Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: Robby on 12 June 2010, 08:34:23 PM

Title: ketuhanan yang maha esa
Post by: Robby on 12 June 2010, 08:34:23 PM
halo ada yang bisa bantu saya jelaskan ketuhanan yang maha esa dalam agama buddha gak?
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 12 June 2010, 08:47:42 PM
buddha = atheis
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: sukuhong on 12 June 2010, 08:52:18 PM
buddha = atheis

sudah pasti
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: dipasena on 12 June 2010, 09:08:21 PM
halo ada yang bisa bantu saya jelaskan ketuhanan yang maha esa dalam agama buddha gak?

selama ini yg bro ketahui tentang ketuhanan di agama buddha itu bagaimana ? boleh sharing dulu ?

salam dari aa'ton
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Robby on 12 June 2010, 09:11:07 PM
buddha = atheis

ehm, tanya lagi ci, arti atheis tu pa a? sory agama rendah a. makanya mao banyak belajar. hehe
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: pannadevi on 12 June 2010, 09:27:54 PM
buddha = atheis

ehm, tanya lagi ci, arti atheis tu pa a? sory agama rendah a. makanya mao banyak belajar. hehe

yah...bro Sunkmanitu Tanka Ob'waci dipanggil ci.... :o

ada beberapakali hal ini sudah dibahas, hingga pernah rame, sampe server down beberapa hari, dikirain gara2 sedang diskusi rame menanyakan hal tsb. coba deh anda search dlu di postingan lama, dibawah ini juga ada beberapa diskusi ttg Ketuhanan Yang MAha Esa, coba deh di klik aja, klo yg dlu bikin heboh udah lupa judulnya klo ga salah "Buddhism atheis"? pembahasan nya seru banget...sayang ga tahu linknya dimana, ada yg tahu? tolong donk...

thanks sblm n ssdhnya...

may all beings be happy

mettacittena,
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Robby on 12 June 2010, 09:39:11 PM
buddha = atheis

ehm, tanya lagi ci, arti atheis tu pa a? sory agama rendah a. makanya mao banyak belajar. hehe



yah...bro Sunkmanitu Tanka Ob'waci dipanggil ci.... :o

ada beberapakali hal ini sudah dibahas, hingga pernah rame, sampe server down beberapa hari, dikirain gara2 sedang diskusi rame menanyakan hal tsb. coba deh anda search dlu di postingan lama, dibawah ini juga ada beberapa diskusi ttg Ketuhanan Yang MAha Esa, coba deh di klik aja, klo yg dlu bikin heboh udah lupa judulnya klo ga salah "Buddhism atheis"? pembahasan nya seru banget...sayang ga tahu linknya dimana, ada yg tahu? tolong donk...

thanks sblm n ssdhnya...

may all beings be happy

mettacittena,

ayo, sory2 w gak tao a. ado tade takut gak sopan manggil napa, skrg jade salah pgl. ado sory banget buat bro Sunkmanitu Tanka Ob'waci.  :(

ehm klo ada yang bisa tolong kasi link nya donk. hehe
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: No Pain No Gain on 12 June 2010, 09:49:25 PM
gini2 robby...saya jelasin ya..

atheis tidak sama dengan non theist

atheis= tidak mempercayai adanya tuhan
non theist bisa terdiri dari beberapa, salah satunya adalah agnostik
non theist = tidak memperdulikan adanya tuhan

agnostik = tidak memperdulikan adanya tuhan (personal maupun tidak personal), mau ada atau tidak ada tuhan , tidak mempengaruhi hidup manusia, gak ada ruginya bagi kehidupan manusia.

saya lebih prefer kalo agnostik lebih mirip buddhisme..bukan berarti sama loh ya..bedanya, ada sebagian besar buddhist percaya akan tuhan yang tidak bersifat personal
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Robby on 12 June 2010, 09:53:22 PM
gini2 robby...saya jelasin ya..

atheis tidak sama dengan non theist

atheis= tidak mempercayai adanya tuhan
non theist bisa terdiri dari beberapa, salah satunya adalah agnostik
non theist = tidak memperdulikan adanya tuhan

agnostik = tidak memperdulikan adanya tuhan, mau ada atau tidak ada tuhan , tidak mempengaruhi hidup manusia, gak ada ruginya bagi kehidupan manusia.

saya lebih prefer kalo agnostik lebih mirip buddhisme..bukan berarti sama loh ya..

thanx y, hehe. yang ni baru pertama x w denger. tapi kenapa di beberap buku agama yang sekarang murid2 SMP atau SMA ada membahas tentang tuhan yang maha esa y? dan juga konsep nya. ni yang w pengen tao, tp gak tao mao nanya sapa. hehe
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: No Pain No Gain on 12 June 2010, 09:59:42 PM
mungkin bukan tuhan yang maha esa mksdnya...ketuhanan yang maha esa..^^

nah, di indonesia sendiri kan setiap agama berlandaskan sila 1 pancasila: ketuhanan yang maha esa.

nah, untuk beradaptasi dengan lingkungan negara, maka dibuddhisme dibuat konsep ketuhanan yang maha esa..di negara lain nggak ada loh...
kalo tidak dibuat gitu, saya agak ragu2 apakah agama buddha boleh diijinkan atau tidak..^^ cmiiw
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Robby on 12 June 2010, 10:11:19 PM
mungkin bukan tuhan yang maha esa mksdnya...ketuhanan yang maha esa..^^

nah, di indonesia sendiri kan setiap agama berlandaskan sila 1 pancasila: ketuhanan yang maha esa.

nah, untuk beradaptasi dengan lingkungan negara, maka dibuddhisme dibuat konsep ketuhanan yang maha esa..di negara lain nggak ada loh...
kalo tidak dibuat gitu, saya agak ragu2 apakah agama buddha boleh diijinkan atau tidak..^^ cmiiw

berarti salah ketik tade. hehe. kira2 bro bisa bantu jelaskan gak?
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: No Pain No Gain on 12 June 2010, 10:33:22 PM
mungkin bukan tuhan yang maha esa mksdnya...ketuhanan yang maha esa..^^

nah, di indonesia sendiri kan setiap agama berlandaskan sila 1 pancasila: ketuhanan yang maha esa.

nah, untuk beradaptasi dengan lingkungan negara, maka dibuddhisme dibuat konsep ketuhanan yang maha esa..di negara lain nggak ada loh...
kalo tidak dibuat gitu, saya agak ragu2 apakah agama buddha boleh diijinkan atau tidak..^^ cmiiw

berarti salah ketik tade. hehe. kira2 bro bisa bantu jelaskan gak?

maksudnya jelasinnya apanya robby? :)
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: johansadeli on 12 June 2010, 11:43:02 PM
buddha = atheis ????

buddha itu apa ?
kalau pemahaman saya sih . kondisi manusia yg telah mencapai kesempurnaan. manusia yang sanggup membersihkan semua kotoran karma di seluruh jalur2 eteris, yang seluruh chakra2 nya bersih dan berkembang..sehingga energi alam semesta dapat mengalir masuk ke dalam diri nya tanpa ada hambatan. menjadikan IA menyatu dengan alam semesta ,manunggaling kawula gusti.

kata2 "om mani padme hum"
di dalam semua keberadaan,binatang,jin,manusia,hewan,tumbuhan,batu,..semua punya sesuatu didalam nya menjadikan sesuatu itu hidup, contoh di dalam diri kita ada siapa ? yang menjadi kan kita hidup, nah..yg di dalam diri kita itu ..katakan lah..percikan cahaya ilahi...nah percikan cahaya2 itu ada di semua makhluk. bahkan batu sekalipun, karena atom2 batu pun bisa menyatu dikarenakan ada nya kekuatan hidup.

jadi jika dikatakan buddha = atheis.
mungkin beda pemahaman dgn org awam. jika org awam, berdoa kepada tuhan diatas...entah di planet mana...
nah umat budha berdoa ke diri nya sendiri, karena sebenarnya tuhan udah ada di dalam diri, agama buddha mengajar kan kita tuk mengungkapkan keberadaan tuhan di dalam diri, memberdayakan semua kekuatan ilahi yang ada di dalam diri. jika kita telah menemukan jati diri, maka kita = buddha.....tapi bukan kita = tuhan --> karena kalau kita = tuhan...pasti byk yg ngoceh..hehehe(karena tuhan blom buka lowongan,cuma buddha doank yg buka byk lowongan jadi buddha)

jadi kalau dikatakan ketuhanan yg maha esa, yaa pendapat saya, kita semua itu ga ada yg terpisah2...semua adalah esa,yaitu satu, apa yg ada di dalam diri kita sama seperti apa yg ada di dalam diri semua makhluk. terkesan jamak,padahal satu hidup.

itu sih pemahaman saya ttg ketuhanan yg maha esa versi buddha


 ^:)^

Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Adhitthana on 12 June 2010, 11:47:32 PM
Tuhan & Ajaran Sang Buddha

BERBICARA MENGENAI KONSEP, SEKILAS dalam benak kita terbayang teori-teori yang kental kaitannya dengan sesuatu yang diteliti, dikaji, diperdebatkan, dan juga diyakini. Dalam konteks artikel ini, konsep yang dibahas adalah tentang tuhan. Secara umum pandangan yang ada menganggap seseorang yang beragama pasti atau harus mempunyai ”satu Tuhan yang diakui”. Konsep tuhan dari sudut pandang ini sangat jelas memersonifikasikan Tuhan, jadi tuhan dirupakan sebagai sosok atau makhluk seperti halnya manusia. Keyakinan akan konsep ini tentunya bukan sesuatu yang asing bagi kita, karena sejak kecil kita sudah mendapat modal yang kuat akan konsep tuhan sebagai makhluk adidaya yang mencipta alam semesta beserta seluruh isinya dari pendidikan di sekolah maupun lingkungan sekitar
kita.

Yang sulit adalah ketika kita mendapatkan kebenaran akan sesuatu konsep yang telah demikian lama mengakar dalam pikiran kita, bahwa konsep yang kita yakini selama ini ternyata keliru atau salah. Sulitnya karena kemelekatan kita pada konsep tersebut (bahwa tuhan dipandang sebagai sosok atau pribadi pengatur dan pencipta alam semesta dan isinya) telah begitu kuat. Jika kemelekatan (keyakinan) kita terhadap konsep itu begitu kuatnya maka kita akan selalu menjadi pendebat seluruh konsep yang ada walaupun konsep yang lain mungkin menawarkan sudut pandang yang sebenarnya.

Kontroversi

Sejauh ini masih banyak yang mempertanyakan, dalam Buddhis itu tuhannya yang mana, bagaimana pula karakteristiknya. Mengapa pula dalam sutta-sutta ataupun ceramah Dhamma konsep tentang tuhan ini sangat jarang disinggung. Bagaimana sesungguhnya konsep mengenai Tuhan dalam Agama Buddha? Mengapa perlu membahas tentang konsep ini? Menurut ahli-ahli di luar negeri, dikatakan bahwa agama Buddha dimasukkan sebagai agama yang Agnostik dan tidak mengenal tuhan pencipta. Selain itu, menurut para Atheis, dikatakan bahwa Buddhisme tidak bisa disebut sebagai agama karena tidak adanya tuhan dan segala macamnya, namun lebih cenderung ke filosofi. Sedangkan menurut historisnya, dikatakan bahwa di Indonesia, Walubi terpaksa menggunakan sebutan Sanghyang Adi Buddha sebagai tuhan dalam agama Buddha karena tekanan dari pemerintah.

Teori

Menjawab berbagai kontroversi tentang pemaknaan tuhan yang sesungguhnya dalam agama Buddha sudah sepatutnya menjadi tugas kita bersama sebagai penganut ajaran Buddha. Karena itu, dalam pembahasan berikut ini akan diuraikan dasar-dasar pandangan non-Buddhis terhadap konsep tuhan dalam Buddhisme, istilah-istilah yang digunakan untuk memperjelas mengenai teori ketuhanan dalam Buddhisme, dan bagaimana pandangan Sang Buddha mengenai konsep tuhan itu sendiri. Jawaban Sang Buddha kelak akan menguak tabir misteri tentang Atta dan doktrin penolaknya, Anatta (doktrin tiada inti diri).

Istilah agnostik, theis, dan atheis

Seorang agnostik adalah seorang yang percaya bahwa ada ‘sesuatu’ yang di luar pikiran manusia. Di sisi lain, seorang agnostik mungkin percaya mungkin pula tidak percaya pada ‘tuhan’. Jadi seorang agnostik bisa sebagai seorang theis ataupun seorang atheis. Istilah ‘gnostic’ atau ‘agnostic’ dibuat oleh philsuf-pemikir Thomas Huxley pada tahun 1869. ‘Gnostic’ berasal dari akar kata ‘gnosis’, artinya ‘mengetahui’ (to know). Dengan kata lain, seseorang agnostik mengakui ketidaktahuannya mengenai keberadaaan ‘tuhan’. Menurut mereka, ‘tuhan’ mungkin saja ada, tetapi akal tidak dapat membuktikan keberadaan ataupun ketidakberadaannya.

Dalam teori Buddhis, memang tidak dikenal adanya konsep tuhan dengan definisi sebagai pencipta dan pengatur alam semesta beserta segala isinya dengan watak atau sifat-sifat seperti manusia yang bisa marah, senang, benci, sayang, dsb, sehingga agama Buddha sering disebut atheis. Tentunya jawaban ini sangat tidak memuaskan beberapa pihak dan orang-orang yang sudah terlanjur melekat pada pandangan tuhan sebagai pribadi atau makhluk yang agung, tinggi, dan super power, di mana menuntut setiap agama harus mempunyai konsep yang sama seperti itu. Sayangnya, cara pandang kita sebagai penganut ajaran Buddha terhadap konsep tuhan ini memang sangat berbeda dibanding agama-agama lainnya.

Tuhan dalam agama Buddha didefinisikan sebagai yang mutlak, maka jika meminta definisi tuhan sebagai yang mutlak ini, kita dapat merujuk pada uraian Sang Buddha tentang Nibbana yang ada pada Sutta Pitaka, Udana VIII:3. Dalam hal ini agama Buddha termasuk agama theistik. 'Yang Mutlak' sendiri adalah istilah falsafah, bukan istilah yang biasa dipakai dalam kehidupan keagamaan. Dalam kehidupan keagamaan, 'Yang Mutlak' itu sendiri disebut dengan 'tuhan yang maha esa'.

‘Tuhan’ sebagai tujuan akhir

Agama Buddha boleh-boleh saja dikatakan atheis karena jika melihatnya hanya dari sudut pandang personal, agama Buddha memang tidak ber-’tuhan’. Karena jelas-jelas agama Buddha memegang teguh konsep anatta (doktrin tiada inti diri/aku/jiwa yang kekal) yang merupakan salah satu bagian penting dari 3 corak umum yang universal (tilakkhana). Jika melihat definisi Tuhan dari sudut pandang impersonal (bukan pribadi), maka dalam ajaran Buddha terdapat Nibbana yang bisa disamakan dengan konsep Tuhan karena Nibbana adalah tujuan yang tertinggi dan termulia yang ingin dicapai oleh seorang penganut ajaran Buddha.

Tujuan akhir dari kita belajar, memperdalam pemahaman tentang Dhamma Sang Buddha, dan mempraktekkannya pun sesungguhnya karena kita menginginkan kebebasan yang mutlak, menuju pada pencapaian pencerahan yang tertinggi, yaitu Nibbana. Sama halnya dengan pandangan umum agama lain yang ingin mencapai atau berada di sisi ‘tuhannya’ setelah meninggal (tujuan akhirnya). Inilah sebabnya kita bisa menggunakan konsep Nibbana untuk mendefinisikan Tuhan dalam agama Buddha karena peranannya sebagai tujuan akhir, sama dengan peranan tuhan dalam agama-agama lainnya.

Hakekat ketuhanan

Dengan mengetahui bahwa tuhan dalam agama Buddha sesungguhnya tujuan akhir yang perlu kita capai sebagai pemeluk ajaran Buddha, maka merupakan sesuatu yang mutlak bagi kita untuk mengenali bagaimana hakekat ketuhanan (sifat-sifat tuhan) itu sendiri. Adapun hakekat ketuhanan dalam agama Buddha adalah tidak berkondisi dan terbebas dari Lobha, Dosa, dan Moha. Karena tidak berkondisi dan terbebas dari Lobha, Dosa, dan Moha, maka sifat-sifat tuhan adalah maha esa, karena hanya satu-satunya, dan mahasuci, karena terbebas dari Lobha, Dosa, dan Moha.

Karena itu, tuhan bisa dikatakan bersifat impersonal (bukan pribadi), yaitu memahami yang mutlak/tuhan sebagai anthropomorphisme (tidak dalam ukuran bentuk manusia) dan anthropopatisme (tidak dalam ukuran perasaan manusia). Jika masih berpandangan bahwa tuhan bersifat tidak impersonal, maka berarti masih berkondisi, yang berarti masih ada dukkha. Dengan demikian, bisa timbul pandangan bahwa ”tuhan dapat disalahkan”, sehingga kita tidak dapat mendudukkan tuhan dalam proporsi yang sebenarnya dan mengaburkan kembali pandangan yang semula bahwa ‘tuhan’ adalah yang tertinggi, mahasuci, mahaesa, mahatahu, dsb.

Yang mutlak (tuhan) dalam agama Buddha tidaklah dipandang sebagai sesuatu pribadi puggala adhitthana), yang kepadanya umat Buddha memanjatkan doa dan menggantungkan hidupnya. Agama Buddha mengajarkan bahwa nasib, penderitaan dan keberuntungan manusia adalah hasil dari perbuatannya sendiri di masa lampau, sesuai dengan hukum kamma yang merupakan satu aspek Dhamma.

Definisi dan asal muasal kata ”tuhan”

Dilihat dari agama dan kepercayaan yang ada, Tuhan/Dei/Deos/God/ Thien pada intinya memiliki pengertian penguasa, pengatur alam semesta yang berkepribadian yang dipercaya memiliki super power. Kepercayaan akan adanya tuhan dimulai dengan konsep politheis atau banyak tuhan dengan tugas-tugas tertentu seperti kepercayaan Mesir dan Yunani kuno.

Belakangan manusia mulai berpikir bahwa tuhan yang jumlahnya banyak tersebut tidaklah efektif lagi karena mengurangi kredibilitas sesuatu yang super power. Selain itu timbul pemikiran perlunya tuhan tertinggi untuk mengatur tuhan-tuhan yang lain yang merupakan cermin dari hirarki kerajaan. Akhirnya terbentuklah konsep monotheis, tuhan yang satu.

Etimologi (asal kata) ‘tuhan’ dalam bahasa Melayu juga memiliki sejarahnya sendiri. Kata ‘tuhan’ berasal dari kata ‘tuan’, sama artinya dengan kata ‘lord’ dalam bahasa Inggris, sama artinya dengan kata ‘gusti’, yaitu seseorang sebagai tempat mengabdikan diri.

Hal ini dapat kita buktikan dengan mengamati dalam bahasa Jawa, seperti ‘gusti raja’, ‘gusti putri’ yang kemudian muncul istilah ‘gusti allah’. Selain itu juga dari satu sumber disebutkan, bahwa sebelum perkataan 'Tuhan' diperkenalkan kepada rakyat Indonesia, rakyat Indonesia telah ber-tuhan, akan tetapi tidak disebut dengan perkataan 'tuhan'. Di Jawa dikenal perkataan 'pangeran'. Perkataan ‘pangeran' itu mempunyai akar kata 'her', 'tempat diam untuk menghadap orang tua'; kata kerjanya 'angher', 'tinggal pada suatu tempat untuk mengabdi'; maka perkataan 'pangeran' berarti 'yang diikuti, yang diabdi'. Dalam hal ini tidak ada unsur memohon, meminta sesuatu, mengharapkan sesuatu dari 'Pangeran', akan tetapi karena mengabdi dan mengikuti, maka pasti akan diperoleh berkah atau buah (pahala). Tuhan atau pangeran dalam bahasa Jawa sering digambarkan sebagai : “gesang tanpa roh; kuwaos tanpa piranti; tan wiwitan datan wekasan; tan kena kinaya ngapa; ora jaman ora makam; ora arah ora enggon; adoh tanpa wangenan; cedak tanpa gepokan (senggolan); ora njaba ora njero; lembut tan kena jinumput; gede tan kena kinira-kira",

yang artinya :
"Hidup tanpa roh; kuasa tanpa alat; tanpa awal tanpa akhir; tak dapat diapa-siapakan; tak kenal jaman maupun perhentian; tak berarah tak bertempat; jauh tak terbatas; dekat tak tersentuh; tak di luar tak di dalam; halus tak terpungut; besar tak terhingga".

Kedatangan bangsa Barat dengan membawa agama Nasrani dan usaha menerjemahkan Injil khususnya kata ‘lord’ () ke dalam bahasa Melayu, memberikan perubahan kata ‘tuan’ menjadi ‘tuhan’. Hal ini terjadi karena kata ‘tuan’ memiliki konotasi yang sifatnya duniawi, dan dengan diubahnya kata tersebut menjadi kata ‘tuhan’ akan memberikan konotasi yang sifatnya spiritual.

Bagaimana dengan Buddhisme? Pada dasarnya dalam Buddhisme tidak terdapat ajaran mengenai tuhan dalam pemahaman pengertian sebagai penguasa, pengatur alam semesta yang berkepribadian yang dipercaya memiliki super power.

Tidak ada satupun pengertian dari ‘tuhan’ di atas yang dapat kita jumpai dalam teks-teks awal Buddhisme, kecuali beberapa sifat tertentu. Beberapa waktu yang lalu di Sri Lanka, timbul suatu gerakan protes untuk menghilangkan istilah tuhan dalam kurikulum sekolah, di mana istilah tuhan ini merupakan produk agama Nasrani yang juga mewabah di Sri Lanka.

Penggunaan kata ‘tuhan’ dalam agama Buddha di Indonesia merupakan suatu bentuk kompromi politik, di mana Indonesia hanya mengakui agama yang bertuhan meskipun tidak dijelaskan definisi atau pengertiannya apakah harus seragam, dan agama Buddha di Indonesia perlu menyesuaikan diri. Kemudian muncul istilah Sanghyang Adi Buddha yang oleh sebagian orang dianggap sebagai tuhan yang bisa melihat, mendengar, memberkahi, sehingga digunakan dalam upacara pengambilan sumpah seorang umat Buddha dalam sistem kenegaraan.

Sebenarnya jika kita melihat dan memerhatikan sila pertama Pancasila Dasar Negara Indonesia yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kita tidak bisa mengatakan dan mengartikannya bahwa Indonesia mengakui adanya satu tuhan, tetapi mengakui sifat-sifat tuhan yang mutlak. Kata ”ketuhanan” merupakan kata yang memiliki awalan ‘ke-’ dan akhiran ‘–an’, ketika suatu kata dasar diberi imbuhan awalan ‘ke-’ dan akhiran ‘–an’ maka kata tersebut memiliki perubahan arti.

Dalam hal ini kata ‘tuhan’ yang merupakan kata benda ketika ditambah dengan awalan ‘ke-’ dan akhiran ‘–an’ akan berubah menjadi kata sifat. Dengan kata lain, kata ‘ketuhanan’ berarti sifat–sifat atau hal-hal yang berhubungan dengan tuhan, bukan tuhan itu sendiri.

Kata ‘maha’ berasal dari bahasa Sanskerta/ Pali yang bisa berarti mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata ‘maha’ bukan berarti ‘sangat’. Jadi adalah salah jika penggunaan kata ‘maha’ dipersandingkan dengan kata seperti besar menjadi maha besar yang berarti sangat besar.

Kata ‘esa’ juga berasal dari bahasa Sansekerta/Pali. Kata ‘esa’ bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata ‘esa’ berasal dari kata ‘etad’ yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata ‘ini’ (this – Inggris). Sedangkan kata ‘satu’ dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sansekerta maupun bahasa Pali adalah kata ‘eka’. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah ‘eka’, bukan kata ‘esa’.

Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti tuhan yang hanya satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya, Ketuhanan Yang Maha Esa berarti sifat-sifat luhur/mulia tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur/mulia, bukan tuhannya.

Dan apakah sifat-sifat luhur/mulia (sifat-sifat tuhan) itu? Sifat-sifat luhur/mulia itu antara
lain: cinta kasih, kasih sayang, jujur, rela berkorban, rendah hati, memaafkan, dan sebagainya. Dan ajaran agama Buddha mengandung semua hal itu. Dengan dasar acuan mengenai sifat-sifat Tuhan dalam agama Buddha, di mana peranannya sebagai tujuan akhir yang mutlak dicapai oleh semua makhluk, dan juga dari definisi serta asal kata ‘Tuhan’ itu sendiri secara historis dan harfiah seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya konsep tuhan dalam agama Buddha sama sekali tidak bertentangan sila pertama dasar negara Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, maupun UUD '45 pasal 29 ayat 1 dan 2.

Lebih jauh, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha kita dapatkan dari sabda-sabda Sang Buddha, seperti yang dituliskan dalam Kitab Udana : "Atthi bhikkhave ajatam abhutam akatam asankhatam,no ce tam bhikkhave abhavisam ajatam abhutam akatam asankhatam, nayidha jatassa bhutassa katassa sankhatassa nissaranam pannayatha. Yasma ca kho bhikkhave atthi ajatam abhutam akatam asankhatam, tasma jatassa bhutassa katassa sankhatassa nissaranam pannaya'ti”

yang artinya:
"Para bhikkhu, ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Para bhikkhu, bila tak ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka tak ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu". (Udana,VIII: 3)

Untuk memahami ‘yang mutlak’ ini, seseorang harus mengembangkan pengertiannya, dari pengertian duniawi (lokiya) sampai memperoleh pengertian yang mengatasi duniawi (lokuttara), yang hanya dapat dicapai oleh insan yang sadar, yang telah membebaskan diri dari cengkeraman kamma dan kelahiran kembali. Pengertian ini tidak dapat dimiliki oleh manusia yang batinnya masih dicengkeram oleh keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kegelapan batin (moha).

Dengan demikian, jelaslah bahwa agama Buddha benar-benar mengajarkan keyakinan terhadap tuhan yang maha esa, yang mutlak. Hal ini penting sebagai penegasan kepada mereka yang mengira bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan keyakinan terhadap tuhan yang maha esa dan dengan sendirinya agama Buddha dianggap tidak berlandaskan pada
ketuhanan yang maha esa.

Sampai di sini, pembahasan kembali pada sifat-sifat tuhan dalam agama Buddha, yaitu tidak berkondisi dan terbebas dari lobha, dosa, dan moha. Dan dalam Buddhis, hal ini dikenal dengan Nibbana. Untuk mengetahui apakah sesuatu yang tidak berkondisi ini benar-benar ada, maka dapat digunakan acuan berdasarkan Kitab Suci Tipitaka, logika (Anumana: melihat yang tidak terlihat dari yang terlihat), dan mengalami langsung (merealisasi). Bagaimana menuju perealisasian Nibbana adalah tergantung pada usaha kita, dan untuk itu kita perlu memahami satu doktrin penting yang diajarkan Guru Agung kita, yaitu ajaran tentang anatta.



 _/\_
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Xcript on 13 June 2010, 01:13:54 PM
Sepertinya topik ini kan pernah rame di bahas. Coba search dulu...
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Robby on 13 June 2010, 09:29:41 PM
Sepertinya topik ini kan pernah rame di bahas. Coba search dulu...

justru tu lo xcript (maaf agak gak sopan, soalnya gak tao mao pgl bro atau sis, kemaren sempat salah manggil. jade malu ^^), gak to link nya a w. hehe. soalnya baru join forum ni kira2 4 hari yang lalu.

Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: tania on 24 June 2010, 08:19:28 PM
namo buddhaya ..

dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3 disebutkan bahwa :
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan,pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.?


dalam salah satu forum, pernah ada yg bertanya mengenai hal ini dan dikatakan bahwa "Sesuatu" yg dimaksud dalam kalimat tersebut adalah "Nibbana" sementara menurut saya, Nibbana mengacu pada "bebas dari kelahiran, penjelmaan,pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu" .. Saya ingin meminta pula pendapat rekan2 disini mengenai Sutta diatas ..

 _/\_
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Nevada on 25 June 2010, 10:30:40 AM
namo buddhaya ..

dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3 disebutkan bahwa :
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan,pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.?


dalam salah satu forum, pernah ada yg bertanya mengenai hal ini dan dikatakan bahwa "Sesuatu" yg dimaksud dalam kalimat tersebut adalah "Nibbana" sementara menurut saya, Nibbana mengacu pada "bebas dari kelahiran, penjelmaan,pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu" .. Saya ingin meminta pula pendapat rekan2 disini mengenai Sutta diatas ..

 _/\_
Benar. Yang dimaksud oleh Sang Buddha di atas adalah Nibbana. Karena itulah Sang Buddha mengatakan bahwa Nibbana itu Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, sehingga ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Acuan ini dipakai oleh STI untuk merumuskan konsep ketuhanan dalam Agama Buddha. Namun sampai saat ini, saya pikir hal ini tidak cocok untuk dirumuskan sebagai konsep ketuhanan dalam Agama Buddha. Bila ada teman-teman yang menganggap hal ini cocok, silakan saja. Saya tidak hendak mengkritik.

Namun jika "Nibbana" disebut sebagai konsep ketuhanan, maka artinya tujuan tertinggi umat Buddha adalah mencapai ketuhanan. Nanti ujung-ujungnya malah bisa semakin rancu dari pandangan Buddhisme sendiri.
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: hendrako on 25 June 2010, 11:08:57 AM
halo ada yang bisa bantu saya jelaskan ketuhanan yang maha esa dalam agama buddha gak?

Ketuhanan dalam agama Buddha oleh Bhikku Uttamo:

http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1003&multi=T&hal=0 (http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1003&multi=T&hal=0)

Ketuhanan yang maha esa dalam agama Buddha oleh Corneles Wowor;

http://www.samaggi-phala.or.id/download/lain/ketuhanan.pdf


Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: tania on 25 June 2010, 12:07:06 PM
Benar. Yang dimaksud oleh Sang Buddha di atas adalah Nibbana. Karena itulah Sang Buddha mengatakan bahwa Nibbana itu Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, sehingga ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Acuan ini dipakai oleh STI untuk merumuskan konsep ketuhanan dalam Agama Buddha. Namun sampai saat ini, saya pikir hal ini tidak cocok untuk dirumuskan sebagai konsep ketuhanan dalam Agama Buddha. Bila ada teman-teman yang menganggap hal ini cocok, silakan saja. Saya tidak hendak mengkritik.

Namun jika "Nibbana" disebut sebagai konsep ketuhanan, maka artinya tujuan tertinggi umat Buddha adalah mencapai ketuhanan. Nanti ujung-ujungnya malah bisa semakin rancu dari pandangan Buddhisme sendiri.

anumodana atas penjelasan saudara ..  _/\_
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: sukuhong on 29 June 2010, 06:03:39 AM
namo buddhaya ..

dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3 disebutkan bahwa :
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan,pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.?


dalam salah satu forum, pernah ada yg bertanya mengenai hal ini dan dikatakan bahwa "Sesuatu" yg dimaksud dalam kalimat tersebut adalah "Nibbana" sementara menurut saya, Nibbana mengacu pada "bebas dari kelahiran, penjelmaan,pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu" .. Saya ingin meminta pula pendapat rekan2 disini mengenai Sutta diatas ..

 _/\_
Benar. Yang dimaksud oleh Sang Buddha di atas adalah Nibbana. Karena itulah Sang Buddha mengatakan bahwa Nibbana itu Tidak Dilahirkan, Tidak Menjelma, Tidak Tercipta, Yang Mutlak, sehingga ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Acuan ini dipakai oleh STI untuk merumuskan konsep ketuhanan dalam Agama Buddha. Namun sampai saat ini, saya pikir hal ini tidak cocok untuk dirumuskan sebagai konsep ketuhanan dalam Agama Buddha. Bila ada teman-teman yang menganggap hal ini cocok, silakan saja. Saya tidak hendak mengkritik.

Namun jika "Nibbana" disebut sebagai konsep ketuhanan, maka artinya tujuan tertinggi umat Buddha adalah mencapai ketuhanan. Nanti ujung-ujungnya malah bisa semakin rancu dari pandangan Buddhisme sendiri.
Saya dari dulu juga tidak setuju !
Tapi konsep ini sudah diterima pemerintah/Depag, dan tidak bisa diubah lagi.
Agar agama Buddha diakui oleh pemerintah Indonesia berdasarkan Pancasila, setiap agama harus mempunyai keTuhanan.
Memang resiko nya banyak pemahamam salah dengan konsep ini, sehingga akan bisa timbul pandangan salah terhadap ajaran Buddha yang terjadi seperti sekarang ini.
Dan konsep ini juga akan membuat umat non Buddhis di Indoneisa tidak akan tertarik dengan ajaran Buddha karena mengakui adanya Tuhan.
Jadi sekarang tergantung masing2 individu(umat Buddhis Indonesia) untuk memahami ajaran Buddha ini dengan Pengertian yang benar.
kamsia
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: tania on 29 June 2010, 10:39:23 AM
mungkin soal ini perlu disebar luaskan melalui forum2 buddhist sehingga dapat mengurangi kesalah pahaman .. sejak kecil juga di buku Agama Buddha yg saya pelajari, konsep ini digunakan sebagai cara untuk menjelaskan keberadaan Tuhan dalam Agama Buddha sehingga membuat saya salah pengertian ..
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: sukuhong on 29 June 2010, 02:01:23 PM
mungkin soal ini perlu disebar luaskan melalui forum2 buddhist sehingga dapat mengurangi kesalah pahaman .. sejak kecil juga di buku Agama Buddha yg saya pelajari, konsep ini digunakan sebagai cara untuk menjelaskan keberadaan Tuhan dalam Agama Buddha sehingga membuat saya salah pengertian ..

yang bahagia sekarang adalah tania sudah mengerti !

utk orang lain biar saja masing2 individu yang memahaminya sendiri.
tidak bisa dipaksakan untuk orang lain harus mengerti seperti tania, ujung2nya ntar akan terjadi debat /konflik !
kamsia
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: tania on 29 June 2010, 08:27:55 PM
mungkin soal ini perlu disebar luaskan melalui forum2 buddhist sehingga dapat mengurangi kesalah pahaman .. sejak kecil juga di buku Agama Buddha yg saya pelajari, konsep ini digunakan sebagai cara untuk menjelaskan keberadaan Tuhan dalam Agama Buddha sehingga membuat saya salah pengertian ..

yang bahagia sekarang adalah tania sudah mengerti !

utk orang lain biar saja masing2 individu yang memahaminya sendiri.
tidak bisa dipaksakan untuk orang lain harus mengerti seperti tania, ujung2nya ntar akan terjadi debat /konflik !
kamsia

karena menurut saya kalimat itu memang agak ambigu .. apalagi jika disangkutpautkan dg konsep ketuhanan secara umum ..

smoga lebih banyak umat yg mengerti ..  _/\_
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: sukuhong on 30 June 2010, 06:19:01 AM
mungkin soal ini perlu disebar luaskan melalui forum2 buddhist sehingga dapat mengurangi kesalah pahaman .. sejak kecil juga di buku Agama Buddha yg saya pelajari, konsep ini digunakan sebagai cara untuk menjelaskan keberadaan Tuhan dalam Agama Buddha sehingga membuat saya salah pengertian ..

yang bahagia sekarang adalah tania sudah mengerti !

utk orang lain biar saja masing2 individu yang memahaminya sendiri.
tidak bisa dipaksakan untuk orang lain harus mengerti seperti tania, ujung2nya ntar akan terjadi debat /konflik !
kamsia

karena menurut saya kalimat itu memang agak ambigu .. apalagi jika disangkutpautkan dg konsep ketuhanan secara umum ..
smoga lebih banyak umat yg mengerti ..  _/\_

sadhu
kamsia
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: wong cilik on 02 July 2010, 02:34:15 PM
Diskusi yang berkaitan dengan hal ini dapat dilihat di link berikut:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,16217.0.html.

Txs
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Sukma Kemenyan on 04 April 2012, 09:18:49 PM
Maaf, ngangkat topic lama...
Cuma ingin berbagi apa yg baru tertuang...


Buddhism (yang tidak menyembah apapun) menurut gue,
cukup sesuai dengan Pancasila Sila pertama (Ketuhanan yang maha esa).


Sesuai darimana ?
Kita coba bahas dari Ketuhanan.
Tuhan di combo dengan imbuhan ke-an,
Bukan membahas sesuatu/seseorang/wujud/object.
Akan tetapi... lirik sini (http://basasin.blogspot.com/2009/01/imbuhan-ke.html)

dan mengingat "Ketuhanan" pada sila pertama Pancasila memiliki fungsi yang  "membentuk kata sifat",

yang berarti:
Ketuhanan yang maha esa bisa diartikan menjadi:
Memiliki sifat tuhan yang maha esa.

Sampai disini setuju ?

Masih tidak ?
Lanjut lagi...

Kita coba bahas si definisi "esa".
Pasti anda-anda korban kegelapan orde-baru bakalan berteriak... "satu!!!"

Mari kita coba berlogika,
Jikalau Esa = Tunggal,
lalu apa artinya Eka (seperti dalam Bhinneka Tunggal Ika) ?

Nah sudah bisa dipahami ? Belum?

Ya sudah saya copas dari bahasa asli'nya sono.
["eka"] = "same; certain; unknown, (used for the indefinite article), One, (only in the sing,), in plural it gives the meaning `some`,xxxadj,";
["eka,msa"] = "definite; sure; pertaining to one shoulder,xxxadj,";
["eka,msika"] = "definite; sure; pertaining to one shoulder,xxxadj,";

["esa"] = "(euphonic form of eso), that person,";
["esati"] = "seeks; searches,xxxes + a";
["esanaa"] = "seeking; longing,xxxf,";


Semoga post tersebut membuka pemikiran anda
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Choa on 04 April 2012, 10:08:42 PM
karena ini forum buddhis
saya katakan ide tentang tuhan adalah konyol dalam pemahaman
dan cara praktek buddhism
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Kelana on 05 April 2012, 12:23:38 PM
Maaf, ngangkat topic lama...
Cuma ingin berbagi apa yg baru tertuang...


Buddhism (yang tidak menyembah apapun) menurut gue,
cukup sesuai dengan Pancasila Sila pertama (Ketuhanan yang maha esa).


Sesuai darimana ?
Kita coba bahas dari Ketuhanan.
Tuhan di combo dengan imbuhan ke-an,
Bukan membahas sesuatu/seseorang/wujud/object.
Akan tetapi... lirik sini (http://basasin.blogspot.com/2009/01/imbuhan-ke.html)

dan mengingat "Ketuhanan" pada sila pertama Pancasila memiliki fungsi yang  "membentuk kata sifat",

yang berarti:
Ketuhanan yang maha esa bisa diartikan menjadi:
Memiliki sifat tuhan yang maha esa.

Sampai disini setuju ?

Setuju  ;D

Quote

Mari kita coba berlogika,
Jikalau Esa = Tunggal,
lalu apa artinya Eka (seperti dalam Bhinneka Tunggal Ika) ?

Nah sudah bisa dipahami ? Belum?

Tidak paham, dimana logikanya, Pak? Apa hubungannya dengan Ika?
Setahu saya, Ika dalam Bhinneka Tunggal Ika, dalam Bahasa Jawa kuno diterjemahkan sebagai 'itu' bukan 'satu' atau 'eka'. Jadi artinya Berbeda-beda (Bhinneka), itu (ika) , tunggal (satu/tunggal) , Jadi tidak ada kaitannya dengan esa nya ketuhanan yang maha esa. Kalau ika = eka dan diterjemahkan sebagai satu, lah, artinya jadi aneh, jadi berbeda-beda satu tunggal ???

Quote
Ya sudah saya copas dari bahasa asli'nya sono.
["eka"] = "same; certain; unknown, (used for the indefinite article), One, (only in the sing,), in plural it gives the meaning `some`,xxxadj,";
["eka,msa"] = "definite; sure; pertaining to one shoulder,xxxadj,";
["eka,msika"] = "definite; sure; pertaining to one shoulder,xxxadj,";

["esa"] = "(euphonic form of eso), that person,";
["esati"] = "seeks; searches,xxxes + a";
["esanaa"] = "seeking; longing,xxxf,";

Esa pada sila ke-1 Pancasila NKRI itu menggunakan bahasa Sankerta bukan Pali, meskipun kedua bahasa memiliki kemiripan. Dan memang dalam bahasa Pali maupun Sanskerta, maha esa tidak merujuk pada maha satu.




Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Sukma Kemenyan on 05 April 2012, 06:26:08 PM
Esa pada sila ke-1 Pancasila NKRI itu menggunakan bahasa Sankerta bukan Pali, meskipun kedua bahasa memiliki kemiripan. Dan memang dalam bahasa Pali maupun Sanskerta, maha esa tidak merujuk pada maha satu.
akan tetapi merujuk pada maha.... ?

jangan setengah2 donk boss :/
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: ryu on 05 April 2012, 10:15:01 PM
akan tetapi merujuk pada maha.... ?

jangan setengah2 donk boss :/
Makna Sesungguhnya Di Balik Sila Ketuhanan Yang Maha Esa



Sejarah mengatakan bahwa Pancasila dasar Negara Kesatuan Repubrik Indonesia (NKRI) lahir pada 1 Juni 1945. Pancasila lahir didasarkan pada pemikiran tokoh proklamator yang tidak lain adalah Bung Karno.

Mungkin banyak di antara kita yang tidak mengetahui apa dasar pemikiran Bung Karno pada waktu mencetuskan ide dasar negara hingga tercetuslah ide Pancasila. Dasar pemikiran Bung Karno dalam mencetuskan istilah Pancasila sebagai Dasar Negara adalah mengadopsi istilah praktek-praktek moral orang Jawa kuno yang di dasarkan pada ajaran Buddhisme. Dalam ajaran Buddhisme terdapat praktek-praktek moral yang disebut dengan Panca Sila (bahasa Sanskerta / Pali) yang berarti lima (5) kemoralan yaitu : bertekad menghindari pembunuhan makhluk hidup, bertekad menghindari berkata dusta, bertekad menghindari perbuatan mencuri, bertekad menghindari perbuatan berzinah, dan bertekad untuk tidak minum minuman yang dapat menimbulkan ketagihan dan menghilangkan kesadaran.

Sila pertama dari Pancasila Dasar Negara NKRI adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sanskerta ataupun bahasa Pali. Banyak di antara kita yang salah paham mengartikan makna dari sila pertama ini. Baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum kita diajarkan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Satu, atau Tuhan Yang jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam sudut pandang bahasa Sanskerta ataupun Pali, Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah bermakna Tuhan Yang Satu. Lalu apa makna sebenarnya ? Mari kita bahas satu persatu kata dari kalimat dari sila pertama ini.

Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran –an. Penggunaan awalan ke- dan akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna dari kata itu dan membentuk makna baru. Penambahan awalan ke- dan akhiran -an dapat memberi perubahan makna menjadi antara lain : mengalami hal…., sifat-sifat …. Contoh kalimat : ia sedang kepanasan. Kata panas diberi imbuhan ke- dan –an maka menjadi kata kepanasan yang bermakna mengalami hal yang panas. Begitu juga dengan kata ketuhanan yang berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an yang bermakna sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain Ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang berhubungan dengan tuhan.

Kata “maha” berasal dari bahasa Sanskerta / Pali yang bisa berarti mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata “maha” bukan berarti “sangat”. Jadi adalah salah jika penggunaan kata “maha” dipersandingkan dengan kata seperti besar menjadi maha besar yang berarti sangat besar.

Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sanskerta / Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this – Inggris). Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sankserta maupun bahasa Pali adalah kata “eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah “eka”, bukan kata “esa”.

Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya, Ketuhanan Yang Maha Esa berarti Sifat-sifat Luhur / Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur / mulia, bukan Tuhannya.

Dan apakah sifat-sifat luhur / mulia (sifat-sifat Tuhan) itu ? Sifat-sifat luhur / mulia itu antara lain : cinta kasih, kasih sayang, jujur, rela berkorban, rendah hati, memaafkan, dan sebagainya.

Setelah kita mengetahui hal ini kita dapat melihat bahwa sila pertama dari Pancasila NKRI ternyata begitu dalam dan bermakna luas , tidak membahas apakah Tuhan itu satu atau banyak seperti anggapan kita selama ini, tetapi sesungguhnya sila pertama ini membahas sifat-sifat luhur / mulia yang harus dimiliki oleh segenap bangsa Indonesia. Sila pertama dari Pancasila NKRI ini tidak bersifat arogan dan penuh paksaan bahwa rakyat Indonesia harus beragama yang percaya pada satu Tuhan saja, tetapi membuka diri bagi agama yang juga percaya pada banyak Tuhan, karena yang ditekankan dalam sila pertama Pancasila NKRI ini adalah sifat-sifat luhur / mulia. Dan diharapkan Negara di masa yang akan datang dapat membuka diri bagi keberadaan agama yang juga mengajarkan nilai-nilai luhur dan mulia meskipun tidak mempercayai adanya satu Tuhan.



Catatan :
Bahasa Sanskerta adalah bahasa India kuno yang biasa digunakan oleh kaum terpelajar . Sedangkan bahasa Pali adalah bahasa India kuno yang biasa digunakan oleh orang kebanyakan.
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: adi lim on 06 April 2012, 05:44:45 AM
Catatan :
Bahasa Sanskerta adalah bahasa India kuno yang biasa digunakan oleh kaum terpelajar . Sedangkan bahasa Pali adalah bahasa India kuno yang biasa digunakan oleh orang kebanyakan.

maaf OOT

makanya yang memakai referensi bahasa Sansekerta/Sankrit dalam penyebaran ajaran Buddha dalam tradisi Buddhis, lebih tinggi tingkat pemahaman yang penuh misteri  ??? dibandingkan dengan tradisi bahasa Pali tingkat rendah yang transparan. :))

 :backtotopic:
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Kelana on 06 April 2012, 10:31:59 AM
akan tetapi merujuk pada maha.... ?

jangan setengah2 donk boss :/

Sama seperti artikel tahun 2003 yang disampaikan oleh Sdr. Ryu, 'esa' mengacu pada keberadaan, sesuatu yang mutlak, seharusnya ada.
Begitu Sdr. Kemenyan.
Title: Re: ketuhanan yang maha esa
Post by: Blacxheart on 31 January 2014, 05:44:27 AM
Sungguh penjelasan2 yg sangat bermanfaat Dari saudara2 semua, benar2 menambah wawasan saya. Terimakasih sadhu3x  :)