//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Indra

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 [9] 10 11 12 13 14 15 16 ... 954
121
Sutta Vinaya / Pācittiya 47
« on: 16 September 2022, 08:09:01 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 47. Aturan Latihan tentang Mahānāma

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di negeri Sakya di Vihara Pohon Banyan di Kapilavatthu. Pada saat itu Mahānāma orang Sakya memiliki tonikum berlimpah. Ia mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, aku ingin mengundang Sangha untuk meminta tonikum selama empat bulan."

"Bagus, bagus, Mahānāma. Silakan lakukan."

Tetapi para bhikkhu takut melakukan kesalahan dan tidak menerima. Kemudian mereka memberitahu Sang Buddha apa yang terjadi. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk menerima undangan untuk meminta tonikum selama empat bulan."

Namun para bhikkhu hanya meminta tonikum dari Mahānāma dalam jumlah sedikit, dan karena itu ia masih memiliki berlimpah. Untuk kedua kalinya ia mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, aku ingin mengundang Sangha untuk meminta tonikum selama empat bulan berikutnya lagi."

"Bagus, bagus, Mahānāma. Silakan lakukan."

Sekali lagi para bhikkhu takut melakukan kesalahan dan tidak menerima. Kemudian mereka memberitahu Sang Buddha ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk menerima undangan lanjutan."

Sekali lagi para bhikkhu hanya meminta tonikum dari Mahānāma dalam jumlah sedikit, dan karena itu ia masih memiliki berlimpah. Untuk ketiga kalinya ia mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, aku ingin mengundang Sangha untuk meminta tonikum selama seumur hidup."

"Bagus, bagus, Mahānāma. Silakan lakukan."

Namun sekali lagi para bhikkhu takut melakukan kesalahan dan tidak menerima. Kemudian mereka memberitahu Sang Buddha apa yang terjadi. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk menerima undangan permanen."

Pada saat itu para bhikkhu dari kelompok enam berpakaian lusuh dan berpenampilan tidak pantas. Mahānāma mengkritik mereka, "Para Mulia, mengapakah kalian berpakaian lusuh dan berpenampilan tidak pantas?"

Para bhikkhu dari kelompok enam mendendam terhadap Mahānāma. Memikirkan cara untuk mempermalukannya, mereka berpikir, "Mahānāma telah mengundang Sangha untuk meminta tonikum. Mari kita meminta minyak samin darinya."

Kemudian mereka mendatangi Mahānāma dan berkata, "Kami membutuhkan minyak samin sebanyak satu takaran doṇa."

"Sudilah menunggu sampai besok. Orang-orang harus pergi ke kandang sapi untuk mengambil minyak samin. Kalian akan mendapatkannya besok pagi."

Untuk kedua dan ketiga kalinya para bhikkhu dari kelompok enam mengatakan hal yang sama, dan Mahānāma menjawab seperti sebelumnya. Kemudian mereka berkata, "Mengapakah engkau memberikan undangan jika engkau tidak ingin memberi?"

Mahānāma mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin mereka tidak dapat menunggu satu hari ketika diminta?"

Para bhikkhu mendengar keluhan Mahānāma, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam tidak mau menunggu selama satu hari ketika diminta oleh Mahānāma?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian bersikap seperti ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Seorang bhikkhu yang tidak sakit boleh menerima undangan untuk meminta benda-benda kebutuhan selama empat bulan. Jika ia menerimanya melebihi batas itu, kecuali jika ada undangan lanjutan atau undangan permanen, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang bhikkhu yang tidak sakit boleh menerima undangan untuk meminta benda-benda kebutuhan selama empat bulan:

Ia boleh menerima undangan untuk meminta benda-benda kebutuhan untuk yang sakit.

Ia juga boleh menerima undangan lanjutan:

Ia seharusnya berpikir, "aku akan meminta ketika aku sakit."

Ia juga boleh menerima undangan permanen:

Ia seharusnya berpikir, "aku akan meminta ketika aku sakit."

Jika ia menerimanya melebihi batas itu:

Ada undangan yang memiliki batasan pada tonikum, tetapi tidak ada batasan pada periode waktu; Ada undangan yang memiliki batasan pada periode waktu, tetapi tidak ada batasan pada tonikum; Ada undangan yang memiliki batasan pada tonikum juga pada periode waktu; ada undangan yang tanpa batasan pada tonikum ataupun pada periode waktu.

Batasan pada tonikum:

Tonikumnya yang dibatasi: "Aku mengundang kalian untuk meminta tonikum-tonikum tertentu ini."

Batasan pada periode waktu:

Periode waktunya yang dibatasi: "Aku mengundang kalian untuk meminta selama periode waktu tertentu ini."

Batasan pada tonikum juga pada periode waktu:

Baik tonikum maupun periode waktu dibatasi: "Aku mengundang kalian untuk meminta tonikum-tonikum tertentu ini selama periode waktu tertentu ini."

Tanpa batasan pada tonikum ataupun pada periode waktu:

Baik tonikum maupun periode waktunya tidak dibatasi.

Jika ada batasan pada tonikum, jika ia meminta tonikum selain dari tonikum-tonikum yang ia telah diundang untuk meminta, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada batasan pada periode waktu, jika ia meminta di luar periode waktu yang mana ia diundang untuk meminta, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ada batasan baik pada tonikum maupun pada periode waktu, jika ia meminta meminta tonikum selain dari tonikum-tonikum yang ia telah diundang untuk meminta dan ia meminta di luar periode waktu yang mana ia diundang untuk meminta, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika tidak ada batasan pada tonikum maupun pada periode waktu, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia meminta tonikum ketika ia tidak membutuhkan tonikum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia meminta tonikum selain daripada tonikum yang ia butuhkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu di luar batasan, dan ia menyadarinya sebagai di luar batasan, dan ia meminta tonikum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu di luar batasan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia meminta tonikum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu di luar batasan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai di luar batasan, dan ia meminta tonikum, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu tidak di luar batasan, tetapi ia menyadarinya sebagai di luar batasan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu tidak di luar batasan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu tidak di luar batasan, dan ia tidak menyadarinya sebagai di luar batasan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia meminta tonikum yang memang ia telah diundang untuk meminta; jika ia meminta selama periode waktu yang memang ia diundang untuk meminta; jika ia meminta dengan memberitahu, "Engkau telah mengundangku untuk meminta tonikum-tonikum ini, tetapi aku membutuhkan tonikum-tonikum itu;" jika ia meminta dengan memberitahu, "Periode waktu yang mana engkau mengundangku untuk meminta telah berlalu, tetapi aku membutuhkan tonikum;" jika itu berasal dari kerabat; jika itu dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang Mahānāma, yang ketujuh, selesai

122
Sutta Vinaya / Pācittiya 46
« on: 16 September 2022, 08:08:33 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran Yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 46. Aturan Latihan tentang Mengunjungi

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu sebuah keluarga yang menyokong Yang Mulia Upananda orang Sakya telah mengundangnya untuk makan, dan mereka telah mengundang para bhikkhu lain juga. Tetapi karena Upananda sedang mengunjungi keluarga-keluarga lain sebelum makan. Maka para bhikkhu lain itu berkata kepada keluarga itu, "Silakan memberikan makanan."

"Tunggulah, Para Mulia, hingga Yang Mulia Upananda tiba."

Untuk kedua kalinya ... untuk ketiga kalinya para bhikkhu lain itu berkata, "Silakan memberikan makanan."

"Tetapi kami mempersiapkan makanan karena Yang Mulia Upananda. Sudilah menunggu hingga ia tiba."

Kemudian, setelah mengunjungi keluarga-keluarga itu, Upananda terlambat tiba, dan para bhikkhu itu tidak makan sebanyak yang mereka inginkan. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu ketika ia diundang untuk makan?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu yang telah diundang untuk makan mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian sebuah keluarga yang menyokong Upananda memgirimkan makanan segar untuk Sangha. Mereka memberikan instruksi agar makanan itu harus ditunjukkan kepada Upananda dan kemudian diberikan kepada Sangha.

Tetapi pada saat itu Upanadna telah memasuki desa untuk menerima dana makanan. Ketika orang-orang sampai di vihara, mereka menanyakan di mana Upananda, dan mereka diberitahu di mana ia berada. Mereka berkata, "Para Mulia, setelah menunjukkan ini kepada Yang Mulia Upananda, makanan segar ini harus diberikan kepada Sangha." Para bhikkhu memberitahu Sang Buddha, yang kemudian membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, terimalah dan simpan hingga Upananda kembali."

Ketika ia mendengar bahwa Sang Buddha telah melarang mengunjungi keluarga-keluarga sebelum makan, Upananda mengunjungi mereka setelah makan. Sebagai akibatnya, ia terlambat kembali ke vihara, dan makanan itu terpaksa dikembalikan kepada si penyumbang.

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda mengunjungi keluarga-keluarga setelah makan?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu yang telah diundang untuk makan mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Tidak lama kemudian tiba musim pemberian-jubah. Tetapi karena takut melakukan kesalahan, para bhikkhu tidak mengunjungi keluarga-keluarga. Sebagai akibatnya, mereka hanya mendapatkan sedikit kain-jubah. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk mengunjungi keluarga-keluarga selama musim pemberian-jubah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal ketiga

'Jika seorang bhikkhu yang telah diundang untuk makan mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah musim pemberian-jubah'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah keempat

Tidak lama kemudian para bhikkhu sedang membuat jubah, dan mereka memerlukan jarum, benang, dan gunting. Tetapi karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak mengunjungi keluarga-keluarga. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk mengunjungi keluarga-keluarga pada waktu membuat jubah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal keempat

'Jika seorang bhikkhu yang telah diundang untuk makan mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kelima

Tidak lama kemudian terdapat bhikkhu-bhikkhu sakit yang membutuhkan obat-obatan. Tetapi karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak mengunjungi keluarga-keluarga. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk mengunjungi keluarga-keluarga setelah memberitahu seorang bhikkhu yang ada.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang telah diundang untuk makan mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya tanpa memberitahu seorang bhikkhu yang ada, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Diundang:

Diundang untuk makan apa pun dari kelima jenis makanan matang.

Untuk makan:

Undangan termasuk makanan.

Seorang bhikkhu yang ada:

Ia mampu memberitahu dan kemudian masuk.

Tidak ada bhikkhu:

Ia tidak dapat memberitahu dan kemudian masuk.

Terlebih dulu:

Ia belum memakan apa yang karenanya ia diundang untuk makan

Setelahnya:

Bahkan jika ia telah memakan sebanyak ujung helai rumput dari apa yang karenanya ia diundang untuk makan.

Sebuah keluarga:

Ada empat keluarga: keluarga bangsawan, keluarga brahmana, keluarga pedagang, keluarga pekerja.

Mengunjungi keluarga-keluarga:

Jika ia memasuki halaman rumah seseorang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia melewati ambang pintu dengan kaki pertama, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia melewati ambang pintu dengan kaki ke dua, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

Saat itu adalah musim pemberian-jubah:

Jika ia belum berpartisipasi dalam upacara membuat-jubah, maka itu adalah bulan terakhir musim hujan. Jika ia telah berpartisiapsi dalam upacara membuat-jubah, maka itu adalah selama periode lima bulan.

Saat itu adalah waktunya membuat jubah:

Ketika ia sedang membuat jubah

Permutasi

Jika ia telah diundang, dan ia menyadarinya sebagai telah diundang, dan ia mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya tanpa memberitahu seorang bhikkhu yang ada, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia telah diundang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya tanpa memberitahu seorang bhikkhu yang ada, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia telah diundang, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai telah diundang, dan ia mengunjungi keluarga-keluarga terlebih dulu atau setelahnya tanpa memberitahu seorang bhikkhu yang ada, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia belum diundang, tetapi ia menyadarinya sebagai telah diundang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia belum diundang, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia belum diundang, dan ia tidak menyadarinya sebagai telah diundang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika saat itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; jika ia masuk setelah memberitahu seorang bhikkhu yang ada; jika, ketika tidak ada bhikkhu, ia masuk tanpa memberitahu siapa pun; jika jalan itu melewati rumah seseorang; jika jalan itu melewati halaman rumah seseorang; jika ia sedang bepergian antar vihara; jika ia sedang mengunjungi tempat kediaman para bhikkhunī; jika sedang mengunjungi tempat kediaman para monastik agama lain; jika ia sedang pulang ke vihara; jika ia sedang berjalan menuju rumah di mana ia diundang; jika terjadi situasi darurat; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengunjungi, yang keenam, selesai

123
Sutta Vinaya / Pācittiya 45
« on: 16 September 2022, 08:07:33 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 45. Aturan Latihan tentang Duduk di Tempat Tersembunyi


Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya datang ke rumah seorang teman dan duduk bersama dengan si istri di tempat yang tersembunyi. Sang suami mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda duduk bersama dengan istriku sendirian di tempat yang tersembunyi?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda duduk di tempat tersembunyi sendirian bersama dengan seorang perempuan?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu duduk di tempat tersembunyi sendirian bersama dengan seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang perempuan:

Seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina. Ia memahami dan mampu membedakan ucapan buruk dan ucapan baik, apa yang senonoh dan apa yang tidak senonoh.

Dengan:

Bersama dengan.

Sendirian:

Hanya bhikkhu itu dan si perempuan.

Tersembunyi:

Tersembunyi bagi mata dan tersembunyi bagi telinga.

Tersembunyi bagi mata:

Seseorang tidak dapat melihat mereka berkedip, mengangkat alis, atau mengangguk.

Tersembunyi bagi telinga:

Seseorang tidak dapat mendengar suara percakapan biasa.

Duduk:

Jika si bhikkhu duduk atau berbaring di sebelah perempuan yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika si perempuan duduk atau berbaring di sebelah bhikkhu yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika keduanya duduk atau keduanya berbaring, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah perempuan, dan ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi sendirian bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah adalah perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi sendirian bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi sendirian bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia duduk di tempat yang tersembunyi dan tertutup bersama dengan makhluk halus perempuan, hantu perempuan, paṇḍaka, atau binatang betina dalam wujud seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu bukan perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, dan ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika seorang laki-laki yang mengerti mendampinginya; jika ia berdiri dan tidak duduk; jika ia tidak mencari tempat tersembunyi; jika ia duduk memikirkan hal lain; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang duduk di tempat tersembunyi, yang kelima, selesai


124
Sutta Vinaya / Pācittiya 44
« on: 16 September 2022, 08:06:56 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 44. Aturan Latihan tentang Tersembunyi dan Tertutup

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya datang ke rumah seorang teman dan duduk bersama dengan si istri di tempat yang tersembunyi di tempat duduk tertutup. Sang suami mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda duduk bersama dengan istriku sendirian di tempat yang tersembunyi dan tertutup?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda duduk di tempat tersembunyi sendirian di tempat duduk tertutup bersama dengan seorang perempuan?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu duduk di tempat tersembunyi sendirian di tempat duduk tertutup bersama dengan seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang perempuan:

Perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina; bahkan seorang gadis cilik yang baru lahir pada hari itu, apalagi yang lebih tua.

Dengan:

Bersama dengan.

Tersembunyi:

Tersembunyi bagi mata dan tersembunyi bagi telinga.

Tersembunyi bagi mata:

Seseorang tidak dapat melihat mereka berkedip, mengangkat alis, atau mengangguk.

Tersembunyi bagi telinga:

Seseorang tidak dapat mendengar suara percakapan biasa.

Tempat duduk tertutup:

Tertutup dinding, tirai, pintu, tirai kain, pohon, tiang, wadah gandum, atau benda lainnya.

Duduk:

Jika si bhikkhu duduk atau berbaring di sebelah perempuan yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika si perempuan duduk atau berbaring di sebelah bhikkhu yang duduk, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika keduanya duduk atau keduanya berbaring, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah perempuan, dan ia menyadarinya sebagai perempuan, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi di tempat duduk tertutup bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi di tempat duduk tertutup bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah perempuan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, dan ia duduk di tempat yang tersembunyi di tempat duduk tertutup bersama dengan perempuan itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia duduk di tempat yang tersembunyi di tempat duduk tertutup bersama dengan makhluk halus perempuan, hantu perempuan, paṇḍaka, atau binatang betina dalam wujud seorang perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai perempuan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan perempuan, dan ia tidak menyadarinya sebagai perempuan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika seorang laki-laki yang mengerti mendampinginya; jika ia berdiri dan tidak duduk; jika ia tidak mencari tempat tersembunyi; jika ia duduk memikirkan hal lain; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang tersembunyi dan tertutup, yang keempat, selesai


125
Sutta Vinaya / Pācittiya 43
« on: 16 September 2022, 08:06:29 AM »
b]Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik[/b]
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 43. Aturan Latihan tentang Bernafsu

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya datang ke rumah seorang teman dan duduk bersama dengan si istri di kamar tidur mereka. Sang suami mendatangi Upananda, bersujud, dan duduk. Kemudian ia berkata kepada istrinya, "Berikanlah dananya." Dan si istri melakukannya.

Setelah itu sang suami berkata, "Pergilah Yang Mulia, dana telah diberikan."

Tetapi si perempuan, mengetahui bahwa suaminya sedang bernafsu, berkata, "Duduklah, Yang Mulia, jangan pergi."

Untuk kedua dan ketiga kalinya ia mengulangi permintaannya, dan untuk kedua dan ketiga kalinya si istri mengulangi permintaannya.

Kemudian sang suami pergi dari rumah dan mengeluh kepada para bhikkhu, "Para Mulia, Yang Mulia Upananda duduk bersama dengan istriku di dalam kamar tidur kami. Ketika aku memintanya untuk pergi karena kami sibuk, ia tidak mau pergi."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda duduk menggangu pasangan yang bernafsu?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu duduk mengganggu pasangan yang bernafsu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Pasangan bernafsu:

Kedua pasangan perempuan dan laki-laki ada di sana. Perempuan dan laki-laki itu keduanya tidak pergi, dan keduanya bukan tanpa nafsu.

Mengganggu:

Masuk setelah.

Duduk:

di sebuah rumah besar, jika ia duduk lebih dari serentangan tangan di dalam kusen pintu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Di rumah yang kecil, jika ia duduk melewati balok kusen, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah kamar tidur, dan ia menyadarinya sebagai kamar tidur, dan ia duduk menganggu pasangan yang bernafsu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah kamar tidur, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia duduk menganggu pasangan yang bernafsu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah kamar tidur, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai kamar tidur, dan ia duduk menganggu pasangan yang bernafsu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika itu bukan kamar tidur, tetapi ia menyadarinya sebagai kamar tidur, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan kamar tidur, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan kamar tidur, dan ia tidak menyadarinya sebagai kamar tidur, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika, di dalam sebuah rumah besar, ia duduk, tetapi tidak lebih jauh dari serentangan tangan di dalam kusen pintu; jika, di sebuah rumah kecil, ia duduk, tetapi tidak melewati balok kusen pintu; jika ia disertai seorang bhikkhu; jika pasangan itu telah pergi; jika pasangan itu adalah tanpa napsu; jika itu bukan kamar tidur; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang bernafsu, yang ketiga, selesai

126
Sutta Vinaya / Pācittiya 42
« on: 16 September 2022, 08:06:06 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 42. Aturan Latihan tentang Mengusir

Kisah Asal-mula

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, Yang Mulia Upananda orang Sakya berkata kepada murid adiknya, "Ayo, mari kita pergi ke desa untuk mengumpulkan dana makanan." Kemudian, tanpa memberinya makanan, ia mengusirnya, dengan mengatakan, "Pergilah! Aku tidak nyaman berbicara atau duduk bersama denganmu, melainkan hanya jika aku berbicara dan duduk sendirian." Tetapi karena waktu yang diperbolehkan untuk makan hampir berakhir, ia tidak lagi dapat berjalan untuk mengumpulkan dana makanan. Dan ketika ia kembali ke vihara, tidak ada seorang pun yang menawarkan makanan, dan karena itu ia melewatkan waktu makannya.

Kemudian ia pergi ke vihara dan memberitahu para bhikkhu apa yang terjadi. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Upananda, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Upananda berkata kepada seorang bhikkhu, 'Ayo, mari kita pergi ke desa untuk mengumpulkan dana makanan,' dan kemudian mengusirnya tanpa memberinya makanan?" ... "Benarkah, Upananda, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu berkata kepada seorang bhikkhu lain, "Ayo, mari kita pergi ke desa atau pemukiman untuk mengumpulkan dana makanan," dan kemudian, apakah ia memberikan makanan kepadanya atau tidak, mengusirnya, dengan mengatakan, "Pergilah! Aku tidak nyaman berbicara atau duduk bersama denganmu, melainkan hanya jika aku berbicara dan duduk sendirian," dan ia melakukan itu hanya karena alasan ini dan bukan karena alasan lainnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Kepada seorang bhikkhu lainnya:

Kepada bhikkhu yang lain.

Ayo ... ke desa atau pemikiman:

Suatu desa, juga pemukiman, juga kota; desa dan pemukiman.

Ia memberikan makanan kepadanya:

Ia memberikan bubur, makanan, makanan segar, atau makanan matang kepadanya.

Tidak:

Ia tidak memberikan apa pun kepadanya.

Mengusir:

Jika, ingin tertawa bersama dengan seorang perempuan, ingin bersenang-senang dengannya; ingin duduk di tempat tertutup bersamanya, ingin melakukan perbuatan buruk dengannya, ia berkata, "Pergilah! Aku tidak nyaman berbicara atau duduk bersama denganmu, melainkan hanya jika aku berbicara dan duduk sendirian," dan ia mengusirnya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua sedang dalam proses lenyap dari pandangan atau di luar jangkauan pendengaran, maka bhikkhu pertama melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ketika bhikkhu ke dua telah berada di luar jangkauan, maka bhikkhu pertama melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Ia melakukan itu hanya karena alasan ini dan bukan karena alasan lainnya:

Tidak ada alasan lain untuk mengusirnya.

Permutasi

Jika bhikkhu kedua sepenuhnya ditahbiskan, dan bhikkhu pertama menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mengusirnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu kedua sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia mengusirnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu kedua sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, dan ia mengusirnya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menjatuhkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia mengusir seorang yang tidak sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia menjatuhkannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika yang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika yang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika yang lainnya tidak sepenuhnya ditahbiskan, dan ia tidak menyadarinya sebagai sepenuhnya ditahbiskan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia mengusirnya, dengan berpikir, "Dengan bersama-sama kami tidak akan mendapatkan cukup;" jika ia mengusirnya, dengan berpikir, "Jika ia melihat benda-benda berharga, ia akan menjadi serakah;" jika ia mengusirnya, dengan berpikir, "Jika ia melihat seorang perempuan, ia akan menjadi bernapsu;" jika ia mengusirnya, dengan berpikir, "Bawalah bubur atau makanan atau makanan segar atau makanan matang ini kepada orang yang sakit seorang yang sedang sakit atau kepada orang yang ditinggalkan atau kepada seseorang yang menjaga tempat kediaman;" jika ia tidak ingin berbuat kesalahan; jika ia mengusirnya ketika ada yang harus dilakukan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang mengusir, yang kedua, selesai

127
Sutta Vinaya / Pācittiya 41
« on: 16 September 2022, 08:05:42 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang Petapa Telanjang

Pācittiya 41. Aturan Latihan tentang Petapa Telanjang

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī, Sangha memiliki makanan segar berlimpah. Yang Mulia Ānanda memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Baiklah, Ānanda, berikanlah kue-kue itu kepada mereka yang mengambil sisa-sisa."

"Baik, Yang Mulia." Ānanda mengatur mereka duduk berbaris dan memberikan mereka masing-masing satu kue, hingga ia secara tidak sengaja memberikan dua kue kepada seorang pengembara perempuan. Para pengembara perempuan yang duduk di sebelahnya berkata kepadanya, "Monastik ini adalah kekasihmu."

"Bukan, ia memberiku dua, karena berpikir itu adalah satu."

Dan untuk kedua kalinya ... Dan untuk ketiga kalinya Ānanda memberikan mereka masing-masing satu kue, hingga ia secara tidak sengaja memberikan dua kue kepada pengembara perempuan yang sama. Sekali lagi pengembara perempuan yang duduk di sebelahnya berkata kepadanya, "Monastik ini adalah kekasihmu."

"Bukan, ia memberiku dua, karena berpikir itu adalah satu."

Dan mereka mulai berdebat tentang apakah mereka adalah kekasih atau bukan.

Seorang Ājīvaka tertentu juga mendatangi pembagian makanan itu. Seorang bhikkhu mencampur nasi dengan sejumlah besar minyak samin dan memberikan sebongkah besar kepadanya. Ia mengambilnya dan pergi. Seorang Ājivaka lainnya bertanya kepadanya, "Dari manakah engkau mendapatkan bongkahan itu?"

"Dari pembagian makanan petapa Gotama, perumah tangga berkepala-gundul itu."

Beberapa umat awam mendengarkan percakapan antara para petapa Ājīvaka itu. Kemudian mereka menghadap Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, para monastik agama lain itu ingin merendahkan Sang Buddha, Ajaran, dan Sangha. Baik sekali jika para bhikkhu tidak memberikan apa pun kepada para monastik agama lain dengan tangan mereka sendiri."

Setelah Sang Budha memberikan instruksi, menginspirasi, menggembirakan umat-umat awam itu dengan suatu ajaran, mereka bangkit dari duduk, bersujud, mengelilingi Sang Buddha dengan sisi kanan mereka menghadap Beliau, dan pergi. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan latihan untuk sepuluh alasan berikut ini: demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha, demi pengekangan orang-orang jahat, demi kemudahan para bhikkhu berperilaku baik, untuk mengekang kekotoran sehubungan dengan kehidupan saat ini, untuk mengekang kekotoran sehubungan dengan kehidupan mendatang, untuk memunculkan keyakinan pada mereka yang tidak berkeyakinan, untuk meningkatkan keyakinan pada mereka yang telah berkeyakinan, demi panjangnya umur Ajaran sejati, dan demi mendukung latihan. Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan seperti berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memberikan makanan segar atau matang kepada seorang petapa telanjang, kepada seorang pengembara laki-laki, atau kepada seorang pengembara perempuan dengan tangannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Petapa telanjang:

Pengembara mana pun yang telanjang.

Pengembara laki-laki:

Pengembara laki-laki mana pun selain daripada para bhikkhu Buddhis, dan sāmaṇera.

Pengembara perempuan:

Pengembara perempuan mana pun selain dari para bhikkhunī Buddhis, para bhikkhunī percobaan, dan para sāmaṇerī.

Makanan segar:

Selain daripada lima makanan matang, air dan pembersih gigi, yang lainnya disebut "makanan segar".

Makanan matang:

Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur , produk tepung, ikan, dan daging.

Memberikan:

Jika ia memberikan dengan tubuhnya atau dengan apa yang terhubung dengan tubuhnya atau dengan melepaskan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah monastik agama lain, dan ia menyadarinya sebagai monastik agama lain, dan ia memberikan mereka makanan segar atau matang dengan tangannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah monastik agama lain, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memberikan mereka makanan segar atau matang dengan tangannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah monastik agama lain, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai monastik agama lain, dan ia memberikan mereka makanan segar atau matang dengan tangannya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia memberikan air atau pembersih gigi, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan monastik agama lain, tetapi ia menyadarinya sebagai monastik agama lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan monastik agama lain, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu bukan monastik agama lain, dan ia tidak menyadarinya sebagai monastik agama lain, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia tidak memberikan, tetapi menyuruh orang lain memberikan; jika ia memberikan dengan meletakkannya di dekat orang itu; jika ia memberikan salep untuk kegunaan luar; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang petapa telanjang, yang pertama, selesai

128
Sutta Vinaya / Pācittiya 40
« on: 16 September 2022, 08:05:05 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 40. Aturan Latihan tentang Pembersih gigi

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī. Pada saat itu seorang bhikkhu yang hanya menggunakan benda-benda yang dibuang sedang menetap di sebuah tanah pemakaman. Ia tidak suka menerima benda-benda dari orang-orang. Sebaliknya ia akan mengambil apa pun yang dipersembahkan kepada orang-orang mati di tanah pemakaman, di bawah pepohonan, atau di ambang pintu, dan ia akan menggunakannya. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin bhikkhu ini mengambil persembahan-persembahan kepada para leluhur kami dan menggunakannya? Bhikkhu ini besar dan kuat. Seseorang bahkan akan mencurigainya memakan daging manusia!"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin bhikkhu ini memakan makanan yang belum diberikan?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu memakan makanan yang belum diberikan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian para bhikkhu tidak menggunakan air atau pembersih gigi karena takut melakukan kesalahan. Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian memggunakan air dan pembersih gigi setelah mengambilnya sendiri.

Dan, para bhikkhu aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memakan makanan yang belum diberikan, kecuali air dan pembersih gigi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Yang belum diberikan:

Yang dimaksudkan adalah apa yang belum diterima -

Diberikan:

Sambil berdiri dalam jarak serentangan tangan seseorang memberikan melalui tubuh atau apa yang terhubung dengan tubuhnya atau dengan melepaskan, bhikkhu itu menerimanya melalui tubuh atau melalui apa yang terhubung dengan tubuhnya—ini disebut "diberikan".

Makanan:

Apa pun yang dapat dimakan, selain daripada air dan pebersih gigi—ini disebut "makanan".

Kecuali air dan pembersih gigi:

Selain daripada air dan pembersih gigi.

Jika ia mengambilnya dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika benda itu belum diterima, dan ia tidak menyadarinya sebagai sudah diterima, dan ia memakannya, kecuali air dan pembersih gigi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika benda itu belum diterima, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakannya, kecuali air dan pembersih gigi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika benda itu belum diterima, tetapi ia menyadari dirinya sebagai sudah diterima, dan ia memakannya, kecuali air dan pembersih gigi, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika benda itu sudah diterima, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sudah diterima, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika benda itu sudah diterima, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika benda itu sudah diterima, dan ia menyadarinyasebagai sudah diterima, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika benda itu adalah air atau pembersih gigi; jika, ketika ada alasan, tetapi tidak ada pelayan, maka ia sendiri mengambil empat makanan kotor dan memakannya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang pembersih gigi, yang kesepuluh, selesai

SUB-BAB KEEMPAT TENTANG MAKANAN SELESAI
Berikut ini adalah rangkumannya:
'Dana makanan, kelompok, yang lain, kue-kue,
Dan dua disampaikan tentang undangan;
Pada waktu yang salah, menyimpan, susu,
Dan dengan pembersih gigi—semua ini adalah sepuluh."

129
Sutta Vinaya / Pācittiya 39
« on: 16 September 2022, 08:04:40 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelepasan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 39. Aturan Latihan tentang Makanan-Makanan Baik

Kisah Asal-mula
Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika. Para bhikkhu dari kelompok enam memakan makanan-makanan baik yang telah mereka minta untuk diri mereka sendiri. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya memakan makanan-makanan baik yang telah mereka minta untuk diri mereka sendiri? Siapakah yang tidak menyukai makanan baik? Siapakah yang tidak menyukai makanan lezat?"

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok enam memakan makanan-makanan baik yang telah mereka minta untuk diri mereka sendiri?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu meminta jenis-jenis makanan baik ini untuk dirinya sendiri—yaitu, minyak samin, mentega, minyak, madu, sirup, ikan, daging, dan dadih pekat—dan kemudian memakannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu jatuh sakit. Para bhikkhu yang merawat mereka berkata, "aku harap kalian bertahan. Aku harap kalian bertambah baik."

"Sebelumnya kami memakan makanan-makanan baik yang telah kami minta untuk diri kami sendiri, dan kemudian kami merasa nyaman. Tetapi sekarang Sang Buddha telah melarang hal ini, kami tidak meminta karena takut melakukan kesalahan. Dan karena itu kami tidak merasa nyaman."

Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit untuk memakan makanan-makanan baik yang telah ia minta untuk dirinya sendiri.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu yang tidak sakit meminta jenis-jenis makanan baik ini untuk dirinya sendiri—yaitu, minyak samin, mentega, minyak, madu, sirup, ikan, daging, dan dadih pekat—dan kemudian memakannya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Jenis-jenis makanan baik:

Minyak samin:

Minyak samin dari sapi, minyak samin dari kambing, minyak samin dari kerbau, atau minyak samin dari binatang apa pun yang dagingnya diperbolehkan.

Mentega:

Mentega dari binatang yang sama.

Minyak:

Minyak wijen, minyak biji-moster, minyak pohon-madu, minyak jarak, minyak dari lemak.

Madu:

Madu dari lebah.

Sirup:

Dari tebu.

Ikan:

Yang dimaksudkan adalah apa yang hidup di dalam air.

Daging:

Daging dari binatang-binatang yang dagingnya diperbolehkan.

Susu:

susu dari sapi, susu dari kambing, susu dari kerbau, atau susu dari binatang apa pun yang dagingnya diperbolehkan.

Dadih pekat:

Dadih pekat dari binatang yang sama.

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Jenis-jenis makanan baik ini:

Jenis-jenis makanan baik demikian.

Yang tidak sakit:

Yang merasa nyaman tanpa makanan-makanan baik.

Yang sakit:

Yang tidak merasa nyaman tanpa makanan-makanan baik.

Jika ia tidak sakit dan ia meminta untuk dirinya sendiri, maka atas usaha itu terjadi tindakan perbuatan salah. ketika ia menerimanya dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia tidak sakit, dan ia tidak menyadari dirinya sebagai sakit, dan ia memakan makanan-makanan baik yang telah ia minta untuk dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit tetapi ia tidak dapat memastikannya dan ia memakan makanan-makanan baik yang telah ia minta untuk dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia tidak sakit, tetapi ia menyadari dirinya sebagai sakit, dan ia memakan makanan-makanan baik yang telah ia minta untuk dirinya sendiri, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia sakit, tetapi ia tidak menyadari dirinya sebagai sakit, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia sakit, dan ia menyadari dirinya sebagai sakit, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia sakit; jika ia memintanya ketika ia sedang sakit, tetapi memakannya ketika ia tidak lagi sakit; jika ia memakan sisa-sisa dari seorang yang sakit; jika itu diperoleh dari kerabatnya; jika itu adalah dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah demi manfaat orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya sendiri; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang Makanan-makanan baik, yang kesembilan, selesai


130
Sutta Vinaya / Pācittiya 38
« on: 16 September 2022, 08:04:06 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 38. Aturan Latihan tentang Menyimpan

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Belaṭṭhasīsa, penahbis Yang Mulai Ānanda, sedang menetap di hutan belantara. Setelah berjalan mengumpulkan dana makanan, ia membawa nasi kembali ke vihara, di mana ia mengeringkannya dan menyimpannya. Kapan pun ia merasa lapar, ia akan melunakkan dan memakannya. Sebagai akibatnya, ia hanya pergi ke desa setelah sekian lama.

Para bhikkhu bertanya kepadanya, "Mengapakah engkau hanya pergi ke desa setelah sekian lama?" dan ia memberitahu mereka.

"Tetapi apakah engkau memakan makanan yang engkau simpan?"

"Ya."

Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Belaṭṭhasīsa memakan makanan yang telah ia simpan?" ... "Benarkah, Belaṭṭhasīsa, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Belaṭṭhasīsa, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini. Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memakan makanan segar atau matang yang telah ia simpan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Yang telah ia simpan:

Diterima hari ini dan dimakan pada hari berikutnya.

Makanan segar:

Selain daripada lima makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, dan tonikum seumur hidup—selain ini disebut "makanan segar".

Makanan matang:

Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur, produk tepung, ikan, dan daging.

Jika ia menerima makanan segar atau matang dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika makanan itu telah disimpan, dan ia menyadarinya sebagai telah disimpan, dan ia memakan makanan segar atau matang itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika makanan itu telah disimpan tetapi ia tidak dapat memastikannya dan ia memakan makanan segar atau matang itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan Jika makanan itu telah disimpan, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai telah disimpan, dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menerima tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur hidup sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika makanan itu tidak disimpan, tetapi ia menyadarinya sebagai telah disimpan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika makanan itu tidak disimpan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika makanan itu tidak disimpan, dan ia tidak menyadarinya sebagai disimpan, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia menyimpan dan memakannya dalam waktu yang sama; jika ia menyimpan dan memakan tonikum lewat tengah-hari selama sisa hari itu; jika ia menyimpan dan memakan tonikum lewat tengah-hari selama sisa hari itu; jika ia menyimpan dan memakan tonikum lewat tujuh hari dalam kurun waktu tujuh hari; jika ia menggunakan tonikum seumur hidup ketika ada alasan; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang Menyimpan, yang kedelapan, selesai



131
Sutta Vinaya / Pācittiya 37
« on: 16 September 2022, 08:03:39 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 37. Aturan Latihan tentang Makan pada Waktu yang Salah

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai. Pada saat itu di Rājagaha sedang berlangsung pekan raya puncak bukit, yang mana para bhikkhu dari kelompok tujuh belas ingin melihatnya. Ketika orang-orang melihat para bhikkhu itu, mereka memandikan para bhikkhu itu, meminyaki mereka, memberi mereka makan makanan-makanan matang, dan memberikan mereka makanan-makanan segar. Mereka membawa makanan segar itu ke vihara dan berkata kepada para bhikkhu dari kelompok enam, "kalian makanlah!"

"Tetapi dari manakah kalian mendapatkan makanan ini?" dan mereka memberitahukan apa yang terjadi.

"Jadi, apakah kalian makan pada waktu yang salah?"

"Benar."

Para bhikkhu dari kelompok enam mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok tujuh belas ini makan pada waktu yang salah?"

Mereka memberitahu para bhikkhu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik bhikkhu lainnya, "Bagaimana mungkin para bhikkhu dari kelompok tujuh belas ini makan pada  waktu yang salah?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Orang-orang dungu, bagaimana mungkin kalian melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu memakan makanan segar atau matang pada waktu yang salah, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Pada waktu yang salah:

Ketika tengah hari telah berlalu, hingga fajar.

Makanan segar:

Selain daripada lima makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, dan tonikum seumur hidup—selain ini disebut "makanan segar".

Makanan matang:

Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur, produk tepung, ikan, dan daging.

Jika ia menerima makanan segar atau matang dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapannya, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu adalah waktu yang salah, dan ia menyadarinya sebagai waktu yang salah, dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah waktu yang salah, tetapi ia tidak dapat memastikannya dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan yang mengharuskan penebusan. Jika itu adalah waktu yang salah, dan ia menyadarinya sebagai waktu yang benar, dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menerima tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur hidup sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah waktu yang benar, tetapi ia menyadarinya sebagai waktu yang salah, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah waktu yang benar, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah waktu yang benar, dan ia menyadarinya sebagai waktu yang benar, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ada alasan, ia menggunakan tonikum lewat tengah-hari, ia menggunakan tonikum tujuh-hari, ia menggunakan tonikum seumur hidup; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang makan pada waktu yang salah, yang ketujuh, selesai

132
Sutta Vinaya / Pācittiya 36
« on: 16 September 2022, 08:03:17 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 36. Aturan Latihan Kedua tentang Undangan

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu dua bhikkhu sedang melakukan perjalanan melewati negeri Kosala dalam perjalanan mereka menuju Sāvatthī. Satu bhikkhu berperilaku buruk dan yang lainnya berkata kepadanya, "Jangan lakukan itu! Itu tidak diperbolehkan." Karena hal itu bhikkhu pertama menjadi kesal. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Sāvatthī.

Tidak lama kemudian suatu perkumpulan di Sāvatthī mempersembahkan makanan kepada Sangha. Ketika bhikkhu kedua telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, bhikkhu yang kesal itu membawa pulang dana makanan dari keluarganya. Kemudian ia berkata kepada yang lain, "Makanlah!"

"Tidak perlu. Aku sudah kenyang."

"Makanan ini lezat, makanlah."

Dan karena didesak, ia memakan dana makanan itu. Bhikkhu yang kesal kemudian berkata kepadanya, "Siapakah engkau yang mengoreksiku sedangkan engkau memakan makanan yang bukan sisa walaupun engkau telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak?"

"Bukankah engkau telah menyuruhku?"

"Bukankah engkau seharusnya bertanya?"

Bhikkhu kedua memberitahu para bhikkhu apa yang terjadi, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik bhikkhu lainnya itu, "Bagaimana mungkin seorang bhikkhu mengundang bhikkhu lain untuk memakan makanan yang bukan sisa, ketika bhikkhu lain itu telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak?" ... "Benarkah, bhikkhu, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya ... "Orang dungu, bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mengundang seorang bhikkhu, yang ia ketahui telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, untuk memakan makanan segar atau matang yang bukan sisa, dengan mengatakan, "Ini, bhikkhu, makanlah," dengan tujuan untuk mengkritiknya, kemudian jika bhikkhu lain itu telah memakannya, ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Seorang bhikkhu:

Bhikkhu lainnya.

Yang telah selesai makan:

Yang telah memakan apa pun dari lima makanan matang, bahkan hanya sebanyak ujung helai rumput.

Menolak undangan untuk makan lebih banyak:

Ada memakan; ada makanan matang; makanan itu dipersembahkan oleh seseorang yang berdiri pada jarak sejauh serentangan lengan; ada penolakan.

Bukan sisa:

Menjadikan itu sebagai sisa dilakukan dengan makanan yang tidak diperbolehkan; itu dilakukan dengan makanan yang belum diterima; itu dilakukan dengan makanan yang tidak dipegang; itu dilakukan oleh seorang yang di luar jarak sejauh serentangan lengan; itu dilakukan oleh seorang yang belum selesai makan; itu dilakukan oleh seorang yang telah selesai makan, yang menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi yang telah bangkit dari duduknya; "aku tidak membutuhkan ini," belum diucapkan; itu bukan sisa dari seorang yang sakit—ini disebut "bukan sisa".

Makanan segar:

Selain daripada lima makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, dan tonikum seumur hidup—selain ini disebut "makanan segar".

Makanan matang:

Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur , produk tepung, ikan, dan daging.

Mengundang untuk makan:

Dengan mengatakan, "Ambillah sebanyak yang engkau inginkan."

Ia ketahui:

Ia mengetahui oleh dirinya sendiri atau orang lain memberitahunya atau bhikkhu itu memberitahunya.

Dengan tujuan untuk mengkritiknya:

Jika ia mempersembahkan kepadanya, dengan berpikir, "Dengan ini aku akan menuduhnya," "aku akan mengingatkannya," "aku akan balas menuduhnya," "aku akan balas mengingatkannya," "aku akan mempermalukannya," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Jika, karena apa yang ia katakan, bhikkhu lain itu menerima dengan niat untuk memakannya, maka si pemberi melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, si pemberi melakukan satu pelanggaran perbuatan salah. Ketika bhikkhu lain itu telah selesai makan, maka si pemberi melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika bhikkhu lain itu telah menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan si pemberi menyadari bahwa ia menolak dan ia mengundangnya untuk memakan makanan segar atau matang yang bukan sisa, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika bhikkhu lain itu telah menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi si pemberi tidak dapat memastikannya dan ia mengundangnya untuk memakan makanan segar atau matang yang bukan sisa, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu telah menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan si pemberi tidak menyadari bahwa ia menolak dan ia mengundangnya untuk memakan makanan segar atau matang yang bukan sisa, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia mengundangnya untuk memakan tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur hidup sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena apa yang ia katakan, bhikkhu lain itu menerimanya dengan niat untuk memakannya, maka si pemberi melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, si pemberi melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika bhikkhu lain itu tidak menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi si pemberi menyadari bahwa ia menolak, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu tidak menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi si pemberi tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu tidak menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan si pemberi tidak menyadari bahwa ia menolak, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memberikannya setelah menjadikannya sebagai sisa; jika ia memberikannya, dengan mengatakan, "Jadikan sebagai sisa dan kemudian makanlah;" jika ia memberikannya, dengan mengatakan, "Ambillah makanan ini demi manfaat bagi orang lain;" jika ia memberikan sisa-sisa dari orang sakit; jika ia menberikan, dengan mengatakan, "Jika ada alasan, gunakanlah tonikum lewat tengah-hari ini," " ... gunakanlah tonikum tujuh-hari," "... gunakanlah tonikum seumur hidup; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan kedua tentang undangan, yang keenam, selesai

133
Sutta Vinaya / Pācittiya 35
« on: 16 September 2022, 08:02:53 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 35. Aturan Latihan tentang Undangan

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu hari ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Vihara Anāthapiṇḍika, seorang brahmana tertentu telah mengundang para bhikkhu untuk makan. Ketika para bhikkhu telah selesai dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, mereka mendatangi keluarga mereka masing-masing, di mana beberapa makan dan beberapa lainnya membawa pulang dana makanan.

Segera setelah itu brahmana itu berkata kepada para tetangganya, "Para bhikkhu telah terpuaskan olehku. Marilah, dan aku akan memuaskan kalian juga." "Bagaimana mungkin engkau dapat memuaskan kami? Para bhikkhu yang engkau undang mendatangi rumah-rumah kami. beberapa makan di sana dan beberapa lainnya membawa pulang dana makanan.

Brahmana itu mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para mulia itu makan di rumah kami dan setelah itu makan di tempat lain? Apakah aku tidak mampu memberi mereka sebanyak yang mereka butuhkan?"

Para bhikkhu mendengar keluhan brahmana itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu menyelesaikan makan mereka dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan kemudian makan di tempat lain?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa para bhikkhu melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka ... "Bagaimana mungkin orang-orang dungu itu melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan kemudian makan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian para bhikkhu membawa pulang makanan-makanan baik untuk para bhikkhu yang sakit. Tetapi karena para bhikkhu yang sakit itu tidak mampu makan sebanyak yang mereka inginkan, para bhikkhu itu membuang sisanya. Ketika Sang Buddha mendengar suara keras kaokan burung-burung gagak, Beliau bertanya kepada Yang Mulia Ānanda, "Ānanda, mengapakah ada suara keras kaokan burung-burung gagak ini? Ānanda memberitahu Beliau apa yang terjadi, dan Sang Buddha berkata,

"Tetapi, Ānanda, tidakkah para bhikkhu memakan sisa-sisa dari para bhikkhu yang sakit itu?"

"Tidak, Yang Mulia."

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan sisa-sisa dari mereka yang sakit maupun dari yang tidak sakit

Dan, para bhikkhu, beginilah kalian menjadikan makanan itu sebagai sisa: 'Aku tidak membutuhkan ini lagi.' Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu telah selesai makan dan menolak undangan untuk makan lebih banyak, dan kemudian makan makanan segar atau matang yang bukan sisa, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Definisi

Seorang:

Siapa pun

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap—bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Telah selesai makan:

Telah memakan apa pun dari lima makanan matang, bahkan hanya sebanyak ujung helai rumput.

Menolak undangan untuk makan lebih banyak:

Ada memakan; ada makanan matang; makanan itu dipersembahkan oleh seseorang yang berdiri pada jarak sejauh serentangan lengan; ada penolakan.

Bukan sisa:

Menjadikan itu sebagai sisa dilakukan dengan makanan yang tidak diperbolehkan; itu dilakukan dengan makanan yang belum diterima; itu dilakukan dengan makanan yang tidak dipegang; itu dilakukan oleh seorang yang di luar jarak sejauh serentangan lengan; itu dilakukan oleh seorang yang belum selesai makan; itu dilakukan oleh seorang yang telah selesai makan, yang menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi yang telah bangkit dari duduknya; "aku tidak membutuhkan ini," belum diucapkan; itu bukan sisa dari seorang yang sakit—ini disebut "bukan sisa".

Sisa:

Menjadikan itu sebagai sisa dilakukan dengan makanan yang diperbolehkan; itu dilakukan dengan makanan yang telah diterima; itu dilakukan dengan makanan yang dipegang; itu dilakukan oleh seorang yang dalam jarak sejauh serentangan lengan; itu dilakukan oleh seorang yang telah selesai makan; itu dilakukan oleh seorang yang telah selesai makan, yang menolak undangan untuk makan lebih banyak, tetapi yang belum bangkit dari duduknya; "aku tidak membutuhkan ini," telah diucapkan; itu adalah sisa dari seorang yang sakit—ini disebut "sisa".

Makanan segar:

Selain daripada lima makanan matang, tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, dan tonikum seumur hidup—selain ini disebut "makanan segar".

Makanan matang:

Ada lima jenis makanan matang: gandum matang, bubur, produk tepung, ikan, dan daging.

Jika ia menerimanya dengan niat untuk memakannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika itu bukan sisa, dan ia tidak menyadarinya sebagai sisa, dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu bukan sisa, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakan makanan segar atau matang, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika itu bukan sisa, tetapi ia menyadarinya sebagai sisa, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menerima tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur hidup sebagai makanan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Jika itu adalah sisa, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai sisa, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah sisa, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika itu adalah sisa, dan ia menyadarinya sebagai sisa, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia memakannya setelah menjadikannya sebagai sisa; jika ia menerimanya dengan niat untuk menjaadikannya sebagai sisa dan kemudian memakannya; jika ia mengambil makanan demi mafaat orang lain; jika ia memakan makanan sisa dari seorang yang sakit; jika, ketika ada alasan, ia menggunakan tonikum lewat tengah-hari, tonikum tujuh-hari, atau tonikum seumur hidup; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang undangan, yang kelima, selesai

134
Sutta Vinaya / Pācittiya 34
« on: 16 September 2022, 08:02:25 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 34. Aturan Latihan tentang Kāṇamātā

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu terdapat seorang umat awam perempuan bernama Kāṇamātā yang berkeyakinan. Ia mempunyai seorang putri, Kāṇā, yang telah dinikahkan dengan seorang laki-laki dari suatu desa tertentu.

Pada suatu hari Kāṇā mengunjungi rumah ibunya untuk suatu urusan. Suami Kāṇā mengirim pesan: "Pulanglah, Kāṇā, aku ingin engkau pulang." Kāṇamātā berpikir, "Sungguh memalukan jika pergi dengan tangan kosong," dan ia memanggang kue-kue. Persis ketika kue-kue itu selesai, seorang bhikkhu yang sedang mengumpulkan dana makanan memasuki rumah Kāṇamātā, dan ia memberinya kue-kue. Setelah pergi, bhikkhu itu memberitahu bhikkhu lain, dan ia juga diberi kue-kue. Dan hal serupa terjadi pada ketiga kalinya. Dan pada saat itu, semua kuenya sudah habis.

Untuk kedua kalinya suami Kāṇā mengirim pesan, dan semuanya terjadi seperti sebelumnya.

Untuk ketiga kalinya ia mengirim pesan yang sama, dengan menambahkan, "Jika Kāṇā tidak pulang, aku akan mencari istri lain." Tetapi sekali lagi semua kue-kuenya diberikan kepada para bhikkhu. Suami Kāṇā mendapatkan istri lain. Dan ketika Kāṇā mendengar apa yang terjadi, ia menangis.

Tidak lama kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, Sang Buddha membawa mangkuk dan jubahnya dan mendatangi rumah Kāṇamātā, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kāṇamātā mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk. Sang Buddha bertanya kepadanya mengapa Kāṇā menangis, dan ia memberitahu Beliau apa yang terjadi. Setelah memberikan instruksi, menginspirasi, dan menggembirakannya dengan suatu ajaran, Sang Buddha bangkit dari dudukNya dan pergi.

Segera setelah itu sebuah karavan tertentu telah siap untuk berangkat menuju selatan dari Rājagaha. Seorang bhikkhu yang sedang mengumpulkan dana makanan mendatangi karavan itu untuk menerima dana makanan, dan seorang umat awam memberinya produk tepung. Setelah pergi, bhikkhu itu memberitahu bhikkhu lainnya, dan ia juga diberikan produk tepung. Dan hal yang sama terjadi untuk ketiga kalinya. Pada saat itu, semua persediaannya sudah habis.

Umat awam itu berkata kepada orang lainnya dalam karavan itu, "Tuan-tuan, sudilah menunggu satu hari. Aku telah memberikan persediaanku kepada para bhikkhu. Aku harus mempersiapkan lebih."

"Kami tidak bisa menunggu. Karavan telah dalam perjalanan." Dan mereka pergi.

Setelah mempersiapkan perbekalan, umat awam itu mengikuti karavan itu, tetapi ia dirampok oleh para pencuri. Orang-orang mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para monastik Sakya menerima tanpa mengenal cukup? Orang ini memberikan kepada mereka, dan kemudian karena ia mengikuti di belakang karavan maka ia dirampok oleh para pencuri."

Para bhikkhu mendengar keluhan orang-orang itu dan mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu: "Baiklah, para bhikkhu, Aku akan menetapkan aturan latihan untuk sepuluh alasan berikut ini: demi kesejahteraan Sangha, demi kenyamanan Sangha; demi mengekang orang-orang jahat, demi kemudahan para bhikkhu baik, demi pengekangan kerusakan sehubungan dengan kehidupan saat ini, untuk pengekangan kerusakan  sehubungan dengan kehidupan-kehidupan masa depan, untuk memunculkan keyakinan pada mereka yang tanpa keyakinan, untuk meningkatan keyakinan pada mereka yang telah memilikinya, demi panjangnya umur Ajaran sejati, dan demi menyokong Latihan. Dan, para bhikkhu, aturan Latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu mendatangi sebuah keluarga dan diundang untuk mengambil kue-kue atau makanan panggangan, ia boleh menerima dua atau tiga mangkuk jika ia menginginkan. Jika ia menerima lebih dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia menerima dua atau tiga mangkuk, maka ia harus membawanya dan membaginya dengan para bhikkhu. Ini adalah prosedur yang benar.'"

Definisi

Seorang bhikkhu mendatangi sebuah keluarga:

Sebuah keluarga: ada empat jenis keluarga: keluarga bangsawan, keluarga brahmana, keluarga pedagang, keluarga pekerja.

Mendatangi:

Ia pergi ke sana.

Kue-kue:

Apa pun yang telah dipersiapkan untuk dibawa pergi.

Makanan panggangan:

Apa pun yang dipersiapkan sebagai perbekalan dalam perjalanan.

Diundang untuk mengmbil:

"Ambillah sebanyak yang engkau suka."

Jika ia menginginkan:

Jika ia suka.

Ia boleh menerima dua atau tiga mangkuk:

Dua atau tiga mangkuk boleh diterima.

Jika ia menerima lebih dari itu:

Jika ia menerima lebih dari itu, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia menerima dua atau tiga mangkuk:

Setelah meninggalkan tempat itu dan bertemu seorang bhikkhu, ia harus memberitahunya, "Aku telah menerima dua atau tiga mangkuk dari tempat itu; jangan menerima apa pun dari sana." Jika ia bertemu seorang bhikkhu, tetapi tidak memberitahunya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang diberitahu menerima juga dari sana, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Ia harus membawanya dan membaginya dengan para bhikkhu:

Ia harus membawanya ketika kembali dari perjalanan mengumpulkan dana makanan dan kemudian membaginya.

Ini adalah prosedur yang benar:

Ini adalah metode yang benar.

Permutasi

Jika lebih dari dua atau tiga mangkuk, dan ia menyadarinya sebagai lebih, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari dua atau tiga mangkuk, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika lebih dari dua atau tiga mangkuk, tetapi ia menyadarinya sebagai kurang, dan ia menerimanya, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika kurang dari dua atau tiga mangkuk, tetapi ia menyadarinya sebagai lebih, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari dua atau tiga mangkuk, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika kurang dari dua atau tiga mangkuk, dan ia menyadarinya sebagai kurang, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika ia menerima dua atau tiga mangkuk; jika  ia menerima kurang dari dua atau tiga mangkuk; jika mereka memberikan apa pun yang bukan dipersiapkan untuk dibawa atau sebagai perbekalan dalam suatu perjalanan; jika mereka memberikan sisa-sisa dari apa pun yang telah dipersiapkan untuk dibawa atau sebagai perbekalan dalam suatu perjalanan; jika mereka memberikan setelah membatalkan rencana perjalanan; jika itu dari kerabat; jika itu adalah dari mereka yang telah menyampaikan undangan; jika itu adalah demi manfaat bagi orang lain; jika itu diperoleh dari harta kekayaannya; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang makan sebelum makan yang lain, yang keempat, selesai



135
Sutta Vinaya / Pācittiya 33
« on: 16 September 2022, 08:01:53 AM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penebusan
Sub-bab tentang makan

Pācittiya 33. Aturan Latihan tentang memakan makanan sebelum yang lain

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī. Pada saat itu serangkaian makanan-makanan baik telah ditata di Vesālī. Seorang pekerja miskin berpikir, "Mengapa aku tidak mempersiapkan makanan? Ini pasti sangat bermanfaat, melihat bagaimana orang-orang ini mempersiapkan makanan dengan begitu hormat."

Kemudian ia menghadap atasannya Kira dan berkata, "Tuan, aku ingin mempersiapkan makanan untuk Sangha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Buddha. Sudilah membayarkan gajiku." Karena Kira juga memiliki keyakinan, maka ia memberikan gaji lebih kepada pekerja itu. Segera setelah itu si pekerja mendatangi Sang Buddha, bersujud, duduk, dan berkata, "Yang Mulia, sudilah menerima makanan dariku besok bersama dengan Sangha para bhikkhu."

"Sangha berjumlah besar."

"Tidak masalah! Aku telah mempersiapkan banyak buah jujube, yang disertai dengan minuman jujube." Sang Buddha menerima dengan berdiam diri, dan pekerja itu memahami.

Ia bangkit dari duduknya, mengelilingi Sang Buddha dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi.

Para bhikkhu mendengar bahwa seorang pekerja miskin telah mengundang Sangha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Buddha pada keesokan harinya untuk makan yang dilengkapi dengan minuman jujube. Dan oleh karena itu mereka makan pada pagi hari setelah berjalan menerima dana makanan.

Ketika orang-orang mendengar bahwa seorang pekerja miskin telah mengundang Sangha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sang Buddha untuk makan, mereka membawakan banyak makanan dari berbagai jenis kepadanya. Keesokan paginya pekerja itu mempersiapkan makanannya, dan kemudian memberitahu Sang Buddha bahwa makanan telah siap.

Sang Buddha mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya dan, bersama dengan Sangha para bhikkhu mendatangi rumah pekerja miskin itu, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan di ruang makan. Pekerja itu melayani para bhikkhu, tetapi mereka selalu berkata, "Berikan sedikit saja."

"Para Mulia, jangan menerima begitu sedikit karena kalian berpikir bahwa aku hanyalah seorang miskin. Aku telah mempersiapkan banyak makanan dari berbagai jenis. Terimalah sebanyak yang kalian inginkan."

"Kami menerima sedikit bukan karena hal itu, melainkan karena kami telah makan pada pagi hari setelah berjalan menerima dana makanan."

Pekerja miskin itu mengeluhkan dan mengkritik mereka, "Bagaimana mungkin para mulia ini makan di tempat lain setelah diundang olehku? Apakah aku tidak mampu memberikan sebanyak yang mereka butuhkan?"

Para bhikkhu mendengar keluhan pekerja itu, dan para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin para bhikkhu itu makan di tempat lain setelah diundang untuk makan?" ... "Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya... "Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan orang-orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal pertama

'Jika seorang bhikkhu makan sebelum makan yang lain, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian seorang bhikkhu tertentu jatuh sakit. Seorang bhikkhu lainnya membawa sedikit dana makanan, mendatangi bhikkhu tersebut dan menyuruhnya untuk makan.

"Aku tidak bisa makan. Aku sedang menantikan makanan lain."

Tetapi karena dana makanan itu hanya sampai pada siang hari, bhikkhu itu tidak mendapatkan sebanyak yang ia kehendaki. Mereka memberitahu Sang Buddha. Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan seorang bhikkhu yang sakit untuk makan sebelum makan yang lain.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal kedua

'Jika seorang bhikkhu makan sebelum makan yang lain, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah ketiga

Tidak lama kemudian, pada musim pemberian-jubah, orang-orang mempersiapkan makanan bersama dengan kain-jubah dan kemudian mengundang para bhikkhu, dengan berkata, "Kami ingin mempersembahkan makanan dan kemudian memberikan kain-jubah." Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan sebelum makan yang lain dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak menerima. Sebagai akibatnya, mereka hanya menerima sedikit kain-jubah. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan sebelum makan yang lain selama musim pemberian-jubah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal ketiga

'Jika seorang bhikkhu makan sebelum makan yang lain, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit; saat itu adalah musim pemberian-jubah'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah keempat

Tidak lama kemudian orang-orang mengundang para bhikkhu yang membuat jubah untuk makan. Tetapi mengetahui bahwa Sang Buddha telah melarang makan sebelum makan yang lain dan karena takut melakukan kesalahan, mereka tidak menerima. Mereka memberitahu Sang Buddha. ...

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan sebelum makan yang lain ketika kalian sedang membuat jubah.

Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu makan sebelum makan yang lain, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Ini adalah kesempatan yang diperbolehkan: ia sakit; saat itu adalah musim pemberian-jubah; saat itu adalah waktunya membuat jubah'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kelima

Tidak lama kemudian, setelah mengenakan jubah di pagi hari, Sang Buddha membawa mangkuk dan jubah dan mendatangi sebuah keluarga kaya dengan Yang Mulia Ānanda sebagai pelayan Beliau. Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan, dan orang-orang di sana memberikan makanan matang. Karena takut melakukan kesalahan, Ānanda tidak menerimanya. Sang Buddha berkata, "Terimalah, Ānanda."

"Aku tidak bisa menerimanya, Yang Mulia, aku menantikan makanan lain."

"Baiklah, Ānanda, alokasikanlah makanan itu untuk orang lain dan kemudian terimalah ini."

Segera setelah itu Sang Buddha membabarkan ajaran dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, Aku memperbolehkan kalian untuk makan sebelum makan yang lain jika kalian mengalokasikan makanan lain itu untuk orang lain.

Dan, para bhikkhu, beginilah makanan itu dilalokasikan: "Aku memberikan makanan yang sedang kunantikan itu kepada bhikkhu itu.'"

Definisi

Makan sebelum makan yang lain:

Jika ia telah diundang untuk memakan apa pun dari lima makanan matang, dan ia kemudian memakan apa pun dari lima makanan matang di tempat lain—ini disebut "makan sebelum makan yang lain".

Kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan:

Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan.

Ia sakit:

Jika ia tidak mampu makan sebanyak yang ia butuhkan dalam satu kali duduk, maka ia boleh makan sebelum makan yang lain.

Saat itu adalah musim pemberian-jubah:

Jika ia belum berpartisipasi dalam upacara membuat-jubah, maka ia boleh makan sebelum makan yang lain selama bulan terakhir musim hujan. Jika ia telah berpartisiapsi dalam upacara membuat-jubah, maka ia boleh makan sebelum makan yang lain selama periode lima bulan.

Saat itu adalah waktunya membuat jubah:

Ketika ia sedang membuat jubah, ia boleh makan sebelum makan yang lain.

Jika ia menerima makanan dengan niat untuk memakannya, kecuali pada kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Untuk setiap suapan, ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Permutasi

Jika ia makan sebelum makan yang lain, dan ia menyadarinya sebagai makan sebelum makan yang lain, kecuali dalam kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia makan sebelum makan yang lain, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia memakannya, kecuali dalam kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan. Jika ia makan sebelum makan yang lain, tetapi ia tidak menyadarinya sebagai makan sebelum makan yang lain, kecuali dalam kesempatan yang diperbolehkan, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Jika ia tidak makan sebelum makan yang lain, tetapi ia menyadarinya sebagai makan sebelum makan yang lain, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak makan sebelum makan yang lain, tetapi ia tidak dapat memastikannya, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika ia tidak makan sebelum makan yang lain, dan ia tidak menyadarinya sebagai makan sebelum makan yang lain, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: Jika itu adalah kesempatan yang diperbolehkan; jika  ia mengalokasikan makanan lainnya itu untuk orang lain dan kemudian makan; jika ia memakan makanan dari dua atau tiga makanan undangan sekaligus; jika ia diundang oleh seluruh desa dan ia makan di mana pun di dalam desa itu; jika ia diundang oleh seluruh perkumpulan dan ia makan di mana pun yang dimiliki oleh perkumpulan itu; jika, ketika diundang, ia berkata, "aku akan mengumpulkan dana makanan;" jika itu adalah undangan makan rutin; jika itu adalah makanan yang diperoleh dari menarik undian; jika itu adalah makanan setengah-bulanan; jika itu adalah hari uposatha; jika itu adalah sehari setelah uposatha; jika makanan itu adalah selain daripada kelima makanan matang; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Aturan latihan tentang makan sebelum makan yang lain, yang ketiga, selesai


Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 [9] 10 11 12 13 14 15 16 ... 954