tesla: apakah tekad tsb dapat membantu dalam penjagaan sila di lain waktu?
markos: dengan tekad (dalam pengertian adhitthana), akan membuat kita menjadi lebih ingat dalam menjaga sila.
Jika kita kembalikan ke batin, ini akan memicu suatu faktor batin yg disebut dengan Chanda yaitu Dhamma Chanda
tesla: sepertinya TS (dkk) jelas ingat pada sila
chanda kalau tidak salah ingat adalah semangat ya? melaksanakan sesuatu dg semangat positif (gembira)... tapi kejadian saat ini justru terjadi kebinggungan bukan? sila tidak dilupakan, tapi haruskah dilanggar? tidak dilanggar, tidak bisa bersih rumah/laptop
dear tesla,
ingat bukan berarti tidak melakukan loh....... ini yg saya singgung di depan yaitu bhw ada yg berkilah dia "sadar", alias tahu, tapi tetap berselingkuh loh.....
Ini justru membuktikan bhw "sadar" pada putthujhana bukanlah sadar dalam artian "sati" yg merupakan bagian dari sobhana cetasika 19
karena jika memang terjadi sati, tidak mgkn bisa terjadi pelanggaran sila seperti selingkuh.
"Sadar" dalam artian ingat sila, sebenarnya lebih ke pengertian nanavipayutta (dengan pengetahuan) dan nanasampayutta (tanpa pengetahuan)
nanavipayutta : sudah tahu sila tapi masih dilanggar
nanasampayutta : tidak tahu bhw itu melanggar sila
Chanda termasuk dalam pakinnaka cetasika alias 6 cetasika yg muncul sesewaktu.
Dalam Dhamma Chanda, berarti chanda itu muncul bersamaan dengan sobhana cetasika dimana ini menandakan tidak adanya akusala cetasika dalam Chanda tersebut
Objek umat awam dan arahat adalah sama, misal anda melihat bunga warna kuning, demikian juga arahat melihat bunga warna kuning
Hanya saja jika umat awam melihat bunga warna kuning, yang dipicu oleh cetana sehingga action putthujhana menjadi kusala/akusala
Sementara pada Arahat, karena pemicu action mereka adalah Panna, membuat actionnya adalah Kiriya
setuju, beda arahat & putthujana adalah pada kemelekatannya.
arahat tidak melekat lagi pada objek...
jadi! arahat bukan contoh orang yg sila sempurana namun masih melekati objek..
(karena arahat sudah tidak melekati lagi)
sedangkan pertanyaan saya adalah, apakah ada contoh orang yg melekat, tapi silanya sempurna?
sedangkan contoh arahat malah memperjelas, bahwa yg silanya sempurna, kemelekatannya jg sudah tidak ada.
Maaf karena terlewat bhw yg anda maksud melekat adalah Lobha.
Sila sempurna dalam pengertian sama sekali tidak melanggar sila, memang hanya ada di arahat yg sudah tidak didominasi cetana lagi
Namun Sotapanna - Anagami, sebenarnya dapat dikatakan mempunyai sila sempurna juga dan mereka masih mempunyai kemelekatan
tinggal tergantung "sempurna" seperti apa yg anda maksudkan
Jadi disini Arahat tetap mempunyai konsep bentuk, warna, garis, dll
Jadi berbeda dengan yg dijelaskan oleh sementara pihak dimana proses citta pada arahat tidak mempunyai persepsi lagi
OOT, tapi jelas arahat sebelum parinibbana masih punya persepsi...
Jika bro tesla berkenan berdiskusi lebih lanjut, ini bisa dijelaskan dengan Mulapariyaya sutta, yg sering diistilahkan sebagai Kue Lapis Citta/pikiran/kesadaran
saya setuju dg pendapat bro markos soal persepsi arahat
metta
Maaf disini saya perjelas bhw setelah mencapai nibbanapun, "Arahat masih punya persepsi"
Harus diingat kembali bhw Persepsi ada dalam Sanna cetasika, yg merupakan sabbacittasadharana atau cetasika yg muncul pada SEMUA citta jadi ga mungkin ada citta muncul tanpa ada SANNA CETASIKA
Persepsi sebagaimana ada dalam sanna yaitu persepsi mengenai Bentuk, Warna, Garis, dsbnya sehingga apa yg dilihat arahat adalah sama seperti yg kita lihat karena
kesadaran yg terjadi pada alat panca indera bersifat netralSebagai gambaran proses citta dimulai dari :
1. melihat sebagaimana apa adanya, sesuai yg tertera pada alat indera. Jadi belum ada bentuk, warna, garis, titik, dsbnya
2. persepsi titik
3. persepsi garis
4. persepsi bentuk
5. persepsi warna
6. persepsi nama/sebutan/panggilan
Yang tidak ada pada batin arahat, adalah persepsi suka/tidak suka, menyenangkan/tidak menyenangkan.
Misal ada bau sampah.
Pada org awam yg tahu itu bau sampah, biasanya akan langsung mendengus/menghindar
Pada org yg belum tahu itu bau sampah, biasanya akan merasa bhw itu bau yg tidak menyenangkan
Tapi pada arahat, bau hanyalah objek penciuman, bukan sesuatu yg tidak menyenangkan lagi
Jika proses citta pada arahat HANYA pada proses 1 saja dimana ini membuat arahat seolah buta warna, buta bentuk, dsbnya
Jadi Arahat tidak buta warna,
Arahat pun tidak buta bentuk
Arahat pun bisa memanggil nama orang lain
Itu kenapa Arahat/Buddha bisa mengenali objek misal angulimala, ananda, pohon, istana, jalan berdebu, debu di kuku, dsbnya
Demikianlah yg termaksud dalam Mulapariyaya sutta
semoga bermanfaat
metta