//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [Renungan] Kematian dan bias  (Read 3075 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
[Renungan] Kematian dan bias
« on: 07 November 2013, 07:36:17 AM »



any comment? terutama dari sudut buddhismenya. Apakah buddhis itu ada bias itu juga? apakah buddhis terlalu fokus sama "janji buah kamma" dikehidupan yang akan datang?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Kristin_chan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 631
  • Reputasi: 54
  • Gender: Female
Re: [Renungan] Kematian dan bias
« Reply #1 on: 07 November 2013, 12:10:08 PM »
Gila inet kantor lelet banget. Nonton video 15 menit butuh satu jam x_x.

Soal yang mau mati lebih gampang percaya itu bener banget. Kemarin pas lagi takut banget penyakit lama kambuh, temen baik gue yang dari agama tetangga nyuruh gue doa. Biasanya kalo dia uda mulai pembicaraan soal ini, w pasti nyela n candain dia. Cuma kali itu lagi ga mood banget canda, gue ikutin aja. Dia doa, gue ikutin aja. Amazingly abis doa rasanya agak plong. Tipuannya manjur. Buddhist sometimes terlalu susah karna ga ada tempat bergantung. Jadi kalo lagi kesusahan, bingung mo ngapain. Meditasi sih kayanya rada muluk kadang2.

Biasnya buddhist termasuk di resurection gak? Kan ntar lahir lagi. Cuma emang ga ditempat yang sama. Tapi mirip-mirip tipuannya. Manusia emang suka tipuan sih.

W suka kalimatnya, "When we are here, death is not. But when death is here, we are gone." "We do not live to experience death"

Cuma ilustrasinya soal kehidupan kaya buku itu kurang tepat kayanya. Soalnya gue kalo baca novel yang bagus banget ceritanya, pas menjelang halaman-halaman terakhir, sering sedih. Ehh... Habis ya ceritanya... Kaya kehilangan sahabat juga :p.

Thank you, Tuhan. Cocok banget neh timingnya, jadinya lebih "jip sim".
Be kind whenever possible. It's always possible.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: [Renungan] Kematian dan bias
« Reply #2 on: 07 November 2013, 12:22:18 PM »
any comment? terutama dari sudut buddhismenya. Apakah buddhis itu ada bias itu juga? apakah buddhis terlalu fokus sama "janji buah kamma" dikehidupan yang akan datang?
obviously, yes!
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: [Renungan] Kematian dan bias
« Reply #3 on: 07 November 2013, 02:04:57 PM »
belum liat videonya, karena komputer ini susah streaming nya.
nanti deg belakangan nonton nya.
tapi karena topiknya kematian, jadi pengen nimbrung aggg...

Buddhist sometimes terlalu susah karna ga ada tempat bergantung. Jadi kalo lagi kesusahan, bingung mo ngapain. Meditasi sih kayanya rada muluk kadang2.

IMO, malah ajaran Sang Buddha yang paling komplit dan lengkap
dalam mempersiapkan kita menghadapi kematian secara baik

Beberapa hari lalu, saya berkunjung ke RS menjenguk seseorang
dia terkena kanker/tumor sejak umur 20an dan kakinya diamputasi sebelah
dulu katanya pertama kali diamputasi, dia juga histeris dan tidak bisa terima
terus jadi sering meditasi dan tinggal di wihara di pinggiran desa
tahun ini 26 tahun dan kankernya menyebar, dan paru-paru diangkat sebelah
sekarang lagi berbaring di ranjang RS, karena perlu alat bantu menyedot dahak, dll

waktu kami datang melihatnya
wajahnya segar, cerah, bersih
matanya jernih, berkilau, dan hidup
tawanya lepas, tidak ada kepura-puraan
dengan segala ketidak nyamanan fisik dan mental mungkin
dia masih bisa tertawa begitu segar, begitu leganya

wow....saya berpikir, waktu saya hanya demam berdarah
di ranjang RS dengan ketidak nyamanan yg sedikit saja
saya belum bisa menerimanya seperti org ini
saya hanya memahami secara teori saja
semua makhluk yg lahir pasti mengalami sakit, tua dan mati.
tapi belum benar2 meresapi dalam2

tapi org ini tidak hanya memahami teori
tapi juga prakteknya dengan pengalaman diri sendiri
benar-benar mengagumkan,
karena dia bisa berlatih dan mempersiapkan dirinya
menerima kenyataan dia dengan apa adanya

=========================================

beberapa bulan lalu, saya bertemu dengan seorang bapak2 umur 30-40 an ada istri dan 2 anak
dia mulai dari berjualan di pinggir jalan sampai sekarang punya toko, rumah, mobil.
berlatih meditasi sendiri dari buku, dan rajin berdana di berbagai acara dhamma, vihara, dll
dan tahun ini terdiagnosa kanker sinitus stadium 3 dan lagi menjalani proses pengobatan dll
dengan laser dll, dan suaranya sangat serak, karena pita suara akan rusak dengan pengobatan itu

waktu itu dia sharing sekitar 1 jam kepada kami.
bahwa dia pertama kali mendengar diagnosa kanker juga shock dan menangis
setelah semua latihan meditasi, persiapan hidup, dll
ketika mengalami sendiri tetap saja rasanya sangat menderita, perih, sakit bathinnya.
tapi waktu berbicara pada kita, dia sangat tenang, damai dan seperti menceritakan kehidupan org lain saja

tapi setelah beberapa waktu, dia mulai bisa menerima itu
dan merasa bersyukur bisa terkena kanker,
karena sudah dapat "berkenalan pertama kali" dengan kematian saat mendapat berita kanker itu. jadi bisa mempersiapkan diri, "berkenalan dan bersahabat" lebih dalam dengan kematian.
Jadi ketika kematian itu datang, sudah ada waktu mempersiapkan diri
dan semoga tidak shock seperti pertama kali mendengar

menurut dia, ini jauh lebih beruntung daripada meninggal karena kecelakan mobil misalnya,
karena kalau kecelakaan, fisik kita langsung terbentur objek kesakitan,
secara refleks, dalam kesakitan, pikiran juga langsung cenderung kacau
pikiran kita juga shock dan mungkin dalam keadaan sangat menderita
tidak ada waktu untuk mempersiapkan detik pikiran terakhir dalam keadaan damai

dan dia juga bilang, dalam menghadapi kematian,
khawatir akan nasib istri dan anak itu hanya alasan permukaan saja
(karena keuangan untuk istri dan anaknya sudah dipersiapkan dan aman)
setelah dia meneliti pikirannya, alasan sebenarnya adalah
dia masih memiliki keinginan bhava (keinginan untuk terus hidup)
walaupun sudah berlatih meditasi dengan tekun
tapi akar2 kilesa nya belum tercabut semuanya.
dan dia juga paham dan bisa menerima itu

tapi yg membuat dia lega katanya,
dia berkata dengan penuh keyakinan dan percaya diri
"saya sudah banyak berbuat kebajikan sepanjang hidup saya"
"saya sudah mempunyai keyakinan kuat pada Buddha Dhamma Sangha" dan saya yakin bisa terlahir kembali dan bertemu dengan Dhamma.

Dan saya bisa melihat sendiri
wow....begitu yag kalo org yg benar2 mempraktekkan teori dan prakteknya
semoga saya juga bisa berlatih dan mempersiapkan diri
dan saat menghadapi kematian saya,
saya juga bisa berkata dengan begitu percaya diri : "saya juga sudah berbuat banyak kebajikan, dan juga sudah punya keyakinan kuat pada Buddha, Dhamma, Sangha".

=============================

anyway, setelah dituliskan
tetap tidak bisa menggambarkan dengan jelas
gimana rasanya melihat langsung
org2 yg sedang dalam keadaan kritis 
bisa menghadapi kematian dengan baik dan ikhlas

mereka bisa menerima kalau penyakitnya gawat
dan ada kemungkinan sembuh
dan ada juga kemungkinan meninggal
dan bisa menerima kematian itu dengan begitu elegan

Buddhist sometimes terlalu susah karna ga ada tempat bergantung. Jadi kalo lagi kesusahan, bingung mo ngapain. Meditasi sih kayanya rada muluk kadang2.

Buddhis punya tempat bergantung,
bergantung pada kammanya sendiri,
bergantung pada keyakinan pada Buddha Dhamma Sangha
dan meditasi kalo hanya teori yang tidak bisa membantu apa2
kalo tidak mau mencoba juga tidak akan bisa membantu apa2
hanya bisa dirasakan manfaatnya kalo sudah dicoba sendiri, dipahami, diresapi, ditekuni, dicoba berulang-ulang, dilakukan dengan pengalaman sendiri

sadhu sadhu sadhu  _/\_
« Last Edit: 07 November 2013, 02:21:33 PM by bluppy »

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: [Renungan] Kematian dan bias
« Reply #4 on: 07 November 2013, 06:41:10 PM »
udah denger videonya,
malah tambah bingung hehehe...
it's has some nice points, and what ?
mungkin otaknya belum nyampe untuk mengerti pesan pembicaranya

 ^:)^

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: [Renungan] Kematian dan bias
« Reply #5 on: 09 November 2013, 06:23:59 AM »
dalam bahasa sendiri yah, bukan transcriptnya

we belive the story/religion/science/hope because we bias, so afraid of death
the question is are we doom to live the one life we have in the way it shaped by fear and denial
...
the fear (of death) it self its not rational
...
life is like a book, binded by it's cover. Our life is binded by birth and death.
Like book, can encompass wide range of stories. Our life as well
The hero in the book wont fear reaching the end of the book and should be, with us.

the really matter... you make it a good story [in your life]

fear of death -> bias -> waste your life

Accept death -> live without fear of death and make good story out of it :jempol:
« Last Edit: 09 November 2013, 08:54:48 AM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: [Renungan] Kematian dan bias
« Reply #6 on: 09 November 2013, 08:11:29 AM »
oh ok thankiu tuhan.


Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: [Renungan] Kematian dan bias
« Reply #7 on: 09 November 2013, 10:01:13 AM »
dalam bahasa sendiri yah, bukan transcriptnya

we belive the story/religion/science/hope because we bias, so afraid of death
the question is are we doom to live the one life we have in the way it shaped by fear and denial
...
the fear (of death) it self its not rational
...
life is like a book, binded by it's cover. Our life is binded by birth and death.
Like book, can encompass wide range of stories. Our life as well
The hero in the book wont fear reaching the end of the book and should be, with us.

the really matter... you make it a good story [in your life]

fear of death -> bias -> waste your life

Accept death -> live without fear of death and make good story out of it :jempol:

Gw blm liat videonya juga, inet lelet. Tapi kalo mengacu pada tulisan Tuhan ini, Buddhisme memang mengajarkan ketakuatan akan kematian, bukan untuk penolakan, namun sebagai pengingat untuk selalu berbuat hal-hal yang baik dalam kehidupan ini, seperti dalam yang diumpamakan Devaduta Sutta sebagai utusan surgawi.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: [Renungan] Kematian dan bias
« Reply #8 on: 12 November 2013, 06:43:19 PM »



any comment? terutama dari sudut buddhismenya. Apakah buddhis itu ada bias itu juga? apakah buddhis terlalu fokus sama "janji buah kamma" dikehidupan yang akan datang?
dalam bahasa sendiri yah, bukan transcriptnya

we belive the story/religion/science/hope because we bias, so afraid of death
the question is are we doom to live the one life we have in the way it shaped by fear and denial
...
the fear (of death) it self its not rational
...
life is like a book, binded by it's cover. Our life is binded by birth and death.
Like book, can encompass wide range of stories. Our life as well
The hero in the book wont fear reaching the end of the book and should be, with us.

the really matter... you make it a good story [in your life]

fear of death -> bias -> waste your life

Accept death -> live without fear of death and make good story out of it :jempol:
Untung ada penjelasan ini, karena Video nya udah ga bisa dibuka lagi.
Saya sangat setuju bahwa WE MAKE OUR GOOD DEATH BYSELF, fear of death is so useless, accept death with happy more useful. Melakukan terus kebajikan, bila tidak sanggup dalam bentuk materi bisa dalam bentuk non materi, seperti Mas Tidar yang mengunjungi saya tadi dan memberikan hadiah terindah "Menghadapi kematian dengan bahagia".  :jempol:

Saya tidak pernah merasa takut untuk mati dan kalo bisa menawar sebaiknya tidak perlu berlama2 didunia ini.
I'm an ordinary human only