//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Minum obat cacing, Melanggar sila ?  (Read 16925 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline EMAK

  • Sebelumnya twkwong
  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 3
  • Gender: Female
  • Emak
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #15 on: 09 December 2007, 02:29:14 AM »
Sedikit tambahan,

Setiap pikiran, ucapan dan perbuatan kita (baca: kamma), akan menghasilkan vipaka pada saat perbuatan tsb dilakukan (saat itu juga / cash basis).

Apa itu hasilnya?

Hasilnya adalah TREND BATHIN kita.
contoh: setiap detik kita menghasilkan pikiran2 dan perasaan2 negatif dan positif (misalnya: kasihan, marah, kesal, umpatan, sedih, kecewa, senang, dsbnya). Pikiran2 dan perasaan2 ini pada saat timbulnya tsb, langsung berakumulasi dengan trend batin lama dan membentuk TREND BATIN kita yg BARU.

*Jadi, setiap detik kita merancang trend batin kita sendiri melalui kamma2 yg kita lakukan*

Itulah sebabnya pentingnya: "Perbanyak kebaikan, Kurangi kejahatan dan Sucikan hati dan pikiran" karena dengan melaksanakan inti ajaran tsb kita sebenarnya sedang membentuk tren batin kita sendiri setiap saat.

::


Pantesan tidak heran kalau ada orang yang gila karena telah membunuh orang. Amitofu  ^:)^


I. Anda benar-benar berniat mencapai kesucian dalam periode saat ini juga dengan cara mengikuti metode Theravada.
Oleh karena itu saya sarankan : jalankan sila secara murni, cobalah untuk menjalankan idealisme sesempurna mungkin dan tinggalkanlah kehidupan bermasyarakat, masuklah sangha (jadi bikkhu), ambillah vinaya sekalian. Hidup di masyarakat akan jadi penghalang tujuan anda dan bisa jadi anda malah akan banyak merepotkan orang lain / family yg merawat anda. Saran saya, jangan setengah-setengah melakukan sesuatu untuk mencapai cita2 yang diidamkan.


Walau bikkhu juga masih perlu bantuan umat awam. Nah kalau mau bener2 ngak mau merepotkan orang lain tuh, pergi aja ke hutan yang jauh dari jangkauan manusia. Hidup disana dengan apa adanya.   :P
« Last Edit: 09 December 2007, 02:43:00 AM by twkwong »
Memiliki pengetahuan dan keterampilan,
Terlatih baik dalam tata susila,
Ramah tamah dalam ucapan,
Itulah Berkah Utama.
(Mangala Sutta)

Offline mei_lee

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 433
  • Reputasi: 14
  • Gender: Female
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #16 on: 09 December 2007, 07:14:02 PM »
^
^
^
hidup di hutan jg gak menjamin kita gak butuh bantuan ya.. hahahaha :P namana makhluk sosial ya butuh pertolongan antar sesama.. ^^V

Offline EMAK

  • Sebelumnya twkwong
  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 3
  • Gender: Female
  • Emak
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #17 on: 11 December 2007, 12:18:43 AM »

hidup di hutan jg gak menjamin kita gak butuh bantuan ya.. hahahaha :P namana makhluk sosial ya butuh pertolongan antar sesama.. ^^V

Dan sudah menjadi sifat manusia saling tolong menolong...   :D
Memiliki pengetahuan dan keterampilan,
Terlatih baik dalam tata susila,
Ramah tamah dalam ucapan,
Itulah Berkah Utama.
(Mangala Sutta)

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #18 on: 11 December 2007, 11:55:33 AM »
Perlu saya tekankan lagi disini, yaitu bahwa bila kita merasa perlu melanggar sila tentu harus didasarkan atas suatu pertimbangan yang matang dan atas sesuatu yang bisa dipertanggungjawabkan. Jadi, saya bukan bermaksud menyarankan bahwa umat awam boleh seenaknya menjalankan sila.

Menjadi Buddhist berarti kita memiliki suatu cita-cita untuk mencapai suatu kelepasan dari samsara ini, atau setidaknya mendapatkan suatu transformasi batin. Dasar yang mutlak untuk menuju ke arah sana tentu adalah melalui pelatihan sila.
Sila pada hakikatnya adalah melatih kita untuk hidup bertanggungjawab baik terhadap diri sendiri maupun kepada lingkungan. Disamping itu, sila juga melatih diri kita untuk menjadi disiplin. Tanpa disiplin maka kehidupan sehari-hari tidak akan berjalan dengan baik. Kesuksesan material pun dasarnya adalah bermodalkan sikap disiplin dan kemampuan mengendalikan diri.

Disamping itu, sila melatih batin kita untuk dapat bersifat "melepas" (let-go). Melalui pelatihan sila maka kita dapat mengambil jarak dari dorongan-dorongan / impuls nafsuiah sesaat. Di saat itu, kita belajar untuk secara sadar mengamati sikap & tindakan batin kita sendiri. Dan menentukan sikap &/ tindakan apa yang bijak untuk diambil. Sebagai manusia yang tak beragama, biasanya manusia itu cenderung untuk memuaskan nafsu dan keinginan2nya secara spontan tanpa suatu perenungan dan pertimbangan yang masak sekedar untuk memuaskan diri sendiri (egoistik). Ciri manusia yang beradab dan dewasa adalah mampu untuk secara sadar memilih / mempertimbangkan sikapnya sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan (altruistik). Oleh karena itu, dengan berlatih menjalankan sila, berarti kita berlatih untuk berhadapan langsung dengan impuls nafsuiah kita sendiri. Dan saat pertemuan dengan dorongan-dorongan itu, kita belajar untuk letting go.

Latihan letting go ini pada dasarnya akan membawa kita kepada kehidupan yang lebih teratur dan simpel (sederhana). Di dalam hukum sosial dan kemasyarakatan, secara statistik dapat dibuktikan bahwa seseorang yang bertindak teratur, konsisten dan fokus cenderung lebih sukses dan damai sejahtera. Oleh karena itu, aspek menjalankan sila demi menciptakan kehidupan yang damai dan sejahtera ini jangan dilupakan.

Kehidupan yang simpel dan damai sejahtera ini merupakan modal bagi pelatihan diri kita untuk mengembangkan ketajaman-ketajaman batin tertentu dan tumbuhnya insight-insight terhadap kehidupan -- hal mana tak mungkin terjadi pada orang-orang yang hidup semata dari pemuasan nafsu. Karena kehidupan yang simpel ini, maka kita mampu mereduksi ekses-ekses yang tak terduga dari resiko kehidupan ini. Dengan kata yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa hidup berdasarkan sila ini akan menghindarkan kita dari ketidaktenangan batin, dari rasa malu, dari rasa penyesalan, dari ketidakamanan, dari resiko2 (finansial, penyakit, fisik, psikologis), dari ambisi2 yg tidak realistis, dsb.

Dari penjelasan saya diatas, maka dapat disimpulkan bahwa praktek menjalankan sila itu sangat mutlak dan mendasar sekali bagi tahapan pelatihan batin yang selanjutnya , yaitu meditasi. Seseorang yang hendak melatih batin melalui meditasi tidak akan mendapatkan faktor-faktor pendukung yang memadai apabila dia seenaknya sendiri dalam melatih sila. Faktor2 pendukung itu antara lain adalah : keamanan, ketenangan fisik, ketenangan emosional, kestabilan finansial, kenyamanan psikologis, bebas dari penyesalan, dsb.
Disamping itu, dengan pembentukan sikap batin yang terlatih untuk 'mengendalikan' dan sekaligus 'letting go' itu merupakan modal untuk melatih mindfullness (sati; Jawa : eling), yang mana akan dikembangkan secara penuh dalam meditasi vipassana nantinya.

Tujuan saya memaparkan semua hal diatas --walaupun secara singkat dan padat, dan bukan bermaksud exhaustive -- adalah agar kita sebagai Buddhist mendapat perspektif yang proporsional tentang makna menjalankan sila. Tulisan ini bermaksud menegur untuk mereka yang mengabaikan sila, maupun menegur mereka yang kebablasan mengartikan sila sebagai suatu dogmatisme mutlak. Dengan mengetahui manfaat, mekanisme psikologis, dan tujuan dari pelaksanaan sila ini, diharapkan bahwa kita semua menjadi lebih bijak dalam mengambil sikap terhadap sila.

Dari pemaparan diatas, dapat dirangkum dengan satu kata bahwa sila bertujuan untuk menciptakan situasi yang sehat bagi perkembangan batin kita menuju tataran yang lebih tinggi. Oleh karena itu, apabila penerapan (aplikasi) sila justru menghasilkan suatu pola hidup yang tidak sehat dan kondusif terhadap proses perkembangan batin kita, tentu kita tentu harus bisa mengadaptasikannya terhadap tuntutan situasi dan kondisi kehidupan masing-masing. Demikian pula bila pelaksanaan sila justru dilandaskan oleh suatu motif egoistik, tentu hal itu berlawanan dengan tujuan pelaksanaan sila tersebut.

Begitulah sementara ini sumbangsih pemikiran yg dapat saya berikan. Mudah-mudahan bermanfaat bagi rekan2 semuanya untuk dapat memahami persoalan sila ini secara lebih bijak.

 
« Last Edit: 11 December 2007, 12:05:02 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline GiNong

  • Sebelumnya X-aeons
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 177
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • wkwkwk
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #19 on: 11 December 2007, 03:02:53 PM »
hidup suhu Suchamda
 ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^

hajar cacing
wkkwkwkwkkw
ginong




kwkwkwkwkkwkwk

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #20 on: 13 December 2007, 09:03:30 AM »
Sekedar usul, bagi para mahasiswa psikologi tahap akhir, barangkali bisa nitip penelitian tentang "kedisiplinan faktor sukses/ kesehatan mental" untuk skripsi anda.
Coba survey dengan questioner, interview ataupun group discussion survey untuk melihat peran kedisiplinan. Pilih sample secara random.
Hal ini bukan saja bermanfaat utk Buddhism tetapi juga bermanfaat untuk masukan bagi bangsa dan negara kita. Kalau perlu, tulisan kesimpulan anda dimuat di koran besar seperti Kompas , dll.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #21 on: 15 December 2007, 01:05:22 AM »
 _/\_


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

Offline mushroom_kick

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.302
  • Reputasi: 92
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #22 on: 15 December 2007, 11:28:09 AM »
Katanya sih kalau semakin terpaksa kita melakukan perbuatan buruk maka karmanya juga lebih kecil, so gitu d.  _/\_
Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #23 on: 15 December 2007, 12:14:10 PM »
Katanya sih kalau semakin terpaksa kita melakukan perbuatan buruk maka karmanya juga lebih kecil, so gitu d.  _/\_

koreksi dikit:
kalau semakin terpaksa kita melakukan perbuatan buruk maka vipakanya juga lebih kecil....

itu benar sekali,
akibat (vipaka) dari suatu perbuatan (kamma) akan berbeda-beda tergantung dari NIAT yg mendorong perbuatan tersebut.

apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan:
~ Perasaan: netral atau senang?
~ timbulnya niat melakukan perbuatan itu: spontan atau dengan ajakan?
~ dasar dari perbuatan tsb: pandangan salah atau tidak

secara garis besar, effectnya akan berbeda-beda tergantung dari kombinasi 6 hal diatas

satisampajanna,
Willi


::
 
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline mushroom_kick

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.302
  • Reputasi: 92
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #24 on: 15 December 2007, 12:18:20 PM »
Katanya sih kalau semakin terpaksa kita melakukan perbuatan buruk maka karmanya juga lebih kecil, so gitu d.  _/\_

koreksi dikit:
kalau semakin terpaksa kita melakukan perbuatan buruk maka vipakanya juga lebih kecil....

itu benar sekali,
akibat (vipaka) dari suatu perbuatan (kamma) akan berbeda-beda tergantung dari NIAT yg mendorong perbuatan tersebut.

apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan:
~ Perasaan: netral atau senang?
~ timbulnya niat melakukan perbuatan itu: spontan atau dengan ajakan?
~ dasar dari perbuatan tsb: pandangan salah atau tidak

secara garis besar, effectnya akan berbeda-beda tergantung dari kombinasi 6 hal diatas

satisampajanna,
Willi


::
 
^:)^ ^:)^ ^:)^
Vipaka sama buah karma sama gk ya?
Segala fenomena bentuk & batin tidaklah kekal ada na.....
Semua hanyalah sementara.....

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #25 on: 15 December 2007, 03:13:33 PM »
Bagi yg cacingan, ngak usah ragu minum obat cacing. Kalau ragu takut melanggar sila, esok harinya melakukan amal saja .

Jadi hitungan bodohnya seperti orang dagang, ilang Rp 100 dapet Rp.1000 kan masih untung 900.

Nah bunuh cacing diperut hari ini, besoknya memberi dana makanan ke bikkhu atau sumbang vihara. Ketutup sudah utangnya ;D

Sila harus dilaksanakan dengan kebijaksanaan. Bukan dengan kekakuan.

Salam metta _/\_
« Last Edit: 15 December 2007, 03:16:02 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Pitu Kecil

  • Sebelumnya Lotharguard
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.344
  • Reputasi: 217
  • Gender: Male
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #26 on: 15 December 2007, 03:32:36 PM »
 _/\_
Smile Forever :)

Offline mei_lee

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 433
  • Reputasi: 14
  • Gender: Female
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #27 on: 19 December 2007, 11:41:54 PM »
bener kata koko bond. :D menjalankan dhamma harus dgn panna jg bukan dengan avijja

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #28 on: 28 December 2007, 06:00:09 AM »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Minum obat cacing, Melanggar sila ?
« Reply #29 on: 22 January 2008, 10:15:36 PM »
[Dalam tradisi Vajrayana, Sumpah Bodhisattva terdiri dari 18 Sumpah Dasar (root
vows) dan 46 Sumpah Tambahan (secondary vows). Yang menarik dari Sumpah Tambahan
itu adalah #11, seperti di bawah ini. Artikel ini diterjemahkan dari Berzin
Archives, suatu situs tentang Buddhisme Tibet yang terrkenal di internet.

Dr Alexander Berzin, sarjana Buddhisme Tibet, belajar selama 29 tahun di India,
dan pernah menjadi penerjemah dari Dalai Lama ke-XIV. Di bawah ini saya
tayangkan Pesan dari YM Dalai Lama ke-XIV untuk website Berzin Archives./hudoyo]

Dari:
http://www.berzinarchives.com/web/en/archives/practice_material/vows/bodhisattva\
/secondary_bodhisattva_pledges.html


Secondary Bodhisattva Vows

Oleh: Alexander Berzin
August 1997

[...]


Empat Tindakan Salah yang Berkaitan dengan Situasi Ketika Pertimbangan Utama
Kita Adalah Orang Lain

(8) - (10) ...

(11) Tidak melakukan 'tindakan buruk' ketika dituntut demi Welas Asih

Kadang-kadang, muncul situasi tertentu yang ekstrem, yang di situ kesejahteraan
orang lain menghadapi bahaya dan tidak ada alternatif lain untuk mencegah
terjadinya suatu tragedi kecuali melakukan salah satu dari ketujuh tindakan
fisik atau lisan yang buruk. Ketujuh tindakan itu adalah: membunuh, mencuri,
berzina, berdusta, memfitnah, bicara kasar & memaki, atau beromong kosong. Jika
kita melakukan tindakan seperti itu tanpa gangguan emosi pada waktu itu, seperti
marah, nafsu keinginan, atau ketidaktahuan tentang sebab dan akibat, melainkan
didorong semata-mata oleh keinginan menghindarkan penderitaan orang lain--dan
bersedia sepenuhnya menerima akibat buruk apa pun yang mungkin timbul dari
perbuatan itu, bahkan kepedihan di neraka--maka kita tidak merusak disiplin
etikal diri yang telah kita kembangkan sejauh ini. Sebaliknya, kita menimbun
sejunlah amat besar daya positif yang akan mempercepat perjalanan spiritual
kita.

Namun, menolak melakukan tindakan buruk ini ketika dituntut oleh situasi
hanyalah merupakan kesalahan apabila kita telah mengambil dan mempertahankan
kemurnian Sumpah Bodhisattva. Keengganan kita untuk menukar kebahagiaan kita
dengan kesejahteraan orang lain merintangi penyempurnaan disiplin etikal diri
kita untuk selalu menolong orang lain. Ini tidak salah jika kita hanya memiliki
welas asih dangkal dan tidak menjalankan Sumpah Bodhisattva atau berlatih
melaksanakan yang tercantum di situ. Kita menyadari, karena welas asih kita
lemah dan belum mantap, penderitaan yang akan kita terima dari tindakan buruk
kita mungkin dapat membuat kita berat menerima perilaku seorang Bodhisattva.
Kita bahkan mungkin meninggalkan jalan berkarya untuk menolong orang lain.
Seperti peringatan bahwa Bodhisattva dari tingkatan rendah hanya akan merugikan
diri sendiri dan kemampuan untuk menolong orang lain jika mereka mencoba
mempraktikan aturan-aturan dari Bodhisattva dari tingkatan yang lebih
tinggi--seperti memberikan tubuh mereka untuk dimakan harimau lapar--maka lebih
baik kita berhati-hati dan menahan diri.

Oleh karena mungkin ada kebingungan tentang keadaan bagaimana yang menuntut
tindakan Bodhisattva seperti di atas, marilah kita lihat contoh-contoh yang
diambil dari Kitab-kitab Komentar [ditulis oleh Tsongkapa/hh]. Harap diingat
bahwa ini adalah tindakan terakhir, ketika segala cara lain gagal melenyapkan
atau mencegah penderitaan orang lain. Sebagai Bodhisattva yang sedang mekar,
kita bersedia membunuh seseorang yang sedang merencanakan pembunuhan
besar-besaran. Kita tidak ragu merampas obat-obatan yang dimaksudkan bagi upaya
penyelamatan darurat di sebuah negeri yang dilanda perang karena obat-obatan itu
dipegang oleh orang yang merencanakan untuk menjualnya di pasar gelap, atau
merampas dana bantuan dari tangan seorang administrator yang menyelewengkannya
atau mengelolanya secara salah. Jika kita laki-laki, kita bersedia berselingkuh
dengan istri orang lain--atau dengan seorang perawan yang orangtuanya
melarangnya, atau dengan partner apa pun yang tidak dibenarkan--bila perempuan
itu mempunyai keinginan kuat untuk mengembangkan 'bodhicitta' tetapi dilanda
oleh keinginan berhubungan seksual dengan kita dan yang--jika perempuan itu
meninggal tanpa berhubungan seksual dengan kita--akan membawa ketidaksenangan
itu sebagai instink dalam kehidupan-kehidupannya yang mendatang. Sebagai
akibatnya, perempuan itu akan sangat memusuhi Bodhisattva dan Jalan Bodhisattva.

Kesediaan Bodhisattva utuk berzina ketika segala upaya lain gagal mencegah
orang mempunyai sikap yang sangat negatif terhadap jalan altruisme spiritual
[sebagaimana tercantum dalam Kitab-kotab Komentar/hh] mengangkat suatu poin
penting yang perlu diperhatikan oleh pasangan suami-istri yang menjalani Jalan
Bodhisattva. Kadang-kadang suatu pasangan suami-istri giat di dalam Dharma, dan
salah satu dari mereka, misalnya pihak perempuan, ingin hidup selibat,
menghentikan hubungan seksual dengan suaminya, sedangkan suaminya tidak
mempunyai pikiran yang sama. Suaminya masih melekat pada seks dan menganggap
penolakan istrinya sebagai penolakan terhadap dirinya. Kadang-kadang fanatisisme
dan kurangnya kepekaan pada pihak istri mendorong suaminya untuk menyalahkan
Dharma bagi frustrasi & ketidakbahagiaannya. Ia tinggalkan kehidupan perkawinan
itu dan berpaling membelakangi Buddhisme dengan kepahitan. Jika tidak ada jalan
lain untuk menghindari reaksinya yang bermusuhan terhadap jalan spiriutal dan si
istri menjalani Sumpah Bodhisattva, si istri seyogyanya menilai kembali welas
asihnya untuk menetapkan apakah cukup kuat untuk membiarkannya kadang-kadang
berhubungan seksual dengan suaminya tanpa sangat merugikan kemampuannya untuk
menolong orang lain. Ini sangat relevan berkaitan dengan Sumpah Tantrik tentang
perilaku menghindari seks.

Sebagai Bodhisattva yang tengah berkembang, kita bersedia berdusta jika
perbuatan itu menyelamatkan jiwa orang lain atau mencegah orang lain teraniaya
atau cacat. Kita tidak ragu memfitnah untuk memisahkan anak-anak kita dari
kumpulan temannya yang tidak baik--atau memisahkan siswa-siswa dari guru yang
menyesatkan--yang berpengaruh buruk terhadap mereka dan mendorong sikap &
perilaku yang merugikan. Kita tidak menghindar dari kata-kata kasar untuk
membangunkan anak-anak kita dari perbuatan yang buruk, seperti tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, jika mereka tidak bisa diberitahu dengan halus. Dan bila orang
lain, yang berminat terhadap Buddhisme, sepenuhnya senang beromong kosong,
minum, berpesta pora, menyanyi, menari, menceritakan hal-hal yang berbau
pornografis atau kekerasan, kita bersedia ikut serta jika penolakan akan membuat
orang-orang ini merasa bahwa para Bodhisattva, dan orang Buddhis pada umumnya,
tidak pernah bersenang-senang dan bahwa jalan spiritual itu bukan jalan mereka."

***

Dari:
http://www.berzinarchives.com/web/en/about/about/message_from_holiness_dalai_lam\
a.html

The Dalai Lama


Message

As the twenty first century progresses, the Internet is becoming an increasingly
more widespread and important medium for the global sharing of information. This
is true as well for information concerning the Buddhist teachings, its history,
and various other topics related to Tibetan culture. Especially in places where
books and qualified teachers are rare, the Internet has become the main source
of information for countless people.

In a world in which misunderstanding and sectarianism are commonplace, education
is the most powerful means to eliminate the ignorance that fuels discord. I
therefore welcome Dr. Alexander Berzin's multi-language website,
www.berzinarchives.com, as a valuable educational tool for making globally
available online a vast array of articles spanning the various schools and
aspects of Buddhism and Tibetan culture.

January 26, 2007 [Signature]
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho