//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apakah anda adalah pasangan suami istri yang paling mengasihi ?  (Read 3144 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
DETAIL SUATU CINTA

Apakah anda adalah pasangan suami istri yang paling mengasihi ?
 


Dalam suatu acara perayaan,  panitia Kelurahan setempat ingin memberi penghargaan terhadap pasangan suami istri yang paling mengasihi pasangannya di wilayah itu.

Setelah melewati beberapa babak penyisihan, ada 3 pasang suami istri yang terpilih. Maka panitia pun memberitahu ketiga pasang suami istri tersebut agar pergi ke kantor panitia pada hari sabtu pagi, untuk mengikuti penilaian final.

Tiga pasang suami istri datang menepati janji, sepasang demi sepasang  duduk di atas kursi yang terletak di luar kantor panitia, sedang menanti panggilan dari tim juri.

Tim juri memanggil pasangan pertama untuk masuk ke kantor, membiarkan mereka bercerita bagaimana mereka berdua saling mengasihi. Sang istri berkata, beberapa tahun yang lalu ia mengalami kelumpuhan, hanya bisa berbaring di atas ranjang. Dokter telah memvonis bahwa kemungkinan ia dapat berdiri lagi sangat kecil, hal ini membuatnya merasa putus asa dan hampir bunuh diri.

Tetapi suaminya selalu menyemangatinya untuk tetap bertahan hidup. Demi sang istri, suaminya telah membawanya ke berbagai penjuru untuk berobat, tidak meninggalkannya apalagi mencampakkannya, dan dengan rela hati memikul tanggung jawab untuk merawatnya. Berkat kasih sayang dan perhatian suaminya, akhirnya ia dapat berdiri kembali. Ceritanya sangat menyentuh perasaan, wajah setiap juri yang mendengar cerita itu tergugah.

Selanjutnya, masuklah pasangan yang kedua, mereka berdua berkata, mereka telah menikah 10 tahun, sama sekali tidak pernah bertengkar hebat, selama ini mereka berdua selalu mengasihi dan mencintai, saling menghormati satu sama lain. Para juri setelah mendengar cerita mereka itu diam-diam menganggukkan kepala.

Giliran pasangan suami istri yang ketiga. Lama sekali tim juri menunggu pasangan suami istri yang tidak kunjung masuk ke dalam ruangan. Para juri menunggu hingga kesabaran mereka telah habis, mereka lalu keluar dari kantor untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata pasangan suami istri yang ketiga itu masih duduk di atas kursi yang terletak di depan pintu, kepala si lelaki sedang disandarkan di bahu kanan istrinya, tertidur dengan lelap.

Salah seorang juri bermaksud berteriak untuk membangunkan si lelaki, tapi sang istri buru-buru mencegah dengan memberi tanda menempelkan jari telunjuknya di bibirnya mengisyaratkan agar mereka jangan bersuara. Lalu dengan hati-hati ia mengeluarkan secarik kertas dan sebuah pena dari dalam tasnya, ia menulis sebaris kalimat, lalu disodorkan kepada para juri.

Semua itu dilakukannya dengan tangan kiri, dan dengan gerakan yang sangat lembut, takut akan membangunkan suaminya, bahu kanannya sama sekali tidak bergoyang, dengan mantap tetap menyangga kepala sang suami.

Para juri menerima kertas itu, karena ditulis oleh wanita itu dengan tangan kiri, tulisannya morat marit sulit untuk dibaca, tapi semua orang masih dapat membaca tulisannya, di kertas itu tertulis, “Mohon jangan bersuara, suami saya kemarin malam tidak tidur dengan baik.”

Salah seorang juri mengambil pena dan menuliskan, “Tetapi kami ingin mendengar cerita dari kalian berdua, jika tidak membangunkan suami anda maka pekerjaan kami akan terhambat". Wanita itu menerima kertas itu dan setelah membacanya, ia kembali menulis dengan menggunakan tangan kirinya, “Kalau begitu, lebih baik kami mengundurkan diri saja dari pertandingan ini, tidak ada hal apa pun yang lebih penting dari pada membuat suamiku bisa tidur dengan nyenyak dan nyaman.”

Para juri menjadi panik, wanita ini demi untuk tidak membangunkan suaminya dari tidur, di luar dugaan telah rela melepaskan pertandingan, sungguh tidak masuk di akal, sama sekali terbalik dengan logika. Tapi akhirnya mereka memutuskan untuk terus menunggunya.

Satu jam kemudian, lelaki itu telah bangun, tangan kanan wanita itu akhirnya bisa digerakkan, dari dalam tas ia mengeluarkan selembar kertas tissue dengan maksud hendak membersihkan air liur yang mengalir dari ujung bibir suaminya, tapi ketika lengannya baru diangkat, kertas tissue tersebut jatuh ke tanah. Dengan terkejut lelaki itu bertanya pada istrinya, “Ada apa?” Sang istri tersenyum dan berkata dengan lembut, “Tidak apa-apa.”

Saat itu salah seorang juri sudah tidak sabar lagi dan segera menarik si lelaki untuk segera masuk ke dalam ruangan, barulah istrinya perlahan-lahan menjulurkan tangan kirinya untuk memijat bahu kanannya. Ia melihat beberapa orang juri sedang melihat kelakuannya itu dengan penuh perhatian, ia hanya tersenyum dengan perasaan sungkan dan berkata, “Sungguh tidak apa-apa. Hanya pundak saya yang terlalu lama ditekan kepala suami saya sehingga agak mati rasa.”

Setelah lelaki itu dipersilahkan masuk ke dalam kantor, para juri lalu bertanya padanya, mengapa ia bisa tidur sedemikian lelap. Lelaki itu tertawa dengan canggung, dan berkata, “Rumah saya berada di lantai satu, nyamuknya sangat banyak. Kemarin tengah malam saya terbangun karena gigitan nyamuk, dan baru saya sadari bahwa obat anti nyamuk di rumah saya telah habis. Di tengah malam juga tidak ada toko yang jualan, karena takut istri saya juga terbangun akibat gigitan nyamuk, maka semalaman itu saya mengusir nyamuk, sehingga saya tidak tidur lagi sampai pagi.” Dengan tercengang para dewan juri mendengar ucapannya, sesaat lamanya mereka semua terdiam.

Hasil penilaian akhir dari suami istri yang paling saling mengasihi ini, oleh dewan juri ditambah dua kategori juara lagi. Pasangan suami istri pertama dinobatkan sebagai “Suami Istri Yang Senasib dan Sepenanggungan”.

Lalu pasangan suami istri yang kedua dinobatkan sebagai “Suami Istri Yang Saling Menghormati”.

Dan juara sesungguhnya suami istri yang paling saling mengasihi dianugrahkan kepada pasangan suami istri yang ketiga.

Semoga menginspirasi perumah tangga yang telah menjalani kehidupan rumah tangga.

Semoga Bermanfaat

Offline Ruenis

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 114
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apakah anda adalah pasangan suami istri yang paling mengasihi ?
« Reply #1 on: 21 May 2010, 01:49:28 PM »
Umh mata saya jadi berkaca-kaca membaca tulisanmu bro CHANGE,sangat bermanfaat.
Thousands of candles can be lighted from a single candle,
and the life of the candle will not be shortened.
Happiness never decreases by being shared.

Buddha

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Apakah anda adalah pasangan suami istri yang paling mengasihi ?
« Reply #2 on: 05 June 2010, 12:43:03 PM »
Kisah yang menggugah dalam sebuah keluarga dalam menjalani kehidupan.

MENDENGAR KEBAHAGIAAN SEDANG BERNYANYI

Untuk sebuah program baru, selama berhari-hari ia berkutat di depan komputer. Setelah akhirnya terselesaikan, ia menghela nafas panjang berdiri di depan komputernya. Mendadak matanya menjadi gelap, tidak kelihatan apa-apa. Setelah didiagnosa, dokter mengatakan bahwa ia telah menggunakan mata secara berlebihan sehingga terjadi kebutaan sementara. Dokter mengatakan, dengan pengobatan teratur dan istirahat yang cukup, tak lama kemudian matanya akan kembali seperti sedia kala.

Terjerumus ke dalam kegelapan secara mendadak, membuatnya menjadi risau bercampur cemas. Kadang kala ia berteriak histeris, sebentar diam, lalu sebentar sedih sambil berkeluh kesah sendiri. Istrinya justru menunjukkan ekspresi wajah yang tenang seolah tidak terjadi apa-apa.

Dengan suara lembut ia menghibur dengan berkata, “Dokter bilang, istirahat yang cukup akan cepat pulih kembali, tidak ada gunanya dirimu merasa cemas, lagipula itu tidak baik bagi matamu. Toh tidak perlu masuk kerja, juga tidak ada rapat dan dinas keluar, juga tidak perlu bergadang. Lebih baik bersantai saja dan anggaplah sakit kali ini sebagai suatu liburan, sekaligus juga menemani saya di rumah.”

Mudah bagi istrinya untuk mengatakannya, namun bagi dirinya yang sedang terperosok di dalam kegelapan, selalu merasa tak kuasa melawan perasaan takut yang datang mendadak. Terlebih di saat suasana rumah sedang sunyi, ia lebih merasakan kehampaan yang tiada tara.

Istrinya seperti mengerti jalan pikirannya, segera dibelinya 3 buah lonceng kecil. Satu pasang diletakkan di pinggir bantalnya, yang cukup digoyangkannya jika memerlukan sesuatu, dan sang istri akan segera datang begitu mendengar suara lonceng itu. Satu buah lagi dipasangkan di pegelangan tangan anak perempuan mereka, dan yang satu lagi dibawa oleh sang istri. Dengan demikian di mana pun mereka berada, sedang mengerjakan apa pun, ia akan segera tahu begitu mendengarnya.

Sejak itu di berbagai penjuru rumah terdengar bunyi lonceng, wujud rumah itu bersama dengan istri dan anaknya pun seolah kembali hidup di hadapannya, ia tidak lagi merasakan kehampaan yang tiada batas di sekitarnya. Sepasang lonceng miliknya sendiri jarang sekali dipakai, karena istrinya sudah mengurus berbagai keperluannya dengan cermat.

Ia konsentrasi terhadap bunyi kedua buah lonceng tersebut. Pada awalnya ia hanya bisa merasakan bunyi lonceng itu yang kacau balau. Kemudian ia perlahan – lahan bisa membedakan suara mana yang berasal dari lonceng istrinya dan anaknya.

Suara lonceng dari anak perempuannya selalu tergesa-gesa dan nyaring, lebih-lebih setelah ia pulang dari sekolah dan masuk ke dalam rumah, ia selalu mengambil lonceng yang disimpan di atas rak sepatu begitu tiba di rumah lalu memasangkannya, yang akan bergoyang mengeluarkan suara “ting- tang-ting-tang” seiring dengan ia berlari sepanjang jalan menuju ke tempat tidurnya lalu tengkurap di atas tubuhnya sambil berteriak, “Ayah, hari ini guru mengajarkan aku sebuah lagu bahasa inggris yang baru, saya nyanyikan untuk ayah ya.”

Suara lonceng yang nyaring dan suara lagu kekanak-kanakan memenuhi seluruh penjuru rumah. Sambil mendengarkan lagu itu, ia membayangkan setiap ekspresi dan gerakan dari anak perempuannya itu, mau tidak mau dari wajahnya merekah sebuah senyuman. Pada saat itu barulah disadarinya bahwa telah sedemikian lamanya ia tidak merasa keakraban dengan putrinya itu.

Sementara suara lonceng istrinya mengalun pelan dan mantap, membuatnya teringat di kala ia sering pulang larut malam, sang istri selalu menyambut dengan suara lirih yang bertanya, “Sudah makan? Saya sudah menyiapkan sup jamur kuping putih…” Setiap kali berada di rumah, suara lonceng yang mantap ini bagaikan suara aliran sungai yang bergulung-gulung tiada hentinya, tidak deras juga tidak pelan, tidak ada waktu untuk beristirahat; cuci sayur, masak nasi, mengelap meja, menyapu lantai, selang beberapa waktu datang berbicara sebentar dengannya. Seperti tidak mengenal lelah, tangannya selalu sibuk dengan sesuatu hal.

Kalau dulu sepulang dari kantor, ia selalu merebahkan diri di atas sofa dan tak bergerak sama sekali, dan selalu mengeluhkan betapa capeknya dirinya. Istrinya yang juga bekerja seperti dirinya, sepulangnya dari kerja justru tetap sibuk tiada hentinya oleh pekerjaan rumah, sebenarnya sang istri juga sama lelahnya dengan dirinya.

Ketika putrinya sedang sekolah dan istrinya sedang keluar rumah mengurus sesuatu, pasti akan diletakkannya sebuah radio kecil di samping ranjang suaminya itu, dia bilang itu untuk mendengarkan lagu-lagu dan berita. Tapi ia merasa lebih baik melamun sambil mendengar suara deru mobil di luar jendela, dan sama sekali tidak ingin menyetel radio. Yang disenanginya hanyalah komputer, radio baginya hanyalah produk yang berteknologi rendah.

Istrinya berkata, “Kamu sudah lupa? Sewaktu kita kuliah, kamu paling suka mendengarkan siaran radio, terlebih mendengar acara stasiun radio yang bisa meminta lagu. Ingat sewaktu ulang tahunku yang ke-20, engkau bilang akan memberikan sebuah hadiah spesial bagiku.”

“Hari itu, aku menantikan hadiah pemberianmu, akan tetapi seharian tidak terlihat batang hidungmu. Hampir menjelang siang baru ada telepon darimu, yang menyuruhku untuk mendengar siaran radio. Tak lama setelah menyalakan radio, terdengar penyiar itu menyebut namaku, yang mengatakan bahwa ada seorang pria yang mencintaiku telah meminta diputarkan lagu yang berjudul Rembulan Hatiku, dan mendoakan ulang tahunku.”

“Ketika radio melantun lagu itu, aku sungguh-sungguh merasakan kebahagiaan yang tidak bisa kukatakan dengan kata-kata. Teman satu kos merasa iri padaku. Kemudian hari engkau memberitahu bahwa agar aku bisa mendengarkan lagu ini tepat pada hari ulang tahunku, kamu telah menulis surat satu bulan lebih awal pada pembawa acara dari stasiun radio tersebut. Selain itu, karena takut si penyiar radio tidak menerima suratmu, engkau sengaja pergi ke stasiun radio tersebut. Itu merupakan hadiah ulang tahun terindah sepanjang hidupku.” Dalam suara sang istri tersirat kebahagiaan dan juga sebersit kebingungan.

“Apakah aku seromantis itu?” jika bukan sang istri yang mengingatkan, dirinya pun sudah lupa akan hal itu.

“Tentu. Tapi setelah menikah, kian hari kian tidak romantis” kata istrinya sambil tertawa, namun tidak ada nada keluhan sama sekali.

“Sebenarnya aku juga ingin romantis, juga ingin membuatmu bahagia. Saya selalu berpikir agar suatu hari nanti jika ada kesempatan aku pasti akan mengajakmu ber-libur…” bicara sampai disini wajahnya menjadi muram.

Sambil menghela nafas berkata, “Sepertinya angan – angan itu tidak begitu realistis…”

Seperti tidak mendengar helaan nafasnya, sang istri berkata, “Kamu kira hanya liburan yang bisa disebut romantis? Sebenarnya setiap hari bisa makan malam bersamamu, berbincang-bincang denganmu saya merasa sudah cukup romantis. Dalam syair sebuah lagu: “yang terpikir olehku hal yang paling romantis adalah bersama dengan dirimu hingga perlahan - lahan menjadi tua…” Ini baru benar-benar romantis, kebahagiaan yang agung.”

Lagu ini juga sering didendangkan oleh sang istri, akan tetapi hanya pada saat itu, saat ia hanya mampu menggunakan telinga untuk merasakan dunia ini, dia baru bisa benar – benar memahami arti syair dalam lagu ini, mendendangkan kebahagiaan yang sederhana.

Rebah di atas ranjang, ia mendapatkan pemahaman baru terhadap kehidupannya, juga menjadi sangat mengharapkan agar matanya bisa segera sembuh.

Setelah delapan bulan, matanya benar-benar telah sembuh!
Untuk merayakan kesembuhannya, diajaknya keluarganya untuk makan bersama di luar. Lampu – lampu jalanan yang gemerlapan, arus manusia yang lalu lalang tiada hentinya, pemandangan ini dulunya dianggap sangat biasa, kini seolah telah berubah menjadi sangat indah di matanya. Sewaktu makan, ia memilihkan menu untuk anak dan istrinya, lalu memusatkan perhatian melihat mereka makan, ada semacam kebahagiaan di dalam hati yang tidak bisa diungkapkannya.

Putrinya berkata, “Ayah, saya berharap mata ayah segera sembuh tapi juga berharap agar ayah jangan segera sembuh.” Dengan marah sang istri memelototi putri mereka dan berkata, “Kamu ini bicara apa sih!”

Sang putri tidak menghiraukan ibunya, terus menatap ayahnya dan melanjutkan perkataannya, “Dua hari setelah mata ayah mengalami kebutaan, saya mencoba untuk berjalan mengelilingi rumah dengan mata terpejam, saya merasakan bahwa mengalami kebutaan memang sangat menderita. Memikirkan penderitaan yang ayah pikul, saya juga merasa sangat menderita, lalu saya berharap agar ayah bisa segera sembuh. Lagipula, jika mata ayah belum sembuh, setiap hari ibu selalu diam-diam menangis, sampai mata ibu menjadi lebam.” Ia memandang istrinya dengan terkejut.

Mata istrinya pun memerah dan berkata, “Hari – hari itu sebenarnya saya sangat takut, karena dokter berkata pada saya, bahwa kejadian seperti kamu ini sangat bervariasi. Ada yang bisa segera sembuh, bisa segera pulih penglihatannya, ada juga yang setelah selang beberapa tahun pun tidak ada perbaikan. Saya sungguh…”

Matanya pun ikut memerah, lalu dirangkulnya pundak istrinya dengan erat tanpa bisa mengeluarkan kata – kata. Bisa dibayangkan, selama hari – hari itu, istrinya telah terbebani oleh tekanan yang sangat besar.

Anaknya berkata lagi, “Saya juga takut jika mata ayah telah sembuh, ayah tidak serius lagi mendengarkan aku membaca pelajaran dan menyanyi. Dan ayah akan pulang larut malam lagi, setiap hari aku tidak akan dapat menjumpai ayah lagi.”

Tangan lainnya segera merangkul putrinya. Dengan suara sesunggukan ia berkata, “Tidak akan. Ayah pasti tidak akan selalu menjadi pendengar yang baik apabila kamu bernyanyi dan selalu menemani ibumu berbincang-bincang..”

Hari itu setelah tiba di rumah, ia sengaja menggantungkan tiga buah lonceng itu di dalam mobilnya. Setelah itu, setiap ia meninggalkan rumah, di saat mobilnya meluncur di jalan, lonceng itu selalu mengeluarkan bunyi: “Ting… Ting… Tang… Ting… Ting… Tang…”. Baginya ini adalah suara musik yang paling indah di dunia, terngiang-ngiang perkataan istri dan anaknya, terdengar suara nyanyian kebahagiaan…!

Semoga menginspirasi perumah tangga yang telah menjalani kehidupan rumah tangga.

Semoga Bermanfaat