//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 647811 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #255 on: 30 March 2009, 09:09:15 AM »


Begitulah. Maka harus dibimbing kembali ke jalan Mahayana karena mereka hanya setengah jalan (seperti memang dikatakan sebelumnya, baru TK, harus lanjut SD, SMP, dst). Maka dikatakan bahwa Sariputra sendiri keliru mengira perjuangannya telah berakhir, namun sebenarnya akan terus terlahir sampai mencapai Samyak Sambodhi bernama Padmaprabha. Saya lupa persisnya pembicaraan ini di mana.




namaste suvatthi hotu

Dari teks Mahayana yang mana pernyataan seperti itu dikutip?

mohon tuliskan sumber teks sutranya dong, untuk ricek

thuti



Sudah saya tulis sebelumnya di Bhaisajyaguru Sutra dikatakan bahwa tekad ke empat dari Bhaisajyaguru adalah untuk membimbing orang yang dalam Sravaka & Pratyeka-yana untuk kembali ke jalan Mahayana. Jika Sravaka & Pratyeka Buddha adalah juga jalan yang membawa pada pembebasan akhir, untuk apa dipanggil-panggil ke dalam jalan Mahayana?

Quote
"Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang menempuh jalan menyimpang, Aku akan membimbing mereka kembali ke jalan Penerangan.
Jika ada yang menjadi pengikut jalan Sravaka atau Pacekkabuddha, mereka akan berangsur-angsur dibimbing ke Jalan Mahayana."


Dalam Saddharma Pundarika Sutra Bab II, dikatakan bahwa Sravaka, Arahat, Pratyeka Buddha yang tidak "terpanggil" untuk memasuki Buddhayana (Bodhisatvayana), maka seharusnya tidak dianggap Sravaka, Arahat, Pratyeka Buddha, atau pun murid dari Tathagata.
Ini berarti hanya yang sejati yang akan terpanggil ke dalam Bodhisatvayana.

Quote
"Now, Sâriputra, such disciples, Arhats, or Pratyekabuddhas who do not hear their actually being called to the Buddha-vehicle by the Tathâgata, who do not perceive, nor heed it, those, Sâriputra, should not be acknowledged as disciples of the Tathâgata, nor as Arhats, nor as Pratyekabuddhas."


Mengenai Sariputra yang akan menjadi Buddha dengan nama Padmaprabha, ternyata ada di Bab III.

Quote
... Thou thinkest that thou hast reached final rest. I, wishing to revive and renew in thee the knowledge of thy former vow to observe the (religious) course, will reveal to the disciples the Dharmaparyaya called 'the Lotus of the True Law,' this Sûrânta.

Again, Sâriputra, at a future period, after innumerable, inconceivable, immeasurable Æons, when thou shalt have learnt the true law of hundred thousand myriads of kotis of Tathâgatas, showed devotion in various ways, and achieved the present Bodhisattva-course, thou shalt become in the world a Tathâgata, named Padmaprabha

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #256 on: 30 March 2009, 09:21:01 AM »
apakah semua sravaka itu harus melanjutkan ke jalan MAHAYANA ?

Bukankah sudah dibilang bahwa Pratyeka & Sravaka yang berpikir jalannya telah berakhir adalah sombong dan keliru?
Seingat saya, Buddha Sakyamuni juga mengatakan para Sravaka (tidak hanya Sariputra) seperti Kasyapa, Maudgalyayana, Subhuti, Aniruddha, dan lain-lain juga akan menjadi Bodhisatva.


Para Buddha yang mana aja ya?, darimana kita tahu itu jalan yang benar?

Saya kurang tahu. Tetapi kalau di Sutra Mahayana, memang banyak disebutkan tentang Buddha lain. Pembagiannya adalah satu Buddha dalam satu galaksi, lalu ada Buddha di sebelah barat, utara, selatan, timur, zenith (atas), dan Nadir (bawah). Lalu dari arah masing-masing Buddha tersebut, ada Buddha lainnya lagi. Jadi sungguh banyak tak terhitung. Misalnya di sebelah barat ada Buddha Amitayus, Amitaskhamdha, Amitadhavaja, Mahaprabha, dan lain-lain. Di sebelah timur ada Buddha Aksobhya, Merudhvaja, Mahameru, daln lain-lain. Begitu juga di arah-arah lainnya.
Kalau setahu saya, yang dijelaskan dalam sutra adalah Amitayus (Amitabha) dan Bhaisajyaguru. (Dalam wihara Mahayana, sering kita lihat 3 patung utama Buddha, yaitu Sakyamuni di tengah, Amitayus di kiri, dan Bhaisajyaguru di kanan.)



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #257 on: 30 March 2009, 09:34:48 AM »
saudara kainyn yang bijak,
coba sebutkan 4 hukum kesunyataan mulia....
1.dukkha  ( dari sini sebuah calon harusnya berusaha untuk menghindari dari dukkha)
2.sebab dukkha
3.akhir dukkha
4.jalan menuju akhir dukkha.

dan kenyataan setelah "LULUS dengan baik secara katakanlah "hinaya"  eh, kok di TK belajar menghindari dukkha..sekarang SD.SMP,SMA diajarkan untuk terus menikmati dukkha?
TK dan SMP--- kok tidak nyambung?

[...]


Untuk pertanyaan-pertanyaan itu, saya tidak kompeten menjawab. Silahkan ditanyakan pada yang lain saja yah.

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #258 on: 30 March 2009, 10:02:10 AM »
Dalam satu terjemahan, ditulis demikian:
"Again, Shariputra, if there should be monks or nuns who claim that they already have attained the status of arhat, that this is their last incarnation, that they have reached the final nirvana, and that therefore they have no further intention of seeking anuttara-samyak-sambodhi, then you should understand that such as these are all persons of overbearing arrogance. Why do I say this? Because if they are monks who have truly attained the status of arhat, then it would be unthinkable that they should fail to believe this Law. The only
exception would be in a time after the Buddha had passed away, when there was no Buddha present in the world. Why is this? Because after the Buddha has passed away it will be difficult to find anyone who can embrace, recite, and understand the meaning of sutras such as this. But if persons at that time encounter another Buddha, then they will attain decisive understanding with regard to this Law."

Jelas di sini bahwa yang mengatakan kelahiran kembali telah berakhir namun tidak mengambil tekad mencapai Samyak Sambodhi, ia hanyalah orang yang mengaku-ngaku sebagai Arahat.


Bait sebelumnya adalah:
"Now, Sâriputra, such disciples, Arhats, or Pratyekabuddhas who do not hear their actually being called to the Buddha-vehicle by the Tathâgata, who do not perceive, nor heed it, those, Sâriputra, should not be acknowledged as disciples of the Tathâgata, nor as Arhats, nor as Pratyekabuddhas."




Boleh ditanya dapat darimana Bro ?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #259 on: 30 March 2009, 10:05:41 AM »
Para Buddha yang mana aja ya?, darimana kita tahu itu jalan yang benar?

Saya kurang tahu. Tetapi kalau di Sutra Mahayana, memang banyak disebutkan tentang Buddha lain. Pembagiannya adalah satu Buddha dalam satu galaksi, lalu ada Buddha di sebelah barat, utara, selatan, timur, zenith (atas), dan Nadir (bawah). Lalu dari arah masing-masing Buddha tersebut, ada Buddha lainnya lagi. Jadi sungguh banyak tak terhitung. Misalnya di sebelah barat ada Buddha Amitayus, Amitaskhamdha, Amitadhavaja, Mahaprabha, dan lain-lain. Di sebelah timur ada Buddha Aksobhya, Merudhvaja, Mahameru, daln lain-lain. Begitu juga di arah-arah lainnya.
Kalau setahu saya, yang dijelaskan dalam sutra adalah Amitayus (Amitabha) dan Bhaisajyaguru. (Dalam wihara Mahayana, sering kita lihat 3 patung utama Buddha, yaitu Sakyamuni di tengah, Amitayus di kiri, dan Bhaisajyaguru di kanan.)



Apakah Bunyi Mantra2 itu HANYALAH untuk memuji Buddha tersebut atau bagaimana? soalnya terdengar seperti Buddha tersebut sebagai sosok yang ingin di puji baru memberikan bantuan :D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #260 on: 30 March 2009, 10:08:52 AM »
bro and sis semua...,
lepaskan cangkang... segala (kelekatan) kewujudan. Contoh perumpamaan level tinggi adalah seperti syair guru Buddha tentang bahkan (pengetahuan tertinggi) Dhammapun seperti sebuah rakit yang harus ditinggalkan/ditanggalkan untuk menjejak di pantai seberang, apalagi yang (bersifat) fenomena atau bukan yang nyata/sejati, hanya (bersifat) sementara.

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan
(Dhammapada 214)

bro coedabgf yang bijak,

silahkan jawab pertanyaan saya,
"apakah  (kelahiran = penderitaan) itu merupakan kebenaran sejati"?

kalau anda menyebut rakit, saya menyebut demikian.
"seseorang yang belum melihat "kelahiran=penderitaan", jangan kan menaiki rakit, melihat rakit saja belum bisa"

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan
(Dhammapada 214)

yah tentu saja syair ini realita., dari kemelekatan ada kelahiran, dari kelahiran ada jara-marana.
siapa bebas dari kelahiran sama saja bebas dari jara-marana..

kok arti syair nya beda dengan kutipan sutra? ^^

atau mungkin sama seperti kata Ajahn Brahm,
"seseorang saat ini biasanya memakai rakit,belum sampai di tujuan malah sudah di lepas ditengah lautan"

orang seperti ini biasanya menganggap bahwa mencari "pembebasan" adalah kemelekatan itu sendiri.
dan orang seperti ini menganggap bahwa diri-nya telah berusaha "melepas"
sayang-nya yang terjadi justru "melepas" di tengah lautan.

salam metta.
« Last Edit: 30 March 2009, 10:14:56 AM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #261 on: 30 March 2009, 10:59:24 AM »
Para Buddha yang mana aja ya?, darimana kita tahu itu jalan yang benar?

Saya kurang tahu. Tetapi kalau di Sutra Mahayana, memang banyak disebutkan tentang Buddha lain. Pembagiannya adalah satu Buddha dalam satu galaksi, lalu ada Buddha di sebelah barat, utara, selatan, timur, zenith (atas), dan Nadir (bawah). Lalu dari arah masing-masing Buddha tersebut, ada Buddha lainnya lagi. Jadi sungguh banyak tak terhitung. Misalnya di sebelah barat ada Buddha Amitayus, Amitaskhamdha, Amitadhavaja, Mahaprabha, dan lain-lain. Di sebelah timur ada Buddha Aksobhya, Merudhvaja, Mahameru, daln lain-lain. Begitu juga di arah-arah lainnya.
Kalau setahu saya, yang dijelaskan dalam sutra adalah Amitayus (Amitabha) dan Bhaisajyaguru. (Dalam wihara Mahayana, sering kita lihat 3 patung utama Buddha, yaitu Sakyamuni di tengah, Amitayus di kiri, dan Bhaisajyaguru di kanan.)



Apakah Bunyi Mantra2 itu HANYALAH untuk memuji Buddha tersebut atau bagaimana? soalnya terdengar seperti Buddha tersebut sebagai sosok yang ingin di puji baru memberikan bantuan :D

bunyi sutra amitabha, bukan mantra mantra utk memuji buddha,
tapi mengingatkan kita bahwa, bukan sang buddha sakyamuni saja yang ada, karena di alam sebelah barat, sebelah timur, sebelah utara, sebelah selatan, sebelah atas, sebelah bawah (sepuluh penjuru buddha).

"O Sariputra sebagaimana Aku memuji jasa dan kebaikan semua Buddha, semua Buddha juga memuji jasa dan kebajikanKu yang tak terkirakan, dengan mengucapkan kata-kata : "Sakyamuni Buddha dapat melasanakan secara luar biasa perbuatan-perbuatan sulit di dunia saha, dikurun kejahatan dari lima kekeruhan diantara kekeruhan kalpa, kekeruhan pandangan, kekeruhan penderitaan, kekeruhan makhluk hidup dan kekeruhan kehidupan. Ia dapat mencapai Annuttara Samyak Sambodhi. Demi makhluk hidup, membabarkan Dharma. Ini yang diseluruh dunia sulit dipercaya, Sariputra. Kamu seharusnya mengerti bahwa Aku, dikurun kejahatan dari lima kekeruhan mempraktekkan perbuatan yang sulit ini, mencapai Annuttara Samyak Sambodhi. Demi semua dunia kuucapkan Dharma yang sulit dipercaya ini, benar-benar sulit untuk dipercaya."
« Last Edit: 30 March 2009, 11:06:28 AM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #262 on: 30 March 2009, 11:25:54 AM »
Dalam satu terjemahan, ditulis demikian:
"Again, Shariputra, if there should be monks or nuns who claim that they already have attained the status of arhat, that this is their last incarnation, that they have reached the final nirvana, and that therefore they have no further intention of seeking anuttara-samyak-sambodhi, then you should understand that such as these are all persons of overbearing arrogance. Why do I say this? Because if they are monks who have truly attained the status of arhat, then it would be unthinkable that they should fail to believe this Law. The only
exception would be in a time after the Buddha had passed away, when there was no Buddha present in the world. Why is this? Because after the Buddha has passed away it will be difficult to find anyone who can embrace, recite, and understand the meaning of sutras such as this. But if persons at that time encounter another Buddha, then they will attain decisive understanding with regard to this Law."

Jelas di sini bahwa yang mengatakan kelahiran kembali telah berakhir namun tidak mengambil tekad mencapai Samyak Sambodhi, ia hanyalah orang yang mengaku-ngaku sebagai Arahat.


Bait sebelumnya adalah:
"Now, Sâriputra, such disciples, Arhats, or Pratyekabuddhas who do not hear their actually being called to the Buddha-vehicle by the Tathâgata, who do not perceive, nor heed it, those, Sâriputra, should not be acknowledged as disciples of the Tathâgata, nor as Arhats, nor as Pratyekabuddhas."




Boleh ditanya dapat darimana Bro ?



Dalam Saddharma Pundarika Sutra Bab II, dikatakan bahwa Sravaka, Arahat, Pratyeka Buddha yang tidak "terpanggil" untuk memasuki Buddhayana (Bodhisatvayana), maka seharusnya tidak dianggap Sravaka, Arahat, Pratyeka Buddha, atau pun murid dari Tathagata.
Ini berarti hanya yang sejati yang akan terpanggil ke dalam Bodhisatvayana.

Quote
"Now, Sâriputra, such disciples, Arhats, or Pratyekabuddhas who do not hear their actually being called to the Buddha-vehicle by the Tathâgata, who do not perceive, nor heed it, those, Sâriputra, should not be acknowledged as disciples of the Tathâgata, nor as Arhats, nor as Pratyekabuddhas."


Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #263 on: 30 March 2009, 11:46:23 AM »
^
^
^

[at] bro kaiyn kutho

manttafffff om

mo +1 ah....
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #264 on: 30 March 2009, 11:51:36 AM »
Apakah Bunyi Mantra2 itu HANYALAH untuk memuji Buddha tersebut atau bagaimana? soalnya terdengar seperti Buddha tersebut sebagai sosok yang ingin di puji baru memberikan bantuan :D

Sepertinya bukan. Kalau menurut dugaan saya, setiap Buddha 'kan punya karakteristik masing-masing. Mantra masing-masing Buddha itu adalah untuk mengingatkan kita pada kualitas khas itu. Seperti dalam Atanatta Paritta Tradisi Theravada (paritta untuk perlindungan), juga disebutkan karakteristik Buddha-Buddha di masa lampau.



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #265 on: 30 March 2009, 11:52:25 AM »
O Sariputra, kalau seorang lelaki berbudi dan wanita berbudi mendengar sutta ini dan mengucapkan nama-nama semua Buddha ini, lelaki berbudi atau wanita berbudi ini akan menjadi orang yang ingat akan Buddha dan dilindungi oleh semua Buddha dan tidak akan gagal mencapai Anuttara Samyak Sambodhi. Sebab itu Sariputra, kalian semua patut percaya dan menerima kata-kataKu dan ucapan semua Buddha.Sariputra, kalau ada orang yang telah berikrar yang sedang berikrar atau yang akan berikrar, ”aku berhasrat lahir di negeri Amitabha.” Orang-orang ini semua tidak akan gagal mencapai Anuttara Samyak Sambodhi apakah dia lahir pada masa lampau, sekarang atau pada masa mendatang. Sebab itu Sariputra, semua laki-laki berbudi dan wanita berbudi jika mereka orang-orang yang memiliki keyakinan, seyogyanya berikrar untuk lahir di negeri ini.

Yang di bold terdengar seperti Iman agama sebelah deh :D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #266 on: 30 March 2009, 11:53:01 AM »
^
^
^

[at] bro kaiyn kutho

manttafffff om

mo +1 ah....

Thanx, Bro naviscope.

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #267 on: 31 March 2009, 10:32:00 AM »
bro and sis semua...,
lepaskan cangkang... segala (kelekatan) kewujudan. Contoh perumpamaan level tinggi adalah seperti syair guru Buddha tentang bahkan (pengetahuan tertinggi) Dhammapun seperti sebuah rakit yang harus ditinggalkan/ditanggalkan untuk menjejak di pantai seberang, apalagi yang (bersifat) fenomena atau bukan yang nyata/sejati, hanya (bersifat) sementara.

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan
(Dhammapada 214)

bro coedabgf yang bijak,

silahkan jawab pertanyaan saya,
"apakah  (kelahiran = penderitaan) itu merupakan kebenaran sejati"?

kalau anda menyebut rakit, saya menyebut demikian.
"seseorang yang belum melihat "kelahiran=penderitaan", jangan kan menaiki rakit, melihat rakit saja belum bisa"

Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan
(Dhammapada 214)

yah tentu saja syair ini realita., dari kemelekatan ada kelahiran, dari kelahiran ada jara-marana.
siapa bebas dari kelahiran sama saja bebas dari jara-marana..

kok arti syair nya beda dengan kutipan sutra? ^^

atau mungkin sama seperti kata Ajahn Brahm,
"seseorang saat ini biasanya memakai rakit,belum sampai di tujuan malah sudah di lepas ditengah lautan"

orang seperti ini biasanya menganggap bahwa mencari "pembebasan" adalah kemelekatan itu sendiri.
dan orang seperti ini menganggap bahwa diri-nya telah berusaha "melepas"
sayang-nya yang terjadi justru "melepas" di tengah lautan.

salam metta.


jawabannya silahkan lihat pada topik : Re: brahmajala sutta - pandangan berbelit2 (Studi Sutta/Sutra)
« Last Edit: 31 March 2009, 10:39:51 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline Shining Moon

  • Sebelumnya: Yuri-chan, Yuliani Kurniawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.148
  • Reputasi: 131
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #268 on: 31 March 2009, 10:35:33 AM »
Apakah Bunyi Mantra2 itu HANYALAH untuk memuji Buddha tersebut atau bagaimana? soalnya terdengar seperti Buddha tersebut sebagai sosok yang ingin di puji baru memberikan bantuan :D

Sepertinya bukan. Kalau menurut dugaan saya, setiap Buddha 'kan punya karakteristik masing-masing. Mantra masing-masing Buddha itu adalah untuk mengingatkan kita pada kualitas khas itu. Seperti dalam Atanatta Paritta Tradisi Theravada (paritta untuk perlindungan), juga disebutkan karakteristik Buddha-Buddha di masa lampau.




saya mau nanya dong, sehubungan dengan pertanyaannya bro ryu..lagu pendupaan yang banyak dinyanyikan di vihara mahayana dan terkadang dinyanyikan oleh suhu, kan ada kalimat seperti ini...'saat pujianku telah melimpah_limpah, para Buddha menampakkan dirinya, aum vajra dupe aum.'..
Apa benar para Buddha akan menampakkan diri jika kita memuji para Buddha sampai melimpah2?
Mohon pencerahannya ya
Life is beautiful, let's rock and roll..

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #269 on: 31 March 2009, 10:40:29 AM »
^
^
^
mencoba menjawab ya

IMO, kata-kata tidak mendeskripsikan sesuatu....
kalau kita penuh keyakinan, dalam hal ini, bukan pada pujian, tapi pada perbuatan baik
saat pujianku telah melimpah_limpah (IMO, perbuatan baikku telah melimpah_limpah) para buddha menampakan diri nya

sama halnya, pada saat pelimpahan jasa
semoga jasa dan kebajikan
"memperindah tanah suci"

IMO, tanah suci sudah indah, tidak perlu diperindah lagi,
hanya dengan sedikit perbuatan baik kita, mo memperindah tanah suci?
haaa.... (hendra susanto mode 'ON')

gan en,

navis
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.