//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - K.K.

Pages: 1 2 [3] 4 5 6 7 8 9 10 ... 569
31
Pengalaman Pribadi / Re: Ajaran Buddha atau Agama Buddha?
« on: 18 November 2017, 09:55:17 AM »
Note: Dipindah ke pengalaman pribadi karena merupakan opini semata.

32
Pengalaman Pribadi / Re: Dukkha “Bukan” Penderitaan
« on: 18 November 2017, 09:49:42 AM »
Note: Dipindah ke pengalaman pribadi karena merupakan opini semata.

33
Theravada / Re: Apakah masturbasi sama dengan membunuh?
« on: 18 November 2017, 09:45:09 AM »
Halo temen2,

Maaf nich ada pertanyaan sedikit mengenai perihal masturbasi. Menurut temen2 apakah masturbasi termasuk melanggar sila pertama, mengingat sperma itu mati begitu lama di luar tubuh kita. Terima kasih.
Secara umum, formulasi suatu kejadian disebut pembunuhan adalah jika (1) ada makhluk, (2) mengetahui adanya makhluk, (3) niat membunuh makhluk tsb, (4) menjalankan niat membunuh tsb, (5) makhluk tsb mati.

Apakah sperma digolongkan sebagai makhluk hidup?

MN.38. Mahātaṇhāsankhayasutta ada bercerita sedikit mengenai syarat kehamilan:

"Para bhikkhu, kehamilan janin dalam rahim terjadi melalui perpaduan tiga hal.  Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, tetapi saat itu bukan musim kesuburan ibu, dan tidak ada kehadiran gandhabba  - dalam kasus ini tidak ada kehamilan janin dalam rahim. Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, tetapi tidak ada kehadiran gandhabba - dalam kasus ini juga tidak ada kehamilan janin dalam rahim. Tetapi jika ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, dan ada kehadiran gandhabba, melalui perpaduan ketiga hal ini  maka kehamilan janin dalam rahim terjadi..."

Dari sini kita lihat bahwa seandainya ada perpaduan sel sperma dan telur, dan ibu sedang subur, tapi tidak ada gandhabba di sini maka tidak terjadi kehamilan, dengan kata lain tidak menjadi makhluk. Jika perpaduan sperma-ovum pada masa subur saja bukan termasuk makhluk, apalagi sperma secara sendiri. Karena bukan makhluk, maka tidak mungkin dibunuh.

[Gandhabba di sini tidak ada penjelasan di sutta, tapi menurut komentar tradisi Theravada adalah arus kesadaran yang sesuai secara kammanya sehingga mendukung untuk menjelma menjadi janin]


Kalo bukan makhluk hidup kenapa bisa bergerak?
"Bergerak" tidak menjadi ciri khas makhluk hidup menurut Agama Buddha. Makhluk hidup adalah kumpulan dari 5 kelompok (pancakkhanda): jasmani, kesadaran, persepsi, perasaan, ingatan/bentuk pikiran (dengan beberapa pengecualian seperti Arupa Brahma dan Asaññasattā). Tumbuhan dikatakan tidak memiliki kesadaran, maka tidak termasuk makhluk hidup.




34
Saya share pendapat saya yah...

ajaran asli buddha yang tidak diliputi oleh adat istiadat dan sub komentar akan ilmu tafsir

tentu suatu perubahan mental saya dalam kehidupan saya menjadi lebih baik tidak terikat akan duniawi dan bukan juga terlepas akan duniawi jalan tengah yang sesungguhnya diajarkan oleh buddha.
Kalau omong "ajaran agama", tidak ada satupun yang standardnya terlepas dari adat istiadat setempat pada masa tersebut. Seperti konsep karma, kelahiran kembali, avidya sebagai penghalang pencerahan, samadhi sebagai jalan pembebasan, itu semua merupakan konsep umum yang bisa ditemukan di berbagai ajaran di India kuno. Yang menjadi pembeda adalah detail dari konsep tersebut seperti atman/anatman, pemurnian/penghentian karma, dll. Bersama lewatnya waktu, doktrin khas Buddhisme juga berkembang mengikuti kondisi di sana. Ini kita bisa lihat dari bagaimana Abhidharma maupun konsep mahayana dan tantrayana berkembang. Jika tertarik untuk memahami dari sisi awal pada masa Buddha masih hidup sampai pada perpecahan sektarian, bisa juga belajar tentang Buddhisme Awal (Early Buddhism) seperti Seniya katakan di atas.

Kalau untuk tafsir, namanya ajaran agama juga tidak akan pernah terlepas dari tafsir. Ketika kita membaca pun kecenderungannya adalah kita menafsirkan kitab berdasarkan keterkondisian kita pada budaya tempat kita berada, pada masa kini. Bahkan pada masa belum terlalu lama setelah Buddha wafat, sumber ajaran yang sama pun telah menimbulkan penafsiran berbeda sehingga muncul perpecahan sekte. Tanpa konfirmasi dari sumber -dalam hal ini Buddha yang sudah tidak ada- tidaklah mungkin mendapatkan 'makna' yang sesungguhnya, yang bukan tafsiran, yang paling murni, tanpa bias, dst. Ini juga sebabnya menurut saya mengejar "apa yang sesungguhnya, benar-benar, asli, tidak terdistorsi, tanpa ambigu bahasa, tanpa bias budaya, murni diajarkan oleh Buddha" merupakan harapan yang sia-sia.

Namun saya pikir dari ajaran demikian pun kita tetap bisa belajar dan mengambil manfaat untuk diterapkan dalam kehidupan, terutama jika kita menggunakan akal sehat untuk mecerna, menyaring, dan mempertimbangkan; bukan cuma menelan secara membuta. Yang kebetulan pula ini juga merupakan prinsip Buddhisme dalam mengenali ajaran yang baik dalam Kalamasutta di mana di antaranya bukanlah tergantung sosok guru ataupun kitab suci.

Jadi kalau balik lagi ke pertanyaan pertama: "pertanyaan saya adalah apa yang saya harus lakukan ?", pendapat saya adalah tidak harus melakukan manuver apa-apa. Terus belajar, bertanya, berdiskusi, berbagi, dan buang semua bayangan dan harapan akan hal-hal yang tidak realistis.


35
hai saya seorang buddhist yang mempelajari agama buddha secara otodidak tiada guru,
saya belajar dari berbagai ceramah dan buku yang ada di indonesia dalam bahasa indonesia dan mendengar ceramah dari youtube ataupun di vihara sekitar. pada awalnya saya yakin akan ajaran buddha sebagai satu satunya ajaran yang paling cocok dan bener dimuka bumi ini. tetapi setelah saya mencapai pada titik keterpurukan saya hilang dengan keyakinan itu dan merasa ajaran buddha di indonesia begitu begitu saja. tidak ada yang dapat membuat saya berbeda hanya lebih menyendiri dan semakin kehilangan arah. sampai pada titik sekarang saya meragukan buddha itu sendiri tidak lebih hanya seorang yogi yang berhasil dalam latihannya. saya hilang sudah keyakinan kepada buddha dhamma dan sangha.

pertanyaan saya adalah apa yang saya harus lakukan ?
Kehilangan "keyakinan" yang dasarnya berasal dari ceramah, buku-buku, propaganda, dan aneka sumber subjektif sejenisnya, adalah sebuah hal yang sangat positif. Saya pikir sewajarnya manusia memiliki keyakinan karena pemahaman. Untuk tahu dan belajar ajaran yang cocok, mungkin dipahami dulu oleh diri sendiri mengenai apa yang sebetulnya kita cari. Setelah itu baru bisa ditentukan kira-kira belajar apa yang kira-kira akan cocok.

Kira-kira informasi seperti apa yang anda cari secara spesifik? Perubahan apa yang diharapkan setelah mengenal satu ajaran?





36
Vegetarian / Re: Tanya tentang Vegetarian
« on: 17 June 2017, 09:24:54 AM »
...
---------------
  Melatih makan vege sama dgn membiasakan lidah dgn sesuatu yg kurang enak. Meski teliti dan sabar
saat maem.jgn sampai ada yg dilarang masuk ke mulut.

ini bukan upadana. ini jg bukan menambah kesombongan krn berbeda dgn orang sekitarnya.
justru ini mengurangi upadana krn keingininan dibatasi dgn aturan makan.


Kalau hanya untuk membiasakan makan tidak enak dan teliti, anda bisa coba membiasakan diri makan bandeng tiren yang agak amis dan harus teliti supaya tidak tersedak, karena makanan vegetarian banyak sekali yang lebih enak daripada non-vegetarian. 




37
halo semua,
saya mau tanya, menurut pandangan buddhisme, apa orang yg sedang berduka(keluarga sendiri) tidak boleh menjenguk orang sakit(keluarga jauh atau tidak ada hubungan keluarga)?
banyak teman2 saya yg masih percaya seperti itu. nanti kalo ada apa2 dengan orang yg sakit setelah di tengokin, orang yg sedang berduka itu yg di salahkan karena mungkin membawa petaka ke orang yg sedang sakit.

kalo ini topik tidak sesuai di buat di sini, saya minta maaf dan tolong di pindahkan ke tempat yg lebih cocok(diskusi umum mungkin)
Kalau menurut Buddhisme yang saya tahu, tidak ada hubungannya yang lagi berduka bisa membawa petaka bagi orang lain karena prinsipnya adalah setiap orang adalah pewaris karmanya sendiri.

Walaupun demikian, sebaiknya kita menghargai dan mengikuti tata cara orang yang dikunjungi tersebut. Kalau pihaknya keberatan karena kepercayaan tertentu, maka lebih baik kita ikuti walaupun kita tidak percaya.




38
Buddhisme Awal / Re: Awal Mula Penahbisan Ulang
« on: 20 March 2017, 06:30:47 PM »
Sukhi Hontu...  _/\_ Pernah ada seorang Bhikkhu yg pindah sekte. Dia ditahbis ulang... Padahal sektenya sama2 Theravada, apa perlu ditahbis ulang? (gak tau apakah dimasa lampau salah satu subsekte ini melakukan perpecahan di sidang resmi, tapi kayaknya gak dah) dan darimana datangnya kebiasaan penahbisan ulang? :/

Thx...
[...]
The trend of Abhayagiri Vihara being the dominant Theravāda sect changed in the 12th century CE, when the Mahāvihāra gained the political support of King Parakkamabāhu I (1153-1186 CE), and completely abolished the Abhayagiri and Jetavana Theravāda traditions.[12][13] The Theravāda monks of these two traditions were then defrocked and given the choice of either returning to the laity permanently, or attempting re-ordination under the Mahāvihāra tradition as "novices" (sāmaṇera).[13][14] Richard Gombrich writes:[15]

[...]

[12]. Hirakawa, Akira. Groner, Paul. A History of Indian Buddhism: From Śākyamuni to Early Mahāyāna. 2007. p. 126
[13]. Williams, Duncan. Queen, Christopher. American Buddhism: Methods and Findings in Recent Scholarship. 1999. p. 134
[14]. Gombrich, Richard. Theravāda Buddhism: A Social History From Ancient Benares to Modern Colombo. 1988. p. 159
[15]. Gombrich, Richard. Theravāda Buddhism: A Social History from Ancient Benares to Modern Colombo. 1988. p. 159

---
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Abhayagiri_vihāra

39
Studi Sutta/Sutra / Re: "Orang sesat" dalam MN 22 Alagaddupama Sutta
« on: 03 March 2017, 04:55:20 PM »
trus apa gunanya orang kulit hitam meluk islam..? mereka gak tau ya kayaknya kl islam tuh rasis sama mereka...
Di sini tidak membahas Islam, orang kulit hitam, ataupun rasisme. Mohon tidak melebar ke mana-mana.

40
[...]

Bukan masalah perihal kedatangan / mengikuti camp tsb, karena badan saya bisa saja hadir disana, tetapi yang saya khawatirkan adalah pikiran saya tidak bisa menerima hal2 yang akan disampaikan nantinya di camp tsb, walaupun materinya pasti juga mengajarkan ttg kebaikan, tapi dengan konsep yang berbeda.
Jika ini yang jadi persoalan, justru saya malah menganjurkan untuk mengikutinya. Ketika seseorang 'memilih' agama, biasanya pikirannya membentuk kecenderungan untuk menerima apapun yang memiliki kaitan dengan agama tersebut - hal ini juga memuluskan penipuan berkedok/beratribut keagamaan; dan juga menolak apapun yang berbeda 'merk'. Ini bisa menjadi kesempatan supaya kita lebih bersikap objektif & netral dalam menilai lingkungan kita, maka saya anjurkan untuk mengikutinya selama tidak ada intimidasi dan pemaksaan untuk memeluk agama tertentu.


Quote
itu dari sisi saya, nah dari sisi (beberapa) teman yang mengajak saya, karena mereka juga sudah mengikuti camp tsb, dan merasakan adanya perubahan untuk diri mereka, mereka menganjurkan saya untuk ikut, sebagai salah satu solusi supaya karir saya semakin baik dengan pembelajaran di camp tsb yang isi nya tentang leadership (kepemimpinan), kehidupan berumah-tangga (suami-istri), sampai untuk anak, dan lain lain ttg attitude (Sikap).
Hal-hal umum seperti hubungan sosial dan pengembangan diri juga sifatnya universal tidak eksklusif agama tertentu, walaupun disampaikan dalam suasana dan nuansa kelompok agama tertentu. Seperti makanan yag sama tapi dengan kemasan berbeda, yang dirasakan itu isinya, bukan bungkusnya.


41
Ada beberapa point yang mungkin bisa saya tanggapi.

Saya ada pertanyaan tentang Abhasvara realm. And correct me if I'm wrong.

Spoiler: ShowHide


Kosmologi Alam mengikut Buddhist view adalah Alam Semesta bertahan selama 1 Maha Kalpa dan dibahagi 4 tahap. Mengembang dlm satu Asankhya Kalpa...berhenti mengembang selama satu Asankhya Kalpa. Kemudian mengecut kembali selama 1 Asankhya Kalpa. Kemudian 'musnah' atau berubah bentuk tenaga ( kerana tenaga tidak boleh dimusnahkan).
Benar, dalam kosmologi Buddhisme, satu Maha-kalpa/kappa terbagi menjadi 4 periode (Asankheyya) kappa/kalpa:

1. Vivarta-kalpa / vivatta-kappa: periode di mana semesta mengalami proses pembentukan

2. Vivarta-siddha-kalpa / vivatta-tthāyī: terhentinya proses pembentukan. Kehidupan makhluk di alam brahma 1 dan ke bawah terjadi pada masa ini, dimulai dari lahirnya Maha-Brahma, kemudian disusul dengan para brahma lainnya, kemudian muncul lagi kelahiran di alam bawahnya yaitu alam deva (pada periode ini muncul matahari dan bulan karena menurut kosmologi Buddhisme, matahari dan bulan adalah kendaraan dari deva Suriya dan Candima), dan seterusnya sampai kemunculan manusia. Periode ini adalah rentang masa hidup Maha Brahma.

3. Samvarta-kalpa / samvatta-kappa: kehancuran alam di tingkat tersebut.

4. Samvarta-siddha-kalpa / samvatta-tthāyī: Terhentinya proses kehancuran alam.

Sedikit catatan: ini tidak ada hubungan dengan kekekalan energi, karena energi tidak sekonyong-konyong berubah menjadi materi ataupun sebaliknya.


Quote
Penghuni Brahma realm dan other lower realms turut musnah kecuali Abhasvara realm. Hanya mereka yg berjaya mencapai tahap meditasi 4th Jhana bila mati akan reborn di Abhasvara Realm.
Ābhāsvara adalah alam di Jhana ke 2, bukan ke 4. Menurut tradisi Buddhism, setiap 8 periode kehancuran Jhana 1, maka alam Jhana 2 juga ikut hancur. Begitu juga 8 kali periode hancurnya alam Jhana 2, maka alam jhana 3 hancur; dan 8 kali periode hancurnya alam jhana 3, alam jhana 4 juga hancur, kecuali alam Suddhavasika / Suddhāvasa tempat para Anagami dilahirkan, tidak pernah mengalami kehancuran.


Quote
Soalan saya adalah apa yg berlaku kepada penghuni lower realm daripada Abhasvara realm seperti Brahma, Devas, Manusia, dan terutama sekali penghuni Hell realm?
Menurut Aggañña Sutta, pada masa kehancuran makhluk-makhluk sebagian besar terlahir di alam Brahmā Ābhassara. Dalam sutta setahu saya tidak dijelaskan apa yang terjadi di alam neraka. Dari Abhidhamma Sarvastivada, salah satu sekte awal Buddhisme, rentang kehidupan makhluk di Avici adalah 1 antara-kalpa (1/20 dari Asankheyya Kalpa), jadi bisa diduga neraka juga hancur seiring kehancuran alam jhana 1.  Sementara dari tradisi Theravada, rentang waktu makhluk di Avici tidak terbatas, jadi bisa saja melampaui satu Asankheyya Kappa. Juga terdapat aneka interpretasi lainnya seperti neraka dingin dan neraka antar dunia. 



42
Buset deh KK, masih dibahas :D
Iye, tempo hari googling ada beberapa orang tanya masalah sama tapi ga ada jawabannya, jadi post aja di sini siapa tau ada yang mampir. Juga buat catatan siapa tahu tahun depan pikun, kena masalah sama lagi.  ;D

43
Jika akan ubah/hapus data dan muncul "Run Time Error '9' Subscript Out of Range" kemungkinan adalah karena penggunaan aplikasi ESPT Badan 2010 untuk database 2009. Installer dari Pajak.go.id otomatis install aplikasi "eSPT 1771" (versi 2) & "eSPT 1771 2010" (versi 1.2). Pilih sesuai database yang digunakan.

44
Seremonial / Re: happy birthday to ME...10 Mei...
« on: 19 May 2016, 08:31:38 PM »
Wah, ketinggalan seminggu lebih. Happy Belated Birthday, CumPol!  <:-P
Jangan luntur usilnya yah..   ~o)

45
All,
Thanks sharenya
Sama2. :)

Quote
[at] KK
mantab bro..
smua di-iya-in ama si pengirim link..
cuma no 7 aja dicomment "saat lo sadar ajaran lo salah, lo udah di neraka" :P
Ini maksudnya kita tahu hanya setelah kita mati ya?  ;D

Jadi begini, ibarat saya tersesat di tempat asing yang penuh bahaya. Kemudian datanglah 100 orang yang tidak saya kenal sama sekali. Semuanya mengaku adalah utusan dari ayah untuk membawa saya pulang dengan selamat, dan masing-masing dari mereka menuduh lainnya sebagai palsu. Tidak ada upaya apapun yang bisa saya lakukan untuk menyelidiki dan membuktikan kebenarannya, kecuali dengan kepercayaan semata. Karena tidak ada bukti apapun yang bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan, maka akhirnya saya memilih berdasarkan kecenderungan dan kecocokan kita terhadap "utusan" tersebut itu saja. Mungkin saya akan lihat tampangnya ganteng/cantik, perawakannya baik, tutur katanya sopan, janji-janjinya meyakinkan, dan lain sebagainya. Namun pada intinya, semua hanya peluang: 1% beruntung pulang ke rumah, 99% celaka dirampok dan dibunuh.

Di lain tempat, ayah saya adalah seorang yang sangat berkuasa dan cerdas, telah mendidik dan membekali saya dengan aneka ilmu dan pengetahuan, namun hal terbaik yang bisa ia lakukan adalah sengaja menempatkan saya di posisi di mana semua akal sehat dan logika menjadi tidak berguna sama sekali. Semua murni mengandalkan peluang. Jika saya salah memilih, ia hanya akan membiarkan saja saya dibantai.

Sebagai anak malang sial nan nahas tersebut, tentu saya hanya bisa pasrah saja. Saya tidak memilih berada di tempat celaka tersebut, tidak mampu menyelidiki kebenaran utusan, juga jelas tidak bisa memilih ayah.


Tapi hal menarik di sini adalah sebenarnya posisi kita semua adalah anak malang tersebut. Bedanya adalah sebagian menyadari ketidaktahuannya dan senantiasa bertanya, "gimana kalo gue salah?" Sebagian lain tidak menyadari ketidaktahuannya dan senantiasa menanyakan, "gmana kalo loe salah?"


Spoiler: ShowHide
Bonus: Richard Dawkins, Ilmuwan biologi evolusi juga pernah ditanyakan hal yang sama, ini transkrip jawabannya:


"Well, what if I'm wrong, I mean... anybody could be wrong. We could all be wrong about the Flying Spaghetti Monster and the Pink Unicorn and the flying teapot. You happen to have been brought up, I would presume, in the Christian faith. You know what it's like to not believe in a particular faith because you're not a Muslim. You're not a Hindu. Why aren't you a Hindu? Because you happen to have been brought up in America, not in India. If you had been brought up in India, you'd be a Hindu. If you had been brought up in Denmark in the time of the Vikings you'd be believing in Wotan and Thor. If you were brought up in classical Greece you'd be believing in, in Zeus. If you were brought up in central Africa you'd be believing in the great Juju up the mountain. There's no particular reason to pick on the Judeo-Christian god, in which by the sheerest accident you happen to have been brought up and, and ask me the question, "What if I'm wrong?" What if you're wrong about the great Juju at the bottom of the sea?"

Pages: 1 2 [3] 4 5 6 7 8 9 10 ... 569