksi.

Distraksi (distraction) dalam meditasi adalah fenomena yang timbul yang menyebabkan perhatian beralih ke objek lain, tetapi batin yang terdistraksi belum tentu terseret. karena bagi meditator yang sudah kuat perhatiannya maka begitu objek yang muncul dia perhatikan maka secepat kilat objek tersebut lenyap saat itu juga, tak ada objek yang mampu menyeret seorang meditator yang samadhinya sudah kuat.

Mengapa harus ada objek utama dan kembali ke objek utama...? jawabannya jelas, jika tak ada objek utama, katakanlah melihat pikiran, lalu pikiran lenyap, terus ngapain..? mencari fenomena lain...? mencari fenomena yang lain adalah kegiatan batin yang melibatkan proses berpikir... sedangkan dalam meditasi Vipassana kita jangan berpikir, hanya memperhatikan dan senantiasa memperhatikan... mencari berbeda dengan memperhatikan.
Bila ada objek utama tentu kita memperhatikan objek utama. Memperhatikan objek utama tujuannya adalah supaya samadhi kita semakin lama semakin kuat.

setelah lama meditator berlatih demikian maka lambat laun meditator semakin maju, ia akan mengetahui setiap kegiatan batin tanpa mengenal apa isi dari kegiatan tersebut, ia hanya melihat suatu impuls batin yang muncul kemudian lenyap kembali. Inilah yang dikatakan batin yang semakin melepas. Semakin lama semakin cekatan batin mengetahui setiap fenomena yang terjadi dan semakin cepat lenyap juga setiap fenomena yang muncul. Disini kita melihat bahwa batin semakin waspada dan sigap terhadap segala fenomena yang muncul.

Lebih jauh lagi ia berlatih maka interval kemunculan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain semakin jarang dan akhirnya meditator bisa memperhatikan objek utama berjam-jam tanpa ada satu cercah pikiranpun muncul.... dan pada keadaan ini batin mulai masak... inilah yang dikatakan mulai masuk kanika samadhi yang sesungguhnya, mengapa...?

pada keadaan sekarang, batin melekat pada objek utama (umpamanya keluar masuk nafas di hidung atau kembung kempis perut) tetapi ada perbedaan dengan konsentrasi samatha, yaitu: pada konsentrasi kanika samadhi objeknya timbul tenggelam, yaitu kembung kempis perut atau keluar masuk nafas hanya terlihat sebagai denyut belaka.., Inilah sebabnya ada guru meditasi yang mengatakan bahwa keadaan ini disebut dengan melihat proses, ada lagi guru meditasi mengatakan ia melihat timbul tenggelamnya batin-jasmani, ada guru meditasi lain yang mengatakan bahwa ia melihat anicca, semua komentar guru meditasi ini maksudnya sama, mereka hanya menggambarkan dengan cara berbeda.

Setelah mencapai tahap ini maka batin meditator tersebut dianggap kokoh tak tergoyahkan, karena fenomena batin dan jasmani hampir tak memiliki daya untuk  mengganggu. Dengan keadaan batin seperti itu maka bila meditator melihat sesuatu jarang bereaksi karena reaksi timbul jika konsentrasi kurang kuat, ini disebabkan batinnya mudah terseret oleh fenomena yang muncul. tetapi jika hanya dengan memperhatikan sedikit fenomena tersebut langsung lenyap maka biasanya pada keadaan batin seperti ini ia jarang bereaksi melihat segala sesuatu. Memperhatikan segala sesuatu dengan tidak bereaksi inilah yang disebut dengan perhatian murni.

Perhatian murni adalah kemampuan batin memperhatikan segala sesuatu dengan tidak bereaksi sehingga melihat apa adanya. bila bereaksi maka timbul konseptual.

Mengapa ini juga disebut samadhi? Karena pada tahap ini batin tidak berkelana dan hanya terpaku pada objek sama yang timbul tenggelam. Berbeda dengan samadhi biasa, Jhana misalnya.. pada Jhana batin terserap pada objek yang konstan (nimitta), tidak berdenyut, tidak timbul tenggelam, dengan demikian tidak ada anicca disana, dengan tidak adanya anicca (tidak ada yang tenggelam) maka tak ada penghentian, karena tak ada penghentian maka tak akan mencapai Nibbana selama berada disana.

Semoga anda semua mendapatkan manfaat dari tulisan ini dan mulai melihat kaitan antara teori yang disebut nama-rupa, kemelelekatan, pancabala,anicca, melihat apa adanya. Dengan praktek samadhi yang sesungguhnya dan tidak lagi melihat bahwa teori sama sekali berbeda dengan praktek...

sukhi hotu,

fabian
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 06:24:08 AM
 [at] Fabian

Terima kasih banyak atas paparan Rekan Fabian tentang pengalaman meditasinya. Paparan itu jelas sekali menguraikan pengalaman meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw dari seorang pemeditasi versi itu yang sudah sangat senior. (Sehingga saya bertanya-tanya dalam hati, apakah Fabian ini bukan anak angkat Bhante Thitaketuko ya?) ...

Dulu saya pun pernah mencapai khanika-samadhi melalui jalan vipassana versi Mahasi Sayadaw. Versi itu titik beratnya adalah KONSENTRASI dan VIRIYA (usaha). Selebihnya persis seperti diuraikan oleh Rekan Fabian.

Tetapi selama saya mengajarkan MMD, saya melihat bahwa tidak semua pemeditasi versi itu bisa mengalami khanika-samadhi, sekalipun mereka sudah berusaha untuk waktu yang cukup lama, dengan berkali-kali mengikuti retret MMD. ... Sementara itu secara kebetulan saya menemukan bahwa khanika-samadhi bisa dicapai juga justru melalui "cara" sebaliknya, yaitu TANPA KONSENTRASI dan TANPA USAHA. Saya tahu, khanika-samadhi-nya persis sama, karena saya pernah mengalami khanika-samadhi itu ketika melakukan vipassana versi Mahasi Sayadaw dulu. ... Secara kebetulan pula saya menemukan bahwa vipassana tanpa konsentrasi dan tanpa usaha itu diajarkan oleh Sang Buddha dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta. ...

Vipassana tanpa konsentrasi dan tanpa usaha itu saya kembangkan menjadi bentuk final MMD, dan saya ajarkan dalam retret MMD ... Ternyata tidak sedikit teman-teman yang selama ini mendapat kesulitan dalam konsentrasi, begitu mengubah meditasinya menjadi tanpa usaha dan tanpa konsentrasi bisa masuk ke dalam khanika samadhi dengan relatif cepat. ... Di situlah saya mempunyai KEYAKINAN bahwa tidak ada satu versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang.  ... Ini berlaku untuk vipassana versi apa saja, Mahasi Sayadaw, Pa-Auk Sayadaw, Goenka, MMD, dsb. ... Saya tidak tahu apakah Rekan Fabian setuju dengan pernyataan ini atau tidak, tapi itu terserah pada beliau sendiri. ...

Di dalam MMD tidak ada "obyek utama" (napas, sentuhan waktu duduk dsb) seperti dalam versi Mahasi Sayadaw. ... Rekan Fabian bertanya, "Kalau tidak ada 'obyek utama' lalu ngapain? Mencari fenomena lain adalah kegiatan pikiran ..." Jawabannya bisa dilihat pada tuntunan pertama MMD yang saya berikan pada diskusi awal MMD: "Jangan berkonsentrasi pada satu obyek terus-menerus secara sempit, melainkan bukalah seluas-luasnya kesadaran Anda melalui keenam indra (pancaindra + ingatan). Sadari semua yang muncul pada badan & batin TANPA berkonsentrasi pada salah satu fenomena mana pun, tanpa berusaha apa pun." ... Jadi dalam MMD yang ditekankan adalah 'SATI', bukan 'SAMADHI'. ... Dengan cara ini, sementara pemeditasi MMD bisa masuk ke dalam khanika-samadhi dengan cepat, daripada melalui konsentrasi pada satu 'obyek utama'. ... Memang, sama seperti pada konsentrasi, ketika orang mulai membuka kesadaran seluas-luasnya pada keenam pintu indra, pikiran masih berseliweran menyeret kesadarannya ... tetapi bila pikiran-pikiran ini disadari saja, ia akan segera lenyap kembali ... dan pada satu titik pemeditasi akan masuk ke dalam khanika-samadhi tanpa konsentrasi dan tanpa usaha apa pun.

Salah satu keuntungan vipassana tanpa-konsentrasi ini ialah tidak diperlukan segala macam teori, khususnya teori tentang panca-balani. Pemeditasi tidak perlu memikir-mikir apakah batinnya sudah seimbang antara saddha, viriya, sati, samadhi dan panna, atau belum; memikir-mikir seperti itiu tidak lebih daripada gerak pikiran/si aku, yang hanya menghalangi 'sadar' yang sesungguhnya. ... Demikian pula dengan segala macam teori meditasi yang lain dengan cepat bisa dilepaskan (bukan dipertentangkan) di dalam praktik. ... Ini sangat bermanfaat dalam mengajar MMD kepada teman-teman non-Buddhis, yang tidak perlu menghafal semua teori itu sebelum mulai menjalankan MMD.

Jadi, kesimpulannya: Rekan Fabian adalah meditator sangat senior vipassana versi Mahasi Sayadaw, tapi beliau tidak pernah mencoba MMD, sehingga dengan gampang mengatakan "tidak ada jalan yang disebut the lazy way to enlightenment". ... Saya sudah mengalami khanika-samadhi melalui versi Mahasi Sayadaw maupun melalui versi MMD, sehingga saya berani mengatakan bahwa ada cara lain yang menurut saya pribadi 'lebih langsung' daripada cara berkonsentrasi & berusaha dari vipassana versi Mahasi Sayadaw, yaitu dengan cara 'melepas sejak awal' (melepas konsentrasi, melepas usaha) ... Cara ini diajarkan oleh Sang Buddha di dalam Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta, bukan di dalam Mahasatipatthana-sutta yang digunakan oleh Mahasi Sayadaw dalam mengajarkan versinya. (MMD ini diilhami pula oleh ajaran Krishnamurti, yang saya yakini telah bebas sempurna pada abad ke-20 lalu.) ... Silakan menamakan itu "the lazy way to enlightenment", tidak jadi soal ...

Secara terpisah saya akan menampilkan kembali pengalaman Fery (Buddhis, 29 th) dari retret MMD seminggu di Samarinda akhir Juli 2008; pengalaman batin Andi Cahya Wijaya (Muslim, 26 tahun) setelah PERTAMA KALI ikut MMD akhir pekan bulan April lalu dan kemudian menerapkan MMD dalam kesadaran sehari-harinya selama beberapa bulan terakhir; dan pengalaman batin seorang muda dari Bali, 30-an tahun, yang tidak mau disebut namanya, yang mengalami kemajuan pesat setelah pindah dari versi Mahasi Sayadaw ke MMD.

Ini tidak berarti bahwa MMD "lebih baik" daripada vipassana versi Mahasi Sayadaw; bisa saja seorang pemeditasi MMD mengalami kemajuan kalau ia pindah ke versi Mahasi Sayadaw, kalau memang versi itu cocok dengan 'parami'-nya. Jadi pesan saya kepada para pemula yang berminat untuk mencoba vipassana ('jalan langsung' menuju pembebasan yang diajarkan Sang Buddha): cobalah kedua versi vipassana itu, Mahasi Sayadaw dan MMD, atau versi lainnya kalau mau (Goenka misalnya) ... lalu pilihlah yang cocok dengan batin Anda.

PS: Bila Rekan Fabian memang anak angkat Bhante Thitaketuko, terimalah salam kenal dari saya ... setiap kali ke Denpasar saya selalu memerlukan menengok beliau di Istana Regency, di mana beliau terbaring sakit sejak beberapa tahun terakhir ini. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 06 August 2008, 07:28:29 AM
Sorry Pak Hud, mungkin lebih cocok jika di posting di thread MMD dan diberikan linknya disini saja.
thanks.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 08:12:23 AM
ok
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 08:19:45 AM
KENTUT!
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 08:22:41 AM
oh, seorang senior ngejunk
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 08:29:30 AM
 :)) =))

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3892.msg65552.html#new
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: F.T on 06 August 2008, 08:29:58 AM
_/\_

:backtotopic:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 06 August 2008, 08:45:50 AM
Apa yang dituliskan oleh rekan Fabian dan Pak Hudoyo sangat bermanfaat. Mohon diteruskan.
Terimakasih.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 08:49:00 AM
KENTUT!
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 08:56:45 AM
Rekan Nyanadhana sedang berperan sebagai Guru Zen yang tengah mengetes muridnya. :))

Tadi saya kira beliau sedang ngejunk ... Mohon maaf, Suhu. :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 08:58:49 AM
KENTUT! ;D :-& jadi bawu deh disini  ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 06 August 2008, 09:01:39 AM
KENTUT!

Kenapa pikiran seorang guru Zen bisa melekat lama sekali dengan Kentut yang sama?? ;D

Pertama saya lihat kentut nyanadhana 2 hari yang lalu di thread lain.
Kemudian di thread ini pada pukul 8.19
Kemudian di ruang chatting, mengatakan hal yg sama pada pukul  8.44
Sekarang muncul lagi pada pukul 8.49
Kemudian muncul kentut lagi dengan huruf besar  pada pukul 8.58

 ;D

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 09:07:48 AM
coba saya ganti KENTUT menjadi DHAMMA.......

Pikiran satu detik meledak menjadi ribuan pertanyaan dan pemikiran. dimanakah kemanunggalan pikiran yang dikatakan,dipromosikan,diucapkan dengan ratusan bahkan ribuan kali, apakah kita melekat sendiri pada promosi itu sendiri?

saya baru promosi satu kata KENTUT dan anda bilang saya melekat,kalo anda promosi kata-kata,kalimat-kalimat anda,bukankah anda lebih melekat pada ribuan kata-kata dan kalimat?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 06 August 2008, 09:14:24 AM
coba saya ganti KENTUT menjadi DHAMMA.......

Pikiran satu detik meledak menjadi ribuan pertanyaan dan pemikiran. dimanakah kemanunggalan pikiran yang dikatakan,dipromosikan,diucapkan dengan ratusan bahkan ribuan kali, apakah kita melekat sendiri pada promosi itu sendiri?

saya baru promosi satu kata KENTUT dan anda bilang saya melekat,kalo anda promosi kata-kata,kalimat-kalimat anda,bukankah anda lebih melekat pada ribuan kata-kata dan kalimat?

Gitu ya? ;D
Tapi jujur saja, menurut saya, anda itu bukan sedang bicara Dharma.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 09:19:26 AM
Tapi jujur saja, menurut saya, anda itu bukan sedang bicara Dharma.

Dan anda juga berlaku hal yang sama,tidak membicarakan Dhamma pada tempatnya dan semua omongan yang ada disini hanya berupa sebuah bullshit dari ego-ego yang berterbangan disini.

Jangan katakan itu sebuah pemahaman Dhamma tapi pemahaman itu luluh lantak oleh satu kata KENTUT dan satu inti ego pribadi.

Anda boleh kasar tapi tidak ingin melihat orang lain kasar kepada anda,bukankah anda melindungi ego anda sendiri dengan sebuah tameng,anda lihai dalam Dhamma tapi anda sendiri tidak bisa melihat diri anda apa adanya. batil,dengki,iri hati,saya pikir sindrom anda belum berakhir.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 09:21:55 AM
oh, sekarang Guru Zen lagi ngejunk. :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 09:25:11 AM
iya hore saya dapat junk award, tapi gapapa lah,kalo kata rekan disini, saya sengaja tulis kasar agar kalian sadar, dan saya pun melepas batin saya ternoda dalam ego hanya demi menyelamatkan kalian, rekan anda bisa,saya juga bisa , saya ngejunk untuk menyelamatkan anda dari pandangan yang hanya bertolak dari diri pribadi dan hanya ingin membenarkan diri pribadi.

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 09:27:07 AM
:)) :)) :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 06 August 2008, 09:31:10 AM
Kalau sudah tahu itu salah dan tidak berguna bagi diri sendiri & orang lain, seharusnya tidak ditiru. Juga jangan dibalas. Tidak akan ada habisnya.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 06 August 2008, 09:32:05 AM
Tapi jujur saja, menurut saya, anda itu bukan sedang bicara Dharma.

Dan anda juga berlaku hal yang sama,tidak membicarakan Dhamma pada tempatnya dan semua omongan yang ada disini hanya berupa sebuah bulls**t dari ego-ego yang berterbangan disini.

Jangan katakan itu sebuah pemahaman Dhamma tapi pemahaman itu luluh lantak oleh satu kata KENTUT dan satu inti ego pribadi.

Anda boleh kasar tapi tidak ingin melihat orang lain kasar kepada anda,bukankah anda melindungi ego anda sendiri dengan sebuah tameng,anda lihai dalam Dhamma tapi anda sendiri tidak bisa melihat diri anda apa adanya. batil,dengki,iri hati,saya pikir sindrom anda belum berakhir.

Hehehehe.....:D
Jadi rupanya bukan Dharma tho, tapi minta keadilan nih??
Ya udah, junk anda saya terima. Mudah2an puas.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 09:32:15 AM
 _/\_topik ini sudah seharusnya di lock, karena mengikuti topik ini dari awal sebenarnya sudah terdapat intisari yang dikemukakan oleh para rekan disini dari rekan Fabian,Suchamda,Hudoyo, Willibordus,Lily W,Bonddan beberapa rekan disini yang telah sharing,saya pikir sudah memberikan sebuah nilai berarti dalam pengertian Abhidhamma dan Vipasana
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 09:32:52 AM
Jadi rupanya minta keadilan nih??

saya tidak butuh apa-apa disini.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 09:37:34 AM
Apa sih alasan yang sah untuk me-lock suatu topik?
Adanya suatu kontroversi bukan alasan sah untuk me-lock suatu topik, selama kontroversi itu dilakukan dengan cara beradab ...
Kapan suatu topik bisa dikatakan "selesai" ...
Menurut saya, bukan dengan jalan me-lock tanpa alasan sah, melainkan dengan membiarkan sampai tidak ada orang yang kirim posting lagi.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 09:44:10 AM
Pak Hud, alasan lock ini bukan karena ada kontroversi,justru ada kontroversi kita bisa semakin banyak belajar. namun topik ini saya pikir harus disudahi dan dikunci agar berguna untuk orang-orang menilai dan meresapi semua tujuan dari posting Abhidhamma dan Vipassana.

Jika kita membiarkan terbuka, anginnya kencang lho ntar masuk angin harus dikerok lagi, tapi keputusan lock saya serahkan kepada yang bertanggung jawab atas room ini. biar room juga sehat dan tidak terlhiat seperti ladang unjuk rasa.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 09:54:17 AM
Salah satu contoh, Rekan Fabian yang baru masuk dini hari ini, seandainya di-lock sebelumnya, sayang kan, seorang pemeditasi sangat senior seperti itu tidak bisa menyumbangkan pengalamannya. ...
Jadi saya berpendapat, jangan di-lock kecuali ada alasan sah ... yakni penuh dengan junk.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 06 August 2008, 09:58:41 AM
Kalau penuh dengan junk, junker-nya saja yang di-banned. Kenapa harus mengorbankan semua orang yang berdiskusi karena junker?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 06 August 2008, 10:04:03 AM
well, saya sih setuju dengan Pak Hudoyo soal rekan yang posting bermanfaat, hal ini tentunya berpulang kepada kebijakan pembuat thread ini dan Hyang Momod yang ada di atas.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: F.T on 06 August 2008, 10:05:45 AM
Topic tetap di buka, mohon kerjasamanya jg dgn moderator untuk tetap membuka thread ini karena masih mungkin ada anggota2 yg baru bergabung ingin mengemukakan pendapat ataupun bertanya ...

silahkan di lanjutkan bahasan topicnya

:backtotopic:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 06 August 2008, 10:06:21 AM
Kacang2...sosro....ada arahat yg hebat nyaingin Ajahn Brahm ,Pauuk Sayadaw ,Mahasi Sayadaw dan Ajahn2 yg sudah terbukti antara pikiran, perkataan dan perbuatan selaras baru promosi. Kalau Arahat2  ini  terbalik diawal "TANPA USAHA, TANPA TUJUAN,TANPA...TANPA :)) belum apa2 promosi :)). Berani mengkritik tetapi defense ketika dikritik sampai label dilekati kayak lem TIKUS sampai2 mengatakan tidak perlu kebenaran mulia beruas delapan untuk mencapai pencerahan(kata2 Sang Buddha diplesetin ) Ternyata ada kumpulan Arahat jaman modern si KENTUT DARI GOA HANTU :)).

tidak percaya, pasti ada yang comment lagi :)) sebelum mendengar comment mari kita dengarkan iklan berikut ini " ha....ha takut di lock ni ye.....apa takut ngak bisa promosi.....yg pasti sosro tiada duanye " =))



 [at]  nyana, uda yg mesti dikerok karna ada yg masuk angin, kasi aja tolak angin :))

Bye all....Selamat mendengarkan BBC lagi yak. :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 06 August 2008, 10:09:13 AM
Apa ya manfaatnya posting seperti ini? ...  :(
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 06 August 2008, 10:10:56 AM
Untuk saya, tidak ada.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 06 August 2008, 10:12:23 AM
Hush, sesama orang buta sudah cukup ngalor ngidulnya. Silahkan bermeditasi lagi.
 :backtotopic:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 06 August 2008, 10:28:49 AM
Memang tidak ada manfaatnya, namanya juga orang buta ngejunk :))
yuk meditasi lagi.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: F.T on 06 August 2008, 11:21:15 AM
Hm.. Untuk postingan2 berikut yg tdk berhubungan dgn topic akan di delete ... _/\_

:backtotopic:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian on 07 August 2008, 11:21:07 AM
pak Hudoyo yang baik,

Sejak dahulu saya mengagumi pak Hudoyo yang telah saya kenal selama puluhan tahun.. (sejak masih berpraktek di sulawesi) tapi mungkin pak Hudoyo baru mengenal saya baru baru ini, mohon maaf bila saya berbeda pandangan dengan pak Hudoyo. Karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda beda, walaupun semakin lama semakin mengerucut keatas, maksudnya semakin jauh tentu semakin mirip pengalamannya. Ada beberapa hal yang saya setuju dengan pak Hudoyo, tetapi ada juga yang tidak, dan jangan dikaitkan dengan benar atau salah, biarlah kita mengambil ini sebagai suatu tambahan pemahaman.

Prinsip melatih Vipassana diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha dalam mahasatipatthana sutta. Sang Buddha mengatakan "Ekàyano ayam bhikkhave maggo sattànam visuddhiyà" Bhikkhus, this is the one and only way for the purification (of the minds) of beings. Para Bhikkhu ini adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kesucian.

Pada bagian lain yang jelas ada sebagai acuan sikap mental waktu melatih Vipassana Sang Buddha mengatakan dalam Mahasatipatthana sutta: "idha bhikkhave bhikkhu kàye kàyànupassi viharati àtàpi sampajàno satimà vineyya loke abhijjhàdomanassam." yang kurang lebih berarti, "There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world". Inti maksudnya yaitu "Bhikkhu dengan memperhatikan tubuh, dengan penuh semangat (atapi), perhatian murni (sati) dan kewaspadaan (sampajanno)-- melepaskan keserakahan, dan kesedihan yang berkaitan dengan dengan duniawi".

Dalam Malunkyaputta sutta juga viriya ini ditekankan bersama sati, berikut ini saya berikan cuplikan dari Malunkyaputta sutta terjemahan bhikkhu Thanissaro "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief so that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone in seclusion: heedful, ardent, & resolute." lalu setelah Beliau berlatih dengan penuh semangat, mencapai tingkat kesucian Arahat sesuai dengan cuplikan berikut ini "Then Ven. Malunkyaputta, having been admonished by the admonishment from the Blessed One, got up from his seat and bowed down to the Blessed One, circled around him, keeping the Blessed One to his right side, and left. Then, dwelling alone, secluded, heedful, ardent, & resolute, he in no long time reached & remained in the supreme goal of the holy life"
Ardent atau dalam bahasa Palinya atapi berarti penuh semangat.

Jadi semangat (viriya/atapi) dalam berlatih metode Vipassana bukan berasal dari Mahasi Sayadaw atau teknik Mahasi, tetapi mengikuti ajaran Sang Buddha yang tertuang dalam Mahasatipatthana sutta maupun Malunkyputta sutta.

Saya melihat bahwa pak Hudoyo, nampaknya kurang paham pada tulisan saya, saya tidak mengatakan bahwa metode Mahasi Sayadaw menitik beratkan pada konsentrasi dan viriya, dan saya tidak pernah melihatnya demikian. Setahu saya selama seorang meditator memiliki sati yang kuat maka konsentrasinya akan bertambah dari hari ke hari, untuk mengimbangi konsentrasi yang bertambah kuat sebagai hasil dari sati yang kuat maka kita harus memiliki viriya yang cukup untuk mengimbangi konsentrasi tersebut agar tidak mengantuk dan jatuh tertidur. Jadi perlu saya garis bawahi dan konsisten dengan penuturan saya diatas bahwa konsentrasi yang kuat merupakan produk langsung sati yang kuat, sehingga dikatakan bahwa sati dan samadhi sejalan.ini sejalan dengan isi "Kimsuka Sutta (SN XXXV.204) — The Riddle Tree {S iv 191; CDB ii 1251; this sutta corresponds to CDB XXXV.245} [Thanissaro]"

Bila kita berkonsentrasi hanya pada satu objek maka itu adalah samatha, tetapi Vipassana bukan Samatha, Vipassana memiliki banyak objek, tetapi objek utama diperlukan sebagai jangkar, sehingga pikiran tidak mengembara.

Umumnya untuk menambah viriya kita melakukannya dengan tekad.

Pada latihan Vipassana sebenarnya kita mengumpulkan pengalaman.. pengalaman ini juga merupakan parami.. pada pemula yang berlatih Vipassana, yang belum mengerti Vipassana, banyak diantaranya yang justru mengikuti pikiran atau gejolak batinnya. Berlatih metode Mahasi Sayadaw atau berlatih metode meditasi apapun, berusaha memperhatikan tanpa terseret adalah kunci agar fenomena batin maupun jasmani yang muncul menjadi lenyap kembali.

bagaimana caranya agar kita tidak terseret? disini kita harus melihat setiap fenomena batin dan jasmani yang muncul sesuai dengan yang dikatakan oleh pak Hudoyo, yang berdasarkan teori yang diambil dari Bahiya sutta maupun Malunkyaputta sutta. Dalam latihan Vipassana kita harus melihat segala sesuatu hanya sebagai fenomena murni, tidak sebagai bagian dari diri kita, karena sebenarnya yang disebut sebagai kita atau aku hanya kumpulan fenomena belaka, yaitu sanna, sankhara, vinana, vedana dan rupa tidak lebih. Kita menganggap ada "aku" karena selalu apabila batin melakukan kegiatan ia masuk kedalam fenomena itu (terseret) sehingga ia merasa bagian dari fenomena itu dan dengan demikian timbul kesan ada aku atau itu milikku, karena ia terlibat dengan fenomena batin dan jasmani yang muncul, padahal menurut kebenaran tertinggi tak ada aku.

Bagaikan orang yang berada dalam mobil maka ia akan mengganggap ia sebagai bagian dari mobil selama ia berada di dalamnya dan ia tak bisa melihat mobil dari sisi luar, hanya setelah ia keluar dari mobil maka ia dapat melihat mobil dari sisi luar dan tidak merasa sebagai bagian dari mobil tersebut. Anggaplah mobil sebagai fenomena batin dan jasmani.

kembali pada penuturan pak Hudoyo mengenai Bahiya sutta yang pak Hudoyo jadikan acuan, memang nampaknya seolah olah petapa Bahiya mencapai pencerahan seketika setelah mendengar khotbah Sang Buddha. Tetapi proses yang terjadi saya kira tidak sesederhana itu untuk beberapa alasan:
1. Pertapa Bahiya pernah dalam satu kehidupan lampau sebagai  Bhikkhu berlatih Vipassana selama 20.000 tahun hingga akhir hayatnya, kita tidak tahu latihan yang telah ia lakukan pada kehidupan kehidupan yang lain, jadi paraminya luar biasa waktu bertemu dengan Sang Buddha.
2. Dengan kehidupan sebagai pertapa yang ia jalani dan ia merasa yakin bahwa ia telah mencapai pencerahan tentunya ia memiliki suatu keadaan batin yang baik entah apa namanya itu..., karena orang dengan batin yang bergejolak seperti orang biasa atau dengan contoh yang ekstrim seorang kriminal umpamanya, kemungkinan tidak akan menganggap dirinya sebagai Arahat atau orang suci...
3. Setahu saya Y.A. Bahiya, menjadi Arahat bukan dengan seketika, menurut komentar guru guru meditasi, pada waktu itu Beliau melakukan Vipassana dengan sangat cepat, melewati nyana nyana dengan cepat karena sudah sangat berpengalaman di kehidupan lampau.  Kecepatan pencapaian Y.A. Bahiya juga kemungkinan diimbangi kelima faktor batinnya (bala) nya cukup kuat dan seimbang, walaupun Beliau tidak belajar teori mengenai pancabala. sehingga begitu Beliau mengarahkan batinnya maka dengan mudah Beliau melihat jalan... Bagai meditator yang telah terbiasa memasuki Nibbana, dengan cepat memasuki Nibbana setiap kali, bahkan mungkin hanya dalam hitungan detik langsung masuk, karena (Pancabala) batinnya seimbang dan kuat dan ia sudah sangat mengenal jalannya. Sedangkan bagi mereka yang belum pernah masuk, memerlukan waktu berbulan bulan bahkan mungkin tahunan, karena batinnya belum kuat atau belum seimbang.

Betapa mudahnya nampaknya Bahiya sutta, seolah olah hanya dengan mendengar orang mencapai kesucian dan nampaknya seolah olah seketika, ini mungkin disebabkan banyak orang yang tak mengetahui latar belakang Beliau di masa yang lampau, bahwa ia telah berlatih dalam waktu dan cara yang mendirikan bulu roma di masa yang lampau (hanya sebagai informasi bagi teman teman, baca Dhammapada attakatha).
Pak Hud mengatakan bahwa saya belum pernah melatih versi MMD, justru saya kira seorang pemula dalam latihan Vipassana versi apapun sering berlatih versi MMD, yaitu hanya melihat pikiran atau fenomena batin yang lain, tanpa menyadari ia masuk dan terseret. begitu sadar, ia lupa objek utama dan mengamati fenomena lagi dan terseret lagi, begitu seterusnya. Ini karena satinya kurang kuat, oleh karena itu ada metode meditasi yang menghindar memperhatikan pikiran pada tahap awal meditasi dan lebih menekankan untuk memperhatikan perasaan.

fenomena batin dan jasmani yang muncul inilah yang disebut kekotoran batin.. ini yang membuat batin tidak lentur, tidak menurut, entah itu pikiran buruk atau pikiran baik..., selama muncul pikiran atau perasaan maka dikatakan bahwa batinnya belum bersih...

Pada mereka yang batinnya telah murni, telah bersih, kekotoran batin berupa fenomena batin dan jasmani sudah tidak muncul, sehingga dikatakan bahwa batinnya telah murni, telah bersih, batinnya hanya memperhatikan objek utama terus menerus.., ini jika ia memiliki objek utama untuk satinya, bila tidak memiliki objek utama untuk satinya apa yang diperhatikan...?

Selama saya berlatih Vipassana mengikuti metode Mahasi Sayadaw saya tidak melihat bahwa metode Mahasi Sayadaw bertentangan dengan Sutta maupun Abhidhamma, saya mempelajari sutta lebih mendalam setelah saya mempelajari metode meditasi Mahasi Sayadaw, saya melihat bahwa semua aspek yang berkenaan dengan metode meditasi Mahasi sayadaw sejalan dengan Sutta maupun Abhidhamma. Jadi saya mengambil kesimpulan bahwa mahasi Sayadaw tidak menciptakan metode sendiri, tetapi hanya mempopulerkan kembali Vipassana yang berdasarkan Sutta dan Abhidhamma, satu-satunya yang menjadi perbedaan hanya objek utama yang dijadikan jangkar yaitu rasa yang timbul pada kontraksi kembung kempis perut, bukan rasa yang timbul pada keluar masuk napas di ujung hidung.

Maaf, jika saya mengutarakan pandangan yang berbeda dengan pak Hudoyo yang sangat saya kagumi dan hormati.
Dugaan pak Hudoyo mengenai hubungan saya dengan Bhante Thitaketuko memang benar, sayang sekarang ini beliau harus menjaga kondisinya sehingga jarang mau berbicara. jangankan dengan saya, dengan Susan maupun Andrew juga beliau hanya berbicara yang perlu-perlu saja, yang umumnya tak berkaitan Dhamma.

Sukhi hotu,

Fabian.


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 07 August 2008, 12:17:07 PM
pak Hudoyo yang baik,

Sejak dahulu saya mengagumi pak Hudoyo yang telah saya kenal selama puluhan tahun.. (sejak masih berpraktek di sulawesi) tapi mungkin pak Hudoyo baru mengenal saya baru baru ini, mohon maaf bila saya berbeda pandangan dengan pak Hudoyo. Karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda beda, walaupun semakin lama semakin mengerucut keatas, maksudnya semakin jauh tentu semakin mirip pengalamannya. Ada beberapa hal yang saya setuju dengan pak Hudoyo, tetapi ada juga yang tidak, dan jangan dikaitkan dengan benar atau salah, biarlah kita mengambil ini sebagai suatu tambahan pemahaman.

Prinsip melatih Vipassana diuraikan dengan jelas oleh Sang Buddha dalam mahasatipatthana sutta. Sang Buddha mengatakan "Ekàyano ayam bhikkhave maggo sattànam visuddhiyà" Bhikkhus, this is the one and only way for the purification (of the minds) of beings. Para Bhikkhu ini adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kesucian.

Pada bagian lain yang jelas ada sebagai acuan sikap mental waktu melatih Vipassana Sang Buddha mengatakan dalam Mahasatipatthana sutta: "idha bhikkhave bhikkhu kàye kàyànupassi viharati àtàpi sampajàno satimà vineyya loke abhijjhàdomanassam." yang kurang lebih berarti, "There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world". Inti maksudnya yaitu "Bhikkhu dengan memperhatikan tubuh, dengan penuh semangat (atapi), perhatian murni (sati) dan kewaspadaan (sampajanno)-- melepaskan keserakahan, dan kesedihan yang berkaitan dengan dengan duniawi".

Dalam Malunkyaputta sutta juga viriya ini ditekankan bersama sati, berikut ini saya berikan cuplikan dari Malunkyaputta sutta terjemahan bhikkhu Thanissaro "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief so that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone in seclusion: heedful, ardent, & resolute." lalu setelah Beliau berlatih dengan penuh semangat, mencapai tingkat kesucian Arahat sesuai dengan cuplikan berikut ini "Then Ven. Malunkyaputta, having been admonished by the admonishment from the Blessed One, got up from his seat and bowed down to the Blessed One, circled around him, keeping the Blessed One to his right side, and left. Then, dwelling alone, secluded, heedful, ardent, & resolute, he in no long time reached & remained in the supreme goal of the holy life"
Ardent atau dalam bahasa Palinya atapi berarti penuh semangat.

Jadi semangat (viriya/atapi) dalam berlatih metode Vipassana bukan berasal dari Mahasi Sayadaw atau teknik Mahasi, tetapi mengikuti ajaran Sang Buddha yang tertuang dalam Mahasatipatthana sutta maupun Malunkyputta sutta.

Saya melihat bahwa pak Hudoyo, nampaknya kurang paham pada tulisan saya, saya tidak mengatakan bahwa metode Mahasi Sayadaw menitik beratkan pada konsentrasi dan viriya, dan saya tidak pernah melihatnya demikian. Setahu saya selama seorang meditator memiliki sati yang kuat maka konsentrasinya akan bertambah dari hari ke hari, untuk mengimbangi konsentrasi yang bertambah kuat sebagai hasil dari sati yang kuat maka kita harus memiliki viriya yang cukup untuk mengimbangi konsentrasi tersebut agar tidak mengantuk dan jatuh tertidur. Jadi perlu saya garis bawahi dan konsisten dengan penuturan saya diatas bahwa konsentrasi yang kuat merupakan produk langsung sati yang kuat, sehingga dikatakan bahwa sati dan samadhi sejalan.ini sejalan dengan isi "Kimsuka Sutta (SN XXXV.204) — The Riddle Tree {S iv 191; CDB ii 1251; this sutta corresponds to CDB XXXV.245} [Thanissaro]"

Bila kita berkonsentrasi hanya pada satu objek maka itu adalah samatha, tetapi Vipassana bukan Samatha, Vipassana memiliki banyak objek, tetapi objek utama diperlukan sebagai jangkar, sehingga pikiran tidak mengembara.

Umumnya untuk menambah viriya kita melakukannya dengan tekad.

Pada latihan Vipassana sebenarnya kita mengumpulkan pengalaman.. pengalaman ini juga merupakan parami.. pada pemula yang berlatih Vipassana, yang belum mengerti Vipassana, banyak diantaranya yang justru mengikuti pikiran atau gejolak batinnya. Berlatih metode Mahasi Sayadaw atau berlatih metode meditasi apapun, berusaha memperhatikan tanpa terseret adalah kunci agar fenomena batin maupun jasmani yang muncul menjadi lenyap kembali.

bagaimana caranya agar kita tidak terseret? disini kita harus melihat setiap fenomena batin dan jasmani yang muncul sesuai dengan yang dikatakan oleh pak Hudoyo, yang berdasarkan teori yang diambil dari Bahiya sutta maupun Malunkyaputta sutta. Dalam latihan Vipassana kita harus melihat segala sesuatu hanya sebagai fenomena murni, tidak sebagai bagian dari diri kita, karena sebenarnya yang disebut sebagai kita atau aku hanya kumpulan fenomena belaka, yaitu sanna, sankhara, vinana, vedana dan rupa tidak lebih. Kita menganggap ada "aku" karena selalu apabila batin melakukan kegiatan ia masuk kedalam fenomena itu (terseret) sehingga ia merasa bagian dari fenomena itu dan dengan demikian timbul kesan ada aku atau itu milikku, karena ia terlibat dengan fenomena batin dan jasmani yang muncul, padahal menurut kebenaran tertinggi tak ada aku.

Bagaikan orang yang berada dalam mobil maka ia akan mengganggap ia sebagai bagian dari mobil selama ia berada di dalamnya dan ia tak bisa melihat mobil dari sisi luar, hanya setelah ia keluar dari mobil maka ia dapat melihat mobil dari sisi luar dan tidak merasa sebagai bagian dari mobil tersebut. Anggaplah mobil sebagai fenomena batin dan jasmani.

kembali pada penuturan pak Hudoyo mengenai Bahiya sutta yang pak Hudoyo jadikan acuan, memang nampaknya seolah olah petapa Bahiya mencapai pencerahan seketika setelah mendengar khotbah Sang Buddha. Tetapi proses yang terjadi saya kira tidak sesederhana itu untuk beberapa alasan:
1. Pertapa Bahiya pernah dalam satu kehidupan lampau sebagai  Bhikkhu berlatih Vipassana selama 20.000 tahun hingga akhir hayatnya, kita tidak tahu latihan yang telah ia lakukan pada kehidupan kehidupan yang lain, jadi paraminya luar biasa waktu bertemu dengan Sang Buddha.
2. Dengan kehidupan sebagai pertapa yang ia jalani dan ia merasa yakin bahwa ia telah mencapai pencerahan tentunya ia memiliki suatu keadaan batin yang baik entah apa namanya itu..., karena orang dengan batin yang bergejolak seperti orang biasa atau dengan contoh yang ekstrim seorang kriminal umpamanya, kemungkinan tidak akan menganggap dirinya sebagai Arahat atau orang suci...
3. Setahu saya Y.A. Bahiya, menjadi Arahat bukan dengan seketika, menurut komentar guru guru meditasi, pada waktu itu Beliau melakukan Vipassana dengan sangat cepat, melewati nyana nyana dengan cepat karena sudah sangat berpengalaman di kehidupan lampau.  Kecepatan pencapaian Y.A. Bahiya juga kemungkinan diimbangi kelima faktor batinnya (bala) nya cukup kuat dan seimbang, walaupun Beliau tidak belajar teori mengenai pancabala. sehingga begitu Beliau mengarahkan batinnya maka dengan mudah Beliau melihat jalan... Bagai meditator yang telah terbiasa memasuki Nibbana, dengan cepat memasuki Nibbana setiap kali, bahkan mungkin hanya dalam hitungan detik langsung masuk, karena (Pancabala) batinnya seimbang dan kuat dan ia sudah sangat mengenal jalannya. Sedangkan bagi mereka yang belum pernah masuk, memerlukan waktu berbulan bulan bahkan mungkin tahunan, karena batinnya belum kuat atau belum seimbang.

Betapa mudahnya nampaknya Bahiya sutta, seolah olah hanya dengan mendengar orang mencapai kesucian dan nampaknya seolah olah seketika, ini mungkin disebabkan banyak orang yang tak mengetahui latar belakang Beliau di masa yang lampau, bahwa ia telah berlatih dalam waktu dan cara yang mendirikan bulu roma di masa yang lampau (hanya sebagai informasi bagi teman teman, baca Dhammapada attakatha).
Pak Hud mengatakan bahwa saya belum pernah melatih versi MMD, justru saya kira seorang pemula dalam latihan Vipassana versi apapun sering berlatih versi MMD, yaitu hanya melihat pikiran atau fenomena batin yang lain, tanpa menyadari ia masuk dan terseret. begitu sadar, ia lupa objek utama dan mengamati fenomena lagi dan terseret lagi, begitu seterusnya. Ini karena satinya kurang kuat, oleh karena itu ada metode meditasi yang menghindar memperhatikan pikiran pada tahap awal meditasi dan lebih menekankan untuk memperhatikan perasaan.

fenomena batin dan jasmani yang muncul inilah yang disebut kekotoran batin.. ini yang membuat batin tidak lentur, tidak menurut, entah itu pikiran buruk atau pikiran baik..., selama muncul pikiran atau perasaan maka dikatakan bahwa batinnya belum bersih...

Pada mereka yang batinnya telah murni, telah bersih, kekotoran batin berupa fenomena batin dan jasmani sudah tidak muncul, sehingga dikatakan bahwa batinnya telah murni, telah bersih, batinnya hanya memperhatikan objek utama terus menerus.., ini jika ia memiliki objek utama untuk satinya, bila tidak memiliki objek utama untuk satinya apa yang diperhatikan...?

Selama saya berlatih Vipassana mengikuti metode Mahasi Sayadaw saya tidak melihat bahwa metode Mahasi Sayadaw bertentangan dengan Sutta maupun Abhidhamma, saya mempelajari sutta lebih mendalam setelah saya mempelajari metode meditasi Mahasi Sayadaw, saya melihat bahwa semua aspek yang berkenaan dengan metode meditasi Mahasi sayadaw sejalan dengan Sutta maupun Abhidhamma. Jadi saya mengambil kesimpulan bahwa mahasi Sayadaw tidak menciptakan metode sendiri, tetapi hanya mempopulerkan kembali Vipassana yang berdasarkan Sutta dan Abhidhamma, satu-satunya yang menjadi perbedaan hanya objek utama yang dijadikan jangkar yaitu rasa yang timbul pada kontraksi kembung kempis perut, bukan rasa yang timbul pada keluar masuk napas di ujung hidung.

Maaf, jika saya mengutarakan pandangan yang berbeda dengan pak Hudoyo yang sangat saya kagumi dan hormati.
Dugaan pak Hudoyo mengenai hubungan saya dengan Bhante Thitaketuko memang benar, sayang sekarang ini beliau harus menjaga kondisinya sehingga jarang mau berbicara. jangankan dengan saya, dengan Susan maupun Andrew juga beliau hanya berbicara yang perlu-perlu saja, yang umumnya tak berkaitan Dhamma.

Sukhi hotu,

Fabian.





=D>   ^:)^      excellent
Itulah sebenarnya vipasanna melihat realita sebenarnya _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 07 August 2008, 03:43:33 PM
apakah setiap fenomena bathin muncul lantas menjadi kekotoran bathin ? Bagaimana kalau fenomena ini muncul hanya sampai pada persepsi murni dan berhenti ?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian on 07 August 2008, 06:43:50 PM
apakah setiap fenomena bathin muncul lantas menjadi kekotoran bathin ? Bagaimana kalau fenomena ini muncul hanya sampai pada persepsi murni dan berhenti ?

setiap ada persepsi itu merupakan kekotoran batin, batin yang telah bersih tidak timbul respon terhadap suatu fenomena apapun yang muncul, jadi ia hanya melihat atau mengetahui atau menyadari saja, umumnya guru meditasi mengatakan sebagai "knowing mind" setiap ada impuls atau gejolak batin walau kecil, batin menjadi tidak bersih.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 07 August 2008, 07:09:19 PM
apakah setiap fenomena bathin muncul lantas menjadi kekotoran bathin ? Bagaimana kalau fenomena ini muncul hanya sampai pada persepsi murni dan berhenti ?

setiap ada persepsi itu merupakan kekotoran batin, batin yang telah bersih tidak timbul respon terhadap suatu fenomena apapun yang muncul, jadi ia hanya melihat atau mengetahui atau menyadari saja, umumnya guru meditasi mengatakan sebagai "knowing mind" setiap ada impuls atau gejolak batin walau kecil, batin menjadi tidak bersih.

Bisakah hal tersebut berlaku dalam aktivitas sehari-hari? Khususnya ketika kita berinteraksi terhadap orang2 sekitar kita.

 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 07 August 2008, 08:24:44 PM
Rekan Fabian yang baik,

Terima kasih banyak atas penjelasan Anda mengenai pribadi Anda dan mengenai praktik vipassana Anda. ... Dari uraian Anda jelas bahwa ada kesamaan-kesamaan tertentu antara praktik Anda dan praktik saya, tetapi juga ada perbedaan-perbedaan, suatu hal yang amat wajar. ... Untuk menyingkat tulisan saya, saya hanya akan menyoroti perbedaannya saja. ...

* Tentang rujukan: sebagai pemeditasi vipassana Mahasi, Anda menggunakan rujukan Mahasatipatthana-sutta. Saya tidak menggunakan rujukan itu, yang oleh Buddhadasa Mahathera dikatakan "sekadar sederetan teknik meditasi". Saya menggunakan Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta sebagai rujukan MMD. ... Tentang istilah 'ekayano maggo' yang Anda terjemahkan sebagai "satu-satunya jalan", saya merasa tidak ada maksud Sang Buddha untuk bersikap eksklusif seperti itu, atau ungkapan itu bukan berasal dari mulut Sang Buddha. Dalam pemahaman saya, kebebasan dari atta bisa dicapai melalui banyak jalan, bukan hanya melalui apa yang ditampilkan dalam Mahasatipatthana-sutta saja; bahkan bisa juga dicapai dalam agama-agama lain di luar agama Buddha. Bhikkhu Thanissaro juga mengubah tafsiran atas istilah 'ekayano maggo', bukan sebagai 'satu-satunya jalan', melainkan sebagai 'jalan langsung' (the direct path).

* Tentang sifat praktik: terlihat jelas bahwa praktik vipassana Mahasi, yang bersumber dari Mahasatipatthana-sutta, itu menekankan 'usaha' dan 'konsentrasi'; siapa pun yang membaca Mahasatipatthana-sutta bisa melihat jelas hal itu.  Sedangkan dalam MMD, yang merujuk pada Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta, tuntunan vipassana yang diberikan oleh Sang Buddha sama sekali tidak menyebut-nyebut tentang 'usaha' dan 'konsentrasi'. ... Hal ini sudah saya singgung panjang lebar dalam posting saya terdahulu kepada Anda, dan tidak perlu saya ulangi lagi di sini. ... Tentang kata-kata Malunkyaputta, "Saya ingin berlatih dengan penuh semangat", dan "refrain" dalam Malunkyaputta-sutta, yang menyiratkan adanya 'usaha', itu tidak saya anggap menjadi bagian dari tuntunan vipassana oleh Sang Buddha kepada Malunkyaputta. 'Refrain" seperti itu sangat sering muncul dalam berbagai sutta, sehingga saya menganggap itu adalah pengertian umum para bhikkhu penghafal Tipitaka terhadap hakikat vipassana, dan sekali lagi, tidak ada kaitannya dengan tuntunan vipassana Sang Buddha itu sendiri kepada Malunkyaputta. .. Jadi kesimpulan saya: Mahasatipatthana-sutta menekankan 'usaha', sedangkan tuntunan vipassana oleh Sang Buddha dalam Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta tidak menyebut-nyebut sama sekali tentang perlunya 'usaha'. ... Bagi saya, setiap 'usaha' apa pun tidak terlepas dari atta ... dan tidak ada 'usaha' apa pun dari atta bisa mencapai 'anatta'. Itulah yang saya tekankan dalam tuntunan MMD.

* Selanjutnya, dalam paragraf tentang konsentrasi, viriya, tekad, dan sati, tampaknya Anda berpegang pada ajaran panca-balani, di mana perlu diteliti terus-menerus keseimbangan antara samadhi dan viriya, saddha dan panna. Di dalam MMD, semua hal-hal itu tidak relevan dipikirkan/diperhatikan, karena di dalam MMD tidak ada yang dicari, tidak perlu mengupayakan ini-itu untuk mencapai sesuatu. Oleh karena itu, seperti sudah saya uraikan panjang lebar dalam posting terdahulu, dalam MMD juga tidak ada 'obyek utama' sebagai fokus konsentrasi. Hal ini sudah saya uraikan panjang lebar dalam posting terdahulu.

Di dalam MMD, apa yang dinamakan "pengalaman" tidak dilihat sebagai "harta spiritual" dari si aku (atta). ... Di dalam MMD, orang tidak mengumpulkan "pengalaman" apa pun; alih-alih ia melepas semua hal, termasuk "pengetahuan" & "pengalaman" yang diperolehnya di masa lampau, yang hanya akan memperkuat si aku (atta). ... Lagi-lagi dalam MMD, tidak ada "usaha' untuk 'memperhatikan tanpa terseret', karena 'memperhatikan tanpa terseret' itu tidak bisa dicapai dengan 'usaha'. ... Selama orang 'berusaha' untuk 'memperhatikan tanpa terseret', ia tidak 'memperhatikan', karena ia melekat pada 'usahanya' itu.

* Salah satu perbedaan mendasar di antara pemahaman kita terhadap vipassana adalah pernyataan Anda, "Dalam latihan Vipassana kita harus melihat segala sesuatu hanya sebagai fenomena murni, tidak sebagai bagian dari diri kita, karena sebenarnya yang disebut sebagai kita atau aku hanya kumpulan fenomena belaka, yaitu sanna, sankhara, vinana, vedana dan rupa tidak lebih." ... Ini persis uraian dalam Mahasatipatthana-sutta dan Visuddhi-magga, yang melandasi praktik vipassana dengan teori anatta dan pancakkhandha. ... Dalam MMD, pengamatan tidak dilandasi teori tentang anatta dan panca-kkhandha. ... Justru sebaliknya, dalam MMD, disadari bahwa setiap kali pikiran bergerak, termasuk pikiran yang berteori itu, itu tidak lebih dari atta yang bergerak ... kali ini atta yang merasa menguasai teori Buddha-Dhamma, atta yang merasa melakukan vipassana. ... Dalam Mulapariyaya-sutta, yang menjadi salah satu sutta rujukan penting dalam MMD, Sang Buddha menjelaskan bahwa dalam batin seorang puthujjana setiap pikiran selalu menciptakan atta. ... Jadi dalam MMD ditekankan pada penyadaran terhadap gerak pikiran sebagai atta ... apa yang Anda uraikan itu tidak lebih dari pikiran ... dan pikiran adalah atta. ... Jadi, MMD menyadari terus-menerus munculnya atta sebagai pikiran ... bukan berteori tentang anatta dan pancakkhandha ... sampai pada suatu titik tercapailah khanika-samadhi, di mana pikiran/teori Buddha-Dhamma tidak muncul lagi, tidak menyeret lagi ... dan orang masuk dalam berhentinya pikiran sebagaimana dimaksudkan oleh Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta. ... Jadi singkatnya, Mahasatipatthana-sutta bertumpu pada teori anatta & pancakkhandha, MMD (Malunkyaputta-sutta) mulai dengan melihat fakta badan & batin, terutama pikiran yang menciptakan atta, tanpa teori apa pun. ... Para praktisi MMD yang berasal dari berbagai agama tidak perlu belajar teori Buddha-Dhamma untuk bisa menjalankan MMD. ...

* Tentang pencapaian Bahiya, saya tidak mempersoalkan parami Bahiya. Apalagi informasi itu tercantum dalam kitab-kitab Komentar, yang ditulis seribu tahun setelah zaman Sang Buddha. Itu tidak relevan bagi pemeditasi MMD, karena tuntunan yang sama diberikan pula oleh Sang Buddha kepada Malunkyaputta, yang mempunyai parami sangat berbeda dengan Bahiya. ... Ukuran bagi pemeditasi MMD adalah seberapa jauh ia memahami dan mampu menerapkan tuntunan Sang Buddha itu dalam praktiknya, bukan mempersoalkan parami orang lain. ... Kalau ia mampu memahami dan menerapkan tuntunan Sang Buddha kepada Bahiya, maka MMD cocok baginya ... kalau tidak mampu, dan terus terseret oleh teori anatta dan pancakkhandha, oleh usaha dan konsentrasi ... maka MMD tidak cocok baginya.

Saya mengatakan Anda belum mengenal MMD, justru karena perbedaan-perbedaan paham di antara Anda dan saya mengenai seluk-beluk vipassana di atas. Kalau orang sudah mengenal MMD, ia akan sependapat dengan saya ... kalau tidak ia akan mencari metode lain ... Perbedaan-perbedaan paham seperti 'konsentrasi', 'obyek utama', 'usaha' dsb itu membuat saya menyimpulkan bahwa Anda belum mengenal MMD. ... Orang yang mengenal MMD ia akan bisa masuk ke dalam khanika-samadhi tanpa perlu 'usaha', 'konsentrasi' dan 'obyek utama' ... sebagaimana testimoni ketiga teman yang saya tampilkan sebelum ini. ... Anda masih bertanya terus, "Bila tidak memiliki objek utama untuk satinya apa yang diperhatikan?" ... Pertanyaan ini jelas menunjukkan bahwa Anda tidak/belum mengenal MMD ... Anda tidak bisa memahami pengalaman teman-teman yang mampu masuk ke dalam khanika-samadhi tanpa 'konsentrasi' pada 'obyek utama'. ... Semua itu wajar saja, karena Anda sudah berpuluh tahun menjalankan vipassana versi Mahasi Sayadaw ... jadi saya tidak mengharapkan Anda bisa memahami MMD, sebelum Anda membongkar seluruh teknik Mahasi Sayadaw yang Anda praktikkan (seperti dilakukan oleh beberapa teman yang testimoninya saya tampilkan dalam posting-posting terdahulu) ...

Anda menyatakan, "Selama saya berlatih Vipassana mengikuti metode Mahasi Sayadaw saya tidak melihat bahwa metode Mahasi Sayadaw bertentangan dengan Sutta maupun Abhidhamma." ... Saya tidak mempersoalkan itu. ... Silakan saja Anda membuat justifikasi untuk membenarkan metode vipassana yang Anda gunakan ... seperti para pemeditasi vipassana versi Goenka membuat justifikasi yang sama ... seperti saya membuat justifikasi yang sama tentang MMD ... Marilah kita berdiri pada jalan kita masing-masing tanpa mengomentari jalan orang lain kalau tidak dipahaminya ...

* Satu hal yang saya belum mendengar dari Anda: saya menyatakan bahwa tidak ada satu metode vipassana mana pun yang cocok untuk SEMUA orang ... Anda belum menanggapi pendapat saya ini. Bagaimana? ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 07 August 2008, 09:31:06 PM
* Satu hal yang saya belum mendengar dari Anda: saya menyatakan bahwa tidak ada satu metode vipassana mana pun yang cocok untuk SEMUA orang ... ? ...

Salam,
hudoyo

Saya setuju dengan pendapat ini karena tingkat bathin dan "benang merah" setiap individu berbeda beda.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 08 August 2008, 01:33:19 AM
* Satu hal yang saya belum mendengar dari Anda: saya menyatakan bahwa tidak ada satu metode vipassana mana pun yang cocok untuk SEMUA orang ... ? ...
Salam,
hudoyo

Saya setuju dengan pendapat ini karena tingkat bathin dan "benang merah" setiap individu berbeda beda.

 _/\_

Hayo, para pemeditasi vipassana versi Mahasi, versi Goenka dll. Bagaimana pendapat Anda tentang pernyataan saya itu?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 08 August 2008, 04:39:50 PM
sudah jelaskan? Sang Buddha mengajar dg berbagai macam cara... yg bahkan dari sesama Tipitaka saja bisa timbul berbagai variasi vipassana sebagai MMD, Mahasi, Goenka, dll... (belum lagi guru meditator yg tidak ternama :P )

jd menurut saya tidak ada "the only path" utk pencerahan...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Arale on 08 August 2008, 04:44:25 PM
Apapun "path" nya, intinya adalah jalan mulia berfaktor delapan. seperti iklan minuman aja yah
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 08 August 2008, 04:58:19 PM
ya, dari banyaknya metoda vipassana itu, semuanya sejalan dengan JMB-8
tidak ada yg mengatakan JMB-8 tidak perlu, atau bukan dari mulut Sang Buddha.

Bahkan Goenka, yg jelas2 agama lahirnya adalah Agama Hindu, membabarkan Ajaran2 Siddharta dalam ceramah2 meditasinya, termasuk JMB-8 (bahkan Goenka sangat menekankan pentingnya Sila Samadhi dan Panna).

---

Apapun metoda meditasi, metoda tsb pasti menyertai / memberi bimbingan terhadap kehidupan sehari2 praktisinya. Sejauh yg saya tau, semua metoda meditasi Vipassana menekankan perlunya perbaikan moral dan pemantapan konsentrasi untuk menunjang vipassana.

Hanya MMD yg mengatakan tidak perlu menjaga moralitas, tidak perlu berusaha berbuat baik. Hanya MMD yg mengajarkan moralitas tidak mendukung pembebasan.

Kalau MMD mengajarkan moralitas dan perbuatan2 baik diperlukan dalam mengiringi vipassana, maka MMD sejalan dengan Buddhism.

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 08 August 2008, 05:23:00 PM
ya, dari banyaknya metoda vipassana itu, semuanya sejalan dengan JMB-8
tidak ada yg mengatakan JMB-8 tidak perlu, atau bukan dari mulut Sang Buddha.

Bahkan Goenka, yg jelas2 agama lahirnya adalah Agama Hindu, membabarkan Ajaran2 Siddharta dalam ceramah2 meditasinya, termasuk JMB-8 (bahkan Goenka sangat menekankan pentingnya Sila Samadhi dan Panna).

---

Apapun metoda meditasi, metoda tsb pasti menyertai / memberi bimbingan terhadap kehidupan sehari2 praktisinya. Sejauh yg saya tau, semua metoda meditasi Vipassana menekankan perlunya perbaikan moral dan pemantapan konsentrasi untuk menunjang vipassana.

Hanya MMD yg mengatakan tidak perlu menjaga moralitas, tidak perlu berusaha berbuat baik. Hanya MMD yg mengajarkan moralitas tidak mendukung pembebasan.

Kalau MMD mengajarkan moralitas dan perbuatan2 baik diperlukan dalam mengiringi vipassana, maka MMD sejalan dengan Buddhism.

::

awal pertanyaan saya kepada pak hudoyo juga tentang apakah MMD itu sejalan dengan ajaran BUDDHIS ? yang kemudian berkembang menjadi topik APAKAH JM-8 bisa membawa pembebasan ? Pada akhirnya saya tahu persis (internal pribadi) apakah sejalan atau tidak. Ketika masing-masing pihak mempertahankan argumennya, PEMAHAMAN saya tidak saya ungkapkan lagi. Cukup saya sendiri tahu apa yang menjadi "persepsi" saya terhadap pendapat dari masing-masing member diskusi di dhammacitta ini.

Salam...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 08 August 2008, 07:51:10 PM
Intinya Pa Hudoyo mau supaya kalian tidak terlalu mengkotak2kan/mengeklusivekan bahwa hanya JMB-8 yang bisa mencapai pencerahan yang lain tidak.
Jangan terlalu kaku dan fanatik terhadap satu ajaran yang nantinya akan jadi bumerang bagi diri sendiri dan ajaran itu :)

Serius mode=on :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 08 August 2008, 08:23:41 PM
Apapun "path" nya, intinya adalah jalan mulia berfaktor delapan. seperti iklan minuman aja yah

apa itu JM8?
kita mungkin bisa mengatakan pengertian benar, xxx benar... bla bla bla...
itu adalah sesuatu yg relatif (bukan kebenaran). saya yakin dari 10 orang di sini, apabila diberikan selembar kertas utk menjelaskan pengertian benar (apalagi konsentrasi benar) akan memberikan jawaban yg berbeda pula. Disinilah inti masalahnya... (dan bahkan jika dunia sudah membakukan definisinya, tetap saja seseorang tidak tercerahkan dg membaca, menghafal, mengulanginya terus). pemahaman JM8 ternyata bagi setiap individu dapat berbeda karena itu hanyalah label.
seseorang mungkin telah tercerahkan sebelumnya & kemudian menjelaskan kepada kita apa kebenaran yg ditemukannya, 4KM ataupun JM8. 4KM ataupun JM8 seperti telunjuk orang yg tercerahkan tsb utk menjelaskan kebenaran. bukan kebenaran itu sendiri. pada akhirnya kita harus menemukan sendiri kebenaran itu (mungkin dg bantuan petunjuk seperti 4KM dan JM8) :)

menurut saya, yg diperlukan bukanlah 4KM dan JM8 (atau yg lainnya), melainkan menemukan sendiri kebenaran itu.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 08 August 2008, 08:52:38 PM
Menurut Sutta Dhammacakka

4KM
1. Dukkha -> untuk dipahami
2. Sumber Dukhha -> untuk dilenyapkan
3. Lenyapnya Dukkha -> untuk dicapai
4. Jalan menuju Lenyapnya Dukkha -> untuk dipraktikkan/dikembangkan

dalam No.4 itu diuraikan lagi metode Sang Jalan dalam formulasi Jalan Mulia Berfaktor 8,

Ini adalah dari Ajaran Buddha, yang selalu diulang-ulang dalam berbagai Sutta

Kita boleh saja berusaha menmukan sendiri, tapi bukankah akan lebih mudah kalo udah ada bocoran yang telah diajarkan oleh Sang Buddha, kita tinggal mempraktikkan Ajaran Buddha tanpa harus bersusah-payah menemukan sendiri. dan banyak para siswa yang telah membuktikan ajaran Buddha dan sukses mencapai kesucian, itulah sebabnya Sang Buddha disebut Guru para dewa dan manusia.

 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sukma Kemenyan on 08 August 2008, 09:30:32 PM
Gak perlu itu JMB8...
Gak perlu...

Lha wong ga ada aku...
kalao ndak ada aku...
Ya ndak ada Dukkha...
Siapa yg ngerasain Dukkha...
Siapa yg mengalami Dukkha...

Tapi sayangnya...
Aku itu exists... Aku itu tidak padam sempurna...

dan ketika aku bergelora kembali...
Pikiran mulai mencoba menganalisa sensasi "aku yang padam sementara" sebagai absolute truth...
Pikiran mulai "candu" akan sensasi "aku yang padam"...
Pikiran mulai mengolah agar segera mendapatkan "candu"...

Aku yang redup kini semakin membara besar,
terlalu besar sehingga tak terdeteksi, tak terlihat, tak terasa...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 08 August 2008, 09:33:13 PM
Gak perlu itu JMB8...
Gak perlu...

Lha wong ga ada aku...
kalao ndak ada aku...
Ya ndak ada Dukkha...
Siapa yg ngerasain Dukkha...
Siapa yg mengalami Dukkha...

Tapi sayangnya... Aku itu exists
Jadi sebenarnya ENGKAU ada atau tidak?
Kok mbulet?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 08 August 2008, 09:46:55 PM
Yah ada atuh, Mau masuk surga gak :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 08 August 2008, 09:50:28 PM
Apapun "path" nya, intinya adalah jalan mulia berfaktor delapan. seperti iklan minuman aja yah

apa itu JM8?
kita mungkin bisa mengatakan pengertian benar, xxx benar... bla bla bla...
itu adalah sesuatu yg relatif (bukan kebenaran). saya yakin dari 10 orang di sini, apabila diberikan selembar kertas utk menjelaskan pengertian benar (apalagi konsentrasi benar) akan memberikan jawaban yg berbeda pula. Disinilah inti masalahnya... (dan bahkan jika dunia sudah membakukan definisinya, tetap saja seseorang tidak tercerahkan dg membaca, menghafal, mengulanginya terus). pemahaman JM8 ternyata bagi setiap individu dapat berbeda karena itu hanyalah label.
seseorang mungkin telah tercerahkan sebelumnya & kemudian menjelaskan kepada kita apa kebenaran yg ditemukannya, 4KM ataupun JM8. 4KM ataupun JM8 seperti telunjuk orang yg tercerahkan tsb utk menjelaskan kebenaran. bukan kebenaran itu sendiri. pada akhirnya kita harus menemukan sendiri kebenaran itu (mungkin dg bantuan petunjuk seperti 4KM dan JM8) :)

menurut saya, yg diperlukan bukanlah 4KM dan JM8 (atau yg lainnya), melainkan menemukan sendiri kebenaran itu.
Numpang promosi lagi Utk penjelasan JMB8 dari sang Buddha itu ada disini
http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html

Jangan pakai patokan sendiri2x nanti jadi kaco. pake dari sumbernya
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 09 August 2008, 04:32:41 AM
sudah jelaskan? Sang Buddha mengajar dg berbagai macam cara... yg bahkan dari sesama Tipitaka saja bisa timbul berbagai variasi vipassana sebagai MMD, Mahasi, Goenka, dll... (belum lagi guru meditator yg tidak ternama :P )

jd menurut saya tidak ada "the only path" utk pencerahan...

 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 09 August 2008, 04:45:42 AM
Kulonuwun...
Ini diskusinya kayaknya nggak pernah berujung yah? Kadang kadang saya heran dengan orang yang menganggap Abhidhamma sebagai tafsir...  :( kalau memang benar itu hasil tafsir bukan berdasarkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman bermeditasi, maka luar biasa sekali pemikir pemikir Abhidhamma itu, yang bisa berpikir sehebat itu, bisa mengetahui impulse-impulse batin yang halus yang disebut sankhara, bisa mengetahui kelompok kelompok materi yang sangat kecil yang bahkan tidak nampak dengan mikroskop.

Dalam sejarah agama Buddha ada beberapa versi Abhidhamma/Abhidharma. Yang masih ada sampai sekarang adalah Abhidhamma Theravada dan Abhidharma Sarvastivada; kedua sekte itu sama-sama termasuk dalam 18 sekte Hinayana pada awal sejarah agama Buddha.

Kedua versi Abhidhamma/Abhidharma itu sangat berbeda satu sama lain: jumlah citta sangat berbeda, malah klasifikasi juga sangat berbeda; dalam Abhidhamma klasifikasi dhamma ada empat: rupa, citta, cetasika, nibbana, dalam Abhidharma Sarvastivada lain sekali. Jadi mana yang benar???...

Itulah sebabnya saya mengatakan, baik Abhidhamma Theravada maupun Abhidharma Sarvastivada merupakan usaha pikiran manusia (tafsiran) untuk mendeskripsikan pengalaman meditasi. Pengalaman meditasinya SAMA, kalau itu vipassana, yaitu khanika-samadhi. Tapi tafsirannya, klasifikasinya, deskripsinya bisa berbeda-beda. ... Jadi jangan mencampuradukkan deskripsi pengalaman meditasi dengan pengalaman meditasi itu sendiri. ... Teori Abhidhamma tidak lebih dari sekadar "telunjuk" yang menunjuk ke "rembulan". Jangan mencampuradukkan "telunjuk" dan "rembulan", lalu menganggap "telunjuk" itu sebagai "rembulan", sebagai kebenaran. "Telunjuk" Theravada berbeda dengan "telunjuk" Sarvastivada, tapi "rembulannya" sama.

Salam,
hudoyo
Title: Apakah metta itu suatu kelekatan?
Post by: hudoyo on 09 August 2008, 04:57:47 AM
Saya mau tanya. Jadi semua reaksi, sudah pasti kemelekatan (atau kebencian)? Bagaimana jika melihat sesuatu, timbul metta/karunna/mudita?

Ya, metta, karuna dsb itu kelekatan juga selama masih ada atta/aku.
Coba baca kembali "Karaniya Metta Sutta" ... di situ diberikan contoh metta: "Bagaikan seorang ibu yang mencintai anak tunggalnya ... [bersedia berkorban demi anaknya dsb dsb]" ... Itukah metta Buddhis? ... Menurut saya, itu mah cinta dari ego ibu itu? ... Bisakah ibu itu mencintai anak-anak lain yang bukan anak tunggalnya? ... Sukar, selama ia masih mempunyai aku....

Nah, pertanyaan selanjutnya, apakah perumpamaan "cinta ibu kepada anak tunggalnya" itu datang dari Sang Buddha? ... Menurut saya, setiap orang yang mau berpikir sedikit bisa saja membuat perumpamaan seperti itu. Tidak perlu kemampuan seorang Buddha untuk mengatakannya. ... Tapi hanya seorang Buddha atau Krishnamurti bisa bicara tentang 'metta tanpa-aku' ... yang tidak ada perumpamaan apa pun bisa dipakai untuk mendeskripsikannya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 09 August 2008, 05:17:14 AM
...Disinilah diperlukannya kerendahan hati melihat suatu realita daripada ego kita sendiri dengan belajar dari orang yg sudah telah mencapai nibbana atau sudah terbukti pencapaianya. ...Renungkanlah!

Siapa "orang yg sudah telah mencapai nibbana" itu? Sang Buddha, bukan. Siapa pula "orang yang sudah terbukti pencapaianya"? Sang Buddha lagi, kan. Atau ada orang lain? ... Nah, bagaimana caranya belajar dari Sang Buddha? Dengan menelan begitu saja seluruh isi buku Tipitaka Pali? ... Nanti dulu. Gunakan Kalama-sutta.

hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 09 August 2008, 05:38:20 AM
Apapun "path" nya, intinya adalah jalan mulia berfaktor delapan. seperti iklan minuman aja yah

:)) :)) :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 09 August 2008, 05:46:43 AM
Intinya Pa Hudoyo mau supaya kalian tidak terlalu mengkotak2kan/mengeklusivekan bahwa hanya JMB-8 yang bisa mencapai pencerahan yang lain tidak.
Jangan terlalu kaku dan fanatik terhadap satu ajaran yang nantinya akan jadi bumerang bagi diri sendiri dan ajaran itu :)

Serius mode=on :))

 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 09 August 2008, 05:57:34 AM
Menurut Sutta Dhammacakka

4KM
1. Dukkha -> untuk dipahami
2. Sumber Dukhha -> untuk dilenyapkan
3. Lenyapnya Dukkha -> untuk dicapai
4. Jalan menuju Lenyapnya Dukkha -> untuk dipraktikkan/dikembangkan

dalam No.4 itu diuraikan lagi metode Sang Jalan dalam formulasi Jalan Mulia Berfaktor 8,

Ini adalah dari Ajaran Buddha, yang selalu diulang-ulang dalam berbagai Sutta

Kita boleh saja berusaha menmukan sendiri, tapi bukankah akan lebih mudah kalo udah ada bocoran yang telah diajarkan oleh Sang Buddha, kita tinggal mempraktikkan Ajaran Buddha tanpa harus bersusah-payah menemukan sendiri. dan banyak para siswa yang telah membuktikan ajaran Buddha dan sukses mencapai kesucian, itulah sebabnya Sang Buddha disebut Guru para dewa dan manusia.

 _/\_

AMIN.  :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 09 August 2008, 06:01:30 AM
Gak perlu itu JMB8...
Gak perlu...

Lha wong ga ada aku...
kalao ndak ada aku...
Ya ndak ada Dukkha...
Siapa yg ngerasain Dukkha...
Siapa yg mengalami Dukkha...

Tapi sayangnya...
Aku itu exists... Aku itu tidak padam sempurna...

dan ketika aku bergelora kembali...
Pikiran mulai mencoba menganalisa sensasi "aku yang padam sementara" sebagai absolute truth...
Pikiran mulai "candu" akan sensasi "aku yang padam"...
Pikiran mulai mengolah agar segera mendapatkan "candu"...

Aku yang redup kini semakin membara besar,
terlalu besar sehingga tak terdeteksi, tak terlihat, tak terasa...

Isinya tidak lebih daripada ketidakmengertian disertai penolakan dan kebencian, sehingga terjadi pemutarbalikan.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 09 August 2008, 06:07:02 AM
Numpang promosi lagi Utk penjelasan JMB8 dari sang Buddha itu ada disini
http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html
Jangan pakai patokan sendiri2x nanti jadi kaco. pake dari sumbernya

Numpang promosi juga. Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha tidak mengajarkan JMB8 kepada seorang yang sebelumnya adalah non-Buddhis. Setidak-tidaknya kepada dua orang, Bahiya dan Bhikkhu Malunkyaputta, Sang Buddha mengajarkan jalan vipassana tanpa melalui JMB8.
Setiap orang bebas memahami ajaran Sang Guru dengan pikirannya sendiri. Dalam Tipitaka Pali sendiri sudah ada contohnya saran untuk vipassana tanpa melalui JMB8.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 09 August 2008, 06:34:28 AM
Maaf yak pak mo nanya, sebenarnya menurut bapak MMD itu seperti apa yah?, karena bapak mengajar MMD saya merasa bapak begitu mati2an mempertahankan bahwa hanya metoda MMD lah yang paling mendekati ajaran sang Buddha sedangkan JMB-8 bapak tolak mati2an bukan ajaran sang BuDdHa. Kalao melihat2 postingan bapak nanti malah jadi terlihat oleh pembaca seperti MMD itu the only way untuk berhenti pikiran/Nibbana dan pengajar meditasi yang lain tidak lho pak.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 09 August 2008, 06:53:59 AM
Numpang promosi lagi Utk penjelasan JMB8 dari sang Buddha itu ada disini
http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html
Jangan pakai patokan sendiri2x nanti jadi kaco. pake dari sumbernya

Numpang promosi juga. Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha tidak mengajarkan JMB8 kepada seorang yang sebelumnya adalah non-Buddhis. Setidak-tidaknya kepada dua orang, Bahiya dan Bhikkhu Malunkyaputta, Sang Buddha mengajarkan jalan vipassana tanpa melalui JMB8.
Setiap orang bebas memahami ajaran Sang Guru dengan pikirannya sendiri. Dalam Tipitaka Pali sendiri sudah ada contohnya saran untuk vipassana tanpa melalui JMB8.

Salam,
hudoyo
Sorry pak hud, maksud saya promosi situs tipitakanya bukan contentnya. utk malunkyaputta dan bahiya sutta akan segera saya terjemahkan dan masukkan ke sana juga.

sekadar menanggapi, kalau saya lihat konteks dari malunkyaputta sutta, dia saat itu adalah seorang bhikkhu yang tekun dan teguh dalam berlatih, dia sudah memiliki "bahan" Sila yang baik yang mendukung. Yah dengan singkat sama seperti komentar saya tentang Bahiya, kurang sepotong potongan penting saja tentang Pandang Benar yang kemudian dilatih.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 09 August 2008, 06:56:44 AM
Numpang promosi lagi Utk penjelasan JMB8 dari sang Buddha itu ada disini
http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html
Jangan pakai patokan sendiri2x nanti jadi kaco. pake dari sumbernya

Numpang promosi juga. Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha tidak mengajarkan JMB8 kepada seorang yang sebelumnya adalah non-Buddhis. Setidak-tidaknya kepada dua orang, Bahiya dan Bhikkhu Malunkyaputta, Sang Buddha mengajarkan jalan vipassana tanpa melalui JMB8.
Setiap orang bebas memahami ajaran Sang Guru dengan pikirannya sendiri. Dalam Tipitaka Pali sendiri sudah ada contohnya saran untuk vipassana tanpa melalui JMB8.

Salam,
hudoyo
Sorry pak hud, maksud saya promosi situs tipitakanya bukan contentnya. utk malunkyaputta dan bahiya sutta akan segera saya terjemahkan dan masukkan ke sana juga.

sekadar menanggapi, kalau saya lihat konteks dari malunkyaputta sutta, dia saat itu adalah seorang bhikkhu yang tekun dan teguh dalam berlatih, dia sudah memiliki "bahan" Sila yang baik yang mendukung. Yah dengan singkat sama seperti komentar saya tentang Bahiya, kurang sepotong potongan penting saja tentang Pandang Benar yang kemudian dilatih.

om Medho blom ada yang offlinenya yah :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 09 August 2008, 07:00:41 AM
belum nih, tapi kalau mau sih bisa disiapkan apa adanya sekarang. Masih lagi mau menyelesaikan yang 1 set Digha Nikaya dahulu.

:backtotopic:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 09 August 2008, 08:15:20 AM
Teori Abhidhamma tidak lebih dari sekadar "telunjuk" yang menunjuk ke "rembulan". Jangan mencampuradukkan "telunjuk" dan "rembulan", lalu menganggap "telunjuk" itu sebagai "rembulan", sebagai kebenaran.

Teori Abhidhamma memang telunjuk yg mengarah ke Rembulan.... setuju sekali

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 09 August 2008, 08:27:32 AM
Dalam Tipitaka Pali sendiri sudah ada contohnya saran untuk vipassana tanpa melalui JMB8.

sekadar menanggapi, kalau saya lihat konteks dari malunkyaputta sutta, dia saat itu adalah seorang bhikkhu yang tekun dan teguh dalam berlatih, dia sudah memiliki "bahan" Sila yang baik yang mendukung. Yah dengan singkat sama seperti komentar saya tentang Bahiya, kurang sepotong potongan penting saja tentang Pandang Benar yang kemudian dilatih.


Anumodana Bro Ben atas informasi yg berimbang ini.
'Moral yg baik' sangat dibutuhkan untuk mengarungi arus.

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 09 August 2008, 08:32:19 AM
Ya, metta, karuna dsb itu kelekatan juga selama masih ada atta/aku.
Coba baca kembali "Karaniya Metta Sutta" ... di situ diberikan contoh metta: "Bagaikan seorang ibu yang mencintai anak tunggalnya ... [bersedia berkorban demi anaknya dsb dsb]" ... Itukah metta Buddhis? ... Menurut saya, itu mah cinta dari ego ibu itu? ... Bisakah ibu itu mencintai anak-anak lain yang bukan anak tunggalnya? ... Sukar, selama ia masih mempunyai aku....

Nah, pertanyaan selanjutnya, apakah perumpamaan "cinta ibu kepada anak tunggalnya" itu datang dari Sang Buddha? ... Menurut saya, setiap orang yang mau berpikir sedikit bisa saja membuat perumpamaan seperti itu. Tidak perlu kemampuan seorang Buddha untuk mengatakannya. ... Tapi hanya seorang Buddha atau Krishnamurti bisa bicara tentang 'metta tanpa-aku' ... yang tidak ada perumpamaan apa pun bisa dipakai untuk mendeskripsikannya.

Saya setuju bahwa metta itu bukanlah seperti cinta ibu kepada anak tunggalnya, karena itu sungguh bersyarat sekali. Tetapi dalam karaniya metta sutta itu adalah perbandingan jika kita bisa mencintai semua mahluk sebagaimana cinta ibu kepada anaknya, maka itu digambarkan sebagai metta. Siapa yang bisa mencintai semua mahluk tanpa dipengaruhi hubungan dan perasaan sehingga bersikap (bahkan terhadap musuhnya) bagai seorang ibu kepada anaknya? Saya rasa memang hanya orang yang sudah tidak ada "aku"-nya, di mana tidak ada "anak" saya, tidak ada "musuh" saya.

Pembahasan metta/karunna/mudita/upekkha ini memang sangat rumit, sedikit saja "berbelok", pasti jadi cinta kemelekatan (piya). Tapi menurut saya, reaksi berupa metta/karunna/mudita/upekkha bukanlah bentuk kemelekatan. Mungkin kalau ada yang minat bisa membahas di thread baru.

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 09 August 2008, 09:22:40 AM
Maaf yak pak mo nanya, sebenarnya menurut bapak MMD itu seperti apa yah?, karena bapak mengajar MMD saya merasa bapak begitu mati2an mempertahankan bahwa hanya metoda MMD lah yang paling mendekati ajaran sang Buddha sedangkan JMB-8 bapak tolak mati2an bukan ajaran sang BuDdHa. Kalao melihat2 postingan bapak nanti malah jadi terlihat oleh pembaca seperti MMD itu the only way untuk berhenti pikiran/Nibbana dan pengajar meditasi yang lain tidak lho pak.

Mungkin ada relevansinya dengan pernyataan Pak Hud yg ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3803.330
Quote from: hudoyo
Kalau Anda mau menyerang pribadi saya--seperti Anda lakukan dengan bold dalam posting terbaru Anda ini--silakan saja, karena saya anggap angin lalu, tidak akan saya tanggapi.  ... tapi kalau Anda mengritik MMD, terang-terangan atau secara halus seperti Anda lakukan di atas, saya akan bereaksi secara defensif. Percayalah ... jangan coba-coba lagi.

Seseungguhnya, ketika Pak Hud melontarkan pernyataan itu sy sudah mau bertanya, kenapa sedemikian dipertahankannya konsep MMD tsb, padahal segala sesuatunya kan Anatta, tiadanya inti/AKU, apanya yg mau dipertahankan sedemikian defensif nya? Siapa yg mempertahankan?

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 09 August 2008, 09:28:58 AM
Ya, metta, karuna dsb itu kelekatan juga selama masih ada atta/aku.
Coba baca kembali "Karaniya Metta Sutta" ... di situ diberikan contoh metta: "Bagaikan seorang ibu yang mencintai anak tunggalnya ... [bersedia berkorban demi anaknya dsb dsb]" ... Itukah metta Buddhis? ... Menurut saya, itu mah cinta dari ego ibu itu? ... Bisakah ibu itu mencintai anak-anak lain yang bukan anak tunggalnya? ... Sukar, selama ia masih mempunyai aku....

Nah, pertanyaan selanjutnya, apakah perumpamaan "cinta ibu kepada anak tunggalnya" itu datang dari Sang Buddha? ... Menurut saya, setiap orang yang mau berpikir sedikit bisa saja membuat perumpamaan seperti itu. Tidak perlu kemampuan seorang Buddha untuk mengatakannya. ... Tapi hanya seorang Buddha atau Krishnamurti bisa bicara tentang 'metta tanpa-aku' ... yang tidak ada perumpamaan apa pun bisa dipakai untuk mendeskripsikannya.

Saya setuju bahwa metta itu bukanlah seperti cinta ibu kepada anak tunggalnya, karena itu sungguh bersyarat sekali. Tetapi dalam karaniya metta sutta itu adalah perbandingan jika kita bisa mencintai semua mahluk sebagaimana cinta ibu kepada anaknya, maka itu digambarkan sebagai metta. Siapa yang bisa mencintai semua mahluk tanpa dipengaruhi hubungan dan perasaan sehingga bersikap (bahkan terhadap musuhnya) bagai seorang ibu kepada anaknya? Saya rasa memang hanya orang yang sudah tidak ada "aku"-nya, di mana tidak ada "anak" saya, tidak ada "musuh" saya.

Pembahasan metta/karunna/mudita/upekkha ini memang sangat rumit, sedikit saja "berbelok", pasti jadi cinta kemelekatan (piya). Tapi menurut saya, reaksi berupa metta/karunna/mudita/upekkha bukanlah bentuk kemelekatan. Mungkin kalau ada yang minat bisa membahas di thread baru.



Usul yg bagus juga dibuka Thread baru, yg berjudul: Apakah METTA, KARUNA, MUDITA dan UPEKKHA merupakan 'Kemelekatan'?

Disana nanti kita bisa bahas secara detil.

Bagi yg setuju bahwa METTA merupakan 'Kemelekatan, bisa mengajukan alasan2nya.
Bagi yg berpendapat METTA adalah 'bebas kemelekatan', bisa mengajukan alasan2nya pula

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 09 August 2008, 10:29:19 AM
Kalo ini realita apa konsep?

Ketika Bahiya mendengarkan apa yg dikatakan SB dan memperhatikan dengan baik agar menangkap makna yg dikatakan SB sampai iya mencapai pencerahan, apakah disitu ada usaha?

Apakah ketika seseorang memahami apa yg dikatakan orang lain disana tidak ada usaha dan perhatian bahkan konsentrasi?
Apa bedanya jika seseorang berbiara disana tidak ada usaha apapun misal untuk menangkap maknanya?
Mungkin seketika seseorang menangkap maksud apa yg dibicarakan, mungkin terlihat spontan tidak ada usaha..benarkah demikian?

Silakan diteliti dengan JMB 8 khususnya sammasamadhi (usaha benar, pengertian benar dan konsentrasi benar)---3 hal tersebut memang sering dipakai sebagai formatnya budhhist tetapi bisa saja format dalam konsep kata2 berbeda tetapi bila mengandung itu , maknanya adalah sama. Apakah bahiya sebelum2nya bahkan kelahiran lalu tidak ada usaha?


Sepertinya dalam diskusi ini sering berbicara pencerahan.....apakah maksudnya pencerahan dimana terealisasinya NIBBANA atau munculnya wisdom2 baru tetapi masih ada LDM?





Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 09 August 2008, 10:35:00 AM
Silakan diteliti dengan JMB 8 khususnya sammasamadhi (usaha benar, pengertian benar dan konsentrasi benar)---3 hal tersebut memang sering dipakai sebagai formatnya budhhist tetapi bisa saja format dalam konsep kata2 berbeda tetapi bila mengandung itu , maknanya adalah sama. Apakah bahiya sebelum2nya bahkan kelahiran lalu tidak ada usaha?

Soal yang lainnya, tidak tahu. Tapi kalau mengenai "Bahiya pada kelahiran sebelumnya", dikatakan Bahiya pada jaman tak lama setelah Buddha Kassapa parinibbana, bermeditasi sampai mati kelaparan. Menurut saya, itu usaha.

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 09 August 2008, 10:56:16 AM
Silakan diteliti dengan JMB 8 khususnya sammasamadhi (usaha benar, pengertian benar dan konsentrasi benar)---3 hal tersebut memang sering dipakai sebagai formatnya budhhist tetapi bisa saja format dalam konsep kata2 berbeda tetapi bila mengandung itu , maknanya adalah sama. Apakah bahiya sebelum2nya bahkan kelahiran lalu tidak ada usaha?

Soal yang lainnya, tidak tahu. Tapi kalau mengenai "Bahiya pada kelahiran sebelumnya", dikatakan Bahiya pada jaman tak lama setelah Buddha Kassapa parinibbana, bermeditasi sampai mati kelaparan. Menurut saya, itu usaha.



Nah disini bro sudah melihat realita.

Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?

Jadi bervipasanna hendaknya membuat kita melihat realita. Tanpa usaha hanya terjadi ketika segala sesuatunya telah mengalir secara alami dan kemudian berhenti. Dan berhenti disini karena apa yg harus dicapai telah dicapai. Apa bedanya antara tidak bermeditasi sama sekali dengan diawal2 meditasi tanpa usaha.

Smoga bermanfaat  _/\_



Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 09 August 2008, 11:08:03 AM
Nah disini bro sudah melihat realita.

Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?

Jadi bervipasanna hendaknya membuat kita melihat realita.


Ya, vipassana adalah vipassana, apapun namanya....
ketika vipassana -metoda apapun dilaksanakan- esensinya sama saja.
'konsep', 'usaha' ataupun 'non konsep', 'tanpa usaha' hanyalah sekedar label, tiada bedanya.

::


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 09 August 2008, 11:11:44 AM
Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?


Mengenai "usaha", rasanya tiap orang bisa menilainya secara berbeda-beda. Saya juga tidak mengerti definisi "usaha" dari semua orang atau dari satu ajaran meditasi, apa yang termasuk dan tidak termasuk.
Kalo usaha benar (samma vayama) menurut saya adalah mempertahankan dan mengembangkan yang bermanfaat; mencegah dan menghilangkan yang tidak bermanfaat.

Mungkin mau buat thread baru lagi mengenai "usaha"?  ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 09 August 2008, 11:18:38 AM
Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?


Mengenai "usaha", rasanya tiap orang bisa menilainya secara berbeda-beda. Saya juga tidak mengerti definisi "usaha" dari semua orang atau dari satu ajaran meditasi, apa yang termasuk dan tidak termasuk.
Kalo usaha benar (samma vayama) menurut saya adalah mempertahankan dan mengembangkan yang bermanfaat; mencegah dan menghilangkan yang tidak bermanfaat.

Mungkin mau buat thread baru lagi mengenai "usaha"?  ;D


Setuju uraian usaha yg bro uraikan.

Boleh silakan membuat thread ttg usaha kaitannya dalam bermeditasi ;D

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 09 August 2008, 11:21:37 AM
Nah disini bro sudah melihat realita.

Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?

Jadi bervipasanna hendaknya membuat kita melihat realita.


Ya, vipassana adalah vipassana, apapun namanya....
ketika vipassana -metoda apapun dilaksanakan- esensinya sama saja.
'konsep', 'usaha' ataupun 'non konsep', 'tanpa usaha' hanyalah sekedar label, tiada bedanya.

::




Setuju, itu semua memang label yg tidak perlu dilekati hanya digunakan  untuk menjelaskan, tentunya kelebihan Sang Buddha adalah menggunakan label2 tadi sesuai kenyataan-kenyataan yg ada/sesuai agar mengarah pada pengertian benar dan pandangan benar. _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 09 August 2008, 11:54:23 AM

Mungkin mau buat thread baru lagi mengenai "usaha"?  ;D


 :))  :))  :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 09 August 2008, 12:03:29 PM

Mungkin mau buat thread baru lagi mengenai "usaha"?  ;D


 :))  :))  :))

Mohon maaf, saya bukan pengusaha. Kalo sdr Willibordus memang seorang pengusaha. ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 09 August 2008, 12:12:09 PM

Mungkin mau buat thread baru lagi mengenai "usaha"?  ;D


 :))  :))  :))

Mohon maaf, saya bukan pengusaha. Kalo sdr Willibordus memang seorang pengusaha. ;D

Bro Suchamda rupanya lagi kumat isengnya yakh.... mungkin gara2 weekend...
he3

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 09 August 2008, 12:22:03 PM
Hai... yang merasa Kubu Ngejunk...Bro Ryu.... bisa nge junk tuch.... yuuukkkkk :)) :)) :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 09 August 2008, 12:45:14 PM
Mana ci mana ci mana ci :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: williamhalim on 09 August 2008, 12:48:23 PM
wahhhhh udah deh.... biangnya udah hadir pulak :))

nggak lama2 nungguinnya, sebentar langsung hadir

::
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 09 August 2008, 01:04:54 PM
Silakan diteliti dengan JMB 8 khususnya sammasamadhi (usaha benar, pengertian benar dan konsentrasi benar)---3 hal tersebut memang sering dipakai sebagai formatnya budhhist tetapi bisa saja format dalam konsep kata2 berbeda tetapi bila mengandung itu , maknanya adalah sama. Apakah bahiya sebelum2nya bahkan kelahiran lalu tidak ada usaha?

Soal yang lainnya, tidak tahu. Tapi kalau mengenai "Bahiya pada kelahiran sebelumnya", dikatakan Bahiya pada jaman tak lama setelah Buddha Kassapa parinibbana, bermeditasi sampai mati kelaparan. Menurut saya, itu usaha.



Nah disini bro sudah melihat realita.

Ketika kita akan bermeditasi vipasanna apapun tekniknya itu, apakah disitu ada usaha? Misalnya saya harus mencari tempat sesuai, lalu duduk, dan bagi pemula apakah mungkin perhatian, pengamatan terhadap jasmani dan batin bisa begitu saja mengalir, sama halnya seperti seekor kuda liar apakah mungkin bisa langsung di jinakan?

Ketika kita ngantuk saat meditasi tiba2 kita kaget akan terjatuh lalu memperbaiki posisi duduk, apakah disitu ada usaha?

Jadi bervipasanna hendaknya membuat kita melihat realita. Tanpa usaha hanya terjadi ketika segala sesuatunya telah mengalir secara alami dan kemudian berhenti. Dan berhenti disini karena apa yg harus dicapai telah dicapai. Apa bedanya antara tidak bermeditasi sama sekali dengan diawal2 meditasi tanpa usaha.

Smoga bermanfaat  _/\_


Seorang umat pernah menceritakan bagaimana meditasi yang dilakukannya adalah dengan memakai objek pernafasan. Lantas Ajahn Chah menanyakan, "Apa yang anda perhatikan ketika anda berhenti bernafas ?"

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 09 August 2008, 02:04:13 PM
Mana ci mana ci mana ci :))

mana dimana anak kambing saya.... :)) :)) :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 10 August 2008, 07:22:55 AM
sekadar menanggapi, kalau saya lihat konteks dari malunkyaputta sutta, dia saat itu adalah seorang bhikkhu yang tekun dan teguh dalam berlatih, dia sudah memiliki "bahan" Sila yang baik yang mendukung. Yah dengan singkat sama seperti komentar saya tentang Bahiya, kurang sepotong potongan penting saja tentang Pandang Benar yang kemudian dilatih.

Saya tidak tahu apa saja "bahan" (parami) yang tersimpan dalam batin saya ketika bervipassana ... Anda tidak tahu "bahan" apa saja yang tersimpan dalam batin Anda ketika bervipassana ... Tapi yang jelas, di dalam vipassana saya, saya tidak memikirkan sila ... bukan berarti lalu saya hidup secara hedonistik ...

Yang lebih runyam lagi, kalau masalah parami ini di-blow up ... banyak kita dengar orang bilang, "sila saya belum cukup untuk mengikuti retret vipassana", "saya mau menjalankan sila dan ber-dana dulu, nanti saja ber-vipassana kalau sudah pensiun" ... salah sekali sikap seperti itu menurut saya.

salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 07:38:32 AM
Bukankah saling melengkapi, shg jadi pondasi yg kuat?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 10 August 2008, 07:40:50 AM
Maaf yak pak mo nanya, sebenarnya menurut bapak MMD itu seperti apa yah?, karena bapak mengajar MMD saya merasa bapak begitu mati2an mempertahankan bahwa hanya metoda MMD lah yang paling mendekati ajaran sang Buddha sedangkan JMB-8 bapak tolak mati2an bukan ajaran sang BuDdHa. Kalao melihat2 postingan bapak nanti malah jadi terlihat oleh pembaca seperti MMD itu the only way untuk berhenti pikiran/Nibbana dan pengajar meditasi yang lain tidak lho pak.

Rekan Ryu,

Orang yang membaca tulisan saya lalu berpendapat bahwa saya mempromosikan MMD karena "hanya metoda MMD lah yang paling mendekati ajaran sang Buddha" ... bahwa bagi saya "MMD itu the only way untuk berhenti pikiran/Nibbana" ... sebetulnya tanpa disadari orang itu membaca batinnya sendiri dalam tulisan-tulisan saya: orang itu sudah mempunyai anggapan bahwa pemahamannya sendiri terhadap ajaran Sang Buddha adalah yang paling benar ... maka ketika ia membaca tulisan saya, ia merasa seolah-olah tanah tempatnya berpijak saya goncang-goncang, sehingga ia bereaksi dengan keras dan memproyeksikan kegelisahannya itu kepada saya, memproyeksikan anggapan-anggapannya itu kepada saya ... seolah-olah sayalah yang berpendapat ajaran saya paling benar ... Sebaliknya, mereka yang tidak berpendapat bahwa ajaran yang dianutnya paling benar, tidak pernah mengira bahwa saya berpendapat "MMD paling benar". ...

Suatu contoh paling konkrit untuk melihat hal ini ialah: berkali-kali saya mengatakan "tidak ada satu metode vipassana mana pun yang cocok untuk SEMUA orang: metode Mahasi tidak, MMD pun tidak." ... Nah, apakah statement seperti itu datang dari orang yang menganggap "MMD itu the only way untuk berhenti pikiran/Nibbana" ... Bagaimana menurut Anda, Ryu? ...

Tapi ketika saya tantang para pemeditasi vipassana versi Mahasi untuk menanggapi pendapat saya itu, para pakarnya justru bungkam seribu bahasa ... Nah, apa artinya itu? ...

PS: Tentang MMD itu seperti apa, silakan baca-baca di thread "MMD" ... terutama bacalah diskusi dengan beberapa teman yang semula tidak tahu apa-apa pada akhirnya memahami dan mempraktikkan MMD, seperti: Riky, Garvin Wei, Andi Cahya Wijaya dll. ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 10 August 2008, 07:41:56 AM
Bukankah saling melengkapi, shg jadi pondasi yg kuat?

Apanya yang saling melengkapi? ... Rupanya Anda tidak memahami apa yang saya tulis, sorry.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 07:47:10 AM
Ketika bervipasana tidak memikirkan sila, tapi dlm kehidupan bukan hanya vipasana saja khan? Jadi itu semua melengkapi gitchu lho pak :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 07:52:24 AM
Maaf yak pak mo nanya, sebenarnya menurut bapak MMD itu seperti apa yah?, karena bapak mengajar MMD saya merasa bapak begitu mati2an mempertahankan bahwa hanya metoda MMD lah yang paling mendekati ajaran sang Buddha sedangkan JMB-8 bapak tolak mati2an bukan ajaran sang BuDdHa. Kalao melihat2 postingan bapak nanti malah jadi terlihat oleh pembaca seperti MMD itu the only way untuk berhenti pikiran/Nibbana dan pengajar meditasi yang lain tidak lho pak.

Rekan Ryu,

Orang yang membaca tulisan saya lalu berpendapat bahwa saya mempromosikan MMD karena "hanya metoda MMD lah yang paling mendekati ajaran sang Buddha" ... bahwa bagi saya "MMD itu the only way untuk berhenti pikiran/Nibbana" ... sebetulnya tanpa disadari orang itu membaca batinnya sendiri dalam tulisan-tulisan saya: orang itu sudah mempunyai anggapan bahwa pemahamannya sendiri terhadap ajaran Sang Buddha adalah yang paling benar ... maka ketika ia membaca tulisan saya, ia merasa seolah-olah tanah tempatnya berpijak saya goncang-goncang, sehingga ia bereaksi dengan keras dan memproyeksikan kegelisahannya itu kepada saya, memproyeksikan anggapan-anggapannya itu kepada saya ... seolah-olah sayalah yang berpendapat ajaran saya paling benar ... Sebaliknya, mereka yang tidak berpendapat bahwa ajaran yang dianutnya paling benar, tidak pernah mengira bahwa saya berpendapat "MMD paling benar". ...

Suatu contoh paling konkrit untuk melihat hal ini ialah: berkali-kali saya mengatakan "tidak ada satu metode vipassana mana pun yang cocok untuk SEMUA orang: metode Mahasi tidak, MMD pun tidak." ... Nah, apakah statement seperti itu datang dari orang yang menganggap "MMD itu the only way untuk berhenti pikiran/Nibbana" ... Bagaimana menurut Anda, Ryu? ...

Tapi ketika saya tantang para pemeditasi vipassana versi Mahasi untuk menanggapi pendapat saya itu, para pakarnya justru bungkam seribu bahasa ... Nah, apa artinya itu? ...

Salam,
hudoyo
betul, tapi dari pernyataan bapak khan bahwa MMD itu lah yang paling mendekati ajaran sang Buddha, MMD itu berbeda dengan yang lain, bukankah itu menyiratkan bahwa ajaran bpk itu yang 'mendekati' ajaran sang Buddha? Itu dari sudut pandang orang awam lho pak, saya tdk memihak yang manapun :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 10 August 2008, 07:58:46 AM
Ketika bervipasana tidak memikirkan sila, tapi dlm kehidupan bukan hanya vipasana saja khan? Jadi itu semua melengkapi gitchu lho pak :))

oh, begini Ryu ... saya selalu bilang, jadikan vipassana kesadaranmu sehari-hari, ketika pikiran tidak digunakan untuk memecahkan masalah. ... Jadi, idealnya kalau orang bisa bervipassana sepanjang saat. ...

Sekarang, apakah orang yang bervipassana sehari-hari itu tidak menjalan sila karena ia tidak memikirkan sila? ... Lebih dulu coba direnungkan: apa yang menyebabkan pelanggaran sila? ... Orang melanggar sila karena tidak sadar, bukan ... orang tidak sadar akan lobha, dosa dan moha dalam batinnya, sehingga ia terdorong melanggar sila ... Nah, jika orang sadar terus-menerus akan loba, dosa, moha dalam batinnya, apakah ia akan pernah melanggar sila? ... Jadi, bila orang ber-vipassana terus-menerus ia, apakah ia akan pernah melanggar sila? ... Jadi, apakah sila perlu dipikir-pikir, perlu diingat-ingat oleh orang yang menjalankan vipassana terus-menerus? ... Singkatnya: sila itu sudah terintegrasi di dalam vipassana yang benar; sadar adalah sila tertinggi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 08:02:06 AM
Ketika bervipasana tidak memikirkan sila, tapi dlm kehidupan bukan hanya vipasana saja khan? Jadi itu semua melengkapi gitchu lho pak :))

oh, begini Ryu ... saya selalu bilang, jadikan vipassana kesadaranmu sehari-hari, ketika pikiran tidak digunakan untuk memecahkan masalah. ... Jadi, idealnya kalau orang bisa bervipassana sepanjang saat. ...

Sekarang, apakah orang yang bervipassana sehari-hari itu tidak menjalan sila karena ia tidak memikirkan sila? ... Lebih dulu coba direnungkan: apa yang menyebabkan pelanggaran sila? ... Orang melanggar sila karena tidak sadar, bukan ... orang tidak sadar akan lobha, dosa dan moha dalam batinnya, sehingga ia terdorong melanggar sila ... Nah, jika orang sadar terus-menerus akan loba, dosa, moha dalam batinnya, apakah ia akan pernah melanggar sila? ... Jadi, bila orang ber-vipassana terus-menerus ia, apakah ia akan pernah melanggar sila? ... Jadi, apakah sila perlu dipikir-pikir, perlu diingat-ingat oleh orang yang menjalankan vipassana terus-menerus? ... Singkatnya: sila itu sudah terintegrasi di dalam vipassana yang benar; sadar adalah sila tertinggi.

Salam,
hudoyo
kalo itu aye setuju, allah bisa karena biasa (nyambung gak yah) :))

tambahan : makanya apakah teori itu perlu? Perlu khan kalo tidak maen tembak langsung mana tau yang dosa dan tidak iya khan, baru praktek  :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 10 August 2008, 08:27:17 AM
<improved below>
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 10 August 2008, 08:29:33 AM
betul, tapi dari pernyataan bapak khan bahwa MMD itu lah yang paling mendekati ajaran sang Buddha, MMD itu berbeda dengan yang lain, bukankah itu menyiratkan bahwa ajaran bpk itu yang 'mendekati' ajaran sang Buddha? Itu dari sudut pandang orang awam lho pak, saya tdk memihak yang manapun :))

Ryu, tiap orang pasti merasa dan mengatakan bahwa BAGINYA pemahamannya sendiri terhadap ajaran Sang Buddha adalah yang paling benar ... itu wajar ... tidak ada orang yang berkata, pemahaman saya kurang benar ...

Yang penting bukan itu ... yang penting ialah apakah ia bersedia mengakui bahwa bagi orang lain pemahaman orang lain itu pun benar? ... Dengan kata lain, apakah ia bersedia mengakui bahwa pandangan orang lain itu benar bagi orang lain itu sekalipun bertentangan dengan pandangannya sendiri? Bahwa tidak ada pandangan yang paling benar bagi siapa pun? ...

Kembali kepada contoh konkrit saya: Apakah Ryu bersedia mengakui bahwa tidak ada satu metode meditasi yang cocok untuk SEMUA orang?

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 10 August 2008, 08:37:31 AM
tambahan : makanya apakah teori itu perlu? Perlu khan kalo tidak maen tembak langsung mana tau yang dosa dan tidak iya khan, baru praktek  :))

Kalau masih pakai teori sila, itu masih berpikir namanya. ...
Sudah saya katakan yang penting sadar akan lobha, dosa, moha yang selalu muncul ... Itu cukup tanpa perlu sila apa pun. ... Di dalam vipassana, cukup sadar ... tidak perlu sila, tidak perlu agama/ajaran, tidak perlu ingatan atau pikiran apa pun ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 08:53:45 AM
betul, tapi dari pernyataan bapak khan bahwa MMD itu lah yang paling mendekati ajaran sang Buddha, MMD itu berbeda dengan yang lain, bukankah itu menyiratkan bahwa ajaran bpk itu yang 'mendekati' ajaran sang Buddha? Itu dari sudut pandang orang awam lho pak, saya tdk memihak yang manapun :))

Ryu, tiap orang pasti merasa dan mengatakan bahwa BAGINYA pemahamannya sendiri terhadap ajaran Sang Buddha adalah yang paling benar ... itu wajar ... tidak ada orang yang berkata, pemahaman saya kurang benar ...

Yang penting bukan itu ... yang penting ialah apakah ia bersedia mengakui bahwa bagi orang lain pemahaman orang lain itu pun benar? ... Dengan kata lain, apakah ia bersedia mengakui bahwa pandangan orang lain itu benar bagi orang lain itu sekalipun bertentangan dengan pandangannya sendiri? Bahwa tidak ada pandangan yang paling benar bagi siapa pun? ...

Kembali kepada contoh konkrit saya: Apakah Ryu bersedia mengakui bahwa tidak ada satu metode meditasi yang cocok untuk SEMUA orang?

Salam,
hudoyo
soal meditasi aye nyerah pak :))
tujuan metoda meditasinya apa dulu pak :))
kalo metoda meditasi napas cocok gak pak buat semua orang yaitu buat ketenangan :)
kalau soal pandangan diri terhadap ajaran yang lain itu mah aye kaga tau pak, tergantung orangnya dan yang di kritiknya, apa masing2 isi gelasnya sudah dikosongkan atau masih penuh :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 10 August 2008, 09:02:48 AM
soal meditasi aye nyerah pak :))
tujuan metoda meditasinya apa dulu pak :))
kalo metoda meditasi napas cocok gak pak buat semua orang yaitu buat ketenangan :)
kalau soal pandangan diri terhadap ajaran yang lain itu mah aye kaga tau pak, tergantung orangnya dan yang di kritiknya, apa masing2 isi gelasnya sudah dikosongkan atau masih penuh :))

Maap, saya ralat sedikit: "Tidak ada satu metode vipassana yang cocok untuk SEMUA orang." ... yang dipermasalahkan dalam thread ini dan thread-thread lain ialah manakah yang benar: vipassana metode Mahasi ataukah vipassana metode MMD, karena dalam beberapa hal yang sangat mendasar kedua versi itu bertolak belakang.

Soal pandangan orang lain, begini ya: Anda kan setiap hari berhadapan dengan banyak orang yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan Anda, terutama dalam masalah-masalah hidup, tujuan hidup dsb. ... Anda punya pandangan pribadi sendiri yang tentu Anda anggap benar ... Orang lain punya pandangan lain, yang mungkin bertolak belakang dengan apa yang Anda anggap benar itu. ... Nah, dalam situasi seperti itu, bagaimana sikap Anda? ... Apakah Anda bersedia, sementara menganggap pandangan Anda benar bagi Anda, menerima juga bahwa pandangan orang lain benar bagi orang itu, sekalipun bertolak belakang dengan pandangan Anda? ... Itu saja.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 09:21:00 AM
Ya pastinya orang2 punya keyakinan masing2. Toh ada orang yang mempertahankan keyakinannya itu malah bisa menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Kalo sikap aye sih sebenernya masa bodoh lho :)) lo mau sesat mau bener bukan urusan aye, yang penting kaga ganggu aye :)) , tapi di porum khan beda bisa lempar batu sembunyi tangan :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 10 August 2008, 09:26:06 AM
Ya, nonton aja lah permainan sandiwara yang berlangsung di sini.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 09:28:42 AM
Kalo gini gimana, saya tidak punya pandangan dan cuma ingin mengetes pandangan orang lain itu benar / salah, dan belum tau apa itu benar dan salah tidak perduli apa hasilnya mau benar atau salah :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 12:02:20 PM
Ngomong2 Vipasana itu apa yak :)) meditasi tuh ada berapa macam sich :)) aye kaga tau :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: 53121f4n71 on 10 August 2008, 12:17:54 PM
Ngomong2 Vipasana itu apa yak :)) meditasi tuh ada berapa macam sich :)) aye kaga tau :))

saya coba menjawab pertanyaan ryu...

meditasi ada 2 macam :
1. Samatha Bhavana --> meditasi ketenangan batin. Meditasi dilakukan dengan memusatkan pikiran pada sebuah obyek hingga pikiran   
    terpusat, menjadi tenang dengan mencapai Jhana atau Arupa Jhana.
2. Vipassana Bhavana --> meditasi pandangan terang. Meditasi ini dilakukan dengan mengembangkan pengertian sempurna mengenai
    sebuah obyek. Biasanya meditasi ini dimulai dengan Kayanupassana satipatthana, yaitu perhatian seksama pada jasmani, dst.., hingga \
    mencapai kesucian batin.

mohon maaf apabila ada yang salah..  :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 12:24:42 PM
Ngomong2 Vipasana itu apa yak :)) meditasi tuh ada berapa macam sich :)) aye kaga tau :))

saya coba menjawab pertanyaan ryu...

meditasi ada 2 macam :
1. Samatha Bhavana --> meditasi ketenangan batin. Meditasi dilakukan dengan memusatkan pikiran pada sebuah obyek hingga pikiran   
    terpusat, menjadi tenang dengan mencapai Jhana atau Arupa Jhana.
2. Vipassana Bhavana --> meditasi pandangan terang. Meditasi ini dilakukan dengan mengembangkan pengertian sempurna mengenai
    sebuah obyek. Biasanya meditasi ini dimulai dengan Kayanupassana satipatthana, yaitu perhatian seksama pada jasmani, dst.., hingga \
    mencapai kesucian batin.

mohon maaf apabila ada yang salah..  :)

Ok deh thanks yah Bagi2 GRP ah :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 10 August 2008, 12:59:55 PM
Kalo gini gimana, saya tidak punya pandangan dan cuma ingin mengetes pandangan orang lain itu benar / salah, dan belum tau apa itu benar dan salah tidak perduli apa hasilnya mau benar atau salah :))

Yang dibold biru saya setuju sekali. Yang dibold merah hanya akan menjerumuskan Anda ke dalam perdebatan. :)

Salam,
hudoyo

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 01:32:59 PM
Kalo gini gimana, saya tidak punya pandangan dan cuma ingin mengetes pandangan orang lain itu benar / salah, dan belum tau apa itu benar dan salah tidak perduli apa hasilnya mau benar atau salah :))

Yang dibold biru saya setuju sekali. Yang dibold merah hanya akan menjerumuskan Anda ke dalam perdebatan. :)

Salam,
hudoyo


Jangan takut pak, ilmu aye masih cetek, blom bisa debat :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 10 August 2008, 01:52:08 PM
Quote
Jangan takut pak, ilmu aye masih cetek, blom bisa debat
:))

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 10 August 2008, 03:49:57 PM
Kalo gini gimana, saya tidak punya pandangan dan cuma ingin mengetes pandangan orang lain itu benar / salah, dan belum tau apa itu benar dan salah tidak perduli apa hasilnya mau benar atau salah :))

Yang dibold biru saya setuju sekali. Yang dibold merah hanya akan menjerumuskan Anda ke dalam perdebatan. :)

Salam,
hudoyo



menurut saya "semua pandangan" yg ada, dapat dikategorikan "benar" ataupun "salah". termasuk agama B, I, K, H, dll.... mengatakan B adalah yg paling benar adalah fanatisme kita.
pengkategorian tsb terjadi di pikiran setiap orang yg memiliki kondisi yg berbeda2 sehingga hasilnya berbeda2 pula.

dan saya sependapat sekali, jika seandainya tujuan awal kita adalah mengecek benar atau salah suatu pandangan... hasilnya adalah perdebatan tak berujung karena kondisi (pengalaman, pikiran, pemahaman, dll) kita dan orang lain adalah berbeda.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 04:01:00 PM
Kalo gini gimana, saya tidak punya pandangan dan cuma ingin mengetes pandangan orang lain itu benar / salah, dan belum tau apa itu benar dan salah tidak perduli apa hasilnya mau benar atau salah :))

Yang dibold biru saya setuju sekali. Yang dibold merah hanya akan menjerumuskan Anda ke dalam perdebatan. :)

Salam,
hudoyo



menurut saya "semua pandangan" yg ada, dapat dikategorikan "benar" ataupun "salah". termasuk agama B, I, K, H, dll.... mengatakan B adalah yg paling benar adalah fanatisme kita.
pengkategorian tsb terjadi di pikiran setiap orang yg memiliki kondisi yg berbeda2 sehingga hasilnya berbeda2 pula.

dan saya sependapat sekali, jika seandainya tujuan awal kita adalah mengecek benar atau salah suatu pandangan... hasilnya adalah perdebatan tak berujung karena kondisi (pengalaman, pikiran, pemahaman, dll) kita dan orang lain adalah berbeda.

iya selama masing2 pihak mengkotakkan dirinya dengan pendiriannya masing2 dan tidak menerima pandangan orang lain.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 10 August 2008, 05:36:45 PM
Kalo gini gimana, saya tidak punya pandangan dan cuma ingin mengetes pandangan orang lain itu benar / salah, dan belum tau apa itu benar dan salah tidak perduli apa hasilnya mau benar atau salah :))

Yang dibold biru saya setuju sekali. Yang dibold merah hanya akan menjerumuskan Anda ke dalam perdebatan. :)

Salam,
hudoyo



menurut saya "semua pandangan" yg ada, dapat dikategorikan "benar" ataupun "salah". termasuk agama B, I, K, H, dll.... mengatakan B adalah yg paling benar adalah fanatisme kita.
pengkategorian tsb terjadi di pikiran setiap orang yg memiliki kondisi yg berbeda2 sehingga hasilnya berbeda2 pula.

dan saya sependapat sekali, jika seandainya tujuan awal kita adalah mengecek benar atau salah suatu pandangan... hasilnya adalah perdebatan tak berujung karena kondisi (pengalaman, pikiran, pemahaman, dll) kita dan orang lain adalah berbeda.

iya selama masing2 pihak mengkotakkan dirinya dengan pendiriannya masing2 dan tidak menerima pandangan orang lain.

Justru spt yg anda katakan itulah yang disebut terkondisi.
Keterkondisian inilah yang disebut tidak bebas, alias samsara.
Selama seseorang tidak bisa terlepas dari keterkondisian pikirannya maka ia akan terus menerus dalam siklus samsara. Cuman masalah naik tingkat atau turun tingkat aja, tapi tidak bisa lepas.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 05:40:54 PM
Kalo gini gimana, saya tidak punya pandangan dan cuma ingin mengetes pandangan orang lain itu benar / salah, dan belum tau apa itu benar dan salah tidak perduli apa hasilnya mau benar atau salah :))

Yang dibold biru saya setuju sekali. Yang dibold merah hanya akan menjerumuskan Anda ke dalam perdebatan. :)

Salam,
hudoyo



menurut saya "semua pandangan" yg ada, dapat dikategorikan "benar" ataupun "salah". termasuk agama B, I, K, H, dll.... mengatakan B adalah yg paling benar adalah fanatisme kita.
pengkategorian tsb terjadi di pikiran setiap orang yg memiliki kondisi yg berbeda2 sehingga hasilnya berbeda2 pula.

dan saya sependapat sekali, jika seandainya tujuan awal kita adalah mengecek benar atau salah suatu pandangan... hasilnya adalah perdebatan tak berujung karena kondisi (pengalaman, pikiran, pemahaman, dll) kita dan orang lain adalah berbeda.

iya selama masing2 pihak mengkotakkan dirinya dengan pendiriannya masing2 dan tidak menerima pandangan orang lain.

Justru spt yg anda katakan itulah yang disebut terkondisi.
Keterkondisian inilah yang disebut tidak bebas, alias samsara.
Selama seseorang tidak bisa terlepas dari keterkondisian pikirannya maka ia akan terus menerus dalam siklus samsTara. Cuman masalah naik tingkat atau turun tingkat aja, tapi tidak bisa lepas.
Time will tell, time will tell :)) Suhu mode = on
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Arale on 10 August 2008, 08:44:32 PM
Kalo gini gimana, saya tidak punya pandangan dan cuma ingin mengetes pandangan orang lain itu benar / salah, dan belum tau apa itu benar dan salah tidak perduli apa hasilnya mau benar atau salah :))

Yang dibold biru saya setuju sekali. Yang dibold merah hanya akan menjerumuskan Anda ke dalam perdebatan. :)

Salam,
hudoyo



menurut saya "semua pandangan" yg ada, dapat dikategorikan "benar" ataupun "salah". termasuk agama B, I, K, H, dll.... mengatakan B adalah yg paling benar adalah fanatisme kita.
pengkategorian tsb terjadi di pikiran setiap orang yg memiliki kondisi yg berbeda2 sehingga hasilnya berbeda2 pula.

dan saya sependapat sekali, jika seandainya tujuan awal kita adalah mengecek benar atau salah suatu pandangan... hasilnya adalah perdebatan tak berujung karena kondisi (pengalaman, pikiran, pemahaman, dll) kita dan orang lain adalah berbeda.

iya selama masing2 pihak mengkotakkan dirinya dengan pendiriannya masing2 dan tidak menerima pandangan orang lain.
mengkotakkan boleh kok, tapi tetap menghargai kotak lain. Daripada kotaknya dipaksakan sama lalu ribut.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 10 August 2008, 08:47:47 PM
Kalo gini gimana, saya tidak punya pandangan dan cuma ingin mengetes pandangan orang lain itu benar / salah, dan belum tau apa itu benar dan salah tidak perduli apa hasilnya mau benar atau salah :))

Yang dibold biru saya setuju sekali. Yang dibold merah hanya akan menjerumuskan Anda ke dalam perdebatan. :)

Salam,
hudoyo



menurut saya "semua pandangan" yg ada, dapat dikategorikan "benar" ataupun "salah". termasuk agama B, I, K, H, dll.... mengatakan B adalah yg paling benar adalah fanatisme kita.
pengkategorian tsb terjadi di pikiran setiap orang yg memiliki kondisi yg berbeda2 sehingga hasilnya berbeda2 pula.

dan saya sependapat sekali, jika seandainya tujuan awal kita adalah mengecek benar atau salah suatu pandangan... hasilnya adalah perdebatan tak berujung karena kondisi (pengalaman, pikiran, pemahaman, dll) kita dan orang lain adalah berbeda.

iya selama masing2 pihak mengkotakkan dirinya dengan pendiriannya masing2 dan tidak menerima pandangan orang lain.
mengkotakkan boleh kok, tapi tetap menghargai kotak lain. Daripada kotaknya dipaksakan sama lalu ribut.
Baik bu :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian c on 11 August 2008, 01:58:43 AM
Pak Hudoyo yang saya hormati,

Maaf saya baru membalas postingan pak Hudoyo sekarang, sebab saya lupa passwordnya, saya telah mencoba meminta link ke server, ternyata linknya entah masuk ke mailbox yang mana, jadi saya pikir lebih baik memakai username baru.

kembali ke topik bahasan..

Mengenai rujukan, pak Hudoyo mengatakan bahwa sebagai pemeditasi Vipassana saya menggunakan Mahasatipatthana Sutta, itu benar, tetapi tidak tepat, sebab saya juga menggunakan rujukan Bahiya Sutta dan Malunkyaputta sutta, serta berbagai Sutta yang lain, cuma saya tidak mengambil satu sutta sebagai acuan lalu mengacuhkan yang lain karena dalam meditasi ternyata saling berkaitan. Dalam Bahiya Sutta Sang Buddha mengajarkan bahwa bila melihat hanya melihat dsbnya, ini diberikan oleh Sang Buddha kepada petapa Bahiya maupun Bhikkhu Malunkyaputta karena melihat kematangan batin mereka.

Sang Buddha tidak memberikan khotbah sembarangan kepada sembarang orang, Beliau selalu melihat kematangan batin orang tersebut, apakah batinnya sudah masak atau belum.
Bagi orang yang baru belajar mereka tidak bisa bermeditasi seperti itu karena batin meditator pemula mudah sekali terseret. Contoh yang umum bagi mereka adalah rasa kantuk, rasa sakit dsbnya. Disini kita mudah sekali melihat kekokohan batin seseorang, apabila seorang meditator masih terpengaruh oleh rasa sakit waktu duduk bermeditasi maka ia telah terseret. Saya beranggapan meditasi dengan cara seperti yang ada di Bahiya Sutta bukan untuk pemula...
Hanya seseorang yang telah mencapai advance stage bisa bermeditasi seperti itu, oleh sebab itu Sang Buddha mengajarkan kedua Sutta tersebut  kepada Petapa.

Maaf, saya numpang bertanya kepada pak Hudoyo. Benarkah Pak Hudoyo selalu memberikan bimbingan MMD hanya tiga hari? dan benarkah Pak Hudoyo mengatakan bahwa meditator yang pak Hudoyo bimbing telah mengalami khanika samadhi? coba pak Hudoyo secara jujur tanyakan kepada mereka apakah mereka masih merasa mengantuk di siang hari, terutama setelah makan? apakah mereka masih terpengaruh oleh rasa sakit di kaki bila meditasi duduk, katakanlah misalnya duduk tak bergerak selama dua jam?

Bila ia masih merasa sakit atau terpengaruh atau timbul rasa tak menyenangkan, maka saya menganggap bahwa ia belum mengalami khanika samadhi yang sesungguhnya.

Kemudian bila ia mengatakan bahwa ia tidak merasa sakit atau tidak mengantuk, coba tanyakan mengenai kanika samadhi yang mereka alami itu objeknya apa? mohon pak Hudoyo informasikan kepada saya supaya saya bisa lebih memahami MMD.

bagaimana dengan umat awam yang sama sekali tidak mengerti? Sang Buddha selalu memberi khotbah awal anupubikatha yaitu lima tingkat latihan yang membawa kemajuan, dimulai dengan berdana
dsbnya... setelah batinnya lembut dan mulai menerima baru mengajarkan meditasi yang sesuai untuk orang tersebut.

Dalam Tipitaka Sang Buddha mengajarkan berbagai macam cara meditasi, tetapi kita harus memilah milah sesuai dengan penggunaannya, contoh: Sang Buddha mengajarkan mengenai Kayagatasati, Asubha dsbnya, demikian juga dengan terhadap objek objek Arupa yaitu kesadaran tak terbatas dsbnya tetapi objek Arupa ditujukan kepada mereka yang telah mencapai keempat rupa Jhana bukan kepada pemula. Tidak mungkin seorang pemula langsung berlatih meditasi dengan objek ke empat Arupa.

Demikian juga dengan Bahiya sutta, tidak mungkin meditator pemula untuk bermeditasi dengan hanya melihat, hanya mendengar dsbnya, karena batin mereka pasti terseret. Lain halnya dengan seorang meditator tingkat lanjut, mereka sudah kokoh dan mantap, sehingga bila ada fenomena batin yang timbul umpamanya rasa sakit atau mengantuk begitu diamati langsung lenyap seketika, tanpa bekas...!

Dan mereka mampu mengamati segala sesuatu apa adanya, saya banyak menemui pemeditator yang telah mencapai kematangan batin seperti itu.

Saya setuju keadaan batin seperti itu masih bisa dicapai oleh meditator yang beragama lain tetapi mereka tak akan mencapai pencerahan versi ajaran Sang Buddha (entah kalau pencerahan versi agama mereka), mengapa? Ajaran Sang Buddha mengajarkan bahwa salah satu faktor pencerahan awal yaitu lenyapnya sakkayaditthi, adalah lenyapnya pandangan salah mengenai aku atau atta, mungkin bagi mereka yang kurang menyelami menganggap bahwa ada atta atau aku yang dihancurkan.

Kenyataannya tidaklah demikian, karena jika ada atta yang dihancurkan atau dilenyapkan maka kita terperangkap pada paham nihilisme. Bagaimanakah pandangan salah itu bisa lenyap? Pada waktu meditator mengamati timbul dan tenggelamnya batin dan jasmani ia harus sepenuhnya melepas ide, paham apapun, suatu ketika fenomena timbul tenggelam itu lenyap, pada waktu itu ia melihat bahwa semua ini hanya proses, tidak lebih. Dengan demikian maka pandangan salah mengenai atta akan lenyap dengan sendirinya.

Disini titik pentingnya, apabila orang tersebut memiliki paham yang terus dia pegang maka ia tak akan menembus, karena jika ia tak melepas paham tersebut maka batinnya tak akan diam sepenuhnya.

Non Buddhis dapat mencapai pandangan terang hanya pada batas sankharupekkha nana dan tak dapat maju lebih daripada itu. Bukan karena mereka tidak menjadi pengikut Sang Buddha... bukan demikian. Mereka tak dapat menembus karena mereka tak mau melepaskan pandangan salah mengenai atta (atta ditthi). Atau bisa juga karena aspirasi yang kuat untuk menjadi Bodhisatta, sehingga batinnya tak dapat melepas sepenuhnya.

Dalam meditasi Vipassana kita tidak boleh sedikitpun melekat pada satu paham. karena melekat pada paham akan menghalangi pembebasan. Kemelekatan bahwa atta ada, kemelekatan bahwa atta tak ada, kemelekatan atta ada dan sementara, kemelekatan bahwa atta antara ada dan tidak ada dsbnya, ini semua adalah paham yang hanya akan menghalangi pembebasan, bahkan ada kemelekatan yang lebih halus yaitu kemelekatan bahwa aku tidak melekat juga merupakan kemelekatan ditthi, yang sesungguhnya tidak melekat sudah tidak lagi mempersoalkan mengenai melekat atau tidak melekat, karena batinnya tidak menolak maupun memegang.

Memang amat sulit sekali melihat kemelekatan yang halus, yaitu bila kita berpandangan orang lain berpikiran sempit kita berjiwa besar, ini adalah kemelekatan. Orang lain melekat pada pandangan kita tidak melekat pada pandangan, ini juga kemelekatan yang halus. Orang lain menganggap dia benar sendiri, sedangkan saya tidak demikian, inipun juga kemelekatan, kemelekatan terhadap metode orang lain berkonsep, metode saya tidak berkonsep, ini pun juga merupakan kemelekatan. Metode orang lain mencari cari metode saya tidak... ini juga kemelekatan...

Tetapi bagaimana jika kita melekat pada salah satu paham, seperti yang dikatakan pak Hudoyo yaitu setiap 'usaha' apa pun tidak terlepas dari atta ... dan tidak ada 'usaha' apa pun dari atta bisa mencapai 'anatta', dengan melekat kepada paham ini maka ia tak akan bisa melihat segala sesuatu apa adanya. Dan ini sejalan dengan bagian lain dari Tipitaka yang menyebutkan kemelekatan terhadap paham atta (atta ditthi) juga termasuk kemelekatan yang menghalangi pembebasan.

Mungkin saya mau menambahkan sedikit bahwa pikiran merupakan manifestasi dari atta dan itu merupakan atta ditthi, pada kenyataannya, sebenarnya kita nampak seolah olah terlibat dengan atta disebabkan kita terseret, dikuasai, dimanipulasi oleh pikiran kita yang telah terkonsepsi. Dicemarkan oleh persepsi dan ingatan (sanna), yang membuat kita tak dapat melihat apa adanya.
Dan dari uraian itu kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, pikiran yang telah tercemar bukan atta, tetapi hanya merupakan bagian dari citta, yang berkaitan erat dengan indera keenam.

Mengenai Y.M. Thanissaro ingin menerjemahkan ekayano maggo sebagai jalan langsung, itu hak beliau. Tetapi saya lebih suka menerjemahkan ekayano = satu kendaraan; maggo = jalan.

Pandangan pak Hudoyo bahwa metode meditasi tradisi Mahasi lebih menekankan pada usaha dan konsentrasi saya hargai, karena tentu sah sah saja pak Hudoyo beranggapan demikian, tetapi pendapat itu baru saya dengar dari pak Hudoyo, saya belum pernah mendengar mengenai hal ini dari guru meditasi Mahasi yang sering saya temui, tidak satupun.

Semua guru meditasi apabila ia mengerti dan mendalami Dhamma dengan baik, dapat mengarahkan sesuai dengan keadaan muridnya sehingga ia mendapat kemajuan. Seringkali meditator pemula yang berlatih meditasi, entah metode meditasi Mahasi atau lainnya, diganggu oleh rasa kantuk. Oleh karena itu kewajiban seorang guru meditasi yang baik untuk memberikan bantuan nasehat untuk mengatasi kantuknya karena rasa kantuk menyebabkan pengamatan terhadap batin dan jasmani menjadi kabur (seperti yang dialami oleh Y.A. Mogallana ketika Beliau diserang rasa kantuk yang kuat).

Rasa kantuk  disebabkan oleh konsentrasi dan semangat yang tidak seimbang, saya beri contoh yang mudah:
   
    umpamanya kita mendengarkan khotbah dari seseorang yang tidak menarik, mudah sekali menyebabkan rasa bosan atau mengantuk karena kita tidak tertarik oleh isi dari khotbah tersebut.
Pada kesempatan lain kita mendengarkan khotbah dari seseorang yang pintar berkhotbah, ia menyelipkan berbagai cerita dalam khotbahnya dan juga diselingi berbagai humor segar, sehingga kita yang mendengar tahan mendengarkan walau khotbahnya berlangsung dua jam lebih.. mengapa? karena kita tertarik mendengarkan dan dengan demikian kita bersemangat.

Demkian juga dengan memperhatikan objek meditasi terus-terusan seperti kembung kempis sama sekali tidak menarik akhirnya kemalasan dan keengganan timbul sehingga kita jadi mengantuk.

 Oleh karena itu seorang guru meditasi yang berpengalaman tahu bahwa untuk saat itu batinnya belum cukup kuat untuk mengatasi rasa kantuk maka dianjurkan untuk bersemangat menimbulkan Viriya, agar tidak mengantuk.

Sedangkan bagi meditator yang telah mencapai tingkat lanjut saya tak pernah mendengar guru meditasi mengajarkan untuk menimbulkan semangat, mengapa? karena bagi seorang meditator tingkat lanjut rasa kantuk yang merupakan kekotoran batin dan merupakan perintang kemajuan itu tidak muncul, kalaupun muncul hanya sesaat, seketika itu juga disadari dan diamati, seketika itu juga lenyap.. tak bersisa….

Mudah mudahan pak Hudoyo mengerti pancabalani bukan sesuatu yang selalu diteliti atau dicari-cari seperti pendapat pak Hudoyo, tetapi adalah pengertian yang merupakan  jalan keluar untuk mengatasi rintangan batin yang jelas mengganggu dan menjadi perintang meditasi (namanya juga rintangan, bila fenomena tersebut muncul, maka ia akan merintangi meditasi kita). Agar meditasi kita menjadi baik.. penuh harmoni dan keseimbangan.

thinamidha umpamanya yang merupakan salah satu objek Dhamma , adalah sesuatu yang tidak dicari, demikian juga dengan rasa sakit (dukkha), hanya meditator bodoh yang mencari cari, karena apa yang mau dicari, Lha wong mereka muncul sendiri tanpa dicari kok.

Respon terhadap rasa ngantuk adalah dengan berusaha agar tidak mengantuk, karena meditator mengerti mereka telah meluangkan waktu dan mungkin materi untuk mengikuti retret bukan untuk tidur...! bila mereka mau tidur tidak perlu ke tempat retret, kemungkinan kamar mereka lebih nyaman. Jadi mereka berusaha selalu bertahan agar tidak jatuh tertidur.

Demikian juga dengan respon terhadap rasa sakit, mereka bertahan tidak mengubah posisi, bukan karena mereka mencari cari, tetapi rasa sakit muncul sendiri mengganggu mereka sehingga mereka tak dapat duduk bermeditasi lama, mereka lalu berusaha mengatasi dengan bertahan tidak bangun dan berusaha melihat rasa sakit yang muncul apa adanya, dengan sabar dan penuh perhatian.

Dari penjelasan saya mengenai metode mengatasi rasa kantuk dan sakit adakah tersirat bahwa metode yang saya tekuni dalam meditasi mencari-cari,
seperti pandangan pak Hudoyo?


Pak Hudoyo mengatakan bahwa  tuntunan Vipassana Sang Buddha samasekali tidak mengatakan mengenai usaha dan konsentrasi, tuntunan Vipassana yang mana? Bahiya Sutta dan Malunkyaputta sutta? Di dunia Buddhis saya belum mendengar ada guru meditasi yang mengatakan bahwa nasehat yang diberikan Sang Buddha kepada Y.A. Bahiya dan kepada Y.A Malunkyaputta Sutta merupakan tuntunan Vipassana (kecuali sebagai referensi), sedangkan mengambil tuntunan dari Mahasatipatthana sutta?... ya itu adalah tuntunan yang diakui di dunia Buddhis.

Setahu saya nasehat kedua sutta itu hanya dijadikan bahan referensi karena sangat minim informasi. Masih banyak faktor faktor lain yang diperlukan dalam meditasi Vipassana, yang bisa kita ambil dari bagian Tipitaka yang lain, bila tidak dibahas disana. Jadi Tipitaka adalah tuntunan meditasi yang merupakan kesatuan yang saling mendukung bukan terpisah satu sama lain seperti yang dipahami oleh pak Hudoyo.

Mengenai pentingnya objek utama mungkin saya perlu mengutip salah satu sutta (tetapi maaf saya sudah lupa dibagian mana, tetapi seingat saya di bagian Samyutta Nikaya, bila ada teman yang masih ingat dimana tolong beritahu, karena saat ini saya belum sempat mencari cari), nama suttanya saya lupa. Sang Buddha mengumpamakan mengendalikan pikiran (meditasi) seperti menundukkan banteng liar:

        "Pada jaman dahulu, bila ada seekor kerbau liar yang akan dijinakkan maka pertama kali kerbau tersebut diikat dengan tali, lalu talinya ditambatkan pada sebatang pohon. Pada awalnya kerbau tersebut akan mengamuk, berlari kesana kemari dan terus meronta ronta, hingga suatu ketika pada titik dimana banteng tersebut menjadi lelah dan malas untuk meronta, maka banteng tersebut akan jadi menurut, lalu pemilik yang menjinakkan memasukkan ring di hidungnyanya, sehingga bisa dikendalikan.

Demikian juga dengan pikiran yang ditambatkan pada jangkar yaitu keluar masuk napas atau kembung kempis perut sebagai objek utama pertama tama akan meronta ronta berlari kesana kemari, hingga akhirnya pikiran tersebut menjadi lelah, dan enggan melakukan perlawanan, akhirnya pikiran menjadi menurut dan mau menuruti kehendak kita.

Sebaliknya bila kerbau liar tersebut tidak diikat pada suatu pohon dan dibiarkan bebas berkeliaran maka kerbau tersebut tak akan menjadi jinak. Demikian juga dengan pikiran jika dibiarkan bebas berkeliaran dan tidak ditambatkan pada objek utama maka pikiran tersebut akan bebas berkeliaran tidak menjadi jinak.

Saya ingin menjawab pertanyaan penutup dari pak Hudoyo, tadinya saya merasa tak perlu menjawab, karena perkataan cocok atau tidak cocok tentu tidak tepat untuk diterapkan karena sifatnya sangat subjektif, tetapi saya lebih suka mengatakan effektif atau tidak effektif.

Bila mau jujur jika ada metode meditasi yang dilakukan hanya setengah jam sehari, selama seminggu sudah mencapai pencerahan. Tentu saya akan lebih cocok metode itu...demikian juga banyak orang orang lain. Tetapi apakah memang benar demikian? atau mungkin pada contoh yang lebih ekstrim saya akan lebih cocok lagi jika ada guru meditasi yang membuat saya mencapai pencerahan hanya dengan semburan air mantra atau inisiasi sederhana...

pada jaman dimana Ughatitannu dan Vipancitannu telah tidak muncul di dunia ini apakah mungkin mencapai seperti Y.A. Bahiya? Sedangkan kita paling paling hanya Neyya puggala, untung untung bukan Padaparama puggala.

Pak Hudoyo, sekali lagi saya memohon maaf, bahwa perbedaan perbedaan ini saya harap hanya dijadikan sebagai cara untuk saling memahami pandangan kita masing masing
 
Sukhi hotu.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian c on 11 August 2008, 01:59:58 AM
Oh ya, mungkin saya tak dapat membalas postingan balasan pak hudoyo dalam seminggu ini karena saya akan keluar kota.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 11 August 2008, 04:39:09 AM
Oh ya, mungkin saya tak dapat membalas postingan balasan pak hudoyo dalam seminggu ini karena saya akan keluar kota.
sama tuh pak hudoyo jg ke cipanas seminggu :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 11 August 2008, 09:54:37 AM
Saya mau tanya. Jadi semua reaksi, sudah pasti kemelekatan (atau kebencian)? Bagaimana jika melihat sesuatu, timbul metta/karunna/mudita?

Ya, metta, karuna dsb itu kelekatan juga selama masih ada atta/aku.
Coba baca kembali "Karaniya Metta Sutta" ... di situ diberikan contoh metta: "Bagaikan seorang ibu yang mencintai anak tunggalnya ... [bersedia berkorban demi anaknya dsb dsb]" ... Itukah metta Buddhis? ... Menurut saya, itu mah cinta dari ego ibu itu? ... Bisakah ibu itu mencintai anak-anak lain yang bukan anak tunggalnya? ... Sukar, selama ia masih mempunyai aku....

Nah, pertanyaan selanjutnya, apakah perumpamaan "cinta ibu kepada anak tunggalnya" itu datang dari Sang Buddha? ... Menurut saya, setiap orang yang mau berpikir sedikit bisa saja membuat perumpamaan seperti itu. Tidak perlu kemampuan seorang Buddha untuk mengatakannya. ... Tapi hanya seorang Buddha atau Krishnamurti bisa bicara tentang 'metta tanpa-aku' ... yang tidak ada perumpamaan apa pun bisa dipakai untuk mendeskripsikannya.

Salam,
hudoyo


"Bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal…” seharusnya tidak dipenggal, tapi ditulis lengkap, yaitu: “bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal demikian pula terhadap semua mahluk, memancarkan pikiran kasih sayangnya tanpa batas…”   
Kemudian kalimat awalnya dari Karaniya Metta Sutta itu merupakan satu kesatuan dari kalimat berikutnya, yaitu: inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan, jujur, rendah hati, tiada sombong, sederhana hidupnya, bekerja tanpa cela, dan seterusnya…

Kalimat di atas merupakan cinta kasih yg universal, mengapa?
Yang diumpamakan adalah cara memancarkan cinta kasih itu, tidak sebesar terhadap diri sendiri tetapi terhadap semua mahluk dengan kesetaraan yang sama… .

_/\_ :lotus:

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 11 August 2008, 10:06:36 AM
...
"Bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal…” seharusnya tidak dipenggal, tapi ditulis lengkap, yaitu: “bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal demikian pula terhadap semua mahluk, memancarkan pikiran kasih sayangnya tanpa batas…”   
Kemudian kalimat awalnya dari Karaniya Metta Sutta itu merupakan satu kesatuan dari kalimat berikutnya, yaitu: inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan, jujur, rendah hati, tiada sombong, sederhana hidupnya, bekerja tanpa cela, dan seterusnya…

Kalimat di atas merupakan cinta kasih yg universal, mengapa?
Yang diumpamakan adalah cara memancarkan cinta kasih itu, tidak sebesar terhadap diri sendiri tetapi terhadap semua mahluk dengan kesetaraan yang sama… .
...


...
Saya setuju bahwa metta itu bukanlah seperti cinta ibu kepada anak tunggalnya, karena itu sungguh bersyarat sekali. Tetapi dalam karaniya metta sutta itu adalah perbandingan jika kita bisa mencintai semua mahluk sebagaimana cinta ibu kepada anaknya, maka itu digambarkan sebagai metta. Siapa yang bisa mencintai semua mahluk tanpa dipengaruhi hubungan dan perasaan sehingga bersikap (bahkan terhadap musuhnya) bagai seorang ibu kepada anaknya? Saya rasa memang hanya orang yang sudah tidak ada "aku"-nya, di mana tidak ada "anak" saya, tidak ada "musuh" saya.
...

Terima kasih sudah mengutip kalimat lengkapnya, karena saya lupa.  _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 11 August 2008, 02:38:33 PM
"Bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal…” seharusnya tidak dipenggal, tapi ditulis lengkap, yaitu: “bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal demikian pula terhadap semua mahluk, memancarkan pikiran kasih sayangnya tanpa batas…”   
Kemudian kalimat awalnya dari Karaniya Metta Sutta itu merupakan satu kesatuan dari kalimat berikutnya, yaitu: inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan, jujur, rendah hati, tiada sombong, sederhana hidupnya, bekerja tanpa cela, dan seterusnya…
jadi ci lily mencintai saya seperti mencintai anaknya yg tunggal tidak? ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 11 August 2008, 03:03:51 PM
Ya dong.... buktinya saya kirimin Bro Tesla buku-buku Dhamma.... ;D Kalo saya ada buku-buku Dhamma yang baru...saya selalu ingat ama Bro Tesla... ;D

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 11 August 2008, 03:16:26 PM
Minta duit dong mih :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 11 August 2008, 03:21:31 PM
Ok....ini lagi saatnya bagi-bagi uang untuk makhluk lainnya (bakar uang kertas/sembahyang kubur).... :)) :)) :))
Bro Ryu... mau apalagi...mobil Mercy/BMW mau ga? sekalian saya bakarin... =)) =)) =))

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 11 August 2008, 03:29:00 PM
Ya dong.... buktinya saya kirimin Bro Tesla buku-buku Dhamma.... ;D Kalo saya ada buku-buku Dhamma yang baru...saya selalu ingat ama Bro Tesla... ;D

_/\_ :lotus:

Anumodana

tapi... maksud saya, ikat kepala naruto itu lho (joke) :P
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 11 August 2008, 03:40:56 PM
Ok....ini lagi saatnya bagi-bagi uang untuk makhluk lainnya (bakar uang kertas/sembahyang kubur).... :)) :)) :))
Bro Ryu... mau apalagi...mobil Mercy/BMW mau ga? sekalian saya bakarin... =)) =)) =))

_/\_ :lotus:
walaupun aye setan, aye kaga suka yang dibakar2 mih, pengennya yang asli nih :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 11 August 2008, 06:09:44 PM
Ya dong.... buktinya saya kirimin Bro Tesla buku-buku Dhamma.... ;D Kalo saya ada buku-buku Dhamma yang baru...saya selalu ingat ama Bro Tesla... ;D

_/\_ :lotus:

Anumodana

tapi... maksud saya, ikat kepala naruto itu lho (joke) :P

Hehehe.... anak saya tidur sama boneka Naruto... Tiap kali saya selimutin harus sekalian ama Naruto itu.... :))

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 11 August 2008, 07:01:21 PM
Mengenai rujukan, pak Hudoyo mengatakan bahwa sebagai pemeditasi Vipassana saya menggunakan Mahasatipatthana Sutta, itu benar, tetapi tidak tepat, sebab saya juga menggunakan rujukan Bahiya Sutta dan Malunkyaputta sutta, serta berbagai Sutta yang lain, cuma saya tidak mengambil satu sutta sebagai acuan lalu mengacuhkan yang lain karena dalam meditasi ternyata saling berkaitan. Dalam Bahiya Sutta Sang Buddha mengajarkan bahwa bila melihat hanya melihat dsbnya, ini diberikan oleh Sang Buddha kepada petapa Bahiya maupun Bhikkhu Malunkyaputta karena melihat kematangan batin mereka.
tidak mengacuhkan yg lainnya, bukan artinya harus menerima semua yg lainnya kan? ;)
kan Kalama Sutta sendiri mengajarkan utk jgn percaya begitu saja pada Kitab Sucimu.
ini maksudnya hanya berlaku utk agama lain, atau juga berlaku bagi agama Buddha?

menurut saya, semakin banyak referensi memang semakin mendekati (lebih tepat).
tetapi referensi itu sendiri tidak bisa asal terima buta :)

Quote
Maaf, saya numpang bertanya kepada pak Hudoyo. Benarkah Pak Hudoyo selalu memberikan bimbingan MMD hanya tiga hari? dan benarkah Pak Hudoyo mengatakan bahwa meditator yang pak Hudoyo bimbing telah mengalami khanika samadhi? coba pak Hudoyo secara jujur tanyakan kepada mereka apakah mereka masih merasa mengantuk di siang hari, terutama setelah makan? apakah mereka masih terpengaruh oleh rasa sakit di kaki bila meditasi duduk, katakanlah misalnya duduk tak bergerak selama dua jam?
walau saya tidak ber-MMD ;D tapi Pak Hud sangat mempengaruhi saya dalam memahami dhamma, mungkin Kalyanamitta :P . Kalau sekarang makan kenyang, saya masih ngantuk :)) tetapi dulu pas lagi meditasi intens ada sesuatu yg lebih dari taraf manusia biasa. saya tidak ingin menceritakannya karena terkesan malah mempromosikan Pak Hudoyo ;D

dan lagi kalau baca buku terbitan DC Press ke-2, Kebebasan Sempurna halaman 15, diceritakan bahwa Sarakani telah mencapai Sotapanna walaupun ia seorang pemabuk. jadi menurut saya tidak relevan kalau menganggap orang yg sudah mencapai khanika samadhi itu tidak akan ngantuk. (secara samma-samadhi diartikan khanika samadhi, apalagi kalau jhana...)

Quote
Bila ia masih merasa sakit atau terpengaruh atau timbul rasa tak menyenangkan, maka saya menganggap bahwa ia belum mengalami khanika samadhi yang sesungguhnya.

Kemudian bila ia mengatakan bahwa ia tidak merasa sakit atau tidak mengantuk, coba tanyakan mengenai kanika samadhi yang mereka alami itu objeknya apa? mohon pak Hudoyo informasikan kepada saya supaya saya bisa lebih memahami MMD.
tidak ada objek, hanya sadar...
ketika sadar, tidak ada ngantuk.

terus terang pertanyaan rekan fabian berkesan seperti menanyakan sesuatu yg digunakan utk di-crosscheck dg jawaban yg ada di pikiran rekan fabian. menurut saya, pencapaian dalam meditasi (bukan tingkat kesucian) tidaklah dapat dikelompokkan secara garis linear. so mungkin rekan fabian sudah berada dalam garis 1,2,3,4,5, dst..
sementara yg lain berada pada garis 1a,1b,2a,2b,dst...

Quote
Saya setuju keadaan batin seperti itu masih bisa dicapai oleh meditator yang beragama lain tetapi mereka tak akan mencapai pencerahan versi ajaran Sang Buddha (entah kalau pencerahan versi agama mereka), mengapa? Ajaran Sang Buddha mengajarkan bahwa salah satu faktor pencerahan awal yaitu lenyapnya sakkayaditthi, adalah lenyapnya pandangan salah mengenai aku atau atta, mungkin bagi mereka yang kurang menyelami menganggap bahwa ada atta atau aku yang dihancurkan.
nah disini ada step yg saya katakan berbeda tadi.
menurut rekan fabian, bahwa pandangan salah harus dipatahkan dulu terlebih dahulu dg konsep buddhisme.
sedangkan mungkin ada jalan lain diluar Buddhisme, yaitu menyadari sendiri pandangan salahnya :)
walaupun hasil akhirnya sama2 pencerahan, stepnya adalah berbeda.
dan disini saya hanya berteori karena saya belum tercerahkan :)
jadi mungkin (kemungkinan besar) saya salah :)

+ saya bukan membela non-Buddhist, karena saya "status" agama Buddha. (walau seringnya ke gereja :)) )

Quote
Kenyataannya tidaklah demikian, karena jika ada atta yang dihancurkan atau dilenyapkan maka kita terperangkap pada paham nihilisme. Bagaimanakah pandangan salah itu bisa lenyap? Pada waktu meditator mengamati timbul dan tenggelamnya batin dan jasmani ia harus sepenuhnya melepas ide, paham apapun, suatu ketika fenomena timbul tenggelam itu lenyap, pada waktu itu ia melihat bahwa semua ini hanya proses, tidak lebih. Dengan demikian maka pandangan salah mengenai atta akan lenyap dengan sendirinya.
nah disini Anda sendiri yg menyatakan bahwa sakkayaditthi dapat dilenyapkan tanpa konteks Buddhist (setidaknya itulah yg saya tangkap).

selanjutnya pembahasan rekan fabian memiliki banyak persamaan dg pembahasan Pak Hud lho ;)
terima kasih atas sharingnya... _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sukma Kemenyan on 11 August 2008, 08:11:25 PM
Gua jadi pengen lebih banyak membaca tulisan2x fabian...
Its just... truly inspiring
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 12 August 2008, 07:26:57 AM
Gua jadi pengen lebih banyak membaca tulisan2x fabian...
Its just... truly inspiring
Iye mbah aye juga nih :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 13 August 2008, 07:57:04 PM
yup keep going fabian. ciayo...  :lotus:  :>-
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Adhitthana on 13 August 2008, 10:36:32 PM
Gua jadi pengen lebih banyak membaca tulisan2x fabian...
Its just... truly inspiring
Iye mbah aye juga nih :))


iya ..... saya jg lebih bisa memahami tulisan fabian ...  _/\_

Moga-moga fabian mao selalu berbagi tulisan disini   :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 19 August 2008, 07:05:47 PM
"Bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal…” seharusnya tidak dipenggal, tapi ditulis lengkap, yaitu: “bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal demikian pula terhadap semua mahluk, memancarkan pikiran kasih sayangnya tanpa batas…”  
Kemudian kalimat awalnya dari Karaniya Metta Sutta itu merupakan satu kesatuan dari kalimat berikutnya, yaitu: inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan, jujur, rendah hati, tiada sombong, sederhana hidupnya, bekerja tanpa cela, dan seterusnya…
Kalimat di atas merupakan cinta kasih yg universal, mengapa?
Yang diumpamakan adalah cara memancarkan cinta kasih itu, tidak sebesar terhadap diri sendiri tetapi terhadap semua mahluk dengan kesetaraan yang sama… .

Menggunakan contoh "cinta kasih ibu kepada anak tunggal" sebagai gambaran "cinta kasih universal" adalah sama sekali tidak tepat; contoh seperti itu justru memerosotkan makna "cinta kasih universal", apa pun makna itu.

Sesungguhnya tidak seorang pun bisa menggambarkan dengan tepat apa itu "cinta kasih universal" selama ia masih mempunyai atta/diri. Oleh karena itu, lebih baik bicara tentang atta/diri, bukan bicara tentang "cinta kasih unversal" yang hanya akan membuat atta/diri semakin kuat karena merasa memahami apa itu "cinta kasih universal".

Salam,
hudoyo
Title: Vipassana versi Mahasi Sayadaw versus vipassana versi MMD
Post by: hudoyo on 19 August 2008, 10:49:40 PM
.

Rekan Fabian yg baik,

Di dalam beberapa retret vipassana versi Mahasi Sayadaw yang pernah saya ikuti selalu digunakan Mahasatipatthana-sutta sebagai rujukan, dan tidak pernah sekalipun saya mendengar Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta disebut-sebut.

Kalau Anda menghubung-hubungkan satu sutta dan sutta yang lain sebagai referensi Anda di dalam menjalankan vipassana Anda, maka saya HANYA mengambil Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta sebagai referensi saya, karena sutta itu saya anggap CUKUP untuk mempraktikkan vipassana. Di lain pihak, saya malah menganggap Mahasatipatthana sutta yang bertele-tele itu bukan tuntunan vipassana yang benar, karena isinya penuh dengan kontemplasi yang menggunakan pikiran.

Sang Buddha mengajarkan vipassana kepada Bahiya yang tidak pernah belajar "Buddha Dharma" sebagaimana umat Buddha di zaman sekarang belajar Tipitaka. Tanpa pernah mendengar tentang 4 Kebenaran Mulia & Jalan Mulia Berfaktor 8, Bahiya mencapai pembebasan hanya dengan mendengar khotbah pendek Sang Buddha kepadanya. Sekarang saya mengajarkan vipassana kepada teman-teman non-Buddhis persis seperti Sang Buddha mengajarkan vipassana kepada Bahiya, dan saya melihat banyak di antara mereka langsung mampu mengembangkan kesadaran tanpa beban ajaran, bahkan lebih sadar daripada teman-teman Buddhis yang penuh terbebani oleh ajaran Tipitaka. Anda boleh-boleh saja menganggap ajaran dalam Bahiya-sutta bukan untuk pemula, berdasarkan spekulasi Anda. Tapi fakta meluasnya MMD di kalangan teman-teman non-Buddhis dan Buddhis membuktikan lain. Testimoni demi testimoni teman-teman praktisi MMD membuktikan bahwa spekulasi Anda tidak benar.

Rekan Fabian, saya memberikan bimbingan MMD selama 3 hari dan 7 hari. Testimoni beberapa praktisi MMD mengindikasikan bahwa mereka telah mengalami khanika-samadhi; ada yang dalam retret 3 hari, retret 7 hari, atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya khanika-samadhi tidak ada kaitannya dengan latihan konsentrasi; dalam MMD tidak ada konsentrasi sama sekali. Tidak pula berkaitan dengan lamanya mengikuti retret, melainkan dengan berhentinya pikiran, dengan lepasnya rasa aku dan rasa memiliki, termasuk memiliki ajaran, memiliki kemampuan bermeditasi. Khanika-samadhi tidak ada kaitannya dengan kemampuan duduk dua jam tanpa rasa sakit, kemampuan untuk tidak mengantuk selama berhari-hari, atau dengan kemampuan-kemampuan "hebat" lainnya. Khanika-samadhi bisa dialami dalam beberapa detik, beberapa menit atau beberapa jam. Di dalam khanika-samadhi orang berada dalam kesadaran yang berbeda dengan kesadaran biasa yang dirongrong oleh kelima rintangan batin. Dalam khanika-samadhi pikiran tidak bergerak (lihat Mulapariyaya-sutta), tidak ada kesadaran subyek-obyek, tidak ada pengetahuan & pengalaman, tidak ada obyek yang diamati sekalipun semua fenomena tampak muncul dan lenyap tanpa diamati satu per satu, tidak ada atta/diri, tidak ada kehendak, tidak ada reaksi terhadap kesakitan fisik maupun kenyamanan fisik, tidak ada kesadaran waktu. ... Anda berkata ingin "lebih memahami MMD" ... itu hanya bisa Anda peroleh bila Anda melakukan sendiri MMD, bukan menganalisis MMD dengan pikiran Anda yang TERKONDISI oleh vipassana versi Mahasi Sayadaw ... dan untuk melakukan MMD, Anda harus melepaskan (untuk sementara) vipassana versi Mahasi Sayadaw yang dalam beberapa aspek bertolak belakang dengan MMD. Tanpa itu percuma Anda mencoba "lebih memahami" MMD dengan pikiran Anda.

Anda bicara tentang berdana, sila ... dsb. Dalam retret MMD, hal-hal itu sama sekali tidak dibicarakan, karena retret MMD mengajarkan meditasi, bukan mengajarkan agama. ... Dari seluruh peserta retret MMD, hanya sekitar 20-30% mengalami pencerahan-pencerahan (insight) tertentu yang mentransformasikan batin mereka, sehingga mereka datang kembali berulang-ulang untuk melanjutkan latihan MMD. Selebihnya yang 70-80% tidak kembali lagi; jelas ini disebabkan karena MMD tidak cocok bagi mereka.

Anda juga bicara tentang berbagai obyek meditasi yang diajarkan dalam Tipitaka. Semua obyek meditasi itu sama sekali tidak relevan dalam retret MMD, yang mengajarkan vipassana sebagai jalan langsung menuju pembebasan. Meditasi vipassana BUKANLAH perenungan (kontemplasi) terhadap berbagai obyek pikiran (seperti 32 bagian tubuh, mayat, bahkan berbagai konsep Dhamma) sebagaimana diajarkan dalam Mahasatipatthana-sutta.

Anda mengklaim bahwa "tidak mungkin meditator pemula untuk bermeditasi dengan hanya melihat, hanya mendengar dsbnya, karena batin mereka pasti terseret." Saya mengklaim, berdasarkan pengalaman para praktisi MMD, bahwa apa yang diajarkan Sang Buddha kepada Bahiya itu mungkin dilakukan oleh siapa saja pada zaman sekarang. ... Bahwa orang akan terseret dengan munculnya pikiran menanggapi rangsangan yang masuk melalui indra-indra itu, itu adalah hal yang wajar; justru itulah pelajaran yang diambil dalam praktik MMD. Menyadari pikiran yang menyeret itu sendiri akan menghentikan pikiran itu, dan orang akan kembali "hanya melihat, hanya mendengar ... dsb."

Anda mengklaim bahwa pemeditasi yang non-Buddhis "tak akan mencapai pencerahan versi ajaran Sang Buddha." Di sini jelas terungkap sikap Anda yang melekat kepada doktrin Buddhisme secara eksklusif/fanatik: hanya orang yang belajar 4KM dan JMB8 yang bisa mencapai "pencerahan benar". Saya menolak tegas pandangan Anda itu. Orang yang melekat pada suatu doktrin adalah orang yang masih kuat atta/dirinya, betapa pun ia mengklaim telah bebas dari "pandangan salah tentang atta/aku". Dalam puluhan sutta Sang Buddha berkata, "seorang biasa (puthujjana) selalu berpikir: ini aku, ini milikku, ini diriku" -- termasuk "ini agamaku (Buddhis), ini doktrinku, ini meditasiku".

Mengherankan bahwa Anda bisa berkata, "apabila orang tersebut memiliki paham yang terus dia pegang maka ia tak akan menembus, karena jika ia tak melepas paham tersebut maka batinnya tak akan diam sepenuhnya." -- Apakah Anda tidak melihat bahwa ini pun berlaku persis sama untuk Anda sendiri? Apakah Anda tidak bisa melihat bahwa Anda melekat pada paham 'anatta', yang Anda pertentangkan dengan paham atta (sakkaya-ditthi)? Apakah berpendapat bahwa "non-Buddhis hanya dapat mencapai pandangan terang hanya pada batas sankharupekkha nana dan tak dapat maju lebih daripada itu" itu bukan suatu paham yang amat kuat dilekati oleh orang Buddhis yang fanatik, sekalipun ia merasa vipassananya telah "maju jauh"?

Anda berkata: "Memang amat sulit sekali melihat kemelekatan yang halus, yaitu bila kita berpandangan orang lain berpikiran sempit kita berjiwa besar, ini adalah kemelekatan. Orang lain melekat pada pandangan kita tidak melekat pada pandangan, ini juga kemelekatan yang halus. Orang lain menganggap dia benar sendiri, sedangkan saya tidak demikian, inipun juga kemelekatan, kemelekatan terhadap metode orang lain berkonsep, metode saya tidak berkonsep, ini pun juga merupakan kemelekatan. Metode orang lain mencari cari metode saya tidak... ini juga kemelekatan..." -- Apa yang Anda katakan itu persis berlaku juga bagi Anda, bukan, sekalipun dalam posisi yang terbalik? Anda mengritik MMD dan saya mengritik vipassana versi Mahasi Sayadaw; itu berarti Anda dan saya berada pada level pikiran yang SAMA, sekalipun bertolak belakang. ... Yang penting marilah kita bertanya kepada diri masing-masing--tidak perlu mengatakan orang lain begini-begitu--apakah dalam batinku masih ada pikiran: ini aku, ini milikku, metode meditasiku, doktrinku, agamaku? Itulah yang selalu dianjurkan oleh Sang Buddha. Saya bertanya kepada diri saya, dan Anda bertanya kepada diri Anda; OK?

Nah, sekarang satu hal lain. Anda bilang: "seperti yang dikatakan pak Hudoyo yaitu setiap 'usaha' apa pun tidak terlepas dari atta ... dan tidak ada 'usaha' apa pun dari atta bisa mencapai 'anatta', dengan melekat kepada paham ini maka ia tak akan bisa melihat segala sesuatu apa adanya." -- Anda melihat apa yang saya katakan itu sebagai "paham". Itu disebabkan karena Anda TIDAK BISA MELIHAT bahwa apa yang saya katakan itu adalah FAKTA, sesuai dengan Bahiya-sutta: "Kalau kamu bisa bersikap PASIF, maka KAMU TIDAK ADA, dan itulah akhir dukkha."  ... Dengan kata lain, Sang Buddha hendak berkata: "Kalau kamu TIDAK BISA bersikap PASIF, kalau kamu terus BERUSAHA, maka KAMU TERUS ADA, kamu tidak akan pernah bebas dari dukkha."  ... Rekan Fabian, saya tidak akan berpanjang-panjang lagi tentang hal ini, tidak ada gunanya, karena ANDA TIDAK MENGERTI apa yang saya katakan.

Lalu Anda menulis, "pikiran merupakan manifestasi dari atta dan itu merupakan atta ditthi.." Ini terbalik (lihat Mulapariyaya-sutta)! Pikiranlah yang menciptakan 'atta/diri', dan ini yang menimbulkan 'anggapan adanya aku yang kekal (atta-ditthi)'. ... Oleh karena itu dalam retret MMD, pikiran inilah yang menjadi sasaran penyadaran, karena atta/diri ini muncul bersama bergeraknya pikiran (ma~n~nati, vitaketi, vicareti). Bila pikiran diam, maka atta/diri pun lenyap, sesuai Bahiya-sutta dan Mulapariyaya-sutta.

Tentang Anda memaknai "ekayano maggo" sebagai "satu-satunya jalan", sesuai dengan sikap eksklusif/fanatik Anda pada Buddhisme Theravada, terserah Anda. Saya melihat YM Thanissaro Bhikkhu jauh lebih bijaksana daripada Anda, karena beliau melihat kenyataan bahwa pencerahan/pembebasan bisa saja tercapai melalui jalan-jalan lain, sekalipun "tidak langsung", sehingga beliau menerjemahkan "ekayano maggo" sebagai "jalan langsung".

Tentang kesan saya bahwa vipassana versi Mahasi Sayadaw menekankan pada usaha (viriya) dan konsentrasi, saya peroleh dari beberapa kali mengikuti retret vipassana versi itu; saya mendengar 'viriya' dan 'konsentrasi' itu ditekankan berkali-kali dalam Dhamma-talk di waktu malam oleh para Sayadaw. Bahwa Anda mengingkarinya, itu urusan Anda sendiri.

Uraian Anda yang panjang lebar tentang rasa mengantuk, rasa sakit dan viriya sebagai cara mengatasinya lagi-lagi membenarkan kesan saya bahwa vipassana versi Mahasi Sayadaw menekankan pada konsentrasi dan viriya. Dalam retret MMD tidak ada usaha mengatasi mengantuk atau rasa sakit yang muncul, sekalipun ditekankan agar badan ini tidak dimanjakan. Dalam MMD ditekankan sikap relaks, tidak terbebani oleh meditasi; bila sangat mengantuk silakan tidur kapan saja, bila sangat sakit silakan berdiri atau mengubah posisi duduk. Dengan sikap relaks, tanpa terbebani oleh keharusan ini-itu, mengusahakan ini-itu, mengejar suatu tujuan, mengharapkan suatu goal, dalam meditasi, alih-alih dengan menekankan pada kesadaran terhadap gerak-gerik pikiran/aku (atta), maka MENURUT PENGALAMAN justru meditator lebih mudah mencapai keheningan, dan kemudian masuk dalam khanika-samadhi.

Anda mengatakan "di dunia Buddhis saya belum mendengar ada guru meditasi yang mengatakan bahwa nasehat yang diberikan Sang Buddha kepada Y.A. Bahiya dan kepada Y.A Malunkyaputta Sutta merupakan tuntunan Vipassana." Betul sekali kata Anda, itulah yang saya namakan VIPASSANA TRADISIONAL yang berangkat dari Mahasatipatthana-sutta (yang sebetulnya isinya BUKAN vipassana). ... Justu "Vipassana tradisional" itulah yang saya tolak dan mulai saya bongkar perlahan-lahan di Indonesia. ... Dan sedikit demi sedikit usaha saya telah membuahkan hasil. Satu demi satu praktisi vipassana versi Mahasi Sayadaw yang kemudian mencoba MMD dengan melepaskan metode Mahasi pada akkhirnya menjadi praktisi MMD dan tidak kembali lagi ke metode Mahasi. Saya belum pernah mendengar hal yang sebaliknya terjadi. Testimoni demi testimoni mereka mengisyaratkan perubahan itu; mereka membuktikan sendiri dalam praktik mereka, bahwa keheningan atau khanika-samadhi yang mereka capai melalui konsentrasi dalam vipassana versi Mahasi dapat pula dicapai dengan jauh lebih mudah dalam MMD yang tanpa-konsentrasi dan tanpa-usaha sama sekali.

Memang di dunia Buddhis baru sekali inilah, dari saya, Anda mendengar bahwa ajaran Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta itu JUSTRU VIPASSANA YANG MURNI, VIPASSANA YANG SESUNGGUHNYA, sedang apa yang tercantum dalam Mahasatipatthana-sutta itu sama sekali bukan tuntunan vipassana yang otentik, sebagaimana dimaksudkan pula oleh YM Buddhadasa Mahathera.

Anda bilang, Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta "sangat minim informasi". Betul sekali! Justru vipassana tidak memerlukan informasi apa pun yang lebih daripada yang tercantum dalam kedua sutta itu. Bahkan informasi dalam Mahasatipatthana-sutta sama sekali tidak diperlukan untuk menjalankan vipassana secara efektif! Seluruh isi Sutta Pitaka tidak perlu dipelajari oleh orang yang mau menjalankan vipassana tanpa terbebani oleh pengetahuan kitab suci. Sang Buddha mengajarkan tuntunan meditasi secara spesifik kepada bhikkhu-bhikkhu secara individual; Sang Buddha tidak memerintahkan agar orang yang mau menjalankan vipassana belajar dulu seluruh isi Sutta Pitaka yang belum tersusun pada waktu Sang Buddha hidup. ... Dan saya mengambil tuntunan vipassana yang paling minimal yang diberikan kepada bhikkhu-bhikkhu secara individual, yakni yang diberikan kepada Bahiya dan Malunkyaputta, untuk saya ajarkan dalam retret MMD. ... Dan sampai sekarang ternyata berhasil baik, malah berhasil lebih baik di kalangan praktisi MMD yang non-Buddhis daripada di kalangan Buddhis yang melekat kepada pengetahuan Buddha-Dhamma. Mengapa? Karena fakta bahwa teman-teman non-Buddhis ikut retret MMD itu dengan sendirinya menunjukkan bahwa mereka sudah bisa melepaskan kelekatan kepada ajaran agama yang mereka anut, sedangkan ada teman-teman Buddhis yang sukar melepaskan doktrin Buddha-Dhamma yang mereka anut ketika mengikuti retret MMD. Jadi kelekatan atau ketidakmelekatan kepada doktrin agama yang dianut (termasuk doktrin Buddha-Dhamma) itulah yang membuat vipassana efektif atau tidak.

Tentang Anda menganggap penting "obyek utama" dalam vipassana silakan saja, karena versi vipassana Anda menekankan pada konsentrasi, seperti saya katakan; itu tidak bisa lain. Dalam MMD sama sekali tidak ada konsentrasi, jadi tidak ada "obyek utama". Tidak perlu diperpanjang lagi.

Rekan Fabian, "zaman keemasan" metode vipassana versi Mahasi Sayadaw di tahun 1950an - 1970an, di mana hanya metode itulah yang mendominasi dunia vipassana di Indonesia, telah lewat. Pada dewasa ini berbagai metode vipassana telah masuk ke Indonesia: versi Goenka (yang pada tahap awalnya menekankan pengamatan vedana secara sistematik), versi Pa-Auk Sayadaw/Sayalay Dipankara (yang menekankan pencapaian jhana lebih dulu sebelum menjalankan vipassana), dan dari dalam negeri saya mengembangkan MMD. Akhir-akhir ini telah masuk pula vipassana versi Shwe Oo Min/Sayadaw U Tejaniya yang mempunyai banyak kesamaan dengan MMD. (lihat posting saya dalam thread lain yang saya kutip di bawah ini.) Sekarang setiap orang, Buddhis maupun non-Buddhis, yang mendambakan pencerahan & pembebasan bisa melakukan "shopping meditasi" dengan bebas dan memilih versi mana yang cocok/efektif bagi pribadi masing-masing.

Saya sama sekali tidak menganut paham/kepercayaan bahwa di zaman sekarang lebih sukar orang melaksanakan vipassana dan mencapai pembebasan--atau diukur "kemajuannya" dengan khanika-samadhi--daripada di zaman Sang Buddha. Itu cuma kesan yang dibesar-besarkan dari membaca cerita-cerita dalam Tipitaka. Di zaman sekarang sama saja, ada orang yang kuat melekat pada pikirannya, dan ada orang yang sudah tipis kelekatannya pada pikirannya, persis seperti di zaman Sang Buddha. Dan itu tidak ada kaitannya dengan apakah orang itu Buddhis atau non-Buddhis, apakah orang itu pernah belajar 4KM+JMB8 atau tidak. Retret-retret MMD telah membuktikannya.

Untuk berbagai macam orang itu tersedia berbagai metode vipassana. MMD salah satu di antaranya. Oleh karena itu saya menekankan "Tidak ada satu metode vipassana yang cocok (efektif, menurut istilah Anda) bagi SEMUA orang, vipassana versi Mahasi Sayadaw tidak, MMD pun tidak." Itu faktanya. Jawaban Anda terhadap statement saya itu tampak berputar-putar, terkesan menghindar; mungkin karena Anda tidak rela mengakui bahwa vipassana metode Mahasi Sayadaw yang Anda anut tidak cocok/tidak efektif untuk SEMUA orang. Seperti juga halnya dengan MMD, yang harus saya akui memang begitu, tidak cocok/tidak efektif untuk SEMUA orang.

Salam,
hudoyo

[at] Pak hud,
MMD mirip banget dengan ajaran U Tejaniya
sebenarnya masing masing guru membawa Trademark masing masing.

Tiap guru meditasi vipassana mengajarkan vipassana sesuai dengan pengalaman masing-masing.

Terima kasih Anda telah mengenalkan saya kepada ajaran meditasi Sayadaw U Tejaniya. Saya baru saja mencari tulisan-tulisan beliau di internet. Memang banyak persamaannya dengan apa yang saya ajarkan, sekalipun di sana-sini ada perbedaan dalam pemahaman. Di bawah ini saya kutip satu paragraf tulisan tentang meditasi U Tejaniya yang membedakannya dengan vipassana versi Mahasi Sayadaw:

- beliau mengajarkan meditasi secara rileks dan berkesinambungan, bukan dengan pemaksaan usaha (viriya);
- beliau mengajarkan membuka kesadaran terhadap semua pengalaman, bukan memusatkan konsentrasi pada obyek utama;
- beliau mengajarkan meditasi jalan dengan gerak yang biasa, bukan dengan memperlambat gerakan;
- beliau mengajarkan retret tanpa jadwal yang kaku;
- beliau mengajarkan kesadaran terhadap relasi/reaksi diri terhadap obyek, bukan terhadap obyek itu sendiri;
- beliau masih bicara tentang panca-balani, yang tidak lagi saya bicarakan -- alih-alih saya selalu bicara tentang atta/diri/aku yang berada di balik semua usaha dan tujuan meditasi betapa pun luhurnya.

Vipassana versi Sayadaw U Tejaniya ini sekarang mulai meluas di Barat dan berpengaruh pada sejumlah guru-guru vipassana di sana. Di Indonesia, sebelum saya mengenal Sayadaw U Tejaniya, saya sudah lama mengajarkan MMD.

Salam,
hudoyo

Dari: www.inquiringmind.com

Taking a Relaxed Approach with Sayadaw U Tejaniya
by Mirka Knaster

In 2007, Sayadaw U Tejaniya, a Burmese monk, made his second visit to Western Dharma centers in the U. S. I had the opportunity to hear his teachings in several places, to interview him and his excellent translator, Ma Thet, and to speak with teachers and yogis about their experience of his transformative approach to Dharma practice. Sayadaw’s particular way of teaching is now influencing a number of Western vipassana teachers. He emphasizes practicing in a relaxed but continuous manner rather than forcing one’s effort; opening the field of awareness to all experience rather than beginning with a primary object to establish concentration; walking at a regular rather than slow pace on retreat; not imposing a fixed retreat schedule; and focusing on one’s relationship to objects rather than on the objects themselves. The integration of these elements appears to strengthen the five spiritual faculties (indriya)—faith, energy, mindfulness, concentration, wisdom—and deepen practice in everyday life.
[...]
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Lily W on 20 August 2008, 09:32:20 AM
"Bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal…” seharusnya tidak dipenggal, tapi ditulis lengkap, yaitu: “bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal demikian pula terhadap semua mahluk, memancarkan pikiran kasih sayangnya tanpa batas…”  
Kemudian kalimat awalnya dari Karaniya Metta Sutta itu merupakan satu kesatuan dari kalimat berikutnya, yaitu: inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan, jujur, rendah hati, tiada sombong, sederhana hidupnya, bekerja tanpa cela, dan seterusnya…
Kalimat di atas merupakan cinta kasih yg universal, mengapa?
Yang diumpamakan adalah cara memancarkan cinta kasih itu, tidak sebesar terhadap diri sendiri tetapi terhadap semua mahluk dengan kesetaraan yang sama… .

Menggunakan contoh "cinta kasih ibu kepada anak tunggal" sebagai gambaran "cinta kasih universal" adalah sama sekali tidak tepat; contoh seperti itu justru memerosotkan makna "cinta kasih universal", apa pun makna itu.

Sesungguhnya tidak seorang pun bisa menggambarkan dengan tepat apa itu "cinta kasih universal" selama ia masih mempunyai atta/diri. Oleh karena itu, lebih baik bicara tentang atta/diri, bukan bicara tentang "cinta kasih unversal" yang hanya akan membuat atta/diri semakin kuat karena merasa memahami apa itu "cinta kasih universal".

Salam,
hudoyo

Pak Hudoyo yang baik...

Anumodana atas pendapatnya... _/\_

_/\_ :lotus:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 20 August 2008, 10:54:40 AM
Isi Panca Balani apa ya?  :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 20 August 2008, 11:31:07 AM
Setahu saya ada panca bala (lima kekuatan) : Saddha, virya, sati, samadhi, dan pan~n~a.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 20 August 2008, 11:44:55 AM
 Ok Thx bro Karuna utk infonya.  ;D _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 20 August 2008, 12:45:31 PM
memang sama yah, panca bala dengan panca balani? ???
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 20 August 2008, 01:16:09 PM
 [at] karuna_murti

Akhiran -ni hanya menunjukkan plural (jamak). Seperti cattari ariya saccani.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian c on 20 August 2008, 05:18:19 PM
Uraian kedua mengenai Vipassana I

Pada waktu menerjemahkan untuk para guru meditasi yang datang berkunjung ke Indonesia, saya sering mendengar mengenai para Yogi yang setelah beberapa hari berlatih meditasi melapor demikian,
   “Waw Sayadaw, luar biasa… saya melihat cahaya terang…. wah Sayadaw… saya merasakan chi saya berputar putar…, wah Sayadaw saya bisa melihat mahluk halus…wah Sayadaw saya merasa kosong…Wah Sayadaw saya merasa hening sekali, hingga semua suara terdengar sangat jelas… dsbnya. Teman teman ini untungnya berlatih dibawah bimbingan guru meditasi Vipassana yang terlatih yang memang dianggap telah mencapai tahap pandangan terang tertentu, sehingga dapat meluruskan pandangan siswa tersebut.

Saya pernah bertanya seberapa jauh pengalaman/pengetahuan/nyana, seorang calon guru Vipassana  di Myanmar (metode Mahasi Sayadaw) sebelum mereka diijinkan mendampingi guru meditasi meng-interview para siswa? Beliau katakan minimum Sankharupekkha nana. Sedangkan saya pernah mendengar dari Y.M. U Janaka Sayadaw sendiri mengatakan siswa yang paling cepat mencapai tahap itu dibawah bimbingannya minimum memerlukan waktu satu bulan intensif, itupun siswa tersebut memang memiliki “kecerdasan batin” yang tajam (bedakan dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan intelektual dicapai di bangku sekolah bukan di ruang meditasi).

Semua teman-teman yang memiliki pengalaman aneh tersebut berlatih Vipassana, tetapi pengalaman yang mereka alami hanya merupakan kekotoran Vipassana, bukan insight atau pandangan terang.
Tidak ada yang luar biasa pada munculnya pandangan terang, tetapi sang siswa melihat sesuatu pada jasmani atau batinnya yang selama ini tidak tampak, sesuatu  yang menimbulkan pengertian. Pengertian inilah yang disebut nyana (perhatikan: pengertian atau nyana timbul setelah mendapatkan suatu pengalaman, bukan muncul seperti mendapat ilham atau wahyu). Memang pengalaman yang muncul bisa berbeda, tetapi prinsip dari semua pengalaman itu sama bagi semua meditator, yaitu pengalaman pengalaman yang timbul pada waktu berlatih Vipassana membuat bertambah matangnya pengertian dan kebijaksanaan meditator (wisdom dan understanding) pengertian bagaimana? yaitu batin dan jasmani bersifat tidak permanen, selalu berubah, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan, serta susah dikendalikan, tak mau menurut dan berjalan semaunya (saya tak mau memakai istilah anicca, dukkha, dan anatta karena nanti dituduh konsep dan mencari cari atau berpikir atau kontemplasi) Bila meditator setelah bermeditasi untuk jangka waktu yang lama tidak melihat anicca, dukkha dan anatta dan tidak bertambah tajam wisdom dan understandingnya maka pastilah bahwa ia tidak ber Vipassana atau ia kurang memiliki kecerdasan batin.

Batin kita tidak mau menurut, ia berkelana semaunya, oleh karena itu diperlukan usaha agar ia mau menurut dan memperhatikan, umpamanya bila mengantuk, maka diperlukan usaha agar tidak memperhatikan sambil mengantuk, bila rasa mengantuk yang diperhatikan, maka diperlukan usaha agar jangan jatuh tertidur. Lain halnya jika batin telah menurut, seperti yang terjadi pada seorang meditator yang telah sampai pada tingkatan advance. Segala sesuatunya menjadi mudah karena batinnya telah menurut dan lentur, mudah diarahkan.

Tak ada pekerjaan apapun yang bisa dilakukan tanpa usaha, untuk bisa memperhatikan tanpa usaha atau untuk bisa memperhatikan apa adanya, juga diperlukan usaha.

Dari uraian ini mudah-mudahan teman-teman mengerti bahwa usaha selalu diperlukan pada meditator agar berbagai faktor pendukung kemajuan batin jadi seimbang, ini adalah bentuk praktek yang sesungguhnya yang diajarkan Sang Buddha, sesuai dengan Tipitaka. Bisakah anda membayangkan mengerjakan sesuatu tanpa usaha? Walau menerima hadiah undianpun masih diperlukan usaha untuk mengambil hadiahnya. Usaha adalah kondisi, hanya keadaan yang terbebas dari kondisi, maka tidak diperlukan lagi usaha, nanti akan saya terangkan seperti apa batin yang terbebas dari kondisi.

Seiring bertambah majunya meditasi Vipassana yang dilakukan meditator tersebut, maka sifat batin dan jasmani semakin dikenali dan dipahami. Bila pengertian-pengertian yang berkaitan dengan sifat sifat batin dan jasmani tidak muncul, maka meditator tak akan terdorong untuk melepas…, apalagi timbul pengalaman dahsyat yang membuat mereka menganggap mereka pendapatkan suatu “pencerahan” maka ia akan melekat pada “pengalaman pencerahannya” tersebut dan lupa bahwa prinsip Vipassana adalah melihat segala sesuatu apa adanya. Apa adanya bagaimana? Melihat apa adanya bahwa batin dan jasmani bersifat tidak kekal, bersifat tidak menyenangkan dan tidak memuaskan, susah dikendalikan dan tak mau menurut.
Pengalaman sedahsyat apapun hanya dilihat sebagai suatu fenomena saja, tidak lebih.

Pada umumnya bagi meditator pemula mudah sekali terseret, dan ia menganggap bahwa inilah Vipassana, dan tanpa ia sadari ia melekat pada fenomena tersebut karena menikmati pengalaman tersebut. Umumnya meditator pemula tidak mengerti bahwa dalam Vipassana tak ada sesuatu apapun yang berharga untuk dilekati atau dikagumi dan  pada waktu kita berlatih meditasi Vipassana, segala sesuatu hanya dianggap suatu pengalaman yang menambah pengertian kita terhadap sifat sifat batin dan jasmani, tidak lebih.

Ada seorang teman yang belum berlatih secara mendalam dan belum mengerti sifat sifat sifat Vipassana, bercerita bahwa gurunya berlatih meditasi neikung dan mengatakan bahwa gurunya telah menembus cakra ke sekian…, lebih lanjut ia mengatakan bahwa apabila latihan pengendalian neikung tersebut telah sempurna maka chi (prana)nya akan sanggup menembus cakra ubun-ubun dan bila demikian yang terjadi maka ia sudah sempurna dan ia mungkin menjadi Buddha.

Betapa banyaknya orang-orang yang berlatih neikung (atau yang sejenis) yang menganggap bahwa apabila ia telah sanggup menembus cakra ubun ubun maka ia telah menjadi Buddha. Barangkali ini yang diyakini oleh orang orang yang berlatih meditasi Chikung/neikung seperti Lu Shen Yen yang menganggap dirinya telah menjadi Buddha, dan yang lebih parah lagi adalah Lie hong Zie (pemimpin Falun Gong) yang menganggap dirinya lebih tinggi dari Buddha.

Bagaimana bila orang orang seperti Lu Shen Yen dan Lie Hong Zie beranggapan bahwa cara yang mereka latih juga adalah Vipassana? Tentu percuma berdebat dengan mereka karena mereka akan bersikeras mencari pembenaran dengan mengatakan toh banyak jalan ke Roma. Ini sesuai dengan cara berpikir orang barat dan bhikkhu barat yang terbiasa berpendapat semaunya, karena salah satu prinsip demokrasi yang dianut mereka adalah freedom of speech. Kita harus menghargai prinsip yang mereka anut. Walaupun prinsip yang mereka anut juga memiliki nilai positif dan negatif.

Tulisan ini bukan dimaksudkan justifikasi apapun hanya ingin mengungkapkan kepada teman-teman netter sekalian bahwa apabila dalam berlatih Vipasssana pengertian dan kebijaksanaan tidak berkembang, maka itu bukan Vipassana, atau bisa juga disebabkan kurang memiliki kecerdasan batiniah sehingga tidak maju-maju. Sebaliknya bila pengertian dan kebijaksanaan timbul pada waktu bermeditasi Vipassana metode tertentu, maka anda telah berlatih Vipassana.

Pengertian dan kebijaksanaan yang bagaimana? Pengertian dan kebijaksanaan yang timbul dari melihat segala sesuatu apa adanya (dengan kata lain secara lebih khusus yaitu melihat semua fenomena batin dan jasmani diliputi oleh anicca, dukkha dan anatta) inilah yang dimaksud dengan bertambah matangnya pengertian anicca, dukkha dan anatta, karena bila kita melihat apa adanya maka ketiga corak (lakkhana) inilah yang selalu nampak. Bila dalam meditasi Vipassana metode tertentu dan dalam metode tersebut kita tidak melihat anicca dukkha dan anatta maka ia sebenarnya tidak berVipassana, walaupun ia mengklaim berVipassana).

Perhatikan bahwa saya menggunakan kata “melihat” karena dalam Vipassana kita tidak berpikir tetapi mengamati, dan mencatat bila pikiran timbul. Sekali lagi ini bukan mencari, bila kita bermeditasi Vipassana dengan benar maka ketiga corak inilah yang nampak semakin lama semakin jelas. Bila ketiga corak ini tidak nampak semakin jelas maka meditasi Vipassananya tidak maju atau ia tidak berlatih meditasi Vipassana dengan benar.

Berikut adalah urutan kemajuan yang dicapai seorang meditator Vipassana,

Pertama, ia melihat ada objek yang muncul silih berganti, bila ia tidak mampu melihat maka kewaspadaannya belum berkembang. Semakin lama objek yang muncul silih berganti semakin mengerucut ( semakin sedikit) dengan semakin sedikit objek yang muncul silih berganti, maka semakin jelas objek yang muncul tersebut, oleh karena objek yang muncul semakin jelas maka ia dapat melihat dengan teliti objek yang muncul tersebut, yang selalu memiliki sifat muncul berkembang dan lenyap kembali.

Karena bersifat muncul berkembang dan lenyap kembali, maka objek objek itu nampak tidak memuaskan (batin cenderung tidak menyukai perubahan, terutama batin selalu mencari cari hal yang menyenangkan dan bila mungkin hal menyenangkan tersebut tidak berubah, inilah konseptual halus yang dibentuk oleh batin kita, berdasarkan pengalaman dan persepsi yang menyebabkan batin kita menjadi keruh). Dengan kata lain bila kita melihat segala sesuatu dengan merasa tidak senang, atau merasa senang, atau rasa bosan ataupun rasa sakit dsbnya, maka kita masih melihat dengan konsep.

Haruskah kita memperhatikan bila rasa bosan timbul? …bila kita menyadari dan memperhatikan bila rasa bosan timbul tentu rasa bosan akan lebih cepat hilang, tetapi bila tidak diperhatikan atau diamati jika kita bermeditasi terus maka rasa bosan tidak akan cepat hilang, disini kita mulai menyadari bahwa proses batin sebesar apapun akan lenyap sendirinya setelah lewat beberapa waktu karena tidak permanen, inilah anicca.

Kedua, pada tahap ini objek yang muncul silih berganti tersebut semakin lama semakin cepat lenyapnya, setelah objek batin yang muncul tersebut lenyap semakin cepat, pada saat itu juga meditator mulai kehilangan konsep yang berhubungan dengan objek yang muncul tersebut. Dalam keadaan ini batinnya mulai terlepas dari kesan kesan jasmani, dan ia mulai melihat bahwa fenomena-objek yang muncul hanya merupakan sebuah fenomena, umpamanya rasa sakit di kaki muncul, ia melihat dengan jelas rasa sakit tersebut, tetapi ia tidak melihat kesan kaki, atau kaki yang sakit, ia melihat hanya suatu fenomena yang muncul dan berubah di arah tertentu, pada jarak tertentu dari perhatiannya, tetapi itu bukan lagi sakit kaki, karena konseptual indera yang disebut kaki telah lenyap.

Konsentrasinya telah bertambah kuat sehingga ia hanya melihat objek yang masih berkait dengan indera (dalam hal ini kaki), tetapi tidak nampak indera tersebut, karena meditator tidak melihat objek tersebut berkait dengan indera maka ia melihat objek tersebut dengan batin seimbang, tidak menolak dan juga tidak menerima dengan demikian ia melihat apa adanya.

Disini kemampuan melihat apa adanya meditator semakin kuat, dibarengi dengan konsentrasi yang semakin menguat dengan sendirinya. Konsentrasi yang bagaimana? Konsentrasinya dalam hal ini ia melihat suatu objek yang muncul hanya sebagai objek (memang dalam pengertian apa adanya objek yang muncul tersebut hanya sebagai fenomena, ia bukan objek kaki, dan ia bukan bagian dari kaki, menurut kebenaran mutlak, rasa sakit di kaki hanya merupakan keadaan batin yang muncul diakibatkan oleh persepsi penolakan) pada tahap ini secara otomatis ia sanggup melihat lebih lama pada objek karena tidak terganggu (inilah samadhi atau konsentrasi), karena penyebab gangguan sudah semakin tidak memiliki daya untuk mengganggu, ini disebabkan konsentrasi yang kuat, sedangkan bagi meditator yang belum kuat konsentrasinya maka ia melihat rasa sakit tersebut adalah bagian dari kaki, karena perhatiannya terhadap fenomena rasa sakit masih ter”distracted”  oleh kesan kaki. Ini disebabkan kemelekatan yang kuat terhadap persepsi (konsep) kita, yang menghubungkan rasa sakit tersebut dengan kaki kita.

pengganggu pengganggu (distraction) yang jelas muncul pada waktu kita mengamati rasa sakit tersebut yang menyebabkan kita tak mampu melihat sakit tanpa embel embel apapun umpamanya adalah: rasa bosan…, rasa enggan..., dan distraction lainnya (misalnya ingin tahu buah pikiran)…, ingin tahu kakinya patah atau tidak…, bagaimana kalau nanti kakinya lumpuh…, jangan jangan nanti urat darahnya pecah…., dan berbagai macam distraction lainnya. Disini kita juga menguji sejauh mana batin kita tidak ter “distracted”? batin yang tidak ter-distracted disebut batin yang terkonsentrasi, inilah yang disebut batin yang tidak berkelana, inilah yang dimaksud melihat apa adanya, yaitu sakit adalah sakit dan sakit tidak terkait dengan apapun, bila objek atau fenomena sakit yang muncul masih terkait dengan sesuatu, maka itu sudah bersifat konseptual, dan itu berarti ia masih belum bisa melihat apa adanya saya ulangi lagi hubungan timbal baliknya, karena masih konseptual dan tidak melihat apa adanya maka perhatiannya masih terseret, karena perhatiannya masih terseret maka ia masih merasa sakit.

Ketiga, pada tahap lebih jauh ini semakin lama semua pengganggu semakin semakin tidak nampak isinya, semua hanya terlihat sebagai suatu impuls atau denyut belaka, sehingga tidak mengganggu. Karena ia tidak melihat isinya, inilah yang sesungguhnya yang disebut batin melihat apa adanya, karena pada tahap ini batin tidak melihat isi dari objek, maka batin tidak terlibat dengan objek tersebut, sehingga batin dapat melihat, dengan kata lain batin terlepas dari objek tersebut, dan karena tidak terlibat maka batin tidak meng “konsep” kan objek tersebut.

Karena batin tidak meng “konsep” kan semua objek yang muncul dan hanya mengamati objek yang terus menerus diamatinya, maka perhatiannya hanya memusat terhadap objek yang ia perhatikan terus menerus tersebut, dan inilah yang disebut konsentrasi. Disini kita bisa melihat bahwa konsentrasi dan perhatian saling berkait. Perhatian (sati) bersifat mengarahkan pengamatan kita pada objek, sedangkan konsentrasi (samadhi) mempertahankan pengamatan kita pada objek.

Lebih jauh lagi, semua pengganggu yang tadinya telah lemah, lambat laun tidak muncul sama sekali untuk jangka waktu yang lama, katakanlah dua jam atau tiga jam, yang tersisa hanyalah objek yang diperhatikan terus menerus. Pada tahap ini meditator mulai merasakan suatu kenyaman batin, yaitu kenyamanan karena kekotoran kekotoran pengganggu telah tidak muncul.  Satu objek yang diperhatikan tersebut hanya terlihat muncul berproses dan lenyap kembali, lalu muncul kembali berproses lalu lenyap kembali.

Sebenarnya ini juga merupakan penjelasan yang lebih lengkap lagi mengenai apa yang disebut kanika samadhi. Pada tahap inilah tercapai kanika samadhi yang sesungguhnya, yang memiliki dua kondisi, yang pertama yaitu hanya mengamati satu objek terus-menerus (samadhi) dan yang kedua yaitu, objek yang diamati terus-menerus tersebut selalu muncul dan lenyap kembali (moment to moment/anicca/khanika).

Timbul pertanyaan pada orang yang katanya sudah mencapai khanika samadhi, seperti apa?
Jika perhatiannya pada rasa sakit tidak terkait dengan apapun tentu ia dapat melihat apa adanya dan batinnya tak akan terseret dan ia tak akan merasa sakit. Bila memang demikian berarti benar ia telah mencapai kanika samadhi yang sesungguhnya, dan batinnya mulai masak. Jika masih merasa sakit duduk satu jam, maka kemungkinan besar ia belum mencapai tahap khanika samadhi yang sesungguhnya.

Kanika samadhi yang sesungguhnya adalah batin yang terus-menerus memerhatikan satu objek (selalu hanya objek tersebut karena objek batin maupun jasmani yang lain telah tidak muncul, karena meditator telah kehilangan kesan persepsi terhadap ke enam indera, yaitu kesan terhadap: indera penglihatan mata (pada waktu kita menutup mata, bukan berarti telah lenyap kesan terhadap indera mata),  indera penciuman, indera pengecapan, indera sentuhan, indera pendengaran dan terakhir indera pikiran yang sering mengganggu dan paling berbahaya. Harus diingat bahwa samma samadhi ( konsentrasi yang benar berarti perhatian kita memusat pada satu objek perhatian, mengosongkan pikiran bukan samadhi yang benar !!!),. Samadhi yang benar selalu memiliki objek yang diperhatikan. Baik dalam meditasi Samatha (sesuai dengan 40 objek meditasi yang diterangkan dalam Tipitaka) maupun meditasi Vipassana, selalu ada objek yang diperhatikan..!!!
bila batin tidak memperhatikan objek berarti batinnya lengah, idle, tak ada sati…!
[/size]

berlanjut pada bagian ke II
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian c on 20 August 2008, 05:20:33 PM

Uraian kedua mengenai Vipassana II

Sebenarnya awal perbedaan pendapat yang  agak tajam terjadi antara mereka yang berlatih vipasana dan mereka yang berlatih samatha… disebabkan ke tidak tepatan pernerjemahan apa itu khanika samadhi…
Khanika berasal dari kata khana yang berarti moment atau saat, siswa Abhidhamma tentu mengerti apa yang dimaksud khana (cittakhana). Kemudian khanika (kalau tidak salah bentuk plural dari khana) diartikan sebagai momentary concentration atau moment to moment concentration (perlu di mengerti bahwa penerjemah kata tersebut belum tentu seorang meditator Vipassana, atau bila yang menerjemahkan seorang meditator Vipassana, mungkin ia tidak menemukan padanan kata yang lebih tepat, mengingat Inggris bukan bahasa nativenya).

Masalah penerjemahan inilah yang akhirnya menimbulkan perbedaan pandangan diantara praktisi Vipassana dan praktisi Samatha. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti konsentrasi saat ke saat atau terjemahan yang lebih parah yaitu konsentrasi se-saat !!!.
Sehingga menurut pengertian salah tersebut meditasi Vipassana tidak memerlukan konsentrasi yang kuat, hanya perlu konsentrasi sekali-sekali (saat ke saat/moment to moment) atau hanya konsentrasi sesaat saja (momentary).


Padahal pengertian yang benar dari khanika samadhi adalah konsentrasi terhadap khana-khana, (mungkin terjemahan bahasa Inggrisnya yang lebih tepat adalah moments concentration? Atau changing moments consentration? Atau arising and passing away concentration? Nampaknya tak ada terjemahan yang memuaskan dari  khanika samadhi). Apa itu khana? Khana yaitu satu momen atau satu saat, setiap khana terdiri dari proses muncul(upada), berkembang (thiti) dan lenyap kembali (bhanga). Satu proses timbul tenggelam atau yang kita sebut khana ini nampak pada meditator sebagai satu denyut atau satu impuls (mungkin lebih cocok nampak bagai gelombang sinus pada gelombang analog). Jadi satu khana yang terdiri dari upada, thiti dan bhanga, adalah satu denyut atau satu impuls.

Kembali lagi pada objek konsentrasi yang kita perhatikan terus-terusan (objek utama), lambat laun kita tidak lagi melihat kembung kempis sebagai bagian dari perut atau badan jasmani, kita hanya melihat kembung-kempis hanya merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian proses timbul tenggelam, atau serangkaian denyut atau serangkaian impuls atau serangkaian…….anicca. Secara lebih konkritnya, setiap tarikan kembung atau kempis hanya merupakan serangkaian proses gerak yang kelihatan bagai denyut yang nampak jelas terlihat oleh batin meditator. Mengapa hanya nampak bagai denyut? Karena proses timbul tenggelam (anicca) telah menjadi jelas dan ia meliputi semua fenomena yang diamati, dan ia tak terkait dengan ke enam indera. Pada tahap ini meditator telah melihat objek pada karakteristik (lakkhana)nya.

Pada tahap ini meditator semakin mampu melihat apa adanya, karena gerak hanyalah nampak sebagai gerak dan tak terkait dengan perut walaupun gerak tersebut diakibatkan oleh perut. Karena tidak terkait dengan apapun maka dapat kita katakan bahwa inilah yang disebut pengamatan tanpa konsep, inilah pengamatan apa adanya.

Bukan hanya kembung kempis yang nampak demikian, pada waktu meditasi jalanpun juga nampak demikian, yaitu hanya nampak sebagai denyut, dan tak nampak kesan kaki melangkah, karena perhatian terpusat hanya pada gerakan kaki dan tak terkait dengan kaki. Dengan demikian pada waktu melangkahpun juga, tanpa-konsep terjadi dengan sendirinya secara alami, bukan dipikirkan atau berusaha “di tanpa-konsep kan”
Bukan hanya pada kaki atau perut. Semua gerak jasmani hanya nampak bagai denyut belaka.
Perlu rekan-rekan netter berhati hati dengan istilah tanpa konsep, karena tanpa konsep adalah pengamatan yang terjadi secara alamiah sebagai akibat konsentrasi yang dan perhatian yang kuat, bila tidak disertai dengan perhatian dan konsentrasi yang kuat, maka hanya menjadi konsep “tanpa konsep”, yang berarti sebenarnya adalah sebuah konsep juga.

Tanpa konsep yang sebenarnya adalah kemampuan untuk batin melihat apa adanya yang muncul secara alamiah, itu merupakan hasil dari latihan konsentrasi dan perhatian, (disertai usaha tentunya… bagi anda yang pernah bermeditasi tentu mengerti apa dampak buruk dari rasa ngantuk yang tak teratasi yang timbul karena kurang seimbangnya antara konsentrasi dan usaha atau semangat). Bila perhatian dan konsentrasi belum kuat, maka melihat apa adanya bersifat konseptual belaka, bukan melihat apa adanya yang sesungguhnya. Mungkin boleh coba crosscheck dengan ahli meditasi Samatha atau Vipassana yang sudah berpengalaman dan juga para ahli teori Abhidhamma maupun Sutta, mereka sudah pasti akan mengiakan bahwa kedua hal ini berkaitan langsung.

Keempat, meditator semakin lepas dari persepsi indera lebih jauh lagi, bila ia telah meditasi selama 3 jam, mungkin ia hanya merasa baru bermeditasi satu jam atau setengah jam, pada saat ini batinnya telah masak, ia dapat bermeditasi untuk waktu yang lama tanpa terganggu oleh perasaan atau persepsi yang muncul. Inilah yang dikatakan batin yang telah seimbang. Apakah yang menyebabkan keseimbangan tersebut? (Keseimbangan itu disebabkan oleh batin tidak merespon fenomena yang muncul. Semua fenomena hanya dilihat sebagai suatu bentuk saja, tanpa melihat isi dari bentuk tersebut, pada tahap ini baru batin bisa melihat semua fenomena apa adanya seperti yang tertulis di dalam Bahiya sutta atau Cula Malunkyaputta sutta (catatan: saya sudah mengenal Bahiya Sutta bahkan sebelum mengenal Vipassana, dan saya pernah mencoba mempraktekkan sesuai dengan nasehat Sang Buddha kepada Y.A. Bahiya pada waktu berVipassana, tetapi menurut pengalaman saya dengan mengamati fenomena cara Bahiya Sutta, tidak membuat orang menemukan jalan pintas. Karena kematangan batin tetap berproses secara bertahap, tidak meloncati tahap tertentu.)

Karena ia tidak melihat isinya maka ia dapat melihat apa adanya yaitu: fenomena hanya fenomena tidak lebih…!!! Fenomena tidak terkait dengan indera, tidak terkait dengan perasaan dan tidak terkait dengan apapun. Bila fenomena terkait dengan batin dan jasmani, itu karena kita mengaitkannya, kita mengonsepkannya, sehingga timbul rasa malas, rasa kantuk, rasa sakit dan berbagai hal negatif lainnya. Fenomena muncul diakibatkan suatu kondisi yang mendahului. Tetapi bila kita bisa terlepas dari kondisi tersebut maka kita juga akan terlepas dari fenomena.

Pada akhir tahap ke empat ini perhatian sudah tak tergoyahkan dan melekat kuat pada objek, ia terus menerus memperhatikan objek tanpa terputus (tetapi objeknya sendiri timbul tenggelam/berdenyut/anicca) dan hampir tak ada objek yang mengganggu perhatiannya.

Tidak ada rasa senang, rasa tidak senang, rasa bosan, rasa malas, rasa ingin tahu, rasa suka, rasa tidak suka, rasa sedih, rasa gembira dsbnya. Karena tidak ada rasa negatif yang muncul maka ia tidak bosan memperhatikan objek selama 2 jam, 3 jam… bahkan seharian… Inilah yang disebut batin telah mengatasi nivarana (penghalang batin) Inilah yang disebut khanika samadhi yang sesungguhnya, yaitu pemusatan perhatian yang kuat terhadap khana-khana (yaitu terhadap proses timbul tenggelam objek yang kita amati) bila diterapkan pada objek konsentrasi, maka batin terus mengamati denyut/impuls yang terjadi pada proses kembung-kempis tanpa terputus bahkan bisa sehari semalam selalu mengamati denyut pada kembung-kempis. Mengapa bisa sehari semalam? Karena rasa enggan, rasa bosan, rasa malas, serta kondisi-kondisi batin negatif (nivarana) lainnya sebelumnya telah diatasi dengan dengan memunculkan faktor-faktor batin positif yang berlawanan, yaitu: berusaha tidak malas bila kemalasan timbul, dengan berusaha bertahan pantang menyerah bila rasa bosan timbul dsbnya.

Kelima, sesudah batin berhenti sama sekali merespon fenomena apapun yang muncul maka, fenomena batin yang muncul sama sekali kehilangan daya tariknya, karena sebenarnya dalam keadaan yang lebih halus fenomena batin hanya nampak sebagai fenomena batin, baik atau buruk ditimbulkan oleh persepsi kita. (umpamanya rasa durian adalah rasa yang positif bagi sebagian orang Asia, tetapi merupakan rasa negatif bagi sebagian orang Asia lainnya atau orang barat. Sebaliknya rasa blue cheese (sejenis keju) adalah rasa negatif bagi sebagian besar orang Asia karena baunya seperti bau keju tengik, dan memang sebenarnya sudah tengik. Tetapi bagi sebagian orang barat, malah blue cheese mereka lebih suka daripada cheese biasa. Perbandingannya kurang lebih seperti respon terhadap terasi yang berbeda antara orang barat dibandingkan orang Indonesia. Padahal bau yang dicium sama, namun mereka merespon berbeda, karena konsep kesenangan mereka berbeda, didasarkan persepsi/ingatan yang berbeda)
Batin yang tidak merespon maka tak akan menolak maupun menyukai durian, blue cheese maupun terasi. Semua itu hanya ditanggapi sebagai suatu impuls belaka, tidak lebih. Demikian juga dengan semua fenomena yang lain, juga hanya ditanggapi sebagai suatu impuls belaka.

Karena batin menanggapi hanya sebagai suatu impuls belaka maka ketertarikan terhadap objek menjadi hilang, setelah terus menerus diperhatikan, pada akhirnya mengakibatkan meditator kehilangan ketertarikan terhadap objek yang terus menerus diperhatikan tersebut, dan akhirnya objek yang terus menerus diperhatikan juga menjadi berhenti.

Dengan berhentinya objek yang terus menerus diperhatikan maka batin terbebas. Dengan terbebasnya batin maka timbul ketenangan dan kedamaian yang luar biasa, dan dari situ muncul kebahagiaan. Pada waktu batin terbebas, ia mengetahui bahwa
-   fenomena-fenomena batin dan kondisi-kondisi batin yang mendahuluinya tidak menyenangkan, karena ia membandingkan dengan keadaan setelah lenyapnya kondisi-kondisi (inilah kebenaran Ariya pertama, yaitu kondisi-kondisi yang menimbulkan fenomena tidak menyenangkan/dukkha).
-   Selanjutnya ia mengetahui bahwa penyebab ketidak bahagiaan adalah karena fenomena fenomena batin yang timbul dari kondisi-kondisi batin (inilah kebenaran Ariya kedua).
-   Dengan berhentinya kondisi-kondisi batin maka fenomena-fenomena batin akan berhenti juga (inilah kebenaran Ariya ketiga).
-   Dan yang keempat: jalan untuk menghentikan ketidak bahagiaan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi yang menimbulkan fenomena-fenomena adalah jalan Ariya berunsur delapan. Yang telah dilaluinya.

(terjemahan mulia saya ganti dengan Ariya sebagai terjemahan alternatif)

Dari uraian diatas bisa dilihat segala sesuatu terjadi melalui proses, memang lebih mudah bagi orang yang tak mengenal prosesnya untuk mengatakan bahwa, semua terjadi secara tiba-tiba, instantly (sehingga tak perlu menjawab bagaimana prosesnya).

Sang Buddha mengatakan dalam salah satu sutta di Samyutta Nikaya yang isinya kurang lebih mengatakan bahwa Dhamma yang Beliau ajarkan tidak terjadi secara tiba-tiba, semuanya terjadi melalui proses yang bertambah lama bertambah dalam, bagai kemiringan lantai samudera (ocean slope). Mohon kalau ada para netter yang masih ingat nomer suttanya dengan tepat, mohon beritahukan kepada para netter yang lain.
Orang-orang sekaliber Y.A. Bahiya maupun Y.A. Malunkyaputta sudah memiliki kematangan batin sehingga bisa dengan cepat masuk pada keadaan penghentian.

(sekedar tambahan) Kematangan batin juga merupakan prasyarat seorang calon Bodhisatta yang akan mendapatkan penetapan dari seorang Buddha, ia juga harus memiliki persyaratan kematangan batin sebagai berikut:
1.   Ia adalah orang yang terlahir dengan akar alobha, adosa dan amoha (tihetuka puggala)
2.   Ia adalah seorang Petapa atau Bhikkhu, maksudnya adalah orang yang batinnya telah terlatih.
3.   Apabila ia mau, ia telah sanggup menghancurkan kekotoran batin hanya dengan mendengarkan empat baris syair.
Dan berbagai persyaratan lain misalnya: ia manusia, ia pria normal, dsbnya. Dengan kata lain, batin calon Bodhisatta telah matang.

Kesimpulan akhir
Tak ada suatu peristiwa yang berkenaan batin dan jasmani yang terjadi begitu saja, semuanya melalui proses yang bertambah lama tambah berkembang, tak ada peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba. Sebenarnya pada kebenaran mutlak, perbedaan terletak pada kecepatan pencapaian (cepat atau lambatnya),

Maksudnya begini:
Y.A. Bahiya mencapai tingkat kesucian Arahat mungkin hanya dalam waktu 5 atau 10 menit dengan melalui proses 7 stages of purification dengan cepat, bukan dengan secara mendadak tiba-tiba mencapai tingkat kesucian Arahat (sudden enlightenment) seperti mendapat wahyu, bukan demikian.
Sedangkan si A bermeditasi mencapai tingkat kesucian Arahat mungkin dengan bermeditasi selama 5 bulan. Perhatikan disini, bukan berarti si A bermeditasi harus melalui proses, sedangkan Y.A. Bahiya tidak melalui proses, bukan demikian.
Melainkan Y.A. Bahiya menyelesaikan 7 stages of purification hanya dalam waktu 5 atau 10 menit, karena pengalaman pandangan terangnya yang sudah matang (ini bagai seseorang yang sudah ahli bermain catur, dengan tutup matapun ia dapat mengalahkan pemain catur yang cukup lumayan, demikian juga dengan seseorang yang telah mahir bersepeda, walau telah puluhan tahun tak pernah bersepeda ia dengan mudah bersepeda tanpa perlu belajar) Bisa dimaklumi Y.A. Bahiya telah berlatih Vipassana puluhan ribu tahun, maka ia dengan mudah melewati berbagai rintangan batin. sedangkan si A menyelesaikan 7 stages of purification harus menghabiskan waktu selama 5 bulan karena kurangnya latihan Vipassana di kehidupan lampau.

Bila asumsi bahwa kesucian batin bisa dicapai secara tiba-tiba tanpa melalui proses, maka kita tak perlu bermeditasi, siapa tahu kita sedang melihat daun mendadak mencapai pencerahan seperti yang dialami oleh seorang Pacceka Buddha.
Bila ada peristiwa yang terjadi secara mendadak, berarti itu terjadi secara kebetulan, karena tidak melalui proses. Bila tidak melalui proses maka semua bisa terjadi begitu saja, bila bisa terjadi begitu saja maka tak ada hukum sebab-akibat, bila tak ada hukum sebab-akibat maka tak ada hukum karma.

Lantas bagaimana yang terjadi dengan Sang Pacceka Buddha? Sama saja, Mereka menyelesaikan 7 stages of purification hanya dalam waktu singkat, karena sering berlatih di kehidupan lampau.

Dari uraian saya mudah-mudahan para netter sekalian bisa mengerti bahwa kemampuan batin “melihat segala sesuatu apa adanya” atau “melihat tanpa konsep” muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari meditasi, yaitu seiring dengan bertambah kuatnya sati (perhatian) dan samadhi (konsentrasi atau kemampuan perhatian terus bertahan pada objek)
Kita tidak perlu berusaha untuk “melihat hanya melihat, mendengar hanya mendengar”dsbnya..karena bila meditator pemula yang batinnya belum terlatih, melakukan seperti yang dinasehatkan Sang Buddha kepada Y.A. Bahiya maupun Y.A. Malunkyaputta, maka itu adalah berarti me”melihat apa adanya”kan atau meng”tanpa konsep”kan sesuatu yang sebenarnya berkonsep. Dengan kata lain batin seorang meditator yang belum terlatih akan selalu melihat segala sesuatu dengan konseptual dan ini bersifat alami dan demikianlah adanya.

Bila meditator pemula berusaha melihat segala sesuatu apa adanya atau tanpa konsep maka itu seperti menyuruh pengemudi mobil melihat melalui kaca depan dengan jelas padahal kacanya masih penuh lumpur, maka itu tidak akan terjadi, penglihatan terhadap apa yang ada di depan kaca akan menjadi jelas dengan sendirinya bila kaca tersebut telah bersih…
Dengan kata lain meditator yang “berusaha” men”tanpa konsep”kan pengamatannya atau berusaha me”melihat apa adanya”kan pengamatannya, maka ini adalah sesuatu yang dibuat-buat…tidak alami…
Pada meditasi yang alami meditator hanya selalu menyadari dan mencatat apapun yang terjadi, tidak berpikir ini dengan konsep atau ini tanpa konsep…,ia hanya mengamati… entah itu baik atau tidak baik, konsep atau tanpa konsep, suka atau tidak suka dsbnya, dengan kata lain meditasi Vipassana tidak dilandasi praduga atau judgment ini berpikir atau ini tidak berpikir.

Bila ia mengamati “ini tanpa konsep” atau “ini dengan konsep” maka meditator tersebut sebenarnya secara halus terperangkap pada bentuk pikiran yang halus, yaitu berkontemplasi mengenai konseptual atau tidak konseptual.
Pada meditator yang belum terlatih, mengamati dengan konseptual adalah sifat alami yang tak terhindarkan dan selalu terjadi, hal itu tak perlu ditolak, hanya amati saja, bila nanti batinnya telah terlatih dan bersih maka pengamatan menjadi murni dan pengamatan tanpa konsep terjadi dengan sendirinya secara alami.

Bedakan kata-kata pengamatan dengan kontemplasi.

Semoga uraian saya mengenai proses meditasi vipassana memuaskan teman-teman para netter. 

Sukhi hotu
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 20 August 2008, 07:09:31 PM
waw mantap bro :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 20 August 2008, 08:00:03 PM
Asli bagus banget, bener2  mudah dicerna dan pengertian yg sangat mendalam, tidak membingungkan, dan banyak hal yg baru yg dapat dipelajari dengan baik. Thanks banget bro fabian. :lotus: 
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 21 August 2008, 11:12:57 AM
fabian c,

Secara garis besar, saya setuju dengan uraiannya. Tapi ada hal yang saya mau tanya,

bila kita melihat segala sesuatu dengan merasa tidak senang, atau merasa senang, atau rasa bosan ataupun rasa sakit dsbnya, maka kita masih melihat dengan konsep.
...
Batin yang tidak merespon maka tak akan menolak maupun menyukai durian, blue cheese maupun terasi. Semua itu hanya ditanggapi sebagai suatu impuls belaka, tidak lebih. Demikian juga dengan semua fenomena yang lain, juga hanya ditanggapi sebagai suatu impuls belaka.
Jadi maksudnya semua ditanggapi sebagai impuls belaka, lalu tidak tidak ada reaksi lebih lanjut? Seperti robot yang dipukul juga tidak terasa sakit? Jika terasa sakit, berarti masih berkonsep?  ;D Mohon dijelaskan lebih detail!


Batin yang tidak merespon memang tidak akan menolak ataupun menyukai durian/blue cheese. Itu sama saja seperti pengendalian ketenang-seimbangan (upekkha).
Menurut pendapat saya, Batin yang mengalami pencerahan mengetahui mengapa durian/blue cheese diterima dan ditolak. Dia mengetahui sebab akibat dari pikiran yang muncul, bukan hanya sebatas pengetahuan bahwa itu hanyalah impuls-impuls yang masuk lewat kontak indera dst. Itulah sebabnya kita semua mengetahui itu semua hanya impuls belaka, tetapi masih tidak bisa mencapai Arahatta, sebab kita belum dapat menemukan "akar"-nya. Secara sederhananya, dalam meditasi, jadi orang suci, setelah "bangun" dari meditasi, tetap keluar perilaku Lobha-Dosa-Moha.
Ketika seseorang mengetahui proses bentukan pikiran sampai pada akarnya, maka dia tidak terperangkap lagi dalam konsep pikirannya. Nah, sebetulnya proses dari mengetahui -> terbebasnya konsep ini yang saya tidak bisa jelaskan bagaimana prosesnya. Mungkin dalam Vipassana ada penjelasannya?


Quote
Tidak ada yang luar biasa pada munculnya pandangan terang, tetapi sang siswa melihat sesuatu pada jasmani atau batinnya yang selama ini tidak tampak, sesuatu  yang menimbulkan pengertian
Setuju sekali. Pandangan terang adalah pengetahuan mendalam tentang apa yang sudah ada dalam kehidupan orang itu, bukan tambahan pengetahuan lain yang baru & aneh2.


Quote
Dengan kata lain meditator yang “berusaha” men”tanpa konsep”kan pengamatannya atau berusaha me”melihat apa adanya”kan pengamatannya, maka ini adalah sesuatu yang dibuat-buat…tidak alami…
Pada meditasi yang alami meditator hanya selalu menyadari dan mencatat apapun yang terjadi, tidak berpikir ini dengan konsep atau ini tanpa konsep…,ia hanya mengamati… entah itu baik atau tidak baik, konsep atau tanpa konsep, suka atau tidak suka dsbnya, dengan kata lain meditasi Vipassana tidak dilandasi praduga atau judgment ini berpikir atau ini tidak berpikir.

Demikian juga bagi yang me-"hanya menyadari & mencatat"-kan apapun yang terjadi, me-"menyadari itu hanyalah impuls2"-kan dalam meditasi. Sebetulnya, apapun metoda dan instruksinya, memang bisa mengecoh. Untuk itulah Buddha Gotama mengajarkan metoda yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan bathin masing2.


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: gembusmetta on 21 August 2008, 05:31:07 PM

Tak ada pekerjaan apapun yang bisa dilakukan tanpa usaha, untuk bisa memperhatikan tanpa usaha atau untuk bisa memperhatikan apa adanya, juga diperlukan usaha.


Kentut.
Kali ini, bukan celetukan seorang Master Zen, tapi kentut beneran.

Hampir saban hari kita kentut, tapi tak pernah perlu berusaha untuk kentut, kan? Kentut adalah contoh kegiatan tanpa usaha. Sebetulnya saya ingin mencontohkan buang air besar (BAB), tapi nanti muncul sanggahan bahwa mau BAB pun orang perlu usaha untuk pergi ke toilet, buka celana, jongkok, dst. Jadi, kentut adalah contoh yang tepat.
Ketika berkentut, makluk hidup mengalami puncak spiritualitas sehari-hari. Saat itulah kita, barang sejenak, kehilangan ego. Buktinya, kita tak sayang melepaskan kentut, kita juga tak rindu ingin segera kentut kembali. Kita tak pernah mencitai kentut, kita juga tak membenci kentut. Kita tak pernah memberi predikat ada kentut yang baik, kentut yang buruk, kentut yang indah, kentut yang jelek. Kita tak pernah bahagia karena kentut, sebaliknya kita juga tak pernah merasa menderita karena kentut. Walau kentut melekat pada kita secara alami, kita tak pernah melekat pada kentut. Batin kita tak terkondisi oleh kentut.

Kita menyikapi kentut sebagaimana ajaran Sang Budha pada pertapa Bahiya: "melihat, mendengar, dst" kentut sebagaimana adanya.

Ini posting serius, bukan junk, juga bukan guyonan.

Kadang-kadang kita melupakan realita alami karena terlalu terbelenggu pada konsep muluk.
Mungkin, nibbana tak ubahnya “kentut sepanjang waktu”.

 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 21 August 2008, 05:36:38 PM
ahhh...abis kentut...lega...indahnya nibbana
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 21 August 2008, 08:04:58 PM
Quote
1.   Ia adalah orang yang terlahir dengan akar alobha, adosa dan amoha (tihetuka puggala)
2.   Ia adalah seorang Petapa atau Bhikkhu, maksudnya adalah orang yang batinnya telah terlatih.
3.   Apabila ia mau, ia telah sanggup menghancurkan kekotoran batin hanya dengan mendengarkan empat baris syair.
kok bisa tahu Bahiya adalah tihetuka puggala?

dan juga saya agak meragukan kebenaran mengenai patisandhi citta (kesadaran kelahiran?) yg diklasifikasi ahetuka, dwihetuka & tihetuka tsb...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 21 August 2008, 08:08:18 PM

Tak ada pekerjaan apapun yang bisa dilakukan tanpa usaha, untuk bisa memperhatikan tanpa usaha atau untuk bisa memperhatikan apa adanya, juga diperlukan usaha.


Kentut.
Kali ini, bukan celetukan seorang Master Zen, tapi kentut beneran.

Hampir saban hari kita kentut, tapi tak pernah perlu berusaha untuk kentut, kan? Kentut adalah contoh kegiatan tanpa usaha. Sebetulnya saya ingin mencontohkan buang air besar (BAB), tapi nanti muncul sanggahan bahwa mau BAB pun orang perlu usaha untuk pergi ke toilet, buka celana, jongkok, dst. Jadi, kentut adalah contoh yang tepat.
Ketika berkentut, makluk hidup mengalami puncak spiritualitas sehari-hari. Saat itulah kita, barang sejenak, kehilangan ego. Buktinya, kita tak sayang melepaskan kentut, kita juga tak rindu ingin segera kentut kembali. Kita tak pernah mencitai kentut, kita juga tak membenci kentut. Kita tak pernah memberi predikat ada kentut yang baik, kentut yang buruk, kentut yang indah, kentut yang jelek. Kita tak pernah bahagia karena kentut, sebaliknya kita juga tak pernah merasa menderita karena kentut. Walau kentut melekat pada kita secara alami, kita tak pernah melekat pada kentut. Batin kita tak terkondisi oleh kentut.

Kita menyikapi kentut sebagaimana ajaran Sang Budha pada pertapa Bahiya: "melihat, mendengar, dst" kentut sebagaimana adanya.

Ini posting serius, bukan junk, juga bukan guyonan.

Kadang-kadang kita melupakan realita alami karena terlalu terbelenggu pada konsep muluk.
Mungkin, nibbana tak ubahnya “kentut sepanjang waktu”.

 _/\_


wah... contoh yg tepat sekali...

kentut emg ga perlu usaha...
menahan kentut & mengeraskan kentut perlu usaha...

melepas tidak perlu usaha
melekat & menolak, perlu usaha!
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 21 August 2008, 09:02:49 PM
Aye rasa bernafas contoh yang paling tepat lah :))


Tak ada pekerjaan apapun yang bisa dilakukan tanpa usaha, untuk bisa memperhatikan tanpa usaha atau untuk bisa memperhatikan apa adanya, juga diperlukan usaha.


Kentut.
Kali ini, bukan celetukan seorang Master Zen, tapi kentut beneran.

Hampir saban hari kita kentut, tapi tak pernah perlu berusaha untuk kentut, kan? Kentut adalah contoh kegiatan tanpa usaha. Sebetulnya saya ingin mencontohkan buang air besar (BAB), tapi nanti muncul sanggahan bahwa mau BAB pun orang perlu usaha untuk pergi ke toilet, buka celana, jongkok, dst. Jadi, kentut adalah contoh yang tepat.
Ketika berkentut, makluk hidup mengalami puncak spiritualitas sehari-hari. Saat itulah kita, barang sejenak, kehilangan ego. Buktinya, kita tak sayang melepaskan kentut, kita juga tak rindu ingin segera kentut kembali. Kita tak pernah mencitai kentut, kita juga tak membenci kentut. Kita tak pernah memberi predikat ada kentut yang baik, kentut yang buruk, kentut yang indah, kentut yang jelek. Kita tak pernah bahagia karena kentut, sebaliknya kita juga tak pernah merasa menderita karena kentut. Walau kentut melekat pada kita secara alami, kita tak pernah melekat pada kentut. Batin kita tak terkondisi oleh kentut.

Kita menyikapi kentut sebagaimana ajaran Sang Budha pada pertapa Bahiya: "melihat, mendengar, dst" kentut sebagaimana adanya.

Ini posting serius, bukan junk, juga bukan guyonan.

Kadang-kadang kita melupakan realita alami karena terlalu terbelenggu pada konsep muluk.
Mungkin, nibbana tak ubahnya “kentut sepanjang waktu”.

 _/\_


Kalo aye bahagia kalo kentut didepan umum, orang2 sekitarpun ikut bahagia tertawa (sambil marah kakakakak) :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 22 August 2008, 08:46:30 AM
Jangan disalahpahami bahwa ada "usaha" untuk melepas. Tidak ada yang bisa diusahakan untuk melepas langsung, juga tidak ada yang bisa diusahakan untuk melekat/menolak langsung. Silahkan coba berusaha untuk melekati sesuatu yang memang tidak disukai. Hasilnya juga sama dengan berusaha melepas sesuatu yang sudah melekat. Yang dimaksud usaha itu adalah mengkondisikan suatu pelepasan atau pelekatan/penolakan terhadap sesuatu.

Mengenai "kentut", jangan disamakan istilah usaha dalam fisika. 

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 22 August 2008, 09:09:58 AM
Dengan membungkukkan badannya ia memberi hormat kepada Buddha, dan dirinya tenggelam dalam kemegahan aura Buddha, ia mendekati Bhagavà, bersujud dengan lima titik sentuhan ke tanah, menyembah dan mengusap kaki Bhagavà dengan penuh hormat, menciumnya dengan bersemangat. Ia berkata:
“Yang Mulia, sudilah Bhagavà membabarkan khotbah kepadaku. Khotbah yang dibabarkan oleh Yang Selalu Berkata Benar akan bermanfaat bagiku untuk waktu yang lama.”
Buddha berkata, “Bàhiya, sekarang bukan waktunya membabarkan khotbah. Kami sedang mengumpulkan dàna makanan di kota.”
(“Apakah Buddha mempunyai waktu yang tidak tepat untuk menyejahterakan makhluk-makhluk hidup?” Jawabannya: ‘Waktu yang tidak tepat’ di sini merujuk bukan pada Buddha tetapi kepada si penerima pesan Buddha. Adalah di luar batas kemampuan orang biasa (bahkan bagi seorang Arahanta) untuk dapat mengetahui matangnya indria seseorang sehingga mampu menerima pesan Buddha. Indria Bàhiya belum cukup matang untuk menerimanya. Tetapi adalah sia-sia untuk menjelaskan kepadanya, karena ia tidak akan memahaminya: itulah sebabnya Buddha hanya memberikan alasan, “Kami sedang mengumpulkan dàna makanan” untuk tidak membabarkan khotbah dan tidak menyebutkan tentang indria yang belum matang. Intinya adalah walaupun Buddha telah siap untuk membabarkan khotbah kepada orang yang mampu memahaminya, Buddha tahu kapan orang itu siap dan kapan orang itu belum siap. Beliau tidak akan membabarkan khotbah hingga indria si pendengar cukup matang karena hanya dengan cara itu khotbah itu akan dapat memberikan Pencerahan kepada si pendengar.)
Ketika Buddha mengatakan hal itu, Bàhiya Dàrucãriya berkata untuk kedua kalinya, “Yang Mulia, tidak mungkin aku mengetahui apakah Bhagavà akan menjumpai bahaya yang mengancam kehidupan-Nya, atau aku akan menjumpai bahaya yang mengancam kehidupanku. Karena itu sudilah Bhagavà membabarkan khotbah kepadaku. Khotbah yang dibabarkan oleh Yang Selalu Berkata Benar akan bermanfaat bagiku untuk waktu yang lama.”

Dan untuk kedua kalinya Buddha berkata, “Bàhiya, sekarang bukan waktunya membabarkan khotbah. Kami sedang mengumpulkan dàna makanan di kota.” (Jawaban ini diberikan karena indria Bàhiya masih belum matang.)
(Kekhawatiran Bàhiya akan keselamatannya adalah karena telah ditakdirkan bahwa kehidupannya saat itu adalah kehidupannya yang terakhir dan jasa masa lampaunya mendesaknya untuk mengkhawatirkan keselamatannya. Alasannya adalah bahwa seseorang yang ditakdirkan untuk menjalani kehidupan terakhirnya dalam saÿsàra tidak mungkin meninggal dunia sebelum menjadi seorang Arahanta. Buddha ingin membabarkan khotbah kepada Bàhiya dan terpaksa menolak untuk kedua kalinya karena alasan: Buddha mengetahui bahwa Bàhiya diliputi oleh kegembiraan dan kepuasan karena melihat Tathàgata di mana hal ini tidak mendukung pencapaian Pandangan Cerah; batinnya harus ditenangkan hingga pada tahap seimbang. Di samping itu, perjalanan yang dilakukan oleh Bàhiya sejauh seratus dua puluh yojanà dalam satu malam pasti membuatnya lelah secara fisik. Ia memerlukan istirahat sebelum mampu mendengarkan khotbah itu dengan baik.)
Untuk ketiga kalinya Bàhiya Dàrucãriya mengajukan permohonan kepada Buddha. Dan Buddha mengetahui:
(1) bahwa batin Bàhiya telah tenang hingga pada tahap seimbang;
(2) bahwa ia telah beristirahat dan telah mengatasi keletihannya;
(3) bahwa indrianya sudah cukup matang; dan
(4) bahaya kehidupannya sudah sangat dekat, memutuskan bahwa waktunya telah tiba untuk membabarkan khotbah. Demikianlah, Buddha membabarkan khotbah secara singkat sebagai berikut:
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 22 August 2008, 09:11:15 AM
“(1) Demikianlah, Bàhiya, engkau harus melatih dirimu: dalam melihat objek-objek terlihat (semua objek terlihat), menyadari bahwa melihat adalah hanya melihat; dalam mendengarkan suara, menyadari bahwa mendengar adalah hanya mendengar; demikian pula dalam mencium bau-bauan, mengecap dan menyentuh objek-objek sentuhan, menyadari bahwa mencium, mengecap, menyentuh adalah hanya mencium, mengecap dan menyentuh; dan dalam menyadari objek-objek pikiran, yaitu pikiran dan gagasan, menyadari bahwa itu hanyalah menyadari.”

“(2) Bàhiya, jika engkau mampu tetap menyadari dalam melihat, mendengar, mengalami, dan mengenali (empat kelompok) objek-indria, engkau akan menjadi seorang yang tidak berhubungan dengan keserakahan, kebencian, dan kebodohan sehubungan dengan objek-objek terlihat, suara yang terdengar, objek-objek yang dialami, atau objek pikiran yang dikenali. Dengan kata lain, engkau akan menjadi seorang yang tidak serakah, tidak membenci, dan tidak bodoh.”

“(3) Bàhiya, terhadap objek-objek terlihat, suara yang terdengar, objek-objek yang dialami, objek-objek pikiran yang dikenali, engkau tidak boleh berhubungan dengannya melalui keserakahan, kebencian atau kebodohan, yaitu, jika engkau ingin menjadi seorang yang tidak memliki keserakahan, kebencian dan kebodohan, maka, Bàhiya, engkau harus menjadi seorang yang tidak memiliki keserakahan, keangkuhan atau pandangan salah sehubungan dengan objek yang dilihat, didengar, dialami atau dikenali. Engkau tidak boleh menganggap ‘Ini milikku’ (karena keserakahan), tidak memiliki konsep ‘aku’ (karena keangkuhan), tidak mempertahankan gagasan atau konsep ‘diriku’ (karena pandangan salah).”

“(4) Bàhiya, jika engkau sungguh ingin menjadi seorang yang tidak memiliki keserakahan, keangkuhan atau pandangan salah sehubungan dengan objek yang dilihat, suara yang didengar, objek-objek nyata yang dialami, objek-pikiran yang dikenali, maka Bàhiya, (dengan tidak adanya keserakahan, keangkuhan dan pandangan salah dalam dirimu) engkau tidak akan terlahir kembali di alam manusia, juga tidak akan terlahir kembali di empat alam lainnya (yaitu, alam dewa, Niraya, binatang, dan hantu kelaparan atau peta). Selain kehidupan yang sekarang (di alam manusia) dan empat alam kelahiran kembali lainnya, tidak ada alam lainnya bagimu. Tidak-munculnya batin-dan-jasmani baru adalah akhir dari kotoran yang merupakan dukkha dan akhir dari kelahiran kembali yang merupakan dukkha.”Demikianlah Buddha membabarkan Dhamma yang memuncak pada Pelenyapan tertinggi atau Nibbàna di mana tidak ada lagi unsur-unsur kehidupan (khandha) tersisa.


(Bàhiya Dàrucãriya adalah seseorang yang lebih tepat diberikan penjelasan singkat (saÿkhittaruci-puggala). Karena itu Buddha menjelaskan enam objek indria tanpa menyebutkan seluruh enam itu secara terperinci, tetapi menggabungkan bau, rasa dan objek sentuhan sebagai ‘objek-objek nyata.’ Demikianlah objek-objek indria itu dikelompokkan dalam empat kelompok: apa yang dilihat (diññha), apa yang didengar (suta), apa yang dialami (mutta), dan apa yang disadari (vi¤¤àta).

(1) Sehubungan dengan empat langkah penjelasan di atas (1) dalam nasihat Buddha agar menyadari melihat sebagai hanya melihat, mendengar sebagai hanya mendengar, mengalami sebagai hanya mengalami, mengenali sebagai hanya mengenali saat berhubungan dengan empat kelompok objek-objek indria masing-masing yang merupakan fenomena berkondisi, mengandung arti bahwa kesadaran-mata muncul dalam melihat objek-objek terlihat, kesadaran-telinga muncul dalam mendengar suara, kesadaran-hidung muncul dalam mencium bau, kesadaran-lidah muncul dalam mengecap rasa, dan kesadaran-pikiran muncul dalam mengenali objek-pikiran, hanya ada kesadaran dan tidak ada keserakahan, kebencian, dan kebodohan di sana. (Pembaca harus memelajari sifat dari proses lima pintu-indria dan proses pintu-pikiran.)
(Kesadaran-mata, kesadaran-telinga, kesadaran-hidung, kesadaran-lidah dan kesadaran-badan, lima jenis kesadaran ini disebut lima jenis kesadaran-indria.) Buddha menasihati Bàhiya agar ia berusaha dengan tekun untuk tidak membiarkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan merasuki impuls momen-pikiran yang mengikuti lima-pintu indria dan proses-pintu-pikiran yang muncul seketika saat munculnya lima jenis kesadaran-indria itu, dalam setiap tahapnya tidak ada keserakahan, kebencian atau kebodohan, namun hanya kesadaran-indria saja. Karena menilai objek-objek indria tersebut secara alami akan menimbulkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan.
(Buddha menasihati Bàhiya agar ia berusaha dengan tekun untuk tidak membiarkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan merasuki impuls momen-pikiran karena Beliau ingin Bàhiya memahami konsep keliru seperti, “Ini kekal,” “Ini bahagia,” atau “Ini memiliki inti,” yang cenderung merasuki (pikiran yang tidak terjaga) sehubungan dengan empat kelompok objek-indria tersebut. Hanya jika seseorang menganggapnya sebagai tidak kekal, menyedihkan, buruk dan tanpa-diri, maka tidak akan muncul anggapan keliru sebagai kekal, bahagia, indah dan memiliki inti; hanya akan muncul Pandangan Cerah di mana impuls baik mengikuti (proses-pikiran netral pada tahap kesadaran-indria). Buddha memperingati Bàhiya agar menjaga dari pikiran salah akan fenomena berkondisi yang mewakili empat kelompok objek-indria sebagai kekal, bahagia, indah dan memiliki inti dan memandangnya sebagaimana adanya, yaitu, tidak kekal, menyedihkan, buruk, dan tanpa-diri, dan dengan demikian melatih Pandangan Cerah agar impuls baik mengikuti (kesadaran indria).
(Dengan menunjukkan pandangan benar dalam memandang empat jenis objek indria yang merupakan fenomena berkondisi, sebagai tidak kekal, menyedihkan, buruk dan tanpa-diri, Buddha (dalam 1 di atas) mengajarkan enam tingkat rendah dari Kesucian dan sepuluh tingkat Pandangan Cerah kepada Bàhiya Dàrucãriya.)

Dalam (2), “Bàhiya, jika engkau dapat tetap waspada dalam melihat, mendengar, mengalami dan menyadari empat kelompok objek-indria yang merupakan fenomena berkondisi melalui sepuluh tahap Pandangan Cerah dan mencapai Pengetahuan Jalan, maka engkau telah melenyapkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan; engkau bukanlah seorang yang serakah, yang membenci, atau yang bodoh; dengan kata lain, engkau akan bebas dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Ini menunjukkan Empat Magga.) (Dalam (3): para Ariya saat mencapai Ariya-Phala bebas total dari pengaruh keserakahan, keangkuhan, dan pandangan salah, sehingga mereka tidak pernah menganggap segala fenomena berkondisi yang disajikan oleh empat kelompok objek-indria sebagai ‘aku’, ‘milikku’ atau ‘diriku’. Ini menunjukkan Ariya-Phala.)

(Dalam (4): Seorang Arahanta setelah saat kesadaran-kematian lenyap tidak terlahir kembali apakah di alam manusia ini atau di empat alam lainnya. Ini adalah pelenyapan total dari kelompok-kelompok batin dan jasmani, dan disebut Nibbàna tanpa meninggalkan sisa dari kelompok-kelompok kehidupan. Langkah ini menunjukkan Nibbàna tertinggi, Pelenyapan tanpa sisa.)
Bàhiya Dàrucãriya bahkan selagi mendengarkan khotbah Buddha, menyucikan empat jenis moralitas kebhikkhuan, dan menyucikan batinnya melalui konsentrasi, dan mengembangkan Pandangan Cerah yang dilakukan dalam waktu yang singkat itu hingga ia mencapai Arahatta-Phala lengkap dengan empat Pengetahuan Analitis (Pañisambhidà ¥àõa). Ia mampu menghancurkan semua àsava, kotoran moral, karena ia adalah individu yang berjenis sangat langka (karena jasa masa lampaunya) yang ditakdirkan untuk mencapai Pencerahan dalam waktu singkat, karena telah memiliki pengetahuan yang dibawa sejak lahir.
Setelah mencapai Arahatta-Phala, Yang Mulia Bàhiya Dàrucãriya, melihat dirinya sendiri dengan Pengetahuan Peninjauan (Paccavekkhaõà ¥àõa) yang terdiri dari sembilan belas faktor, merasa perlu, seperti biasanya seorang Arahanta, untuk menjadi bhikkhu dan memohon Buddha untuk menahbiskannya. Buddha bertanya, “Apakah engkau memiliki mangkuk dan jubah bhikkhu?” “Belum, Yang Mulia,” ia menjawab. “Kalau begitu,” Buddha berkata, “Pergilah cari dulu.” Setelah berkata demikian, Buddha melanjutkan menerima dàna makanan di Kota Sàvatthã.

(Bàhiya telah menjadi seorang bhikkhu pada masa ajaran Buddha Kassapa. Ia tetap menjadi bhikkhu dan berusaha mencapai Pencerahan selama dua puluh ribu tahun. Pada masa itu, jika ia menerima kebutuhan bhikkhu, ia berpikir bahwa perolehan itu ia dapatkan berkat jasa masa lampaunya sendiri dan tidak membaginya dengan bhikkhu lainnya. Karena kurangnya kedermawanan dalam memberikan jubah atau mangkuk kepada bhikkhu lainnya, ia kekurangan jasa yang dapat mendukungnya agar dapat dipanggil oleh Buddha, “Datanglah, Bhikkhu.” Ada guru-guru lain yang dengan berbeda menjelaskan tentang mengapa Buddha tidak memanggil Bàhiya dengan kata-kata “Datanglah, Bhikkhu.” Menurut mereka Bàhiya terlahir sebagai seorang perampok pada masa tidak ada Buddha yang muncul di dunia. Ia merampok seorang Pacceka Buddha, mengambil jubah dan mangkuknya dan membunuhnya dengan busur dan panahnya. Buddha mengetahui bahwa karena perbuatan jahat itu, Bàhiya Dàrucãriya tidak akan dapat memperoleh jubah dan mangkuk yang diciptakan melalui pikiran (Bahkan jika Buddha memanggilnya, “Datanglah, Bhikkhu”) (Komentar Udàna). Namun, akibat yang ditimbulkan dari perbuatan jahat ini lebih sesuai jika dihubungkan dengan kenyataan nasib Bàhiya yang tidak memiliki pakaian yang pantas selain serat-serat kayu.)

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 22 August 2008, 09:15:15 AM
^atas...

adalah kutipan dari buku MAHA BUDDHAVAMSA tentang thera bahiya. Kelihatannya khotbah BUDDHA kepada Thera Bahiya tidak sesingkat yang diperkirakan. Tuntunan vipasanna (kalau boleh dikatakan begitu), kelihatannya lebih mendetail di sumber ini dibandingkan dengan sumber lainnya.

Ada petunjuk untuk memurnikan moralitas dengan memutuskan keserakahan, keangkuhan dan pandangan salah. Jadi Bahiya mencapai pencerahan bukan dengan hanya "tanpa usaha", tetapi kelihatannya Bahiya berhasil untuk memurnikan moralitas dengan singkat melalui konsentrasi yang kuat dan ditunjang oleh bakat (bibit) Bahiya sendiri akibat karma karma lampaunya.

Kita lihat di bait ke (3) dari tuntunan BUDDHA kepada BAHIYA, diberikan petunjuk kepada Bahiya supaya terhadap objek-objek terlihat, suara yang terdengar, objek-objek yang dialami, objek-objek pikiran yang dikenali, tidak boleh berhubungan dengannya melalui keserakahan, kebencian atau kebodohan. (Lobha, Dosa dan Moha).

Bagaimana pendapat rekan rekan semua tentang adanya persepi bahwa Bahiya Sutta merupakan tuntunan vipasana "tanpa usaha" ??

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 22 August 2008, 09:24:19 AM
 :)  _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: morpheus on 22 August 2008, 09:32:13 AM
mahabuddhavamsa adalah buku karangan mingu sayadaw dari burma pada abad ke-20.
sudah tentu isinya merupakan opini dan komentar beliau terhadap sutta2 dari sudut pandang burmese buddhism yg kental dengan teori2 abhidhamma dan penafsiran agama buddha orthodox. orang2 banyak menyebut mahabuddhavamsa sebagai "kitab komentar burmese". cmiiw hasil googling saya ini.

suttanya sendiri tercatat di tipitaka dengan singkat:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 22 August 2008, 09:32:46 AM
...
Bagaimana pendapat rekan rekan semua tentang adanya persepi bahwa Bahiya Sutta merupakan tuntunan vipasana "tanpa usaha" ??

Seperti saya katakan sebelumnya, mungkin definisi "usaha" yang dipakai itu berbeda. Harus dilihat dulu konteksnya bagaimana. Kalau definisi "usaha"-nya itu tidak diuraikan, tidak akan ketemu permasalahannya di mana.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 22 August 2008, 09:36:53 AM
mahabuddhavamsa adalah buku karangan mingu sayadaw dari burma pada abad ke-20.
sudah tentu isinya merupakan opini dan komentar beliau terhadap sutta2 dari sudut pandang burmese buddhism yg kental dengan teori2 abhidhamma dan penafsiran agama buddha orthodox. orang2 banyak menyebut mahabuddhavamsa sebagai "kitab komentar burmese". cmiiw hasil googling saya ini.

suttanya sendiri tercatat di tipitaka dengan singkat:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html


Khotbahnya sendiri tidak terlalu singkat karena menguraikan 6 landasan indriah dan objeknya. Tetapi, konon Bahiya mencapai Arahatta bahkan sebelum khotbah itu selesai diuraikan.
Untuk komentar dan pendapat, biarkan semua dengan pilihan masing2. Jangan "diusik" dengan yang mana yang "lebih tua" ataupun "lebih asli". Tidak akan ketemu juga pembahasannya.

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 22 August 2008, 09:38:44 AM
mahabuddhavamsa adalah buku karangan mingu sayadaw dari burma pada abad ke-20.
sudah tentu isinya merupakan opini dan komentar beliau terhadap sutta2 dari sudut pandang burmese buddhism yg kental dengan teori2 abhidhamma dan penafsiran agama buddha orthodox. orang2 banyak menyebut mahabuddhavamsa sebagai "kitab komentar burmese". cmiiw hasil googling saya ini.

suttanya sendiri tercatat di tipitaka dengan singkat:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html


ketika ada buddha orthodox, berarti ada lawannya donk... buddhisme modern ??
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 22 August 2008, 09:44:23 AM
mahabuddhavamsa adalah buku karangan mingu sayadaw dari burma pada abad ke-20.
sudah tentu isinya merupakan opini dan komentar beliau terhadap sutta2 dari sudut pandang burmese buddhism yg kental dengan teori2 abhidhamma dan penafsiran agama buddha orthodox. orang2 banyak menyebut mahabuddhavamsa sebagai "kitab komentar burmese". cmiiw hasil googling saya ini.

suttanya sendiri tercatat di tipitaka dengan singkat:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html


"Then, Bahiya, you should train yourself thus: In reference to the seen, there will be only the seen. In reference to the heard, only the heard. In reference to the sensed, only the sensed. In reference to the cognized, only the cognized. That is how you should train yourself. When for you there will be only the seen in reference to the seen, only the heard in reference to the heard, only the sensed in reference to the sensed, only the cognized in reference to the cognized, then, Bahiya, there is no you in terms of that. When there is no you in terms of that, there is no you there. When there is no you there, you are neither here nor yonder nor between the two. This, just this, is the end of stress."
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 22 August 2008, 09:46:44 AM
Mahabuddhavamsa disusun dengan bersumber dari Tipitaka, tentunya Tipitaka diakui oleh Buddhist sebagai catatan sejarah yang dapat diandalkan, penulisnya mengurutkan isi dari Tipitaka secara kronologis agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. dan pada setiap kisah yang terdapat dalam buku itu juga dicantumkan rujukan Sutta, jadi sama sekali bukan rekayasa dari sang penulis.
 
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 22 August 2008, 10:38:13 AM
benar sekali kata bro kainyn, definisi "usaha" itu apa dulu nih. Apakah train/berlatih itu usaha? apakah mengamati itu usaha? apakah itu usaha?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: morpheus on 22 August 2008, 10:55:38 AM
Khotbahnya sendiri tidak terlalu singkat karena menguraikan 6 landasan indriah dan objeknya. Tetapi, konon Bahiya mencapai Arahatta bahkan sebelum khotbah itu selesai diuraikan.
Untuk komentar dan pendapat, biarkan semua dengan pilihan masing2. Jangan "diusik" dengan yang mana yang "lebih tua" ataupun "lebih asli". Tidak akan ketemu juga pembahasannya.
saya setuju bang kainyn.

maaf saya lupa quote. di atas saya menanggapi kata2:
"Tuntunan vipasanna (kalau boleh dikatakan begitu), kelihatannya lebih mendetail di sumber ini dibandingkan dengan sumber lainnya."

jelas saja mendetail karena itu merupakan kitab komentar, di komentar sesuai dengan opini penulisnya.
kata kuncinya adalah komentar / opini, bukan adu tua2an...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 22 August 2008, 11:38:34 AM
benar sekali kata bro kainyn, definisi "usaha" itu apa dulu nih. Apakah train/berlatih itu usaha? apakah mengamati itu usaha? apakah itu usaha?

Untuk "memperkeruh suasana", dalam Ogha-tarana Sutta (Samyutta Nikaya), Buddha mengatakan "menyeberang dengan tidak mendorong dan tidak berdiam di tempat". Jadi sebetulnya "harus pakai usaha" atau "harus tidak pakai usaha" juga sudah keliru.  ;D



...
maaf saya lupa quote. di atas saya menanggapi kata2:
"Tuntunan vipasanna (kalau boleh dikatakan begitu), kelihatannya lebih mendetail di sumber ini dibandingkan dengan sumber lainnya."

jelas saja mendetail karena itu merupakan kitab komentar, di komentar sesuai dengan opini penulisnya.
kata kuncinya adalah komentar / opini, bukan adu tua2an...
Ya, komentar itu diberikan berdasarkan background masing2 penulis. Kalau background-nya banyak Abhidhamma, jadi komentarnya memang dipengaruhi dengan Abhidhamma. Kadang juga komentar memberikan "kemungkinan alternatif" dari satu penafsiran. Jadi silahkan kita masing2 yang memilih saja, karena sebetulnya benar atau tidak, ga ada yang tahu.  :)

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 22 August 2008, 12:08:43 PM
oh ya... sering dikatakan dengan meditasi bisa mencapai kanikha samadhi. kondisi yang bagaimana kanikha samadhi ? apakah "keheningan" ? atau tidak bisa dijelaskan dengan "kata-kata" ?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: gembusmetta on 22 August 2008, 12:43:54 PM
Seperti saya katakan sebelumnya, mungkin definisi "usaha" yang dipakai itu berbeda. Harus dilihat dulu konteksnya bagaimana. Kalau definisi "usaha"-nya itu tidak diuraikan, tidak akan ketemu permasalahannya di mana.

Saya sih sreg dengan definisi Anda sendiri, yang ini:
....Yang dimaksud usaha itu adalah mengkondisikan suatu pelepasan atau pelekatan/penolakan terhadap sesuatu.

Mengenai "kentut", jangan disamakan istilah usaha dalam fisika. 

So, sesuai definisi itu, "kentut" enggak termasuk kegiatan "dengan usaha", kan?  :)

Saya sama sekali enggak membicarakan kentut dalam konteks fisika.

Kentut adalah sebuah realita sehari-hari. Kentut tak ada bedanya dengan obyek lain seperti tubuh, teman, ayah, ibu, bunga, langit, pohon, hewan, bahkan agama, dst, dsb. Hayo, siapa yang berani memastikan bahwa "kentut" tak termasuk "obyek-obyek" sebagaimana wejangan Sang Budha terhadap Bahiya?

Bedanya, terhadap kebanyakan obyek lain itu kita "melekat", sedangkan terhadap kentut tidak. Kita tak pernah secara khusus latihan agar tak perlu melekat pada kentut, tapi sibuk latihan dengan bermacam konsep dan metode agar tak melekat pada obyek-obyek lain.

Satu lagi, ini pertanyaan pribadi yang sejak dulu menganggu saya. Mumpung diingatkan oleh posting berikut, saya mohon petunjuk:


"....Tidak-munculnya batin-dan-jasmani baru adalah akhir dari kotoran yang merupakan dukkha dan akhir dari kelahiran kembali yang merupakan dukkha.”Demikianlah Buddha membabarkan Dhamma yang memuncak pada Pelenyapan tertinggi atau Nibbàna di mana tidak ada lagi unsur-unsur kehidupan (khandha) tersisa.

Mengapa Buddha yang sudah mencapai nibbana masih menganggap kekotoran merupakan dukkha dan kelahiran kembali juga dukkha? Apakah itu bukan berarti Buddha melekat pada "batin yang bersih" dan melekat pada "ketidaklahiran kembali"?

 _/\_






Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 22 August 2008, 12:55:26 PM
Quote
Mengapa Buddha yang sudah mencapai nibbana masih menganggap kekotoran merupakan dukkha dan kelahiran kembali juga dukkha? Apakah itu bukan berarti Buddha melekat pada "batin yang bersih" dan melekat pada "ketidaklahiran kembali"?

hayolohhhh...

 ^-^ ^-^
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 22 August 2008, 01:11:48 PM
oh ya... sering dikatakan dengan meditasi bisa mencapai kanikha samadhi. kondisi yang bagaimana kanikha samadhi ? apakah "keheningan" ? atau tidak bisa dijelaskan dengan "kata-kata" ?

Ada dijelaskan sama fabian c, coba lihat reply #511.



So, sesuai definisi itu, "kentut" enggak termasuk kegiatan "dengan usaha", kan?  :)

Saya sama sekali enggak membicarakan kentut dalam konteks fisika.

Kentut adalah sebuah realita sehari-hari. Kentut tak ada bedanya dengan obyek lain seperti tubuh, teman, ayah, ibu, bunga, langit, pohon, hewan, bahkan agama, dst, dsb. Hayo, siapa yang berani memastikan bahwa "kentut" tak termasuk "obyek-obyek" sebagaimana wejangan Sang Budha terhadap Bahiya?

Bedanya, terhadap kebanyakan obyek lain itu kita "melekat", sedangkan terhadap kentut tidak. Kita tak pernah secara khusus latihan agar tak perlu melekat pada kentut, tapi sibuk latihan dengan bermacam konsep dan metode agar tak melekat pada obyek-obyek lain.

Hampir saban hari kita kentut, tapi tak pernah perlu berusaha untuk kentut, kan? Kentut adalah contoh kegiatan tanpa usaha...

Dalam konteks dhamma, usaha (vayama) yang benar adalah mengusahakan hal-hal baik yang sudah ada tetap ada, dan memunculkan hal baik yang belum ada; mengusahakan hal-hal buruk yang sudah ada dihilangkan, dan yang belum ada supaya jangan sampai ada.
Dalam mengembangkan bathin, 'kentut' hanyalah sebuah objek netral, tidak berkenaan dengan usaha. Yang bisa diusahakan adalah gerak pikiran terhadap 'kentut' itu sendiri.

Kalo dalam bio-fisika, 'kentut' atau fungsi otomatis lain seperti nafas, memang tidak diusahakan, karena otomatis terjadi karena perbedaan tekanan antara dalam dan luar, diatur oleh saraf parasimpatik yang tidak lewat proses otak. Namun secara fisika, itu pun ada usaha (Work)-nya karena ada perpindahan objek oleh energi. Jadi tergantung konteksnya, definisinya bisa berubah.


Quote
Satu lagi, ini pertanyaan pribadi yang sejak dulu menganggu saya. Mumpung diingatkan oleh posting berikut, saya mohon petunjuk:
...
Mengapa Buddha yang sudah mencapai nibbana masih menganggap kekotoran merupakan dukkha dan kelahiran kembali juga dukkha? Apakah itu bukan berarti Buddha melekat pada "batin yang bersih" dan melekat pada "ketidaklahiran kembali"?
Mengapa orang yang telah terlepas dari pengaruh obat2an terlarang mengatakan bahwa kecanduan narkoba itu adalah penderitaan?
Apa berarti dia masih melekat padanya? 

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 22 August 2008, 01:35:19 PM
Quote

Untuk "memperkeruh suasana", dalam Ogha-tarana Sutta (Samyutta Nikaya), Buddha mengatakan "menyeberang dengan tidak mendorong dan tidak berdiam di tempat". Jadi sebetulnya "harus pakai usaha" atau "harus tidak pakai usaha" juga sudah keliru.
Kalau ini sih sudah jelas, konteksnya menyebrang banjir/sungai itu adalah nafsu keinginan.
Beliau tidak menerjang (dalam artian membenci atau mengutuk dkk) ataupun berdiam didalamnya (memuaskan nafsu), tapi dengan melepas.

tentang samma vayama ini ada contekan dikit
Quote from: http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html
"Dan apakah, para bhikkhu, usaha benar? (i) Dimana seorang bhikkhu memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk tidak memunculkan hal buruk, kualitas tidak terampil yang belum muncul. (ii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk meninggalkan hal buruk, kualitas yang tidak terampil yang telah muncul. (iii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kualitas terampil yang belum muncul. (iv) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk mempertahankan, mengerti, menambah, memperbanyak, mengembangkan, & mengumpulkan kualitas terampil yang telah muncul: Ini, para bhikkhu, yang disebut usaha benar.

Quote
Mengapa Buddha yang sudah mencapai nibbana masih menganggap kekotoran merupakan dukkha dan kelahiran kembali juga dukkha? Apakah itu bukan berarti Buddha melekat pada "batin yang bersih" dan melekat pada "ketidaklahiran kembali"?
Ini sering kali terjadi dimana kata "melekat" itu digunakan pada tempat yg tidak tepat. Semua hal dikatakan melekat. Makan melekat, minum melekat, nonton melekat. Nafas melekat.
IMO sih yg lebih tepat melekat itu dipakai pada esensinya, pemuasan indria, pandangan salah tentang atta dan latihan.


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 22 August 2008, 01:45:38 PM
Quote
Untuk "memperkeruh suasana", dalam Ogha-tarana Sutta (Samyutta Nikaya), Buddha mengatakan "menyeberang dengan tidak mendorong dan tidak berdiam di tempat". Jadi sebetulnya "harus pakai usaha" atau "harus tidak pakai usaha" juga sudah keliru.
Kalau ini sih sudah jelas, konteksnya menyebrang banjir/sungai itu adalah nafsu keinginan.
Beliau tidak menerjang (dalam artian membenci atau mengutuk dkk) ataupun berdiam didalamnya (memuaskan nafsu), tapi dengan melepas.
Itu dia. Kalau tidak dijelaskan detailnya, maka orang bisa salah paham mengenai satu metoda, melihatnya sebagai "mendorong" (dengan usaha) dan di lain pihak orang bisa melihat itu sebagai "diam di tempat" (tanpa usaha).
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 22 August 2008, 01:53:32 PM
makanya ada about sutta itu oleh penerjemah

Quote
The Buddha explains how he "crossed over the flood" of craving.

dan catatannya

Quote
Translator's note: This discourse opens the Samyutta Nikaya with a paradox. The Commentary informs us that the Buddha teaches the devata in terms of the paradox in order to subdue her pride. To give this paradox some context, you might want to read other passages from the Canon that discuss right effort.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 22 August 2008, 02:20:31 PM
Oh, saya baru tahu kalo catatan penterjemah itu memang merujuk ke usaha benar (right effort). Tadinya hanya mencoba menafsirkan sendiri saja dan menurut saya cocok dengan keadaan "usaha" vs "tanpa usaha" di sini  ;D

Kembali lagi, kalo kita tidak mengerti definisi orang yang diajak bicara, maka bisa 'muter-muter' ke mana-mana.
Jadi dari pihak "pengusaha" mengatakan "tanpa usaha itu seperti berdiam, dan akan tenggelam". Sebaliknya dari pihak "penganggur" mengatakan "usaha itu seperti mendorong, maka akan terbawa arus itu sendiri".

Jadi sekarang, ada yang mau menjelaskan "usaha" dan "tanpa usaha" menurut definsinya masing2? Atau perlu thread baru?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 22 August 2008, 04:45:21 PM
kasih yg trademark tanpa usaha dulu aja :))
Title: Debat Fabian vs. Hudoyo - 05a.1
Post by: hudoyo on 22 August 2008, 10:08:34 PM
Uraian kedua mengenai Vipassana I

Setelah lewat putaran keempat debat antara Rekan Fabian dan saya mengenai meditasi vipassana, sekarang Rekan Fabian mengubah taktiknya: ia tidak lagi mengritik MMD, melainkan menulis sebuah esei tentang "meditasi vipassana" (baca: "vipassana versi Mahasi Sayadaw"). ... Setelah membaca esei tersebut, saya berterima kasih karena lebih mengetahui seluk-beluk vipassana versi Mahasi Sayadaw yang menekankan konsentrasi dan usaha, setidak-tidaknya sebagaimana dipahami oleh Rekan Fabian. Banyak aspek dari vipassana versi Mahasi Sayadaw yang sejalan dengan vipassana versi MMD, dan hal itu tidak perlu saya tanggapi lagi. Tetapi ada aspek-aspek lain dari vipassana versi Mahasi Sayadaw yang berbeda, bahkan bertolak belakang, dengan vipassana versi MMD; ini perlu saya tanggapi dengan menjelaskan posisi MMD berkaitan dengan aspek-aspek itu, sehingga pembaca forum ini memperoleh kejelasan mengenai perbedaan praksis (praktik) antara vipassana versi Mahasi Sayadaw yang menekankan konsentrasi dan usaha dengan vipassana versi MMD yang tidak menekankan kedua hal itu. Mengetahui perbedaan ini penting bagi rekan-rekan praktisi vipassana versi Mahasi Sayadaw yang ingin mencoba vipassana MMD.

(1) Rekan Fabian bercerita tentang persyaratan yang diterapkan bagi seorang "calon guru vipassana" di Myanmar untuk bisa mendampingi seorang guru vipassana, yang harus mencapai 'sankharupekkha-nyana' dulu, dan "minimal berlatih satu bulan secara intensif". Menurut hemat saya, hal itu bisa dimengerti dan tidak mengherankan, karena memang vipassana versi Mahasi Sayadaw menekankan konsentrasi dan usaha untuk mencapai nyana-nyana. Semua pemeditasi tahu betapa sulitnya berkonsentrasi, sehingga tidak mengherankan bahwa nyana-nyana itu tercapai dalam waktu yang lama. ... Di lain pihak, MMD tidak menekankan kosentrasi dan usaha untuk mencapai nyana-nyana. MMD justru menekankan sikap pasif, tidak mengharapkan apa-apa, tidak berucaha mencapai apa-apa, tidak berkonsentrasi pada satu obyek terus-menerus. Yang menjadi kendala bagi pemeditasi MMD justru pengertian dan keinginan untuk berkonsentrasi untuk mencapai sesuatu. Apalagi bagi mereka yang sudah mempunyai pengalaman bermeditasi--entah vipassana, entah meditasi lain--yang menekankan konsentrasi. Tetapi, bila kemampuan untuk sadar tanpa konsentrasi ini bisa muncul tanpa diusahakan, tanpa diinginkan & tanpa dikejar, maka pemeditasi MMD akan dengan mudah sekali mencapai keheningan (berhentinya semua reaksi batin) dan masuk ke dalam khanika-samadhi; jauh lebih mudah daripada pemeditasi vipassana yang menekankan konsentrasi & usaha.

(2) Rekan Fabian menulis, "Teman teman ini untungnya berlatih dibawah bimbingan guru meditasi Vipassana yang terlatih yang memang dianggap telah mencapai tahap pandangan terang tertentu, sehingga dapat meluruskan pandangan siswa tersebut." ... Mengenai peran seorang guru meditasi, bisa dimengerti pentingnya peran itu bila meditasi yang bersangkutan berupa konsentrasi dengan usaha maksimal untuk mencapai berbagai nyana dengan segala liku-liku dan perangkapnya. Di sini malah ditekankan perlunya "guru meditasi Vipassana ... yang memang dianggap telah mencapai tahap pandangan terang tertentu". ... Yang menjadi masalah besar di sini ialah apakah "anggapan bahwa guru vipassana A,B,C telah mencapai pencerahan (ariya)" itu benar atau tidak? Bukankah hal itu mustahil dipastikan secara obyektif, dan hanya merupakan kepercayaan dari si murid belaka? Banyak umat Buddha di Indonesia silau oleh atribut lahiriah. Fakta bahwa seorang guru vipassana berjubah kuning dan memiliki gelar Mahathera bukan jaminan bahwa ia telah tercerahkan; sebaliknya, fakta bahwa seorang guru vipassana cuma seorang awam (bukan bhikkhu) tidak niscaya bahwa ia belum tercerahkan. Banyak orang awam adalah Sotapanna; banyak bhikkhu belum sotapanna. Di Myanmar sendiri banyak orang awam mengajar vipassana secara kompeten. Yang ingin saya tekankan di sini ialah atribut lahiriah bukan kriteria atau jaminan bahwa seseorang sudah atau belum tercerahkan...

Di dalam MMD, peran seorang guru meditasi tidak sepenting seperti di dalam "vipassana tradisional". Di dalam MMD, peran guru meditasi tidak lebih sekadar "menunjukkan pintu" untuk dilalui oleh si murid. Di dalam MMD, apabila seorang pemeditasi sudah mengalami khanika-samadhi, yang merupakan kesadaran yang amat berbeda dengan kesadaran sehari-hari, maka itu akan memberikan keyakinan (saddha) yang cukup baginya akan pembebasan terakhir dari dukkha yang akan dicapainya kelak. Bila pemeditasi MMD telah mencapai khanika-samadhi, ia tidak memerlukan bimbingan guru lagi sama sekali. Baginya tidak ada risiko melekat dan bergantung pada seorang guru; dirinya sendiri menjadi guru baginya, karena untuk melepas, untuk diam, tidak diperlukan tuntunan apa-apa lagi dari seorang guru di luar dirinya. Khanika-samadhi itu sendiri akan mendorongnya melepaskan sisa-sisa atta/dirinya, sampai habis sama sekali. ...

(3) Rekan Fabian menulis tentang pencerahan yang muncul dari meditasi vipassana: "Pengertian bagaimana? yaitu batin dan jasmani bersifat tidak permanen, selalu berubah, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan, serta susah dikendalikan, tak mau menurut dan berjalan semaunya." ... Dalam meditasi vipassana, ketika orang melihat bahwa segala sesuatu tidak permanen, selalu berubah, maka pikirannya memberi label: "anicca". Ketika orang melihat bahwa segala sesuatu tidak menyenangkan, tidak memuaskan, maka pikirannya memberi label: "dukkha". Kedua label itu adalah produk pikiran untuk menjelaskan pencerahan tentang ketidakekalan dan penderitaan yang dialaminya; dalam hal 'anicca' dan 'dukkha' ini, kedua label itu cocok dengan pengalaman batin sebelum pikiran memberinya label. ...

Tetapi ketika ia melihat bahwa segala sesuatu tidak bisa dikendalikan, berjalan semaunya dan tidak mau menurut, lalu pikirannya memberi label: "anatta", maka di sini telah terjadi PENCAMPURAN PENGALAMAN DENGAN KONSEP YANG DIPELAJARI SEBELUMNYA. ... Sebetulnya yang terjadi adalah demikian: pemahaman bahwa "segala sesuatu tidak bisa dikendalikan, tidak mau menurut, dan berjalan semaunya" itu DISEBABKAN karena ada keinginan dari si aku/atta pemeditasi itu untuk mengendalikan & mengatur fenomena badan & batin ini menurut kehendaknya, sehingga menimbulkan frustrasi karena fenomena badan & batin ini tidak menuruti kehendaknya. Kalau pemeditasi menyadari/melihat keinginan dari si aku/atta itu, maka--beranalogi dengan pemahaman akan 'anicca' & 'dukkha' di atas--ia seharusnya memberi label "atta" pada keinginan yang membuatnya frustrasi itu. Ini sejalan dengan ucapan Sang Buddha dalam puluhan sutta: "Dalam batin seorang puthujjana (orang biasa) selalu ada pikiran: 'ini milikku, ini aku, ini atta/diriku." ...

... Dalam batin seorang non-Buddhis yang berlatih vipassana pencampuran seperti ini tidak terjadi! ... Ketika pemeditasi non-Buddhis itu melihat bahwa keinginan dirinya untuk mengendalikan & mengatur fenomena badan & batin ini tidak terpenuhi maka ia tidak memberi label "anatta", melainkan label "atta/diri" pada keinginan itu. ... Inilah 'melihat apa adanya' yang sesungguhnya tentang kenyataan atta/diri, bukan seperti yang diajarkan dalam Visuddhi-magga bahwa pemeditasi vipassana akan melihat anicca, dukkha dan anatta. Jelas bahwa uraian dalam Visuddhi-magga itu ditulis oleh bhikkhu yang masih mencampuradukkan antara 'melihat apa adanya' dan 'melihat disertai konsep'. ...

Jadi dalam meditasi vipassana yang dilihat oleh pemeditasi adalah kenyataan apa adanya yang kemudian diberinya label: "anicca", "dukkha" dan (seharusnya) "atta", selama masih ada keinginan untuk mengendalikan badan & batin ini dalam batin pemeditasi itu. Dengan kata lain, pemeditasi vipassana tidak mungkin melihat, menyadari 'anatta' SELAMA IA MASIH MEMPUNYAI KEINGINAN & PIKIRAN (ATTA/DIRI). ... Pemeditasi non-Buddhis (dan pemeditasi Buddhis yang benar-benar melihat apa adanya tanpa dicampuri konsep 'anatta') akan terus menyadari 'anicca', 'dukkha' dan 'atta/diri' setiap kali ia melihat fenomena badan & batin dalam dirinya, sampai pada suatu titik ia masuk ke dalam khanika-samadhi di mana ketiga label itu runtuh, dan tidak ada pikiran lagi. ... Itulah kenyataan apa adanya dari 'anatta'. Ia baru mengalami 'anatta'  di dalam khanika-samadhi, ketika pikiran & atta/diri diam, ketika kelima rintangan batin berhenti untuk sementara; tetapi di situ tidak ada lagi pelabelan dan penyebutan sebagai 'anatta'.

(4) Rekan Fabian lalu menulis panjang lebar mempertahankan pentingnya usaha dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw. Kesimpulannya ditulis dalam kalimat yang diberi bold merah: "Tak ada pekerjaan apapun yang bisa dilakukan tanpa usaha, untuk bisa memperhatikan tanpa usaha atau untuk bisa memperhatikan apa adanya, juga diperlukan usaha." ... Terhadap pernyataan itu, jawaban MMD singkat saja: "Selama masih ada usaha maka orang tidak bisa melihat apa adanya. Orang baru bisa melihat apa adanya bila segala usaha untuk melihat apa adanya disadarinya sebagai sia-sia dan dilepaskan."

Dalam kehidupan sehari-hari, selama kita jaga, setiap tindakan kita selalu mengandung unsur TUJUAN, USAHA & WAKTU. Mulai dari tindakan yang paling kasar, paling mementingkan diri sendiri, sampai tindakan yang paling halus, paling tidak mementingkan diri sendiri. Semua tindakan kita itu bersumber dari atta/diri/aku. ... Dan kondisi batin seperti ini bahkan dibawa ke dalam meditasi vipassana secara naif, dengan melakukan konsentrasi dan usaha untuk mencapai nyana-nyana. Jelas, di sini si atta/diri tetap bersemayam, sekalipun sekarang mengenakan topeng sebagai meditator yang ingin mencapai pencerahan/pembebasan, ingin menjadi ariya (suci), ingin mencapai nyana-nyana, ingin mencapai nibbana. ... Saya dulu pernah bertahun-tahun terjebak dalam pemahaman meditasi sebagai konsentrasi dan usaha. Setelah secara tiba-tiba menyadari kesia-siaan usaha seperti ini, berhentilah segala usaha untuk berkonsentrasi, dan barulah muncul khanika-samadhi tanpa diusahakan. Itulah awal dari perkembangan MMD.

(5) Rekan Fabian menulis: " ... [pemeditasi] lupa bahwa prinsip Vipassana adalah melihat segala sesuatu apa adanya. Apa adanya bagaimana? Melihat apa adanya bahwa batin dan jasmani bersifat tidak kekal, bersifat tidak menyenangkan dan tidak memuaskan, susah dikendalikan dan tak mau menurut." ... "Definisi" vipassana dari Rekan Fabian ini terkesan melompat dan artifisial, sehingga patut dipertanyakan apakah sesungguhnya Rekan Fabian telah mengalami 'melihat apa adanya' atau belum? ... Bagi saya, prinsip vipassana adalah sadar akan gerak-gerik pikiran/si aku yang mendistorsikan apa adanya, sampai pikiran/si aku itu berhenti (khanika-samadhi) dan orang baru 'melihat apa adanya'. ...

Tampak jelas bahwa 'melihat apa adanya' yang dimaksud Rekan Fabian di atas sudah tercampur dengan ajaran/konsep, terutama konsep 'anatta', ketika ia mendefinisikan 'melihat apa adanya' seperti di atas--sesuai dengan ajaran Visuddhi-magga-- adalah melihat anicca, dukkha dan ANATTA. ... Bagi saya, ketika orang melihat apa adanya dalam vipassana maka di situ tidak ada konsep, tidak ada ajaran apa-apa lagi; dan itu hanya bisa terjadi bila orang melepaskan konsep 'anicca, dukkha & anatta' (tilakkhana) yang pernah dipelajarinya sebelumnya. Melihat 'apa adanya' tanpa konsep hanya terjadi bila orang melihat aku/diri di dalam setiap gerak pikirannya; itu FAKTA, bukan konsep lagi, tidak ada konsep 'anatta' di dalam melihat apa adanya 'atta/diri' itu. Itu terjadi di dalam khanika-samadhi. Barulah ketika khanika-samadhi muncul, maka ia melihat apa adanya bahwa atta/diri itu runtuh. Itulah melihat/menyadari 'anatta' tanpa konsep 'anatta'. ...

(6) Kemudian Rekan Fabian menguraikan panjang lebar "kemajuan yang dicapai oleh seorang pemeditasi vipassana", tentunya vipassana versi Mahasi Sayadaw. ... Ia menggunakan contoh menghadapi rasa sakit yang muncul di kaki: ... dengan berbagai rasionalisasi (upaya pembenaran oleh pikiran), misalnya, "ia tidak melihat kesan kaki, atau kaki yang sakit, ia melihat hanya suatu fenomena yang muncul dan berubah di arah tertentu, pada jarak tertentu dari perhatiannya, tetapi itu bukan lagi sakit kaki, karena konseptual indera yang disebut kaki telah lenyap" ... dsb dsb ... sampai pada "pada tahap ini secara otomatis ia sanggup melihat lebih lama pada objek karena tidak terganggu (inilah samadhi atau konsentrasi), karena penyebab gangguan sudah semakin tidak memiliki daya untuk mengganggu, ini disebabkan konsentrasi yang kuat" ... "objek yang muncul tersebut hanya sebagai fenomena, ia bukan objek kaki, dan ia bukan bagian dari kaki, menurut kebenaran mutlak, rasa sakit di kaki hanya merupakan keadaan batin yang muncul diakibatkan oleh persepsi penolakan" ... "pada tahap ini secara otomatis ia sanggup melihat lebih lama pada objek karena tidak terganggu (inilah samadhi atau konsentrasi), karena penyebab gangguan sudah semakin tidak memiliki daya untuk mengganggu" ... "inilah yang dimaksud melihat apa adanya, yaitu sakit adalah sakit dan sakit tidak terkait dengan apapun" ...
"bila objek atau fenomena sakit yang muncul masih terkait dengan sesuatu, ... itu berarti ia masih belum bisa melihat apa adanya ... maka perhatiannya masih terseret, karena perhatiannya masih terseret maka ia masih merasa sakit."
... Di sini terlihat jelas sekali bahwa tujuan konsentrasi dan usaha dalam meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw, menurut pemahaman Rekan Fabian, antara lain adalah UNTUK MENGATASI RASA SAKIT, sekalipun itu dicapai dengan berbagai rasionalisasi dan usaha berkonsentrasi.

Dalam MMD, rasa sakit tidak dihadapi dengan rasionalisasi, konsentrasi atau usaha, melainkan disadari reaksi batin terhadap rasa sakit itu di samping rasa sakit itu sendiri; disadari penolakan batin terhadap rasa sakit, yang adalah wajar dan alamiah ... Penolakan itu sendiri tidak ditolak, karena tidak ada tujuan untuk mengatasi rasa sakit agar bisa duduk berjam-jam tanpa rasa sakit. ... Dalam MMD, pemeditasi bebas untuk mengikuti penolakan itu, atau untuk tidak mengikutinya ... pemeditasi bebas untuk mengubah posisi tubuh kalau merasa sakit, dan bebas pula untuk tidak mengubah posisi tubuh kalau ia menghendakinya ... Dengan sikap bebas itu, pada akhirnya toh pemeditasi MMD mampu duduk berjam-jam tanpa rasa sakit lagi, tanpa usaha berkonsentrasi untuk mengatasi rasa sakit itu. ...

(7) Usaha dan konsentrasi dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw itu mencapai konsekuensi logisnya dalam pengertian 'khanika-samadhi' sebagaimana didefinisikan oleh Rekan Fabian: "hanya mengamati SATU objek terus-menerus, yang selalu muncul dan lenyap kembali." ... Bagi Rekan Fabian, 'khanika-samadhi' adalah identik dengan "tidak merasa sakit lagi", malah Rekan Fabian berani mendalilkan bahwa "Jika masih merasa sakit duduk satu jam, maka kemungkinan besar ia belum mencapai tahap khanika samadhi yang sesungguhnya."  ...

Dalam ronde terdahulu saya sudah menguraikan sedikit banyak apa itu 'khanika-samadhi' yang dialami oleh para praktisi MMD. Di sini saya ulangi kembali: "Testimoni beberapa praktisi MMD mengindikasikan bahwa mereka telah mengalami khanika-samadhi; ada yang dalam retret 3 hari, retret 7 hari, atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya khanika-samadhi tidak ada kaitannya dengan latihan konsentrasi; dalam MMD tidak ada konsentrasi sama sekali. Tidak pula berkaitan dengan lamanya mengikuti retret, melainkan dengan berhentinya pikiran, dengan lepasnya rasa aku dan rasa memiliki, termasuk memiliki ajaran, memiliki kemampuan bermeditasi. Khanika-samadhi tidak ada kaitannya dengan kemampuan duduk dua jam tanpa rasa sakit, kemampuan untuk tidak mengantuk selama berhari-hari, atau dengan kemampuan-kemampuan "hebat" lainnya. Khanika-samadhi bisa dialami dalam beberapa detik, beberapa menit atau beberapa jam. Di dalam khanika-samadhi orang berada dalam kesadaran yang berbeda dengan kesadaran biasa yang dirongrong oleh kelima rintangan batin. Dalam khanika-samadhi pikiran tidak bergerak (lihat Mulapariyaya-sutta), tidak ada kesadaran subyek-obyek, tidak ada pengetahuan & pengalaman, tidak ada obyek yang diamati sekalipun semua fenomena tampak muncul dan lenyap tanpa diamati satu per satu, tidak ada atta/diri, tidak ada kehendak, tidak ada reaksi terhadap kesakitan fisik maupun kenyamanan fisik, tidak ada kesadaran waktu. ..."

Inilah perbedaan mendasar antara pengertian 'khanika-samadhi' menurut Rekan Fabian dan menurut saya. Menurut saya, dalam khanika-samadhi orang tidak berkonsentrasi terus-menerus pada satu obyek; sebaliknya, orang menyadari segala sesuatu yang muncul pada badan & batinnya dari saat ke saat, timbul-lenyap, melalui keenam indranya, tanpa bereaksi sedikit pun, tanpa menanggapi dengan pikiran sedikit pun. Dengan kata lain, obyek yang muncul dalam kesadaran (bukan obyek yang diperhatikan) dalam khanika-samadhi selalu berubah-ubah dari saat ke saat. Yang membedakan khanika samadhi dari dari meditasi konsentrasi adalah tidak adanya satu obyek yang diperhatikan terus-menerus; dan yang membedakan khanika-samadhi dari kesadaran sehari-hari adalah tidak adanya kelima rintangan batin yang muncul, dan tidak adanya reaksi batin sebagai pikiran yang muncul menanggapi setiap rangsangan yang masuk melalui keenam indra.

<bersambung, karena kuota 20ribu karakter terlewati>
Title: Debat Fabian vs. Hudoyo - 05a.2
Post by: hudoyo on 22 August 2008, 10:09:28 PM
(8 ) Akhirnya, Rekan Fabian membuat suatu pernyataan yang agak mengherankan bagi para praktisi MMD: "konsentrasi yang benar berarti perhatian kita memusat pada SATU objek perhatian, MENGOSONGKAN PIKIRAN bukan samadhi yang benar !!!" (dibold merah dan diberi tiga buah tanda seru, mungkin karena frustrasinya). Mungkin yang dimaksud oleh Rekan Fabian dengan 'mengosongkan pikiran' dan ditolaknya adalah pernyataan saya tentang 'berhentinya pikiran'; kedua ungkapan itu sekalipun mirip satu sama lain, tapi besar perbedaannya: yang satu bersifat aktif, yang lain bersifat pasif, lalu dicampuradukkan oleh Rekan Fabian ...

Pernyataan Rekan Fabian itu sekaligus mengingkari anjuran Sang Buddha kepada para pemditasi seperti tercantum dalam Bahiya-sutta, Malunkyaputta-sutta dan Mulapariyaya-sutta:

(a) Dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta, Sang Buddha menganjurkan "hanya melihat, hanya mendengar, hanya mencerap, hanya mengingat" apa adanya; artinya, tanpa berkonsentrasi pada SATU obyek terus-menerus.

(b) Dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha menganjurkan agar, dalam menerima rangsangan melalui keenam indra, pemeditasi berhenti pada persepsi (sa~njanati), dan tidak bereaksi dengan pikiran, konseptualisasi (ma~n~nati), apalagi dengan bersenang hati (abhinandati).

Seperti diketahui, dalam Mulapariyaya-sutta Sang Buddha menjelaskan proses terjadinya reaksi pikiran terhadap setiap rangsangan yang masuk melalui keenam indra dalam batin seorang puthujjana (orang biasa). Proses itu terjadi secepat kilat melalui enam tahap:
(i) muncul rangsangan melalui salah satu dari keenam indra (sa~njanati = mempersepsikan, perceiving)--ini masih belum pikiran;
(ii) muncul reaksi oleh pikiran: berpikir, mengkonseptualisasikan (conceiving, ma~n~nati);
(iii) muncul konsep atta/aku yang masih menyatu dengan obyek (ma~n~nati);
(iv) konsep atta memisahkan diri dari obyek, muncul dualitas subyek-obyek (ma~n~nati);
(v) konsep atta membentuk hubungan dengan obyek (ma~n~nati);
(vi) atta bersenang hati dengan obyek (abhinandati).


(Dalam sutta aslinya, Sang Buddha menyebutkan banyak obyek, mulai dari 'tanah' sampai 'nibbana' -- dalam batin seorang puthujjana terjadi:)
(i) pa.thavi.m pa.thavito sa~njaanaati -- he perceives earth as earth;
(ii) pa.thavi.m ma~n~nati -- he conceives earth;
(iii) pa.thaviyaa ma~n~nati -- he conceives in earth;
(iv) pa.thavito ma~n~nati -- he conceives from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti ma~n~nati -- he conceives "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m abhinandati -- he delights in earth.
 

(Sang Buddha menganjurkan kepada orang yang sedang berlatih (sekha), ketika melihat langsung sebuah rangsangan, agar tidak berpikir mengkonsepsikan rangsangan itu dan menghubungkan dengan dirinya:)
(i) pa.thavi.m pa.thavito abhijaanaati -- he directly knows earth as earth;
(ii) pa.thavi.m maa ma~n~ni -- let him not conceive earth;
(iii) pa.thaviyaa maa ma~n~ni -- let him not conceive in earth;
(iv) pa.thavito maa ma~n~ni -- let him not conceive from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti maa ma~n~ni -- let him not conceive "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m maabhinandi -- let him not delight in earth.


Demikianlah, Sang Buddha menganjurkan agar dalam batin seorang yang berlatih vipassana, ketika datang rangsangan dari keenam indra (langkah #1, dibold merah), tidak berlanjut menjadi reaksi berupa pikiran/konseptualisasi dan munculnya atta/diri (langkah #2-#6, dibold biru).

Itulah yang dicoba sadari dalam praktik MMD. Langkah #2-#6 itulah yang saya sebut 'berpikir'. Di dalam khanika-samadhi, rangsangan-rangsangan hanya berhenti sampai pada langkah #1, dan tidak muncul langkah #2-#6. Kalau pun langkah #2-#6 itu terlanjur muncul, dalam MMD itu disadari dengan cepat, sehingga seketika itu juga lenyap kembali, dan orang kembali berada dalam khanika-samadhi.

Itulah yang saya sebut 'berhentinya pikiran'. Dan itulah yang oleh Rekan Fabian secara simpel dan naif disalahartikan sebagai "mengosongkan pikiran". Mengapa ia sampai pada salah pengertian seperti itu? Mungkin sekali karena ia belum pernah mengalami berhentinya langkah #2-#6 itu; karena baginya 'khanika-samadhi' adalah berkonsentrasi pada SATU obyek terus-menerus dengan pelabelan, artinya dengan berpikir.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 22 August 2008, 10:14:31 PM
Uraian kedua mengenai Vipassana II

Bagian kedua uraian Rekan Fabian ini lagi-lagi hanya relevan bagi model vipassana yang menggunakan konsentrasi dan usaha (antara lain vipassana versi Mahasi Sayadaw), dan tidak relevan bagi MMD. Sekalipun demikian ada beberapa pernyataan Rekan Fabian yang saya rasa perlu ditanggapi karena secara diametral menyentuh MMD:

***

Fabian: "Perlu rekan-rekan netter berhati hati dengan istilah tanpa konsep, karena tanpa konsep adalah pengamatan yang terjadi secara alamiah sebagai akibat konsentrasi yang dan perhatian yang kuat, bila tidak disertai dengan perhatian dan konsentrasi yang kuat, maka hanya menjadi konsep “tanpa konsep”, yang berarti sebenarnya adalah sebuah konsep juga."

Hudoyo: "Kesadaran tanpa-konsep sama sekali tidak ada kaitannya dengan konsetrasi yang kuat, melainkan berkaitan dengan berhentinya pikiran yang membentuk konsep-konsep. Sekalipun konsentrasi kuat, bila masih ada pengertian 'Nah, ini anatta', sebagaimana diajarkan dalam Visuddhi-magga, itu masih konsep juga. Secara alamiah, bila rasa aku & pikiran selalu disadari terus-menerus, tanpa konsentrasi yang kuat, pada akhirnya pikiran akan berhenti, dan batin masuk ke dalam khanika-samadhi; di situ tidak ada konsep apa pun lagi."

***

Fabian: "meditator semakin lepas dari PERSEPSI INDRA lebih jauh lagi, bila ia telah meditasi selama 3 jam, mungkin ia hanya merasa baru bermeditasi satu jam atau setengah jam, pada saat ini batinnya telah masak, ia dapat bermeditasi untuk waktu yang lama tanpa terganggu oleh perasaan atau persepsi yang muncul."

Hudoyo: "Ukuran kesadaran bukanlah bermeditasi berjam-jam. Lagi pula 'lepas dari persepsi indra' bukanlah ukuran kesadaran tanpa-pikiran & tanpa-aku, bukan ukuran dari khanika-samadhi. Mulapariyaya-sutta jelas menyatakan bahwa dalam diri seorang yang berlatih (sekha) tetap ada 'persepsi indra' (abhijanati), bahkan dalam batin seorang arahat & Buddha tetap ada 'persepsi indra'. Yang dilatih dalam vipassana menurut Mulapariyaya-sutta bukan 'lepasnya persepsi indra', melainkan berhentinya konseptualisasi (maa ma~n~ni), agar tidak muncul kembali (na ma~n~nati), sebagaimana kondisi batin arahat/buddha."

***

Fabian: "Saya sudah mengenal Bahiya Sutta bahkan sebelum mengenal Vipassana, dan saya pernah mencoba mempraktekkan sesuai dengan nasehat Sang Buddha kepada Y.A. Bahiya pada waktu berVipassana, tetapi menurut pengalaman saya dengan mengamati fenomena cara Bahiya Sutta, tidak membuat orang menemukan jalan pintas. Karena kematangan batin tetap berproses secara bertahap, tidak meloncati tahap tertentu."

HUdoyo: "Saya dulu bertahun-tahun menjalankan vipassana versi Mahasi Sayadaw dengan menekankan konsentrasi & usaha, tapi sukar sekali khanika-samadhi muncul dalam batin. Justru ketika saya menemukan Bahiya-sutta, dan saya melepaskan segala konsentrasi & usaha, khanika-samadhi muncul dengan seketika, tanpa usaha, tanpa proses apa pun: hanya melihat, hanya mendengar, hanya merasa ... seperti anjuran Sang Buddha dalam Bahiya-sutta."

***

Fabian: "Karena ia tidak melihat isinya maka ia dapat melihat apa adanya yaitu: fenomena hanya fenomena tidak lebih…!!! Fenomena tidak terkait dengan indera, tidak terkait dengan perasaan dan tidak terkait dengan apapun. Bila fenomena terkait dengan batin dan jasmani, itu karena kita mengaitkannya, kita mengonsepkannya, sehingga timbul rasa malas, rasa kantuk, rasa sakit dan berbagai hal negatif lainnya. Fenomena muncul diakibatkan suatu kondisi yang mendahului. Tetapi bila kita bisa terlepas dari kondisi tersebut maka kita juga akan terlepas dari fenomena."

Hudoyo: "Ini aneh! Menurut saya, semua dan setiap fenomena selalu terkait dengan badan & batin, masuk melalui keenam indra badan & batin; tidak ada fenomena yang bebas dari badan & batin. Sang Buddha bersabda: "Para bhikkhu, saya hanya mengajarkan dunia dan lenyapnya dunia"; maksudnya dunia = nama-rupa. Rasa mengantuk, rasa sakit dsb adalah wajar dan alamiah selama itu merupakan fenomena jasmani. Dalam khanika-samadhi, yang berhenti adalah reaksi batin terhadap segala fenomena badan & batin yang munucul; reaksi batin itu muncul dalam bentuk panca-nivaranani (keinginan, ketidaksenangan, kemalasan, kegelisahan & keraguan) dan dalam bentuk pikiran, lamunan, harapan dsb. Itulah yang lenyap dalam khanika-samadhi; sedangkan rasa sakit, pegal, linu, capek dsb sepanjang itu fenomena jasmani tetap akan ada, dan tidak perlu dilawan."

***

Fabian: "Karena tidak ada rasa negatif yang muncul maka ia tidak bosan memperhatikan objek selama 2 jam, 3 jam… bahkan seharian… "

Hudoyo: "Ini bisa dimengerti karena dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw ditekankan konsentrasi. Tapi dalam MMD, berhentinya panca-nivaranani tidak perlu harus diwujudkan dengan duduk diam seharian berkonsetrasi pada satu obyek. Orang bisa berada dalam khanika-samadhi sambil duduk, berdiri, berjalan, mengerjakan pekerjaan sehari-hari (yang tidak memerlukan kegiatan pikiran/intelektual), selama berjam-jam bahkan seharian."

***

Fabian: "Mengapa bisa sehari semalam? Karena rasa enggan, rasa bosan, rasa malas, serta kondisi-kondisi batin negatif (nivarana) lainnya sebelumnya telah diatasi dengan dengan memunculkan faktor-faktor batin positif yang berlawanan, yaitu: berusaha tidak malas bila kemalasan timbul, dengan berusaha bertahan pantang menyerah bila rasa bosan timbul dsbnya."

Hudoyo: "Dalam MMD, panca-nivaranani (keinginan, ketidaksenangan, kemalasan, kegelisahan, keraguan) akan hilang dengan sendirinya bila khanika-samadhi muncul. Munculnya khanika-samadhi bukanlah hasil dari perlawanan terhadap panca-nivaranani itu dengan mensubstitusikannya dengan faktor-faktor batin positif yang menjadi lawannya, melainkan dengan menyadari terus-menerus gerak-gerik si aku/pikiran yang melakukan perlawanan dan ingin melenyapkan panca-nivaranani itu."

***

Fabian: "Dengan berhentinya objek yang terus menerus diperhatikan maka batin terbebas. Dengan terbebasnya batin maka timbul ketenangan dan kedamaian yang luar biasa, dan dari situ muncul kebahagiaan."

Hudoyo: "Lho, Anda baru sampai di situ? ;) ... Ketenangan (passadhi), kedamaian luar biasa (upekkha)  & kebahagiaan (piti, sukham) tidak ada hubungannya sama sekali dengan kebebasan batin. Semua itu tidak lebih dari kotoran vipassana (vipassana-upakilesa). Dalam khanika-samadhi, tidak ada rasa senang dan rasa susah, apa lagi rasa yang berlebihan, rasa yang luar biasa dsb. Yang ada cuma rasa 'berbeda' dari kesadaran sebelumnya, rasa 'bangun' dari sebuah mimpi, rasa 'lega' (yang bukan rasa bahagia) karena beban batin/si aku telah lepas; itu pun hanya dirasakan pada saat baru masuk khanika-samadhi itu, dan masih teringat akan kesadaran sehari-hari yang baru ditinggalkan, setelah beberapa lama semua rasa itu pun lenyap."

***

Fabian: "Pada waktu batin terbebas, ia mengetahui bahwa
-   fenomena-fenomena batin dan kondisi-kondisi batin yang mendahuluinya tidak menyenangkan, karena ia membandingkan dengan keadaan setelah lenyapnya kondisi-kondisi (inilah kebenaran Ariya pertama, yaitu kondisi-kondisi yang menimbulkan fenomena tidak menyenangkan/dukkha).
-   Selanjutnya ia mengetahui bahwa penyebab ketidak bahagiaan adalah karena fenomena fenomena batin yang timbul dari kondisi-kondisi batin (inilah kebenaran Ariya kedua).
-   Dengan berhentinya kondisi-kondisi batin maka fenomena-fenomena batin akan berhenti juga (inilah kebenaran Ariya ketiga).
-   Dan yang keempat: jalan untuk menghentikan ketidak bahagiaan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi yang menimbulkan fenomena-fenomena adalah jalan Ariya berunsur delapan. Yang telah dilaluinya."


Hudoyo: "Ini persis seperti diajarkan dalam Visuddhi-magga, yang saya tolak. Ini berarti kembalinya konsep 4 Kebenaran Mulia yang pernah dipelajari sebelumnya. Berarti pikiran bergerak kembali, dan khanika-samadhi putus. Ini tidak terjadi pada batin yang bebas. ... Pada waktu batin bebas, ia tidak mengenal apa-apa lagi, ia tidak ingat ajaran agama (termasuk Buddha-Dhamma) yang pernah dipelajarinya sebelumnya, ia tidak punya pengetahuan & pengalaman dari masa lampau apa pun (yang berkaitan dengan pembebasan), ia bahkan tidak menyadari bahwa ia 'bebas'. ... Baru setelah ia keluar dari khanika-samadhi dan kembali ke dalam alam pikiran & kesadaran sehari-hari, ia baru berpikir: "Itulah pembebasan, di mana tidak ada pikiran & aku lagi; sekarang ini aku berada dalam alam pikiran, yang serba berubah dan tidak memuaskan; dan semua itu disebabkan oleh gerak pikiran & si aku; semua itu berakhir bila pikiran & si aku itu berakhir; itulah akhir dukkha, sebagaimana dikatakan oleh Sang Buddha kepada Bahiya & Malunkyaputta; tapi tidak ada jalan gradual yang bisa ditempuh oleh si aku untuk melenyapkan si aku; lenyapnya si aku itu terjadi secara seketika."  Pikiran-pikiran seperti itu muncul sesudah orang "turun" kembali dari khanika-samadhi ke dalam kesadaran pikiran sehari-hari."

***

Fabian: "Dari uraian diatas bisa dilihat segala sesuatu terjadi melalui proses, memang lebih mudah bagi orang yang tak mengenal prosesnya untuk mengatakan bahwa, semua terjadi secara tiba-tiba, instantly (sehingga tak perlu menjawab bagaimana prosesnya)."

Hudoyo: "Kontroversi bahwa pembebasan itu tercapai dengan seketika versus pembebasan tercapai secara bertahap (gradual) adalah kontroversi lama sejak zaman Huineng versus Xenshiu. Saya sependapat dengan Huineng. Bagi saya, pembebasan bukan hasil sebuah proses, bukan buah dari suatu tindakan (kamma); alih-alih, pembebasan adalah runtuhnya hukum sebab-akibat, hukum karma-phala, runtuhnya atta/diri dengan seketika."

***

Fabian: "Sang Buddha mengatakan dalam salah satu sutta di Samyutta Nikaya yang isinya kurang lebih mengatakan bahwa Dhamma yang Beliau ajarkan tidak terjadi secara tiba-tiba, semuanya terjadi melalui proses yang bertambah lama bertambah dalam, bagai kemiringan lantai samudera (ocean slope). Mohon kalau ada para netter yang masih ingat nomer suttanya dengan tepat, mohon beritahukan kepada para netter yang lain."

Hudoyo: "Kalau memang ada sutta dimaksud dalam Samyutta Nikaya, maka sutta itu mendukung paham Xenshiu (pencerahan bertahap), dan saya tidak menganggap sutta itu berasal dari mulut Sang Buddha. Saya sendiri tidak berpegang pada sutta mana pun dalam masalah ini, melainkan pada pengalaman sendiri. Dalam khanika-samadhi, ketika atta/diri tidak ada, orang mencicipi nibbana para arahat, sekalipun hanya untuk sementara waktu, kemudian kembali kepada kesadaran puthujjana (orang biasa). Ini dikatakan pula oleh YM Buddhadasa Mahathera. Di situ saya menyadari bahwa pencerahan harus terjadi seketika pada saat kini; kalaupun belum terjadi pada saat kini, orang harus tetap memusatkan perhatiannya pada saat kini, sampai pencerahan itu muncul. Paham yang melihat pencerahan secara bertahap di masa depan justru akan menjauhkan pencerahan itu sendiri."

***

Fabian: "Tak ada suatu peristiwa yang berkenaan batin dan jasmani yang terjadi begitu saja, semuanya melalui proses yang bertambah lama tambah berkembang, tak ada peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba. Sebenarnya pada kebenaran mutlak, perbedaan terletak pada kecepatan pencapaian (cepat atau lambatnya)."

Hudoyo: "Pencerahan/pembebasan bukanlah peristiwa yang terjadi dalam kesadaran dan kehidupan sehari-hari; pencerahan/pembebasan adalah pengalaman yang terbalik dibandingkan pengalaman dalam kesadaran sehari-hari. Justru tidak ada pembebasan yang terjadi secara berangsur-angsur, bertahap; pembebasan harus terjadi dengan seketika, dan bukan hasil dari latihan, dari konsentrasi, dari usaha si aku."

***


Fabian: "Bila asumsi bahwa kesucian batin bisa dicapai secara tiba-tiba tanpa melalui proses, maka kita tak perlu bermeditasi, siapa tahu kita sedang melihat daun mendadak mencapai pencerahan ... Bila ada peristiwa yang terjadi secara mendadak, berarti itu terjadi secara kebetulan, karena tidak melalui proses. Bila tidak melalui proses maka semua bisa terjadi begitu saja, bila bisa terjadi begitu saja maka tak ada hukum sebab-akibat, bila tak ada hukum sebab-akibat maka tak ada hukum karma."

Hudoyo: "Pengandaian Anda justru tepat. Pembebasan bukan hasil latihan meditasi; lenyapnya aku bukan hasil usaha si aku, orang yang berusaha melenyapkan akunya ibarat seekor anak anjing yang berputar-putar mengejar ekornya sendiri, mustahil berhasil; orang bisa mencapai pencerahan kapan saja, bahkan tanpa meditasi; sebaliknya, selama orang bermeditasi mengharapkan pembebasan, jangan harap pembebasan akan terjadi. Pembebasan bukan hasil dari hukum sebab-akibat, pembebasan justru bebas dari hukum sebab-akibat (hukum karma). Janganlah menghubung-hubungkan pembebasan dengan usaha si aku, dengan hukum karma-phala, dengan latihan meditasi; pembebasan tidak bisa dipahami dalam kaitan dengan kesadaran sehari-hari, dengan si aku dengan harapannya dan usahanya, dengan hukum karma. 'Ia akan datang seperti pencuri di waktu malam, ketika tidak diharapkan'; begitu kata Alkitab Keristen."

***

Fabian: "Kemampuan batin 'melihat segala sesuatu apa adanya' atau 'melihat tanpa konsep' muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari meditasi, yaitu seiring dengan bertambah kuatnya sati (perhatian) dan samadhi (konsentrasi atau kemampuan perhatian terus bertahan pada objek)."

Hudoyo: "Kemampuan melihat apa adanya tanpa konsep bukan hasil dari konsentrasi, semakin orang berkonsentrasi semakin ia tidak melihat apa adanya. Kemampuan melihat apa adanya akan datang dengan sendirinya bila orang secara pasif tanpa bereaksi menyadari setiap kali ia TIDAK melihat apa adanya, menyadari setiap kali ia melihat dengan konsep/pikiran, sehingga pada akhirnya pikiran/konsep itu akan runtuh dengan sendirinya, tanpa usaha konsentrasi apa pun."

***

Fabian: "Kita tidak perlu berusaha untuk 'melihat hanya melihat, mendengar hanya mendengar' dsbnya..karena bila meditator pemula yang batinnya belum terlatih, melakukan seperti yang dinasehatkan Sang Buddha kepada Y.A. Bahiya maupun Y.A. Malunkyaputta, maka itu adalah berarti me”melihat apa adanya”kan atau meng”tanpa konsep”kan sesuatu yang sebenarnya berkonsep."

Hudoyo: "Dalam retret MMD sudah berkali-kali terbukti orang berhasil melakukan anjuran Sang Buddha kepada Bahiya untuk 'hanya melihat, hanya mendengar ...dsb'. Anjuran Anda untuk mengabaikan ajaran Sang Buddha kepada Bahiya & Malunkyaputta hanya didorong oleh keterkondisian batin Anda yang melekat erat pada vipassana versi Mahasi Sayadaw, dan harus ditolak tegas; Anda lebih mementingkan ajaran Mahasi Sayadaw daripada ajaran Buddha Gautama! Justru 'mencapai pembebasan secara bertahap melalui konsentrasi' itulah konsep yang mengelabui dan menutup mata, dan membuat para praktisi vipassana macet dalam praktiknya. Saya sarankan kepada Rekan Fabian, batasi anjuran Anda pada ajaran Mahasi Sayadaw, dan jangan menyinggung-nyinggung Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta sama sekali, karena Anda tidak paham apa yang diajarkan oleh Sang Buddha kepada Bahiya & Malunkyaputta, dan hanya memancing tanggapan dari mereka yang memahami ajaran Sang Buddha kepada Bahiya & Malunkyaputta."

***

Fabian: "Pada meditasi yang alami meditator hanya selalu menyadari dan mencatat apapun yang terjadi, tidak berpikir ini dengan konsep atau ini tanpa konsep…,ia hanya mengamati… entah itu baik atau tidak baik, konsep atau tanpa konsep, suka atau tidak suka dsbnya, dengan kata lain meditasi Vipassana tidak dilandasi praduga atau judgment ini berpikir atau ini tidak berpikir."

Hudoyo: "Pada meditasi yang alami, pemeditasi hanya menyadari fenomena badan & batinnya dari saat ke saat, tanpa mencatat ... menyadari fenomena batin berarti menyadari setiap kali pikiran muncul, setiap kali konsep muncul, sehingga pikiran/konsep itu lenyap kembali dengan seketika, sebagaimana dianjurkan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta dan Bahiya-sutta ... Meditasi vipassana bukan mengabaikan pikiran, melainkan justru menyadari setiap kali pikiran muncul, karena pikiran inilah salah satu manifestasi aku/atta yang paling halus, yang akan membelenggu manusia dalam dukkha dan samsara."

***

Fabian: "Bila ia mengamati “ini tanpa konsep” atau “ini dengan konsep” maka meditator tersebut sebenarnya secara halus terperangkap pada bentuk pikiran yang halus, yaitu berkontemplasi mengenai konseptual atau tidak konseptual."

Hudoyo: "Pemeditasi yang TIDAK mengenali pikirannya sebagai pikiran (salah satu fenomena batin) dan bukan kebenaran apa adanya akan macet dalam praktik vipassananya, ia akan terus-menerus berkonsentrasi dan berusaha didorong oleh bentuk pikiran yang halus yang menganggap USAHANYA AKAN MENGHASILKAN PEMBEBASAN."

***

Fabian: "Pada meditator yang belum terlatih, mengamati dengan konseptual adalah sifat alami yang tak terhindarkan dan selalu terjadi, hal itu tak perlu ditolak, hanya amati saja, bila nanti batinnya telah terlatih dan bersih maka pengamatan menjadi murni dan pengamatan tanpa konsep terjadi dengan sendirinya secara alami."

Hudoyo: "Ini sudah lebih baik. Menyadari setiap kali pikiran/konsep muncul, tanpa perlu menolak pikiran yang berseliweran, TANPA PERLU BERKONSENTRASI pada obyek apa pun; tanpa perlu mengharapkan batin menjadi terlatih dan menjadi "bersih". Maka, ketika orang tidak mengharapkan apa-apa, ketika orang tidak berkonsentrasi pada apa pun, ketika orang secara sadar berada bersama pikiran yang berseliweran, maka khanika-samadhi (berhentinya pikiran/aku) akan muncul secara alami."

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 22 August 2008, 10:17:51 PM
wahhh

panjang bener
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 22 August 2008, 10:20:32 PM
mahabuddhavamsa adalah buku karangan mingu sayadaw dari burma pada abad ke-20.
sudah tentu isinya merupakan opini dan komentar beliau terhadap sutta2 dari sudut pandang burmese buddhism yg kental dengan teori2 abhidhamma dan penafsiran agama buddha orthodox. orang2 banyak menyebut mahabuddhavamsa sebagai "kitab komentar burmese". cmiiw hasil googling saya ini.
suttanya sendiri tercatat di tipitaka dengan singkat:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/ud/ud.1.10.than.html

Betul. Udana 1.10 adalah salah satu sutta pendek dari lapisan yang tertua dari Tipitaka Pali. Artinya, lebih dekat pada zaman Sang Buddha hidup dibandingkan sutta-sutta panjang dalam Digha Nikaya & Majjhima Nikaya.

Dongeng-dongeng tentang Arahat Bahiya Darucariya yang terdapat dalam kitab-kitab Komentar ditulis seribu tahun setelah zaman Sang Buddha, sehingga saya menganggap isinya tidak lebih daripada legenda.

Kisah tentang Bahiya dalam Maha-Buddhavamsa tidak lebih dari interpretasi dari YM Tipitakadhara Mingun Sayadaw yang ditulis pada abad ke-20, dua ribu lima ratus tahun setelah zaman Sang Buddha, sehingga nilai sejarahnya bisa diabaikan.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 22 August 2008, 10:24:29 PM
wahhh
panjang bener

Cukup untuk bacaan seminggu. :)) :)) :))

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 23 August 2008, 12:54:07 AM
Quote
Jadi sekarang, ada yang mau menjelaskan "usaha" dan "tanpa usaha" menurut definsinya masing2? Atau perlu thread baru?

Usaha (dalam pengertian psikologis) itu menyiratkan waktu : ada proses dari sini menuju kesana; ada tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapainya adalah dengan bertolak dari yang ini untuk mencapai yang itu.
Setiap usaha selalu menyiratkan adanya pusat / subyek yaitu si "aku" sebagai si penggerak.
Proximate causenya adalah : ketidakpuasan.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 07:35:44 AM
Aneh, tombol 'modify' pada posting sendiri kok tidak muncul? Apakah penulis posting tidak bisa mengubah tulisan yang telah dikirimkan?

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 07:38:00 AM
Lho, sekarang muncul tombol 'modify' pada posting yang baru saya kirimkan, tapi tombol itu tetap tidak ada pada posting yang saya kirimkan tadi malam (yeseterday) pk 22:24. Apakah ada batas waktu maksimal untuk boleh memperbaiki posting?

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 23 August 2008, 07:41:22 AM
Benar sekali Pak Hud, sekarang editan posting hanya berlaku 30 menit dari waktu posting. Sudah sempat dibahas panjang di thread lain dan sepertinya ini adalah aturan yang akan dicoba di berlakukan mengingat banyak yang mengedit postingan lama sehingga diskusi kehilangan konteks.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 07:45:32 AM
Karena posting saya kemarin tidak bisa di-modify lagi, terpaksa saya meralatnya di sini:

Dalam Reply #545, beberapa kali saya menyebut 'panca-nivarani' ... seharusnya: 'panca-nivaranani' (lima rintangan batin, nivarana).

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 23 August 2008, 07:48:55 AM
Sudah saya bantu edit Pak :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 23 August 2008, 08:09:49 AM
oh, jadi bahasa standardnya itu adalah "berhentinya 5 rintangan bathin"...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 23 August 2008, 09:48:20 AM
wahhh

panjang bener

Ga terlalu panjang. Seharusnya dari dulu Pak Hudoyo menjelaskan detail begini, sehingga jelas perbedaan definisi2nya.  ;D



Usaha (dalam pengertian psikologis) itu menyiratkan waktu : ada proses dari sini menuju kesana; ada tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapainya adalah dengan bertolak dari yang ini untuk mencapai yang itu.
Setiap usaha selalu menyiratkan adanya pusat / subyek yaitu si "aku" sebagai si penggerak.
Proximate causenya adalah : ketidakpuasan.

Ya, jadi usaha adalah yang dilakukan untuk "mencapai suatu tujuan di masa depan (apakah itu 1 jam kemudian ataupun 1 detik kemudian)".
Inilah maksud dari "usaha" yang dihindari dalam vipassana "tanpa usaha". Merujuk pada ajaran "hidup saat ini", jadi tidak terpengaruh pada yang sudah berlalu (ia sedang di tingkatan/nyana berapa) dan yang akan datang (ia sedang menuju ke tingkatan/nyana berapa) dan mengabaikan "usaha" yang mengkonsepkan "ini awal" dan "ini tujuan".

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: inJulia on 23 August 2008, 02:38:33 PM
Maaf, OOT.
font huruf Pali nya jadi kacau.

Ada yang bisa bantu dimana bisa donlot? :)

 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 02:52:18 PM
Sudah saya bantu edit Pak :)

makacim
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 02:56:56 PM
Usaha (dalam pengertian psikologis) itu menyiratkan waktu : ada proses dari sini menuju kesana; ada tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapainya adalah dengan bertolak dari yang ini untuk mencapai yang itu.
Setiap usaha selalu menyiratkan adanya pusat / subyek yaitu si "aku" sebagai si penggerak.
Proximate causenya adalah : ketidakpuasan.
Ya, jadi usaha adalah yang dilakukan untuk "mencapai suatu tujuan di masa depan (apakah itu 1 jam kemudian ataupun 1 detik kemudian)".
Inilah maksud dari "usaha" yang dihindari dalam vipassana "tanpa usaha". Merujuk pada ajaran "hidup saat ini", jadi tidak terpengaruh pada yang sudah berlalu (ia sedang di tingkatan/nyana berapa) dan yang akan datang (ia sedang menuju ke tingkatan/nyana berapa) dan mengabaikan "usaha" yang mengkonsepkan "ini awal" dan "ini tujuan".

Betul.  _/\_
Title: Re: Vipassana versi Mahasi Sayadaw versus vipassana versi MMD
Post by: inJulia on 23 August 2008, 04:00:34 PM
Jawaban Anda terhadap statement saya itu tampak berputar-putar, terkesan menghindar; mungkin karena Anda tidak rela mengakui bahwa vipassana metode Mahasi Sayadaw yang Anda anut tidak cocok/tidak efektif untuk SEMUA orang. Seperti juga halnya dengan MMD, yang harus saya akui memang begitu, tidak cocok/tidak efektif untuk SEMUA orang.

Pendekar berdialog, kami yang awam sangat berterima kasih sekali.

Cuma,
Mohon maaf sedalam-dalamnya, himbauan saya,
Alangkah indahnya dialog ini bila tidak dibumbui dengan pembahasan pribadi teman dialognya.

Untung Bro Fabian tak terseret membalas. Seandainya dibalas, yah dialog ini pasti akan dihentikan ditengah jalan. :)
Tentu sangat disayangkan. Dialog yang sangat berharga ini macet, berhenti gara-gara saling balas soal pribadi.

So, mohon semua pihak berusaha tidak membahas atau menulis dugaan tentang PRIBADI siapapun.

Stick on topic, please  :D
 _/\_
(duduk menonton dan merenungkan tulisan kedua pihak)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 04:25:36 PM
OK, sorry, kelepasan dikit. Sebetulnya pembaca bisa menarik kesimpulan itu sendiri tanpa saya perlu mengemukakannya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: inJulia on 23 August 2008, 04:30:57 PM
OK, sorry, kelepasan dikit. Sebetulnya pembaca bisa menarik kesimpulan itu sendiri tanpa saya perlu mengemukakannya.

Salam,
hudoyo

terima kasih banyak atas pengertian Pak Hudoyo.

***

Soal TANPA USAHA.

Duduk diam, menahan sakit di kaki. pemula, nich :D

atau sekedar (jadi belum MMD/Vipassana, mengamati menyadari objek):

Duduk diam tidak bergerak-gerak. Tidak mengubah-ngubah posisi duduk


Itu butuh usaha atau tidak? he he he

menurut saya.
untuk Diam saja, butuh usahalah.

 _/\_
Title: Definisi 'khanika-samadhi' menurut FABIAN, HUDOYO & MAHASI SAYADAW
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 04:41:45 PM
Teman-teman bisa membandingkan definisi 'khanika-samadhi' yang ditampilkan oleh Rekan Fabian, saya dan Mahasi Sayadaw sendiri:

FABIAN: "Kanika samadhi yang sesungguhnya memiliki dua kondisi: yang pertama yaitu, hanya mengamati satu objek terus-menerus (samadhi); dan yang kedua yaitu, objek yang diamati terus-menerus tersebut selalu muncul dan lenyap kembali (moment to moment/anicca/khanika)."

HUDOYO: "Dalam khanika-samadhi orang tidak berkonsentrasi terus-menerus pada satu obyek; sebaliknya, orang menyadari segala sesuatu yang muncul pada badan & batinnya dari saat ke saat, timbul-lenyap, melalui keenam indranya, tanpa bereaksi sedikit pun, tanpa menanggapi dengan pikiran sedikit pun. Dengan kata lain, obyek yang muncul dalam kesadaran (bukan obyek yang diperhatikan) dalam khanika-samadhi selalu berubah-ubah dari saat ke saat. Yang membedakan khanika samadhi dari dari meditasi konsentrasi adalah tidak adanya satu obyek yang diperhatikan terus-menerus; dan yang membedakan khanika-samadhi dari kesadaran sehari-hari adalah tidak adanya kelima rintangan batin yang muncul, dan tidak adanya reaksi batin sebagai pikiran yang muncul menanggapi setiap rangsangan yang masuk melalui keenam indra."

MAHASI SAYADAW: "Ketenangan yang terjadi ketika orang mengamati berbagai fenomena disebut 'khanika-samadhi', samadhi yang berlangsung sesaat dalam pengamatan. Tidak mungkin muncul pencerahan vipassana tanpa khanika-samadhi ini. Yogi yang tidak memiliki dasar pengalaman jhana dan bergantung pada pengamatan vipassana semata-mata mengembangkan pencerahan vipassana melalui khanika-samadhi dan mencapai jalan suci (Ariya). Samadhi vipassana ini tidak terbatas pada satu obyek saja. Yogi yang memraktikkannya mengamati seluruh nama-rupa yang muncul. Tetapi pada saat mengamati, batinnya menetap pada obyek dan bebas dari gangguan. Ini jelas bagi yogi yang mempraktikkannya secara efektif." (Sallekha-sutta)

***

Dengan menyandingkan uraian "khanika-samadhi' dari ketiga orang tersebut, terlihat jelas bahwa pengalaman/pemahaman saya tentang khanika-samadhi persis sama dengan uraian YM Mahasi Sayadaw, dan bertolak belakang dengan pemahaman Rekan Fabian.

Nah, kembali kepada Rekan Fabian, kalau landasan teori vipassana Anda sudah begitu rapuh, sesungguhnya apakah 'khanika-samadhi' yang Anda alami itu? ... Saya rasa, itu tidak lain adalah 'upacara-samadhi' dari samatha-bhavana, mengingat Anda berkonsentrasi pada SATU obyek terus-menerus.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 04:52:23 PM
Soal TANPA USAHA.
Duduk diam, menahan sakit di kaki. pemula, nich :D
atau sekedar (jadi belum MMD/Vipassana, mengamati menyadari objek):
Duduk diam tidak bergerak-gerak. Tidak mengubah-ngubah posisi duduk
Itu butuh usaha atau tidak? he he he
menurut saya.
untuk Diam saja, butuh usahalah.

Ini sudah berkali-kali dipersoalkan oleh beberapa rekan lain sebelum Anda. ... Ketika Anda berada di level pikiran/intelek, dan Anda berusaha untuk datang ke tempat retret ... lalu Anda berusaha untuk duduk diam tanpa bergerak sebagaimana diinstruksikan ... dsb, jelas itu masih usaha ... usaha si pikiran, usaha si aku yang ingin 'bermeditasi'. ... Tetapi begitu Anda mulai sadar akan badan & batin ini, dari saat ke saat ... di situ tidak ada usaha apa pun.  ...

Dan kalau Anda bisa mempertahankan kesadaran ini terus-menerus, sehingga Anda masuk ke dalam khanika-samadhi, maka Anda bisa berada dalam kesadaran tanpa-usaha apa pun untuk waktu yang lama ... bahkan ketika tubuh Anda bergerak melakukan kegiatan sehari-hari yang tidak memerlukan pikiran, tubuh Anda akan bergerak dengan sendirinya, tanpa pikiran Anda berusaha ... Saya tidak tahu, apakah Anda paham ini atau tidak ... Anda harus mengalaminya sendiri untuk dapat memahaminya. ...

Itulah praktik vipassana versi MMD ... yang jauh berbeda dengan vipassana tradisional yang menekankan USAHA untuk berkonsentrasi pada SATU obyek utama.

Di sini berlaku ucapan Krishnamurti: "Langkah pertama adalah langkah terakhir."

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: inJulia on 23 August 2008, 05:18:30 PM

Salam,
hudoyo
Terima kasih banyak atas penjelasan Pak Hud.

Cukup jelas.

Saya akan coba, praktekkan sendiri.
Semoga Pak Hudoyo berkenan membimbing saya.

Salam hormat sedalam-dalamnya,
 _/\_
Injulia
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 05:25:32 PM
Untuk komentar dan pendapat, biarkan semua dengan pilihan masing2. Jangan "diusik" dengan yang mana yang "lebih tua" ataupun "lebih asli". Tidak akan ketemu juga pembahasannya.

Perlu dikaji khronologi sumber-sumber yang digunakan, karena tidak semua sumber mempunyai bobot keotentikan yang sama. Para pakar Tipitaka sudah menemukan lapisan-lapisan yang berbeda usianya dalam Tipitaka Pali; Kanon Pali berbeda lebih dari lima ratus tahun dengan kitab-kitab Komentar; buku Maha Buddhavamsa malah baru dikarang pada abad ke-20. Perbedaan khronologi ini tidak boleh ditutup-tutupi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 05:27:03 PM
Terima kasih banyak atas penjelasan Pak Hud.
Cukup jelas.
Saya akan coba, praktekkan sendiri.
Semoga Pak Hudoyo berkenan membimbing saya.
Salam hormat sedalam-dalamnya,
 _/\_
Injulia

 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 06:13:03 PM
Mahabuddhavamsa disusun dengan bersumber dari Tipitaka, tentunya Tipitaka diakui oleh Buddhist sebagai catatan sejarah yang dapat diandalkan, penulisnya mengurutkan isi dari Tipitaka secara kronologis agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. dan pada setiap kisah yang terdapat dalam buku itu juga dicantumkan rujukan Sutta, jadi sama sekali bukan rekayasa dari sang penulis.

Ini jalan pikiran yang sangat simplistik. Di bawah ini saya tampilkan bahwa cerita Bahiya-sutta dalam buku Maha Buddhavamsa karangan Mingun Sayadaw sangat berbeda dengan Bahiya-sutta aslinya dalam Udana 1.10.

Maha-Buddhavamsa: "Bàhiya, jika engkau mampu tetap menyadari dalam melihat, mendengar, mengalami, dan mengenali (empat kelompok) objek-indria, engkau akan menjadi seorang yang tidak berhubungan dengan keserakahan, kebencian, dan kebodohan sehubungan dengan objek-objek terlihat, suara yang terdengar, objek-objek yang dialami, atau objek pikiran yang dikenali. Dengan kata lain, engkau akan menjadi seorang yang tidak serakah, tidak membenci, dan tidak bodoh.

Udana 1.10: "Bahiya, jika engkau bisa lakukan itu (hanya melihat, hanya mendengar, hanya mencerap, hanya mengingat) ... maka kamu tidak ada ... dan itulah akhir dukkha."

Jelas sekali bahwa YM Mingun Sayadaw--betapa pun beliau hafal isi seluruh Tipitaka--telah meleset memahami anjuran Sang Buddha kepada Bahiya. ... Sang Buddha berkata: "Kamu tidak ada lagi" ... YM Sayadaw memahami: "Kamu akan menjadi seorang yang bla-bla-bla ..." ... YM Sayadaw tidak memahami kenyataan 'anatta' yang ditekankan oleh Sang Buddha dalam Bahiya-sutta; alih-alih YM Sayadaw bicara tentang "menjadi seorang". ... Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha sama sekali tidak bicara tentang lobha, dosa, moha, melainkan tentang anatta.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 23 August 2008, 06:29:02 PM
Soal TANPA USAHA.
Duduk diam, menahan sakit di kaki. pemula, nich :D
atau sekedar (jadi belum MMD/Vipassana, mengamati menyadari objek):
Duduk diam tidak bergerak-gerak. Tidak mengubah-ngubah posisi duduk
Itu butuh usaha atau tidak? he he he
menurut saya.
untuk Diam saja, butuh usahalah.

Ini sudah berkali-kali dipersoalkan oleh beberapa rekan lain sebelum Anda. ... Ketika Anda berada di level pikiran/intelek, dan Anda berusaha untuk datang ke tempat retret ... lalu Anda berusaha untuk duduk diam tanpa bergerak sebagaimana diinstruksikan ... dsb, jelas itu masih usaha ... usaha si pikiran, usaha si aku yang ingin 'bermeditasi'. ... Tetapi begitu Anda mulai sadar akan badan & batin ini, dari saat ke saat ... di situ tidak ada usaha apa pun.  ...

Dan kalau Anda bisa mempertahankan kesadaran ini terus-menerus, sehingga Anda masuk ke dalam khanika-samadhi, maka Anda bisa berada dalam kesadaran tanpa-usaha apa pun untuk waktu yang lama ... bahkan ketika tubuh Anda bergerak melakukan kegiatan sehari-hari yang tidak memerlukan pikiran, tubuh Anda akan bergerak dengan sendirinya, tanpa pikiran Anda berusaha ... Saya tidak tahu, apakah Anda paham ini atau tidak ... Anda harus mengalaminya sendiri untuk dapat memahaminya. ...

Itulah praktik vipassana versi MMD ... yang jauh berbeda dengan vipassana tradisional yang menekankan USAHA untuk berkonsentrasi pada SATU obyek utama.

Di sini berlaku ucapan Krishnamurti: "Langkah pertama adalah langkah terakhir."

Salam,
hudoyo

Yang saya bold orange, baru jelas permasalahnnya pak. Kenapa tidak dari kemarin2 dijelaskan bahwa diawal tetaplah memang ada usaha si aku dan lain2 setelah point tertentu maka tanpa usaha itu terjadi yg artinya telah terjadi kesimbangan secara alami dimana tidak ada lagi usaha seperti  kalimat pak Hud "mempertahankan kesadaran ini terus menerus sehingga Anda masuk ke khanika-samadhi,maka Anda masuk dalam kesadaran tanpa usaha......".Mempertahankan kesadaran =usaha

Artinya diawal ada usaha(tanpa memaksakan untuk mencapai untuk ini dan itu) lalu baru menjadi tanpa usaha yg synonimnya "otomatis"terjadi dengan sendirinya" seperti pesawat mo take off pengendalian pesawat masih manual setelah ketinggian tertentu menggunakan kemudi otomatis. Jadi kelihatannya label yg dipakai langsung pada taraf ditengah.

Jadi sebenarnya yg saya maksud dari dulu yg kalimat saya bold hitam. Mudah2an benar pengertiannya dan tidak menjadi berputar-putar lagi.



Kalau di point ini sudah mencapai titik temu permasalahan, mungkin saya akan bertanya di hal lain menyangkut konsentrasi supaya satu persatu mendapat titik temu.

 _/\_







Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 06:59:58 PM
 [at] Bond

Yang saya tekankan adalah di dalam kesadaran vipassana tidak ada usaha. Karena setiap usaha selalu datang dari si aku & pikiran. Selama masih ada si aku/pikiran, selama masih ada usaha, itu bukan kesadaran vipassana.

Kalau mau diumpamakan dengan pesawat yang take-off, maka dalam meditasi vipassana "kemudi otomatis" itu mulai sejak pesawat bergerak di tanah dan bukan setelah di awang-awang, bukan seperti kenyataan dari perumpamaan fisikal itu sendiri. Jelas meditasi vipassana tidak bisa diserupakan dengan fenomena fisik atau intelektual apa pun.

Bahkan ketika saya bilang "kalau bisa mempertahankan kesadaran ini terus-menerus" itu pun tidak bisa disamakan dengan "mempertahankan" dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh si aku yang adalah sebuah 'usaha'. Kalau orang berusaha mempertahankan kesadaran vipassana maka ia sudah TIDAK berada dalam kesadaran vipassana lagi.

Kalau Anda menganggap ini berputar-putar, maka Andalah yang tidak memahami vipassana yang sesungguhnya.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 23 August 2008, 07:13:00 PM
Jadi kesadaran vipasanna itu terjadi karena suatu sebab atau tiba2 muncul(instantly)tanpa sebab?

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 07:23:27 PM
Kesadaran vipassana itu muncul ketika si aku lenyap. Lenyapnya si aku tidak mungkin diusahakan oleh si aku. Di dalam kesadaran vipassana tidak ada lagi sebab & akibat.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 07:26:51 PM
benar sekali kata bro kainyn, definisi "usaha" itu apa dulu nih. Apakah train/berlatih itu usaha? apakah mengamati itu usaha? apakah itu usaha?

Usaha itu selalu berasal dari aku. Tanpa aku tidak ada usaha. Di dalam kesadaran vipassana tidak ada aku, jadi tidak ada usaha. Tetapi tidak adanya aku itu tidak bisa diusahakan oleh aku.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 07:29:25 PM
Untuk "memperkeruh suasana", dalam Ogha-tarana Sutta (Samyutta Nikaya), Buddha mengatakan "menyeberang dengan tidak mendorong dan tidak berdiam di tempat". Jadi sebetulnya "harus pakai usaha" atau "harus tidak pakai usaha" juga sudah keliru.  ;D

Dalam sutta itu Sang Buddha hendak mengatakan bahwa "menyeberang sungai" itu terjadi tanpa konsep apa pun: harus begini, harus begitu.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 23 August 2008, 07:33:26 PM
Kesadaran vipassana itu muncul ketika si aku lenyap. Lenyapnya si aku tidak mungkin diusahakan oleh si aku. Di dalam kesadaran vipassana tidak ada lagi sebab & akibat.

Jadi bagaimana proses lenyapnya aku?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 07:34:31 PM
Sadari saja setiap kali aku/pikiran ini muncul. Itu cukup. Nanti aku itu akan lenyap dengan sendirinya.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 23 August 2008, 07:34:50 PM
Quote
Lenyapnya si aku tidak mungkin diusahakan oleh si aku

ini menarik, yang saya lakukan diawal selalu diawali dengan 'aku' karena dengan menggunakan 'aku' maka kita akan menembusi yang namanya 'tanpa aku'

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 07:38:50 PM
Selama orang tidak menyadari akunya yang mengawali semua pikiran, perkataan dan tindakannya, selama itu pula akunya tidak mungkin lenyap, tidak mungkin ada "tanpa-aku", yang hanya sekadar konsep "tanpa-aku" selama itu belum muncul.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 23 August 2008, 07:42:39 PM
Sadari saja setiap kali aku/pikiran ini muncul. Itu cukup. Nanti aku itu akan lenyap dengan sendirinya.

Bagaimana jika lengah, apa yg disadari lewat begitu saja atau "aku" lewat begitu saja tanpa tersadari?kita harus bagaimana dalam kelengahan ini?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 07:47:32 PM
Di dalam lengah alias 'tidak sadar', aku & pikiran bergerak. Sekali lagi, di sini pun, sadari saja aku & pikiran yang bergerak itu. Itu cukup. Nanti semuanya akan diam, kelengahan pun akan berakhir dengan sendirinya.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 23 August 2008, 07:53:46 PM
moment pada saat menyadari "ketidaksadaran" itu boleh disebut sadar...
seperti itulah momen demikian terjadi tanpa usaha...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 23 August 2008, 07:59:44 PM
Di dalam lengah alias 'tidak sadar', aku & pikiran bergerak. Sekali lagi, di sini pun, sadari saja aku & pikiran yang bergerak itu. Itu cukup. Nanti semuanya akan diam, kelengahan pun akan berakhir dengan sendirinya.

Saya masih bingung, bagaimana kita menyadari lengah kalau kita sendiri lengah?Seseorang lengah dapat mengantuk, tertidur atau berkhayal, apakah kita membiarkannya begitu saja tanpa menyadari apa yg terjadi?


moment pada saat menyadari "ketidaksadaran" itu boleh disebut sadar...
seperti itulah momen demikian terjadi tanpa usaha...

Bagaimana jika ada jeda moment terlewat yg mana tidak menyadari ketidaksadaran, ini yg saya maksud lengah
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 23 August 2008, 08:00:50 PM
Quote
Selama orang tidak menyadari akunya yang mengawali semua pikiran, perkataan dan tindakannya, selama itu pula akunya tidak mungkin lenyap

sip... inilah yang disebut dgn 'usaha' di dalam MMD... walaupun disebut dengan pasif disinilah terdapat 'usaha' ;D

Quote
tidak mungkin ada "tanpa-aku", yang hanya sekadar konsep "tanpa-aku" selama itu belum muncul.

sesuai dengan yang saya bilang 'diawali dengan 'aku' (menyadari) maka 'tanpa-aku' akan muncul'
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 08:06:12 PM
Saya masih bingung, bagaimana kita menyadari lengah kalau kita sendiri lengah?Seseorang lengah dapat mengantuk, tertidur atau berkhayal, apakah kita membiarkannya begitu saja tanpa menyadari apa yg terjadi?

Saya ambil contoh sederhana, yang pasti pernah dialami oleh semua orang: Anda pernah melamun, bukan? ... Nah, ketika Anda melamun, beberapa lama ... lalu tiba-tiba Anda sadar ... Dari mana datangnya 'sadar' itu? Apakah itu hasil 'usaha untuk sadar'? Apakah itu hasil 'latihan sadar'? Tidak, bukan. ... 'Sadar' itu terjadi begitu saja, tanpa usaha, tanpa si aku berusaha sadar. ... Nah, di dalam sadar itu ternyata lamunan itu berhenti. ... Sederhana sekali.

Itulah 'sadar tanpa usaha' yang saya maksud dalam retret MMD.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 08:09:09 PM
Quote
Selama orang tidak menyadari akunya yang mengawali semua pikiran, perkataan dan tindakannya, selama itu pula akunya tidak mungkin lenyap
sip... inilah yang disebut dgn 'usaha' di dalam MMD... walaupun disebut dengan pasif disinilah terdapat 'usaha' ;D

Anda bilang "menyadari aku itu usaha", saya bilang "selama orang berusaha untuk sadar, itu bukan sadar".
Jelas Anda tidak mengerti apa yang saya maksud. Percuma diteruskan. Sampai di sini saja.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 23 August 2008, 08:19:38 PM
moment pada saat menyadari "ketidaksadaran" itu boleh disebut sadar...
seperti itulah momen demikian terjadi tanpa usaha...

Bagaimana jika ada jeda moment terlewat yg mana tidak menyadari ketidaksadaran, ini yg saya maksud lengah

pointnya adalah sadar, keluar dari ketidaksadaran...
mengenai "apakah nanti saya tidak sadar lagi?"
"atau tadi ada momen tidak-sadar yg terlewatkan?"
itu adalah pertanyaan yg dihasilkan pikiran yg tidak sadar akan masa kini.
berhentilah mencemaskan ini dan itu... apakah begini atau begitu... bagaimana nanti...
dalam kecemasan itu sebenarnya tidak ada kesadaran...
jadi mencari jawaban2 pertanyaan yg dibuat pikiran hanya akan menenggelamkan kita dalam ketidaksadaran.
kalau kata suhu kuncinya "let it go".
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 23 August 2008, 08:23:36 PM
Quote
Selama orang tidak menyadari akunya yang mengawali semua pikiran, perkataan dan tindakannya, selama itu pula akunya tidak mungkin lenyap
sip... inilah yang disebut dgn 'usaha' di dalam MMD... walaupun disebut dengan pasif disinilah terdapat 'usaha' ;D

Anda bilang "menyadari aku itu usaha", saya bilang "selama orang berusaha untuk sadar, itu bukan sadar".
Jelas Anda tidak mengerti apa yang saya maksud. Percuma diteruskan. Sampai di sini saja.

Salam,
hudoyo

xixixiixix... jurus terakhir
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 08:25:05 PM
kalau dua paham sudah bertolak belakang, yang ada tinggallah jurus diam.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 23 August 2008, 09:12:19 PM
Saya masih bingung, bagaimana kita menyadari lengah kalau kita sendiri lengah?Seseorang lengah dapat mengantuk, tertidur atau berkhayal, apakah kita membiarkannya begitu saja tanpa menyadari apa yg terjadi?

Saya ambil contoh sederhana, yang pasti pernah dialami oleh semua orang: Anda pernah melamun, bukan? ... Nah, ketika Anda melamun, beberapa lama ... lalu tiba-tiba Anda sadar ... Dari mana datangnya 'sadar' itu? Apakah itu hasil 'usaha untuk sadar'? Apakah itu hasil 'latihan sadar'? Tidak, bukan. ... 'Sadar' itu terjadi begitu saja, tanpa usaha, tanpa si aku berusaha sadar. ... Nah, di dalam sadar itu ternyata lamunan itu berhenti. ... Sederhana sekali.

Itulah 'sadar tanpa usaha' yang saya maksud dalam retret MMD.

Salam,
hudoyo

Ok dalam contoh Pak Hud berikan saya dapat mengerti. Tetapi bagaimana dalam kasus ekstrem seseorang terlena dalam kelengahannya misalnya Seorang pemula dalam keadaan stress, atau Pecandu rokok berat dan pecandu narkoba yg mana kesadaran untuk menyadari sangat lemah sekali, adakah suatu upaya mengkondisikan agar ia berjalan menuju tanpa usaha?. Ada hal2 diperlukan upaya ada hal2 tertentu tidak diperlukan usaha.


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 09:18:46 PM
Ok dalam contoh Pak Hud berikan saya dapat mengerti. Tetapi bagaimana dalam kasus ekstrem seseorang terlena dalam kelengahannya misalnya Seorang pemula dalam keadaan stress, atau Pecandu rokok berat dan pecandu narkoba yg mana kesadaran untuk menyadari sangat lemah sekali, adakah suatu upaya mengkondisikan agar ia berjalan menuju tanpa usaha. Ada hal2 diperlukan upaya ada hal2 tertentu tidak diperlukan usaha.

MMD hanya efektif bagi orang-orang yang kurang lebih normal. Yang disebut 'normal' ialah kalau orang mempunyai cukup kuat kesadaran akan dirinya. Kalau orang mempunyai masalah psikologis yang berat (obsesif-kompulsif, psikosis dsb), MMD tidak cocok baginya. Ini pun sudah tercantum dalam formulir pendaftaran MMD, dan diperkuat dalam skrining calon peserta.

Di samping itu, salah satu prasyarat yang sangat penting bagi keefentifan MMD ialah orang harus mempunyai kesadaran bahwa masalah stres, konflik dan penderitaan pribadinya sesungguhnya bersumber pada si aku dan pikirannya.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 23 August 2008, 09:21:44 PM
hmm let's get back to the topic, Abhidhamma & Vipassana.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 09:23:37 PM
 [at] Sumedho

Saya rasa ini masih on topic. Kita bicara tentang kesadaran, yang menjadi inti vipassana.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 23 August 2008, 09:34:27 PM
Apakah selama ber MMD melakukan Athasila? jika ya bagaimana peserta yg memiliki nafus seks yg kuat, misalnya tiap hari melakukan hubungan intim. Nah pada saat ber MMD nafsu itu muncul bagaikan banjir bandang yg tak tertahankan, tidak adakah sedikit pun usaha untuk menyadari atau membiarkannya terlena ketika kelengahan itu muncul?


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 23 August 2008, 09:35:09 PM
bener sih pak, inti vipassana. tapi hubungan sama abhidhammanya yg nga dibahas nih.

bagaimana kalau dibuat di thread baru di board meditasi aja supaya lebih terfokus. (Pak Hud & Bro Bond)

Jadi... apakah hubungan Abhidhamma dengan Vipassana? saling membutuhkan, saling bertentangan, optional, atau ?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 09:40:54 PM
Tampaknya memang dalam perjalanan thread ini titik berat pembahasan sudah bergeser, tidak lagi membahas kaitan abhidhamma dengan vipassana, tapi lebih banyak bicara tentang vipassana saja. Tampaknya para ahli abhidhamma kurang berminat berpartisipasi di thread ini. Bahkan debat saya dan Fabian itu pun sama sekali tidak menyentuh abhidhamma. ... Sekarang jalan keluarnya bagaimana? ... Seluruh posting yang tidak berkaitan dengan abhidhamma dipindahkan ... atau judul threadnya diganti.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 23 August 2008, 09:47:37 PM
Apakah selama ber MMD melakukan Athasila? jika ya bagaimana peserta yg memiliki nafus seks yg kuat, misalnya tiap hari melakukan hubungan intim. Nah pada saat ber MMD nafsu itu muncul bagaikan banjir bandang yg tak tertahankan, tidak adakah sedikit pun usaha untuk menyadari atau membiarkannya terlena ketika kelengahan itu muncul?

Kalau ada konflik yang kuat dalam batin, sehingga orang terombang-ambing oleh berbagai dorongan kuat yang saling bertentangan, berarti ia tetap berada dalam level pikiran, level si aku dengan berbagai pilihannya; dengan kata lain, orang itu tidak bisa masuk ke dalam 'kesadaran tanpa-usaha' dari MMD. Menghadapi itu, ya perlu diselesaikan dulu konfliknya dengan segala macam usaha. Setelah selesai, baru ia bisa masuk ke dalam MMD, di mana tidak usaha lagi. 
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 23 August 2008, 09:52:13 PM
Ok thx pak atas jawaban2nya, nah sekarang yg pakar abhidhamma bisa simpulkan sendiri(lihat dari tanya jawab apakah sesuai dengan teori abhidhamma) dan kalu bisa juga posting.
Kalo saya pribadi vipasanna dengan abhidhamma bisa saling membutuhkan.Kalau ada yg memiliki pilihan lain sebagai kesimpulan , it's ok.


 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 23 August 2008, 10:13:09 PM
udah 40 halaman nih... terlebih ini juga thread pisahan dari tempat lain... apa judulnya saja diganti?
"[essay] meditasi vipassana"
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 23 August 2008, 10:14:26 PM
Tampaknya memang dalam perjalanan thread ini titik berat pembahasan sudah bergeser, tidak lagi membahas kaitan abhidhamma dengan vipassana, tapi lebih banyak bicara tentang vipassana saja. Tampaknya para ahli abhidhamma kurang berminat berpartisipasi di thread ini. Bahkan debat saya dan Fabian itu pun sama sekali tidak menyentuh abhidhamma. ... Sekarang jalan keluarnya bagaimana? ... Seluruh posting yang tidak berkaitan dengan abhidhamma dipindahkan ... atau judul threadnya diganti.

Kalau mau dibuat thread baru boleh juga, judulnya MMD dan teknik vipasanna lainnya.  ;D
Atau judul lainnya yg sesuai juga boleh, aye fleksibel aja.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 23 August 2008, 10:30:26 PM
tadi sempat baca ulang dari awal, mau cari titik dimana diputus dan dijadikah thread baru.

Tapi seprtinya aliran airnya tidak pas kalau terputus, karena saling bergnatungan.

Kalau pembahasan vipassananya dibuka di thread baru saja aja bagaimana teman2x? Yang lama biarlah berlalu, palingan nanti diberikan link back ke thread (sekitar page 30), utk pengantar bagi yg ingin menelusuri mundur.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 24 August 2008, 07:21:13 AM
Saya lebih setuju bila judulnya saja yang diganti, seperti usul Rekan Tesla dan Bond. Contoh judul baru: "Diskusi meditasi vipassana". Judul ini bisa mencakup semua posting yang berkaitan dengan vipassana, baik yang menghubungkannya dengan abhidhamma maupun yang tidak. (Jangan menggunakan "MMD", karena akan menjadi sempit lagi.)
Kalau dibuat thread baru dengan link ke sini, saya khawatir ada teman-teman pembaca yang 'gaptek' yang mendapat kesulitan untuk mencari hubungan kedua thread itu. Jadi, carilah jalan keluar yang paling sederhana.

Salam,
hudoyo
Title: 'Melihat apa adanya' menurut FABIAN dan HUDOYO
Post by: hudoyo on 24 August 2008, 08:18:45 AM
'Melihat apa adanya' (yathabhutam nyanadassanam) adalah suatu pengalaman batin yang sangat penting dalam ajaran vipassana Sang Buddha, karena melalui 'melihat apa adanya' inilah pembebasan tercapai.

Dalam debat antara Rekan Fabian dan saya kemarin, topik ini sempat muncul, dan tampak perbedaan yang sangat mendasar antara Rekan Fabian dan saya dalam memahami 'melihat apa adanya' itu.

Rekan Fabian memahami 'melihat apa adanya' sebagai (saya kutip): "Pengertian dan kebijaksanaan yang timbul dari melihat segala sesuatu apa adanya (dengan kata lain secara lebih khusus yaitu melihat semua fenomena batin dan jasmani diliputi oleh anicca, dukkha dan anatta) inilah yang dimaksud dengan bertambah matangnya pengertian anicca, dukkha dan anatta, karena bila kita melihat apa adanya maka ketiga corak (lakkhana) inilah yang selalu nampak. Bila dalam meditasi Vipassana metode tertentu dan dalam metode tersebut kita tidak melihat anicca dukkha dan anatta maka ia sebenarnya tidak berVipassana, walaupun ia mengklaim berVipassana)."

Jadi singkatnya, bagi Rekan Fabian 'melihat apa adanya' berarti "melihat anicca, dukkha & anatta di dalam segala fenomena yang diamati." ... Dalam hal ini, Rekan Fabian sama sekali tidak salah ... karena ia berpegang teguh pada ajaran vipassana Mahasi Sayadaw yang bersumber pada Visuddhi-magga. Menurut ajaran ini, di dalam meditasi vipassana, setiap apa pun yang masuk melalui keenam indra harus disadari sebagai "selalu berubah, tidak memuaskan, tidak bisa dikendalikan" (anicca, dukkha, anatta = tilakkhana); itulah 'melihat apa adanya' menurut ajaran ini.

Bagi saya--dan bagi teman-teman non-Buddhis yang menjalankan MMD--"melihat segala sesuatu sebagai anicca, dukkha & anatta" itu sama sekali bukan 'melihat apa adanya', sebagaimana dipahami oleh Mahasi Sayadaw dan diajarkan oleh beliau dalam meditasi vipassana-nya. Itu tidak lebih dari 'melihat dengan konsep [tilakkhana]".  

Bagi saya, 'melihat apa adanya' adalah "melihat segala sesuatu tanpa dicampuri oleh reaksi pikiran/si aku sebagai pikiran dengan segala keinginannya dsb." Dan ini hanya bisa terjadi bila dalam melihat segala sesuatu itu batin/pikiran berhenti, segala konsep/ajaran yang pernah dipelajari di masa lampau berhenti.

Contoh: ketika mata saya melihat mobil mewah milik tetangga ... saya tidak melihatnya sebagai "anicca, dukkha & anatta" ... melainkan saya melihat, apakah batin saya bereaksi terhadap mobil tetangga itu atau tidak, misalnya bereaksi dengan rasa iri hati, dengan berbagai pikiran ("wah pasti dia korupsi") dsb ... Bila saya melihat mobil tetangga itu dengan rasa iri hati dll, maka saya tidak "melihat apa adanya" mobil mewah itu ... Tetapi bila reaksi batin itu disadari dan berhenti ... barulah saya "melihat apa adanya" mobil mewah itu sebagai mobil mewah ... tanpa dicampuri lagi oleh reaksi batin berupa pikiran & keinginan, irihati dsb. ...

Contoh (lanjutan): Ketika saya melihat mobil mewah tetangga itu ... lalu muncul pikiran "ah itu anicca, mobil itu pasti akan rusak; ah, itu dukkha, pasti repot melekat pada mobil seperti itu; ah, itu anatta, mobil itu tidak mau menuruti kehendak saya" ... bila muncul pikiran-pikiran  seperti itu, maka saya tidak 'melihat apa adanya', melainkan saya melihat mobil mewah itu dengan dicampuri oleh pikiran berupa konsep/doktrin tilakkhana (anicca, dukkha, anatta) yang pernah saya pelajari di masa lampau ... saya tidak melihat mobil mewah itu pada saat kini tanpa dicampuri oleh pikiran dari masa lampau. Seorang praktisi MMD yang non-Buddhis tidak akan "melihat" seperti itu. ... Tetapi, kalau kemudian saya menyadari pikiran tentang tilakkhana yang mencampuri penglihatan saya akan mobil mewah itu ... maka pikiran tentang tilakkhana itu akan berhenti ... dan di situlah baru saya 'melihat apa adanya' mobil mewah itu sebagai mobil mewah, tanpa dicampuri pikiran apa pun.

Itulah 'melihat apa adanya' yang dilatih dalam MMD. Jelas 'melihat apa adanya' dalam MMD sangat berbeda dengan 'melihat apa adanya' yang diajarkan dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw. Dalam MMD 'melihat apa adanya' bisa dipahami dan diterapkan oleh praktisi MMD baik yang non-Buddhis (tanpa perlu belajar tilakkhana) maupun yang Buddhis. Dalam MMD, 'melihat apa adanya' berarti reaksi pikiran beserta segala emosi yang menyertainya berhenti, segala pikiran/konsep/ajaran yang mencampuri peristiwa 'melihat' itu berhenti; itulah yang diajarkan Sang Buddha di dalam Mulapariyaya-sutta ("berhenti pada persepsi murni (langkah #1), tidak berlanjut dengan munculnya pikiran & si aku (langkah #2-#6)"), Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta ("hanya melihat, hanya mendengar, hanya mencerap, hanya mengenali batin [tanpa reaksi pikiran & si aku]").

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 24 August 2008, 09:14:14 AM
Bagi saya, 'melihat apa adanya' adalah "melihat segala sesuatu tanpa dicampuri oleh reaksi pikiran/si aku sebagai pikiran dengan segala keinginannya dsb." Dan ini hanya bisa terjadi bila dalam melihat segala sesuatu itu batin/pikiran berhenti, segala konsep/ajaran yang pernah dipelajari di masa lampau berhenti.

[

sama gak dengan ini...

“(1) Demikianlah, Bàhiya, engkau harus melatih dirimu: dalam melihat objek-objek terlihat (semua objek terlihat), menyadari bahwa melihat adalah hanya melihat; dalam mendengarkan suara, menyadari bahwa mendengar adalah hanya mendengar; demikian pula dalam mencium bau-bauan, mengecap dan menyentuh objek-objek sentuhan, menyadari bahwa mencium, mengecap, menyentuh adalah hanya mencium, mengecap dan menyentuh; dan dalam menyadari objek-objek pikiran, yaitu pikiran dan gagasan, menyadari bahwa itu hanyalah menyadari.”

“(2) Bàhiya, jika engkau mampu tetap menyadari dalam melihat, mendengar, mengalami, dan mengenali (empat kelompok) objek-indria, engkau akan menjadi seorang yang tidak berhubungan dengan keserakahan, kebencian, dan kebodohan sehubungan dengan objek-objek terlihat, suara yang terdengar, objek-objek yang dialami, atau objek pikiran yang dikenali. Dengan kata lain, engkau akan menjadi seorang yang tidak serakah, tidak membenci, dan tidak bodoh.”

“(3) Bàhiya, terhadap objek-objek terlihat, suara yang terdengar, objek-objek yang dialami, objek-objek pikiran yang dikenali, engkau tidak boleh berhubungan dengannya melalui keserakahan, kebencian atau kebodohan, yaitu, jika engkau ingin menjadi seorang yang tidak memliki keserakahan, kebencian dan kebodohan, maka, Bàhiya, engkau harus menjadi seorang yang tidak memiliki keserakahan, keangkuhan atau pandangan salah sehubungan dengan objek yang dilihat, didengar, dialami atau dikenali. Engkau tidak boleh menganggap ‘Ini milikku’ (karena keserakahan), tidak memiliki konsep ‘aku’ (karena keangkuhan), tidak mempertahankan gagasan atau konsep ‘diriku’ (karena pandangan salah).”

“(4) Bàhiya, jika engkau sungguh ingin menjadi seorang yang tidak memiliki keserakahan, keangkuhan atau pandangan salah sehubungan dengan objek yang dilihat, suara yang didengar, objek-objek nyata yang dialami, objek-pikiran yang dikenali, maka Bàhiya, (dengan tidak adanya keserakahan, keangkuhan dan pandangan salah dalam dirimu) engkau tidak akan terlahir kembali di alam manusia, juga tidak akan terlahir kembali di empat alam lainnya (yaitu, alam dewa, Niraya, binatang, dan hantu kelaparan atau peta). Selain kehidupan yang sekarang (di alam manusia) dan empat alam kelahiran kembali lainnya, tidak ada alam lainnya bagimu. Tidak-munculnya batin-dan-jasmani baru adalah akhir dari kotoran yang merupakan dukkha dan akhir dari kelahiran kembali yang merupakan dukkha.


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fran on 24 August 2008, 09:15:21 AM
Bukankah melihat mobil mewah sebagai mobil mewah, sebenarnya telah dicampuri oleh pikiran bahwa benda/object tsb disebut mobil dan pikiran jg yg mengkondisikan itu mewah [mobilnya]..

Sepertinya pikiran akan bereaksi jika ada yg mengatakan itu hanya mobil sederhana, ataupun ada yg mengatakan itu bukan mobil melainkan bus (misalnya)..

Seandainya anda yg melihat dan menyadari bahwa mobil itu sebenarnya bukan mobil dan mobil itu sebenarnya tidak ada (Anicca), bukankah itu adalah kenyataan yg ada..
Dgn menyadari Annica, pikiran niscaya tidak akan bereaksi lagi jika ada yg berpendapat/berargumen lain ttg mobil mewah itu, karna dari beragam pendapat tsb ujung2nya bermuara ke Anicca juga..




Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 24 August 2008, 09:17:54 AM
Bukankah melihat mobil mewah sebagai mobil mewah, sebenarnya telah dicampuri oleh pikiran bahwa benda/object tsb disebut mobil dan pikiran jg yg mengkondisikan itu mewah [mobilnya]..

Sepertinya pikiran akan bereaksi jika ada yg mengatakan itu hanya mobil sederhana, ataupun ada yg mengatakan itu bukan mobil melainkan bus (misalnya)..

Seandainya anda yg melihat dan menyadari bahwa mobil itu sebenarnya bukan mobil dan mobil itu sebenarnya tidak ada (Anicca), bukankah itu adalah kenyataan yg ada..
Dgn menyadari Annica, pikiran niscaya tidak akan bereaksi lagi jika ada yg berpendapat/berargumen lain ttg mobil mewah itu, karna dari beragam pendapat tsb ujung2nya bermuara ke Anicca juga..






Benar juga,ketika sudah ada persepsi bahwa mobil itu "MEWAH", pikiran sudah mengidentifikasikan.

Bayangkan seorang suku primitif yang belum pernah melihat mobil, ketika melihat mobil corolla vios dengan mobil mercedez benz, apakah yang terlintas dari pikirannya ? apakah ada identifikasi MEWAH atau tidak ?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 24 August 2008, 09:38:04 AM
Bagaimana kalo gini, melihat apa adanya sama ga dgn sikap cuek :) kalo aye orangnya cuek mo mobil mewah ato bkn, tdk ada keinginan untuk memiliki :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 24 August 2008, 09:44:04 AM
Quote
"Pengertian dan kebijaksanaan yang timbul dari melihat segala sesuatu apa adanya (dengan kata lain secara lebih khusus yaitu melihat semua fenomena batin dan jasmani diliputi oleh anicca, dukkha dan anatta) inilah yang dimaksud dengan bertambah matangnya pengertian anicca, dukkha dan anatta, karena bila kita melihat apa adanya maka ketiga corak (lakkhana) inilah yang selalu nampak. Bila dalam meditasi Vipassana metode tertentu dan dalam metode tersebut kita tidak melihat anicca dukkha dan anatta maka ia sebenarnya tidak berVipassana, walaupun ia mengklaim berVipassana)."
inilah yg dimaksud bahaya/jebakan vipassana yg dikatakan Ajahn Brahm.
penjelasan mengenai konsep vipassana dapat ditemui dalam buku2 meditasi Buddhism.
shg ketika bermeditasi, secara tidak sadar, pemeditasi berusaha utk melihat apa yg dibaca sebelumnya, bukan melihat apa adanya. ;D

walaupun orang yg telah keluar dari kesadaran melihat apa adanya, mendeskripsikan 'anatta, anicca, dukkha', tetap saja, itu hanyalah telunjuk yg menunjuk ke bulan. bukan bulan itu sendiri. orang berbeda (atau bahkan orang sama dilain waktu seperti Buddha) dapat mendeskripsikan sebagai 4KM, JM8, Paticca-Samupadda, dll... (secara Buddha menyampaikan sesuai dg kondisi lawan bicaranya).
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 24 August 2008, 09:50:38 AM
Bagaimana kalo gini, melihat apa adanya sama ga dgn sikap cuek :) kalo aye orangnya cuek mo mobil mewah ato bkn, tdk ada keinginan untuk memiliki :)
cueknya cuek sadar, bukan cuek tidak sadar...
cuek sadar tidak sampai melabeli "ini mobil"
ketika pelabelan "ini mobil" terjadi, kesadaran sudah terseret dalam pikiran, alias tidak sadar.
semua 6 indra dapat menyeret kita. mis:
~ketika melihat objek menarik, kita menatapnya lebih lama.
~ketika melihat objek menjijikkan, cepat2 buang muka.
~sama dg bau, suara, rasa, sentuhan...
~dalam pikiran juga demikian, memori indah diulang2 terus, demikian juga harapan2 indah.
~yg tidak menyenangkan juga berusaha ditolak mati2an, sampe stress n gila
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 24 August 2008, 09:52:16 AM
Dear pak Hudoyo,
Sepertinya terakhir2 ini , diskusi terarah pada pendeskripsian pengalaman2 melihat apa adanya.
Saya hanya khawatir bila ini coba dijelaskan, maka pikiran2 para pembaca akan segera menghapalkannya dan menjadikan konsep yang manakala bersangkutan menjalani meditasinya, itu akan menjadi konsep kembali, yang hakikatnya akan menjadi penghalang baru yg memperumit utk melihat sebagai 'apa adanya'.
Saya rasa ada baiknya dibiarkan menjadi misteri saja.
Namun memang saya pahami bahwa jawaban Pak Hud itu adalah untuk mengcounter usaha pendeskripsian dari sdr.Fabian.



Ref:

Quote
Bukankah melihat mobil mewah sebagai mobil mewah, sebenarnya telah dicampuri oleh pikiran bahwa benda/object tsb disebut mobil dan pikiran jg yg mengkondisikan itu mewah [mobilnya]..

Sepertinya pikiran akan bereaksi jika ada yg mengatakan itu hanya mobil sederhana, ataupun ada yg mengatakan itu bukan mobil melainkan bus (misalnya)..

Seandainya anda yg melihat dan menyadari bahwa mobil itu sebenarnya bukan mobil dan mobil itu sebenarnya tidak ada (Anicca), bukankah itu adalah kenyataan yg ada..
Dgn menyadari Annica, pikiran niscaya tidak akan bereaksi lagi jika ada yg berpendapat/berargumen lain ttg mobil mewah itu, karna dari beragam pendapat tsb ujung2nya bermuara ke Anicca juga..
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 24 August 2008, 10:45:16 AM
Sebagaimana ia mengajari orang lain, demikianlah hendaknya ia berbuat. Setelah
ia dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, hendaklah ia melatih orang
lain. Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri sendiri.(DHAMMAPADA,
syair 159)

Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan, oleh diri sendiri pula seseorang menjadi
suci. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seorangpun yang
dapat mensucikan orang lain. (DHAMMAPADA, syair 165)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Semit on 24 August 2008, 11:05:51 AM
4.8. ‘Seandanya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagava sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru”, maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini”, dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.”
(Mahaparinibbana Sutta)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 24 August 2008, 03:13:25 PM
Bukankah melihat mobil mewah sebagai mobil mewah, sebenarnya telah dicampuri oleh pikiran bahwa benda/object tsb disebut mobil dan pikiran jg yg mengkondisikan itu mewah [mobilnya]..
Sepertinya pikiran akan bereaksi jika ada yg mengatakan itu hanya mobil sederhana, ataupun ada yg mengatakan itu bukan mobil melainkan bus (misalnya)..
Seandainya anda yg melihat dan menyadari bahwa mobil itu sebenarnya bukan mobil dan mobil itu sebenarnya tidak ada (Anicca), bukankah itu adalah kenyataan yg ada..
Dgn menyadari Annica, pikiran niscaya tidak akan bereaksi lagi jika ada yg berpendapat/berargumen lain ttg mobil mewah itu, karna dari beragam pendapat tsb ujung2nya bermuara ke Anicca juga..

Betul, melihat benda itu sebagai "mobil mewah" adalah juga gerak pikiran ... tapi di situ gerak pikiran itu masih sangat awal (masih langkah #2 dari Mulapariyaya-sutta), di situ belum ada atta/aku yang mencampuri persepsi mobil mewah itu. ... Karena belum ada atta, maka tidak ada atta yang ber-relasi dengan obyek (mobil mewah), maka tidak ada dukkha. ... Bila Anda masuk ke dalam 'khanika-samadhi' yang sesungguhnya ... bahkan konsep 'mobil mewah' itu tidak muncul ... yang ada sekadar 'persepsi murni' akan sebuah fenomena tanpa-nama, tanpa-identitas, yang masuk ke dalam kesadaran melalui mata (langkah #1 dari Mulapariyaya-sutta, "hanya melihat" dari Bahiya-sutta) ...

"mobil itu sebenarnya bukan mobil dan mobil itu sebenarnya tidak ada (Anicca) ... dst" itu bukan 'kenyataan yang ada' ... itu tidak lebih dari gerak pikiran yang terkondisi oleh ajaran mahaprajnaparamita dari Madhyamika. Dan itu tidak ada kaitan dengan 'anicca' sama sekali. Di dalam melihat fenomena 'mobil mewah' seperti 'apa adanya' tidak muncul konsep 'anicca', konsep 'anicca' itu pikiran yang terkondisi oleh ajaran tilakkhana.

Salam,
hudoyo

 
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 24 August 2008, 03:14:45 PM
Bagaimana kalo gini, melihat apa adanya sama ga dgn sikap cuek :) kalo aye orangnya cuek mo mobil mewah ato bkn, tdk ada keinginan untuk memiliki :)

Bukan, Ryu, sikap "cuek" itu juga reaksi pikiran/aku terhadap rangsangan yang masuk ke dalam kesadaran.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 24 August 2008, 03:17:25 PM
inilah yg dimaksud bahaya/jebakan vipassana yg dikatakan Ajahn Brahm.
penjelasan mengenai konsep vipassana dapat ditemui dalam buku2 meditasi Buddhism.
shg ketika bermeditasi, secara tidak sadar, pemeditasi berusaha utk melihat apa yg dibaca sebelumnya, bukan melihat apa adanya. ;D

walaupun orang yg telah keluar dari kesadaran melihat apa adanya, mendeskripsikan 'anatta, anicca, dukkha', tetap saja, itu hanyalah telunjuk yg menunjuk ke bulan. bukan bulan itu sendiri. orang berbeda (atau bahkan orang sama dilain waktu seperti Buddha) dapat mendeskripsikan sebagai 4KM, JM8, Paticca-Samupadda, dll... (secara Buddha menyampaikan sesuai dg kondisi lawan bicaranya).

Betul.  _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 24 August 2008, 03:23:02 PM
Dear pak Hudoyo,
Sepertinya terakhir2 ini , diskusi terarah pada pendeskripsian pengalaman2 melihat apa adanya.
Saya hanya khawatir bila ini coba dijelaskan, maka pikiran2 para pembaca akan segera menghapalkannya dan menjadikan konsep yang manakala bersangkutan menjalani meditasinya, itu akan menjadi konsep kembali, yang hakikatnya akan menjadi penghalang baru yg memperumit utk melihat sebagai 'apa adanya'.
Saya rasa ada baiknya dibiarkan menjadi misteri saja.
Namun memang saya pahami bahwa jawaban Pak Hud itu adalah untuk mengcounter usaha pendeskripsian dari sdr.Fabian.

Betul, Mas Suchamda. Inilah dilema mengajarkan hal-hal yang bersifat transendental (dalam arti mengatasi pikiran) kepada pemeditasi/orang yang masih terjebak dalam pikiran. ... :) ... Tapi itu HARUS dan selalu saya lakukan, terutama dalam diskusi-diskusi dalam retret MMD. ... Itulah tugas & peran seorang guru vipassana, sekalipun sering kali kata-katanya ditangkap lain oleh pemeditasi. ... Bila pemeditasi berhasil masuk ke dalam khanika-samadhi, barulah tugas seorang guru vipassana berakhir.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 24 August 2008, 03:24:45 PM
Sebagaimana ia mengajari orang lain, demikianlah hendaknya ia berbuat. Setelah ia dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, hendaklah ia melatih orang lain. Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri sendiri.(DHAMMAPADA, syair 159)

Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan, oleh diri sendiri pula seseorang menjadi suci. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seorangpun yang dapat mensucikan orang lain. (DHAMMAPADA, syair 165)

Anumodana untuk syair-syair yang bagus.  _/\_

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 24 August 2008, 03:27:36 PM
cueknya cuek sadar, bukan cuek tidak sadar...
cuek sadar tidak sampai melabeli "ini mobil"
ketika pelabelan "ini mobil" terjadi, kesadaran sudah terseret dalam pikiran, alias tidak sadar.
semua 6 indra dapat menyeret kita. mis:
~ketika melihat objek menarik, kita menatapnya lebih lama.
~ketika melihat objek menjijikkan, cepat2 buang muka.
~sama dg bau, suara, rasa, sentuhan...
~dalam pikiran juga demikian, memori indah diulang2 terus, demikian juga harapan2 indah.
~yg tidak menyenangkan juga berusaha ditolak mati2an, sampe stress n gila

 _/\_ _/\_ _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 24 August 2008, 04:06:10 PM
sama gak dengan ini...

“(1) Demikianlah, Bàhiya, engkau harus melatih dirimu: dalam melihat objek-objek terlihat (semua objek terlihat), menyadari bahwa melihat adalah hanya melihat; dalam mendengarkan suara, menyadari bahwa mendengar adalah hanya mendengar; demikian pula dalam mencium bau-bauan, mengecap dan menyentuh objek-objek sentuhan, menyadari bahwa mencium, mengecap, menyentuh adalah hanya mencium, mengecap dan menyentuh; dan dalam menyadari objek-objek pikiran, yaitu pikiran dan gagasan, menyadari bahwa itu hanyalah menyadari.”

“(2) Bàhiya, jika engkau mampu tetap menyadari dalam melihat, mendengar, mengalami, dan mengenali (empat kelompok) objek-indria, engkau akan menjadi seorang yang tidak berhubungan dengan keserakahan, kebencian, dan kebodohan sehubungan dengan objek-objek terlihat, suara yang terdengar, objek-objek yang dialami, atau objek pikiran yang dikenali. Dengan kata lain, engkau akan menjadi seorang yang tidak serakah, tidak membenci, dan tidak bodoh.”

“(3) Bàhiya, terhadap objek-objek terlihat, suara yang terdengar, objek-objek yang dialami, objek-objek pikiran yang dikenali, engkau tidak boleh berhubungan dengannya melalui keserakahan, kebencian atau kebodohan, yaitu, jika engkau ingin menjadi seorang yang tidak memliki keserakahan, kebencian dan kebodohan, maka, Bàhiya, engkau harus menjadi seorang yang tidak memiliki keserakahan, keangkuhan atau pandangan salah sehubungan dengan objek yang dilihat, didengar, dialami atau dikenali. Engkau tidak boleh menganggap ‘Ini milikku’ (karena keserakahan), tidak memiliki konsep ‘aku’ (karena keangkuhan), tidak mempertahankan gagasan atau konsep ‘diriku’ (karena pandangan salah).”

“(4) Bàhiya, jika engkau sungguh ingin menjadi seorang yang tidak memiliki keserakahan, keangkuhan atau pandangan salah sehubungan dengan objek yang dilihat, suara yang didengar, objek-objek nyata yang dialami, objek-pikiran yang dikenali, maka Bàhiya, (dengan tidak adanya keserakahan, keangkuhan dan pandangan salah dalam dirimu) engkau tidak akan terlahir kembali di alam manusia, juga tidak akan terlahir kembali di empat alam lainnya (yaitu, alam dewa, Niraya, binatang, dan hantu kelaparan atau peta). Selain kehidupan yang sekarang (di alam manusia) dan empat alam kelahiran kembali lainnya, tidak ada alam lainnya bagimu. Tidak-munculnya batin-dan-jasmani baru adalah akhir dari kotoran yang merupakan dukkha dan akhir dari kelahiran kembali yang merupakan dukkha.

Saya cuma setuju dengan #1. ... Di #2 - #4 bagian-bagian yang dibold merah, saya tidak setuju. "Engkau akan menjadi orang yang bla-bla-bla..." itu bukan ajaran Bahiya-sutta yang asli. Itu pelajaran AGAMA, bukan tuntunan vipassana. ... Dalam Bahiya-sutta yang asli Sang Buddha menekankan: "Kalau kamu bisa melakukan itu, maka KAMU TIDAK ADA LAGI." Ini baru tuntunan vipassana yang otentik, bukan pelajaran agama; tidak ada agama yang mengajarkan "kamu tidak ada lagi", AGAMA Buddha pun tidak. Kalau dalam kebaktian minggu bhante atau romo memberikan dhamma-desana (berceramah) dengan mengatakan "kamu tidak ada lagi", maka hadirin pasti akan bingung, mungkin ada yang marah dan meninggalkan dhammasala. :)

Apalagi di #4 yang panjang lebar saya beri bold merah. Di sini Mingun Sayadaw mengajarkan AGAMA Buddha, bukan mengajar vipassana. Di dalam vipassana orang tidak berpikir mau jadi apa, atau mau mencapai nibbana, tidak akan lahir lagi dsb dsb, dengan segala "persyaratannya". Semua itu ajaran AGAMA Buddha, cocok untuk khotbah dalam kebaktian minggu di vihara, tapi bukan tuntunan vipassana. Dalam vipassana, semua ajaran agama itu (agama apa pun) harus lepas, runtuh dengan sendirinya. "Engkau tidak ada lagi" (Buddha) tidak sama dengan "engkau tidak akan lahir kembali" (Mingun Sayadaw).

Kalau semua isi buku Maha Buddhavamsa seperti ini, maka buku itu adalah pelajaran AGAMA Buddha yang sangat bagus, tapi bukan tuntunan vipassana yang otentik.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 24 August 2008, 04:17:31 PM
4.8. ‘Seandanya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagava sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru”, maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini”, dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.”
(Mahaparinibbana Sutta)


saya agak tidak mengerti maksud dari kutipan sutta ini di sini, terlebih bagian yg di bold...
jika sdr. Semit ingin membahas isi sutta, silahkan dilanjutkan ke bagian Studi Sutra/Sutta (http://dhammacitta.org/forum/index.php?board=25.0)

kemudian bagian yg saya bold merah kan...
Sutta atau disiplin
sutta di-sini saya yakini adalah dhamma kotbah2 Sang Buddha yg terjadi sekitar 2500 tahun yg lalu, bukan Sutta Pitaka. Sutta-Pitaka disusun setelah Sang Buddha parinibbana, jadi jelas itu bukan mengacu kepada Sutta Pitaka... apa terjemahannya seharusnya dhamma(kebenaran) & vinaya(aturan kedisplinan)? CMIIW

ini terjemahan bahasa inggrissnya
Quote
8-11. Then the Blessed One said: "In this fashion, bhikkhus, a bhikkhu might speak: 'Face to face with the Blessed One, brethren, I have heard and learned thus: This is the Dhamma and the Discipline, the Master's Dispensation'; or: 'In an abode of such and such a name lives a community with elders and a chief. Face to face with that community, I have heard and learned thus: This is the Dhamma and the Discipline, the Master's Dispensation'; or: 'In an abode of such and such a name live several bhikkhus who are elders, who are learned, who have accomplished their course, who are preservers of the Dhamma, the Discipline, and the Summaries. Face to face with those elders, I have heard and learned thus: This is the Dhamma and the Discipline, the Master's Dispensation'; or: 'In an abode of such and such a name lives a single bhikkhu who is an elder, who is learned, who has accomplished his course, who is a preserver of the Dhamma, the Discipline, and the Summaries. Face to face with that elder, I have heard and learned thus: This is the Dhamma and the Discipline, the Master's Dispensation.'
kata yg ditemukan hanyalah 'Dhamma and the Discipline' :)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 24 August 2008, 04:43:10 PM
sambungan quotenya ketinggalan :P
Quote
"In such a case, bhikkhus, the declaration of such a bhikkhu is neither to be received with approval nor with scorn. Without approval and without scorn, but carefully studying the sentences word by word, one should trace them in the Discourses and verify them by the Discipline. If they are neither traceable in the Discourses nor verifiable by the Discipline, one must conclude thus: 'Certainly, this is not the Blessed One's utterance; this has been misunderstood by that bhikkhu — or by that community, or by those elders, or by that elder.' In that way, bhikkhus, you should reject it. But if the sentences concerned are traceable in the Discourses and verifiable by the Discipline, then one must conclude thus: 'Certainly, this is the Blessed One's utterance; this has been well understood by that bhikkhu — or by that community, or by those elders, or by that elder.' And in that way, bhikkhus, you may accept it on the first, second, third, or fourth reference. These, bhikkhus, are the four great references for you to preserve."
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 24 August 2008, 04:57:48 PM
Sebagaimana ia mengajari orang lain, demikianlah hendaknya ia berbuat. Setelah ia dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik, hendaklah ia melatih orang lain. Sesungguhnya amat sukar untuk mengendalikan diri sendiri.(DHAMMAPADA, syair 159)

Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan, oleh diri sendiri pula seseorang menjadi suci. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seorangpun yang dapat mensucikan orang lain. (DHAMMAPADA, syair 165)

Anumodana untuk syair-syair yang bagus.  _/\_

Salam,
hudoyo


Yah emang bagus, tapi relevansinya dengan diskusi apa? :)

OK, saya coba lihat relevansinya dalam diskusi ini : tiada lain hanyalah sebuah mekanisme defence yang tersamar tapi barangkali tidak disadari oleh ybs.

Coba saya bedah untuk melihat ketidakrelevansian tulisan bond tsb diatas.

Manakala pikiran berhenti barulah dari situ muncul cinta kasih tak bersyarat (unconditional love; metta) yang mana tidak ada hubungannya dengan being as a good smiling little boys and girls......... atau menjadi luarbiasa ramah tamah lemah lembut.
Unconditional love adalah sesuatu yang spontan, dahsyat dan tak dapat dibendung muncul begitu saja, bahkan bisa mengambil wujud yang "wrathful", yang mana menyentakkan kesadaran untuk terbangun tanpa suatu intensi apa pun. Oleh karena itu, hal ini (eg.: diskusi tentang vipasana) tidak mengambil posisi pada sutta atau kitab apa pun*1, dan juga semestinya tidak relevan untuk mempermasalahkan benar atau salah atau baik atau jahat karena semua itu hanyalah merupakan suatu kondisi confused concepts of deluded thinking that have no reality.

Note : *1 karena yang direfer adalah problema yang bersarang dalam pikiran lawan bicara. Yang diserang adalah deluded thinkingnya, dan bukan kebenaran atau kesalahan suttanya.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 24 August 2008, 06:00:20 PM
 [at] Suchamda

Mau relevan atau tidak relevan itu relatif dan merupakan hak seseorang untuk menulis. Tapi keliatannya Anda menanggap diskusi ini suatu perang. Padahal diskusi ini sudah kondusif.

Sepertinya memang Karakter Anda memang sok menggurui dan menyalaki tulisan org lain disana sini seperti Psikopat yg sangat Paranoid :)) ciri psikopat : maunya perang padahal cuma tulisan :)) dan menurut ramalan  didunia nyata Anda juga begitu :))

Makanya kalau belajar spritual atau agama itu jangan seperti kutu loncat dan gengsi akhirnya keblinger sendiri seperti orang gila bahkan hampir mati,Sudah tidak ada tempat menyalak di forum lain, sekarang menyalak2 di forum indah ini :))

Nanti kalau saya tulis ini ,Anda minta keadilan lagi sama Tuhan atau momod yg lainnya seperti tulisan capcay,ikan telur asin yg sangat mengganggu kamu.

Ini tulisan terkahir saya ttg Anda, kalau mau berperang silakan perang dengan batin Anda yg penuh dengan kebencian, dendam dan ketakutan, keserakahan akan nama dan kedudukan dan keangkuhan. Saya pastikan Anda tidak bisa tidur tenang selama kilesa itu masih ada, Anda boleh menyangkal tapi kebenaran tidak pernah bisa disangkal. :))

Bye suchamda, Smoga sadar  :) _/\_



Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Suchamda on 24 August 2008, 07:17:06 PM
[at] Suchamda

Mau relevan atau tidak relevan itu relatif dan merupakan hak seseorang untuk menulis. Tapi keliatannya Anda menanggap diskusi ini suatu perang. Padahal diskusi ini sudah kondusif.

Saya rasa motif anda tampak jelas dalam tulisan ini.
Dalam komentar saya sebelumnya, saya hanya ingin menyampaikan sesuatu hal perihal tulisan anda yang tidak relevan dengan diskusi. Karena tulisan anda itu terkesan lepas dari konteks diskusi dan tidak jelas motifnya. Tentu saja kebiasaan seperti ini mengganggu diskusi. Meskipun demikian, isi dari komentar itu adalah ditujukan untuk semua member diskusi, bukan untuk pribadi anda. Itu saja. Selebihnya adalah persepsi anda belaka.
Hal itu semakin jelas dalam komentar anda dibawah ini yang jelas menyerang pribadi saya :

Sepertinya memang Karakter Anda memang sok menggurui dan menyalaki tulisan org lain disana sini seperti Psikopat yg sangat Paranoid :)) ciri psikopat : maunya perang padahal cuma tulisan :)) dan menurut ramalan  didunia nyata Anda juga begitu :))

Makanya kalau belajar spritual atau agama itu jangan seperti kutu loncat dan gengsi akhirnya keblinger sendiri seperti orang gila bahkan hampir mati,Sudah tidak ada tempat menyalak di forum lain, sekarang menyalak2 di forum indah ini :))

Nanti kalau saya tulis ini ,Anda minta keadilan lagi sama Tuhan atau momod yg lainnya seperti tulisan capcay,ikan telur asin yg sangat mengganggu kamu.

Ini tulisan terkahir saya ttg Anda, kalau mau berperang silakan perang dengan batin Anda yg penuh dengan kebencian, dendam dan ketakutan, keserakahan akan nama dan kedudukan dan keangkuhan. Saya pastikan Anda tidak bisa tidur tenang selama kilesa itu masih ada, Anda boleh menyangkal tapi kebenaran tidak pernah bisa disangkal. :))

Bye suchamda, Smoga sadar  :) _/\_





Apa yang saya sampaikan sehubungan dengan topik rupanya ditanggapi dengan penyerangan pribadi yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan diskusi.
Anda mengutipkan kitab Dhammapada tentang pengendalian diri, tapi ironisnya biarlah selanjutnya pembaca yang menilai sendiri.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 24 August 2008, 09:25:32 PM
pembahasan mengenai maha parinibbana sutta dilanjutkan di tempat lain saja yah...

silahkan klik di sini (Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta) (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4226.0) utk menuju ke TKP baru :)

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fran on 24 August 2008, 11:01:30 PM
Bukankah melihat mobil mewah sebagai mobil mewah, sebenarnya telah dicampuri oleh pikiran bahwa benda/object tsb disebut mobil dan pikiran jg yg mengkondisikan itu mewah [mobilnya]..
Sepertinya pikiran akan bereaksi jika ada yg mengatakan itu hanya mobil sederhana, ataupun ada yg mengatakan itu bukan mobil melainkan bus (misalnya)..
Seandainya anda yg melihat dan menyadari bahwa mobil itu sebenarnya bukan mobil dan mobil itu sebenarnya tidak ada (Anicca), bukankah itu adalah kenyataan yg ada..
Dgn menyadari Annica, pikiran niscaya tidak akan bereaksi lagi jika ada yg berpendapat/berargumen lain ttg mobil mewah itu, karna dari beragam pendapat tsb ujung2nya bermuara ke Anicca juga..

Betul, melihat benda itu sebagai "mobil mewah" adalah juga gerak pikiran ... tapi di situ gerak pikiran itu masih sangat awal (masih langkah #2 dari Mulapariyaya-sutta), di situ belum ada atta/aku yang mencampuri persepsi mobil mewah itu. ... Karena belum ada atta, maka tidak ada atta yang ber-relasi dengan obyek (mobil mewah), maka tidak ada dukkha. ... Bila Anda masuk ke dalam 'khanika-samadhi' yang sesungguhnya ... bahkan konsep 'mobil mewah' itu tidak muncul ... yang ada sekadar 'persepsi murni' akan sebuah fenomena tanpa-nama, tanpa-identitas, yang masuk ke dalam kesadaran melalui mata (langkah #1 dari Mulapariyaya-sutta, "hanya melihat" dari Bahiya-sutta) ...

"mobil itu sebenarnya bukan mobil dan mobil itu sebenarnya tidak ada (Anicca) ... dst" itu bukan 'kenyataan yang ada' ... itu tidak lebih dari gerak pikiran yang terkondisi oleh ajaran mahaprajnaparamita dari Madhyamika. Dan itu tidak ada kaitan dengan 'anicca' sama sekali. Di dalam melihat fenomena 'mobil mewah' seperti 'apa adanya' tidak muncul konsep 'anicca', konsep 'anicca' itu pikiran yang terkondisi oleh ajaran tilakkhana.

Salam,
hudoyo

 


Sepertinya melihat objek itu mobil mewah adalah mobil mewah, terdapat atta/aku yg sangat kuat dlm melihatnya karna jika ada yg tidak sependapat dgn apa yg kita lihat, maka pikiran kita akan segera bereaksi..
Mengapa si A mengatakan itu mobil sederhana ? Padahal jelas2 saya melihat apa adanya itu adalah mobil mewah, kog bisa ya dia mengatakan seperti itu, apa saya yg salah ato dia yg salah ya, sebenarnya itu mobil mewah atau kagak sih..
Mengapa si B mengatakan itu bus mewah ? Padahal jelas2 saya melihat apa adanya itu adalah mobil, bukan bus..
dst...

Sedangkan jika kita melihat apa adanya sebagai anicca, maka hal ini tidak akan terbantahkan oleh si A, B,dstnya.. Itulah kenyataan yang ada...





Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fran on 24 August 2008, 11:08:15 PM
Sama halnya ketika kita melihat apa adanya MMD itu, dan kita merasa telah melihat apa adanya..
Ternyata ketika ada yg tidak sependapat dgn apa yg kita lihat MMD itu, maka pikiran kita segera bereaksi sangat hebad, sehingga menghasilkan byk topik ttg MMD yg pages yg sangat panjang..

Sepertinya itu bukanlah kenyataan dari melihat apa adanya (menghentikan proses pikiran), apabila kita melihat masih melihat objek itu sebagai objek...

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 24 August 2008, 11:09:24 PM
Praktik samatha, berhenti, adalah praktik untuk tidak melakukan apapun– mencoba untuk tidak melakukan apapun, hanya membiarkan tubuh dan pikiran untuk beristirahat. Kita tabu hal im tidaklah mudah, karena kita telah memiliki kebiasaan untuk berlari dan bekerja, di dalam tubuh kita maupun dalam pikiran kita. Inilah alasan membiarkan dirimu di dalam Sangha yang mana ada mereka yang dapat berhenti sangatlah penting.
Ketika anda mengikuti sebuah retret, yang mana terdapat mereka yang mampu berhenti, berada dalam saat ini, anda akan mendapatkan manfaat karena kehadiran mereka, energi mereka. Mereka dapat merasa bahagia oleh langit biru bunga yang mekar diantara rerumputan, disetiap langkah yang mereka lakukan. Kebahagiaan dihasilkan setiap saat. Mereka tidak berlari; mereka mampu berhenti dan hidup secara mendalam disetiap saat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sangatlah penting untuk berada bersama–sama dengan orang seperti itu, karena dengan berkumpul bersama mereka, kita akan dapat melakukan hal yang sama setelah beberapa saat.
Ketika anda sedang duduk atau berjalan, berlatihlah menarik dan menghembuskan napas untuk berada disaat ini, hanya berada disaat ini, karena kehadiran perhatian murni anda adalah sumber kebahagiaan dan pelenyap penderitaan dan kesedihan di dalam dirimu. Anda tidak berada di sana untuk dirimu. Anda telah berlari dan mengabaikan dirimu sendiri. Dicintai berarti memeluk dengan perhatian, dengan usaha, kepada orang yang anda cintai. Ketika seekor hewan berhenti dan berbaring, dia melakukannya untuk dirinya sendiri. Dia membiarkan dirinya benstirahat dan sembuh - dia melakukannya untuk dirinya sendiri. Ketika kita terluka, baik diri maupun sumber semangat kita. Siapa yang berada di sana untuk kita? Kita harus berada di sana duluan untuk diri kita sendiri. Buddha akan berada di sana untuk kita, karena Buddha ada di dalam diri kita.
Untuk dapat membantu seseorang berada disaat ini, mengetahui apa yang sedang terjadi disaat ini, menyentuh segala hal yang terjadi disaat ini, adalah sebuah latihan. Tidaklah diperlukan usaha keras; bahkan tidak diperlukan usaha apapun. Biarkanlah dirimu apa adanya. Ada kecenderungan untuk berpikir bahwa kebahagiaan, kesehatan, kesuksesan adalah yanghal yang hanya bisa didapatkan dengan berlari. Inilah alasan mengapa kita mengorbankan saat ini. Kite harus memperhatikan saat ini untuk dapat mendapatkan kebahagiaan dimasa yang akan datang. Ini adalah kecenderungan yang harus dihentikan.
Kita telah terlanjur mempunyaipersepsi tertentu tentang kebahagiaan. Kita mengira bahwa kita tidak mencapai ini– itu, kita tidak dapat mengubah apa-apa, sehingga kebahagiaan tidak akan pernah tercapai, karena komitmen kita tentang kebahagiaan, kita tidak pernah merasa damai dengan diri kita. Kita mencoba untuk melakukan sesuatu, menyadari sesuatu tetapi mungkin kebahagiaan sudah berada di sana. Semua hal yang menyebabkan anda bahagia sudah ads di sana. Anda hanya perlu mengenali hal itu. Bagaimana mungkin anda dapat mengenali mereka jika anda tidak berada di sana?
Mungkin anda tidak menyadari matahari di langit dapat membuatmu bahagia. Jika anda lihat selama satu detik, dan anda akan menyadari bahwa semua hal di Bumi adalah berkat matahari. Semua makanan yang kita makan berasal dari cahaya matahari. Ketika kita melihat matahari seperti itu, kita akan melihat matahari sebagai ayah, ibu – yang merawatmu setiap hari. Matahari selalu ads di sana untukmu. Anda mungkin mengeluh "Tidak ada yang peduli padaku, tidak ada orang yang mencintaiku, tidak ada orang yang merawatku", tetapi matahari adalah salah satu hal yang merawatmu disetiap detik kehidupanmu.
Ada bumi, pohon, air, udara, pembuat roti, petani, burung, serangga. Jika kita telah berlatih berhenti dan berada di saat ini, maka kita akan dapat menyentuh sumber-sumber kebahagiaan yang ada di sini dan saat ini. Kite akan menyadari bahwa, kita tidak perlu hal lain, karena kondisi sekarang telah lebih dari cukup untuk membuat kits bahagia. Berhenti sangatlah penting. Selama anda masih terns berlari, kebahagiaan menjadi
sangat sulit didapatkan. Berhenti. Berhenti membiarkan tubuh dan pikiranmu untuk beristirahat. Berhenti juga merupakan tindakan yang mengizinkanmu untuk lebih mengenal kondisi dari kebahagiaan yang sudah ada di sana.
Dua elemen dalam meditasi Buddhis adalah berhenti dan melihat secara mendalam. Anda dapat melihat secara mendalam akan dari sesuatu ketika anda berada di sana, ketika anda berhenti. Samatha adalah berhenti, tenang, dan vipasyana adalah melihat secara mendalam. Terkadang anda hanya perlu berhenti dan tiba–tiba pandangan secara mendalam akan reality akan terlihat. Ketika ombak di suatu danau menjadi tenang, permukaan danau menjadi tenang tanpa ombak, dan bulan pun dapat dipantulkan oleh danau tersebut, danau tersebut tidak harus berlari dan melihat bulan tersebut. Biarkan dirimu untuk berada disaat ini; menikmati menyentuh elemen penyegar dan penyembuhan yang ada disekitar dan di dalam dirimu. Apapun yang anda percaya, ada atau tidak adanya elemen tersebut, mereka benar–benar ada di sana. Mengizinkan dirimu untuk menyentuh elemen–elemen penyembuhan ini akan menyebabkan sampah berubah menjadi kompos, dan bunga akan muncul kembali dalam kebun di hatimu.
Ketika anda berada di sana untuk dirimu, ada energi yang akan memelukmu, memeluk penderitaanmu, memeluk semua halhal baik, kualitas positif dalam dirimu. Kemampuan untuk kembali ceria, menjadi bahagia kembali, menjadi penuh cinta kasih dan toleran – kuahtas ini ads dalam diri kita, dan mereka perlu dipeluk agar dapat menjadi kompos. Kompos tersebut akan menyuburkan bunga–bunga. Buddha membutuhkan Mara cgar dapat tumbuh dengan indah seperti bunga dan Mara juga membutuhkan Buddha, karena Mara memiliki peran tertentu yang barns dilakoni.
Jadi, sebenarnya penderitaan sangat penting untuk kebahagiaan kita. Jika anda tidak mengerti, anda tidak dapat mencintai, sampai anda mengerti apa yang dimaksud dengan penderitaan. Sutra cita yang timbul karena memiliki sesuatu untuk dimakan hanya bisa dirasakan jika anda mengetahui apa itu kelaparan. Dibeberapa daerah di China, ketika orang–orang bertemu satu sama lain, mereka tidak bertanya "Apa kabar?" Mereka bertanya'Yamu sudah makan?", "Apakah kamu memiliki sesuatu untuk dimakan?" Karena mereka mengetahui kejadian kelaparan, kematian. Jadi cintamu dapat diperlihatkan dengan cara yang sangat sederhana: "Apakah kamu sudah makan? Sudahkah kamu memiliki sesuatu untuk dimakan?'
Kita cenderung ingin menghapus kumpulan penderitaan dan kesedihan dan keputusasaan yang kita alami. ICtajuga ingin menjadi Buddha atau Dewa agar dapat menghentikan serous, hal yang tidak kita inginkan, mengeluarkannya dari sistem. Dalam cahaya non–dualitas, kita bu kn  n hanya sebagai bunga, tapi kita juga merupakan sampah. Kita tidak dapat menghilangkannya dalam diri kita. Kadang–kadang kita penuh cinta kasih, kadangkadang kita penuh kemarahan, kita adalah cinta, tetapi marah juga adalah kita. Jadi kita harus memperlakukan cinta dan kemarahan dalam basis yang sama, seperti cara Buddha memperlakukan Mara. Tapi Mara tidak mengerti. Ananda juga tidak mengerti. Tapi Buddha, dia mengerti. Dia mengajarkan due sifat asli non–dualitas antara penderitaan dan kebahagiaan.
Energi dari perhatian murni adalah energi untuk berada disaat ini, untuk memeluk diri kita sendiri, penderitaan kita, keputus-asaan kita, kesedihan kita, dan juga benih–benih kebahagiaan dan kedamaian dan cinta kasih yang menjadi semakin lemah karena kita tidak dapat merawat dan mengembangkan benih–benih tersebut untuk membantu mereka tumbuh menjadi lebih kuat. Jadi, praktik ini adalah praktik untuk
memeluk, dan ini jelas merupakan energi yang membantumu sehingga anda dapat memeluk dirimu di dalam energi perhatian murni. "Sayang, aku ads di sini untukmu." Ketika anda menyukai seseorang, anda ingin mengatakan "Sayang, aku ada di sini untukmu" dan anda barns benar–benar berada di sana untuknya. Ini adalah hadiah terbesar yang dapat anda berikan kepada orang yang anda cintai. Untuk berada di sana, tidaklah mudah, seluruh dirimu harus berada di sana. Anda harus memperhatikan dengan perhatian penuh, dengan seluruh perhatianmu. Energi im memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dan membuat orang lain merasa bahagia. Jika dalam kasus ini adalah cinta pads diri sendiri, dan kita semua mengetahui bahwa semua cinta yang kita berikan kepada orang lain bergantung pads cinta kita pads diri sendiri. Jika kits mengetahui bagaimana menjaga diri kita sendiri, jika kita mengetahui bagaimana membantu dan mengubah diri kita sendiri, kita akan dapat menjaga orang lain. Jadi obyek pertama dari cinta ialah diri sendiri–tubuh kita dan kesadaran kita. Memeluk dirimu. sendiri.
Dengan berada di sana sepenuhnya, anda akan menyadari bahwa tidak hanya penderitaan yang ada di sana, ada hal lain di sans–keajaiban dalam hidup, elemen penyembuh ada di dalam dan disekitarmu dan anda mungkin ingin berlatih menyentuh mereka. Tataplah langit, dengarlah suara hujan, tersenyumlah kepadanya. Sangatlah menakjubkan sekarang sedang hujan, sangatlah menakjubkan langit berwarna biro pagi ini, sangatlah menakjubkan aku sedang berada di sini, hidup. Sangatlah menakjubkan aku masih dapat berjalan, jantungku masih berfungsi dengan normal. Ada banyak sekali hal yang dapat anda nikmati. Ketika sebuah pohon di kebun matt, anda bisa saja lupa bahwa pohon–pohon yang lain masih tetap hidup. Anda membiarkan kesedihan mendominasi, dan seketika anda kehilangan segalanya. Ketika sebuah pohon sekarat di kebunsaya, YA, saya mengetahuinya, tetapi masih banyak pohon lain yang masih hijau, sehat. Jika anda menyadarinya, anda tidak akan tengelam dalam kesedihan, dan anda akan memiliki kekuatan secukupnya untuk menyelamatkan pohon yang sedang sekarat itu atau mengantinya dengan pohon yang lain.
Besarkanlah hatimu sehingga anda akan dapat melihat kondisi–kondisi untuk kebahagiaamnu untuk berada di sana, dan ketidakadilan, kekejaman, dan ketidak-pedulian tidak cukup untuk menghancurkan hidupmu. Anda akan menerimanya dengan mudah, karena hatimu begitu besar, dan anda dapat menerimanya tanpa kemarahan. Ini seperti ketika anda membuang kotoran ke dalam sungai, dan sungai tidak akan marah. Sungai itu sudi menerima kotoran tersebut, dan dapat mengubah kotoran sepanjang malam. Ada banyak sekali air di dalam sungai, banyak sekali Lumpur sehingga jumlah kotoran yang anda buang ke dalam sungai akan diubah dalam kurun waktu satu malam. Jika anda membuang kotoran ke dalam seember air di dalam rumahmu, maka air tersebut tidak akan dapat diminum lagi, sehingga anda harus membuang air tersebut. Tetapi, ketika anda membuang kotoran tersebut ke dalam sungai, orang–orang di kola masih dapat meminum air dari sungai tersebut karena sungai tersebut cukup besar. Sungai memiliki kemampuan untuk mengubah dan menyembuhkan. Jadi berlatihlah seperti sungai, itulah yang Buddha sarankan kepada kita semua.
Berlatihah seperti bumi. Ketika orang membuang bunga, parfum, nasi, kari, ataupun membuang urin, ekskresi, bumi akan menerimanya tanpa kemarahan, karena bumi ini besar dan bumi memiliki kemampuan untuk mengubahnya. Bumi selalu ada di sana untuk kita. Jadi Buddha mengatakan pads Rahula, "Berlatihlah seperti bumi, berlatihlah seperti air di sungai dan anda tidak akan menderita karena hatimu besar."
Jadi, kembali memeluk dirimu, untuk memulai proses penyembuhan, untuk menyentuh elemen–elemen positif tampaknya bukanlah latihan yang sulit. Anda hanya memerlukan Sangha yang manas ada orang yang melakukan hal tersebut dan menikmati aktivitas itu hanya untuk melakukan aktivitas tersebut. Ketika anda datang ke sebuah Ruang Meditasi dan duduk mengangkat sepmng makanan, anda dapat melakukannya dengan senang hati. Jangan berpikir ini adalah praktik yang sulit. Ya, kami tidak berbicara selama menyantap makanan, dan anda duduk dengan tenang dengan posisi tegak selama makan. Ya, anda melakukan hal itu. Tetapi, banyak dari kami yang menikmati melakukan hal tersebut. Kami tidak harus berbicara, kami tidak harus berpikir, kami tidak harus melakukan apa–apa: kami hanya menyadari bahwa kami rehat sepenuhnya selama makan. Untuk dapat berbagi makanan dengan Sangha dalam perhatian penuh, tidak harus melakukan apa–apa, hanya menikmati setiap potongan kecil makananmu, menyentuh secara mendalam makananmu tanpa berpikir apapun, tanpa melakukan proyek apapun dalam pikiranmu adalah sebuah latihan, latihan untuk berhenti dan beristirahat.
Ketika anda mengambil sepotong kacang polong, perhatikanlah, tersenyumlah dan pangillah namanya "Kacang Polong", dan anda akan menyadari, dengan sedikit perhatian murni dan konsentrasi bahwa sepotong kacang polong tersebut adalah keajaiban dalam hidup, sama seperti anda adalah keajaiban dalam hidup, anda adalah karunia. Sepotong kacang polong telah dihasilkan oleh awan, sinar matahari, bumi, mineral, air, udara, dan sebagainya. Sepotong kacang polong benar–benar telah menjadi duta besar dari alam semesta, jika anda mengetahui bagaimana cara menerimanya, bagaimana bersama dengannya, bagaimana mengunyahnya secara sadar clan suka cita. Memakan sepotong kacang polong dapat membawakanmu suka cita. Apagunanya makan sepotong kacang polong? Untuk mendapatkan nutrisi? Tidak, anda hanya menikmatinya, menikmatinya untuk dirimu sendiri, kehadiran kacang polong tersebut, menikmati saat itu, menjadi dirimu sendiri dan bersama dengan Sanghamu.
Kita suka mengunyah makanan tiga puluh kali, empat puluh kali, lima puluh kali. Sewaktu melakukannya kita tidak mengunyah makanan lain, kita tidak mengunyah proyek mesa depan kita, kesedihan kita, kekhawatiran kita. Biarkanlah hal lain itu tidur, anda sedang memeluk semuanya sekarang dengan praktik berada di sini, perhatian murni. Makan adalah sebuah latihan, latihan untuk tidak melakukan apapun, latihan untuk berhenti. Hanya dengan sedikit kepintaran, kita dapat menjadikan waktu makan kita sebagai waktu untuk berbahagia. Hal Ini mungkin membuat kita merasa terkekang untuk tidak berbicara, tidak tertawa, tidak membuat gerakan apapun. Tetapi semua ini hanyalah kebiasaan; anda harus mempelajari kebiasaan untuk beristirahat, ini sangatlah penting.
Duduk di atas bantal selama meditasi duduk juga merupakan latihan untuk beristirahat, dan berlatih meditasi jalan, hanya menyentuh bumi dan menyadari keajaiban atas keadaan masih tetap hidup dan berjalan di atas bumi, itu juga merupakan latihan untuk beristirahat. Disetiap saat anda membiarkan dirimu berada di sana dan mengurangi kesedihan, kekhawatiran, dan penderitaanmu. Mereka mungkin sedang tertidur di dalam alam bawah sadarmu, atau mereka sedang berusaha untuk muncul. Ketika hal tersebut terjadi, peluklah mereka; peluk mereka dengan kehadiranmu, karena energi perhatian penuh adalah energi untuk berada di sana untuk dirimu, untuk orang–orang yang anda cintai. Matahari ada di sana untukmu, bulan berada di sana untukmu, Pepohonan juga berada di sana untukmu, air ada di sana untukmu, dan anda seharusnya berada di sana untuk mereka juga, terutama untuk
dirimu sendiri. Anda adalah orang yang paling anda butuhkan. Panggillah namamu, pangillah namamu dalam hati – orang ini telah menderita, orang ini sangat membutuhkan kehadiranmu, anda harus kembali dan memeluknya.

Kog tulisan yang di bold gitu yah ? emang vipasana melihat secara mendalam yak ?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 24 August 2008, 11:10:55 PM
gila ryu nyontek dari mana loe?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 24 August 2008, 11:19:01 PM
gila ryu nyontek dari mana loe?

menyembuhkan diri mengatasi derita (http://dhammacitta.org/perpustakaan/ebook/umum/menyembuhkan-diri-mengatasi-derita) ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 08:47:46 AM
Sepertinya melihat objek itu mobil mewah adalah mobil mewah, terdapat atta/aku yg sangat kuat dlm melihatnya karna jika ada yg tidak sependapat dgn apa yg kita lihat, maka pikiran kita akan segera bereaksi..
Mengapa si A mengatakan itu mobil sederhana ? Padahal jelas2 saya melihat apa adanya itu adalah mobil mewah, kog bisa ya dia mengatakan seperti itu, apa saya yg salah ato dia yg salah ya, sebenarnya itu mobil mewah atau kagak sih..
Mengapa si B mengatakan itu bus mewah ? Padahal jelas2 saya melihat apa adanya itu adalah mobil, bukan bus..
dst...

Di dalam melihat mobil mewah sebagai mobil mewah tanpa reaksi pikiran, tidak ada atta lagi.

Berbeda dengan di dalam diskusi tentang meditasi, tentu ada saling menanggapi, saling bereaksi, dalam batin ANDA dan dalam batin saya. Jadi lihatlah ke dalam batin sendiri, tidak perlu berspekulasi batin orang lain. ... Diskusi bukan 'melihat apa adanya'.

Quote
Sedangkan jika kita melihat apa adanya sebagai anicca, maka hal ini tidak akan terbantahkan oleh si A, B,dstnya.. Itulah kenyataan yang ada...

'Anicca' tidak selalu terlihat dalam 'melihat apa adanya'. ... Orang yang selalu melihat 'anicca' setiap kali dia melihat sesuatu, dia bukan 'melihat apa adanya', melainkan "melihat dengan konsep/ajaran".
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 08:51:26 AM
Sama halnya ketika kita melihat apa adanya MMD itu, dan kita merasa telah melihat apa adanya..
Ternyata ketika ada yg tidak sependapat dgn apa yg kita lihat MMD itu, maka pikiran kita segera bereaksi sangat hebad, sehingga menghasilkan byk topik ttg MMD yg pages yg sangat panjang..

Berdiskusi tentang MMD sampai panas bukan 'melihat apa adanya' di dalam MMD itu sendiri. Berdiskusi itu bisa menghasilkan reaksi sangat hebat dalam batin kedua belah pihak: Anda dan saya. Sekali lagi, lihatlah batin Anda sendiri, jangan berspekulasi tentang batin orang lain.

Quote
Sepertinya itu bukanlah kenyataan dari melihat apa adanya (menghentikan proses pikiran), apabila kita melihat masih melihat objek itu sebagai objek...

Ini kacau ... Menurut saya, 'melihat apa adanya' (berhentinya pikiran) adalah justru melihat obyek sebagai obyek TANPA dicampuri oleh pikiran.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 25 August 2008, 08:55:46 AM
 _/\_ Apakah ini berarti pikiran memang selalu melayang dan selalu berpecah pecah menjadi banyak bagian dan akan muncul seperti denyut jantung.namun yang kita lakukan bukanlah fokus untuk menghentikan impuls pikiran melainkan menyadari dan ketika pikiran menjadi lebih tenang denyutnya,ia bagaikan kolam lumpur yang lumpurnya terendap kebawah dan kita bisa melihat kejernihan pikiran itu sendiri. Pak Hudoyo? jadi usaha yang dilakukan tadi bukanlah usaha melainkan mengamati,menyadari dan terus menerus sampai batin hening.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 25 August 2008, 09:00:44 AM
Perlu dikaji khronologi sumber-sumber yang digunakan, karena tidak semua sumber mempunyai bobot keotentikan yang sama. Para pakar Tipitaka sudah menemukan lapisan-lapisan yang berbeda usianya dalam Tipitaka Pali; Kanon Pali berbeda lebih dari lima ratus tahun dengan kitab-kitab Komentar; buku Maha Buddhavamsa malah baru dikarang pada abad ke-20. Perbedaan khronologi ini tidak boleh ditutup-tutupi.
Sumber2 tersebut memang perlu dicari tahu dan tidak perlu ditutupi sama sekali. Tetapi dalam diskusi mengenai isinya (bukan sejarahnya), jika menyinggung "keotentikan" dan "ketuaan", maka akan memberikan pemikiran subjektif bagi pembaca bahwa yang lebih muda cenderung banyak kelirunya. Padahal, kita tidak tahu juga secara pasti yang mana otentik & asli walaupun kita tau yang mana lebih tua.



Untuk "memperkeruh suasana", dalam Ogha-tarana Sutta (Samyutta Nikaya), Buddha mengatakan "menyeberang dengan tidak mendorong dan tidak berdiam di tempat". Jadi sebetulnya "harus pakai usaha" atau "harus tidak pakai usaha" juga sudah keliru.  ;D
Dalam sutta itu Sang Buddha hendak mengatakan bahwa "menyeberang sungai" itu terjadi tanpa konsep apa pun: harus begini, harus begitu.
Ya, yang saya maksud adalah jika kita juga tidak tahu maksud kedua definisi "mendorong" dan "berdiam di tempat", tetapi mengatakan "harus mendorong/diam di tempat", maka tidak akan dapat manfaat.




Kesadaran vipassana itu muncul ketika si aku lenyap. Lenyapnya si aku tidak mungkin diusahakan oleh si aku. Di dalam kesadaran vipassana tidak ada lagi sebab & akibat.
Selanjutnya, saya mau tanya Pak Hudoyo lagi, apakah definisi "aku" ini?. Karena sepertinya berbeda dengan definisi "atta" dalam sutta. "Atta" dalam sutta merujuk pada kepercayaan pada inti diri yang kekal tidak berubah. Menurut Buddha Gotama, "Atta" (hanyalah ilusi pikiran, sehingga) tidak pernah ada, sedangkan "aku" menurut Pak Hudoyo itu ada, dan ketika disadari menjadi tidak ada. Ketika "aku" tidak ada, maka dia bisa menembus pengertian "anatta".


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 09:11:41 AM
_/\_ Apakah ini berarti pikiran memang selalu melayang dan selalu berpecah pecah menjadi banyak bagian dan akan muncul seperti denyut jantung.namun yang kita lakukan bukanlah fokus untuk menghentikan impuls pikiran melainkan menyadari dan ketika pikiran menjadi lebih tenang denyutnya,ia bagaikan kolam lumpur yang lumpurnya terendap kebawah dan kita bisa melihat kejernihan pikiran itu sendiri. Pak Hudoyo? jadi usaha yang dilakukan tadi bukanlah usaha melainkan mengamati,menyadari dan terus menerus sampai batin hening.

Betul. Pikiran dan aku itu muncul bersama-sama dan lenyap bersama-sama pula.  _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 25 August 2008, 09:18:46 AM
Oke Pak, saya mengerti dengan jelas penjelasan Bapak.Terima Kasih  _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 25 August 2008, 09:19:17 AM
Mengenai "usaha", kalau saya ambil kesimpulan adalah:
-Dari pihak "tanpa usaha", adalah merupakan proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan (atau meninggalkan awal). Dalam meditasi ditinggalkan sebab "tujuan" sendiri adalah hasil ilusi pikiran sendiri.

-Dari pihak "dengan usaha", adalah proses pengkondisian sebelum meditasi terjadi (seperti datang dan duduk meditasi), ataupun juga proses untuk "mempertahankan apa yang sudah ada" (misalnya, tetap sadar, tidak ngantuk).

Tolong dikoreksi kalo keliru.

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 09:36:25 AM
Sumber2 tersebut memang perlu dicari tahu dan tidak perlu ditutupi sama sekali. Tetapi dalam diskusi mengenai isinya (bukan sejarahnya), jika menyinggung "keotentikan" dan "ketuaan", maka akan memberikan pemikiran subjektif bagi pembaca bahwa yang lebih muda cenderung banyak kelirunya. Padahal, kita tidak tahu juga secara pasti yang mana otentik & asli walaupun kita tau yang mana lebih tua.

Bicara tentang 'isi' suatu sumber perlu mempertimbangkan 'kronologinya'. Karena kronologi yang berbeda memberikan bobot confidence yang berbeda tentang keontentikan suatu sumber. Dalam historiografi, semakin dekat suatu sumber pada apa yang dirujuknya, semakin confident orang tentang keontentikannya, tanpa perlu njlimet menggali bukti-bukti keotentikan yang sudah mustahil ditemukan. Dalam hal Bahiya-sutta, bagi saya apa yang tertulis dalam Udana 1.10 lebih otentik daripada apa yang ditulis Mingun Sayadaw pada abad ke-20. Memang betul, bagi saya sumber yang lebih muda lebih kurang bobot confidence yang bisa diberikan kepadanya dibandingkan bobot confidence yang bisa diberikan kepada sumber yang lebih tua. Semua itu subyektif, tidak ada yang obyektif 100 persen.

Quote
Ya, yang saya maksud adalah jika kita juga tidak tahu maksud kedua definisi "mendorong" dan "berdiam di tempat", tetapi mengatakan "harus mendorong/diam di tempat", maka tidak akan dapat manfaat.


Itu tidak akan terjadi kalau orang memahami hakikat pikiran yang dualistik. Itulah yang dimaksud Sang Buddha dalam Ogha-tarana-sutta itu.

Quote
Selanjutnya, saya mau tanya Pak Hudoyo lagi, apakah definisi "aku" ini?. Karena sepertinya berbeda dengan definisi "atta" dalam sutta. "Atta" dalam sutta merujuk pada kepercayaan pada inti diri yang kekal tidak berubah. Menurut Buddha Gotama, "Atta" (hanyalah ilusi pikiran, sehingga) tidak pernah ada, sedangkan "aku" menurut Pak Hudoyo itu ada, dan ketika disadari menjadi tidak ada. Ketika "aku" tidak ada, maka dia bisa menembus pengertian "anatta".

Kainyn_Kutho: " 'Atta' dalam sutta merujuk pada kepercayaan pada inti diri yang kekal tidak berubah." -- Bisa ditunjukkan referensi definisi 'atta' seperti itu?

Kainyn_Kutho: "Menurut Buddha Gotama, 'Atta' (hanyalah ilusi pikiran, sehingga) tidak pernah ada" -- Bisa ditunjukkan referensi pernyataan Buddha Gotama seperti itu?

*****

'Atta' jangan didefinisikan secara intelektual, melainkan dirasakan adanya secara eksperiensial. ... Bagi saya, 'atta' itu suatu kesadaran di mana orang menjadi pusat dari eksistensinya, di mana 'atta' itu menjadi pusat (center), dan segala sesuatu yang lain ('a~n~na', orang lain) menjadi obyek-obyek di sekelilingnya (circumference). ... Selama ada kesadaran seperti itu, kesadaran menjadi pusat (center) di tengah-tengah sekelilingnya (circumference), maka itulah 'atta', selama itu pula ada 'atta'.

Saya rasa, pemahaman seperti itu sama dengan apa yang dikatakan Sang Buddha dalam puluhan sutta: "Dalam batin seorang puthujjana selalu ada pikiran: 'Ini milikku, ini aku, ini diri/atta-ku' ('Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti.") ... Jadi 'atta' itu ada di dalam kesadaran seorang puthujjana.

Sebaliknya, Sang Buddha berkata: "Dalam batin seorang yang bebas (arahat), tidak ada lagi pikiran seperti itu ('N'etam mama, n'eso hamasmi, n'eso me atta 'ti.") ... Jadi, dalam batin seorang yang bebas, 'atta' yang sebelumnya ada (ketika batinnya belum bebas) sekarang lenyap.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 09:45:55 AM
Mengenai "usaha", kalau saya ambil kesimpulan adalah:
-Dari pihak "tanpa usaha", adalah merupakan proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan (atau meninggalkan awal). Dalam meditasi ditinggalkan sebab "tujuan" sendiri adalah hasil ilusi pikiran sendiri.
-Dari pihak "dengan usaha", adalah proses pengkondisian sebelum meditasi terjadi (seperti datang dan duduk meditasi), ataupun juga proses untuk "mempertahankan apa yang sudah ada" (misalnya, tetap sadar, tidak ngantuk).
Tolong dikoreksi kalo keliru.

Yang dipermasalahkan adalah: apakah DI DALAM kesadaran vipassana (bukan di dalam kesadaran pikiran yang bersiap-siap untuk ber-vipassana) itu sendiri ada usaha atau tidak. Ini menyangkut konsentrasi, apakah di dalam kesadaran vipassana ada konsentrasi atau tidak. Saya bilang tidak.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 25 August 2008, 09:57:55 AM
Kainyn_Kutho: " 'Atta' dalam sutta merujuk pada kepercayaan pada inti diri yang kekal tidak berubah." -- Bisa ditunjukkan referensi definisi 'atta' seperti itu?

Kainyn_Kutho: "Menurut Buddha Gotama, 'Atta' (hanyalah ilusi pikiran, sehingga) tidak pernah ada" -- Bisa ditunjukkan referensi pernyataan Buddha Gotama seperti itu?

Saya cari dulu, mungkin agak lama, karena saya tidak hafal.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 25 August 2008, 10:28:40 AM
'Atta' jangan didefinisikan secara intelektual, melainkan dirasakan adanya secara eksperiensial. ... Bagi saya, 'atta' itu suatu kesadaran di mana orang menjadi pusat dari eksistensinya, di mana 'atta' itu menjadi pusat (center), dan segala sesuatu yang lain ('a~n~na', orang lain) menjadi obyek-obyek di sekelilingnya (circumference). ... Selama ada kesadaran seperti itu, kesadaran menjadi pusat (center) di tengah-tengah sekelilingnya (circumference), maka itulah 'atta', selama itu pula ada 'atta'.

Saya rasa, pemahaman seperti itu sama dengan apa yang dikatakan Sang Buddha dalam puluhan sutta: "Dalam batin seorang puthujjana selalu ada pikiran: 'Ini milikku, ini aku, ini diri/atta-ku' ('Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti.") ... Jadi 'atta' itu ada di dalam kesadaran seorang puthujjana.

Sebaliknya, Sang Buddha berkata: "Dalam batin seorang yang bebas (arahat), tidak ada lagi pikiran seperti itu ('N'etam mama, n'eso hamasmi, n'eso me atta 'ti.") ... Jadi, dalam batin seorang yang bebas, 'atta' yang sebelumnya ada (ketika batinnya belum bebas) sekarang lenyap.

Ya, maksudnya itu. "Atta" itu tidak ada, yang ada hanyalah "anggapan/kepercayaan tentang adanya atta". Jadi "atta" itu bukan "ada kemudian hilang (ketika disadari)", tetapi ketika belum sadar, orang berpikir bahwa "atta itu ada", dan jika sudah menyadari, maka dia menyadari tidak ada yang bisa disebut sebagai "atta" ketika tidak ada lagi pembentukan konsep oleh pikiran.

Dalam Samyutta Nikaya, Khanda Vagga 151, dikatakan "... kesadaran akan bentuk, menggenggamnya, terus menerus ditopang olehnya, suatu pandangan muncul pada seseorang, 'inilah atta (eso atta), inilah dunia, saya akan kekal, stabil dan tidak berubah..." 
Begitu juga dengan kesadaran akan persepsi, perasaan dan bentukan pikiran, ketika orang menggenggamnya, maka pandangan muncul pada seseorang "inilah atta (aku)". Sedangkan dikatakan bahwa bentuk, persepsi, perasaan, bentukan pikiran adalah tidak kekal.
Jadi, "atta" di sini sebetulnya tidak ada, tidak menggerakkan pikiran, tetapi suatu pandangan yang muncul karena keterkondisian.

Dari sinilah maksud saya bahwa "aku" dalam penjelasan Pak Hudoyo bahwa "pikiran bersumber dari gerak si aku" berbeda dengan definisi "atta/aku" yang sebetulnya hanyalah sebuah pandangan (ilusi dari orang yang belum mencapai kesucian).

Kalau menurut dugaan saya, definisi "aku" dari Pak Hudoyo adalah sama dengan "keterkondisian pikiran yang memunculkan pandangan 'atta'" pada sutta.


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 12:34:49 PM
Ya, maksudnya itu. "Atta" itu tidak ada, yang ada hanyalah "anggapan/kepercayaan tentang adanya atta". Jadi "atta" itu bukan "ada kemudian hilang (ketika disadari)", tetapi ketika belum sadar, orang berpikir bahwa "atta itu ada", dan jika sudah menyadari, maka dia menyadari tidak ada yang bisa disebut sebagai "atta" ketika tidak ada lagi pembentukan konsep oleh pikiran.
Dalam Samyutta Nikaya, Khanda Vagga 151, dikatakan "... kesadaran akan bentuk, menggenggamnya, terus menerus ditopang olehnya, suatu pandangan muncul pada seseorang, 'inilah atta (eso atta), inilah dunia, saya akan kekal, stabil dan tidak berubah..." 
Begitu juga dengan kesadaran akan persepsi, perasaan dan bentukan pikiran, ketika orang menggenggamnya, maka pandangan muncul pada seseorang "inilah atta (aku)". Sedangkan dikatakan bahwa bentuk, persepsi, perasaan, bentukan pikiran adalah tidak kekal.
Jadi, "atta" di sini sebetulnya tidak ada, tidak menggerakkan pikiran, tetapi suatu pandangan yang muncul karena keterkondisian.
Dari sinilah maksud saya bahwa "aku" dalam penjelasan Pak Hudoyo bahwa "pikiran bersumber dari gerak si aku" berbeda dengan definisi "atta/aku" yang sebetulnya hanyalah sebuah pandangan (ilusi dari orang yang belum mencapai kesucian).
Kalau menurut dugaan saya, definisi "aku" dari Pak Hudoyo adalah sama dengan "keterkondisian pikiran yang memunculkan pandangan 'atta'" pada sutta.

Tidak perlu memperdebatkan 'atta' itu ada atau tidak ada. Sang Buddha ditanya oleh Vacchagotta, apakah 'atta' itu ada atau tidak ada; beliau tidak mau menyatakan apakah 'atta' itu ada atau tidak ada.

Anda melihat 'atta' itu sebagai paham metafisikal, dan terperosok ke dalam kontroversi 'atta' itu ada atau tidak ada. ... Saya melihat bahwa 'atta' itu kesadaran eksperiensial puthujjana yang melekat pada badan & batin ini; 'atta' itu selalu ada dalam pikiran seorang puthujjana seperti Anda dan saya.

Justru dalam Samyutta Nikaya, Khandha-vagga 151 ("Eso atta") yang Anda kutip itu, Sang Buddha juga menegaskan bahwa 'atta' itu muncul karena puthujjana melekat pada badan & batin (nama-rupa) ini. ... Pada akhir sutta itu, Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu, seorang siswa ariya (Sotapanna ke atas), melihat ini, berpaling dari nama-rupa; berpaling, ia tidak berminat lagi, dan terbebaskan. Terbebaskan, ia tahu: 'Aku terbebaskan, kelahiran kembali  telah runtuh, kehidupan suci telah sempurna, selesai sudah apa yang harus dikerjakan, tidak ada lagi yang perlu dikerjakan." -- ["Eva.m passa.m, bhikkhave, sutavaa, ariyasaavako ruupasmimpi nibbindati, vedanaapi nibbindati, sa~n~naayapi nibbindati, sa.nkhaaresupi nibbindati, vi~n~naa.nasmimpi nibbindati. Nibbinda.m virajjati. Viraagaa vimuccati. Vimuttasmi.m, vimuttami'ti ~naa.na.m hoti. Khii.naa jaati, vusita.m brahmacariya.m, kata.m kara.niiya.m, naapara.m itthattaayaa'ti pajaanaatii'ti."]

Demikianlah seorang arahat tidak berdebat tentang 'atta' itu ada atau tidak ada, melainkan "berpaling dari nama-rupa".

Maka, tafsiran Anda terhadap sutta itu: "Jadi, 'atta' di sini sebetulnya tidak ada, tidak menggerakkan pikiran, tetapi suatu pandangan yang muncul karena keterkondisian," sama sekali tidak relevan bagi seorang arahat dan bagi siapa saja yang berlatih (sekha). ... Sekali lagi, bagi seorang yang berlatih, yang penting adalah 'berpaling dari nama-rupa', bukan memperdebatkan 'atta' itu ada atau tidak ada. ... Menurut hemat saya, perdebatan seperti itu hanya perbuatan orang iseng yang tidak berminat terhadap 'berpaling dari nama-rupa', yang tidak berminat terhadap pembebasan, dan hanya ingin memuaskan intelektualitasnya saja yang adalah perwujudan dari 'atta'-nya yang paling halus tapi paling kuat.

Kemudian, pernyataan Anda: "... penjelasan Pak Hudoyo bahwa 'pikiran bersumber dari gerak si aku'..." menunjukkan bahwa Anda sama sekali tidak mengerti apa yang saya ajarkan. ... Di mana saya pernah mengajarkan seperti itu, bisa ditunjukkan? ... Justru sebaliknya, saya mengikuti ajaran Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta (yang juga dikonfirmasikan oleh disiplin psikologi di zaman modern ini), bahwa justru "pikiran yang bergeraklah yang menciptakan aku", bukan sebaliknya "pikiran bersumber dari gerak si aku" seperti penangkapan Anda terhadap apa yang saya ajarkan. ... Jika pikiran diam, maka aku pun lenyap.

Pernyataan Anda yang terakhir, "Definisi "aku" dari Pak Hudoyo adalah sama dengan "keterkondisian pikiran yang memunculkan pandangan 'atta' pada sutta," itu yang betul; kok bisa terbalik dari pernyataan Anda dalam kalimat sebelumnya? :) ... Perlu Anda catat bahwa pikiran puthujjana SELALU terkondisi ... tidak pernah pikiran puthujjana, seperti Anda dan saya, tidak terkondisi.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 25 August 2008, 01:32:49 PM
Kemudian, pernyataan Anda: "... penjelasan Pak Hudoyo bahwa 'pikiran bersumber dari gerak si aku'..." menunjukkan bahwa Anda sama sekali tidak mengerti apa yang saya ajarkan. ... Di mana saya pernah mengajarkan seperti itu, bisa ditunjukkan? ... Justru sebaliknya, saya mengikuti ajaran Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta (yang juga dikonfirmasikan oleh disiplin psikologi di zaman modern ini), bahwa justru "pikiran yang bergeraklah yang menciptakan aku", bukan sebaliknya "pikiran bersumber dari gerak si aku" seperti penangkapan Anda terhadap apa yang saya ajarkan. ... Jika pikiran diam, maka aku pun lenyap.

Oh, kalo gitu saya salah ingat.  ;D Yang saya ingat Pak Hudoyo bilang "si aku yang menggerakkan pikiran".  ^:)^
Mungkin karena saya salah menangkap tulisan ini:

dalam MMD, disadari bahwa setiap kali pikiran bergerak, termasuk pikiran yang berteori itu, itu tidak lebih dari atta yang bergerak ...

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 04:00:15 PM
Oh, kalo gitu saya salah ingat.  ;D Yang saya ingat Pak Hudoyo bilang "si aku yang menggerakkan pikiran".  ^:)^

hehe ... :) ... kalau salah paham, ya alami, tidak apa-apa; sudah saya betulkan, bukan ... :) ... Anumodana atas pengertian Anda.  _/\_

Quote
Mungkin karena saya salah menangkap tulisan ini:
dalam MMD, disadari bahwa setiap kali pikiran bergerak, termasuk pikiran yang berteori itu, itu tidak lebih dari atta yang bergerak ...

Saya sering men-sinonim-kan pikiran dengan aku/atta. ... Sekalipun atta/diri itu baru muncul pada langkah #3, dan baru benar-benar terpisah & berhadapan dengan obyek pada langkah #4 dari proses pikiran (lihat: Mulapariyaya-sutta) ... sedangkan pikiran itu sendiri (yang mengidentifikasi, memilah-milah, memberi label) sudah muncul pada langkah #2 ... tetapi karena dalam praktik vipassana MMD biasanya seluruh proses pikiran mulai langkah #2 sampai langkah #6 itu terlihat terjadi seolah-olah serentak ... maka saya sering men-sinonim-kan atta/diri/aku dengan pikiran, tapi saya selalu mulai dengan pikiran: "Begitu pikiran muncul, aku pun muncul ... begitu pikiran diam, aku pun diam ..." ... Saya tidak pernah mengatakan sebaliknya: "Pikiran muncul kalau aku muncul; pikiran diam kalau aku diam." ... Di sini jelas, mana yang sebab mana yang akibat, mana yang primer mana yang sekunder, mana yang duluan mana yang belakangan.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 25 August 2008, 04:21:50 PM
"Sebenarnya" Pikiran itu bukan Aku kan pak? *just confirming*
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 04:26:04 PM
 [at] Sumedho

Kenapa bertanya demikian? ... :)) ... Menurut Mulapariyaya-sutta, SETIAP KALI pikiran muncul dalam batin puthujjana, aku pun muncul.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Mr. Wei on 25 August 2008, 04:32:23 PM
Setiap pikiran dalam puthujana muncul = aku muncul.
Berarti pikiran tidak sama dengan aku donk?
Ngmg2, apakah arahat masih mempunyai pikiran?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 04:40:48 PM
 [at] Wei

Sebaiknya istilah 'pikiran' dibatasi untuk proses yang diuraikan dalam Mulapariyaya-sutta saja. Kalau tidak, diskusi tentang pikiran akan kacau balau. ... Dalam pengertian 'pikiran' seperti dalam Mulapariyaya-sutta, maka para arahat/Buddha tidak 'berpikir' lagi. Itu jelas-jelas dinyatakan dalam Mulapariyaya-sutta. ... Tapi mereka tetap bisa bicara, berkhotbah dsb, sekalipun tidak ada pikiran dan atta/diri/aku lagi. ... Apa yang menggerakkannya? ... Itu adalah misteri, yang tidak bisa diselami oleh pikiran puthujjana. ... Saya hanya bisa merujuk pada Udana 8.3: "Ada SESUATU yang tidak dilakhirkan, tidak tercipta, tidak terbentuk, tidak terkondisi." ["ATTHI, bhikkhave, ajata.m, akata.m, abhuta.m, asa.nkhata.m ..."] ... Mungkin itu kunci pendekatannya. ... Tetapi, sekali lagi, pendekatan yang paling tepat adalah pendekatan eksperiensial (mengalami sendiri) ... bukan pendekatan intelektual.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 25 August 2008, 04:43:58 PM
namanya Lau Mu yah pak :P ;D
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 25 August 2008, 04:45:07 PM
 [at] Hudoyo:

cuma utk memastikan saja pak hehehhe.

Karena utk pemula nanti bisa terjerumus bahwa, pikiran itulah si Atta/aku/diri. Padahal dalam anattalakhana sutta dijelaskan pikiran itu bukan atta/aku/diri
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 04:45:37 PM
 [at] Nyanadhana

Apa itu "Lau Mu"? ... Saya belum tahu, mohon referensinya. Tks
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Mr. Wei on 25 August 2008, 04:46:19 PM
Lau Mu=Tuhannya aliran Maitreya
Title: I-Kuan Tao?
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 05:37:22 PM
Lau Mu=Tuhannya aliran Maitreya

"Maitreya" mana? I-Kuan Tao? ... Saya tidak tahu apa-apa tentang kelompok itu. ... Ini yang saya peroleh dari Wikipedia:

- I-Kuan Tao, also Yi Guan Dao, or usually initialized as IKT (一貫道, translated as the The pervasive Truth) is a new religious movement that originated in twentieth-century China. It incorporates much older elements from Confucianism, Taoism, and Chinese Buddhism, and recognizes the validity of non-Chinese religious traditions such as Christianity and Islam as well.
- Because of the name, I-Kuan Tao is often assumed to be Taoist, ... However its history, teachings, practices, and leadership are different from those of either the "elite" forms of Taoist religion ... or the Chinese folk religion of the masses. In the same way, I-Kuan Tao differs from, and yet also resembles, Confucianism and Chinese Buddhism.
- Ming Ming Shang Ti (明明上帝), "Clear (Luminous) Emperor on High" — analogous to the Judeo-Christian God. Also referred to as Wuji Laomu (無極老母), the "Ancient Mother of Limitless Heaven". She (or he) is the high being who transcends all the lesser gods of the Chinese pantheon. The roughly translated full name of this deity is The Bright Illustrious Almighty Eternal Pure Tranquil Void Utmost Sacred and Revered, The Lord of all beings in the entire Universe. It is not Buddha.
- Maitreya (彌勒佛), the next Buddha to succeed the historical Sakyamuni Buddha and who has come already according to I-Kuan Tao; Maitreya was reincarnated as Lu Zhong Yi. ... dll dll
- Teachers:
* Lu Zhong Yi (路中一), the 17th Patriarch of I-Kuan Tao. He was believed to be the incarnation of Maitreya. He attained the title in 1905 when God mandated him to continue the Tao lineage.
* Zhang Tian Ran (張天然), made the name I-Kuan Tao official, was the 18th patriarch. He was believed to be the incarnation of Ji Gong, and became Tianran Ancient Buddha after his passing.
* Sun Su Zhen (孫素真), the I-Kuan Tao 18th matriarch and the wife in name to Zhang Tian Ran. She was believed to be the incarnation of Yue Hui Bodhisattva and became the Holy Mother of the Chinese after her passing.
Practices:
I-Kuan Tao represents a moralistic society, with objective to help save all human from the last calamity. The members are encouraged to follow morality practices such as:
* The "five ethics" and "eight virtues" (from Confucianism)
* Vegetarianism, and abstinence from alcohol and tobacco (as in Chinese Buddhism)
* Initiation of new member into "Tao" (analogous to Buddha nature in Ch'an)
* Daily prayer (2~3 times)
* Attending religious classes, ceremony or Moralistic Lecture, which also include Ceremony of Offerings, Prayers, etc.
* Chanting scriptures (as in all Chinese religious movements and faiths)
Followers of I-Kuan Tao are encouraged to help bring and initiate new members, practice vegetarianism and open temples or shrines at their homes.

Kesan saya: ini aliran sinkretistik yang tidak bisa disamakan dengan Buddhisme saja, atau Taoisme saja, atau Konfusianisme saja. Selain itu terdapat kesan suatu kultus pribadi (personal cult) yang kuat. ...

Yang jelas, menanggapi Rekan Nyanadhana, Lau Mu tidak bisa disamakan dengan apa yang dimaksud Sang Buddha dalam Udana 8.3.

Saran saya: biarkan saja kelompok ini hidup damai dalam dunia mereka sendiri, selama tidak mengganggu umat Buddha yang lain.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 05:46:04 PM
[at] Hudoyo:
... Padahal dalam anattalakhana sutta dijelaskan pikiran itu bukan atta/aku/diri

Mohon dikutipkan di bagian mana dari Anattalakkhana-sutta? Tks
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 25 August 2008, 06:42:31 PM
[at] pak hudoyo,

apakah mencapai khanikha samadhi dikatakan mencapai pencerahan ? Dalam cerita Master Hui Neng, dikatakan Hui Neng pada awalnya mencapai "pengertian" sewaktu mendengar seorang biksu pengelana yang membacakan sutra Intan. Dan mencapai "pencerahan sempurna" sewaktu Master Hong Ren mengulangi Sutra Intan.

menurut pengalaman bapak, apakah ada yang disebut dengan pencerahan kecil (atau semacam satori/AHA ??) dan ada pencerahan besar atau pencerahan sempurna ?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fran on 25 August 2008, 09:21:50 PM
Sepertinya melihat objek itu mobil mewah adalah mobil mewah, terdapat atta/aku yg sangat kuat dlm melihatnya karna jika ada yg tidak sependapat dgn apa yg kita lihat, maka pikiran kita akan segera bereaksi..
Mengapa si A mengatakan itu mobil sederhana ? Padahal jelas2 saya melihat apa adanya itu adalah mobil mewah, kog bisa ya dia mengatakan seperti itu, apa saya yg salah ato dia yg salah ya, sebenarnya itu mobil mewah atau kagak sih..
Mengapa si B mengatakan itu bus mewah ? Padahal jelas2 saya melihat apa adanya itu adalah mobil, bukan bus..
dst...

Di dalam melihat mobil mewah sebagai mobil mewah tanpa reaksi pikiran, tidak ada atta lagi.

.....

Ini kacau.. Bagaimana mungkin bisa melihat mobil mewah sbg mobil mewah tanpa reaksi pikiran dan tidak ada atta lagi ?
alasannya :
1) Melihat mobil mewah sbg mobil mewah saja uda diliputi atta yg kuat karna aku berpendapat bhw aku melihat itu sbg mobil mewah lho (kalo lo mao bilang itu bukan mobil mewah yg terserah elo, gue kan melihatnya tanpa atta lagi)..
2) Apabila tiba2 mobil itu tertimpa pohon dan ringsek, apakah kita masih melihatnya sbg mobil mewah ?
Jika iya, berarti atta(ego) kita semakin kuat, karna kita tidak mao menerima kenyataan akan perubahan (anicca)..
Jika tidak (itu bukan mobil mewah lagi, tp mobil ringsek), berarti pikiran kita bereaksi akan terjadinya perubahan itu..

Seandainya kita melihat mobil mewah itu anicca, maka meskipun mobil mewah itu ringsek atau tidak, hal itu tidak akan mempengaruhi pikiran kita lagi (pikiran tdk akan bereaksi karna sebelumnya telah melihat mobil mewah sbg anicca apa adanya)..



Melihat objek itu sebagai objek, sangatlah berbahaya..
Sebenarnya, tanpa perlu dipelajari, dibahas, diajarkan, direnungkan, pada dasarnya setiap org itu melihat objek itu sbg objek.. itulah sumber penderitaan..





Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 25 August 2008, 09:51:48 PM
[at] Hudoyo:
... Padahal dalam anattalakhana sutta dijelaskan pikiran itu bukan atta/aku/diri

Mohon dikutipkan di bagian mana dari Anattalakkhana-sutta? Tks

ini Pak Hud potongannya

Quote from: http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn22/sn22.059.than.html
...
"Wujud, para bhikkhu, adalah bukan diri. Jika wujud adalah diri, wujud ini tidak akan membiarkan dirinya untuk tidak nyaman. Akan mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan wujud, 'Wujud ini demikian. Wujud ini tidak demikian.' Tetapi karena wujud bukan diri, wujud membiarkan dirinya untuk tidak nyaman. Dan tidak mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan wujud, 'Wujud ini jadi demikian. Wujud ini tidak jadi demikian.'

"Sensasi bukanlah diri...

"Persepsi bukanlah diri...

"Bentukan [batin] bukanlah diri...

"Kesadaran bukanlah diri. Jika kesadaran adalah diri, kesadaran ini tidak akan membiarkan dirinya untuk tidak nyaman. Adalah mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan kesadaran, 'Kesadaranku demikian. Kesadaranku tidak demikian.' Tetapi karena kesadaran bukan diri, kesadaran membiarkan dirinya menjadi tidak nyaman. Dan tidak mungkin [untuk mengatakan] berhubungan dengan kesadaran, 'Kesadaranku jadi demikian. Kesadaranku tidak jadi demikian.'
...

Di mulapariyaya sutta nya mohon bantuannya jg pak hud utk dikutipkan. thanks juga.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Mr. Wei on 25 August 2008, 10:50:41 PM
Lau Mu=Tuhannya aliran Maitreya

"Maitreya" mana? I-Kuan Tao? ... Saya tidak tahu apa-apa tentang kelompok itu. ... Ini yang saya peroleh dari Wikipedia:

- I-Kuan Tao, also Yi Guan Dao, or usually initialized as IKT (一貫道, translated as the The pervasive Truth) is a new religious movement that originated in twentieth-century China. It incorporates much older elements from Confucianism, Taoism, and Chinese Buddhism, and recognizes the validity of non-Chinese religious traditions such as Christianity and Islam as well.
- Because of the name, I-Kuan Tao is often assumed to be Taoist, ... However its history, teachings, practices, and leadership are different from those of either the "elite" forms of Taoist religion ... or the Chinese folk religion of the masses. In the same way, I-Kuan Tao differs from, and yet also resembles, Confucianism and Chinese Buddhism.
- Ming Ming Shang Ti (明明上帝), "Clear (Luminous) Emperor on High" — analogous to the Judeo-Christian God. Also referred to as Wuji Laomu (無極老母), the "Ancient Mother of Limitless Heaven". She (or he) is the high being who transcends all the lesser gods of the Chinese pantheon. The roughly translated full name of this deity is The Bright Illustrious Almighty Eternal Pure Tranquil Void Utmost Sacred and Revered, The Lord of all beings in the entire Universe. It is not Buddha.
- Maitreya (彌勒佛), the next Buddha to succeed the historical Sakyamuni Buddha and who has come already according to I-Kuan Tao; Maitreya was reincarnated as Lu Zhong Yi. ... dll dll
- Teachers:
* Lu Zhong Yi (路中一), the 17th Patriarch of I-Kuan Tao. He was believed to be the incarnation of Maitreya. He attained the title in 1905 when God mandated him to continue the Tao lineage.
* Zhang Tian Ran (張天然), made the name I-Kuan Tao official, was the 18th patriarch. He was believed to be the incarnation of Ji Gong, and became Tianran Ancient Buddha after his passing.
* Sun Su Zhen (孫素真), the I-Kuan Tao 18th matriarch and the wife in name to Zhang Tian Ran. She was believed to be the incarnation of Yue Hui Bodhisattva and became the Holy Mother of the Chinese after her passing.
Practices:
I-Kuan Tao represents a moralistic society, with objective to help save all human from the last calamity. The members are encouraged to follow morality practices such as:
* The "five ethics" and "eight virtues" (from Confucianism)
* Vegetarianism, and abstinence from alcohol and tobacco (as in Chinese Buddhism)
* Initiation of new member into "Tao" (analogous to Buddha nature in Ch'an)
* Daily prayer (2~3 times)
* Attending religious classes, ceremony or Moralistic Lecture, which also include Ceremony of Offerings, Prayers, etc.
* Chanting scriptures (as in all Chinese religious movements and faiths)
Followers of I-Kuan Tao are encouraged to help bring and initiate new members, practice vegetarianism and open temples or shrines at their homes.

Kesan saya: ini aliran sinkretistik yang tidak bisa disamakan dengan Buddhisme saja, atau Taoisme saja, atau Konfusianisme saja. Selain itu terdapat kesan suatu kultus pribadi (personal cult) yang kuat. ...

Yang jelas, menanggapi Rekan Nyanadhana, Lau Mu tidak bisa disamakan dengan apa yang dimaksud Sang Buddha dalam Udana 8.3.

Saran saya: biarkan saja kelompok ini hidup damai dalam dunia mereka sendiri, selama tidak mengganggu umat Buddha yang lain.

Salam,
hudoyo

Iya, Lao mu yg dimaksud nyana adalah tuhan dari Yi Guan Dao (I Kuan Tao)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 25 August 2008, 10:52:31 PM
Ini kacau.. Bagaimana mungkin bisa melihat mobil mewah sbg mobil mewah tanpa reaksi pikiran dan tidak ada atta lagi ?
alasannya :
1) Melihat mobil mewah sbg mobil mewah saja uda diliputi atta yg kuat karna aku berpendapat bhw aku melihat itu sbg mobil mewah lho (kalo lo mao bilang itu bukan mobil mewah yg terserah elo, gue kan melihatnya tanpa atta lagi)..
2) Apabila tiba2 mobil itu tertimpa pohon dan ringsek, apakah kita masih melihatnya sbg mobil mewah ?
Jika iya, berarti atta(ego) kita semakin kuat, karna kita tidak mao menerima kenyataan akan perubahan (anicca)..
Jika tidak (itu bukan mobil mewah lagi, tp mobil ringsek), berarti pikiran kita bereaksi akan terjadinya perubahan itu..

Tulisan Anda di atas menunjukkan bahwa Anda tidak mengerti proses terjadinya pikiran & munculnya atta/aku. Pelajari dulu Mulapariyaya-sutta sebelum bicara tentang meditasi vipassana ... Tampak juga bahwa Anda tidak pernah bermeditasi vipassana atau mendapat manfaat dari meditasi vipassana.

Melihat 'mobil mewah' adalah gerak pikiran menanggapi adanya rangsangan yang masuk melalui mata, gerak pikiran yang mulai mengindentifikasi, memberi label, memilah-milah, memberi sifat dsb (langkah #2) ... di situ belum muncul atta/aku ... Baru pada langkah selanjutnya muncul atta/aku (langkah #3) ... yang menghadapi 'mobil mewah' itu sebagai subyek menghadapi obyek (langkah #4) ... Kemudian barulah atta/aku membentuk hubungan dengan obyek ("ingin memiliki")(langkah #5) ... dan muncul perasaan dalam hubungan itu (bersenang hati, iri hati dsb). ...

Quote
Seandainya kita melihat mobil mewah itu anicca, maka meskipun mobil mewah itu ringsek atau tidak, hal itu tidak akan mempengaruhi pikiran kita lagi (pikiran tdk akan bereaksi karna sebelumnya telah melihat mobil mewah sbg anicca apa adanya)..

Melihat segala sesuatu sebagai "anicca" bukanlah 'melihat apa adanya', melainkan 'melihat dengan konsep'.

Quote
Melihat objek itu sebagai objek, sangatlah berbahaya..
Sebenarnya, tanpa perlu dipelajari, dibahas, diajarkan, direnungkan, pada dasarnya setiap org itu melihat objek itu sbg objek.. itulah sumber penderitaan..

Tolong ditunjukkan di mana Sang Buddha mengajarkan "melihat obyek sebagai obyek sangat berbahaya"! ... Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Anda tidak pernah bermeditasi vipassana sama sekali. ... Sang Buddha mengajarkan, 'di dalam melihat hanya ada yang terlihat ... di dalam mendengar hanya ada yang terdengar ... dsb."

Tolong ditunjukkan di mana Sang Buddha mengajarkan "melihat obyek sebagai obyek itu sumber penderitaan"! ... Sasng Buddha mengajarkan, sumber penderitaan bukan 'melihat apa adanya', melainkan 'melihat disertai keinginan (tanha).'

Rekan Fran, tampaknya Anda mempunyai pandangan yang aneh sekali tentang vipassana ... Saya tunggu sekali lagi posting Anda, untuk melihat apakah ada kemajuan atau tidak. ... Kalau tidak ada kemajuan, saya akan berhenti melayani Anda.

Salam,
hudoyo

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sumedho on 26 August 2008, 06:55:13 AM
diskusi anattalakkhana sutta dilanjutkan ke sini
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4252.0
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: K.K. on 26 August 2008, 08:47:53 AM
hehe ... :) ... kalau salah paham, ya alami, tidak apa-apa; sudah saya betulkan, bukan ... :) ... Anumodana atas pengertian Anda.  _/\_
Anumodana juga atas pengertiannya (bahwa saya bukan Bhante Ananda)!  _/\_
Kalau urutannya begitu, berarti sama dengan yang saya mengerti, jadi tidak ada pertanyaan lagi.


Quote
Saya sering men-sinonim-kan pikiran dengan aku/atta. ... Sekalipun atta/diri itu baru muncul pada langkah #3, dan baru benar-benar terpisah & berhadapan dengan obyek pada langkah #4 dari proses pikiran (lihat: Mulapariyaya-sutta) ... sedangkan pikiran itu sendiri (yang mengidentifikasi, memilah-milah, memberi label) sudah muncul pada langkah #2 ... tetapi karena dalam praktik vipassana MMD biasanya seluruh proses pikiran mulai langkah #2 sampai langkah #6 itu terlihat terjadi seolah-olah serentak ... maka saya sering men-sinonim-kan atta/diri/aku dengan pikiran, tapi saya selalu mulai dengan pikiran: "Begitu pikiran muncul, aku pun muncul ... begitu pikiran diam, aku pun diam ..." ... Saya tidak pernah mengatakan sebaliknya: "Pikiran muncul kalau aku muncul; pikiran diam kalau aku diam." ... Di sini jelas, mana yang sebab mana yang akibat, mana yang primer mana yang sekunder, mana yang duluan mana yang belakangan.
Ini juga sudah dijelaskan bahwa maksud "semua pikiran bergerak membentuk atta" adalah untuk puthujjana. Jadi saya tidak tanya lagi, walaupun menurut saya sebetulnya walaupun masih puthujjana, (walaupun memang hampir semua, tapi) tidak 100% gerak pikirannya membentuk atta.
Title: Apa & bagaimana pencerahan itu
Post by: hudoyo on 26 August 2008, 11:11:56 AM
[at] pak hudoyo,
apakah mencapai khanikha samadhi dikatakan mencapai pencerahan ? Dalam cerita Master Hui Neng, dikatakan Hui Neng pada awalnya mencapai "pengertian" sewaktu mendengar seorang biksu pengelana yang membacakan sutra Intan. Dan mencapai "pencerahan sempurna" sewaktu Master Hong Ren mengulangi Sutra Intan.
menurut pengalaman bapak, apakah ada yang disebut dengan pencerahan kecil (atau semacam satori/AHA ??) dan ada pencerahan besar atau pencerahan sempurna ?

Yang disebut pencerahan adalah pemahaman (mengenai sesuatu hal) yang terjadi secara mendadak tanpa melalui proses pikiran. Pencerahan atau pemahamannya sendiri terjadi seketika, ketika pikiran berhenti; tetapi 'tahu' akan pencerahan itu terjadi pada momen berikutnya setelah pencerahan, ketika pikiran bergerak lagi. Itulah yang Anda maksud dengan "Aha!"-nya Satori. ...

Pencerahan itu bermacam-macam. Yang paling sering dialami adalah pencerahan yang terjadi ketika orang berpikir keras tentang satu soal ... lalu menyerah, berhenti berpikir ... dan tiba-tiba solusi persoalan itu muncul sebagai pencerahan. ... Ada pencerahan yang dipicu oleh mendengar sesuatu khotbah yang memang mencerahkan ... atau dipicu oleh melihat pemandangan alam, dsb. ... Ada pula pencerahan tentang hal-hal baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya ... Pencerahan yang tertinggi (terdalam) ialah khanika-samadhi, runtuhnya pikiran & si aku untuk waktu yang relatif lama (bukan hanya beberapa momen). ... Khanika-samadhi ini yang kelak akan menghasilkan pembebasan permanen, yang adalah pencerahan sempurna; tapi sejak orang masuk ke dalam khanika-samadhi dirinya dan pikirannya (perasaannya, kehendaknya dsb) tidak ada lagi (kecuali ia keluar lagi dari khanika-samadhi).

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 26 August 2008, 11:17:01 AM
Ini juga sudah dijelaskan bahwa maksud "semua pikiran bergerak membentuk atta" adalah untuk puthujjana. Jadi saya tidak tanya lagi, walaupun menurut saya sebetulnya walaupun masih puthujjana, (walaupun memang hampir semua, tapi) tidak 100% gerak pikirannya membentuk atta.

Gerak pikiran tidak membentuk atta kalau ia berhenti pada langkah #2 (dari Mulapariyaya-sutta) saja. Atta baru muncul pada langkah #3, dan baru jelas terpisah dari obyek pada langkah #4. ... Tapi menurut pengalaman saya 'gerak pikiran tanpa atta' itu hanya teori saja. ... Biasanya yang terjadi dalam meditasi vipassana, pikiran bergerak sepenuhnya (langkah #2 s.d. #6), biarpun hanya sesaat ... atau pikiran sama sekali tidak bergerak (khanika-samadhi), di mana tidak ada aku lagi (untuk sementara).
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: dilbert on 26 August 2008, 11:35:58 AM
[at] pak hudoyo,
apakah mencapai khanikha samadhi dikatakan mencapai pencerahan ? Dalam cerita Master Hui Neng, dikatakan Hui Neng pada awalnya mencapai "pengertian" sewaktu mendengar seorang biksu pengelana yang membacakan sutra Intan. Dan mencapai "pencerahan sempurna" sewaktu Master Hong Ren mengulangi Sutra Intan.
menurut pengalaman bapak, apakah ada yang disebut dengan pencerahan kecil (atau semacam satori/AHA ??) dan ada pencerahan besar atau pencerahan sempurna ?

Yang disebut pencerahan adalah pemahaman (mengenai sesuatu hal) yang terjadi secara mendadak tanpa melalui proses pikiran. Pencerahan atau pemahamannya sendiri terjadi seketika, ketika pikiran berhenti; tetapi 'tahu' akan pencerahan itu terjadi pada momen berikutnya setelah pencerahan, ketika pikiran bergerak lagi. Itulah yang Anda maksud dengan "Aha!"-nya Satori. ...

Pencerahan itu bermacam-macam. Yang paling sering dialami adalah pencerahan yang terjadi ketika orang berpikir keras tentang satu soal ... lalu menyerah, berhenti berpikir ... dan tiba-tiba solusi persoalan itu muncul sebagai pencerahan. ... Ada pencerahan yang dipicu oleh mendengar sesuatu khotbah yang memang mencerahkan ... atau dipicu oleh melihat pemandangan alam, dsb. ... Ada pula pencerahan tentang hal-hal baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya ... Pencerahan yang tertinggi (terdalam) ialah khanika-samadhi, runtuhnya pikiran & si aku untuk waktu yang relatif lama (bukan hanya beberapa momen). ... Khanika-samadhi ini yang kelak akan menghasilkan pembebasan permanen, yang adalah pencerahan sempurna; tapi sejak orang masuk ke dalam khanika-samadhi dirinya dan pikirannya (perasaannya, kehendaknya dsb) tidak ada lagi (kecuali ia keluar lagi dari khanika-samadhi).

Salam,
hudoyo

anumodana atas penjelasannya.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fran on 27 August 2008, 01:51:07 AM
Melihat segala sesuatu sebagai "anicca" bukanlah 'melihat apa adanya', melainkan 'melihat dengan konsep'..
Jika demikian adanya maka hal ini juga berlaku, jika Melihat segala sesuatu dgn meditasi vipassana bukanlah 'melihat apa adanya', melainkan 'melihat dengan konsep'..


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: luis on 27 August 2008, 06:28:58 AM
Sang Buddha mengatakan dalam salah satu sutta di Samyutta Nikaya yang isinya kurang lebih mengatakan bahwa Dhamma yang Beliau ajarkan tidak terjadi secara tiba-tiba, semuanya terjadi melalui proses yang bertambah lama bertambah dalam, bagai kemiringan lantai samudera (ocean slope). Mohon kalau ada para netter yang masih ingat nomer suttanya dengan tepat, mohon beritahukan kepada para netter yang lain.

Tentang ocean slope ini dari Anguttara Nikaya 8.157.

Mettacittena,
Luis
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian c on 27 August 2008, 11:35:56 PM
Prinsip prinsip meditasi Vipassana

Rekan rekan netter sekalian, maaf saya tak muncul agak lama karena selain problem  yang dialami oleh komputer saya (kelihatannya windows O.S nya rusak dan tak dapat diperbaiki lagi sehingga harus diformat ulang, jadi hilang semua setting-an dan harus di setting ulang dan kembali meng-install berbagai software). Juga saya rasa menulis artikel sangat menyita waktu karena saya bukan typist yang cepat. Jadi mungkin nantinya saya agak jarang-jarang muncul. Saya menjadi kurang tertarik, karena kadang-kadang menulis artikel mengganggu jadwal rutin saya, diantaranya juga mengganggu jadwal meditasi saya. (saya masuk ke forum ini karena diminta teman).

Selain itu saya juga meminta maaf kepada teman-teman netter sekalian, karena di rubrik Abhidhamma ini saya lebih menekankan Sutta, karena apabila saya memuat artikel meditasi dari sisi Abhidhamma, nanti dianggap bahwa itu berasal dari susunan setelah konsili ketiga,menimbang ultra kritisnya umat Buddha, padahal menurut Bhikkhu dari Yunani yang lama menetap di Srilanka (bhikkhu Nanadassana), yang mengadakan riset mengenai hal ini, beliau mengatakan bahwa semua kitab Abhidhamma kecuali Kathavatthu, sebenarnya merupakan bagian dari Khuddaka Nikaya, dan dipisahkan setelah Sangha Samaya ketiga berdasarkan kedekatan topik, itulah sebabnya pada konsili kedua hanya ada Sutta dan Vinaya, karena  Abhidhamma belum dipisahkan dari Sutta.

Kembali pada pokok bahasan kita kali ini, pengembangan batin (bhavana) ada dua macam, yaitu Samatha (meditasi ketenangan) dan Vipassana meditasi pandangan terang.
Saya yakin semua netter sudah sangat hafal mengenai hal ini, tetapi yang ingin saya tekankan disini adalah. Dalam kedua system meditasi ini Samadhi (konsentrasi) diperlukan agar berkembang, dan Samadhi tidak bisa dicapai secara spontan, samadhi berkembang sesuai bakat (disebabkan parami), usaha yang dilakukan, kondisi yang medukung dsbnya.

Bagi mereka yang melatih Samadhi, maka mereka akan mampu melihat segala sesuatu apa adanya sekarang kita simak khotbah dari Sang Buddha mengenai pentingnya, melatih Samadhi, nanti akan saya jelaskan mengapa hanya orang yang telah memiliki Samadhi yang kuat yang mampu melihat segala sesuatu apa adanya. Saya yakin semua netter disini memiliki bahasa Inggris yang cukup baik,dan memiliki kemampuan bahasa Inggris (minimum secara pasif), ehm…. Untuk lebih jelas… maksudnya saya malas menerjemahkannya karena terlalu panjang, mungkin rekan-rekan yang lain dapat membantu.

"Develop concentration, monks. A concentrated monk discerns things as they actually are present. And what does he discern as it actually is present?
"He discerns, as it actually is present, that 'The eye is inconstant'... 'Forms are inconstant'... 'Eye-consciousness is inconstant'... 'Eye-contact is inconstant'... 'Whatever arises in dependence on eye-contact, experienced either as pleasure, as pain, or as neither-pleasure-nor-pain, that too is inconstant.'
"He discerns, as it actually is present, that 'The ear is inconstant'... 'The nose is inconstant'... 'The tongue is inconstant'... 'The body is inconstant"...
"He discerns, as it actually is present, that 'The intellect is inconstant'... 'Ideas are inconstant'... 'Intellect-consciousness is inconstant'... 'Intellect-contact is inconstant'... 'Whatever arises in dependence on intellect-contact, experienced either as pleasure, as pain, or as neither-pleasure-nor-pain, that too is inconstant.'
"So develop concentration, monks. A concentrated monk discerns things as they actually are present."
(Samadhi Sutta (SN XXXV.99) — Concentration)

Disini secara gamblang Sang Buddha menjelaskan bahwa mereka yang telah mengembangkan konsentrasi baru mampu melihat segala sesuatu apa adanya. Melihat segala sesuatu apa adanya yang bagaimana? Yaitu mampu melihat karakteristik (lakkhana) yang sama dari semua fenomena, yaitu segala sesuatu tidak kekal , selalu berubah (inconstant / anicca), dan ini bisa “dilihat” atau “diselami” oleh seorang meditator sesuai dengan tingkat perkembangan konsentrasinya, bila konsentrasi semakin kuat maka semakin jelas karakteristiknya.

Seperti apakah Samadhi yang dimaksud oleh Sang Buddha? Samadhi yang dimaksud oleh Sang Buddha adalah perhatian kuat yang tidak terdistracted oleh keadaan lain, jadi dengan kata lain Samadhi yang kuat adalah Samadhi yang hanya memperhatikan satu objek terus-menerus, pada Vipassana inilah yang dimaksud dengan Khanika Samadhi, yaitu perhatian kuat pada karakteristik (lakkhana dari setiap landasan perhatian) yang bersifat anicca, inilah yang selalu terlihat, dan inilah yang dimaksud dengan melihat apa adanya.

Untuk lebih memperjelas mengenai Samadhi, saya memuat salah satu sutta yang penting yang sangat berguna bagi para meditator yang berlatih meditasi baik Vipassana maupun Samatha,
   
The Blessed One said, "Suppose, monks, that a large crowd of people comes thronging together, saying, 'The beauty queen! The beauty queen!' And suppose that the beauty queen is highly accomplished at singing & dancing, so that an even greater crowd comes thronging, saying, 'The beauty queen is singing! The beauty queen is dancing!' Then a man comes along, desiring life & shrinking from death, desiring pleasure & abhorring pain. They say to him, 'Now look here, mister. You must take this bowl filled to the brim with oil and carry it on your head in between the great crowd & the beauty queen. A man with a raised sword will follow right behind you, and wherever you spill even a drop of oil, right there will he cut off your head.' Now what do you think, monks: Will that man, not paying attention to the bowl of oil, let himself get distracted outside?"

(Samyutta Nikaya XLVII.20 Sedaka Sutta)

Jelas sekarang bahwa yang dimaksud dengan Samadhi adalah berkonsentrasi pada satu objek, pada Samatha yaitu hingga menyerap gambaran batin (nimitta) sehingga mencapai jhana, dan pada Vipassana yaitu konsentrasi hingga yang terlihat selalu karakteristik saja (anicca/ timbul tenggelam/ denyut/ perubahan), dan dengan memiliki konsentrasi kuat baru dapat melihat perubahan tersebut.

Anak SD yang hanya mengenal kali, bagi, tambah dan kurang, tak  mungkin mengerti kalkulus bila belum mempelajari mengenai persamaan dsbnya.

Sesuai dengan judul topik ini, untuk melatih dan mengembangkan batin menuju pandangan terang, maka diperlukan faktor-faktor pendukungnya. Faktor pendukung yang dimaksud yaitu Jalan ariya berunsur delapan, mengapa jalan mulia berunsur delapan ini sangat penting? Mereka yang bermeditasi sudah cukup dalam baru dapat mengerti bahwa bila kita tidak melaksanakan Jalan ariya berunsur delapan maka, sulit menundukkan kekotoran-kekotoran batin yang muncul, apalagi melenyapkannya.

Bila kita bermeditasi tetapi tidak melaksanakan Jalan Ariya berunsur delapan maka kita tak akan mencapai kesucian, ini sesuai dengan komentar Sang Buddha ketika beliau menjawab pertanyaan siswa terakhir Beliau, yaitu pertapa Subhadda pada hari terakhir sebelum Beliau Parinibbana (wafat).berikut ini,

And the Blessed One spoke, saying: "In whatsoever Dhamma and Discipline, Subhadda, there is not found the Noble Eightfold Path, neither is there found a true ascetic of the first, second, third, or fourth degree of saintliness. But in whatsoever Dhamma and Discipline there is found the Noble Eightfold Path, there is found a true ascetic of the first, second, third, and fourth degrees of saintliness.54 Now in this Dhamma and Discipline, Subhadda, is found the Noble Eightfold Path; and in it alone are also found true ascetics of the first, second, third, and fourth degrees of saintliness. Devoid of true ascetics are the systems of other teachers. But if, Subhadda, the bhikkhus live righteously, the world will not be destitute of arahats.

(Digha Nikaya 16, Maha-parinibbana Sutta)

Jelas-jelas Sang Buddha mengatakan disini, bahwa bila dalam suatu ajaran (Dhamma dan Vinaya) ada jalan Ariya berunsur delapan maka bisa ditemukan pencapaian tingkat kesucian Sotapatti hingga Arahat. Sebaliknya bila suatu ajaran tidak mengajarkan Jalan ariya berunsur delapan maka tak akan ditemukan pencapaian tingkat kesucian Sotapatti hingga Arahat.
   Karena meditasi vipassana atau meditasi pandangan terang identik dengan tujuan akhir pencapaian tingkat kesucian dari Sotapatti hingga Arahat (Nibbana), maka meditasi Vipassana tak bisa terlepas dari Jalan ariya berunsur delapan dan harus berlandaskan Jalan ariya berunsur delapan, bila tidak berlandaskan Jalan Ariya berunsur delapan maka bukan Vipassana…!!!

Mengapa demikian? Karena bila tidak berlandaskan Jalan ariya berunsur delapan maka Empat kebenaran Ariya menjadi hanya tiga Kebenaran Ariya karena Kebenaran Ariya yang keempat dengan jelas menyatakan bahwa untuk bisa terbebas, maka diperlukan Jalan ariya beunsur delapan.!!! Ini seusai (sinkron) dengan pernyataan Sang Buddha dalam Bhumija Sutta berikut-,

"Certainly, Bhumija, in answering in this way when thus asked, you are speaking in line with what I have said, you are not misrepresenting me with what is unfactual, and you are answering in line with the Dhamma so that no one whose thinking is in line with the Dhamma will have grounds for criticizing you. For any priests or contemplatives endowed with wrong view, wrong resolve, wrong speech, wrong action, wrong livelihood, wrong effort, wrong mindfulness, & wrong concentration: If they follow the holy life even when having made a wish [for results], they are incapable of obtaining results. If they follow the holy life even when having made no wish, they are incapable of obtaining results. If they follow the holy life even when both having made a wish and having made no wish, they are incapable of obtaining results. If they follow the holy life even when neither having made a wish nor having made no wish, they are incapable of obtaining results. Why is that? Because it is an inappropriate way of obtaining results.  
(Majjhima Nikaya 126, Bhumija Sutta)

Jadi secara jelas Sang Buddha mengatakan, bila seseorang tidak mengikuti Jalan ariya berunsur delapan, maka keadaan batin apapun yang menyertainya, entah punya harapan, entah tak punya harapan, tak akan mendapatkan hasil, karena ia berlatih dengan cara yang tidak tepat...!! Sebaliknya jika melatih dengan cara yang benar, entah berharap…entah tidak berharap…. Tetap akan mendapatkan hasil.

Salah satu faktor yang penting dalam melatih Vipassana yaitu usaha benar, bila tidak berusaha dengan benar maka kita tak akan maju dalam meditasi, yang manakah yang harus dikembangkan? Dalam meditasi Vipassana kita harus mengembangkan empat landasan perhatian (cattaro satipatthana), empat usaha benar, empat landasan kekuatan, lima kekuatan batin (panca bala), tujuh faktor penerangan (satta bhojanga) dan Jalan ariya berunsur delapan. Sebagaimana ada dalam sutta berikut ini,

"Even though this wish may occur to a monk who dwells without devoting himself to development -- 'O that my mind might be released from effluents through lack of clinging!' -- still his mind is not released from the effluents through lack of clinging. Why is that? From lack of developing, it should be said. Lack of developing what? The four frames of reference, the four right exertions, the four bases of power, the five faculties, the five strengths, the seven factors for Awakening, the noble eightfold path.

"Suppose a hen has eight, ten, or twelve eggs: If she doesn't cover them rightly, warm them rightly, or incubate them rightly, then even though this wish may occur to her -- 'O that my chicks might break through the egg shells with their spiked claws or beaks and hatch out safely!' -- still it is not possible that the chicks will break through the egg shells with their spiked claws or beaks and hatch out safely. Why is that? Because the hen has not covered them rightly, warmed them rightly, or incubated them rightly.

In the same way, even though this wish may occur to a monk who dwells without devoting himself to development -- 'O that my mind might be released from effluents through lack of clinging!' -- still his mind is not released from the effluents through lack of clinging. Why is that? From lack of developing, it should be said. Lack of developing what? The four frames of reference, the four right exertions, the four bases of power, the five faculties, the five strengths, the seven factors for Awakening, the noble eightfold path.

(Samyutta Nikaya XXII 101,  Nava Sutta)

Kita lihat pada satu Sutta Sang Buddha hanya menerangkan mengenai perlunya Jalan ariya berunsur delapan, sedangkan pada sutta lainnya Beliau juga mengutarakan perlunya mengembangkan faktor-faktor yang lain, tidak hanya Jalan ariya berunsur delapan. Dan disini kita lihat bahwa batin perlu dikembangkan (diumpamakan dengan penghangatan), begitu juga kebebasan dari kemelekatan tak akan tercapai jika kita tidak mengembangkan faktor-faktor tersebut.

Setelah mengembangkan faktor-faktor batin tersebut maka meditator akhirnya mampu mengatasi rintangan batin, rintangan batin jelas harus diatasi, karena jelas menghalangi konsentrasi, sesuai dengan sutta mengenai rintangan batin (nivarana sutta) yang diuraikan oleh Sang Buddha berikut ini,

"Monks, there are these five hindrances. Which five? Sensual desire as a hindrance, ill will as a hindrance, sloth & drowsiness as a hindrance, restlessness & anxiety as a hindrance, and uncertainty as a hindrance. These are the five hindrances.
"To abandon these five hindrances, one should develop the four frames of reference. Which four? There is the case where a monk remains focused on the body in & of itself -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world. He remains focused on feelings in & of themselves ... mind in & of itself ... mental qualities in & of themselves -- ardent, alert, & mindful -- putting aside greed & distress with reference to the world. To abandon the five hindrances, one should develop these four frames of reference."

(Nivarana Sutta (AN IX.64) — Hindrances)

Sang Buddha secara langsung mengatakan untuk mengatasi rintangan batin maka kita mengembangkan empat landasan perhatian dan hanya memperhatikan batin dan jasmaninya saja, dan mengacuhkan segala hal yang berkenaan dengan kebahagiaan maupun penderitaan di dunia, yaitu mengembangkan empat landasan perhatian (four foundation of mindfulness/ cattaro satipatthana) atau menurut istilah bhikkhu Thanissaro yaitu: four frames of reference

Mengarahkan batin atau tidak?
Ini adalah contoh paradoks yang jelas antara penguraian secara teori dengan keadaan faktual seorang meditator pemula, teori dengan mudah mengatakan bahwa apapun yang terjadi hanya diperhatikan saja, ini adalah teori muluk yang tak akan tercapai oleh seorang meditator pemula, mengapa demikian? Karena kita telah terbiasa mengikuti fenomena yang muncul pada batin dan jasmani, sehingga kita tak dapat bertahan tanpa terseret oleh keadaan batin tersebut, sehingga yang terjadi adalah sesuai dengan Samadhi Sutta.

Umumnya batin meditator pemula mudah tereseret, karena ia terlibat dengan isi, ini bisa dimaklumi, karena bagi orang yang sedikit praktek, dan lebih banyak teori maka ia tidak bisa melihat semua objek batin yang muncul dari bentuk luarnya, oleh karena itu ia selalu terlibat di dalamnya. Kita simak sutta berikut ini,

Ven. Maha Kaccana said this: "Concerning the brief statement the Blessed One made, after which he entered his dwelling without analyzing the detailed meaning -- i.e., 'A monk should investigate in such a way that, his consciousness neither externally scattered & diffused, nor internally positioned, he would from lack of clinging/sustenance be unagitated. When -- his consciousness neither externally scattered & diffused, nor internally positioned -- from lack of clinging/sustenance he would be unagitated, there is no seed for the conditions of future birth, aging, death, or stress' -- I understand the detailed meaning to be this:
"How is consciousness said to be scattered & diffused? There is the case where a form is seen with the eye, and consciousness follows the drift of (lit.: 'flows after') the theme of the form, is tied to the attraction of the theme of the form, is chained to the attraction of the theme of the form, is fettered & joined to the attraction of the theme of the form: Consciousness is said to be externally scattered & diffused.

(suttanya lupa, maaf males nyari…  :) tapi ini copian dari access to insight juga)[/i]

"There is the case where a sound is heard with the ear... an aroma is smelled with the nose... a flavor is tasted with the tongue... a tactile sensation is felt with the body... an idea is cognized with the intellect, and consciousness follows the drift of the theme of the idea, is tied to the attraction of the theme of the idea, is chained to the attraction of the theme of the idea, is fettered & joined to the attraction of the theme of the idea: Consciousness is said to be externally scattered & diffused.

Bersambung kebagian ke 2...
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Kelana on 28 August 2008, 12:08:46 AM
Sebagai referensi. Saya tidak tahu sudah ada yang post atau belum. Ada sebuah sutta yang menarik bahwa Pembebasan (Ke-Arahat-an) tidak harus melulu di didahului oleh Samatha atau harus melulu didahului oleh Vipassana. Setiap orang memiliki karekteristik, kondisi yang berbeda-beda.


Angutara Nikaya 4.170
Yuganaddha Sutta
Jalan Menuju Tingkat Arahat

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika YM Ananda berdiam di Kosambi di Vihara Ghosita. Di sana YM Ananda menyapa para bhikkhu demikian:

"Para sahabat!"

"Ya, sahabat," jawab para bhikkhu. Kemudian YM Ananda berkata:

"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semua melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini. Apakah yang empat itu?

"Di sini, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan. Ketika dia telah mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang. Sementara dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan berpasangan. Sementara dia mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan secara berpasangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, pikiran seorang bhikkhu dicengkeram oleh kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi. Tetapi ada saat ketika pikirannya secara internal menjadi mantap, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi; kemudian Sang Jalan itu muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semuanya melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini."

-----------
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian c on 28 August 2008, 01:09:39 AM
Lanjutan prinsip prinsip meditasi Vipassana 2

Setahu saya semua meditasi Buddhist setuju, bahwa diperlukan samadhi untuk melihat segala sesuatu apa adanya (maksudnya akan muncul dengan sendirinya seperti tertulis dalam Samadhi Sutta), dan Samadhi yang benar selalu mensyaratkan konsentrasi, termasuk guru meditasi dari Myanmar yang baru-baru ini datang dan mengajar di Cibodas (U Tejaniya Sayadaw).

Saya mengenal baik salah satu meditator yang pernah secara langsung meditasi di center Shwe Oo Min di Myanmar (Shwee Oo Min sayadaw adalah murid dari Mahasi Sayadaw, kalau tidak salah beliau diajarkan untuk memperhatikan keluar masuk nafas di hidung, karena mungkin lebih efektif bagi Beliau) teman tersebut belajar di centre Shwee Oo Min selama hampir setahun.

Ia juga mengatakan bahwa Samadhi diperlukan dalam Vipassana,  mungkin ada juga yang mengenal Bhante Thitayanyo yang juga bermeditasi disana kalau tidak salah selama kurang lebih dua tahun, mungkin bisa minta konfirmasi kepada beliau.

Jalan lambat atau jalan cepat itu tidak bersifat prinsipil, waktu pertama kali bermeditasi saya juga berjalan agak cepat dan konsentrasi juga tetap berkembang.

Selain konsentrasi penuh, seorang meditator juga harus berusaha dengan rajin dan penuh semangat, Beliau memberikan khotbah khusus untuk membangkitkan semangat para Bhikkhu untuk berlatih. Seperti yang termaktub dalam sutta berikut ini,

"Monks, there are these eight grounds for laziness. Which eight?

"There is the case where a monk has some work to do. The thought occurs to him: 'I will have to do this work. But when I have done this work, my body will be tired. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the first grounds for laziness.

"Then there is the case where a monk has done some work. The thought occurs to him: 'I have done some work. Now that I have done work, my body is tired. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the second grounds for laziness.

"Then there is the case where a monk has to go on a journey. The thought occurs to him: 'I will have to go on this journey. But when I have gone on the journey, my body will be tired. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the third grounds for laziness.

"Then there is the case where a monk has gone on a journey. The thought occurs to him: 'I have gone on a journey. Now that I have gone on a journey, my body is tired. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the fourth grounds for laziness.

"Then there is the case where a monk, having gone for alms in a village or town, does not get as much coarse or refined food as he needs to fill himself up. The thought occurs to him: 'I, having gone for alms in a village or town, have not gotten as much coarse or refined food as I need to fill myself up. This body of mine is tired & unsuitable for work. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the fifth grounds for laziness.

"Then there is the case where a monk, having gone for alms in a village or town, does get as much coarse or refined food as he he needs to fill himself up. The thought occurs to him: 'I, having gone for alms in a village or town, have gotten as much coarse or refined food as I need to fill myself up. This body of mine is heavy & unsuitable for work, as if I were many months pregnant. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the sixth grounds for laziness.

"Then there is the case where a monk comes down with a slight illness. The thought occurs to him: 'I have come down with a slight illness. There's a need to lie down.' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the seventh grounds for laziness.

"Then there is the case where a monk has recovered from his illness, not long after his recovery. The thought occurs to him: 'I have recovered from my illness. It's not long after my recovery. This body of mine is weak & unsuitable for work. Why don't I lie down?' So he lies down. He doesn't make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the eighth grounds for laziness.

"These are the eight grounds for laziness.
"There are these eight grounds for the arousal of energy. Which eight?

"There is the case where a monk has some work to do. The thought occurs to him: 'I will have to do this work. But when I am doing this work, it will not be easy to attend to the Buddha's message. Why don't I make an effort beforehand for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the first grounds for the arousal of energy.

"Then there is the case where a monk has done some work. The thought occurs to him: 'I have done some work. While I was doing work, I couldn't attend to the Buddha's message. Why don't I make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the second grounds for the arousal of energy.

"Then there is the case where a monk has to go on a journey. The thought occurs to him: 'I will have to go on this journey. But when I am going on the journey, it will not be easy to attend to the Buddha's message. Why don't I make an effort beforehand for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the third grounds for the arousal of energy.

"Then there is the case where a monk has gone on a journey. The thought occurs to him: 'I have gone on a journey. While I was going on the journey, I couldn't attend to the Buddha's message. Why don't I make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the fourth grounds for the arousal of energy.

"Then there is the case where a monk, having gone for alms in a village or town, does not get as much coarse or refined food as he he needs to fill himself up. The thought occurs to him: 'I, having gone for alms in a village or town, have not gotten as much coarse or refined food as I need to fill myself up. This body of mine is light & suitable for work. Why don't I make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the fifth grounds for the arousal of energy.

"Then there is the case where a monk, having gone for alms in a village or town, does gets as much coarse or refined food as he needs to fill himself up. The thought occurs to him: 'I, having gone for alms in a village or town, have gotten as much coarse or refined food as I I need to fill myself up. This body of mine is light & suitable for work. Why don't I make an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the sixth grounds for the arousal of energy.

"Then there is the case where a monk comes down with a slight illness. The thought occurs to him: 'I have come down with a slight illness. Now, there's the possibility that it could get worse. Why don't I make an effort beforehand for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the seventh grounds for the arousal of energy.

"Then there is the case where a monk has recovered from his illness, not long after his recovery. The thought occurs to him: 'I have recovered from my illness. It's not long after my recovery. Now, there's the possibility that the illness could come back. Why don't I make an effort beforehand for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized?' So he makes an effort for the attaining of the as-yet-unattained, the reaching of the as-yet-unreached, the realization of the as-yet-unrealized. This is the eighth grounds for the arousal of energy.

"These are the eight grounds for the arousal of energy."

(Anguttara Nikaya VIII.80 Kusita-Arambhavatthu Sutta)

dalam bagian lain dari sutta selain dalam Maha Satipatthana sutta, Cula Malunkyaputta sutta, Bhikkunupassaya sutta berikut ini dan berbagai sutta suta yang lain selalu Sang Buddha menekankan Ardent (atapi) yaitu berusaha dengan penuh semangat pantang menyerah, Mindful (sati) yaitu penuh perhatian dan fully aware (sampajanno) yaitu berusaha dengan penuh kewaspadaan.

Here, Ananda, a monk abides contemplating body as body* — ardent, fully aware, mindful — leading away the unhappiness that comes from wanting the things of the world. And for one who is abiding contemplating body as body,* a bodily object arises, or bodily distress, or mental sluggishness, that scatters his mind outward. Then the monk should direct his mind to some satisfactory image. When the mind is directed to some satisfactory image, happiness is born. From this happiness, joy is then born. With a joyful mind, the body relaxes. A relaxed body feels content, and the mind of one content becomes concentrated

. He then reflects: "The purpose for which I directed my my mind has been accomplished. So now I shall withdraw [directed attention from the image]." He withdraws, and no longer thinks upon or thinks about [the image]. He understands: "I am not thinking upon or thinking about [anything]. Inwardly mindful, I am content." This is directed meditation.
And what is undirected meditation? Not directing his mind outward, a monk understands: "My mind is not directed outward." He understands: "Not focused on before or after; free; undirected." And he understands: "I abide observing body as body — ardent, fully aware, mindful — I am content." This is undirected meditation.
(Samyutta Nikaya XLVII.10 Bhikkhunupassaya Sutta)[/i]

Jika anda berlatih meditasi Vipassana dengan benar, suatu ketika anda akan mampu melihat dan mengalami dengan sendirinya, bahwa segala sesuatu bersifat tidak kekal, bahwa segala sesuatu cepat atau lambat pasti akan berubah.

Apakah anatta adalah konsep?

Tergantung siapa yang menjawab, bila yang menjawab adalah orang yang hanya belajar teori maka Anatta hanya diketahuinya sebatas konsep, tetapi bila ia adalah seorang praktisi maka Anatta adalah pengetahuan pengalaman langsung, yang kulminasinya adalah pada saat lenyapnya sakkaya ditthi.

“Ada pencerahan yang dicapai, tetapi tak ada yang mencapainya”.

Mungkin ada teman netter yang masih ingat mengenai komentar ini. Ini adalah suatu pernyataan tepat yang dialami oleh meditator yang telah berhasil menyelami anatta yang sesungguhnya, sehingga konsekuensi logis dari pencapaian itu adalah lenyapnya sakkaya ditthi (pandangan salah mengenai aku, roh, jiwa).

Sebenarnya pada pencapaian Magga tak ada atta yang dihancurkan, bila ada atta yang dihancurkan maka itu adalah pandangan salah, yaitu sama saja dengan bunuh diri. Yang benar adalah demikian, harap teman-teman para netter mengingat ini baik-baik,

“Setelah suatu ketika dalam meditasi yang dalam, meditator mengalami sendiri bahwa yang disebut Atta ternyata tidak ada (karena hakekat mahluk hidup yang sesungguhnya adalah merupakan kumpulan faktor batin dan jasmani yang saling berkaitan, ini hanya bisa dilihat dengan teliti bila kita memiliki Samadhi yang dalam) maka dengan demikian lenyaplah pandangan salah mengenai atta (lenyapnya sakkaya ditthi) Inilah yang disebut melenyapkan sakkaya ditthi dengan panna atau kebijaksanaan. Pernyataan ini bisa dikonfirmasi dengan para ahli Abhidhamma maupun ahli Sutta.

Mari kita simak sutta berikut,

"There is the case, monk, where an uninstructed, run-of-the-mill person -- who has no regard for noble ones, is not well-versed or disciplined in their Dhamma; who has no regard for men of integrity, is not well-versed or disciplined in their Dhamma -- assumes form to be the self, or the self as possessing form, or form as in the self, or the self as in form.
"He assumes feeling to be the self, or the self as possessing feeling, or feeling as in the self, or the self as in feeling. He assumes perception to be the self, or the self as possessing perception, or perception as in the self, or the self as in perception. He assumes (mental) fabrications to be the self, or the self as possessing fabrications, or fabrications as in the self, or the self as in fabrications. He assumes consciousness to be the self, or the self as possessing consciousness, or consciousness as in the self, or the self as in consciousness.
"He does not discern, as it actually is, inconstant form as 'inconstant form.' He does not discern, as it actually is, inconstant feeling as 'inconstant feeling' ... inconstant perception as 'inconstant perception' ... inconstant fabrications as 'inconstant fabrications' ... inconstant consciousness as 'inconstant consciousness.'
"He does not discern, as it actually is, stressful form as 'stressful form' ... stressful feeling as 'stressful feeling' ... stressful perception as 'stressful perception' ... stressful fabrications as 'stressful fabrications' ... stressful consciousness as 'stressful consciousness.'
"He does not discern, as it actually is, not-self form as 'not-self form' ... not-self feeling as 'not-self feeling' ... not-self perception as 'not-self perception' ... not-self fabrications as 'not-self fabrications' ... not-self consciousness as 'not-self consciousness.'
"He does not discern, as it actually is, fabricated form as 'fabricated form' ... fabricated feeling as 'fabricated feeling' ... fabricated perception as 'fabricated perception' ... fabricated fabrications as 'fabricated fabrications' ... fabricated consciousness as 'fabricated consciousness.


(Samyutta Nikaya XXII.55 Udana Sutta)

Disini nampak jelas, bahwa Sang Buddha menegaskan bahwa bila ada orang yang menganggap ada aku, entah pada persepsi atau kesadaran atau pada bagian lain dari kelima unsur kemelekatan (panca khandha), maka ia tidak melihat segala sesuatu apa adanya, yaitu bentuk inconstant sebagai inconstant (anicca), ia tidak melihat segala sesuatu apa adanya, yaitu segala sesuatu stressful sebagai stressful (dukkha) dan segala sesuatu not self sebagai not self (anatta).
Pada bagian lain dari sutta Sang Buddha juga mengatakan hal yang sama, seperti dalam Isidatta sutta berikut ini,

– assumes form (the body) to be the self, or the self as possessing form, or form as in the self, or the self as in form. He assumes feeling to be the self, or the self as possessing feeling, or feeling as in the self, or the self as in feeling. He assumes perception to be the self, or the self as possessing perception, or perception as in the self, or the self as in perception. He assumes (mental) fabrications to be the self, or the self as possessing fabrications, or fabrications as in the self, or the self as in fabrications. He assumes consciousness to be the self, or the self as possessing consciousness, or consciousness as in the self, or the self as in consciousness. This is how self-identity view comes into being.”

(Samyutta Nikaya XLI.3 Isidatta Sutta)

Sang Buddha mengatakan bahwa merupakan pandangan salah, bila menganggap bahwa kesadaran adalah aku, atau aku memiliki kesadaran, atau kesadaran ada dalam aku, atau aku ada dalam kesadaran (berlaku juga untuk persepsi / sanna, bentuk batin / sankhara, materi / rupa dan perasaan / vedana).

Berlanjut pada bagian 3...



Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fabian c on 28 August 2008, 09:07:11 AM

Lanjutan Prinsip prinsip meditasi Vipassana 3 (habis)

Demikian banyak orang yang salah mengerti mengenai batin yang berhenti yang disebut di dalam sutta maupun Abhidhamma, mereka menganggap bahwa berhenti adalah:
Berhenti berpikir, atau berhenti bhavanga dan berbagai spekulasi lain. Karena banyak komentator jaman sekarang yang lebih mendasarkan pendapatnya berdasarkan kesimpulan pribadi yang merupakan hasil pemikiran scholar intelektual.

Praktisi ortodoks umumnya melakukan pendekatan meditatif, karena seluruh hal yang dikatakan dalam Tipitaka berkenaan dengan batin dan jasmani, di dapat melalui meditasi, atau akibat dari meditasi.

Setelah segala sesuatu yang muncul lenyap kembali, maksudnya pada keadaan meditatif yang dalam maka mereka akan melihat bahwa kesadaran sebenarnya bersinar. Seperti dalam sutta berikut:

"Luminous, monks, is the mind.1 And it is defiled by incoming defilements." {I,v,9}
"Luminous, monks, is the mind. And it is freed from incoming defilements." {I,v,10}
"Luminous, monks, is the mind. And it is defiled by incoming defilements. The uninstructed run-of-the-mill person doesn't discern that as it actually is present, which is why I tell you that — for the uninstructed run-of-the-mill person — there is no development of the mind." {I,vi,1}
"Luminous, monks, is the mind. And it is freed from incoming defilements. The well-instructed disciple of the noble ones discerns that as it actually is present, which is why I tell you that — for the well-instructed disciple of the noble ones — there is development of the mind." {I,vi,2}

(Anguttara Nikaya I.49-52; Pabhassara Sutta)

Sebenarnya batin yang bersinar ini adalah batin yang telah memasuki arus, karena bentuk bentuk dorongan batin yang kasar dan halus telah berhenti, bentuk dorongan batin yang dimaksud adalah dorongan batin yang disebut bentuk-bentuk batin (sankhara). Sankhara disini harus dimengerti berkaitan dengan paticca samuppada, yaitu dengan lenyapnya sankhara maka lenyaplah avijja atau lenyaplah kegelapan batin. Sebenarnya lenyapnya kegelapan batin ini hanya bisa dilihat pada orang yang telah mencapai magga. (bedakan dengan sinar obhasa, yaitu sinar yang muncul pada meditator pemula, yang dianggap sebagai kekotoran vipassana atau vipassanupakilesa)

Selanjutnya dalam Dhammacakka Pavattana Sutta, Sang Buddha menerangkan kepada ke-lima pertapa mengenai pencapaian jalan ini yaitu:

"The Noble Truth of the Path Leading to the Cessation of Suffering is this: It is the Noble Eightfold Path, and nothing else, namely: right understanding, right thought, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness and right concentration.

"'This is the Noble Truth of Suffering': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before. 'This suffering, as a noble truth, should be fully realized': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before. 'This suffering, as a noble truth has been fully realized': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before.

"'This is the Noble Truth of the Origin (cause) of Suffering': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before. 'This Origin of Suffering as a noble truth should be eradicated': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before. 'This Origin of suffering as a noble truth has been eradicated': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before.

"'This is the Noble Truth of the Cessation of Suffering': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before. 'This Cessation of suffering, as a noble truth, should be realized': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before. 'This Cessation of suffering, as a noble truth has been realized': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before.

"'This is the Noble Truth of the Path leading to the cessation of suffering': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before. 'This Path leading to the cessation of suffering, as a noble truth, should be developed': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before. 'This Path leading to the cessation of suffering, as a noble truth has been developed': such was the vision, the knowledge, the wisdom, the science, the light that arose in me concerning things not heard before.

(Samyutta Nikaya LVI.11, Dhammacakkappavattana Sutta)

perhatikan kalimat yang saya bold biru, disini sebenarnya terletak jawaban dari keraguan dari bhante Thanissaro bahwa kesadaran itu pada hakekatnya terangdan bercahaya, ia menjadi gelap karena kegelapan batin (avijja), dalam bahasa Palinya mengenai munculnya kesadaran murni yang terang ini bersamaan dengan munculnya penglihatan (cakkhu udapadi),  munculnya pengetahuan (vijja udapadi), munculnya pandangan terang (nana udapadi), munculnya kebijaksanaan (panna udapadi), dan munculnya cahaya (aloko udapadi).

Saya pernah bertemu langsung dengan bhante Thanissaro yang simpatik di tahun 1991, pada waktu itu saya menemani bhante Sombat pada peresmian sebuah vihara di Ontario, San Bernardino county yang bersebelahan dengan Los Angeles county, beliau bertanya saya darimana? Lalu saya katakan dari Indonesia lalu beliau mengatakan bahwa beliau kenal dengan bhante Pannavaro karena satu angkatan.

Bhikkhu Thanissaro menurut komentarnya juga nampaknya bingung menghadapi dilemma ini, karena ada salah persepsi berabad-abad yang menganggap bahwa, ini adalah bhavanga citta, tetapi saya setuju dengan pendapat bhikkhu Thanissaro (kadang saya juga kurang setuju dengan pendapat beliau bahwa meditasi Vipassana harus melalui Samatha, atau harus pencapaian Jhana, karena sebenarnya untuk memulai kita tidak harus memiliki konsentrasi yang kuat, tetapi apabila ingin menembus pengetahuan yang lebih tinggi maka konsentrasi kita juga harus semakin kuat, dalam hal Vipassana adalah konsentrasi vipassana atau yang lebih dikenal dengan istilah khanika samadhi, sedangkan pada meditasi samatha bila ingin diarahkan pada pandangan terang juga harus melihat karakteristiknya, bila Samadhi tidak kuat maka kita tak akan bisa melewati tingkat selanjutnya dan pada meditator Vipassana, Samadhi yang kuat yang dimaksud adalah Samadhi dengan perhatian yang melekat kuat pada karakteristiknya) pada akhir komentarnya bahwa hanya dengan pencapaian jalan yang mengikuti penyelaman, maka bisa dialami keadaran murni (consciousness without feature)
Jadi Sang Buddha mengatakan pada pencapaian Magga muncullah aloko (cahaya terang), ini disebabkan kekotoran batin telah berhenti (untuk sementara waktu) dengan kata lain muncul nya terang disebabkan kesadaran pada saat itu (pencapaian Nibbana) bersih dari kekotoran batin, tetapi belenggu yang berkaitan dengan pencapaian (samyojana, pada Sotapanna ada tiga belenggu yang dilenyapkan) telah lenyap secara permanen.

Percakapan dengan Bhikkhu Piyadassi Mahathera dari Sri Lanka.

Di tahun 81,  saya berjumpa dengan Bhante Piyadassi Mahathera, sebelumnya saya hanya mengenal sejarah beliau yang pernah berkunjung ke Indonesia pada penahbisan bhikkhu  pertama di Indonesia (pada waktu itu saya belum lahir), saya diminta oleh Bhante Win almarhum untuk membawa beliau berkeliling kota, diantara tempat yang kami kunjungi adalah katedral dan mesjid istiqlal (kami minta ijin melihat ke dalam, oleh pengurus mesjid diperbolehkan).

ternyata di dalam mesjid Istiqlal sangat nyaman, karena angin di dalam bertiup kencang, beda dengan katedral di luar, yang walaupun indah tetapi sore itu agak pengap.

Lalu saya teringat pada penulis buku yang terkenal pada saat itu, yaitu Lobsang Rampa, secara iseng saya bertanya kepada beliau, bagaimana komentar beliau, mengenai Lobsang Rampa yang sangat terkenal dengan buku-bukunya, diantaranya adalah “the third eye” secara mengejutkan bhante Piyadassi dengan datar mengatakan bahwa Lobsang Rampa hanya penulis biasa, beliau pernah bertemu dengan Lobsang Rampa di London.

Disinilah timbul pengertian, kadang-kadang bila kita belum mengenal seseorang, kita cenderung berimajinasi mengenai keadaannya, entah baik atau buruk, itulah sebabnya Sang Buddha mengatakan dalam Anguttara Nikaya, kita hanya bisa mengetahui keadaan sebenarnya seseorang setelah kita bergaul dengannya dalam waktu yang cukup lama.


Jadi dalam menilai suatu pemahaman yang mengatas-namakan ajaran Buddha harus di klarifikasi sesuai dengan kitab sucinya, yaitu bila ia mengatakan dirinya Theravada cocokkan dengan kitab suci Tipitaka, bila ia Mahayana cocokkan dengan kitab suci Mahayana (Lankavatara Sutra, Surangama Sutra, Prajna Paramita Sutra, Vimala Kirti Nirdesa sutra, dll), karena kelompok kitab ini sering bertolak belakang pandangannya dengan Tipitaka (tolong dipahami saya tidak mengatakan lebih baik atau lebih buruk, tetapi hanya bertolak belakang dengan Tipitaka). Apalagi bila paham tersebut bukan paham Buddhist.
Sesuai dengan sutta-sutta yang sudah sering dikutip di Website ini, yaitu dari Mahaparibbana Sutta, yaitu: (saya kopi langsung dari postingan teman-teman biar nggak capek)  :)

Discipline. If they are neither traceable in the Discourses nor verifiable by the Discipline, one must conclude thus: 'Certainly, this is not the Blessed One's utterance; this has been misunderstood by that bhikkhu — or by that community, or by those elders, or by that elder.' In that way, bhikkhus, you should reject it. But if the sentences concerned are traceable in the Discourses and verifiable by the Discipline, then one must conclude thus: 'Certainly, this is the Blessed One's utterance; this has been well understood by that bhikkhu — or by that community, or by those elders, or by that elder.' And in that way, bhikkhus, you may accept it on the first, second, third, or fourth reference. These, bhikkhus, are the four great references for you to preserve."

4.8. ‘Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagava sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru”, maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini”, dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.”

(Digha Nikaya, Mahaparinibbana Sutta)

Kitab suci Tipitaka disusun oleh Mereka yang menguasai ajaran Sang Buddha baik secara teori maupun praktek. Dan verifikasi mengenai sebuah sutta dilakukan dihadapan 500 orang Bhikkhu-meditator piawai. Perlu diketahui bahwa kitab suci Tipitaka telah melalui proses verifikasi beberapa kali oleh Bhikkhu-meditator piawai, dan mereka semua lagi-lagi menyetujui Kitab suci Tipitaka sejalan dengan praktek meditasi yang mereka lakukan sehingga mereka tidak menentang isi kitab suci Tipitaka. Penentangan terhadap isi kitab suci Tipitaka justru datang dari Bhikkhu scholar (yang belakangan lebih mendapat angin karena kurangnya bhikkhu meditator), karena cara pendekatan mereka berbeda, mereka tidak berusaha mencicipi Dhamma, tetapi mereka menganalisa Dhamma. Tentunya dengan logika mereka, dan parahnya kadang-kadang mereka berkata sesuatu tanpa dilandasi pengertian menyeluruh terhadap kitab suci Tipitaka.

Contoh yang jelas adalah Bhikkhu Dr. Mettanando dari Thailand yang pernah berkunjung ke Indonesia, yang mengatakan bahwa kisah pangeran Siddhatta yang melangkah tujuh kali ketika lahir, tidak ada di Tipitaka, padahal kisah ini diceritakan langsung oleh Sang Buddha dalam Achariya Abhuta sutta di Majjhima Nikaya.


Ini adalah salah satu contoh jelas bahwa, kita harus menerapkan sutta yang ada di Mahaparibbana Sutta diatas, bila kita percaya begitu saja terhadap credentials sarjana atau bhikkhu maka kita akan terjebak pada pandangan keliru.

Kadang kadang kita tidak mengerti sejauh mana ajaran yang disampaikan seseorang, kadang-kadang ajaran yang disampaikan orang tersebut lebih merupakan buah pemikiran daripada buah latihan meditasi yang mendalam, oleh karena itu kita sebagai umat Buddha bila melatih meditasi Buddhis, apa yang disampaikan guru meditasi harus sejalan dengan apa yang ada dalam kitab suci. Karena Sang Buddha sudah meramalkan tingkah polah umat Buddha yang cenderung seperti sutta berikut ini,

Staying at Savatthi. "Monks, there once was a time when the Dasarahas had a large drum called 'Summoner.' Whenever Summoner was split, the Dasarahas inserted another peg in it, until the time came when Summoner's original wooden body had disappeared and only a conglomeration of pegs remained. 1
"In the same way, in the course of the future there will be monks who won't listen when discourses that are words of the Tathagatadeep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. They won't lend ear, won't set their hearts on knowing them, won't regard these teachings as worth grasping or mastering. But they will listen when discourses that are literary works — the works of poets, elegant in sound, elegant in rhetoric, the work of outsiders, words of disciples — are recited. They will lend ear and set their hearts on knowing them. They will regard these teachings as worth grasping & mastering.[/b]

"In this way the disappearance of the discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — will come about.
"Thus you should train yourselves: 'We will listen when discourses that are words of the Tathagata — deep, deep in their meaning, transcendent, connected with emptiness — are being recited. We will lend ear, will set our hearts on knowing them, will regard these teachings as worth grasping & mastering.' That's how you should train yourselves."

(Samyutta Nikaya XX.7 Ani Sutta)

Ah kebetulan saya masih ada waktu sedikit, mungkin lebih baik saya menjelasakan kepada teman-teman netter sekalian mengenai batin Arahat.
Meditator yang benar-benar telah memiliki Khanika Samadhi yang kuat, berdasarkan apa yang saya ketahui, minimal mencapai Sankharupekkha nana, ia bisa suatu saat mengalami seperti yang dialami oleh seorang Arahat, walaupun hanya dalam waktu beberapa menit, ketika berada dalam kegiatan sehari-hari ia merasakan berhantinya persepsi sehingga dengan demikian maka berhenti jugalah pikiran.

Pada waktu beberapa menit tersebut, ia hanya melihat apa adanya, mendengar apa adanya. Sebagai gambaran, suatu ketika di Bali ada seorang meditator yang bermeditasi bersama saya, tiba-tiba dia datang menemui saya dan bercerita dengan nada agak kuatir, wah pak…tadi saya ke bawah, waktu saya melihat koran, kok saya nggak bisa berpikir ya…? Kok saya jadi begini ya…? Nanti bagaimana nih kalau saya nggak bisa berpikir?

Kemudian saya menenangkan dia, saya katakan jangan takut, itu disebabkan ia mampu melihat apa adanya, disebabkan konsentrasi yang kuat.. sehingga ia bisa membaca koran tanpa batinnya be-reaksi (ini tak bisa direka-reka, harus dialami sendiri), secara menggoda saya bertanya kepadanya, mau supaya bisa mikir lagi? Jangan meditasi deh sebentar juga normal lagi, lalu ia hanya senyum...
Seorang Arahat tidak akan merespon terhadap impuls yang masuk melalui inderanya, tetapi bukan berarti seorang Arahat tak dapat berpikir, batinnya akan berpikir jika ia menghendaki agar batinnya berpikir, oleh karena itu menurut Abhidhamma Arahat yang berpikir melakukan kriya (action), karena ia melakukan kegiatan berpikir tidak secara otomatis seperti pada umat awam, tetapi harus didorong agar berpikir, bila telah selesai berpikir maka  batinnya kembali diam, tidak berpikir.

Seperti yang sudah saya katakan pada bagian pertama pada postingan ini, saya mungkin akan agak jarang masuk memberi postingan atau komentar, karena tujuan saya adalah memberikan pengertian benar mengenai meditasi Vipassana, sehingga rekan-rekan netter sekalian mendapat kemajuan dalam meditasinya, walaupun saya berlatih meditasi Vipassana tradisi Mahasi Sayadaw, saya tidak beranggapan bahwa tehnik tehnik meditasi lain tidak membawa kearah pencapaian Nibbana, kecuali tehnik meditasi yang bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Semoga keterangan saya bermanfaat bagi rekan-rekan sekalian.

Sukhi hotu
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 28 August 2008, 09:15:04 AM
Quote from: hudoyo
Kalau Anda tidak merasa apa-apa ketika membaca Bahiya-sutta, berarti nasehat dalam sutta itu bukan buat Anda. ... Jadi, abaikan saja Bahiya-sutta. :) ... Carilah sutta yang cocok dengan pengalaman batin Anda.
Jadi yang disimpulkan adalah bahwa dari Bahiya Sutta, Malunkyaputta sutta dan mulapariyaya sutta, pak hudoyo mendapatkan manfaat, sedangkan sutta yang lain tidak. (bukan dalam artian pasti tidak benar). begitu pak hudoyo ? soalnya kalau dibilang selain 3 sutta yang disebutkan, sutta yang lainnya TIDAK BENAR... bakal RAMAI tuh...

Betul.  _/\_  Saya tidak pernah mengklaim pengalaman & pemahaman saya cocok untuk semua orang. ... Malah, ingatkah Anda bahwa saya selalu mengatakan: Tidak ada satu metode vipassana yang cocok untuk SEMUA orang? ... MMD pun tidak ... Itulah pandangan saya. ... (Dan kalau tidak salah, Anda pun pernah menyatakan kesetujuan Anda, bukan?) ... :)

Entah kalau di forum ini ada yang berpendapat bahwa vipassana versinya adalah yang paling benar dengan merujuk kepada puluhan sutta dari Tipitaka Pali, sebagaimana dicopas oleh Rekan Semit dari thread sebelah. ... Ini yang memprihatinkan. ... Sutta-sutta digunakan untuk membenarkan diri sendiri sambil menyerang pandangan orang lain. (Saya masih menunggu selesainya uraian yang panjang lebar itu sebelum menjawabnya.)

Dalam diskusi saya dengan Rekan Sumedho baru-baru ini, saya juga menyatakan bahwa pendekatan Anattalakkhana-sutta BERBEDA dengan pendekatan Bahiya-sutta. ... Tapi saya tidak mengatakan bahwa yang satu benar dan yang lain salah. ... Saya menyatakan bahwa kedua pendekatan yang tercantum dalam Tipitaka itu sama-sama valid.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 28 August 2008, 09:31:31 AM
Cocok atau tidak cocok kan hanya gerak-gerik pikiran. Bila pikiran berhenti maka tidak ada lagi yang namanya cocok atau tidak cocok.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Andi Sangkala on 28 August 2008, 11:42:39 AM
Namaste _/\_

cuplikan dari pak Hud:

"Entah kalau di forum ini ada yang berpendapat bahwa vipassana versinya adalah yang paling benar dengan merujuk kepada puluhan sutta dari Tipitaka Pali, sebagaimana dicopas oleh Rekan Semit dari thread sebelah. ... Ini yang memprihatinkan. ... Sutta-sutta digunakan untuk membenarkan diri sendiri sambil menyerang pandangan orang lain. (Saya masih menunggu selesainya uraian yang panjang lebar itu sebelum menjawabnya.)"


Sebaliknya banyak orang yang mengemukakan pendapat (hasil latihan sendiri) dengan menyangkal Sutta, gimana ya?

sukhi hotu

Andi
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 28 August 2008, 11:53:50 AM
Cocok atau tidak cocok kan hanya gerak-gerik pikiran. Bila pikiran berhenti maka tidak ada lagi yang namanya cocok atau tidak cocok.

Setuju ... Marilah kita masing-masing, Anda dan saya, mengalami berhentinya pikiran itu. ... ok?
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 28 August 2008, 11:55:38 AM
Namaste _/\_
cuplikan dari pak Hud:
"Entah kalau di forum ini ada yang berpendapat bahwa vipassana versinya adalah yang paling benar dengan merujuk kepada puluhan sutta dari Tipitaka Pali, sebagaimana dicopas oleh Rekan Semit dari thread sebelah. ... Ini yang memprihatinkan. ... Sutta-sutta digunakan untuk membenarkan diri sendiri sambil menyerang pandangan orang lain. (Saya masih menunggu selesainya uraian yang panjang lebar itu sebelum menjawabnya.)"
Sebaliknya banyak orang yang mengemukakan pendapat (hasil latihan sendiri) dengan menyangkal Sutta, gimana ya?
sukhi hotu
Andi

Bagi saya, kalau pengalaman batin saya menyangkal suatu sutta atau bagian sutta tertentu, saya akan menyangkalnya. ... Tidak ada sesuatu yang sakral pada sutta.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Andi Sangkala on 28 August 2008, 01:57:58 PM
Bagi saya, kalau pengalaman batin saya menyangkal suatu sutta atau bagian sutta tertentu, saya akan menyangkalnya. ... Tidak ada sesuatu yang sakral pada sutta.
[/quote]


 _/\_
Good! trims,
Bagaimana kita bisa tahu bahwa sutta tersebut perlu disangkal atau tidak?

sukhi hotu

Andi
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Kelana on 28 August 2008, 02:17:44 PM
_/\_
Good! trims,
Bagaimana kita bisa tahu bahwa sutta tersebut perlu disangkal atau tidak?

sukhi hotu

Andi

Lihat secara APA ADANYA. Singkirkan terlebih dulu dogma-dogma baik dari sutta lain maupun dari dogma pengalaman pribadi. Singkirkan prasangka. Dengan demikian kita bisa melihat secara jernih. Dengan demikian kita bisa melihat apa adanya. Bukan suatu perkara yang mudah. Bahkan mereka yang mengaku telah ber-vipassana pun belum tentu bisa melakukannya, tapi ada yang bisa.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Arale on 28 August 2008, 02:29:57 PM
dogma pengalaman pribadi :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Andi Sangkala on 28 August 2008, 07:49:58 PM
Quote

Lihat secara APA ADANYA. Singkirkan terlebih dulu dogma-dogma baik dari sutta lain maupun dari dogma pengalaman pribadi. Singkirkan prasangka. Dengan demikian kita bisa melihat secara jernih. Dengan demikian kita bisa melihat apa adanya. Bukan suatu perkara yang mudah. Bahkan mereka yang mengaku telah ber-vipassana pun belum tentu bisa melakukannya, tapi ada yang bisa.



bagaimana kita tahu itu dogma?,
apakah batasan dogma menurut anda?

Sukhi hotu

Andi
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 29 August 2008, 05:21:10 AM
_/\_
Good! trims,
Bagaimana kita bisa tahu bahwa sutta tersebut perlu disangkal atau tidak?
sukhi hotu
Andi

Gunakan hati nuranimu ... gunakan Kalama-sutta: "apakah sesuatu itu bermanfaat atau merugikan batinmu"

salam,
hudoyo
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Hendra Susanto on 29 August 2008, 08:39:19 AM
gunakan pikiran mu ;D apakah sahih atau tidak menyangkal salah satu sutta, jgn kita ehipassiko keblinger yg akhirnya sok tau

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 29 August 2008, 08:41:34 AM
o ya, lupa ... mau absen kok (jawaban saya ada di kaskus)
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 29 August 2008, 08:43:18 AM
Jadi nya kek laskar jihad nich :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: nyanadhana on 29 August 2008, 08:55:03 AM
Laskar Jidad hahahha

Berlian ditaruh dimanapun ia akan disebut berlian meskipun taruh di tong sampah atau tempat apa,dia akan dinamakan berlian.

Untuk apa melekat pada yang namanya gw ada disini gw ada disitu, status seseorang terbina oleh ucapan,perbuatan dan pemikiran, dan inilah yang kita pelajari dan praktekan bersama.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 29 August 2008, 08:58:43 AM
Betul2 pa Hudoyo jg keknya ga usah keberatan :)) apalah artinya sebuah label :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: hudoyo on 29 August 2008, 09:05:57 AM
 [at] nyanadhana & ryu

tanggapan saya ada di
http:///showthread.php?t=878014
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 29 August 2008, 09:17:57 AM
Yah, balik lg ke diri sendiri dah :) mungkin Kedewasaan dan jiwa besar diperlukan disini.
Aplikasikan lah ajaran dan pengetahuan dan kebijaksanaan yang telah dipelajari, intinya "PRAKTEK LA YAW" :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Kelana on 29 August 2008, 10:01:12 AM
Quote

Lihat secara APA ADANYA. Singkirkan terlebih dulu dogma-dogma baik dari sutta lain maupun dari dogma pengalaman pribadi. Singkirkan prasangka. Dengan demikian kita bisa melihat secara jernih. Dengan demikian kita bisa melihat apa adanya. Bukan suatu perkara yang mudah. Bahkan mereka yang mengaku telah ber-vipassana pun belum tentu bisa melakukannya, tapi ada yang bisa.



bagaimana kita tahu itu dogma?,
apakah batasan dogma menurut anda?

Sukhi hotu

Andi

kemelekatan
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 29 August 2008, 11:04:00 AM
Apa yg ditulis oleh bro fabian sudah sangat jelas sekali dan tepat sasaran. Diharapkan pemeditator janganlah langsung menanggap pencapaian melalui pengalamannya sebagai suatu kebenaran hakiki sebelum dilakukan peninjauan ulang melalui sutta2 yg ada dan Para meditator yg benar-benar piawai dan teruji. Jadi melihat kebenaran sutta itu bukan masalah like and dislike ataupun sesuai dan tidak sesuai dengan pengalaman batin. Kalau saja secuil pengalaman kita merasa inilah segalanya, yg terjadi memang benar telunjuk menunjuk bulan tetapi kenyataannya bukan bulan yg ditunjuk tapi bintang. Jadi kalaupun pengalaman ingin dikonsepkan dalam kata2 harus lah sangat mendekati atau bahkan sama dengan makna yg sesungguhnya. Demikianlah cara Sang Buddha dan Para Ariya mengajar. Kalaupun kita selalu melihat cara berpikir ini dan itu relatif dan lupa  bahwa ada kebenaran hakiki yg lebih tinggi, dan tidak mencoba menembusnya maka yg ada hanyalah seperti seekor anjing yg mencoba mengejar buntutnya. Selama orang terperangkap dalam relativitas ini maka akan banyak pertanyaan2 yg beranak pinak tapi ia lupa ada tugas yg lebih penting dari itu. Inilah yg disebut terjebak dalam pandangan relatif dan yg ekstrem terjebak dalam Vicikicha yg berlarut-larut. Yang ekstremnya lagi mencari terus-terusan dan lupa akan tugas penting untuk menjawabnya maka ini adalah juga lobha dan moha.
 _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Andi Sangkala on 29 August 2008, 03:30:24 PM


Gunakan hati nuranimu ... gunakan Kalama-sutta: "apakah sesuatu itu bermanfaat atau merugikan batinmu"

salam,
hudoyo
[/quote]


Namaste

Apabila cuma menggunakan hati nurani dan hanya sesuai dengan Kalama sutta lalu orang berpendapat "apakah sesuatu itu bermanfaat atau merugikan batinku"

Hasilnya bisa "benar" bisa juga "keliru", karena orang cenderung memilah mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan berdasarkan penilaiannya sendiri. Jadi gak heran banyak orang yang "membenarkan pendapatnya sendiri" dan "menyalahkan pendapat orang lain" karena penilaian yang subjektif seperti itu.

Penilaian subjektif semacam ini sangat berbahaya bagi perkembangan batin selanjutnya.

Apabila aku keliru mohon diluruskan

sukhi hotu

Andi

Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: markosprawira on 29 August 2008, 03:54:15 PM
Namaste

Apabila cuma menggunakan hati nurani dan hanya sesuai dengan Kalama sutta lalu orang berpendapat "apakah sesuatu itu bermanfaat atau merugikan batinku"

Hasilnya bisa "benar" bisa juga "keliru", karena orang cenderung memilah mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan berdasarkan penilaiannya sendiri. Jadi gak heran banyak orang yang "membenarkan pendapatnya sendiri" dan "menyalahkan pendapat orang lain" karena penilaian yang subjektif seperti itu.

Penilaian subjektif semacam ini sangat berbahaya bagi perkembangan batin selanjutnya.

Apabila aku keliru mohon diluruskan

sukhi hotu

Andi



dear Andi,

betul sekali...... pada awal org memulai, pasti masih akan masuk pada konsep kusala - akusala.

Disinilah pentingnya sutta, vinaya dan abhidhamma yang akan memberikan guideline/petunjuk mengenai "arah" yang sedang kita tempuh, jadi tidak semata diserahkan kepada batin kita yang masih cenderung ke kusala - akusala....
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fran on 29 August 2008, 06:37:20 PM
Namaste

Apabila cuma menggunakan hati nurani dan hanya sesuai dengan Kalama sutta lalu orang berpendapat "apakah sesuatu itu bermanfaat atau merugikan batinku"

Hasilnya bisa "benar" bisa juga "keliru", karena orang cenderung memilah mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan berdasarkan penilaiannya sendiri. Jadi gak heran banyak orang yang "membenarkan pendapatnya sendiri" dan "menyalahkan pendapat orang lain" karena penilaian yang subjektif seperti itu.

Penilaian subjektif semacam ini sangat berbahaya bagi perkembangan batin selanjutnya.

Apabila aku keliru mohon diluruskan

sukhi hotu

Andi



dear Andi,

betul sekali...... pada awal org memulai, pasti masih akan masuk pada konsep kusala - akusala.

Disinilah pentingnya sutta, vinaya dan abhidhamma yang akan memberikan guideline/petunjuk mengenai "arah" yang sedang kita tempuh, jadi tidak semata diserahkan kepada batin kita yang masih cenderung ke kusala - akusala....


Apakah ini berarti 2daun Dhamma tidak bisa mewakili keseluruhan daun ?
Alangkah bijaksana jika kita tidak melekat pada 2daun utk membenarkan tindakan kita dan tidak bisa menerima daun2 yg lain yg isinya kontra dgn tindakan kita..


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 29 August 2008, 09:49:27 PM
Namaste

Apabila cuma menggunakan hati nurani dan hanya sesuai dengan Kalama sutta lalu orang berpendapat "apakah sesuatu itu bermanfaat atau merugikan batinku"

Hasilnya bisa "benar" bisa juga "keliru", karena orang cenderung memilah mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan berdasarkan penilaiannya sendiri. Jadi gak heran banyak orang yang "membenarkan pendapatnya sendiri" dan "menyalahkan pendapat orang lain" karena penilaian yang subjektif seperti itu.

sebenarnya kalau kita jujur pada diri kita sendiri, tidak sulit membedakan ini bermanfaat atau tidak kok :) seringnya sih, kita tidak jujur pada diri kita sendiri. ketika kenyataan berkata lain, pembohongan thd diri sendirilah yg terjadi. disini yg tidak bermanfaat akan diargumentasikan sebagai bermanfaat, dan yg bermanfaat akan diargumentasikan tidak bermanfaat.

Quote
Penilaian subjektif semacam ini sangat berbahaya bagi perkembangan batin selanjutnya.
menurut saya bukan penilaian subjektif yg berbahaya, tetapi penilaian yg 'keliru' seperti yg dikatakan oleh sdr. Andi sebelumnya...
apa yg dianggap objektif juga belum tentu adalah objektif lho...
dari pada memisahkan ini subjektif atau objektif, kembali saja, "apakah ini bermanfaat atau tidak"

_/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 29 August 2008, 09:52:23 PM
Apakah ini berarti 2daun Dhamma tidak bisa mewakili keseluruhan daun ?
daun dhamma itu maksudnya sutta yah?
2 sutta dapat memberikan gambaran apa yg diajarkan oleh Sang Buddha tergantung pada kondisi batin yg membacanya...
hal ini sesuai dg isi sutta tsb, bahwa sutta tsb adalah kotbah yg dibabarkan sang Buddha utk individu tertentu.
jadi artinya ada yg memahami apa yg diajarkan Sang Buddha melalui hanya 1 sutta (kotbah), ada yg perlu beberapa...

Quote
Alangkah bijaksana jika kita tidak melekat pada 2daun utk membenarkan tindakan kita dan tidak bisa menerima daun2 yg lain yg isinya kontra dgn tindakan kita..
ALangkah bahagianya kalau tidak melekat pada sutta apapun dan pada objek apapun.
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: fran on 29 August 2008, 11:30:32 PM
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang bikkhu yang bijak dengan beberapa murid dan pengikut setianya. Sang bikkhu memiliki seorang murid yang begitu ia kagumi karena ia begitu berbakat untuk dijadikan penerusnya, dan tibalah saat dimana ia menurunkan semua ilmunya kepada murid ini.

Sang murid begitu giat mempelajari setiap ilmu yang diturunkan oleh gurunya, dan setelah sang murid berhasil melewati beberapa ujian yang diterapkan oleh sangguru kepadanya, sang murid mengadakan pengembaraan untuk menyebar luaskan ajaran gurunya. Tak beberapa lama sang murid memperoleh kesuksesan dan memiliki banyak pengikut. Lalu ia menciptakan sebuah kitab yang begitu terkenal yaitu "Kitab Mata Angin 8 Penjuru", yang dalam sekejap menjadi mahsyur. Kitab ini juga banyak mebuat banyak orang menjadi pengikutnya.

Sang murid begitu bangga atas apa yang ia capai dalam hidupnya karena begitu bangga, ia tak sabar untuk memberi kabar kepada gurunya, maka ia mengutus seorang muridnya untuk menghantarkan kitab kebanggaannya pada sang kakek guru. Setelah tiba di kediaman sang kakek guru, utusan tersebut memberikan kitab itu kepada sang kakek guru.

Sang kakek guru hanya melihat selama beberapa kedipan, lalu ia mencoret permukaan depan dan diganti dengan "Kitab Kentut" dan menyuruh utusan tersebut mengembalikan pada pengirimnya.

Utusan tersebut kembali menghadap gurunya dan berkata " Wahai guruku, sang Kakek Guru bahkan tak menyimak apa isi Maha Kitab ini dan ia langsung mencelanya". Sang guru lantas menggeram dan bercela "" Betapa rendahnya guruku yang bahkan tak mengetahui betepa kitabku ini membawa banyak pengikut untuk memperoleh kehidupan yang baik dengan ajaran yang luhur ini."  Atas apa yang dilakukan kakek gurunya, sang murid murka dan membawa beberapa pengikutnya menemui sang kakek guru. Setelah tiba di kediaman sang kakek guru, sang kakek guru menyambutnya dengan senyuman dan penuh keramah tamahan, namun sebaliknya, sang murid lantas menghardik  "Kenapa kakek guru menghina kitabku yang begitu tenar, hebat dan mampu menyelamatkan banyak orang." "Sedangkan kakek guru hanya berdiam di tempat ini dan tak berbuat apa-apa!!!" Sang kakek guru menjawab dengan tenang,"Wahai muridku yang begitu mahsyur, engkau menulis Kitab Mata Angin 8 Penjuru. Tapi entah kenapa hanya dengan angin kentut engkau menjadi murka dan membawa pengikutmu untuk menghancurkanku ?" Sang murid lantas menyadari akan kesalahannya segeralah ia bersujud dan menangis, lalu ia meninggalkan kakek gurunya dengan perasaan berbunga-bunga akan suatu pencerahan yang diberikan gurunya.


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menyandang nama yang besar itu hendaklah diimbangi dengan kebijaksanaan. Amarah membawa kehancuran, ketenangan membawa kemenangan. Dengar dan fahamilah... Bahkan dalam legenda China kuno terdapat seorang jendral yang dapat menebas kepala orang tanpa berkedip tetapi ia bersujud kepada seorang biksu yang bisa melihat orang yang hendak menebas kepalanya tanpa berkedip.


Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: ryu on 30 August 2008, 07:48:16 AM
Pada jaman dulu kala ada seorang guru sangat terkenal, kemudian dia membuat kitab yang berisi nasehat2nya yang terkenal itu. Dia menyuruh murid2nya untuk berpedoman pada kitab dia dan harus melakukan apa yang ditulis di kitab itu yang tidak ditulis jangan dilakukan. Pada suatu ketika sang guru sedang berjalan2 dengan muridnya sang guru tiba2 tersandung batu dan jatuh ke sungai, ternyata sang guru tidak bisa berenang, dia berteriak2 minta tolong sama murid2nya, kemudian murid2nya langsung buka kitab yang ditulis oleh sang guru dan mencari cara untuk menolong sang guru dan ternyata! TIDAK ADA CARA UNTUK MENYELAMATKAN SANG GURU :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: tesla on 30 August 2008, 08:04:05 PM
:)) :)) :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: markosprawira on 01 September 2008, 11:28:59 AM
Buddhanussati :

ITI PI SO BHAGAVA ARAHAM SAMMASAMBUDDHO,
VIJJACARANA-SAMPANNO SUGATO LOKAVIDU,
ANUTTARO PURISADAMMASARATHI SATTHA DEVAMANUSSANAM,
BUDDHO BHAGAVA’TI.

Demikianlah Sang Bhagava, Yang Maha Suci,
Yang Telah Mencapai penerangan Sempurna
Sempurna pengetahuan serta tindak-tanduk-Nya.
Sempurna menempuh Sang Jalan (ke Nibbana).
Pengenal segenap alam.
Pembimbing manusia yang tiada taranya.
Guru para dewa dan manusia.
Yang Sadar (Bangun),
Yang patut Dimuliakan.


Dhammanussati


SVAKKHATO BHAGAVATA DHAMMO,
SANDITTHIKO AKALIKO EHIPASSIKO,
OPAYANIKO PACCATTAM VEDITABBO VINNUHI`TI.

Dhamma Sang Bhagava telam sempurna dibabarkan;
berada sangat dekat,
tak lapuk oleh waktu,
mengundang untuk dibuktikan;
menuntun ke dalam batin,
dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin masing-masing.


Sangat terharu jika melihat betapa sempurnanya Guru Buddha dan betapa saya selaku putthujhana begitu jauh dari sosok beliau.

Sangat dalam Dhamma yang diajarkan oleh guru Buddha, sehingga belum dapat diselami oleh saya yang putthujhana ini.

semoga kita semua bisa mempraktekkan Dhamma yang agung, bukannya karena tidak bisa memahami lalu justru melecehkannya dan memilah apa yang perlu dan tidak perlu  _/\_
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 14 September 2008, 10:55:06 AM
[at]atas...
Jangan hanya menjadi katak dibawah tempurung atau burung didalam sangkar emas... :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: bond on 14 September 2008, 11:09:36 AM
Kalo bebek bijimana? bisa ngerti Dhamma toh ? :))
Title: Re: Abhidhamma & vipassana
Post by: Riky_dave on 14 September 2008, 11:15:42 AM
bebek?Sang Buddha membabarkan Dhamma untuk apa? :)

Salam,
Riky