belum liat videonya, karena komputer ini susah streaming nya.
nanti deg belakangan nonton nya.
tapi karena topiknya kematian, jadi pengen nimbrung aggg...
Buddhist sometimes terlalu susah karna ga ada tempat bergantung. Jadi kalo lagi kesusahan, bingung mo ngapain. Meditasi sih kayanya rada muluk kadang2.
IMO, malah ajaran Sang Buddha yang paling komplit dan lengkap
dalam mempersiapkan kita menghadapi kematian secara baik
Beberapa hari lalu, saya berkunjung ke RS menjenguk seseorang
dia terkena kanker/tumor sejak umur 20an dan kakinya diamputasi sebelah
dulu katanya pertama kali diamputasi, dia juga histeris dan tidak bisa terima
terus jadi sering meditasi dan tinggal di wihara di pinggiran desa
tahun ini 26 tahun dan kankernya menyebar, dan paru-paru diangkat sebelah
sekarang lagi berbaring di ranjang RS, karena perlu alat bantu menyedot dahak, dll
waktu kami datang melihatnya
wajahnya segar, cerah, bersih
matanya jernih, berkilau, dan hidup
tawanya lepas, tidak ada kepura-puraan
dengan segala ketidak nyamanan fisik dan mental mungkin
dia masih bisa tertawa begitu segar, begitu leganya
wow....saya berpikir, waktu saya hanya demam berdarah
di ranjang RS dengan ketidak nyamanan yg sedikit saja
saya belum bisa menerimanya seperti org ini
saya hanya memahami secara teori saja
semua makhluk yg lahir pasti mengalami sakit, tua dan mati.
tapi belum benar2 meresapi dalam2
tapi org ini tidak hanya memahami teori
tapi juga prakteknya dengan pengalaman diri sendiri
benar-benar mengagumkan,
karena dia bisa berlatih dan mempersiapkan dirinya
menerima kenyataan dia dengan apa adanya
=========================================
beberapa bulan lalu, saya bertemu dengan seorang bapak2 umur 30-40 an ada istri dan 2 anak
dia mulai dari berjualan di pinggir jalan sampai sekarang punya toko, rumah, mobil.
berlatih meditasi sendiri dari buku, dan rajin berdana di berbagai acara dhamma, vihara, dll
dan tahun ini terdiagnosa kanker sinitus stadium 3 dan lagi menjalani proses pengobatan dll
dengan laser dll, dan suaranya sangat serak, karena pita suara akan rusak dengan pengobatan itu
waktu itu dia sharing sekitar 1 jam kepada kami.
bahwa dia pertama kali mendengar diagnosa kanker juga shock dan menangis
setelah semua latihan meditasi, persiapan hidup, dll
ketika mengalami sendiri tetap saja rasanya sangat menderita, perih, sakit bathinnya.
tapi waktu berbicara pada kita, dia sangat tenang, damai dan seperti menceritakan kehidupan org lain saja
tapi setelah beberapa waktu, dia mulai bisa menerima itu
dan merasa bersyukur bisa terkena kanker,
karena sudah dapat "berkenalan pertama kali" dengan kematian saat mendapat berita kanker itu. jadi bisa mempersiapkan diri, "berkenalan dan bersahabat" lebih dalam dengan kematian.
Jadi ketika kematian itu datang, sudah ada waktu mempersiapkan diri
dan semoga tidak shock seperti pertama kali mendengar
menurut dia, ini jauh lebih beruntung daripada meninggal karena kecelakan mobil misalnya,
karena kalau kecelakaan, fisik kita langsung terbentur objek kesakitan,
secara refleks, dalam kesakitan, pikiran juga langsung cenderung kacau
pikiran kita juga shock dan mungkin dalam keadaan sangat menderita
tidak ada waktu untuk mempersiapkan detik pikiran terakhir dalam keadaan damai
dan dia juga bilang, dalam menghadapi kematian,
khawatir akan nasib istri dan anak itu hanya alasan permukaan saja
(karena keuangan untuk istri dan anaknya sudah dipersiapkan dan aman)
setelah dia meneliti pikirannya, alasan sebenarnya adalah
dia masih memiliki keinginan bhava (keinginan untuk terus hidup)
walaupun sudah berlatih meditasi dengan tekun
tapi akar2 kilesa nya belum tercabut semuanya.
dan dia juga paham dan bisa menerima itu
tapi yg membuat dia lega katanya,
dia berkata dengan penuh keyakinan dan percaya diri
"saya sudah banyak berbuat kebajikan sepanjang hidup saya"
"saya sudah mempunyai keyakinan kuat pada Buddha Dhamma Sangha" dan saya yakin bisa terlahir kembali dan bertemu dengan Dhamma.
Dan saya bisa melihat sendiri
wow....begitu yag kalo org yg benar2 mempraktekkan teori dan prakteknya
semoga saya juga bisa berlatih dan mempersiapkan diri
dan saat menghadapi kematian saya,
saya juga bisa berkata dengan begitu percaya diri : "saya juga sudah berbuat banyak kebajikan, dan juga sudah punya keyakinan kuat pada Buddha, Dhamma, Sangha".
=============================
anyway, setelah dituliskan
tetap tidak bisa menggambarkan dengan jelas
gimana rasanya melihat langsung
org2 yg sedang dalam keadaan kritis
bisa menghadapi kematian dengan baik dan ikhlas
mereka bisa menerima kalau penyakitnya gawat
dan ada kemungkinan sembuh
dan ada juga kemungkinan meninggal
dan bisa menerima kematian itu dengan begitu elegan
Buddhist sometimes terlalu susah karna ga ada tempat bergantung. Jadi kalo lagi kesusahan, bingung mo ngapain. Meditasi sih kayanya rada muluk kadang2.
Buddhis punya tempat bergantung,
bergantung pada kammanya sendiri,
bergantung pada keyakinan pada Buddha Dhamma Sangha
dan meditasi kalo hanya teori yang tidak bisa membantu apa2
kalo tidak mau mencoba juga tidak akan bisa membantu apa2
hanya bisa dirasakan manfaatnya kalo sudah dicoba sendiri, dipahami, diresapi, ditekuni, dicoba berulang-ulang, dilakukan dengan pengalaman sendiri
sadhu sadhu sadhu