IMO sih tidak ada namanya mencicipi nibbana *mencicipi padam tanha? patahnya 10 belenggu sementara? hilangnya lobha,dosa,moh sementara? ignorance/ketidaktahuan hilang sementara? *. Dari sepenerawangan sotapatti magga dan phala itu hanya berhubungan dengan pandangan.
Itu dia bedanya.. Kalo Suhu (saya ikutan) melihatnya dari dasar Nikaya.. Yg pihak lainnya Sdr Peacemind, bro Gachapin, bro Chingik dkk dari penjelasan komentar, visuddhimagga dlsb yg mengatakan "Nibbana telah dicicipi sotapanna". Anyway, yg penting mengerti maksud pihak lawan bicara saya rasa it's ok.. Beda kamus ga masalah. Meski penggunaan terminologi yg salah berpotensi utk menimbulkan kesalahan pengertian dan distorsi makna Dhamma, so I stick to Suhu's opinion. Ataukah.. Mungkin ada penjelasan dari Nikaya Pali atau Agama Sanskrit oleh Sang Buddha bahwa Nibbana telah dicicipi seorang sotapanna? Mungkin menambah perbendaharaan Dhamma..
Hal ini juga telah dibahas oleh seorang guru meditasi di Sri Lanka bernama Katukurunde Ñānananda dalam bukunya "The Magic of the Mind"...
The Magic of Mind kalo ga salah inget termasuk 1 dari sekian buku yg direkomen oleh Sdr Dhammasiri?
So..
1. Tertarik. Tapi kalau ditanya "benar-benar" tertarik? Jawabnya mungkin tidak. Karena saya belum meninggalkan keduniawian sbg bukti kesungguhan. Ini menjadi dilema tersendiri. Karena skrg saya berada dalam jalur duniawi, sepantasnya kapasitas saya berpikir dan bertindak sesuai proporsi seorang perumah-tangga (meski belom berumah tangga
). Hal yg berbeda lagi jika saya telah terjun ke lapangan non-duniawi, tentu semestinya menjalani peranan secara totalitas. Mencoba berpikir dan berbuat tidak sesuai proporsi hanya akan menambah semakin banyak friksi antara realitas dengan idealisme kita.
2. Penyebab ketertarikan?
Penyebab ketertarikan? Yg pertama jelas, kejenuhan.. Masa depan tidak pernah pasti, hanya kematian yg pasti. Kapan ia menjelang, tak pernah diketahui.. Bagaimana lg sosok mendatang saya, apakah utuh? Apakah masih manusia? Apakah masih berbahagia? Bagaimana bila ternyata bukan manusia, terlahir sbg seekor anjing jalanan? Bagaimana bila manusia tetapi tidak dng kondisi bahagia? Tdk dg kondisi fisik yg sempurna? Seen too many of those plot as I went to few places these years.. The more I see n the further I go, it becomes clearer to me suffering are all around us. But we often joyfully welcome it, buying it when it's wrapped by such a colorful cover.
Selain itu penyebab ketertarikan yg lain berasal dr pengalaman yg temporari, dari keadaan meditasi dan hidup sesuai praktek dhamma: dana, sila, bhavana. Bahkan yg begini remeh-temeh saja sudah sedemikian terasa nyaman. Timbul pikiran, bagaimana bila "lebih" lagi? Hanya saja sementara harus berpuas dg cengkeraman tanha agar masih dapat terus enjoy dan bersenang dg keadaan yg fluktuatif begini.. Really envy those can enjoy living without many desires, without much money, with plenty of times watching monkeys swinging in the forest. Eh.. drpd irsia mending mudita-citta deh