//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ayacana Sutta  (Read 2097 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Ayacana Sutta
« on: 29 August 2007, 01:18:39 PM »
Demikianlah telah saya dengar. Pada suatu ketika, sewaktu Sang Bhagava baru
saja mencapai Pencerahan Sempurna, beliau tinggal di Uruvela di tepi sungai
Neranjara, di kaki pohon Banyan Gembala Kambing. Kemudian, tatkala beliau
sedang sendirian dan dalam penyepian, jalan pikiran ini muncul dalam benak
beliau: "Dhamma yang telah kucapai ini dalam, sulit untuk dilihat, sulit
untuk disadari, damai, halus, melampaui jangkauan penalaran, lembut,untuk
dialami oleh orang bijak. Namun generasi ini bergembira dalam kemelekatan,
bergairah oleh kemelekatan, menyenangi kemelekatan. Bagi sebuah generasi
yang bergembira dalam kemelekatan, bergairah oleh kemelekatan, menyenangi
kemelekatan, kebersebaban ini/itu dan kemunculan bersyarat
(paticcasamuppada) sulit untuk dilihat. Keadaan ini pun sulit untuk dilihat:
diamnya semua kondisi, lepasnya segala keberadaan, lenyapnya kehausan,
tiadanya nafsu, penghentian, Nibbana. Dan bila aku mengajarkan Dhamma dan
bila orang-orang lain tidak mampu mengerti, itu akan melelahkanku,
menyulitkanku."

Kemudian saja syair-syair ini, yang tidak pernah diucapkan pada masa lampau,
yang tidak pernah didengar sebelumnya, timbul pada Sang Bhagava:

"Mengapa kini mengajarkan
apa yang dengan sulit kucapai.
Dhamma ini tak mudah disadari
oleh mereka yang takluk
pada kebencian & nafsu.

Apa yang halus, lembut,
dalam, sulit untuk dilihat,
yang pergi melawan arus -
mereka yang bergembira dalam nafsu,
terselubung dalam kegelapan total,
takkan mampu melihat."

Ketika Sang Bhagava merenung demikian, pikirannya condong untuk berdiam
dalam kenyamanan, untuk tidak mengajarkan Dhamma.

Kemudian Brahma Sahampati, setelah mengetahui dengan benaknya sendiri jalan
pikiran dalam benak Sang Bhagava, berpikir: "Dunia kehilangan! Dunia runtuh!
Pikiran dari Sang Tathagata, Arahat, Tercerahi Sempurna condong untuk
berdiam dalam kenyamanan, untuk tidak mengajarkan Dhamma!" Kemudian,
sebagaimana seorang laki-laki yang kuat bisa menjulurkan lengannya yang
terlipat atau melipat lengannya yang terjulur, Brahma Sahampati lenyap dari
dunia Brahma dan tampak kembali di hadapan Sang Bhagava. Mengatur
jubah-atasnya menutup satu bahu, ia berlutut dengan lutut kanannya di atas
tanah, memberi hormat pada Sang Bhagava dengan tangannya di depan dada, dan
berkata pada beliau: "Bhante, sudilah Sang Bhagava mengajarkan Dhamma!
Sudilah Sang Sugata mengajarkan Dhamma! Terdapat makhluk-makhluk dengan
sedikit debu di mata mereka yang mengalami kemunduran karena mereka tidak
mendengar Dhamma. Akan ada mereka yang bisa mengerti Dhamma."

Itulah apa yang Brahma Sahampati katakan. Setelah mengatakannya, ia
melanjutkan berkata demikian:

"Pada masa lampau muncul di Magadha
Dhamma kotor yang ditemukan orang bernoda.
Bukakanlah pintu Nirmati (Amata)!
Biarkanlah mereka mendengar Dhamma
yang disadari oleh Yang Tak Bernoda!

Seperti layaknya orang berdiri di atas karang
dapat melihat orang-orang sekitar di bawah,
Maka, O sang arif, dengan melihat ke sekitar,
dakilah istana yang diciptakan Dhamma.
Bebas dari dukacita, pandangilah orang-orang
yang terbenam dalam dukacita,
yang terhimpit oleh kelahiran & penuaan.

Bangunlah, O pahlawan, pemenang pertempuran!
O Guru, mengembara tanpa beban dalam dunia.
Ajarkanlah Dhamma, O Sang Bhagava:
Akan ada mereka yang bisa mengerti Dhamma."

Kemudian Sang Bhagava, setelah memahami undangan Brahma, didorong rasa welas
asih kepada makhluk-makhluk, meninjau dunia dengan mata dari seorang Buddha.
Ketika beliau melakukannya, beliau melihat makhluk-makhluk yang dengan
sedikit debu di mata mereka dan yang banyak debu, yang dengan daya-daya yang
tajam dan yang tumpul, yang dengan sifat-sifat yang baik dan yang buruk,
yang mudah diajar dan yang sulit, beberapa dari mereka melihat aib dan
bahaya di dunia seberang. Sebagaimana dalam sebuah kolam teratai biru atau
merah atau putih, beberapa teratai - lahir dan tumbuh dalam air - dapat
tumbuh subur selagi terbenam dalam air, tanpa muncul dari air; beberapa
dapat berdiri pada tingkat yang rata dengan air; beberapa dapat muncul dari
air dan berdiri tanpa dilumuri oleh air - demikian pula, meninjau dunia
dengan mata dari seorang Buddha, Sang Bhagava melihat makhluk-makhluk yang
dengan sedikit debu di mata mereka dan yang banyak debu, yang dengan
daya-daya yang tajam dan yang tumpul, yang dengan sifat-sifat yang baik dan
yang buruk, yang mudah diajar dan yang sulit, beberapa dari mereka melihat
aib dan bahaya di dunia seberang.

Setelah melihat ini, beliau menjawab Brahma Sahampati dalam syair:

"Terbuka pintu-pintu Nirmati (Amata)
bagi mereka yang dapat mendengar.
Biarkan mereka memperlihatkan keyakinannya.
Mencerap kesulitan, O Brahma,
Aku dulu tidak mengajarkan umat manusia
Dhamma yang halus, agung.

Kemudian Brahma Sahampati, berpikir, "Sang Bhagava telah memberi
persetujuannya untuk mengajar Dhamma," memberi hormat kepada Sang Bhagava
dan, mengitari beliau di sebelah kanan, lenyap dari sana.

 

anything