Memangnya ada masalah kalau memang tidak ada nyanyian?
Mungkin bagi yang sudah dewasa dan telah mengerti pemahaman Buddha Dhamma, sudah maju dalam pengembangan batin dan mengikuti cara2 yang diajarkan dalam Sigalovada Sutta serta terlatih dalam meditasi.. boleh saja tidak memerlukan nyanyian.. namun bagi umat Buddha yang pengetahuan Dhammanya masih baru .. saya rasa masih butuh ajaran Dhamma dalam bentuk lain.. yakni lagu2 Buddhis.. agar lebih mudah pemahamannya.. hal ini pribadi pernah saya rasakan sewaktu mengisi sekolah minggu anak2 Buddhis.. agak sulit mencari variasi acara agar anak2 tertarik mengikuti kelas Dhamma..
kalau saya pribadi,malah dengan nyanyian2,tarian2,kesenian dan segala macam hal yang di luar Dhamma tetapi aktivitasnya didalam Vihara dan kayak sekolah minggu buddhisme tetapi yang diajarkan bukan "cerita2" tentang Ajaran buddha..malah nantinya anak2 tersebut hanya melekat pada "nyanyian2" seperti itu,"tarian2" seperti itu dan menganggap Vihara hanya lah tempat bersosialisasi,mencari kawan atau pacar,tempat bermain,sudah kayak taman kanak2 menurut saya..
Malah sekarang yang parahnya lagi,yang banyak nyanyi2 itu banyak tidak tahu arti nyanyian itu sendiri,kayak pratek puja bakti versi Mahayana,kayak Ta Pei Cho,entah apalagi..dan anehnya setelah mereka "melekat" dengan tata cara nyanyian2 tersebut,mereka akan terbawa ketika membaca paritta suci atau sutta suci versi Theravada sewaktu melaksanakan puja bhakti..
dan jujur saja,saya sangat terganggu dengan hal tersebut,saya lebih bagus mendengar kaset puja bhakti dirumah daripada ke vihara ikut puja bhakti,karena ke vihara yang baca nya "benar" itu hanya 1 orang yang baca di depan itu,yang umatnya ikutin semua kayak lagi "konser lagu"..[dan membuat saya tidak bisa latihan membaca dengan benar,karena saya sendiri tidak pandai membaca!!]
pertanyaannya adalah apakah pantas Khotbah2 Suci Buddha di jadikan LAGU kayak BEGITU dengan DALIH pembenaran untuk LEBIH MUDAH DIPAHAMI,dan segala macem DALIH lagi?atau UNTUK MENARIK pangsa PASAR??
Khotbah suci Buddha jelas bagi saya,bahkan dihormati oleh para makhluk yang tak nampak,dan mereka jelas bernamakara dan beranjali dihadapan pembacaan teks2 suci tersebut..Jadi atas dasar apa membawa Dhamma dengan cara nyanyian2 yang memuaskan "inderawi" kita itu dikatakan cara yang tepat dan dijadikan pembenaran atas hal tersebut?