Seksualitas memang sesuatu yg sangat kompleks, apalagi jika dikaitkan dengan yg sering kita sebut 'cinta'... jadilah.. 'making love' istilah si bule: hawa nafsu bercampur aduk dengan cinta... tapi ini mungkin case yg akan kita bahas dilain waktu.
Dari sisi Buddhisme, apakah yg membedakan antara Gay dan Heteroseksual?
Buddhisme lebih menekankan kita untuk mengamati motivasi batin kita, apakah kita seorang Homoseksual ataukah Heteroseksual, semuanya kembali kepada hawa-nafsu kita saat berhadapan dengan objek. Semakin berkobar hawa nafsu kita, semakin sering keinginan rendah tsb dilakukan, semakin mudah kita terpicu saat landasan indera bersentuhan dengan objek, maka semakin kotorlah batin kita... ini berlaku terhadap heteroseksual maupun homoseksual. podoae.. sama saja.
Ada yg timbul tanha (hawa nafsunya) saat melihat cewek berbikini, ada yg muncul tanha nya saat melihat gambar2 porno di internet: baik gambar cewek, gambar cowok, gambar binatang, gambar anak2, dan segala macamnya... artinya, objek yg memicu munculnya lobha-tanha setiap insan sangat berbeda2...
Ada yg heteroseksual sangat lobha, dan sebaliknya ada homoseksual yg tidak terlalu menuruti hawa nafsunya... Homoseksual dan heteroseksual hanyalah sebagian kecil pengelompokkan kecenderungan seksual, semuanya kembali kepada kadar lobha masing2 batin si manusia; kadar motivasi batin ini yg sesungguhnya menjadi penentu, kamma yg sesungguhnya, yg akan berbuah saat ini dan nanti... sama halnya dengan vegetarian: mo makan daging ataupun makan sayuran, jika dilandasi hawa nafsu yg berkobar, makan sebanyak mungkin, ujung2nya keduanya bisa saja menimbulkan sakit perut kekenyangan.
Namun, dalam pertimbangan hidup bermasyarakat, hidup bersosialiasi, tidak mudah bagi homoskesual untuk menunjukkan jati dirinya dan hidup normal.. ini salah satu faktor yg harus dipertimbangkan. Juga perlu dipahami bahwa kecenderungan homoseksual (dan juga heteroseksual) adalah hasil akumulasi perbuatan lampau kita (kehidupan dulu dan sekarang) yg terus kita pupuk dan sirami... Artinya: bisa terbentuk, bisa juga diuraikan (diubah) kedepannya....
Bagi Sang Buddha, seksualitas tidak bermanfaat bagi akhir-dukkha, dengan demikian, suatu saat kita mesti meninggalkan kegiatan seksual agar bisa mengikis dukkha secara sempurna... Jadi, sudah banyak yg berhasil meninggalkan kehidupan seksual, artinya tidak tertutup kemungkinan untuk meninggalkan kehidupan homoseksual dan pelan2 beralih ke heteroseksual, ataupun idealnya: homoseksual dan heteroseksual meninggalkan kecenderungan seksnya dan hidup selibat...
::