//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - CHANGE

Pages: 1 2 3 [4] 5 6 7 8 9 10 11 ... 40
46
Kafe Jongkok / Re: Efec domino sebuah kebaikan.
« on: 13 February 2013, 03:55:10 PM »
saya mengoleksi cerita2 semacam di post 1 ,sudah sekitar 300 artikel.
selama ini saya share ke teman2 tidak pernah ada yang tanya sumbernya dari mana? asli atau tipuan.
baru kali ini ada yang tanya tentang  hal itu,saya agak kaget,tapi akhirnya saya menyadari juga bahwa hal itu sangat perlu,sehingga saya tidak dituduh menipu dengan cerita fiktif.
untuk itu saya berterima kasih kepada rekan Indra dan Adi_Lim,yang telah mengoreksi post saya.sehingga telah menyadarkan saya.
mungkin juga selama ini yang saya kasih cerita2 itu semuanya adalah yes man.
haha kali ini saya kena batunya.member di DC memang luar biasa pinter 2 semua,bahkan yang selama ini saya anggap BERHARGA(artikel2 tsb) di DC ternyata bagaikan sampah.
kejadian ini saya anggap sebagai cambuk diri.
maka untuk selanjutnya saya hentikan post di DC tentang renungan2 yang memang ternyata sangat tidak bagus.dan semuanya tidak tertulis sumber cerita.

salam Hadi

salam Hadi

Saya juga suka mengoleksi cerita motivasi dan inspiratif, dan mungkin jumlah di atas seribu ( buku-buku + maya ), dan sampai sekarang masih juga koleksi. Persoalan sumbernya  asli dan fiktif saya juga tidak tahu .

Dan secara nyata saya juga belajar dari cerita cerita tersebut yang mungkin berdasarkan pengalaman-pengalaman hidup dari pengarangnya ( mungkin saja cerita tersebut di dramatisir ), dan selama cerita itu BERMANFAAT untuk diri sendiri dan tidak merugikan orang lain dan ada kemungkinan juga BERMANFAAT untuk orang lain dalam mengembangkan diri sendiri  kearah yang lebih baik, lebih bermoral, lebih membangkitkan semangat dan hal positif lainnya. 

Karena saya menyadari  bahwa belajar itu tidak harus dari pengalaman sendiri ( kekalahan, kesalahan, kegagalan, dll ), tetapi kita juga belajar dari pengalaman orang lain dari cerita motivasi tersebut maupun di lapangan, karena usia kita sangat terbatas untuk belajar semuanya  HANYA dari pengalaman sendiri. Dan tentu harus bijaksana.

Dan memang tidak setiap orang menpunyai pola pikir yang sama terhadap cerita tersebut, soal pro kontra adalah hal yang lumrah.  Dan kita juga harus jujur bahwa cerita inspiratif kadang kadang dan mungkin sering juga mengkritik diri sendiri ( jika kita mau melakukan perenungan kedalam ).

Dan akhir kata adalah lanjutkan postingan mengenai thread PERENUNGAN, selama berpegang teguh pada asas Manfaat, maka ada kemungkinan ada sebagian yang termotivasi untuk merubah dirinya kearah yang baik. Dan minimal saya dapat menambah koleksi saya dengan mudah   ;D ;D ;D dan juga menambah bahan bagi saya untuk perenungan ke dalam. _/\_

47
Seremonial / Re: Kopdar DC di Makassar
« on: 23 January 2013, 10:19:34 AM »

saya picik ya?


 ;D

Kalo Bro baca semua postingan mengenai Buddhism pada tahap awal yang dikarang-karang oleh ID yang memposting kopdar DC ini, maka bro sendiri pasti tahu apakah penilaian orang tersebut apakah layak ditanggapi.

Karena memang ID tersebut pada tahap awal selalu menganggap semua Buddhist pasti melakukan hal yang tercela seperti kr****nisasi. Cuma sekarang sudah reda karena sedikit banyak mulai mengenal Buddhism

Jadi jangan ditanggapi.

 _/\_

 

48
Seremonial / Re: Kopdar DC di Makassar
« on: 23 January 2013, 09:46:14 AM »
SEKEDAR INFORMASI :

[gmod]deleted[/gmod]


[gmod]deleted[/gmod]


49
Humor / Re: ketawa akhir pekan
« on: 11 January 2013, 11:39:57 AM »
Kesalahan Harga Buah

Sebuah toko kelontong memasang tanda yang berbunyi:

"Terong, Rp 2.500 dapat 1 buah - Rp 10.000 dapat 3 buah."

Sepanjang hari, pelanggan datang berseru:

"Jangan konyol! Saya harus mendapatkan empat buah untuk Rp.10.000!"

Dengan patuh pemilik toko kelontong itu membungkus empat terong.

Kios sebelah melihat kelucuan ini
dan akhirnya bertanya kepada pemilik toko kelontong,

"Apakah kau tidak akan memperbaiki kesalahan pada tandamu?"

"Kesalahan apa?" tanya pemilik toko kelontong.

"Sebelum saya memasang tanda ini,
tak seorang pun pernah membeli lebih dari satu terong."
 :P ;D

50
Humor / Re: ketawa akhir pekan
« on: 11 January 2013, 11:37:22 AM »
Tentang Persaingan Antar Toko

Seiring dengan perkembangan model baju,
maka di antara toko yang satu dengan toko yang lainnya,
yang saling berseberangan pun saling berusaha untuk menarik perhatian para pembeli.

Toko di sebelah kiri pun, menggantungkan tulisan besar berbunyi
"Obral Penutupan Toko".

Tak kalah juga dengan Toko di sebelah kanan, memasang tulisan berbunyi,
"Obral Besar".

Kemudian, Toko yang ada ditengah-tengah kedua toko diatas pun,
memasang spanduk dengan santainya,
"PINTU MASUK"

Para pembeli pun, beramai-ramai memasuki toko yang ada di tengah-tengah. ;D

51
Pengalaman Pribadi / Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« on: 29 December 2012, 06:50:37 AM »
Jangan begitu... Hargailah usaha gagak yang mau tampil jadi merak.

NIVĀTO CA  (Rendah Hati)

            Rendah hati atau sikap tidak sombong atau tidak menyombongkan diri. Kesombongan dan keangkuhan dapat menyebabkan tidak disenangi orang lain, sikap sombong sukar dinasehati, sukar diajak bicara atau rembugan (kerja sama) karena mementingkan sikap sombong dan keakuan. sikap kesombongan dan keangkuhan akan menimbulkan emosional dengan marah, benci dan kecewa karena menggangap yang benar dan hanya mementingkan kepentingan dan kemauannya. Kesombongan dan keangkuhan menimbulkan sikap yang tidak sebenarnya dapat memutarbalikkan fakta dan kata-kata sendiri yang hanya membenarkan sikap dan prinsipnya, tidak mau kalah dengan orang lain. Perasaan senang jika orang lain kalah karena pendapatnya yang diterima dan sebaliknya akan timbul kekecewaan jika prinsipnya ditolak orang lain, orang yang bersikap hal tersebut sukar dinasihati dan diperingatkan.

Orang yang kaya, memiliki jabatan dan sukses yang memiliki sikap rendah hati merupakan Berkah Utama, dalam Maha Mangala Sutta sikap rendah hati merupakan sikap yang tidak menyombongkan diri, mudah untuk dinasihati dan kerja sama, mau mendengar kata-kata orang lain tidak bersikap kaku dan ketika kritik dan saran muncul tidak bersikap emosional dengan senyum menerima setiap tanggapan dari orang lain. Sikap rendah hati dan menyadari kelemahan-kelemahan dengan menyadarinya yang membuat terus belajar dari kelemahan serta kesalahan.

Ada cerita rakyat mengenai seekor gagak yang ingin mengetahui cara membuat sarang. Gagak tidak mempunyai sarang, gagak bertanya kepada seekor burung yang pintar membuat sarang. Burung tersebut memberitahunya “pertama ambil ranting”, gagak menjawab “ya, saya sudah tahu”, kemudian burung tersebut berkata “kamu letakkan ranting-ranting tersebut”, gagak membalas “ya, saya tahu itu juga”, tanpa kehilangan kesabaran burung itu melanjutkan “kamu ambil ranting yang lain”, gagak menjawab “saya tahu itu juga”. Burung tersebut kehilangan kesabarannya akhirnya pergi. Akhirnya gagak tidak pernah dapat membuat sarang. Sikap burung gagak menggambarkan sikap tidak rendah hati untuk belajar. Sikap yang rendah hati tidak mengagungkan, membanggakan diri sendiri karena penuh pengendalian diri. Orang yang memiliki sikap rendah hati mau mendengarkan orang lain, memperhatikan orang lain yang berbicara dan mau belajar dari orang lain yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Cerita burung gagak yang tidak mau mendengarkan dan memperhatikan dari burung lain menyebabkan dirinya rugi karena tidak dapat mengetahui cara membuat sarang yang bermanfaat dan memberi pengetahuan yang baru.

Memiliki sikap rendah hati selalu terkendali dan terkontrol dari dirinya, dengan mengembangkan sikap kebijaksanaan dan spiritual kesombongan akan terkikis, sikap Bhikkhu Sariputta merupakan contoh rendah hati. “Suatu ketika Bhikkhu Sariputta sedang berjalan, bagian dari lipatan jubahnya menyentuh tanah, kemudian samanera yang berusia tujuh tahu melihat dan memberitahu Bhikkhu Sariputta, dengan sikap rendah hati beliau memperbaiki jubahnya dan memberi hormat pada samanera kecil” (Sarada, 23), contoh tersebut menggambarkan sikap rendah hati berkembang seiring dengan kemajuan dalam spiritual.

Umat Buddha atau non buddhis dengan melatih rendah hati akan terkendali dan mau menghargai orang lain, mudah untuk dinasehati dan bekerjasama tidak emosional, menghadapi tanpa marah dengan berpikiran positif dan mengambil sikap yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain, sikap rendah hati mengikis kesombongan dan keangkuhan mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain ataupun diri sendiri.


52
Pengalaman Pribadi / Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« on: 28 December 2012, 05:31:30 PM »
sutta-minded itu merendahkan atau meninggikan ya bro change ?

Netral, diri kita sendiri yang bertanggung jawab atas pilihan diri kita sendiri :



Menganggap bahwa diri  kita lebih baik daripada orang lain adalah tidak benar.

Menganggap bahwa diri kita sejajar dengan lainnya adalah tidak benar.

Menganggap bahwa diri kita lebih rendah  daripada orang lain adalah tidak benar.

“ Bila kita berpikir bahwa diri kita lebih baik dari lainnya, kesombongan akan muncul.”

“ Bila kita berpikir bahwa diri kita sederajat  dari lainnya, kita gagal untuk menunjukkan hormat dan rendah hati pada waktu yang tepat.”

“ Bila kita berpikir bahwa kita lebih rendah  dari lainnya,  kita tertekan memikirkan kita leih rendah, terlahir di bawah naungan bintang yang buruk dan sebagainnya.”

‘LEPASKAN SEMUANYA”

Sumber buku : TIDAK ADA  Ajahn Chah          Oleh : Ajahn Chah

Ada Empat jawaban, diri kita sendiri yang bertanggung jawab untuk menentukan PILIHAN, dan biasanya sebagai Buddhist pasti memilih yang keempat yakni : LEPASKAN SEMUANYA, dan bukan memilih lebih unggul, sejajar atau lebih rendah.

Diri Sendiri Bertanggung Jawab atas pilihan Diri Sendiri

 _/\_

53
Pengalaman Pribadi / Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« on: 28 December 2012, 04:42:53 PM »
Intermezzo aja  ;D

MERENDAHKAN SIKAP SENDIRI

Mengapa lautan bisa menampung air dari ratusan aliran sungai, itu dikarenakan permukaan air laut paling rendah. "Merendah" baru bisa mudah bergaul dengan orang lain, merendahkan sikap diri sendiri baru mudah memaafkan orang lain.

Baru-baru ini, di dalam pergesekan moral dengan orang lain, dengan jelas menyadari bahwa diri saya mempunyai suatu keterikatan yang sangat lekat, yaitu selalu meletakkan diri kita sendiri di tempat yang sangat tinggi, menempatkan diri pada posisi yang tinggi, bergaya bagaikan "semua orang sedang mabuk, hanya saya satu-satunya yang sadar". Didalam pergaulan dengan orang lain, bahkan di dalam sekilas pikiran kita juga membawa unsur terpendam yang tidak kita sadari.

Yang kita tampakkan keluar adalah, segala sesuatu berpusat pada diri kita sendiri, selalu merasakan bahwa diri kita yang paling tepat, bertindak sesuka hati kita, tidak menghargai orang lain; Atau senang membual, membesar-besarkan sesuatu untuk memamerkan diri sendiri; Atau tidak menyukai orang lain, selalu melihat kekurangan orang lain, selalu merasakan diri kita lebih unggul dari pada orang lain. Senang mengomentari orang lain, tidak memusatkan pikiran untuk mencari kekurangan diri sendiri.

Walaupun terkadang di mulut juga mengatakan kebaikan orang lain, akan tetapi di dalam hati berpikir bahwa saya lebih unggul dari Anda. Bahkan kadang kala diri kita masih bisa terbawa oleh keterikatan semacam ini, berubah menjadi sangat tidak rasional. Sangat ingin bisa mengungguli orang lain, dan hati merasa terhibur karenanya.

Orang Amerika mendidik anak mereka, sejak kecil anak mereka telah diajari bagaimana memuji atau memberi penghargaan kepada orang lain, penggunaan bahasa dari bagaimana memuji atau memberi penghargaan kepada orang lain ada puluhan jenis banyaknya.

Hal tersebut bermanfaat sebagai referensi bagi kita, untuk bersikap merendahkan diri, merubah jalan pemikiran. Bisa melihat kelebihan orang lain, baru bisa menjunjung tinggi orang lain, hal ini bukan hanya dilakukan secara permukaan atau secara teknis, harus lebih ditekankan pada perubahan dan peningkatan dari dalam hati juga pada watak hakiki seseorang.

 _/\_



54
Makna Di Balik Tradisi Makan Onde/Ronde/Tang-yuan di Bulan Desember

Setiap bulan Desember pada sekitar tanggal 21 atau 22, masyarakat Tionghoa secara tradisi merayakan hari festival Dongzhi (冬至) / Tang-cheh (冬節) / Tōji (冬至) / Dongji (동지) / Đông Chí yang berarti Musim Dingin Yang Ekstrem. Dan pada perayaan tersebut mereka memakan makanan yang di masyarakat keturunan etnis Tionghoa di Indonesia sering disebut dengan Onde atau Ronde. Sebuah jenis makanan yang terbuat dari tepung ketan dibentuk bulat besar atau kecil yang disajikan di dalam kuah yang terbuat dari air dan gula. Makanan Onde atau Ronde tersebut di negeri asalnya, Tiongkok, bernama Tāngyuán (Kue Bola Ketan) atau Yuanxiao atau Tangtuan.

Mengapa Onde berbentuk bulat?
Secara tradisi, perayaan Dongzhi atau Tang-cheh merupakan sebuah perayaan untuk berkumpul bersama keluarga di musim dingin di Tiongkok. Kembali berkumpulnya anggota keluarga atau reuni dengan makan onde bersama dengan menggunakan mangkuk di meja bundar menjadi tradisi perayaan tersebut. Reuni dan kebersamaan inilah yang disimbolkan oleh bentuk bulat (nampak bundar saat dilihat dari jauh) dari makanan Tangyuan atau  Onde atau Ronde. Asal kata dari nama makanan Onde atau Ronde di Indonesia pun berasal dari kata “Ronde” dalam bahasa Belanda yang berarti bulat, sesuai dengan bentuk dari makanan tersebut.

Kebersamaan dan ikatan antar anggota keluarga tidak hanya disimbolkan dengan bentuk bulat dari Onde, tetapi juga dari sifatnya yang lengketnya karena terbuat dari tepung ketan. Diharapkan para anggota keluarga memiliki ikatan yang erat atau lengket satu sama dengan lain. Dan disajikannya Onde dalam kuah air gula memberikan simbol hubungan erat keluarga yang manis.

Makna lain dari bulatnya Onde juga dapat ditelusuri dari ajaran filsafat kuno Tiongkok mengenai Yin dan Yang, gelap dan terang. Setelah perayaan Dongzhi yang jatuh pada musim dingin disaat lebih banyak gelap dari pada terang dan energi negatif lebih banyak, maka musim akan berganti menjadi musim semi disaat terang lebih mendominasi dan energi positif lebih banyak. Filsafat ini disimbolkan oleh salah satu gambar pada Hexagram (Ba Gua / Pa Kwa / Pa Kua) dalam kitab I Ching yang disebut fù (復) yang berarti “Kembali”. Hal ini sesuai dengan bentuk bulat yang saat menelusurinya secara lurus dari satu titik maka akan kembali lagi ketitik semula.

Legenda
Menurut salah satu legenda, di Tiongkok pada masa Dinasti Han, hidup seorang gadis pelayan bernama Yuanxiao di Istana raja. Ia memiliki keahlian memasak bola-bola ketan (Tangyuan), dan hanya masakan inilah yang merupakan masakan terbaik yang dapat ia masak. Karena peraturan istana yang ketat, ia tidak bisa keluar istana untuk kembali menemui kedua orang tuanya. Karena ia sangat merindukan kedua orang tuanya, ia menangis sepanjang waktu, siang dan malam, bahkan ia berusaha untuk melakukan bunuh diri karena kerinduannya itu.

Kisah kehidupan Yuanxiao yang malang tersebut terdengar oleh seorang menteri kaisar yang menemuinya dan berjanji untuk menolongnya keluar istana. Menteri tersebut melaporkan peristiwa ini kepada sang kaisar. Tapi, peraturan istana adalah peraturan yang tidak bisa dilanggar oleh siapapun kecuali ia memiliki jasa besar yang pantas menerima hadiah dari sang kaisar. Sang menteri pun mencari cara agar dapat mengeluarkan Yuanxiao dari istana.

Saat itu sekitar sebulan menjelang tahun baru penanggalan Tionghoa (Imlek). Dan setiap bulan pertama tanggal 15 penanggalan Imlek (Cap Go Meh), sebuah festival besar dirayakan untuk berterima kasih kepada Kaisar Langit dengan memberikan persembahan makanan. Sebuah gagasan tebersit dalam kepala sang menteri. Ia mengusulkan kepada sang kaisar agar memerintahkan Yuanxiao untuk membuat bola-bola ketan (Tangyuan) yang lezat sebanyak mungkin untuk disajikan sebagai persembahan kepada langit dan dimakan oleh kalangan istana dalam festival tersebut sebagai syarat agar ia bisa keluar dari istana. Sang kaisar pun menyetujuinya.

Kemudian sang menteri menemui dan memberitahu Yuanxiao mengenai tugas yang diberikan oleh kaisar. Dengan senang hati Yuanxiao menerima tugas tersebut dan memulai pekerjaannya. Siang dan malam, seorang diri ia memulung adonan tepung ketan menjadi Onde atau Tangyuan, satu per satu.

Tiba pada waktunya menjelang festival tanggal 15, Yuanxiao pun akhirnya menyelesaikan tugasnya membuat Tangyuan sebanyak mungkin. Dan tiba saatnya untuk dipersembahkan kepada kaisar dan di altar persembahyangan. Kaisar mencicipi Onde atau Tangyuan yang dibuat oleh Yuanxiao, dan ia merasa senang dan puas akan amsakan tersebut.

Dianggap berjasa karena menunaikan tugas dari kaisar dengan baik, Yuanxiao akhirnya mendapatkan izin untuk keluar istana untuk menemui kedua orang tuanya. Dan sejak saat itu kaisar memberi nama masakan dari tepung ketan (Onde / Tangyuan) tersebut dengan nama Yuanxiao dan festival tanggal 15 bulan pertama Imlek (Cap Go Meh) disebut juga dengan Festival Yuanxiao.

Sejarah
Tidak diketahui secara pasti awal dari munculnya makanan Onde / Tangyuan. Menurut catatan sejarah, Tangyuan sudah menjadi makanan ringan yang populer di tiongkok sejak Dinasti Sung. Nama Tangyuan pun memiliki nama-nama lain. Pada era Yongle dari Dinasti Ming, nama resmi dari makanan ini adalah Yuanxiao (berasal dari Festival Yuanxiao), yang digunakan di Tiongkok utara. Nama ini secara harfiah berarti “malam pertama”, merupakan malam bulan purnama pertama setelah Tahun Baru Imlek yang selalu jatuh pada bulan baru.

Namun di Tiongkok selatan makanan ini disebut dengan mana tangyuan atau tangtuan. Menurut legenda, pada masa pemerintahan Yuan Shikai pada tahun 1912-1916, Yuan Shikai tidak menyukai nama yuanxiao (元宵) karena terdengar identik dengan “menghilangkan Yuan” (袁 消) , oleh karenanya ia memberikan perintah untuk mengubah namanya menjadi Tangyuan. Nama baru ini secara harfiah berarti “bola bundar dalam sup”. Tangtuan sama berarti “kue bola dalam sup”. Dalam dua dialek Tionghoa utama di perdalaman Tiongkok selatan, yaitu Hakka dan Kanton, “Tangyuan” diucapkan seperti tong rhen (Hakka) dan tong jyun (Kanton) . Istilah “tangtuan” (Hakka: tong ton, Kanton: tong tyun) sendiri tidaklah umum digunakan dalam dialek ini sebagaimana Tangyuan. (wikipedia.org)

Dari penjabaran di atas dapat kita lihat adanya makna di balik tradisi makan onde di bulan Desember yang dilakukan oleh etnis Tionghoa. Ikatan kekeluargaan yang erat dan baik merupakan makna yang dapat diambil dari perayaan Dongzhi.

sumber : http://smystery.wordpress.com/2012/12/20/makna-di-balik-tradisi-makan-onde-di-bulan-desember/

56
kok tidak bisa dibuka ya?


Ini copasnya


Bengcu Menggugat Karena TUMIMBAL LAHIR Memang Ngaco Belo
Posted on September 11, 2012 by hai hai bengcu   
 

EHIPASSIKO! Artinya datang dan lihat sendiri. Benar. Datang dan lihatlah sendiri bahwa meskipun kebanyakan buddhis mengagul-agulkan dirinya LOGIS dan ILMIAH namun faktanya tidak lebih dari tukang kecap belaka. Meskipun gembar-gembor ajarannya telah TERUJI dan terbukti LOGIS dan ILMIAH namun kebanyakan justru dongeng belaka. Tanyakan kepada  sepuluh maka seratus Buddhis akan menjawab, “Tumimbal lahir mustahil reinkarnasi sebab tumimbal lahir adalah ajaran Budha yang logis dan ilmiah sedangkan reinkarnasi adalah ajaran Hindu yang tidak logis apalagi ilmiah.” Dari mana para Buddhis tahu tumimbal lahir MUSTAHIL reinkarnasi? Apakah mereka EHIPASSIKO? Apakah mereka melakukan PENGUJIAN? Mustahil! Mustahil ehipassiko bila tidak tahu bahwa tumimbal lahir (Buddha) dan reinkarnasi (Hindu) diterjemahkan dari kata Pali yang sama yaitu: Punabbhava (lafal: punabawa). Tanyakan kepada seratus maka seribu Budhis akan menjawab, “doktrin tumimbal lahir Agama Budha benar-benar LOGIS dan ILMIAH.” Kerabatku sekalian, mari ehipassiko (datang dan lihat sendiri) untuk membuktikan bahwa doktrin tumimbal lahir selain tidak logis dan ilmiah juga menyangkal ajaran Buddha lainnya.

Memberanikan diri bertanya, di dalam buku berjudul: Kajian Tematis Agama Buddha & Agama kr****n, Djoko Mulyono, Petrus Santoso dan Kristiyanto Liman menulis:

Kehendak,  O Biku, adalah karma yang Aku katakan! Setelah memunculkan kehendak, seseorang menciptakan karma melalui tubuh, ucapan, dan pikiran. Nibbedhika-sutta

Sesuai dengan benih yang ditabur
Maka itulah buah yang akan dipetik
Pelaku kebajikan akan menuai kebajikan
Pelaku kejahatan akan menuai kejahatan
Taburlah benihnya dan tanamlah dengan baik
Engkau akan menikmati buahnya. Samyutta Nikaya I:227

Para makhluk adalah pemilik karmanya sendiri, pewaris karmanya sendiri, memiliki karma sebagai penyebab kelahiran kembali, sebagai sanak karma, dan terlindung oleh karmanya sendiri. Karma yang membedakan makhluk yang memiliki keadaan hina dan mulia. Majjhima Nikaya III:203

Agama Buddha percaya bahwa makhluk terlahir kembali di salah satu dari enam alam kehidupan: surga, asura, manusia, binatang, hantu, dan neraka. Kata kunci pengertian kelahiran kembali adalah “muncul kembali”, tidak serupa dengan konsep reinkarnasi Hindu yang mempercayai adanya suatu roh kekal yang bertransmigrasi (meninggalkan tubuh lama dan memasuki tubuh baru). Manusia bisa naik ke alam yang lebih tinggi seperti surga atau turun ke alam yang lebih rendah seperti menjadi binatang atau hantu. Seperti halnya listrik dapat termanifestasi dalam bentuk cahaya, panas, gerakan, demikian pula energi karma dapat termanifestasi dalam bentuk dewa, manusia, binatang, atau makhluk lainnya, di mana satu bentuk tak ada kaitan fisik dengan yang lain. Daripada mengatakan bahwa manusia menjadi binatang, lebih tepat mengatakan bahwa energi karma yang termanifestasi dalam wujud manusia dapat termanifestasi dalam bentuk binatang.

Bengcu Menggugat:

ketika itulah TUHAN Allah membentuk (yatsar) manusia itu dari debu tanah (aphar admah) dan menghembuskan nafas hidup (nashamah chay) ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (nephes chay). Kejadian 2:7

Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah (banah) seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Kejadian 2:22

Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.” Kejadian 4:1

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Kejadian 1:28

Karena kami tahu, bahwa jika kemah (skenos) tempat kediaman (oikia) kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman (oikodome) di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman (oikia) yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. 2 Korintus 5:1

Kerabatku sekalian, kisah penciptaan yang tercatat di dalam Alkitab sangat tegas dan gamblang sehingga mustahil menyangkalnya. Ada TIGA jenis manusia. Manusia jenis pertama tubuhnya DIBENTUK dari debu tanah dan jiwanya DILAHIRKAN dari TUHAN Allah. DILAHIRKAN TUHAN Allah artinya KELUAR dari TUHAN Allah. Manusia jenis kedua namanya lelaki dan perempuan. Yang disebut perempuan DIBANGUN dari tulang rusuk dan daging LELAKI. Dalam bahasa modern namanya KLONING. Yang disebut lelaki adalah manusia JENIS pertama yang diambil rusuk dan dagingnya  untuk membangun perempuan. Manusia jenis ketiga dibangun dari sperma lelaki dan telur wanita. Setelah dikandung selama sembilan bulan sepuluh hari oleh wanita lalu dilahirkan. Tubuh manusia yang dibentuk dari debu tanah adalah kemah alias cangkang yang akan aus dan mati. Namun setelah tubuhnya mati, jiwa manusia akan mengenakan cangkang baru yang kekal sifatnya.

Agama Hindu mengajarkan bahwa pada mulanya adalah ATMA atau BRAHMAN atau Shang Hyang Widhi Wisesa alias Yang Mulia Mahaesa Yang Mahamula. Atma lalu menjadikan manusia. Manusia terdiri dari tubuh dan jiwatman. Jiwatman adalah Atma yang lahir dari Brahman dan tinggal di dalam CANGKANG atau tubuh. Ketika tubuhnya mati, Jiwatman pun dilahirkan kembali (Punabbhava) dalam cangkang atau tubuh baru. Dalam tubuh seperti apakah jiwatman dilahirkan kembali? Tergantung KARMA alias perilakunya alias karya baktinya ketika hidup.

Kesamaan ajaran kr****n dan Hindu tentang manusia adalah keduanya mengajarkan bahwa manusia terdiri dari tubuh dan jiwa alias jasmani dan rohani alias roh dan daging. Perbedaannya adalah Agama kr****n mengajarkan bahwa makluk hidup beranak cucu alias berkembang biak alias MENCIPTAKAN makluk sejenisnya. Itu sebabnya jumlah makluk hidup semakin banyak dari generasi ke generasi. Agama Hindu melalui doktrin reinkarnasinya mengajarkan bahwa jumlah TOTAL makluk hidup tetap namun jumlah makluk menurut wujudnya atau jenisnya berubah-ubah karena KARMA. Doktrin reinkarnasi juga menyangkal ajaran BERKEMBANG BIAK alias BERANAKCUCU alias BERTAMBAH BANYAK.

Anicca Dukha Anatta. Anicca artinya tidak kekal. Dukha artinya susah hati. Anatta artinya an atma alias an atman alias tidak ada jiwa alias tidak ada PRIBADI. Karena tidak ada JIWA yang KEKAL maka manusia itu ibarat api unggun. Ketika api unggun mati, kayunya atau tubuhnya menjadi debu tanah sedangkan apinya PADAM alias TIDAK ada lagi. Melalui doktrin Aanicca anatta Sidharta meyakini TIDAK ada kehidupan setelah MATI.

Meskipun meyakini doktrin Anicca Dukha Anatta namun umat buddhis juga meyakini tumimbal lahir (Punabbhava) alias reinkarnasi alias dilahirkan kembali (Re birth). Karena menganut doktrin Annata (tidak ada roh; tidak ada pribadi) itu berarti yang dilahirkan kembali mustahil jiwatman (jiwa).  Ketika ditanya APA yang dilahirkan kembali? Umat Buddha pun berlagak pilon. Alih-alih menjawab pertanyaan mereka justru menceritakan PROSES kematian. Mereka bilang, ketika menghadapi kematian, seseorang akan MENGENANG (Bhavanga) perilakunya selama hidup lalu MENYADARI kematiannya sedang terjadi (cuti citta). Ketika kesadaran kematiannya (cuti citta) PADAM maka muncullah kesadaran penerusan alias kesadaran untuk melanjutkan hidup alias kesadaran untuk dilahirkan kembali (Patisandhi Vinnana – Patisandhi citta). Setelah mati maka orang itu pun dilahirkan kembali menjadi makluk sesuai dengan KARMA-nya.

Apa yang dilahirkan kembali? Yang dilahirkan kembali bukan JIWA. Lalu apa yang dilahirkan kembali? Kembali para buddhis berlagak pilon. Alih-alih menjawab pertanyaan mereka justru menjelaskan apa ituu tumimbal lahir dengan berkata, “Tumimbal lahir itu ibarat api lilin yang digunakan untuk menyalakan lilin-lilin lainnya. Api dan lilin yang digunakan untuk menyalakan tidak berpindah. Itu sebabnya tetap menyala. Lilin yang dinyalakan menyala karena kondisi memungkinkannya menyala, bukan karena mendapat warisan api dari lilin yang digunakan untuk menyalakannya.”

Kerabatku sekalian, menggunakan perumpamaan api lilin menyalakan api lilin untuk menjelaskan doktrin tumimbal lahir benar-benar dungu! Kenapa demikian? Karena lilin yang digunakan untuk menyalakan lilin lain tidak mati alias PADAM dulu ketika lilin lain menyala sedangkan orang yang tumimbal lahir mati DULU baru dilahirkan kembali. Menyalakan lilin dengan lilin justru menyangkal doktrin tumimbal lahir. Menyalakan lilin dengan lilin cocok untuk menjelaskan BERANAKCUCU alias berkembang biak. Anaknya lahir namun induknya tetap hidup dan ada.

LAGU lama JUDUL baru. Itulah yang terjadi. Judul lamanya REINKARNASI. Judul barunya adalah TUMIMBAL LAHIR. Namun lagunya tetap sama yaitu setelah MATI maka BAGIAN yang TIDAK BERWUJUD dari makluk pun MENEMPATI cangkang alias tubuh baru alias WUJUD baru. Bagian tak berwujud itu KEKAL sifatnya alias berperibadi dan PENGETAHUANNYA terus berakumulasi. Itu sebabnya diajarkan bahwa Sidharta BERSAKSI bahwa dia MENGINGAT semua WUJUD atau CANGKANG yang pernah DITEMPATINYA. Itulah BUKTI bahwa BAGIAN tidak berwujud Sidharta Gautama sifatnya PRIBADI dan KEKAL alias ADA terus dan TIDAK bercampur dengan PRIBADI orang lain alias UNIK alias the one and only. Sidharta Gautama itu KEKAL dan PRIBADI. Itu sebabnya ketika dilahirkan jadi tokek dan yang lainnya, dia tetap Sidharta Gautama. Bahkan ketika mencapai Nirwana pun dia tetap Sidharta Gautama, bukan Jokowi atau Ahok apalagi Foke. Gamblang dan tegas sekali bukan? Ajaran tumimbal lahir MENYANGKAL doktrin  Anicca (tidak kekal) dan Anatta (tidak ada roh – tidak ada pribadi).

Menurut ajaran tumimbal lahir alias reinkarnasi WUJUD nanti ditentukan oleh wujud kini dan Karma (perilaku kini) serta Bhavanga (kenangan) sebelum mati.

Wujud nanti = Wujud kini + Karma + Kenangan

Suatu makluk PASTI dilahirkan kembali menjadi DINOSAURUS bila KARMA dan BHAWANGA (KB) untuk lahir sebagai dinosaurus TERPENUHI. Makluk yang menanggung Karma dan bhawanga lahir kembali sebagai DINOSAURUS mustahil lahir kembali jadi KECOA atau TOKEK apalagi burung bangkai. Namun saat ini DINOSAURUS tidak ada lagi. Dinosaurus sudah MUSNAH! Dinosaurus sudah PUNAH!

Apabila doktrin tumimbal lahir Buddha memang LOGIS dan ILMIAH maka punahnya dinosaurus diakibatkan oleh tidak ada MAKLUK yang memenuhi Karma Bhavanga lahir sebagai dinosaurus. Andaikata doktrin Tumimbal lahir agama Buddha memang LOGIS dan ILMIAH, itu berarti SUATU saat nanti bila ada MAKLUK yang MEMENUHI syarat lahir sebagai dinosaurus maka DINOSAURUS pun akan ada LAGI di bumi ini.

Dinosaurus sudah MUSNAH. Dinosaurus sudah PUNAH. Tidak ada dinosaurus lagi di bumi ini. Bila demikian, saat ada MAKLUK yang memenuhi Karma Bhavanga lahir kembali sebagai dinosaurus, siapa yang akan MELAHIRKAN dia? Mungkinkah UJUG-UJUG muncul bayi dinosaurus dari ENTAH berentah karena ada MAKLUK yang MATI dan memenuhi Karma  Bhavanga lahir kembali sebagai dinosaurus? Ha ha ha ha ha ha …….

Apabila doktrin anatta (tidak ada roh; tidak ada pribadi) dan anicca (tidak ada yang kekal) serta tumimbal lahir memang BENAR serta LOGIS dan ILMIAH maka REINKARNASI bisa dijelaskan sebagai berikut:

ES itu anicca (tidak kekal). ES itu anatta (tidak ada rohnya). Ketika DIPANASKAN (Karma) maka ES pun tumimbal lahir alias reinkarnasi menjadi AIR. Ketika AIR dipanaskan (Karma) maka tumimbal lahirlah dia menjadi gas. Dan Ketika AIR didinginkan (karma) maka tumimbal lahirlah dia menjadi ES.

Ketika ES tumimbal lahir menjadi AIR, maka ES itu pun TIDAK ada lagi alias PUNAH alias PADAM. Kenapa tidak ada LAGI? Karena SUDAH tumimbal lahir alias reinkarnasi alias MENJELMA menjadi AIR. Karena SELURUH ES tumimbal lahir menjadi AIR.

Apabila ES dikubur lalu membusuk jadi tanah atau dibakar menjadi debu kemudian ada mata AIR menyemburkan AIR mustahil dikatakan bahwa AIR dari mata AIR tersebut adalah REINKARNASI atau tumimbal lahir dari ES yang mati lalu dikubur dan membusuk jadi tanah atau dibakar jadi debu tersebut.  Kenapa demikian? Karena ES yang dikubur itu tumimbal lahir menjadi tanah dan ES yang dibakar itu tumimbal lahir menjadi debu dan baik sebagai TANAH maupun sebagai DEBU, TANAH atau DEBU ES itu masih ada.

Apa yang terjadi ketika si Buddhis MATI? Dia TUMIMBAL lahir sebagai bangkai. Bila dikubur bangkai si Buddhis pelan-pelan tumimbal lahir menjadi menjadi TANAH si Buddhis. Bila dibakar, bangkai si Buddhis tumimbal lahir menjadi DEBU. Bila dibekukan dia tetap BANGKAI. Selama tanah atau debu atau bangkai si Buddhis masih ada MUSTAHIL menyatakan bahwa si Buddhis SUDAH dilahirkan KEMBALI. Hanya orang-orang DUNGU yang percaya DONGENG si Buddhis sudah tumimbal lahir menjadi si UCOK dengan LOGIS dan ILMIAH padahal  tanah atau debu atau bangkai si Buddhis masih utuh apa adanya.

Di bawah ini adalah DONGENG yang digunakan oleh kaum Buddhis untuk membuktikan secara LOGIS dan ILMIAH bahwa ajaran REINKARNASI alias TUMIMBAL LAHIR itu memang BENAR.

KISAH GNANATILLAKA

Gnanatillaka adalah namanya, Ia (wanita) dilahirkan pada 14 Februari 1956 di Kotamale, Sri Lanka (Ceylon). Kasus ini berawal di tahun 1960, Ketika ia berumur 4,5 tahun. Waktu itu ia berkata kepada orang tuanya, “Saya ingin bertemu dengan ayah dan ibu saya” “Kami adalah orang tuamu.” jawab ibunya. “Tidak.” Gnanatillaka bersikeras, “Saya ingin bertemu dengan ibu dan ayah saya yang sesungguhnya. Saya akan memberitahukan kamu dimana mereka tinggal. Tolong antar saya ke sana.”

Gnanatillaka menjelaskan kepada orang tuanya bagaimana menuju rumah dimana orang tuanya yang sesungguhnya tinggal. Rumah itu terletak dekat penampungan teh di Talawakele, sekitar 30 mil dari tempat tinggalnya sekarang.

Kedua orang tua itu mengabaikan cerita gadis kecilnya yang aneh. Setelah berhari-hari berlalu, Gnanatillaka tetap meminta untuk diantar menemui ibu-ayahnya yang sesungguhnya.

Segera berita itu mulai tersebar. Beberapa professor dari Universitas Ceylon dan Bhikkhu Piyadassi Maha Thera juga mengetahui cerita itu. Mereka memutuskan untuk menelitinya. Mereka mendengarkan Gnanatillaka bercerita ketika ia menjadi seorang bocah laki-laki bernama Tilakaratna. Mereka (para peneliti itu) mencatat semua keterangan. Sesuai dengan informasi yang diberikan oleh Gnanatillaka, mereka bersama-sama dengan Gnanatillaka pergi menuju kerumah yang dijelaskan oleh Gnanatillaka.

Gnanatillaka belum pernah mengunjungi rumah itu di kehidupan yang sekarang, dia juga belum pernah mengunjungi daerah lokasi rumah itu. Juga kedua keluarga itu tidak saling kenal satu sama lain dan tidak saling mengetahui kehidupan masing-masing.

Ketika Gnanatillaka dan para peneliti itu memasuki rumah itu, Gnanatillaka memperkenalkan para professor kepada kedua orang tua dirumah itu. “Ini adalah ayah dan ibu saya yang sebenarnya.” Lalu ia juga mengenalkan adik laki-lakinya dan kakak-kakak perempuannya. Gnanatillaka menyebut nama-nama kecil saudara-saudarinya dengan tepat.

Lalu kedua orang tua Gnanatillaka di kehidupan sebelumnya itu diwawancarai. Mereka menjelaskan sifat dan kebiasaan anak laki-laki mereka yang telah meninggal pada 9 November 1954. Ketika Gnanatillaka melihat bekas adik laki-lakinya dalam kehidupan lampau, ia menolak bertemu atau berbicara dengannya. Kemudian orang tua Gnanatillaka di kehidupan lampau menjelaskan bahwa kedua bersaudara itu selalu berkelahi dan bertengkar. Mungkin Gnanatillaka masih menyimpan dendam dari kehidupannya yang lampau ketika dia menjadi seorang anak laki-laki.

Ketika kepala sekolah setempat mendengar cerita tersebut, ia sendiri datang berkunjung. Ketika kepala sekolah memasuki rumah, Gnanatillaka memperkenalkannya sebagai gurunya.

Gnanatillaka juga dapat mengingat pelajaran-pelajaran dan pekerjaan rumah yang diberikan kepadanya ketika ia menjadi anak laki-laki dikehidupan sebelumnya.

Gnanatillaka juga dapat menunjukkan tempat pemakaman dimana ia dimakamkan di kehidupannya yang terdahulu sebagai seorang anak laki-laki.

Dengan cepat cerita Gnanatillaka tersebar luas. Seorang peneliti spesialis kasus kelahiran kembali, Dr. Ian Stevenson dari Universitas Virginia, terbang dari Amerika ke Ceylon untuk menyelidiki kasus itu. Setelah penyelidikannya, Dr.Ian mengatakan bahwa kasus Gnanatillaka adalah salah satu peristiwa kelahiran kembali yang terbaik, baik segi bukti maupun dari aspek psikologis.

Sebuah buku menarik tentang kasus Gnanatillaka diterbitkan dalam bahasa Sinhala di Ceylon. Buku ini menyajikan foto-foto berserta bukti-bukti dokumentasi yang berhasil dikumpulkan.

Bengcu Menggugat:

Kerabatku sekalian, haruskah kita berakata, “WOW …..” begitu atas dongeng reinkarnasi tersebut di atas? Ha ha ha ha …… katakan saja, “HOAX!” begitu. Ha ha ha ha ha ha ……

Anak lelaki itu meninggal 9 November 1954 sedangkan Gnanatillaka lahir 14 Februari 1956. Jumlah hari antara hari kematian anak lelaki itu dan hari kelahiran Gnanatillaka adalah 462 hari. Rata-rata manusia dikandung selama 280 hari. Itu berarti ada selisih 192 hari. Pertanyaannya adalah selama 192 hari anak lelaki itu alias Gnanatillaka luntang lantung ke mana? Jangan-jangan dia tumimbal lahir sebagai tokek dulu kayak Sidharta Gautama? Pada hari ke 192 dia dipatok burung bangkai lalu  tumimbal lahir lagi menjadi Gnanatillaka? Ha ha ha ha ha ha …… LOGIS dan ILMIAH? Ha ha ha ha ha ha … FIKSI ILMIAH lah yao!

58
Pengalaman Pribadi / Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« on: 08 December 2012, 12:27:00 PM »
Entah kenapa saya tidak menilai/menyoroti sikap Yamaoka Tesshu.

Bagi saya justifikasi (menjatuhkan vonis, membenarkan, atau menyalahkan) justrYamaoka Tesshuu menunjukkan 2 hal:
1. Menguatkan pandangan 'Atta' (adanya sosok "diluar sana" yang sejati/hakiki berdiri sendiri, dalam hal ini Yamaoka Tesshu). Sebenarnya (secara hakiki) yang ada cuma amarah (tidak perlu disimpulkan bahwa itu adalah kesombongan, niat ingin pamer, dsb).
2. Membiasakan diri kita dalam mengatai/membicarakan (menilai/memvonis seseorang). Coba perhatikan secara seksama sikap dan ciri orang bijak/suci, jarang sekali mereka memvonis sesuatu (seseorang/kelompok) secara asumtif/prasangka dalam subyektifitas mereka. Cukup (seperti poin 1) kita menilai reaksi yang muncul (yaitu marah/bereaksi), tanpa perlu dilabeli bahwa si A itu "begini-begitu", si B "begitu-begini", dst.

Sungguh (secara jujur) saya benar-benar tidak memperhatikan "makna cerita" bahwa Yamaoka sombong, dsb. Bagaimana hal itu luput dari perhatian saya, saya benar-benar tidak paham/mengerti.

Ada indikasi ketiga (lanjutan poin 1 dan 2), dalam korelasi dengan Sunyata, tapi saya lewatkan dulu (mungkin terlalu dalam untuk disampaikan sekarang). Intinya, jika kita tidak memiliki karma "X", tidak mungkin kita bisa menilai/mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan karma "X" tersebut.

Untuk saudara CHANGE, apakah di dunia ini yang bukan persepsi?

Apa benar ada gempa bumi di luar sana? Apa benar presiden AS namanya Barack Obama?

Bagi Anda 'mungkin' itu bukan persepsi.

Mari kita dalami, shall we? :)

 _/\_

Cerita Zen adalah netral, tujuan disajikan cerita adalah untuk meminta pandangan Bro yang telah menyelami secara bathin “ apa itu kosong = isi dan isi = kosong.” Dan secara jujur saya belum menyelami bahkan tidak mengerti, dan menurut saya sangat susah. Dan topic ini diangkat oleh Bro, sekarang Bro mengatakan bahwa indikasi ketiga ini terlalu dalam untuk dibahas dan di skip dulu.

Jadi apa lagi yang mau dbahas, karena memang inti cerita yang mau dibahas adalah :

1.   Yang mengaku telah menyelami sunyata ternyata masih bisa sombong (Yamaoka Tesshu), dan kesombongan inilah yang selalu menjadi biang untuk menjustifikasi pandangan orang lain contohnya timbul kemarahan karena merasa “AKU” nya direndahkan, memamerkan kemampuannya, dsb

2.   Sedangkan yang bertanya “"Dari  manakah kemarahan ini bersumber?" apakah termasuk orang yang lebih menyelami “ apa itu kosong = isi dan isi = kosong” (Dokuon). Apakah Dokuon berpikir bahwa marah = tidak marah dan tidak marah = marah atau tidak berpikir demikian. Apakah AKU si Dokuon sedang bereaksi atau sebaliknya AKU si Yamoka yang bereaksi ?

Apakah tulisan Bro diatas ( bold merah ), tidak termasuk menjustifikasi ?

Jawaban sederhana saya mungkin hanya “ BEDA PERSEPSI “

OK, saya tidak melanjutkan diskusi yang menarik ini, karena hasil akhirnya HANYA PERSEPSI

 _/\_

59
Pengalaman Pribadi / Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« on: 07 December 2012, 09:08:57 AM »

Jadi, relevan dengan konsep yang dia sampaikan sebelumnya, bahwa segala sesuatu tiada. Tiada tapi ada karena manusia yang mempunyai persepsi. Demikian juga dengan marah (reaksi) dia, sebenarnya tiada namun Dokuon (dan manusia lain) yang mempersepsikan itu sebagai marah.



Jika di lihat alur cerita, Yamaoka Tesshu membanggakan pencapaiannya dalam hal “sunyata”, kemudian mendapat cobaan dari Dokuon dengan pipa rokok, sehingga timbul kemarahan ( reaksi muncul ), kemudian Dokuon dengan sindiran  "Dari  manakah kemarahan ini bersumber?"

Apakah jawaban bro ingin menjelaskan marah = tidak marah hanya karena persepsi ?

Sehingga isi = kosong dan kosong = isi hanya karena persepsi ?

Benarkah demikian ?

 _/\_

60
Pengalaman Pribadi / Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« on: 06 December 2012, 08:52:52 AM »
Sunyata
 
Yamaoka   Tesshu,   sebagai   seorang   pelajar   muda  Zen, mengunjungi satu per satu guru. Ia  mendatangi  Dokuon  dari Shokoku.
 
Dengan   maksud   menunjukkan   pencapaiannya,  ia  berkata, "Pikiran, Buddha, dan makhluk berindera, semuanya tidak ada. Sifat  sebenarnya dari semua fenomena ialah kehampaan. Tidak ada penyadaran, tiada khayalan,  tiada  orang  bijak,  tiada
orang   awam.   Tidak  ada  pemberian  dan  tidak  ada  yang diterima."
 
Dokuon, yang  secara  diam-diam  merokok,  tidak  mengatakan apa-apa.  Tiba-tiba,  ia  memukul  Yamaoka dengan pipa rokok bambunya. Ini membuat pemuda itu cukup marah.
 
"Jika  tidak  ada  apa-apa,"  jelas  Dokuon,  "Dari  manakah kemarahan ini bersumber?"
 
---------------------
Daging ZEN Tulang ZEN,Bunga Rampai Karya Tulis Pra-Zen dan Zen



Saya hanya mengutip cerita Zen sebagai contoh mengenai kosong dan bagaimana pandangan dari Bro Sunya atas pencapaian oleh dua orang diatas yakni Yamaoka   Tesshu dan Dokuon untuk menjelaskan mengenai kosong = isi dan isi = kosong.

 _/\_


Pages: 1 2 3 [4] 5 6 7 8 9 10 11 ... 40
anything