//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: praktik buddhisme  (Read 16884 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: praktik buddhisme
« Reply #30 on: 27 January 2009, 02:37:25 PM »
[at] samudera_atlantik

Dhamma (Kebenaran) itu selalu ada. Kalau ada hidup pasti ada mati. Itulah Kebenaran. Kalau Anda jatuh dari mengendarai sepeda, berarti Anda telah melakukan kesalahan sehingga terjatuh. Itulah Kebenaran. Kebenaran itu selalu ada di setiap saat. Tidak ada tempat di dunia ini yang terhindar dari Hukum Kebenaran (Dhamma).

Sammasambuddha hanyalah Manusia Agung yang kembali menemukan Dhamma untuk khalayak ramai. Dhamma yang dibabarkan-Nya akan menunjukkan tujuan perealisasian sejati dari semua makhluk, yaitu 'akhir dari dukkha'.

Jadi meski tidak ada Sammasambuddha yang muncul di dunia ini, Anda juga bisa merealisasikan Nibbana dengan menjadi Pacceka Buddha. Karena Dhamma itu selalu ada.

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: praktik buddhisme
« Reply #31 on: 27 January 2009, 02:39:59 PM »
Ah, iya ada di google. Disana dikatakan "O para Bhikkhu, apakah para Tathagata muncul (di dunia) atau tidak, Dhamma akan tetap ada, merupakan hukum yang abadi". Tetapi sebelum ada bab ini. disebutkan bahwa Buddha=Dhamma. Berarti Buddha sama dengan Dhamma. Apakah ini diartikan Dhamma yang benar hanya dapat diserap oleh Buddha? atau apa? Maaf, saya masih umat awam. Mohon petunjuk.

yang diartikan adalah kebenaran itu sebenarnya bukan milik suatu scope agama melainkan Dhamma itu universal,hanya keterbatasan manusia kadang sulit mencerna kebenaran itu dan seorang yang dapat mencerna kebenaran dan mengajarkan kebenaran itu kepada manusia dan makhluk2 lain disebut sebagai Buddha (Yang Sadar).
kata Buddha hanyalah sebuah gelar,bukan menunjuk pada pribadi manusia yang memang dilahirkan telah mengerti Dhamma, manusia yang menemukan Dhamma disebut Buddha.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline N1AR

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 930
  • Reputasi: 22
  • Yui
Re: praktik buddhisme
« Reply #32 on: 27 January 2009, 02:43:06 PM »
kalau yg ini bos
kalau semut masuk kedalam laptop nya si xeno tapi gak diapa2 in. dibiarkan saja
tapi laptopnya mau gak mau kan harus hidup nanti. pasti mati dong semutnya.
kalau kita pikir semutnya, berarti kammanya buruk
kalau kita gak pikirin semutnya, berarti kamma buruknya masi kalah dengan yg diatas
kalau kita tidak tahu baik dan buruk. seharusnya kammanya lebih baik dari dua yg diatas dong

dan kalau sudah kammanya semut itu, kan seharusnya bukan salah kita kalau dia masuk laptop
soalnya gak mungkin kita mengeluarkannya dengan cara halus.
seperti semut / devadatta yg pikirannya garis keras ha...

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: praktik buddhisme
« Reply #33 on: 27 January 2009, 02:56:41 PM »
[at] N1AR

Kalau tahu bahwa semut itu bisa 'celaka' bila sudah masuk ke dalam laptop (dan Anda juga metta-karuna pada semut itu), paling tidak Anda juga bisa meniupnya agar semut itu tidak jadi masuk... :D
Kalau mau yang lebih sopan, boleh juga Anda memakai jari Anda sebagai sarana pengangkutannya. ;D

Kecuali Anda tidak berkepentingan terhadap laptop itu. Jadi kondisi yang akan terjadi setelah semut itu masuk atau tidak, adalah pengaruh dari kammanya.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: praktik buddhisme
« Reply #34 on: 27 January 2009, 03:21:58 PM »
hanya sharing bhw jika "disadari" itu pada perbuatan pembersihan itu bisa menjadi pembunuhan/menyiksa mahluk hidup (pelanggaran sila 1) dan hendaknya diikuti dengan tekad utk tidak melakukan kembali "perbuatan membunuh"-nya itu loh.
Jadi bukan pada inti permasalah yaitu melekat pada objeknya

_/\_

diskusi yg menarik :)

apakah tekad tsb dapat membantu dalam penjagaan sila di lain waktu?
adakah contoh orang yg masih melekati objek2 umat awam tapi silanya sempurna?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: praktik buddhisme
« Reply #35 on: 27 January 2009, 03:30:38 PM »
apa setelah menjadi buddha tidak akan marah? atau dendam? atau berbalas? atau dengan kamma saja sudah cukup.
Buddha (tampak) marah & mengancam sepertinya ada, tapi kalau dendam ga ada :)

Quote
kenapa dengan kasus seperti Kisah Devadatta, buddha kenapa tidak mencerahkannya, tapi membiarkan perbuatannya?
Buddha tidak dapat mencerahkan siapa-siapa. Bagaikan Buddha itu cuma dokter yg menawarkan obat. Kalau mau sembuh, orangnya sendiri harus minum obat itu, ga bisa diwakilkan :))

Quote
bukankah kejadiannya sama dengan makhluk hidup yg masuk laptop. karena jalannya kamma ;D
yg menjadi pemicu pelanggaran sila sebenarnya bukan kenapa ada semut yg masuk ke laptop. ini tidak bisa dijadikan alasan pembenaran. renungkan kembali tujuan & manfaat pelaksanaan sila. saya akan mengganti pertanyaannya menjadi: "kenapa saya harus menyingkirkan semut tsb".
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: praktik buddhisme
« Reply #36 on: 27 January 2009, 04:31:10 PM »
hanya sharing bhw jika "disadari" itu pada perbuatan pembersihan itu bisa menjadi pembunuhan/menyiksa mahluk hidup (pelanggaran sila 1) dan hendaknya diikuti dengan tekad utk tidak melakukan kembali "perbuatan membunuh"-nya itu loh.
Jadi bukan pada inti permasalah yaitu melekat pada objeknya

_/\_

diskusi yg menarik :)

apakah tekad tsb dapat membantu dalam penjagaan sila di lain waktu?
adakah contoh orang yg masih melekati objek2 umat awam tapi silanya sempurna?


dear tesla,

senang bisa berdiskusi

dengan tekad (dalam pengertian adhitthana), akan membuat kita menjadi lebih ingat dalam menjaga sila.
Jika kita kembalikan ke batin, ini akan memicu suatu faktor batin yg disebut dengan Chanda yaitu Dhamma Chanda

Objek umat awam dan arahat adalah sama, misal anda melihat bunga warna kuning, demikian juga arahat melihat bunga warna kuning
Hanya saja jika umat awam melihat bunga warna kuning, yang dipicu oleh cetana sehingga action putthujhana menjadi kusala/akusala
Sementara pada Arahat, karena pemicu action mereka adalah Panna, membuat actionnya adalah Kiriya

Jadi disini Arahat tetap mempunyai konsep bentuk, warna, garis, dll
Jadi berbeda dengan yg dijelaskan oleh sementara pihak dimana proses citta pada arahat tidak mempunyai persepsi lagi

Hanya saja karena batinnya sudah bersih dari "kemelekatan", membuat batin beliau "tenang tak tergoyahkan" sehingga bisa melihat bunga warna kuning, sebagaimana apa adanya

Jika bro tesla berkenan berdiskusi lebih lanjut, ini bisa dijelaskan dengan Mulapariyaya sutta, yg sering diistilahkan sebagai Kue Lapis Citta/pikiran/kesadaran

semoga bermanfaat

metta  _/\_

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: praktik buddhisme
« Reply #37 on: 27 January 2009, 04:46:45 PM »
Halo, salam kenal.
Dalam topik ini mungkin saya ingin menanyakan hal kecil. Dalam Vijja Pitaka yang saya baca, ada suatu keerroran yang membuat saya rancu. Pertama disebutkan Buddha=Dhamma. Kedua Sang Buddha Hanyalah petunjuk arah maka jika tidak ada Buddha Dhamma tetap exist. Yang manakah yang benar dalam bunyi ini? Ini membuat saya rancu apakah Dhamma itu.

dear bro samudera

arti harafiah Dhamma adalah Kebenaran, keadaan, kenyataan

Dhamma terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Paramattha Dhamma yaitu kenyataan tertinggi, hakekat sesungguhnya, yang terdiri dari 4 macam yaitu :
- Citta/kesadaran/pikiran
- Cetasika/faktor batin/bentuk2 batin
- Rupa/fisik/materi
- Nibbana

2. Pannati Dhamma yaitu sesuatu yg bukan ada sendiri atau jadi sendiri namun sesuatu yg diberikan nama, untuk dijadikan panggilan sesuai keinginan manusia
contoh pannati dhamma adalah hukum adat, kesepakatan umum, konsepsi, bahasa, dsbnya

Paramattha Dhamma itu sendiri terdiri dari 2 yaitu :
1. Sankhata Dhamma yaitu keadaan yg bersyarat, berkondisi yaitu Tertampak dilahirkan, Tertampak lenyapnya dan selama dia masih ada, tertampak perubahan2nya

Citta, cetasika dan Rupa termasuk dalam Sankhata Dhamma alias tampak lahirnya, tampak berubah2 dan tampak lenyap

2. Asankhata Dhamma yaitu keadaan yg tak bersyarat yaitu tidak dilahirkan, tidak musnah dan ada serta tidak berubah

Nibbana disebut dengan Asankhata Dhamma


Yang diajarkan oleh Buddha sebagai Buddha Dhamma adalah Paramattha Dhamma. Paramattha Dhamma akan tetap ada.
Citta akan tetap ada (walau terus lahir, berubah dan lenyap)
Cetasika juga akan tetap ada (walau terus lahir, berubah dan lenyap)
Rupa pun tetap ada (walau terus lahir, berubah dan lenyap)
demikian juga Nibbana (keadaan batin yg bersih dari kemelekatan)


Buddha = Dhamma yaitu sebagai perwujudan dari Nibbana itu sendiri
kalau saya boleh lengkapi, bhw Buddha = Dhamma = Sangha (Ariya Sangha), yaitu perwujudan dari Nibbana, kondisi batin yg bebas dari kemelekatan

semoga bermanfaat

metta  _/\_

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: praktik buddhisme
« Reply #38 on: 27 January 2009, 04:56:39 PM »
tesla: apakah tekad tsb dapat membantu dalam penjagaan sila di lain waktu?

markos: dengan tekad (dalam pengertian adhitthana), akan membuat kita menjadi lebih ingat dalam menjaga sila.
Jika kita kembalikan ke batin, ini akan memicu suatu faktor batin yg disebut dengan Chanda yaitu Dhamma Chanda

tesla: sepertinya TS (dkk) jelas ingat pada sila :)
chanda kalau tidak salah ingat adalah semangat ya? melaksanakan sesuatu dg semangat positif (gembira)... tapi kejadian saat ini justru terjadi kebinggungan bukan? sila tidak dilupakan, tapi haruskah dilanggar? tidak dilanggar, tidak bisa bersih rumah/laptop

Quote
Objek umat awam dan arahat adalah sama, misal anda melihat bunga warna kuning, demikian juga arahat melihat bunga warna kuning
Hanya saja jika umat awam melihat bunga warna kuning, yang dipicu oleh cetana sehingga action putthujhana menjadi kusala/akusala
Sementara pada Arahat, karena pemicu action mereka adalah Panna, membuat actionnya adalah Kiriya
setuju, beda arahat & putthujana adalah pada kemelekatannya.
arahat tidak melekat lagi pada objek...
jadi! arahat bukan contoh orang yg sila sempurana namun masih melekati objek..
(karena arahat sudah tidak melekati lagi)
sedangkan pertanyaan saya adalah, apakah ada contoh orang yg melekat, tapi silanya sempurna?
sedangkan contoh arahat malah memperjelas, bahwa yg silanya sempurna, kemelekatannya jg sudah tidak ada.

Quote
Jadi disini Arahat tetap mempunyai konsep bentuk, warna, garis, dll
Jadi berbeda dengan yg dijelaskan oleh sementara pihak dimana proses citta pada arahat tidak mempunyai persepsi lagi
OOT, tapi jelas arahat sebelum parinibbana masih punya persepsi...

Quote
Jika bro tesla berkenan berdiskusi lebih lanjut, ini bisa dijelaskan dengan Mulapariyaya sutta, yg sering diistilahkan sebagai Kue Lapis Citta/pikiran/kesadaran
saya setuju dg pendapat bro markos soal persepsi arahat :)

metta _/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: praktik buddhisme
« Reply #39 on: 27 January 2009, 05:00:51 PM »
kalau yg ini bos
kalau semut masuk kedalam laptop nya si xeno tapi gak diapa2 in. dibiarkan saja
tapi laptopnya mau gak mau kan harus hidup nanti. pasti mati dong semutnya.
kalau kita pikir semutnya, berarti kammanya buruk
kalau kita gak pikirin semutnya, berarti kamma buruknya masi kalah dengan yg diatas
kalau kita tidak tahu baik dan buruk. seharusnya kammanya lebih baik dari dua yg diatas dong

dan kalau sudah kammanya semut itu, kan seharusnya bukan salah kita kalau dia masuk laptop
soalnya gak mungkin kita mengeluarkannya dengan cara halus.
seperti semut / devadatta yg pikirannya garis keras ha...

Kamma disebut dengan Niyama, yaitu hukum keselarasan atau kesesuaian

Jadi masuknya semut ke laptop, adalah keselarasan anda dengan si semut itu. Jangan diasumsikan itu adalah sudah kammanya si semut loh

Ini yg seringkali salah kaprah dari konsep kamma bhw seolah kamma itu hanya meliputi 1 individu saja, dan hanya hukum kamma saja yg bekerja

Niyama itu terdiri dari 5 hukum, jadi tidak hanya kamma saja. Kesemua hukum ini menyesuaikan satu dengan yg lainnya, tergantung dari individu yg bersangkutan

Kalau boleh saya ringkas :
1. Kamma berperan dalam kondisi suatu mahluk tapi bukan kamma saja yg berperan karena masih ada niyama2 lainnya
2. Kondisi yg terjadi, tidak saja karena satu permahluk saja tetapi juga bisa karena banyak hal misal  kamma massal (bnyk semut yg masuk ke laptop)

semoga bermanfaat

metta

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: praktik buddhisme
« Reply #40 on: 27 January 2009, 05:24:08 PM »
tesla: apakah tekad tsb dapat membantu dalam penjagaan sila di lain waktu?

markos: dengan tekad (dalam pengertian adhitthana), akan membuat kita menjadi lebih ingat dalam menjaga sila.
Jika kita kembalikan ke batin, ini akan memicu suatu faktor batin yg disebut dengan Chanda yaitu Dhamma Chanda

tesla: sepertinya TS (dkk) jelas ingat pada sila :)
chanda kalau tidak salah ingat adalah semangat ya? melaksanakan sesuatu dg semangat positif (gembira)... tapi kejadian saat ini justru terjadi kebinggungan bukan? sila tidak dilupakan, tapi haruskah dilanggar? tidak dilanggar, tidak bisa bersih rumah/laptop


dear tesla,

ingat bukan berarti tidak melakukan loh....... ini yg saya singgung di depan yaitu bhw ada yg berkilah dia "sadar", alias tahu, tapi tetap berselingkuh loh.....

Ini justru membuktikan bhw "sadar" pada putthujhana bukanlah sadar dalam artian "sati" yg merupakan bagian dari sobhana cetasika 19
karena jika memang terjadi sati, tidak mgkn bisa terjadi pelanggaran sila seperti selingkuh.

"Sadar" dalam artian ingat sila, sebenarnya lebih ke pengertian nanavipayutta (dengan pengetahuan) dan nanasampayutta (tanpa pengetahuan)
nanavipayutta : sudah tahu sila tapi masih dilanggar
nanasampayutta : tidak tahu bhw itu melanggar sila

Chanda termasuk dalam pakinnaka cetasika alias 6 cetasika yg muncul sesewaktu.
Dalam Dhamma Chanda, berarti chanda itu muncul bersamaan dengan sobhana cetasika dimana ini menandakan tidak adanya akusala cetasika dalam Chanda tersebut


Quote
Objek umat awam dan arahat adalah sama, misal anda melihat bunga warna kuning, demikian juga arahat melihat bunga warna kuning
Hanya saja jika umat awam melihat bunga warna kuning, yang dipicu oleh cetana sehingga action putthujhana menjadi kusala/akusala
Sementara pada Arahat, karena pemicu action mereka adalah Panna, membuat actionnya adalah Kiriya
setuju, beda arahat & putthujana adalah pada kemelekatannya.
arahat tidak melekat lagi pada objek...
jadi! arahat bukan contoh orang yg sila sempurana namun masih melekati objek..
(karena arahat sudah tidak melekati lagi)
sedangkan pertanyaan saya adalah, apakah ada contoh orang yg melekat, tapi silanya sempurna?
sedangkan contoh arahat malah memperjelas, bahwa yg silanya sempurna, kemelekatannya jg sudah tidak ada.

Maaf karena terlewat bhw yg anda maksud melekat adalah Lobha.

Sila sempurna dalam pengertian sama sekali tidak melanggar sila, memang hanya ada di arahat yg sudah tidak didominasi cetana lagi
Namun Sotapanna - Anagami, sebenarnya dapat dikatakan mempunyai sila sempurna juga dan mereka masih mempunyai kemelekatan

tinggal tergantung "sempurna" seperti apa yg anda maksudkan

Quote
Jadi disini Arahat tetap mempunyai konsep bentuk, warna, garis, dll
Jadi berbeda dengan yg dijelaskan oleh sementara pihak dimana proses citta pada arahat tidak mempunyai persepsi lagi

OOT, tapi jelas arahat sebelum parinibbana masih punya persepsi...

Quote
Jika bro tesla berkenan berdiskusi lebih lanjut, ini bisa dijelaskan dengan Mulapariyaya sutta, yg sering diistilahkan sebagai Kue Lapis Citta/pikiran/kesadaran
saya setuju dg pendapat bro markos soal persepsi arahat :)

metta _/\_

Maaf disini saya perjelas bhw setelah mencapai nibbanapun, "Arahat masih punya persepsi"

Harus diingat kembali bhw Persepsi ada dalam Sanna cetasika, yg merupakan sabbacittasadharana atau  cetasika yg muncul pada SEMUA citta jadi ga mungkin ada citta muncul tanpa ada SANNA CETASIKA

Persepsi sebagaimana ada dalam sanna yaitu persepsi mengenai Bentuk, Warna, Garis, dsbnya sehingga apa yg dilihat arahat adalah sama seperti yg kita lihat karena kesadaran yg terjadi pada alat panca indera bersifat netral

Sebagai gambaran proses citta dimulai dari :
1. melihat sebagaimana apa adanya, sesuai yg tertera pada alat indera. Jadi belum ada bentuk, warna, garis, titik, dsbnya
2. persepsi titik
3. persepsi garis
4. persepsi bentuk
5. persepsi warna
6. persepsi nama/sebutan/panggilan

Yang tidak ada pada batin arahat, adalah persepsi suka/tidak suka, menyenangkan/tidak menyenangkan.

Misal ada bau sampah.
Pada org awam yg tahu itu bau sampah, biasanya akan langsung mendengus/menghindar
Pada org yg belum tahu itu bau sampah, biasanya akan merasa bhw itu bau yg tidak menyenangkan
Tapi pada arahat, bau hanyalah objek penciuman, bukan sesuatu yg tidak menyenangkan lagi

Jika proses citta pada arahat HANYA pada proses 1 saja dimana ini membuat arahat seolah buta warna, buta bentuk, dsbnya

Jadi Arahat tidak buta warna,
Arahat pun tidak buta bentuk
Arahat pun bisa memanggil nama orang lain

Itu kenapa Arahat/Buddha bisa mengenali objek misal angulimala, ananda, pohon, istana, jalan berdebu, debu di kuku, dsbnya

Demikianlah yg termaksud dalam Mulapariyaya sutta

semoga bermanfaat

metta  _/\_

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: praktik buddhisme
« Reply #41 on: 27 January 2009, 05:48:39 PM »
ingat bukan berarti tidak melakukan loh....... ini yg saya singgung di depan yaitu bhw ada yg berkilah dia "sadar", alias tahu, tapi tetap berselingkuh loh.....
yah jelas... bukankah itu yg saya tanya...
dia "ingat" tapi tetap butuh melakukan aksi pembersihan...
(kita tidak mengatakan ingat = sati kan?)

Quote
Ini justru membuktikan bhw "sadar" pada putthujhana bukanlah sadar dalam artian "sati" yg merupakan bagian dari sobhana cetasika 19
karena jika memang terjadi sati, tidak mgkn bisa terjadi pelanggaran sila seperti selingkuh.
setuju... sudah jelas sobhana cetasika tidak muncul bersama akusala cetasika karena tidak kompatibel bukan? ;)

Quote
"Sadar" dalam artian ingat sila, sebenarnya lebih ke pengertian nanavipayutta (dengan pengetahuan) dan nanasampayutta (tanpa pengetahuan)
nanavipayutta : sudah tahu sila tapi masih dilanggar
nanasampayutta : tidak tahu bhw itu melanggar sila
maafkan saya jika saya tidak sopan dalam bertanya hal ini...
saya rasa tidak ada manfaatnya dapat gelar nanavipayutta!

apa gunanya nanavipayutta jika hanya menghasilkan rasa binggung
lebih baik nanasampayutta... lakukan tanpa rasa binggung bukan?

Quote
Sila sempurna dalam pengertian sama sekali tidak melanggar sila, memang hanya ada di arahat yg sudah tidak didominasi cetana lagi
Namun Sotapanna - Anagami, sebenarnya dapat dikatakan mempunyai sila sempurna juga dan mereka masih mempunyai kemelekatan
oh ya... saya lupa
bro markos benar, kalau tidak salah dalam teorinya entah mulai sakadagami atau anagami sudah sempurna dalam 5 sila :)

Quote
Maaf disini saya perjelas bhw setelah mencapai nibbanapun, "Arahat masih punya persepsi"
yg saya katakan adalah "sebelum parinibbana" arahat masih ber-persepsi...
jadi kalimat kita tidak ada pertentangan & tidak ada yg perlu didiskusikan...
jadi saya anggap ini dana dhamma bro markos kepada saya saja. Anumodana _/\_

Quote
Itu kenapa Arahat/Buddha bisa mengenali objek misal angulimala, ananda, pohon, istana, jalan berdebu, debu di kuku, dsbnya
tentu saja, dalam Bahiya sutta jg dijelaskan,
dalam yg "dikenali" hanyalah ada yg "dikenali"
artinya arahat masih punya indra pikiran, bukan zombie hidup.
bukan cuma pengenalan objek, Buddha sendiri bisa mengenal rasa sakit yg ada di tubuhnya & "menekannya" dg jhana objek cahaya bukan?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: praktik buddhisme
« Reply #42 on: 28 January 2009, 12:11:04 AM »
waduh kok malah jadi diskusi abhidhamma... :o :o
Pusing bacanya, harus pelan-pelan....
 :(
Kira-kira ngerti, tapi supaya lebih jelas, tolong lebih dijelaskan lagi (supaya ga salah)

Kalau semut itu berusaha membuat sarang di laptop saya, apa yg harus saya lakukan? Yg punya laptop pasti tahu betapa sulitnya membersihkan dalemnya laptop....
Tolong jawabannya yg membumi...
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: praktik buddhisme
« Reply #43 on: 28 January 2009, 12:45:08 AM »
wah, rame nih... sep2...grp send to all
Samma Vayama

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: praktik buddhisme
« Reply #44 on: 28 January 2009, 08:56:03 AM »
ingat bukan berarti tidak melakukan loh....... ini yg saya singgung di depan yaitu bhw ada yg berkilah dia "sadar", alias tahu, tapi tetap berselingkuh loh.....
yah jelas... bukankah itu yg saya tanya...
dia "ingat" tapi tetap butuh melakukan aksi pembersihan...
(kita tidak mengatakan ingat = sati kan?)

Quote
Ini justru membuktikan bhw "sadar" pada putthujhana bukanlah sadar dalam artian "sati" yg merupakan bagian dari sobhana cetasika 19
karena jika memang terjadi sati, tidak mgkn bisa terjadi pelanggaran sila seperti selingkuh.
setuju... sudah jelas sobhana cetasika tidak muncul bersama akusala cetasika karena tidak kompatibel bukan? ;)

Quote
"Sadar" dalam artian ingat sila, sebenarnya lebih ke pengertian nanavipayutta (dengan pengetahuan) dan nanasampayutta (tanpa pengetahuan)
nanavipayutta : sudah tahu sila tapi masih dilanggar
nanasampayutta : tidak tahu bhw itu melanggar sila
maafkan saya jika saya tidak sopan dalam bertanya hal ini...
saya rasa tidak ada manfaatnya dapat gelar nanavipayutta!

apa gunanya nanavipayutta jika hanya menghasilkan rasa binggung
lebih baik nanasampayutta... lakukan tanpa rasa binggung bukan?

dear tesla,

senang diskusi dengan anda yg berpengetahuan luas...... mari kita lanjut pada nanavipayutta atau nanasampayutta yah

pada perbuatan akusala, jika dilihat case per case, memang lebih baik jika nanasampayutta karena efek dari kamma-nya tidaklah sebesar dari nanavipayutta

tapi jika kita lihat secara holistik, spt yg saya sebut di depan, dengan nanavipayutta, akan membuat menjadi Dhamma chanda, keinginan utk berbuat baik dimana ini selaras dengan ajaran semua buddha yaitu kurangi berbuat akusala

Dimana ini akan mendorong orang utk berusaha menjaga sila, dan memperbanyak berbuat kusala

Org yg tidak tahu benar atau salah, tidak akan berusaha utk memperbaiki tindak tanduknya

Kira2 seperti demikianlah bro, semoga bermanfaat

metta