//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha  (Read 50484 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #75 on: 06 January 2010, 10:58:15 PM »
Quote
Sang Buddha menyatakan bahwa Planet Bumi yang padat ini terbentuk dari zat cair,dan zat cair terbentuk dari zat gas
dikatakan bahwa dalam udara memang ada air.....itu terbukti dimana singapura mampu memproduksi air siap minum dengan dispenser nya...

hal ini tentu sejalan dengan sains.. tapi masalah ukuran yg nyata-nyata salah......sy rasa tidak semua Kitab komentar layak di benarkan karena Mereknya.
tapi kalau mau di kaji...ternyata kitab komentar itu ada yang salah, benar juga tentu ada.....yg jelas fakta nya salah..

mengenai angka 84.000...apabila dikatakan tak terhingga saya juga kurang setuju...
jadi kalau masalah usia manusia rata-rata 84.000 itu gimana? apa dikatakan tak terhitung?

kemudian syair nya pula...
”Dari semua Dhamma yang Saya hafalkan, 82.000 Dhammakhandha Saya pelajari langsung dari Sang Buddha sendiri; sedangkan 2.000 Dhammakhandha dari para bhikkhu, sehinga seluruhnya berjumlah 84.000 Dhammakhandha. ”

jadi saya kira angka 84.000 dikatakan banyak tentu memang banyak....tapi kalau di anggap tak terhitung..saya kira salah besar tuh.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #76 on: 06 January 2010, 11:04:46 PM »
yang kurang pas itu di paling atas, coba baca dari awal :D

visuddhi magga adalah kitab komentar.

kitab komentar tidak sama dengan tipitaka.

ic thanks infonya om apin.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #77 on: 07 January 2010, 07:45:58 AM »
Visuddhi-magga mengatakan diameter bulan itu 49 yojana dan diameter matahari 50 yojana.

Abhidharmakosa mengatakan diameter bulan itu 50 yojana dan diameter matahari 51 yojana.

Bayangkan diameter matahari dan bulan cuma beda 1 yojana, padahal 1 yojana = 10 km.

Secara perhitungan saja sudah salah.
50 yojana x 10 km = 500 km (kira2 diameter matahari / bulan)

Padahal kita tahu diameter bulan itu sekitar 3500 km dan matahari jauh lebih besar lagi.

Jarak antara bulan dan bumi yaitu 42,000 yojana memang sesuai dengan sains, seperti dalam buku bro. Ivan Taniputera.

Namun masalahnya jarak bumi dengan matahari menurut Buddhis juga 42,000 yojana, lebih sedikit (satu sumber mengatakan 8000 wah saja), padahal kita tahu bahwa jarak bumi dan matahari ya jauh sekali.

Bagaimana menurut pendapat temen2?

Kalau menurut Dalai Lama:

"Jika kita meneliti secara ilmiah,.. contohnya matahari dan bulan. Aku tidak ingat berapa persisnya, namun diameter matahari jauh lebih besar daripada bulan. Kita dapat melihatnya dengan persepsi visual yang valid; ini telah dapat dilihat kasat mata. Namun, Abhidharmakosa mengatakan bahwa diameter bulan 50 yojana dan matahari 51 yojana - hanya bebreda 1 yojana."

"Ketika Abhidharmakosa berkata bahwa diameter bulan dan matahari adalah 50 dan 51 yojana, maka ini harus disangkal sebagai makna yang perlu diinterpretasi. Untuk mengatakan 'apa yang kita lihat dalam konteks perhitungan matematis bukanlah permasalahan di sini - ini adalah penampakan yang menipu - dan apa yang dikatakan Vasubandhu di dalam Kosha tentang diameter 50 dan 51 yojana itu adalah benar', kita tentu tidak dapat berkata seperti itu. Ini adalah sikap Buddhis yang mendasar: bila ada penemuan sains yang telah dibuktikan, kita harus menerimanya."

 _/\_
The Siddha Wanderer

Bro Gandalf saya telah membaca Visuddhi Magga, saya tidak ingat dimana dikatakan bahwa diameter matahari hanya 50 yojana? mungkin halamannya? Terima kasih.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #78 on: 07 January 2010, 07:51:34 AM »
Pun ada lagi yang menarik untuk didiskusikan:

Di mana letak Gunung Meru [Sumeru]?

Kalau dikatakan Sumeru = Everest maka ini terlalu berlebihan karena tinggi Sumeru itu 84000 yojana sedangkan Everest paling cuma 800 yojana.

Ada yang mengatakan Sumeru itu simbolisasi Kutub Utara [North Pole] - Kutub Selatan. Ini juga nggak cocok. Diameter bumi [Utara-Selatan] itu 12756.32 kilometer alias nggak sampe 84000 yojana.

Ada yang mengatakan Gunung Sumeru itu di tengah-tengah sistem tata surya ini, di tengah matahari. Simbol pusat alam semesta. Axis Mundi. Secara jarak ini yg paling bisa diterima.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Untuk beberapa lama saya bingung dengan gunung Maha meru ini, sampai kemudian seorang guru medittasi yang cukup terkenal mengatakan bahwa Mahameru tidak kasatmata. Seketika pengertian saya nyambung, hal ini sama seperti istana dewa Catumaharajika diatas pohon yang tak nampak, tetapi ada.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #79 on: 07 January 2010, 09:06:39 AM »
Pun ada lagi yang menarik untuk didiskusikan:

Di mana letak Gunung Meru [Sumeru]?

Kalau dikatakan Sumeru = Everest maka ini terlalu berlebihan karena tinggi Sumeru itu 84000 yojana sedangkan Everest paling cuma 800 yojana.

Ada yang mengatakan Sumeru itu simbolisasi Kutub Utara [North Pole] - Kutub Selatan. Ini juga nggak cocok. Diameter bumi [Utara-Selatan] itu 12756.32 kilometer alias nggak sampe 84000 yojana.

Ada yang mengatakan Gunung Sumeru itu di tengah-tengah sistem tata surya ini, di tengah matahari. Simbol pusat alam semesta. Axis Mundi. Secara jarak ini yg paling bisa diterima.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Untuk beberapa lama saya bingung dengan gunung Maha meru ini, sampai kemudian seorang guru medittasi yang cukup terkenal mengatakan bahwa Mahameru tidak kasatmata. Seketika pengertian saya nyambung, hal ini sama seperti istana dewa Catumaharajika diatas pohon yang tak nampak, tetapi ada.

 _/\_
jadi gunung maha meru itu letak nya di alam dewa kah?
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #80 on: 07 January 2010, 09:24:42 AM »
Quote
Sang Buddha menyatakan bahwa Planet Bumi yang padat ini terbentuk dari zat cair,dan zat cair terbentuk dari zat gas
dikatakan bahwa dalam udara memang ada air.....itu terbukti dimana singapura mampu memproduksi air siap minum dengan dispenser nya...

hal ini tentu sejalan dengan sains.. tapi masalah ukuran yg nyata-nyata salah......sy rasa tidak semua Kitab komentar layak di benarkan karena Mereknya.
tapi kalau mau di kaji...ternyata kitab komentar itu ada yang salah, benar juga tentu ada.....yg jelas fakta nya salah..

mengenai angka 84.000...apabila dikatakan tak terhingga saya juga kurang setuju...
jadi kalau masalah usia manusia rata-rata 84.000 itu gimana? apa dikatakan tak terhitung?

kemudian syair nya pula...
”Dari semua Dhamma yang Saya hafalkan, 82.000 Dhammakhandha Saya pelajari langsung dari Sang Buddha sendiri; sedangkan 2.000 Dhammakhandha dari para bhikkhu, sehinga seluruhnya berjumlah 84.000 Dhammakhandha. ”

jadi saya kira angka 84.000 dikatakan banyak tentu memang banyak....tapi kalau di anggap tak terhitung..saya kira salah besar tuh.

Kita memang tidak perlu melakukan pembenaran terhadap perhitungan di kitab komentar ini. Saya lebih memilih bersikap objektif dengan berpendapat bahwa mungkin saja perhitungan di kitab komentar didasari oleh sudut perhitungan yang berbeda dengan perhitungan astronomi barat.

Mengenai angka 84.000, memang masih belum bisa dipastikan sebagai "angka pasti" atau "angka kiasan". Sejauh ini, banyak teman-teman Buddhis yang berpendapat bahwa fenomena bunga bermekaran menjelang Maha Parinibbana adalah fenomena alam. Sedangkan saya menilai bahwa fenomena itu adalah makna kiasan dari umat-umat yang memberikan banyak persembahan bunga. Demikian juga mengenai angka 84.000 ini. Menurut saya, penggunaan angka seperti ini tidak bisa dipukul rata sebagai "angka pasti" saja; ataupun sebagai "angka kiasan" saja. Ada koridor tertentu untuk menetapkan makna angka 84.000 ini. Tapi kalau sudah begini, sepertinya malah jadi main tafsir. :)

Mengenai usia manusia, memang demikianlah. Dalam mitologi Buddhisme, batas usia manusia (makhluk manussa) memang tidak terbatas. Tidak seperti makhluk deva dan makhluk brahma yang memiliki batasan usia yang jelas.

Dari kesimpulan-kesimpulan ini, kita memang tidak perlu ngotot bahwa kitab komentar atau Tipitaka pasti 100% benar. Dalam Kalama Sutta, Sang Buddha sendiri menyatakan bahwa jangan langsung percaya pada apa yang tertulis di kitab. Karena kitab bisa saja salah; jadi kita tidak perlu naif dengan membenarkan apa yang mungkin saja salah dari literatur Buddhis.

Inilah unik dan demokratisnya dari Buddhisme. Tidak ada ancaman dalam mengritik isi kitab. Tidak ada larangan untuk tidak mempercayai isi kitab. Seumpamanya ada kekeliruan dalam isinya, kita tidak perlu menghibur diri dengan pendapat bahwa kitab pasti selalu benar. Justru setelah mengetahui adanya kekeliruan di kitab, seharusnya senyum kita mengembang: "ternyata pandangan kita tidak melekat pada tulisan semata".

:)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #81 on: 07 January 2010, 02:27:18 PM »
Pun ada lagi yang menarik untuk didiskusikan:

Di mana letak Gunung Meru [Sumeru]?

Kalau dikatakan Sumeru = Everest maka ini terlalu berlebihan karena tinggi Sumeru itu 84000 yojana sedangkan Everest paling cuma 800 yojana.

Ada yang mengatakan Sumeru itu simbolisasi Kutub Utara [North Pole] - Kutub Selatan. Ini juga nggak cocok. Diameter bumi [Utara-Selatan] itu 12756.32 kilometer alias nggak sampe 84000 yojana.

Ada yang mengatakan Gunung Sumeru itu di tengah-tengah sistem tata surya ini, di tengah matahari. Simbol pusat alam semesta. Axis Mundi. Secara jarak ini yg paling bisa diterima.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Untuk beberapa lama saya bingung dengan gunung Maha meru ini, sampai kemudian seorang guru medittasi yang cukup terkenal mengatakan bahwa Mahameru tidak kasatmata. Seketika pengertian saya nyambung, hal ini sama seperti istana dewa Catumaharajika diatas pohon yang tak nampak, tetapi ada.

 _/\_
jadi gunung maha meru itu letak nya di alam dewa kah?

Kalau tidak salah istana dewa-dewa Tavatimsa ada di gunung Mahameru.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #82 on: 24 April 2012, 09:24:48 AM »
BTW, saya ada pertanyaan mengenai kosmologi temporal (dari sisi waktu)..

http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhist_cosmology#Vivartasth.C4.81yikalpa

dikatakan para Buddha sebelumnya dalam kalpa ini (Kakusandha Buddha, Koṇāgamana Buddha, Kassapa Buddha) juga orang2 di masa mereka memiliki umur yang sangat panjag (40rb-an) dan badan tinggi dan besar, dan selalu di sekitar Nepal. Tapi, sampai sekarang masih belum ada bukti arkeologi (mis tulang belulang para manusia raksasa, atau bekas2 kebudayaan orang yg hidup sangat panjang). Jadi, apakah cerita2 tersebut benar, kenapa tidak ada bukti arkeologi ? apakah di bumi ?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #83 on: 24 April 2012, 09:59:25 AM »
BTW, saya ada pertanyaan mengenai kosmologi temporal (dari sisi waktu)..

http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhist_cosmology#Vivartasth.C4.81yikalpa

dikatakan para Buddha sebelumnya dalam kalpa ini (Kakusandha Buddha, Koṇāgamana Buddha, Kassapa Buddha) juga orang2 di masa mereka memiliki umur yang sangat panjag (40rb-an) dan badan tinggi dan besar, dan selalu di sekitar Nepal. Tapi, sampai sekarang masih belum ada bukti arkeologi (mis tulang belulang para manusia raksasa, atau bekas2 kebudayaan orang yg hidup sangat panjang). Jadi, apakah cerita2 tersebut benar, kenapa tidak ada bukti arkeologi ? apakah di bumi ?

Apakah anda punya data, berapa umur tertua dari suatu bukti arkeologis? adakah bukti arkeologis dari sesuatu yg berasal dari milyaran tahun yg lalu?

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #85 on: 24 April 2012, 01:19:48 PM »

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #86 on: 24 April 2012, 01:36:14 PM »
1. saya gak bilang sesuatu milyaran.. but since you asked, u meant this ? http://en.wikipedia.org/wiki/Age_of_the_Earth
2. hasil arkeologi tentang kehidupan tertua (multi-cellular) di bumi, adalah yg dari zaman sekitar sini : http://en.wikipedia.org/wiki/Earth_history#Phanerozoic_Eon .. (mulai dari Paleozoic Era) ? hasil arkeologi tentang barang2 zaman Paleozoic Era sampai sekarang tidak ditemukan fosil atau artifak 'manusia raksasa yang berkebudayaan dan memiliki hidup lama' ?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #87 on: 24 April 2012, 01:54:45 PM »
1. saya gak bilang sesuatu milyaran.. but since you asked, u meant this ? http://en.wikipedia.org/wiki/Age_of_the_Earth
2. hasil arkeologi tentang kehidupan tertua (multi-cellular) di bumi, adalah yg dari zaman sekitar sini : http://en.wikipedia.org/wiki/Earth_history#Phanerozoic_Eon .. (mulai dari Paleozoic Era) ? hasil arkeologi tentang barang2 zaman Paleozoic Era sampai sekarang tidak ditemukan fosil atau artifak 'manusia raksasa yang berkebudayaan dan memiliki hidup lama' ?


saya memahami ref yg anda tampilkan itu sebagai suatu hipotesa bukan bukti. dan kesimpulan bahwa "tidak ditemukan" berarti "tidak ada" sepertinya kok kedengaran sangat tidak ilmiah ya? Rujukan anda tentang Paleozoic Era itu juga hanya dalam kisaran ratusan juta tahun lalu (from 542 to 251 Ma), bandingkan dengan masa para buddha yg anda pertanyakan itu yg mungkin jauh lebih lama dari itu. ketidakmampuan teknologi dalam membuktikan tidak bisa disimpulkan bahwa itu tidak benar atau tidak ada.

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #88 on: 25 April 2012, 10:06:46 AM »
ok, berarti secara ringkas, maksud Anda :
- blom ditemukan, jadi masih ada kemungkinan bisa ya atau tidak.
- kemungkinan mereka adalah di masa sebelum dari masa fosil-fosil yang ditemukan (mis sebelum masa Paleozoic)

Tapi supaya gak ada salah paham, saya tidak menyimpulkan para Buddha tersebut itu tidak ada, saya hanya mempertanyakan keberadaan mereka dan peradaban mereka berdasarkan apa (pengetahuan dan teknologi) yang kita (manusia) miliki sekarang, dan apa kemungkinan penjelasan yang mungkin kita berikan sekarang. Karena pertanyaan ini kadang2 agak menganjal hati saya. Cheers !

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #89 on: 25 April 2012, 10:15:33 AM »
ok, berarti secara ringkas, maksud Anda :
- blom ditemukan, jadi masih ada kemungkinan bisa ya atau tidak.
- kemungkinan mereka adalah di masa sebelum dari masa fosil-fosil yang ditemukan (mis sebelum masa Paleozoic)

Tapi supaya gak ada salah paham, saya tidak menyimpulkan para Buddha tersebut itu tidak ada, saya hanya mempertanyakan keberadaan mereka dan peradaban mereka berdasarkan apa (pengetahuan dan teknologi) yang kita (manusia) miliki sekarang, dan apa kemungkinan penjelasan yang mungkin kita berikan sekarang. Karena pertanyaan ini kadang2 agak menganjal hati saya. Cheers !


selama anda tidak bisa membuktikan adalah sah-sah saja untuk mengambil kesimpulan sementara bahwa itu tidak ada, hingga suatu penemuan membuktikan sebaliknya. karena tanpa bukti itu pun anda tetap bisa mempraktikkan inti ajaran para Buddha itu, yaitu memahami dukkha, melenyapkan sumber dukkha, merealisasi lenyapnya dukkha, dan mengembangkan jalan menuu lenyapnya dukkha.