Bukankah kebenaran Dhamma itu bisa berada dimana saja ? Yang penting orang tersebut dapat mengerti dan memahaminya ? Memang masih ditemui pelafalan Paritta dan lagu Buddhis yang tidak sesuai dengan ajaran.. dan itu tentunya butuh peranan Dhamma Duta yang handal untuk membetulkan itu semua..
Setau saya lagu2 Buddhis tidak berisikan Kotbah2 Buddha, namun ada juga yang bertemakan perenungan ke dalam diri.. bahkan seorang Bhikkhu almarhum terkenal sangat handal mencipta lagu2 rohani Buddhis yang masih banyak dikenal karya2nya hingga saat ini.. kembali kepada selera masing2, jika dirasa tidak cocok.. yah itu adalah hak pribadi masing2 individu...
Hanya saya rasa anak2 perlu ketertarikan belajar Dhamma dengan pelan2.. daripada ia tertarik dengan ajaran tetangga, alhasil generasi muda Buddhis kita kedepannya akan semakin surut... akan lebih sayang lagi kan ?
betul..kebenaran ada dimana-mana..tetapi kebenaran yang ada dimana-mana itu "ditutupi" oleh kebodohan yang sangat tebal diperparah oleh kondisi yang membodohkan..
mana yang lebih bagus ya kira2...tertarik dengan agama tetangga,atau generasi Buddhis kita menggangap apa yang bukan Ajaran Buddha sebagai Ajaran Buddha dan menjadi fanatik didalamnya?yang lebih parah mana ya??[contoh kasusnya silakan lirik Maitreya]
Anumodana
Maksud anda ? Menyanyikan Lagu Buddhis adalah tidak sesuai dengan ajaran Buddha ?
Ini memang semakin meyakinkan saya pribadi bahwa memang Lagu Buddhis masih menjadi pro dan kontra hingga saat ini..
Saya kadang berpikir.. setiap hari raya agama lain, di mall2 gencar sekali diputar lagu2 rohani agama lain.. sedangkan Buddhis tidak ada sama sekali.. bukankah itu juga salah satu mengenalkan Ajaran Buddha via lagu ?
Jadi maksudnya agama lain ada lagu rohani maka di ajaran Buddha juga harus ada lagu rohani?
Kalau di agama lain ada penebusan dosa maka di ajaran Buddha juga harus ada penebusan dosa?
Kalau anda mencari agama yang ada lagu2 rohani silahkan pindah agama, kalau anda mau menghentikan dukkha silahkan pilih ajaran Buddha.
Maksud saya menanyakan hal tersebut adalah kalau memang lagu Buddhis itu salah, tunjukkan dimana salahnya ? Agar dapat dimengerti.. bukannya diminta untuk pindah agama...
Kalo demikian kan.. berarti anda sudah menyinggung secara pribadi ...
Mengenai lagu harus dilihat nadanya seperti apa, liriknya isinya seperti apa dan tujuan dibuat lagu itu sendiri. Almarhum YM. Bhikkhu Girirakhito Mahathera menciptakan lagu2 dengan tujuan mulia. Walau demikian dan memang Bhikkhu sendiri tidak boleh menyanyi. Jadi lagu bagi kehidupan umat awam dan hidup beragama bukan hal yang tabu. Dan memang lagu tidak bisa melenyapkan dukkha. Tetapi bila lirik dan nadanya menyentuh, orang bisa tertarik dengan Dhamma yg berkelanjutan penghentian pemuasan nafsu. Tetapi tidak semuanya berangkat dari sana.
Ajaran Buddha memang untuk menghilangkan dukkha. Tetapi apakah semua orang jika ingin berkreatifitas dalam kehidupan beragama khususnya umat awam tidak boleh dilakukan? yg tanpa lagu saja masih susah melenyapkan dukkha..Dan masalah lagu ini adalah hak umat untuk berkreatifitas dalam rambu2 kebuddhisan. Misal kalau tradisi theravada ya lagunya sesuai koridor umat theravada.
Jika memang hal itu tabu, maka konser sekelas Dhammagosa, lalu di Bali vihara Buddha Sakyamuni biasanya ada lagu terima kasih pada sangha oleh paduan suara ibu2 buddhist, dan lagu2 bhante Girirakhito yg bagus2 isinya tentunya di banned aja oleh sangha atau oleh agama Buddha Theravada, nyatanya kan tidak. Jadi tempat kan hal itu secara proposional dalam konteks yg sesuai. Kalau memang tabu sebuah lagu, atau joke yg masih dalam koridor dhamma dan vinaya bhikkhu sah2 saja. Mengenai ini itu tidak boleh siapa yg menilai? kita? apakah pancasila kita saja sudah sempurna? lalu kalau belum tetapi menginginkan hal2 yg ideal ini itu ngak boleh padahal masih umat awam dan silanya saja masih blepotan...maka saya cuma bisa bilang....mimpi kali yee....(gaya si poltak ruhut)
Kembali ke diri masing2 sajalah...kalau ngak mau denger lagu buddhis ya tutup kuping sajalah...Saya pribadi ngak suka lagu2. Seumur2 cuma satu aja dan itu menjadi sumber inspirasi untuk maju tatkala semangat lagi drop tetapi lagu itu bukan kemelekatan hanya alat disuatu saat saja dan tatkala diperlukan saja. Lagu itu adalah jinapanjara gatha...
Hidup sebagai umat Buddha wajar2 sajalah...kan uda ada rambu2nya...See things as they are. Jangan buat rambu2 yg ada dibuat2 sendiri dengan interpertasi sendiri menjadi kacamata kuda. Boleh atau tidaknya kembali ke batin masing2...Ada hal2 yg mengikuti tradisi Ajaran Sang Tathagata dan ada hal2 yg harus mengikuti perkembangan jaman.