//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Musik Rohani Buddhis  (Read 59245 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #75 on: 30 April 2009, 03:56:20 PM »
just FYI... lagu dari band rock... "Somethin to believe in" dari Poison aja pernah di kumandangkan di gereja :P

dan lagu Queen yg mana ya yg ada "Bismillah" nya di putar di negara arab...... (katanya lagu barat di blok ma arab) eh arap apa irak ya :P

Bohemian Rhapsody? Itu aliran Universalism, sinkretisme semua agama, termasuk aliran "sesat".


Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #76 on: 30 April 2009, 03:57:49 PM »
GRP +1 dekh yang susah nyarinya :D

[qoute]
 DHAMMAPADA VI, 8
 

        Atas permintaan seorang brahmana dari Veranja, Sang Buddha pada suatu sat tinggal di Veranja bersama lima ratus orang bhikkhu. Ketika berada di Veranja sang brahmana lalai untuk memperlihatkan kebutuhan hidup mereka. Penduduk Veranja yangkemudian menghadapi kelaparan, hanya dapat mempersembahkan sangat sedikit dana pada saat para bhikkhu berpindapatta. Kendatipun mengalami penderitaan, para bhikkhu tidak berputus asa. Mereka hanya cukup mendapatkan para penjual kuda setiap hari. Saat akhir masa vassa tiba, setelah memberitahu sang brahmana, Sang Buddha pulang ke Vihara Jetavana beserta lima ratus bhikkhu. Masyarakat Savatthi menyambut kedatangan mereka dengan bermacam-macam pilihan makanan.

        Sekelompok orang yang hidup bersama para bhikkhu, memakan makanan yang tak dimakan oleh para bhikkhu. Mereka makan dengan rakus seperti orang yang benar-benar lapar, dan pergi tidur setelah mereka makan. Setelah bangun tidur mereka bersiul, bernyanyi dan menari, mereka membuat suatu keributan.

        Ketika Sang Buddha datang sore hari di tengah-tengah para bhikkhu, para bhikkhu melaporkan hal itu kepada Beliau, perilaku orang-orang yang tidak dapat dikendalikan, dan berkata "Orang-orang ini hidup dengan sisa makanan, bersikap sopan dan berperilaku baik ketika kita semua menghadapi penderitaan dan kelaparan di Veranja. Sekarang mereka cukup mendapat makanan yang baik, mereka bersiul, menyanyi, dan menari, serta membuat keributan di antara mereka sendiri. Berbeda dengan para bhikkhu. Para bhikkhu bagaimanapun juga keadaannya memiliki perilaku yang sama, baik di sini maupun di Veranja".

        Kepada mereka Sang Buddha menjawab "Itu merupakan sifat alamiah dari orang bodoh, penuh dengan duka cita dan merasa tertekan ketika mereka gembira ketika sesuatu berjalan lancar. Orang bijaksana bagaimanapun keadaannya dapat bertahan dalam gelombang kehidupan baik naik maupun turun".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 83 berikut:

Orang bajik membuang kemelekatan terhadap segala sesuatu; orang suci tidak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nafsu keinginan. Dalam menghadapi kebahagiaan atau kemalangan, orang bijaksana tidak menjadi gembira amaupun kecewa. [/Qoute]

Kalo dari kisah ini kan terlihat tariannya untuk jenis apa mabuk mabukan, yang tarian mengudang Asubha dsbnya.

[Qoute] Kisah Nataputtaka Thera
 
 
 DHAMMAPADA XXVI, 36
 

        Suatu ketika, Nataputtaka, anak laki-laki dari seorang penari yang sedang pergi berkeliling menyanyi dan menari, memiliki kesempatan untuk mendengarkan khotbah yang diberikan oleh Sang Buddha. Setelah mendengarkan khotbah tersebut, ia masuk dalam pasamuan dan mencapai tingkat kesucian arahat tidak lama kemudian.

        Suatu hari, ketika Sang Buddha dan para bhikkhu termasuk Nataputtaka sedang berjalan untuk menerima dana makanan, mereka menjumpai anak laki-laki dari penari lain yang sedang menari di jalanan. Melihat anak muda yang sedang menari, para bhikkhu bertanya kepada Nataputtaka apakah ia masih suka menari.

        Dan Nataputtaka menjawab, "Tidak, aku tidak".

        Para bhikkhu kemudian pergi menemui Sang Buddha dan menceritakan bahwa Nataputtaka dengan cara seperti itu ingin menegaskan bahwa dirinya telah mencapai tingkat kesucian arahat.

        Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu! Nataputtaka telah meninggalkan semua ikatan kemelekatan; ia telah menjadi seorang arahat".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 417 berikut:

Seseorang yang telah menyingkirkan ikatan-ikatan duniawi dan juga telah mengatasi ikatan-ikatan surgawi, yang benar-benar telah bebas dari semua ikatan, maka ia Kusebut seorang 'brahmana'.

***


Kisah Teman-teman Visakha
 [/Qoute]

Kalo dari kisah ini kan kalo Para Sangha kalo berkotbah yah, wong jangan nari dan nyanyi jelas ngak ada sopan satunnya.

[Qoute] DHAMMAPADA XI, 1
 

        Terdapat 500 orang pria dari Savatthi, mereka mengharapkan istri-istrinya menjadi orang yang murah hati, baik hati dan bersusila seperti Visakha. Kelima-ratus pria tersebut mengirim para istrinya kepada Visakha agar menjadi teman dekat Visakha. Pada pesta Bacchanalian yang berlangsung salama 7 hari, istri-istri tersebut mengambil semua minuman keras yang ditinggalkan suami mereka dan kemudian meminumnya tanpa diketahui oleh Visakha. Karena perbuatan yang tidak baik itu, mereka dipukuli oleh suami mereka. Pada keajadian lainnya, dikatakan bahwa mereka hendak mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka memohon agar Visakha membawa mereka kepada Sang Buddha, tetapi secara diam-diam mereka masing-masing membawa sebotol kecil minuman keras yang disembunyikan dalam bajunya.

        Pada saat tiba di vihara, mereka meminum semua minuman keras yang mereka bawa dan membuang botol-botol tersebut. Visakha memohon kepada Sang Buddha untuk mengajarkan Dhamma kepada mereka. Pada saat itu, para wanita menjadi mabuk, bernyanyi, menari, bertepuk tangan, melompat-lompat di dalam vihara. Sang Buddha melihat Mara yang membuat tingkah laku yang memalukan wanita-wanita tersebut.

        Sang Buddha berkata pada diri sendiri, "Mara tidak boleh diberi kesempatan".

        Oleh karena itu, tubuh Sang Buddha memancarkan sinar biru gelap yang menyebabkan wanita-wanita tersebut ketakutan dan mulai sadar. Kemudian Sang Buddha menghilang dari tempat duduknya dan berdiri diatas Gunung Meru, dari tempat itu Beliau memancarkan sinar putih yang menerangi langit bagaikan diterangi seribu bulan.

        Setelah itu Sang Buddha berkata kepada kelima ratus wanita tersebut, "Sebagai wanita, kalian tidak seharusnya datang ke vihara dalam keadaan batin tidak sadar. Karena kalian telah lalai, Mara mendapat kesempatan membuat kalian berkelakuan yang memalukan, tertawa, menyanyi keras-keras dalam vihara. Sekarang berusahalah untuk memadamkan api hawa nafsu yang terdapat dalam diri kalian".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 146 berikut:

Mengapa tertawa, mengapa bergembira kalau dunia ini selalu terbakar? Dalam kegelapan, tidakkah engkau ingin mencari terang?

        Lima ratus wanita itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma berakhir.

[/qoute]

Nah yang ini juga jelas kalo tariannya itu mengangung asubha tetap aja dilarang tokh.

Kesimpulannya  :

Jelas bahawa kalo tarian itu erostis, tidak mempunyai etika yang jelas itu melanggar sila.
Nah kalo kaya pagelarana Seni Buddhis kan lain daripada Sekadar hura hura, Sekadar erostis Sekedar merusak esensi ajaran, malah kesenian tersebut mengingatkan kita akan Dhamma apa kita dilarang.

nah kalo Nyanyian yah terang saja kalo tidak dapat mengucapkan rasa syukur, atau tapi menyesat kan orang lain terang melanggar sila. Kalo tuh nyanyian dapat membantu kita menggingat akan dhamma. Why Not.

_/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #77 on: 30 April 2009, 04:02:15 PM »
^^^^ kakakakak , Thanks +1 lagi akh
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #78 on: 30 April 2009, 04:06:50 PM »
Kesimpulannya  :

Jelas bahawa kalo tarian itu erostis, tidak mempunyai etika yang jelas itu melanggar sila.
Nah kalo kaya pagelarana Seni Buddhis kan lain daripada Sekadar hura hura, Sekadar erostis Sekedar merusak esensi ajaran, malah kesenian tersebut mengingatkan kita akan Dhamma apa kita dilarang.

nah kalo Nyanyian yah terang saja kalo tidak dapat mengucapkan rasa syukur, atau tapi menyesat kan orang lain terang melanggar sila. Kalo tuh nyanyian dapat membantu kita menggingat akan dhamma. Why Not.

_/\_
Ga ada sila mengenai penempatan patung, kok Buddha Bar diprotes? Bukannya patung di Buddha Bar juga mengingatkan orang pada Buddha?


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #79 on: 30 April 2009, 04:08:13 PM »
^^^^ kakakakak , Thanks +1 lagi akh

APAAAA? ikutan dong...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #80 on: 30 April 2009, 04:15:31 PM »
^^^^ kakakakak , Thanks +1 lagi akh

APAAAA? ikutan dong...
Sorry, you cannot repeat karma ;D

Kesimpulannya  :

Jelas bahawa kalo tarian itu erostis, tidak mempunyai etika yang jelas itu melanggar sila.
Nah kalo kaya pagelarana Seni Buddhis kan lain daripada Sekadar hura hura, Sekadar erostis Sekedar merusak esensi ajaran, malah kesenian tersebut mengingatkan kita akan Dhamma apa kita dilarang.

nah kalo Nyanyian yah terang saja kalo tidak dapat mengucapkan rasa syukur, atau tapi menyesat kan orang lain terang melanggar sila. Kalo tuh nyanyian dapat membantu kita menggingat akan dhamma. Why Not.

_/\_
Ga ada sila mengenai penempatan patung, kok Buddha Bar diprotes? Bukannya patung di Buddha Bar juga mengingatkan orang pada Buddha?


Jadinya bagaimana harusnya oom kainyn ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #81 on: 30 April 2009, 04:18:25 PM »
Kesimpulannya  :

Jelas bahawa kalo tarian itu erostis, tidak mempunyai etika yang jelas itu melanggar sila.
Nah kalo kaya pagelarana Seni Buddhis kan lain daripada Sekadar hura hura, Sekadar erostis Sekedar merusak esensi ajaran, malah kesenian tersebut mengingatkan kita akan Dhamma apa kita dilarang.

nah kalo Nyanyian yah terang saja kalo tidak dapat mengucapkan rasa syukur, atau tapi menyesat kan orang lain terang melanggar sila. Kalo tuh nyanyian dapat membantu kita menggingat akan dhamma. Why Not.

_/\_
Ga ada sila mengenai penempatan patung, kok Buddha Bar diprotes? Bukannya patung di Buddha Bar juga mengingatkan orang pada Buddha?



Plus +1 Buat bro indra :))

Yah iyalah Bro Kaiyn Kalo ngak diprotes. Tuh bakalan Jadi masalah. Pertama Buddha tuh ngajarin yang namanya kebenaran umum. Kita harus tunduk dengan peraturan yang dibuat sama pemerintah.
Masalah buddha bar itu sudah melanggar hukum dinegeri ini.

Yang ke dua, kalo ngak diprotes bkalan ada polemik di negeri ini nanya akan merugikan keharmonisan antar umat beragama. Juga polemik bagi kita yang menjalan kan ibadah agama kita sendiri. Ngak tentram, jelaslah diganti namanya karena nanti timbul nama Bar bar lain mengunakan nama agama lain nya. Nantinya semua orang mau ke wihara ributin soal rupang di bar, Sementara orang lagi beribadah terganggu dengan silang pendapat di wihara, bisa - bisa diusir satpam :D

yang ketiga Tuh udah Bagus ganti nama, udah bagus cuman rombak beberapa desain, justru agama kita malahan jadi Panutan agama lain, demonya paling Tertib, Juga menyuarakan juga tertib. Malahan agama tetangga kita yang paling besar aja mengatakan agama kita tuh paling tertib dalam aspresaisi suaranya, dalam demo

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #82 on: 30 April 2009, 04:22:57 PM »
Jadinya bagaimana harusnya oom kainyn ;D

Jangan tanya ke saya donk harus gimana ;D
Tadi 'kan Bro purnama bilang kalo ga erotis, ga merusak esensi ajaran, bukan hura-hura, sah-sah aja agama dimasukkan ke seni. Lalu kenapa hal-hal macam patung di dalam Bar jadi urusan panjang. Beberapa waktu lalu yang kasus bikini bergambar Buddha jadi masalah.

Kok begitu? Jadi erotis atau nggak, diukur dari siapa? Etis ga etis, menurut budaya yang mana?


Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #83 on: 30 April 2009, 04:24:00 PM »
^^^^ kakakakak , Thanks +1 lagi akh

APAAAA? ikutan dong...

Gantian dong :)

_/\_
Mau juga :P

Offline purnama

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.309
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #84 on: 30 April 2009, 04:26:57 PM »
Jadinya bagaimana harusnya oom kainyn ;D

Jangan tanya ke saya donk harus gimana ;D
Tadi 'kan Bro purnama bilang kalo ga erotis, ga merusak esensi ajaran, bukan hura-hura, sah-sah aja agama dimasukkan ke seni. Lalu kenapa hal-hal macam patung di dalam Bar jadi urusan panjang. Beberapa waktu lalu yang kasus bikini bergambar Buddha jadi masalah.

Kok begitu? Jadi erotis atau nggak, diukur dari siapa? Etis ga etis, menurut budaya yang mana?



Gampangnya aja lar dari adat istiadat masyarakat setempat.
Kalo urusan panjang Buddha bar saya milih tutup mulut dah, males bicarainya udah politik campur agama, campur duit, campur kekuasaan,.

Menurut budaya Indonesia Bang _/\_ , emangnya kita tinggal dimana ?

Offline merlyna

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 39
  • Reputasi: 6
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #85 on: 30 April 2009, 04:29:02 PM »
Pro/Cons Musik Rohani Buddhis, saya sih netral saja, tapi di sini saya ingin memposisikan sebagai pihak Pro dengan alasan sebagai berikut:

Tingkat pengembangan batin umat Buddha tidaklah sama semuanya, bagi yg sudah maju tentu merasa bahwa lagu buddhis tidak sesuai Buddhism, menghambat kemajuan spiritual, dlsb.

Tapi mari kita pertimbangkan mereka yang secara spiritual blm maju, misalnya para pemula dalam Buddhism. Bagi mereka tentunya lagu2 Buddhis bermanfaat sebagai bahan pelajaran, dan kegembiraan. bukankah kegembiraan adalah sesuatu yang KUSALA, dan ini juga dapat mengarah pada bertambahnya keyakinan. tentunya pendapat saya ini terbatas pada lagu2 buddhis yang berbobot dalam hal nilai seni maupun nilai spiritual.

kalau pendapat saya yang bernilai $2 ini bermanfaat, GRP welcome.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #86 on: 30 April 2009, 04:30:09 PM »
Jadinya bagaimana harusnya oom kainyn ;D

Jangan tanya ke saya donk harus gimana ;D
Tadi 'kan Bro purnama bilang kalo ga erotis, ga merusak esensi ajaran, bukan hura-hura, sah-sah aja agama dimasukkan ke seni. Lalu kenapa hal-hal macam patung di dalam Bar jadi urusan panjang. Beberapa waktu lalu yang kasus bikini bergambar Buddha jadi masalah.

Kok begitu? Jadi erotis atau nggak, diukur dari siapa? Etis ga etis, menurut budaya yang mana?


Dhamma dalam bentuk apapun asalkan "masuk dalam Unsur beruas 8" keknya ga apa2 deh, yang jadi masalah apabila Dhamma disalahgunakan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #87 on: 30 April 2009, 04:33:33 PM »
Gampangnya aja lar dari adat istiadat masyarakat setempat.
Kalo urusan panjang Buddha bar saya milih tutup mulut dah, males bicarainya udah politik campur agama, campur duit, campur kekuasaan,.


Memang di sini bukan lagi ngomongin masalah Buddha-Bar-nya. Itu hanya perbandingan saja betapa sebagian umat Buddha tidak konsisten. Sebentar bilang musik dan ajaran Buddha bisa menyatu, sebentar lagi keindahan patung (yang menurut orang lain bisa) menyatu dengan dekorasi bar, dinilai negatif. Memangnya seni itu ada ukurannya?



Quote
Menurut budaya Indonesia Bang _/\_ , emangnya kita tinggal dimana ?

OK, berarti ajaran Buddha tidak universal yah. Di satu tempat menyatu dengan seni, di tempat lain tidak.


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #88 on: 30 April 2009, 04:37:17 PM »
Merujuk Dhamma yg tertinggi, musik tidak ada manfaat apa2 karena objek adalah netral dan pendengarlah yg merespon. Dan tidak benar2 membawa manfaat bagi perkembangan batin secara mendalam

Berarti secara Dhamma sendiri, tidak ada yang namanya musik rohani dan musik duniawi, yang ada hanyalah suara yang kemudian direspon oleh persepsi. Begitu maksudnya atau bukan?

betul om


Quote
Mengenai batasan lantunan dan lirik secara duniawi(dalam hal musik rohani) tentu  lantunan harus lembut atau bersifat insipirasi (harus tanya yg buat musik ya ;D) dan tidak hura2, misal dibuat metal atau contoh yg dibuat om hendra...dan lirik tentu harus berisi dhamma.Nah ini juga kembali pada niat si pembuat musik itu, apa dia paham dhamma atau cuma untuk cari duit dan pendengar happy dan semakin termanjakan indrianya.
Kalau mengenai inspirasi dari lantunan/melodi, setiap orang juga berbeda. Ada yang denger musik keras, sakit kepala. Di lain pihak, denger musik slow, langsung ketiduran. Mengenai isinya sendiri, sama saja seperti meditasi, ada yang terinspirasi dengan lirik "brahmavihara", sementara orang lain terinspirasi dengan lirik "Asubha". Namun bagi orang tertentu, lirik "Asubha" ini "disturbing". Bagaimana menurut bond mengenai subjektifitas ini?

Memang subjektifitas tidak dapat dihindari. Dalam konteks lagu (label) religus hendaknya tidak urakan dan dombreng2 ngak karuan(hip2 hura2) . Dan dalam hal ini kalau sukanya demikian dikembalikan kepada individu masing2 yg merupakan cerminan pribadi orang itu.

contoh: lagu yg diciptakan Bhante Girirakhito , grup musik dhammagosa, memiliki nilai religiusitas,kreatifitas dan ada pesan yg disampaikan. Berbeda dengan musik yg katanya religius tapi jingkrak2, teriak2, nangis, yg gila kalau sampai jumpalitan seperti sirkus  :)).

Yg pasti apa yg mau kita capai dalam menjalankan Dhamma. Sebatas kulit atau sampai sum-sum tulang. ;)





« Last Edit: 30 April 2009, 04:50:13 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Musik Rohani Buddhis
« Reply #89 on: 30 April 2009, 04:40:54 PM »
Mr. Bond,
Buddhaghosa yang nulis Visuddhimagga ada bikin lagu? lagunya apa ya?

 

anything