//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha  (Read 50418 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« on: 31 December 2009, 12:31:29 PM »
Visuddhi-magga mengatakan diameter bulan itu 49 yojana dan diameter matahari 50 yojana.

Abhidharmakosa mengatakan diameter bulan itu 50 yojana dan diameter matahari 51 yojana.

Bayangkan diameter matahari dan bulan cuma beda 1 yojana, padahal 1 yojana = 10 km.

Secara perhitungan saja sudah salah.
50 yojana x 10 km = 500 km (kira2 diameter matahari / bulan)

Padahal kita tahu diameter bulan itu sekitar 3500 km dan matahari jauh lebih besar lagi.

Jarak antara bulan dan bumi yaitu 42,000 yojana memang sesuai dengan sains, seperti dalam buku bro. Ivan Taniputera.

Namun masalahnya jarak bumi dengan matahari menurut Buddhis juga 42,000 yojana, lebih sedikit (satu sumber mengatakan 8000 wah saja), padahal kita tahu bahwa jarak bumi dan matahari ya jauh sekali.

Bagaimana menurut pendapat temen2?

Kalau menurut Dalai Lama:

"Jika kita meneliti secara ilmiah,.. contohnya matahari dan bulan. Aku tidak ingat berapa persisnya, namun diameter matahari jauh lebih besar daripada bulan. Kita dapat melihatnya dengan persepsi visual yang valid; ini telah dapat dilihat kasat mata. Namun, Abhidharmakosa mengatakan bahwa diameter bulan 50 yojana dan matahari 51 yojana - hanya bebreda 1 yojana."

"Ketika Abhidharmakosa berkata bahwa diameter bulan dan matahari adalah 50 dan 51 yojana, maka ini harus disangkal sebagai makna yang perlu diinterpretasi. Untuk mengatakan 'apa yang kita lihat dalam konteks perhitungan matematis bukanlah permasalahan di sini - ini adalah penampakan yang menipu - dan apa yang dikatakan Vasubandhu di dalam Kosha tentang diameter 50 dan 51 yojana itu adalah benar', kita tentu tidak dapat berkata seperti itu. Ini adalah sikap Buddhis yang mendasar: bila ada penemuan sains yang telah dibuktikan, kita harus menerimanya."

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 31 December 2009, 12:38:05 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #1 on: 31 December 2009, 02:31:49 PM »
itu kan pendapat pribadi/komentar/penjelasan dari budhagosa kan?
There is no place like 127.0.0.1

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #2 on: 31 December 2009, 02:35:38 PM »
Iya, yang Visuddhi-magga. Kalau yang Abhidharmakosa ditulis Vasubandhu.

Ya memang tidak dikatakan sendiri oleh Sang Buddha.  :))

Tp apakah seseorang dengan pencapaian spiritual seperti YA Buddhagosa dan YA Vasubandhu masih bisa keliru?

Apakah Buddhagosa sudah Arhat?  ::)  ::)

Kalau waktu Vasubandhu nulis Abhidharmakosa, setahu saya beliau mmg belum tercerahkan sempurna dan belum masuk jalan Mahayana.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 31 December 2009, 02:37:32 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #3 on: 31 December 2009, 02:43:56 PM »
Soal Buddhghosa sendiri kan masih diperdebatkan. ada yg bilang bahkan dia bukan seorang "buddhis".

Belum pernah tahu sih ada pernyataan "resmi" bahwa beliau2x itu arahant. mungkin cuma tuduhan (baca: dugaan) orang bahwa mereka adalah arahant.

terlepas dari itu, memang arahant tahu ukuran matahari  ???
There is no place like 127.0.0.1

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #4 on: 31 December 2009, 02:47:51 PM »
Vasubandhu dan Buddhagosa bukan tukang ukur tanah dari BPN jadi wajar2 saja salah karena hitungnya pake perkiraan bukan menggunakan meteran.  ;D
Dan bisa juga intrepertasi yojana ke KM jaman sekarang ada perbedaan dari yang aslinya.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #5 on: 31 December 2009, 02:52:32 PM »
Bisa aja tahu, kan kalau punya dibbacakkhu, bisa liat langsung ukuran sebenarnya gimana.  :))

Saya kira Visuddhimagga memang jelas-jelas merupakan karya Buddhis, dilihat dari isinya yg sangat Buddhis.

Dan tampaknya pula, Visuddhimagga ini juga dijadikan acuan pembahasan persamaan Buddhisme dan Sains (tentang pembentukan dan penghancuran dunia seperti yang ada di buku Kosmologi Buddhisme yang sdh ada di DC) dan panduan meditasi pula.

Rasanya ironis juga mengetahui bahwa buku yang isinya diambil karena sejalan dengan sains, ternyata juga memiliki isi yang bertentangan dengan sains. Tapi yah, memang bisa dimaklumi.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #6 on: 31 December 2009, 02:54:14 PM »
jarak bulan - bumi 42.000 yojana, apakah bersumber dari Vasubandhu dan Buddhagosa juga?

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #7 on: 31 December 2009, 02:56:24 PM »
Quote
arak bulan - bumi 42.000 yojana, apakah bersumber dari Vasubandhu dan Buddhagosa juga?

Bukan, dari Salistamba Sutra sabda Buddha. Kalau yang matahari belum nemu yang langsung dari Buddha.

Yang jarak matahari dapetnya di karya Theravada Thai, Tribhumikatha.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #8 on: 31 December 2009, 02:57:27 PM »

terlepas dari itu, memang arahant tahu ukuran matahari  ???

Betul.
Arahat adalah orang yg tercerahkan, terbebas dari dukkha, batinnya telah terbebas dari terkondisian.
Tapi Arahat bukan maha tahu.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #9 on: 31 December 2009, 02:58:03 PM »
Quote
arak bulan - bumi 42.000 yojana, apakah bersumber dari Vasubandhu dan Buddhagosa juga?

Bukan, dari Salistamba Sutra sabda Buddha. Kalau yang matahari belum nemu yang langsung dari Buddha.

Yang jarak matahari dapetnya di karya Theravada Thai, Tribhumikatha.

 _/\_
The Siddha Wanderer


Thanks Bro Gandalf.
Menarik untuk didiskusikan...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #10 on: 31 December 2009, 03:01:27 PM »
Quote
Dan bisa juga intrepertasi yojana ke KM jaman sekarang ada perbedaan dari yang aslinya.

Kalau begitu, jadinya kan Sabda Sang Buddha tentang jarak bumi- bulan jd keliru? Soalnya kan pake patokan 10 km?

Banyak interpretasi 1 yojana, tapi kebanyakan ya deket2

Ada yg bilang 7-10 km, ada yang bilang 13 - 16 km. Tp yg lebih dari itu belum nemu.

Quote
Betul.
Arahat adalah orang yg tercerahkan, terbebas dari dukkha, batinnya telah terbebas dari terkondisian.
Tapi Arahat bukan maha tahu.

Kalau pakai Dibbacakkhu?

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 31 December 2009, 03:19:32 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #11 on: 31 December 2009, 03:13:01 PM »
Pun ada lagi yang menarik untuk didiskusikan:

Di mana letak Gunung Meru [Sumeru]?

Kalau dikatakan Sumeru = Everest maka ini terlalu berlebihan karena tinggi Sumeru itu 84000 yojana sedangkan Everest paling cuma 800 yojana.

Ada yang mengatakan Sumeru itu simbolisasi Kutub Utara [North Pole] - Kutub Selatan. Ini juga nggak cocok. Diameter bumi [Utara-Selatan] itu 12756.32 kilometer alias nggak sampe 84000 yojana.

Ada yang mengatakan Gunung Sumeru itu di tengah-tengah sistem tata surya ini, di tengah matahari. Simbol pusat alam semesta. Axis Mundi. Secara jarak ini yg paling bisa diterima.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #12 on: 31 December 2009, 03:19:44 PM »
Quote
Bisa aja tahu, kan kalau punya dibbacakkhu, bisa liat langsung ukuran sebenarnya gimana.  laugh

Keknya dibacakhunya ngak secanggih meteran digital deh ( seperti teropong diarahkan ke objek langsung keluar angka).   ^-^

Quote
Kalau begitu, jadinya kan Sabda Sang Buddha tentang jarak bumi- bulan jd keliru? Soalnya kan pake patokan 10 km?

Banyak interpretasi 1 yojana, tapi kebanyakan ya deket2

Ada yg bilang 7-10 km, ada yang bilang 13 - 16 km. Tp yg lebih dari itu belum nemu.

Nah mungkin ada intrepertasi yojana lain yg lebih dan belum ketemu itu. :))

Belum lagi dari masa Sang Buddha sampai masa sekarang ada perubahan waktu rotasi yg berimplikasi pada jarak selama masa itu. Coba kumpulin sejarah perubahan yang terjadi pada tata Surya dari jaman Sang Buddha sampai sekarang, lalu sejarah tentang yojana dengan referensi2 akurat sesuai jaman bersangkutan. Baru bisa diketahui ketepatannya secara scientific.

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #13 on: 31 December 2009, 03:21:51 PM »
Tapi................ bulan dan matahari cuma beda 1 yojana aja sudah pasti nggak saintifik la.....hehe... dipikir dengan akal sehat ya juga nggak mungkin.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #14 on: 31 December 2009, 03:23:55 PM »
Quote
Bisa aja tahu, kan kalau punya dibbacakkhu, bisa liat langsung ukuran sebenarnya gimana.  laugh

Keknya dibacakhunya ngak secanggih meteran digital deh ( seperti teropong diarahkan ke objek langsung keluar angka).   ^-^

Quote
Kalau begitu, jadinya kan Sabda Sang Buddha tentang jarak bumi- bulan jd keliru? Soalnya kan pake patokan 10 km?

Banyak interpretasi 1 yojana, tapi kebanyakan ya deket2

Ada yg bilang 7-10 km, ada yang bilang 13 - 16 km. Tp yg lebih dari itu belum nemu.

Nah mungkin ada intrepertasi yojana lain yg lebih dan belum ketemu itu. :))

Belum lagi dari masa Sang Buddha sampai masa sekarang ada perubahan waktu rotasi yg berimplikasi pada jarak selama masa itu. Coba kumpulin sejarah perubahan yang terjadi pada tata Surya dari jaman Sang Buddha sampai sekarang, lalu sejarah tentang yojana dengan referensi2 akurat sesuai jaman bersangkutan. Baru bisa diketahui ketepatannya secara scientific.



Ujung2nya diskusi ini ngasih pe-er buat malam taon baru... :))

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #15 on: 31 December 2009, 03:28:52 PM »
Tapi................ bulan dan matahari cuma beda 1 yojana aja sudah pasti nggak saintifik la.....hehe... dipikir dengan akal sehat ya juga nggak mungkin.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Yang keluarin pernyataan ini kan Arahat, mungkin Beliau melihat pake dibbacakkhu sehingga memang dilihat jelas, cuman saja Sang Arahat salah mengira2 jaraknya (mungkin cakkhu-nya dari posisi bumi sehingga bulan dan matahari pada saat itu nggak beda jauh size nya) :))

Itu kalau yg keluarin pernyataan ini udah Arahat, kalau bukan Arahat?

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #16 on: 31 December 2009, 03:31:12 PM »
Tapi................ bulan dan matahari cuma beda 1 yojana aja sudah pasti nggak saintifik la.....hehe... dipikir dengan akal sehat ya juga nggak mungkin.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Betul, makanya disana kita tahu bahwa ukuran itu adalah perkiraan sehingga tidak pasti seperti pengukuran yang diukur dari meteran BPN/digital nan canggih.

Kalo saya sih malah mau bertanya, apakah Buddha ngerti matematika(alogaritma,kuadrat, sinus kosinus dsb), biologi, fisika dan kimia bahkan pengetahuan buat pesawat terbang dan kapal selam  :))
« Last Edit: 31 December 2009, 03:33:37 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #17 on: 31 December 2009, 03:32:26 PM »
Nemu lagi sih.....

1 yojana itu ternyata bisa juga

64 km
100 km
120 km
160 km

Yg 160 km itu dah mentok dah.... g ada lg yg lebih besar.

Sumber:
Zen sand: the book of capping phrases for kōan practice Oleh Victor Sōgen Hori
Images of women in Chinese thought and culture Oleh Robin Wang

Tapi apa memang umat Buddhis zaman dulu pake istilah 1 yojana itu beda2 jaraknya ya?  :))

Disuahakan malem taon baru tanpa pr la...  :))

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #18 on: 31 December 2009, 03:34:07 PM »
Kalau pake 64 km, diameter bulan 50 yojana ya jd bener dah.....

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #19 on: 31 December 2009, 03:37:54 PM »
Kalau pake 64 km, diameter bulan 50 yojana ya jd bener dah.....

 _/\_
The Siddha Wanderer

 Bakukan 1 yojana = 64 km ^-^ supaya cocok dengan scientific
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #20 on: 31 December 2009, 03:42:53 PM »
tapi matahari 51 yojana? >:D
There is no place like 127.0.0.1

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #21 on: 31 December 2009, 03:45:35 PM »
tapi matahari 51 yojana? >:D

Tafsiran Kmnya dibesarkan lagi biar cocok  :))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #22 on: 31 December 2009, 03:49:19 PM »
jadi kek baca buku tafsir mimpi :hammer:
There is no place like 127.0.0.1

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #23 on: 31 December 2009, 03:55:39 PM »
wuahahaha...

untuk matahari beda skala yojana-nya
untuk bulan beda lagi skala nya...

tapi, mau bicara serius dikit:

Sang Buddha, yg tercerahkan sempurna, Guru dewa dan manusia.... apakah memang mengetahui segala hal? Ataukah tepatnya: mengetahui segala hal yg berhubungan dengan dukkha, penyebabnya, akhir dan cara untuk mengakhirnya?

Saya pribadi cenderung berpikiran Guru kita adalah Guru Sempurna dalam hal terkait dengan dukkha, sehingga kita jangan terjebak dengan pemikiran bahwa Beliau harus menguasai hal2 yg tidak relevan dengan dukkha, misalnya membuat pesawat terbang, ataupun menguasai teknologi Blackberry pada saat itu.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #24 on: 31 December 2009, 03:58:27 PM »
Brartiii.....

Kalau dahulu orang nganggep bumi itu datar ya mohon maklum dan wajar-wajar saja dong?

Btw kosmologi Buddhis itu buminya datar lo.....  ^-^  ^-^ bisa dikatakan hampir semua agama memiliki flat earth theory..........

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #25 on: 31 December 2009, 04:09:27 PM »
Brartiii.....

Kalau dahulu orang nganggep bumi itu datar ya mohon maklum dan wajar-wajar saja dong?

Btw kosmologi Buddhis itu buminya datar lo.....  ^-^  ^-^ bisa dikatakan hampir semua agama memiliki flat earth theory..........

 _/\_
The Siddha Wanderer

Ya wajarlah orang jaman dulu kecuali orang jaman sekarang dengan teknologi maju masih bilang bumi datar, nah itu baru ngak wajar. Tapi kalau diagama Buddha bilang bumi datar, ada referensi dari tipitakanya?
« Last Edit: 31 December 2009, 04:13:41 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #26 on: 31 December 2009, 04:15:15 PM »
Bumi itu bulat, tampaknya juga tidak ada referensi Tripitakanya.

Kalau datar itu diketahui dari Visuddhimagga atau Abhidharmakosa, [mungkin juga kitab Abhidhamma?]. Kira2 begini penggambarannya:





 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #27 on: 31 December 2009, 04:30:31 PM »
Gambar dari visuddhimagga ada gambarnya?
 Kalo yang diatas kan gambar dari abhidharmakosa.


Ada tertuliskah secara eksplisit bahwa bumi itu datar di visuddhimagga atau intrepertasi bro terhadap gambar itu saja?

Karena kalo liat sekilas itu kek peta jaman dulu deh ,bukannya tentang bentuk bumi seperti globe.
« Last Edit: 31 December 2009, 04:38:01 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #28 on: 31 December 2009, 04:51:24 PM »
ini semua di lihat nya dari demensi manusia/perspektif manusia?

yang Arya Maha Kassapa ada di demensi mana yah bertapa/meditasinya?
« Last Edit: 31 December 2009, 04:54:21 PM by daimond »

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #29 on: 31 December 2009, 05:11:50 PM »
Iya, yang Visuddhi-magga. Kalau yang Abhidharmakosa ditulis Vasubandhu.

Ya memang tidak dikatakan sendiri oleh Sang Buddha.  :))

Tp apakah seseorang dengan pencapaian spiritual seperti YA Buddhagosa dan YA Vasubandhu masih bisa keliru?

Apakah Buddhagosa sudah Arhat?  ::)  ::)

Kalau waktu Vasubandhu nulis Abhidharmakosa, setahu saya beliau mmg belum tercerahkan sempurna dan belum masuk jalan Mahayana.

 _/\_
The Siddha Wanderer


Pencapaian spritual yang bagaimana ?
Arahat belum tentu punya pengetahuan sempurna, seperti Sammasambuddha ! , kecuali kekotoran Batin yang bersih total.
 _/\_
« Last Edit: 31 December 2009, 05:13:26 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #30 on: 31 December 2009, 05:15:23 PM »
tul makanya wa bawa arya maha kassapa ada kan di buku dhammapada atahakata tentang yang arya maha kassapa baca ceritanya.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #31 on: 31 December 2009, 05:17:09 PM »
Itu gambar org2 yg bikin, di kitabnya ya kagak ada gambarnya  :))  :))

Dalam Visuddhimagga dikatakan bahwa dunia ini disebut Cakkavala (berbentuk lingkaran / roda). Lapisan bumi berada di atas lapisan air dan lapisan air berada di atas lapisan angin. (Langsung ke intinya aja ya, males nerjemahin)  :P  :P

Gunung Sineru berada di tengah-tengah dengan 84000 yojana dikelilingi tujuh pegunungan. Dalam Anguttara Nikaya Sang Buddha mengatakan bahwa tinggi gunung Sineru adalah 84000 yojana baik tinggi maupun lebarnya, membuatnya tidak mungkin berada di bumi kita yang tercinta ini karena kegedean. So where is Mt. Meru?

Dhammasangini Atthakatha mengatakan bahwa di atas lingakaran air terdapat empat benua yaitu Jambudipa, Aparagoyana, Uttarakuru dan Pubbavideha. Matahari dan bulan mengorbit di sekeliling Gunung Sineru. Di atas Gunung Sineru ada lapisan-lapisan surga-surga.

Lapisan-lapisan dunia bertumpukan satu sama lain bagaikan mangkok demikian yang disebutkan Paramattha-manjusa, Visuddhimagga-Atthakata.

Mau lebih jelas lihat web Palikanon...hehe...............

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #32 on: 31 December 2009, 05:20:58 PM »
Quote
Pencapaian spritual yang bagaimana ?
Arahat belum tentu punya pengetahuan sempurna, seperti Sammasambuddha ! , kecuali kekotoran Batin yang bersih total.

Ok. Tapi seharusnya beliau bisa lihat lewat dibbacakkhu. Bahkan walau belum pencerahan pun, seseorang bisa melihat dengan dibbacakkhu apabila mencapai jhana-jhana.

Dan ukuran di Visuddhimagga itu selama ini juga gak ada yang nolak [saya bingung juga, apakah berarti bhikkhu zaman dulu itu = semuanya tidak berpengetahuan / tidak punya dibbacakkhu?], setidaknya sebelum sains membuktikan bahwa ukuran matahari dan bulan adalah jauh berbeda.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #33 on: 31 December 2009, 05:25:03 PM »
baca tentang arya maha kassapa apakah dia boleh memiliki kemampuan tersebut dalam dhammapada atthakata ( story and verses)apa khusus pada sesuatu.
« Last Edit: 31 December 2009, 05:51:14 PM by daimond »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #34 on: 31 December 2009, 05:39:34 PM »
Quote
Itu gambar org2 yg bikin, di kitabnya ya kagak ada gambarnya  :))  :))

Aya..aya wae.. :))

Quote
Dalam Visuddhimagga dikatakan bahwa dunia ini disebut Cakkavala (berbentuk lingkaran / roda). Lapisan bumi berada di atas lapisan air dan lapisan air berada di atas lapisan angin. (Langsung ke intinya aja ya, males nerjemahin)  :P  :P

Nah seperti ini kita harus mengetahui persepsi yang melihat.  Lingkaran itu kalo diliat dari satu sisi kalau tiga dimensi jadinya bulat, itu hanya untuk memudahkan penjelasan saat itu saja tapi bukan diartikan datar. Mengenai lapisan bumi ya wajar2 saja, memang bumi ini kan terdiri dari lapisan2nya.

Quote
Gunung Sineru berada di tengah-tengah dengan 84000 yojana dikelilingi tujuh pegunungan. Dalam Anguttara Nikaya Sang Buddha mengatakan bahwa tinggi gunung Sineru adalah 84000 yojana baik tinggi maupun lebarnya, membuatnya tidak mungkin berada di bumi kita yang tercinta ini karena kegedean. So where is Mt. Meru?

Ini bisa jadi perumpamaan tentang sesuatu yang hanya dimengerti orang dijamannya. Tidak bisa diartikan secara harfiah. Kalau gunung semeru di jawa ada sih  ^-^

Quote
Dhammasangini Atthakatha mengatakan bahwa di atas lingakaran air terdapat empat benua yaitu Jambudipa, Aparagoyana, Uttarakuru dan Pubbavideha. Matahari dan bulan mengorbit di sekeliling Gunung Sineru. Di atas Gunung Sineru ada lapisan-lapisan surga-surga.

Nah disini telah diperjelas tentang Gunung Sineru yang sepertinya suatu arti yg dapat dimengerti jaman saat itu atau hanya Buddha yang tau. Karena ada tulisan surga pulak...jangan2 yang dilihat bukan hanya bumi saja lagi... tetapi alam2 lain yg berhubungan dengan bumi ^-^

Quote
Lapisan-lapisan dunia bertumpukan satu sama lain bagaikan mangkok demikian yang disebutkan Paramattha-manjusa, Visuddhimagga-Atthakata.

Mau lebih jelas lihat web Palikanon...hehe...............

Apa arti lapisan dunia, dunia dewa dan alam2 lainnya termasuk ?

Sepertinya mesti belajar syair2 jaman dahulu deh... ^-^

Sebaiknya dicari persepsi awal mereka dulu, kalau bisa...daripada menyimpulkan sendiri..




Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #35 on: 31 December 2009, 05:52:10 PM »
Quote
Nah seperti ini kita harus mengetahui persepsi yang melihat.  Lingkaran itu kalo diliat dari satu sisi kalau tiga dimensi jadinya bulat, itu hanya untuk memudahkan penjelasan saat itu saja tapi bukan diartikan datar. Mengenai lapisan bumi ya wajar2 saja, memang bumi ini kan terdiri dari lapisan2nya.

Haha... memang benar, tetapi harus dilihat dahulu apakah masuk akal:

Di bawah bumi ada air, ok masuk akal. Di bawah air ada angin? What????

Lagipula di Visuddhimagga dikatakan lingkaran lapisan bumi itu paling kecil, lapisan air semakin membesar keliling lingkarannya dan lapisan udara paling besar kelilingnya. Semuanya bertumpukan. Melihat sistem tata surya kita, rasanya kok nggak cocok.

Apalagi kalau mau dipaksakan berbentuk globe.

Quote
Ini bisa jadi perumpamaan tentang sesuatu yang hanya dimengerti orang dijamannya. Tidak bisa diartikan secara harfiah. Kalau gunung semeru di jawa ada sih  chuckle

Lalu apakah kosmologi Buddhis secara keseluruhan juga demikian?

Berarti mulai hari ini, kalau sekarang kita masih menyindir agama K karena mereka menganggap bumi datar, harus cepat2 diperbaiki karena toh di agama kita jg ada.

Soalnya di Alkitab, bumi kan juga dikatakan "circle", kalau di Buddhis itu Cakka (Chakra) - lingkaran roda.

Quote
Nah disini telah diperjelas tentang Gunung Sineru yang sepertinya suatu arti yg dapat dimengerti jaman saat itu atau hanya Buddha yang tau. Karena ada tulisan surga pulak...jangan2 yang dilihat bukan hanya bumi saja lagi... tetapi alam2 lain yg berhubungan dengan bumi chuckle

Hehe.... kalau sistem dunia memang juga sekalian dengan surga-surga. Tapi bola buminya nggak kelihatan tuh di kosmologi Buddhis..... ^-^

Quote
Apa arti lapisan dunia, dunia dewa dan alam2 lainnya termasuk ?

Sepertinya mesti belajar syair2 jaman dahulu deh... chuckle

Sebaiknya dicari persepsi awal mereka dulu, kalau bisa...daripada menyimpulkan sendiri..

Rinpoche2 pada zaman dahulu percaya bahwa bumi ini datar.

Bhante Migettuwatte Gunananda yang memenangkan perdebatan Panadura juga percaya bahwa bumi itu datar.

Para peneliti Buddhis juga dengan tegas mengatakan bahwa bumi menurut Buddhis adalah datar.

Penggambaran Abhidharmakosa itu juga nggak asal, ini dibuat oleh para peneliti dengan cermat.

Apakah terburu2 menyimpulkan kalau begitu? Atau kita yang berusaha menyelaraskan yang tidak selaras?

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 31 December 2009, 05:54:46 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #36 on: 31 December 2009, 06:05:11 PM »
Dalam buku Buddhist Cosmology karya Akira Sadakata dikatakan bahwa kemungkinan stupa juga merepresentasikan dunia Sumeru.

Kubah stupa (anda) menyimbolkan kubah dunia [wind hemisphere]. Cattravali dan harmika di puncak stupa menyimbolkan alam-alam surga.

Tapi buminya tetap datar, jadi kaya kosmologi dunia kuno, di mana buminya datar terus diberi kubah [dome].

Di India, yang pertama kali menyebutkan bahwa bumi itu globe [gola] itu Aryabhatta, konon kepala vihara - universitas Nalanda.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 31 December 2009, 06:07:51 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #37 on: 31 December 2009, 06:21:35 PM »
Ven. Taixu, reformer Buddhis Tiongkok yang terkemuka, pernah menulis dalam karyanya Zhen Xianshi Lun Zongyi Lun bahwa:

1. Matahari tepat berada di atas Gunung Sumeru, jadi Gunung Sumeru adalah pusat tata surya.
2. Surga Trayastrimsa ada di matahari
3. Jambudvipa adalah planet Bumi
4. Uttarakuru adalah planet Mars
5. Aparagodaniya adalah Venus
6. Purvavideha adalah Merkuri

Inner planet itu dihuni manusia.

Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus dihuni dewa-dewa.

Dalam Kalachakra Tantra yang disabdakan Buddha, Jambudvipa itu tidak hanya India, tetapi juga mencakup Tiongkok, Mongolia, Srilanka, Arab, Tibet, Bhutan, Turki, dan Kashmir.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #38 on: 31 December 2009, 06:46:16 PM »
Quote
Di bawah bumi ada air, ok masuk akal. Di bawah air ada angin? What?

Rongga bumi yang terdiri dari gas bumi apakah itu bukan unsur angin?

Quote
Lagipula di Visuddhimagga dikatakan lingkaran lapisan bumi itu paling kecil, lapisan air semakin membesar keliling lingkarannya dan lapisan udara paling besar kelilingnya. Semuanya bertumpukan. Melihat sistem tata surya kita, rasanya kok nggak cocok.

Bumi = daratan

Lautan = air

Daratan lebih dikit dari lautan. Pertanyaannya bila bumi dalam bahasa pali bisa diartikan sebagai daratan maka sudah jelas artinya.

Lapisan udara beserta atmospherenya adalah unsur angin. Bukankah lebih besar dari lapisan bumi?

Quote
Quote
Ini bisa jadi perumpamaan tentang sesuatu yang hanya dimengerti orang dijamannya. Tidak bisa diartikan secara harfiah. Kalau gunung semeru di jawa ada sih  chuckle

Lalu apakah kosmologi Buddhis secara keseluruhan juga demikian?

Tidak juga, makanya harus diteliti dan diselidiki makna sebenarnya. Karena ada yg bersifat langsung atau terkadang perumpamaan bahkan ada juga dalam bentuk syair.

Quote
Berarti mulai hari ini, kalau sekarang kita masih menyindir agama K karena mereka menganggap bumi datar, harus cepat2 diperbaiki karena toh di agama kita jg ada.

Kalau memang ada dan terbukti maka harus diakui, tetapi bukan asumsi/tafsir menjadi kesimpulan .

Quote
Soalnya di Alkitab, bumi kan juga dikatakan "circle", kalau di Buddhis itu Cakka (Chakra) - lingkaran roda.

Ngak pernah denger di alkitab dibilang lingkaran, hanya datar( kalau ada di ayat berapa?)  Cakka lebih mendekati bisa jadi ini hanya simbolisme saja...

Quote
Hehe.... kalau sistem dunia memang juga sekalian dengan surga-surga. Tapi bola buminya nggak kelihatan tuh di kosmologi Buddhis.....

Bola buminya ngak kelihatan karena teknologi belum canggih  untuk memberikan gambaran pada saat itu. :)) makanya menggunakan perumpamaan.

Quote
Rinpoche2 pada zaman dahulu percaya bahwa bumi ini datar.

Bhante Migettuwatte Gunananda yang memenangkan perdebatan Panadura juga percaya bahwa bumi itu datar.

Para peneliti Buddhis juga dengan tegas mengatakan bahwa bumi menurut Buddhis adalah datar.

Penggambaran Abhidharmakosa itu juga nggak asal, ini dibuat oleh para peneliti dengan cermat.
[/b]


Nah rinpoche dan bhante yang percaya bumi datar hanya sebatas kepercayaan pribadi dan tidak mewakili kata2 Buddha yang sebenarnya.

Boleh2 saja peneliti Buddhis menyimpulkan demikian tapi sebelum saya tau dasar mereka berkesimpulan maka saya tidak percaya mereka bahwa kesimpulan mereka ilmiah. Karena dalam tipitaka tidak ada secara gamblang dikatakan bumi datar seperti di alkitab.

Apakah peniliti buddhis itu juga buddhis atau ilmuwan murni yang terdiri dari beberapa bidang keilmuan yang relevan dalam sebuah penyelidikan fakta?

Abhidharmakosa yang digambarkan, saya bisa maklumi bila itu salah karena dibuat oleh peneliti manusia biasa bukan oleh Sang Buddha.
beda dengan alkitab yang katanya kata2 tuhan dengan mengatakan bumi itu datar, sehingga isinya mewakili tuhan.

Quote
Apakah terburu2 menyimpulkan kalau begitu? Atau kita yang berusaha menyelaraskan yang tidak selaras?

Dalam hal ini saya pribadi saya tidak menyimpulkan, tetapi berehipasiko. Sehingga tidak berusaha menyelaraskan yang tidak selaras. ataupun yg sudah selaras, sengaja tidak diselaraskan.

Quote
Di India, yang pertama kali menyebutkan bahwa bumi itu globe [gola] itu Aryabhatta, konon kepala vihara - universitas Nalanda.

Nah tandanya itu pintar  ^-^. Tidak langsung menghukum orang. U know what I mean bro  ;D

 _/\_



Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #39 on: 31 December 2009, 09:12:07 PM »
hmm.. bukannya yg berbentuk roda itu yg dimaksud adalah.. galaxi bima sakti?
...

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #40 on: 01 January 2010, 06:36:55 AM »
Quote
Rongga bumi yang terdiri dari gas bumi apakah itu bukan unsur angin?

Bumi = daratan

Lautan = air

Daratan lebih dikit dari lautan. Pertanyaannya bila bumi dalam bahasa pali bisa diartikan sebagai daratan maka sudah jelas artinya.

Lapisan udara beserta atmospherenya adalah unsur angin. Bukankah lebih besar dari lapisan bumi?

Apakah Rongga bumi lebih besar dari lapisan bumi?

Bukankah kalau Atmosphere seharusnya lapisan udara berada di atas lapisan air dan lapisan bumi, bukan di bawahnya?

Lagipula keliling lingkaran lapisan air [laut] lebih besar daripada lapisan bumi, kalau mau dipaksakan ke dalam bumi kita yang globe dan atmosphere sebagai lapisan udara, maka seluruh daratan akan tenggelam.

Apalagi keliling dan diameter lapisan udara berlipat2 lebih besar dari lapisan bumi, sedangkan Atmosphere kan nggak.

Lagipula Uttarakuru sendiri kagak mungkin ada di bumi ini, krn tinggi manusia dan hewan di sana terlalu gede buat kita manusia yang hiodup di bumi ini. So krn Uttarakuru dan Gunung Sumeru gak mungkin ada di bumi, maka gak mungkin lapisan udara itu adalah Atmosphere, so what is the 'wind disk' / 'ring of wind' actually??

Quote
Tidak juga, makanya harus diteliti dan diselidiki makna sebenarnya. Karena ada yg bersifat langsung atau terkadang perumpamaan bahkan ada juga dalam bentuk syair.

Kalau saya baca sih, tidak seperti perumpamaan, la wong gaya njelaskannya terlihat presisi dan ilmiah banget, tapi eh ternyata keliru.  :))  :))

Waktu pertama saya baca kosmologi Buddhis, pikiran saya juga mengatakan bahwa "mungkin ini perumpamaan deh', tapi lama2 kok saya menemukan kejanggalan2....  :P  :P

Dan sudah barang pasti perhitungannya bukan syair atau perumpamaan.

Quote
Ngak pernah denger di alkitab dibilang lingkaran, hanya datar( kalau ada di ayat berapa?)  Cakka lebih mendekati bisa jadi ini hanya simbolisme saja...

Yesaya 40:22: Dia yang bertakhta di atas bulatan [circle] bumi yang penduduknya seperti belalang.

Kalau globe, seharusnya lebih tepat pake istilah gola, bukan cakka.

Quote
Bola buminya ngak kelihatan karena teknologi belum canggih  untuk memberikan gambaran pada saat itu. laugh makanya menggunakan perumpamaan.

Apakah teknologi harus canggih dulu baru orang bisa tau bumi itu globe? La wong Aryabhatta dan Varahamihira aja bisa kok...hehe.....

Quote
Nah rinpoche dan bhante yang percaya bumi datar hanya sebatas kepercayaan pribadi dan tidak mewakili kata2 Buddha yang sebenarnya.

Mereka percaya bukan berarti tanpa sebab dan asal percaya. Kepercayaan mereka adalah konsekuensi logis dari deskripsi kosomologis yang ada di kitab-kitab komenter Buddhis (terutamanya!)

Quote
Boleh2 saja peneliti Buddhis menyimpulkan demikian tapi sebelum saya tau dasar mereka berkesimpulan maka saya tidak percaya mereka bahwa kesimpulan mereka ilmiah. Karena dalam tipitaka tidak ada secara gamblang dikatakan bumi datar seperti di alkitab.

Apakah peniliti buddhis itu juga buddhis atau ilmuwan murni yang terdiri dari beberapa bidang keilmuan yang relevan dalam sebuah penyelidikan fakta?

Klo begitu coba deh anda baca2 dulu Abhidharmakosa, Visuddhimagga dan penelitian para ahli tersebut, biar bisa tahu pakah peneliti tersebut benar2 cermat  ;)

Quote
Abhidharmakosa yang digambarkan, saya bisa maklumi bila itu salah karena dibuat oleh peneliti manusia biasa bukan oleh Sang Buddha.
beda dengan alkitab yang katanya kata2 tuhan dengan mengatakan bumi itu datar, sehingga isinya mewakili tuhan.

Ya. Tapi saya masih tidak bisa menerima kalau misalnya Arhat yang punya dibbacakkhu tidak bisa melihat ukuran asli matahari dan bulan. Bahkan Visuddhimagga dan Abhidharmakosa diterima dan diyakini selama berabad2 oleh para guru2 Buddhis yang hebat. Apakah semuanya pada nggak punya dibbacakkhu?  ::) ::)

Quote
Dalam hal ini saya pribadi saya tidak menyimpulkan, tetapi berehipasiko. Sehingga tidak berusaha menyelaraskan yang tidak selaras. ataupun yg sudah selaras, sengaja tidak diselaraskan.

Semoga demikian selalu adanya.

Quote
Nah tandanya itu pintar  chuckle. Tidak langsung menghukum orang. U know what I mean bro  Grin

Buddhis gt lo...  :))  :)) Tapi saya mengharapkan ada org yang memberi perhatian lebih terhadap kosomologi Buddhis ini, krn sebelumnya jarang sekali yg bahas. Kadang orang cenderung menghindari pembahasan kosmologi Buddhis yang bertentangan dengan sains.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 01 January 2010, 06:44:25 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #41 on: 01 January 2010, 09:50:21 AM »
wadow,klo gini jdinya bs bkurang sradha ai sama dharma sang Buddha ni,kok besar matahari bulan tak sesuai ya sama sains,help me,jangan smpai aku jdi kurang sradha sama buddha,dhamma dan sangha,pliz.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #42 on: 01 January 2010, 09:57:52 AM »
lol, baca dulu yg bilang besarnya matahari segitu, bukan buddha koq
...

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #43 on: 01 January 2010, 10:10:25 AM »
Theronal,katanya, dalam angutranikaya,budha mengatakan gunung semeruatau himalaya,tinggi 84 rb yojana,dan dmikian jg lbrnya.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #44 on: 01 January 2010, 10:31:39 AM »
Quote
by Gandalf
Apakah Rongga bumi lebih besar dari lapisan bumi?

sepertinya sih tidak....dan ini mengacu pada pertanyaan bro sebelumnya yakni

"Di bawah bumi ada air, ok masuk akal. Di bawah air ada angin? What?Huh?"

Quote
Bukankah kalau Atmosphere seharusnya lapisan udara berada di atas lapisan air dan lapisan bumi, bukan di bawahnya?

Lapisan udara memang diatas air dan lapisan bumi. Tetapi mengacu pertanyaan Anda yang saya bold biru diatas adalah dibawah air ada angin maksudnya unsur angin yakni gas bumi.

Quote
Lagipula Uttarakuru sendiri kagak mungkin ada di bumi ini, krn tinggi manusia dan hewan di sana terlalu gede buat kita manusia yang hiodup di bumi ini. So krn Uttarakuru dan Gunung Sumeru gak mungkin ada di bumi, maka gak mungkin lapisan udara itu adalah Atmosphere, so what is the 'wind disk' / 'ring of wind' actually??

Nah inipun kita harus melihat apa yg dimaksud uttara karu, apa yg dimaksud gunung sineru..dan meneliti ukuran2 yg dipakai.

Quote
Kalau saya baca sih, tidak seperti perumpamaan, la wong gaya njelaskannya terlihat presisi dan ilmiah banget, tapi eh ternyata keliru.  laugh  laugh

Waktu pertama saya baca kosmologi Buddhis, pikiran saya juga mengatakan bahwa "mungkin ini perumpamaan deh', tapi lama2 kok saya menemukan kejanggalan2....  Tongue  Tongue

Dan sudah barang pasti perhitungannya bukan syair atau perumpamaan.

Penjelasan buku itu kan hanya intrepertasi yang nulis, bukan kata2 dan maksud Buddha sebenarnya. Sementara kalimat yang sesuai kitab belum tentu artinya sama dengan intrepertasi. Walaupun demikian menarik untuk dikaji. Nah coba bro teliti lebih lanjut saja bersama ilmuwan dan scholar buddhist  ;D

Quote
Yesaya 40:22: Dia yang bertakhta di atas bulatan [circle] bumi yang penduduknya seperti belalang.

Kalau globe, seharusnya lebih tepat pake istilah gola, bukan cakka.

Ok thanks referensinya..dan saya baru tau. Berarti org keris itu terlalu gegabah menyimpulkan pada masa lalu hingga hilangnya nyawa seorang ilmuwan. Apakah kata circle jiplak dari agama Buddha :whistle:
Quote
Apakah teknologi harus canggih dulu baru orang bisa tau bumi itu globe? La wong Aryabhatta dan Varahamihira aja bisa kok...hehe.....

Paling tidak, ada tools yang memadai(misal perahu untuk keliling dunia) dan yang pasti jaman Sang Buddha lebih gaptek dibandingkan sesudahnya. Pertanyaanya jaman Aryabhatta dan Varahamihira tahunya tahun berapa?
Quote
Mereka percaya bukan berarti tanpa sebab dan asal percaya. Kepercayaan mereka adalah konsekuensi logis dari deskripsi kosomologis yang ada di kitab-kitab komenter Buddhis (terutamanya!)

Ya memang konsekwensi dari suatu penafsiran dari isi kitab . Seharusnya meneliti lebih lanjut isi kitab yang dimaksud dengan fakta, sehingga makna kitab bisa dimengerti lebih lanjut.
Quote
Klo begitu coba deh anda baca2 dulu Abhidharmakosa, Visuddhimagga dan penelitian para ahli tersebut, biar bisa tahu pakah peneliti tersebut benar2 cermat  Wink

Sekalipun cermat terbaik dijamannya jika masih tidak sesuai fakta maka kecermatannya tidaklah benar2 cermat. Seperti ilmuwan pun tidak selalu cermat dan belajar dari kesalahan oleh karena itu mereka selalu mengadakan uji coba, nah apakah mereka sudah melakukan uji coba2 seperti ilmuwan atau sekedar pemikiran logika teoritis.
Quote
Klo begitu coba deh anda baca2 dulu Abhidharmakosa, Visuddhimagga dan penelitian para ahli tersebut, biar bisa tahu pakah peneliti tersebut benar2 cermat  Wink

Dibacakhhu arahat kalah keren dari Sang Buddha. Makanya bisa saja meleset. Wajar2 sajalah.

Quote
by ronald
hmm.. bukannya yg berbentuk roda itu yg dimaksud adalah.. galaxi bima sakti?

Nah coba bro teliti pernyataan bro the ronaldo diatas sehubungan cakkavalla.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #45 on: 01 January 2010, 01:35:15 PM »
bagus sekali bro gandalf....artikel yg oke... sekaligus mematahkan bahwa memang visudhimagga atau kitab komentar susah untuk dipercaya...

kalau alasan bahwa "buddhagosa adalah arahat dan arahat tidak maha tahu"
saya rasa alasan ini tidak kuat..
karena seorang arahat tentu mengatakan yg benar-benar di ketahui nya sebagai di ketahui.
kalau salah ukur namanya arahat palsu saya rasa

dalam beberapa bahasan juga seorang yg menguasai 6 ahinna mampu menyentuh matahari dengan telapak tangan nya sendiri..
apakah orng yg mampu menyentuh matahari tidak bisa melihat ukuran matahari?

dan mengenai fakta-nya mungkin memang buddhagosa seperti nya "asal ber teori tanpa pernah mencapai apa yg di tulisnya"
tapi lebih baik kembali pada diri sendiri, kalau sudah sakti nanti dengan dibbacakku bisa tahu dimana buddhagosa dilahirkan.....kalau ga dapat berarti dah nibbana... :)) :))

wadow,klo gini jdinya bs bkurang sradha ai sama dharma sang Buddha ni,kok besar matahari bulan tak sesuai ya sama sains,help me,jangan smpai aku jdi kurang sradha sama buddha,dhamma dan sangha,pliz.
tenang saja, yg tertulis demikian hanya di kitab komentar....lagian mana bisa kitab komentar di jadi kan acuan?
contoh saja masalah Ajahn Mun.....
kalau sy pribadi lebih suka belajar dari 4 nikaya tertua....dibanding kitab kitab komentar atau kitab sub komentar....

Quote
Bhante Migettuwatte Gunananda yang memenangkan perdebatan Panadura juga percaya bahwa bumi itu datar.
Para peneliti Buddhis juga dengan tegas mengatakan bahwa bumi menurut Buddhis adalah datar.
berarti bhante-nya cacat ilmu pengetahuan...
« Last Edit: 01 January 2010, 01:39:39 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #46 on: 01 January 2010, 02:17:21 PM »
Konon katanya Buddhagosa belum mencapai arahat...
« Last Edit: 01 January 2010, 02:33:55 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #47 on: 01 January 2010, 02:53:47 PM »
wadow,klo gini jdinya bs bkurang sradha ai sama dharma sang Buddha ni,kok besar matahari bulan tak sesuai ya sama sains,help me,jangan smpai aku jdi kurang sradha sama buddha,dhamma dan sangha,pliz.

Bro Alpukat, jangankan keyakinan berkurang !.
ente mau tidak yakin 100% juga ndak apa-apa, tidak ada larangan, tidak ada ancaman, tidak ada yang maksa untuk harus yakin. ^:)^

siapa takut ! :))

 _/\_
« Last Edit: 01 January 2010, 02:56:53 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #48 on: 01 January 2010, 03:00:17 PM »
Konon katanya Buddhagosa belum mencapai arahat...

Andaikata Buddhagosa adalah Arahat, belum tentu punya pengetahuan tentang alam dan tatasurya.

 _/\_


Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #49 on: 01 January 2010, 05:00:15 PM »
baca tentang arya maha kassapa apakah dia boleh memiliki kemampuan tersebut dalam dhammapada atthakata ( story and verses)apa khusus pada sesuatu.

ini kisah nya
http://www.tipitaka.net/tipitaka/dhp/verseload.php?verse=028

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #50 on: 01 January 2010, 05:10:09 PM »
Quote
hmm.. bukannya yg berbentuk roda itu yg dimaksud adalah.. galaxi bima sakti?

Yap. Saya menunggu adanya interpretasi semacam ini.

Chakravala bisa diinterpretasikan sebagai Galaksi Bimasakti atau Solar Sistem kita yg merupakan sebagian dari Galaksi Bimasakti. Dua-duanya berbentuk lempengan / ring / disk / roda lingkaran.

Galaksi Bimasakti


YA Dalai Lama pernah mengatakan bahwa gunung Sumeru kemungkinan adalah pusat dari Galaksi Bimasakti (Milky Way).

Dikatakan dalam kosmologi Buddhis dalam Visuddhimagga, Abhidharmakosa dan Kalachakra bahwa matahari dan bulan mengorbit mengelilingi Gunung Meru. Nah matahari memang berevolusi mengorbiat mengelilingi pusat Mily Way, demikian juga bulan juga mengikuti.

Lapisan angin [wind disk] yang dimaksud bisa saja adalah pita kabut yg ada di Milky Way

Lengan-lengan spiral pada Galaksi Bimasakti mungkin bisa disepadankan dengan pegunungan yang mengitari Sumeru.

Sistem Solar

Apabila menggunakan interpretasi solar sistem kita, maka interpretasi Ven. Taixu di atas adalah yang paling bisa diterima oleh sains modern, yang mana Sumeru berada di tengah matahari dan inner planet sebagai empat benua alam manusia.

Lapisan angin [wind disk] yang dimaksud bisa saja adalah solar wind, heliosphere, atau Oort Cloud [spherical cloud], yang mana planet mengorbit di dalam solar wind.

Lapisan air bisa disepadankan dengan sabuk asteroid pada inner planet, di amna asteroid ini tampak seperti tetesan-tetesan air:



Apalagi merujuk pada Kalachakra Tantra yang mengatakan bahwa Jambudvipa itu tidak hanya India, sehingga dengan kata lain mengatakan bahwa bumi kita ini seluruhnya = Jambudvipa.

Bila dilihat, berbagai benua di bumi ini membentuk pola buah Jambu, maka tentu cocok apabila dikatakan Jambudvipa.

Pola-pola benua Uttarakuru, Purvavideha dan Aparagodaniya dapat disepadankan dengan pola-pola yang terlihat di planet Merkuri, Venus dan Mars.

Bahkan dalam Mandala kosmologis di bawah ini mungkin bisa diinterpretasikan:


Jambudvipa = warna biru = bumi.

Yg lain merah (warna planet Mars), warna kuning (Venus) dan warna putih (Merkuri).

Untuk pergi ke Uttarakuru dsb dikatakan harus menggunakan abhijna, maka wajar saja kalau dengan aksat mata di planet2 tersebut tidak terlihat keberadaan manusia. Harus punya divyacakshu baru bisa melihat.

Gola

Gola ini bisa berarti globe, spherical, hollow, cembung atau cekung.

Secara unik, Kalachakra Tantra mendekripsikan lapisan bumi, air dan udara sebagai gola [spherical / globe]. Dengan mendasarkan atas Kalachakra Tantra, YA Sakyasribhadra mengajukan thesis bahwa bumi itu bulat [globe] dan berotasi pada sumbunya.


Kosmologi Kalachakra

Buston Rinchen Drup juga menggunakan kata gola untuk lingkaran angin, air dan tanah [bumi], bukan chakra.

Interpretasi lebih lanjut teman2...

Quote
Pertanyaanya jaman Aryabhatta dan Varahamihira tahunya tahun berapa?

Aryabhatta (476 - 550 M)
Varahamihira (505 - 587 M)

_/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 01 January 2010, 05:15:51 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #51 on: 01 January 2010, 07:56:45 PM »
Quote
by Adi lim
Andaikata Buddhagosa adalah Arahat, belum tentu punya pengetahuan tentang alam dan tatasurya.

Bisa jadi demikian. _/\_

Quote
Quote

hmm.. bukannya yg berbentuk roda itu yg dimaksud adalah.. galaxi bima sakti?

Yap. Saya menunggu adanya interpretasi semacam ini.

Chakravala bisa diinterpretasikan sebagai Galaksi Bimasakti atau Solar Sistem kita yg merupakan sebagian dari Galaksi Bimasakti. Dua-duanya berbentuk lempengan / ring / disk / roda lingkaran.

Galaksi Bimasakti

YA Dalai Lama pernah mengatakan bahwa gunung Sumeru kemungkinan adalah pusat dari Galaksi Bimasakti (Milky Way).

Dikatakan dalam kosmologi Buddhis dalam Visuddhimagga, Abhidharmakosa dan Kalachakra bahwa matahari dan bulan mengorbit mengelilingi Gunung Meru. Nah matahari memang berevolusi mengorbiat mengelilingi pusat Mily Way, demikian juga bulan juga mengikuti.................

Nah akhirnya mulai keluarkan ilmu analisa terpendam om Gandalf  ;D

« Last Edit: 01 January 2010, 08:00:53 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #52 on: 01 January 2010, 08:29:29 PM »
...
tenang saja, yg tertulis demikian hanya di kitab komentar....lagian mana bisa kitab komentar di jadi kan acuan?
contoh saja masalah Ajahn Mun.....
kalau sy pribadi lebih suka belajar dari 4 nikaya tertua....dibanding kitab kitab komentar atau kitab sub komentar....
...

OOT bentar, numpang tanya bro, kasus ajahn mun yg mana?
There is no place like 127.0.0.1

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #53 on: 01 January 2010, 10:27:56 PM »
Buston Rinchen Drup juga menggunakan kata gola untuk lingkaran angin, air dan tanah [bumi], bukan chakra.

Emangnya waktu jaman Sang Buddha sudah ada kata gola?

Emangnya dengan mata dewa seseorang bisa mengukur jarak antara satu objek dengan yang lainnya?
« Last Edit: 01 January 2010, 10:30:30 PM by Xan To »

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #54 on: 01 January 2010, 11:42:18 PM »
...
tenang saja, yg tertulis demikian hanya di kitab komentar....lagian mana bisa kitab komentar di jadi kan acuan?
contoh saja masalah Ajahn Mun.....
kalau sy pribadi lebih suka belajar dari 4 nikaya tertua....dibanding kitab kitab komentar atau kitab sub komentar....
...

OOT bentar, numpang tanya bro, kasus ajahn mun yg mana?

Threadnya di mana sih?

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #55 on: 02 January 2010, 09:13:45 AM »
...
tenang saja, yg tertulis demikian hanya di kitab komentar....lagian mana bisa kitab komentar di jadi kan acuan?
contoh saja masalah Ajahn Mun.....
kalau sy pribadi lebih suka belajar dari 4 nikaya tertua....dibanding kitab kitab komentar atau kitab sub komentar....
...

OOT bentar, numpang tanya bro, kasus ajahn mun yg mana?

Threadnya di mana sih?

Yang dimaksud om mercy mungkin di link yang ini

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5087.0.html

Sumbernya buku legenda spritual Ajahn Mun
« Last Edit: 02 January 2010, 09:15:18 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #56 on: 02 January 2010, 09:42:34 AM »
Tambahan, dalam sistem Buddhis, kata Ven. Hsuan Hua, memang ada tiga tipe yojana:

1. Yojana kecil, besarnya 40 li = 156 km
2. Yojana medium, besarnya 60 li = 234 km
3. Yojana besar, besarnya 80 li = 312 km

Dalam Buddhis, 1 Li = 3,9273 km

Sumber perhit. Li:
The Pacific world: journal of the Institute of Buddhist Studies
Women in Korean politics‎
http://www.csse.monash.edu.au
Faith in Wŏnhyo’s Commentary on the Sutra of the Buddha of Immeasurable Life

Sumber lain mengatakan 1 Li <= 0,5 km, maka:
1. Yojana kecil, besarnya 40 li =  20 km
2. Yojana medium, besarnya 60 li = 30 km
3. Yojana besar, besarnya 80 li = 40 km

Di India, memang dikenal dua tipe yojana, yaitu yojana "besar" atau "secular yojana", dan yojana "kecil" atau "sacred yojana", seperti yang dikenali oleh Yijing dan Xuanzang.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 02 January 2010, 09:51:55 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #57 on: 02 January 2010, 09:47:44 AM »
Quote
Emangnya waktu jaman Sang Buddha sudah ada kata gola?

Ada. Sejak zaman Veda. Walaupun mungkin jarang dipakai.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #58 on: 02 January 2010, 10:35:27 AM »
menurut salah satu sumber, 1 yojana adalah jarak yg ditempuh oleh prajurit infanteri dalam satu hari dengan melakukan perjalanan dengan kecepatan normal (bukan berlari).

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #59 on: 02 January 2010, 08:07:19 PM »
menurut salah satu sumber, 1 yojana adalah jarak yg ditempuh oleh prajurit infanteri dalam satu hari dengan melakukan perjalanan dengan kecepatan normal (bukan berlari).

manusia biasa kecepatan 1 jam rata2 = 5 km
jika 1 hari 12 jam x 5 km = 60 km

seorang prajurit bisa jalan 1 jam berapa km ? => 6 km !
jika 1 hari 12 jam x 6 km = 72 km

ayo !, mana yang benar ?

 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #60 on: 02 January 2010, 10:57:25 PM »
...
tenang saja, yg tertulis demikian hanya di kitab komentar....lagian mana bisa kitab komentar di jadi kan acuan?
contoh saja masalah Ajahn Mun.....
kalau sy pribadi lebih suka belajar dari 4 nikaya tertua....dibanding kitab kitab komentar atau kitab sub komentar....
...

OOT bentar, numpang tanya bro, kasus ajahn mun yg mana?

Threadnya di mana sih?

Yang dimaksud om mercy mungkin di link yang ini

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5087.0.html

Sumbernya buku legenda spritual Ajahn Mun
demikianlah yg disampaikan bro Bond.... :)

Konon katanya Buddhagosa belum mencapai arahat...

Andaikata Buddhagosa adalah Arahat, belum tentu punya pengetahuan tentang alam dan tatasurya.

 _/\_

bro adi...
walau demikian apabila Buddhagosa seorang arahat,
apakah seorang arahat menulis atau mengutarakan sebuah pemikiran yang tidak pernah diketahuinya?

seorang arahat apabila dikatakan telah memiliki kebijaksanaan......
tentu hanya mengungkapkan apabila diri-nya benar benar tahu...

sy teringat buku "what's wrong with us" karya Ajahn....
disitu tertulis...
kalau tidak tahu, katakanlah tidak tahu, jangan menyebar kebohongan dengan menyatakan pernyataan yg anda tidak tahu kebenarannya.

jadi tidaklah mungkin menurut saya, apabila seorang arahat menyatakan sebuah pernyataan yg tidak di ketahui-nya.

tapi berapa km pun....kalau dikatakan cuma beda 1 yojana adalah mustahil.  :))
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #61 on: 02 January 2010, 11:13:17 PM »
YM. Sariputta masih mengajarkan metode meditasi yang salah kepada seseorang. Hal ini dikritik Sang Buddha.

Agga-savaka sekalipun tidak luput dari ketidaktahuan. Perlu dicatat, ketidaktahuan di sini bukan mengenai pembebasan dari dukkha.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #62 on: 03 January 2010, 01:13:15 AM »
YM. Sariputta masih mengajarkan metode meditasi yang salah kepada seseorang. Hal ini dikritik Sang Buddha.

Agga-savaka sekalipun tidak luput dari ketidaktahuan. Perlu dicatat, ketidaktahuan di sini bukan mengenai pembebasan dari dukkha.
bisa minta ref nya....sekaligus pembelajaran.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #63 on: 03 January 2010, 08:23:02 PM »
dhammapada atthakatha syair 285

mengenai dikritik, saya interpolasikan dari http://www.palikanon.com/english/pali_names/sa/saariputta.htm (perhatikan kata blame), dan dhammatalk waktu retreat meditasi mengenai kisah dhammapada di atas.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #64 on: 04 January 2010, 05:06:26 PM »
wadow,klo gini jdinya bs bkurang sradha ai sama dharma sang Buddha ni,kok besar matahari bulan tak sesuai ya sama sains,help me,jangan smpai aku jdi kurang sradha sama buddha,dhamma dan sangha,pliz.

jangan sampai gitulah Bro... jangan sampai gara2 kitab komentar yg belum jelas / belum dikupas, kita jadi kehilangan keyakinan pada Ajaran untuk merealisasi akhir Dukkha....

mari sama2 kita bahas / kupas kitab komentar ini....

Kalau soal Dukkha, Asal, Akhir dan Jalannya udah gak ragu kan?

Sip.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline willyyandi

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: 5
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #65 on: 06 January 2010, 03:16:34 PM »
Sains itu kebenaran
jadi ya berarti literatur buddhis itu salah

Lagian arahat bukan maha tahu segala-galanya, termasuk juga Buddha.
Buddha "maha-tahu" artinya Beliau tahu masalah penderitaan sampai ke akar-akarnya dan kalo mau diselidiki beliau bisa 'tahu'.

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #66 on: 06 January 2010, 05:32:11 PM »
aye gak punya visudhimagga ataupun buddhagosa

ada gak refnya tapi yg dari RAPB  :|
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #67 on: 06 January 2010, 05:40:10 PM »
aye gak punya visudhimagga ataupun buddhagosa

ada gak refnya tapi yg dari RAPB  :|

Buddhagosa itu nama seorang bhikkhu yang menyusun Kitab Visuddhimagga, Bro...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #68 on: 06 January 2010, 05:43:24 PM »
Sains itu kebenaran
jadi ya berarti literatur buddhis itu salah

Lagian arahat bukan maha tahu segala-galanya, termasuk juga Buddha.
Buddha "maha-tahu" artinya Beliau tahu masalah penderitaan sampai ke akar-akarnya dan kalo mau diselidiki beliau bisa 'tahu'.

Literatur buddhis  yg mana yang dimaksud salah?  ;D
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #69 on: 06 January 2010, 06:12:04 PM »
yang sedang dibahas di topik paling atas loh.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #70 on: 06 January 2010, 06:54:24 PM »
Ukuran diameter dan jarak di antara dunia (Bumi), bulan dan matahari ini semua disebutkan dalam kitab komentar. Meski kitab komentar yang paling sering memunculkan poin kontroversial, tetapi kita tidak boleh langsung memarginalkan kitab ini sebagai "kitab tidak akurat".

Kitab komentar disusun oleh siswa Sang Buddha; yang notabene bukanlah seorang Sammasambuddha. Meskipun kitab komentar disusun berdasarkan komentar dari seorang Arahanta, mungkin saja isinya mengandung nilai kontroversi dibanding dengan fakta otentik.

Perhitungan diameter dan jarak yang disebutkan dalam kitab komentar tentu didapatkan dari sudut pandang tertentu. Mungkin saja berbeda dengan hasil perhitungan ilmu astronomi barat dewasa ini. Karena mungkin keduanya berangkat dari sudut perhitungan yang berbeda.

Di dalam Tipitaka, banyak istilah numerik "84.000" yang digunakan. Selama ini, angka 84.000 yang tertera dalam Tipitaka merujuk pada suatu numerik digit yang sangat banyak; beberapa cendekiawan mengintepretasikannya sebagai angka yang tak terhitung oleh kemampuan manusia di masa itu. Jadi penggunaan istilah numerik "84.000" oleh Sang Buddha di Anguttara Nikaya itu merujuk pada "angka yang sangat banyak".

Di dalam Kitab Agama Buddha (khususnya dari Tipitaka Pali), tidak dinyatakan bahwa bentuk Bumi adalah bulat seperti bola atau datar seperti karpet. Dalam kitab komentar memang disiratkan karekteristik proporsional dunia ini; dan penjelasannya seolah-olah mengindikasikan bahwa Planet Bumi dinyatakan datar. Tetapi itu sendiri merupakan intepretasi. Karena penjelasan karekteristik proporsional dunia itu juga tidak mutlak menggambarkan datarnya Planet Bumi. Sedangkan dalam Sutta, Sang Buddha memberi perumpamaan usia dunia (Planet Bumi) dengan analogi "sebongkah batu yang diameter dan permukaannya sama besar, yang digosok kain". Jika kita lebih cermat, maka dapat kita pahami bahwa Sang Buddha sedang menganalogikan Planet Bumi dengan sebuah batu bundar sempurna seperti bola.

Dalam Agganna Sutta, Sang Buddha juga menjelaskan bahwa ketika Planet Bumi mulai terbentuk, semuanya hanya terdiri dari zat cair. Namun perlahan, muncullah sari tanah di permukaan Planet Bumi itu; seperti nasi susu masak yang mendingin. Dari konteks ini, kita bisa menangkap maksud Sang Buddha bahwa Planet Bumi ini terbentuk dari zat cair. Juga dikuatkan dalam Mahaparinibbana Sutta, Sang Buddha menyatakan bahwa Planet Bumi yang padat ini terbentuk dari zat cair, dan zat cair terbentuk dari zat gas. Berangkat dari pemahaman ini, bisa kita pahami bahwa sari tanah itu muncul karena zat cair pembentuk Planet Bumi ini mulai mendingin. Ini berarti Planet Bumi terbentuk melalui zat cair yang panas. Dalam bidang astronomi barat, kesimpulan ini bukan tidak mungkin merupakan realitas. Lalu jika dikatakan bahwa Planet Bumi terbentuk dari zat cair di ruang angkasa, maka bagaimana wujud proporsional Planet Bumi itu? Tentu saja bulat sempurna seperti bola! Seperti yang mungkin sudah kita ketahui, semua zat cair yang berada di ruang angkasa pasti akan membentuk wujud seperti bola air. Karena fenomena wujud cair seperti inilah; makanya di dalam pesawat, para astronot minum dengan menggunakan sedotan atau meneguk air sedikit-dikit.
« Last Edit: 06 January 2010, 07:04:32 PM by upasaka »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #71 on: 06 January 2010, 09:27:53 PM »
Jadi kesimpulannya visuddhi magga otentik atau kontroversial atau ada yg salah atau sengaja dibenarkan karena bagian dari tipitaka?


Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #72 on: 06 January 2010, 09:50:30 PM »
otentik, tapi ada isinya yang kurang pas
dan bukan bagian dari tipitaka
visudhi magga kan kitab komentar yang dikarang oleh bhadantacariya buddhagosa
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #73 on: 06 January 2010, 10:46:36 PM »
Quote
otentik, tapi ada isinya yang kurang pas
dan bukan bagian dari tipitaka
visudhi magga kan kitab komentar yang dikarang oleh bhadantacariya buddhagosa


Maksudnya isinya yg kurang pas bukan bagian dari tipitaka atau visudhimagga bukan bagian dari tipitaka?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #74 on: 06 January 2010, 10:47:37 PM »
yang kurang pas itu di paling atas, coba baca dari awal :D

visuddhi magga adalah kitab komentar.

kitab komentar tidak sama dengan tipitaka.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #75 on: 06 January 2010, 10:58:15 PM »
Quote
Sang Buddha menyatakan bahwa Planet Bumi yang padat ini terbentuk dari zat cair,dan zat cair terbentuk dari zat gas
dikatakan bahwa dalam udara memang ada air.....itu terbukti dimana singapura mampu memproduksi air siap minum dengan dispenser nya...

hal ini tentu sejalan dengan sains.. tapi masalah ukuran yg nyata-nyata salah......sy rasa tidak semua Kitab komentar layak di benarkan karena Mereknya.
tapi kalau mau di kaji...ternyata kitab komentar itu ada yang salah, benar juga tentu ada.....yg jelas fakta nya salah..

mengenai angka 84.000...apabila dikatakan tak terhingga saya juga kurang setuju...
jadi kalau masalah usia manusia rata-rata 84.000 itu gimana? apa dikatakan tak terhitung?

kemudian syair nya pula...
”Dari semua Dhamma yang Saya hafalkan, 82.000 Dhammakhandha Saya pelajari langsung dari Sang Buddha sendiri; sedangkan 2.000 Dhammakhandha dari para bhikkhu, sehinga seluruhnya berjumlah 84.000 Dhammakhandha. ”

jadi saya kira angka 84.000 dikatakan banyak tentu memang banyak....tapi kalau di anggap tak terhitung..saya kira salah besar tuh.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #76 on: 06 January 2010, 11:04:46 PM »
yang kurang pas itu di paling atas, coba baca dari awal :D

visuddhi magga adalah kitab komentar.

kitab komentar tidak sama dengan tipitaka.

ic thanks infonya om apin.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #77 on: 07 January 2010, 07:45:58 AM »
Visuddhi-magga mengatakan diameter bulan itu 49 yojana dan diameter matahari 50 yojana.

Abhidharmakosa mengatakan diameter bulan itu 50 yojana dan diameter matahari 51 yojana.

Bayangkan diameter matahari dan bulan cuma beda 1 yojana, padahal 1 yojana = 10 km.

Secara perhitungan saja sudah salah.
50 yojana x 10 km = 500 km (kira2 diameter matahari / bulan)

Padahal kita tahu diameter bulan itu sekitar 3500 km dan matahari jauh lebih besar lagi.

Jarak antara bulan dan bumi yaitu 42,000 yojana memang sesuai dengan sains, seperti dalam buku bro. Ivan Taniputera.

Namun masalahnya jarak bumi dengan matahari menurut Buddhis juga 42,000 yojana, lebih sedikit (satu sumber mengatakan 8000 wah saja), padahal kita tahu bahwa jarak bumi dan matahari ya jauh sekali.

Bagaimana menurut pendapat temen2?

Kalau menurut Dalai Lama:

"Jika kita meneliti secara ilmiah,.. contohnya matahari dan bulan. Aku tidak ingat berapa persisnya, namun diameter matahari jauh lebih besar daripada bulan. Kita dapat melihatnya dengan persepsi visual yang valid; ini telah dapat dilihat kasat mata. Namun, Abhidharmakosa mengatakan bahwa diameter bulan 50 yojana dan matahari 51 yojana - hanya bebreda 1 yojana."

"Ketika Abhidharmakosa berkata bahwa diameter bulan dan matahari adalah 50 dan 51 yojana, maka ini harus disangkal sebagai makna yang perlu diinterpretasi. Untuk mengatakan 'apa yang kita lihat dalam konteks perhitungan matematis bukanlah permasalahan di sini - ini adalah penampakan yang menipu - dan apa yang dikatakan Vasubandhu di dalam Kosha tentang diameter 50 dan 51 yojana itu adalah benar', kita tentu tidak dapat berkata seperti itu. Ini adalah sikap Buddhis yang mendasar: bila ada penemuan sains yang telah dibuktikan, kita harus menerimanya."

 _/\_
The Siddha Wanderer

Bro Gandalf saya telah membaca Visuddhi Magga, saya tidak ingat dimana dikatakan bahwa diameter matahari hanya 50 yojana? mungkin halamannya? Terima kasih.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #78 on: 07 January 2010, 07:51:34 AM »
Pun ada lagi yang menarik untuk didiskusikan:

Di mana letak Gunung Meru [Sumeru]?

Kalau dikatakan Sumeru = Everest maka ini terlalu berlebihan karena tinggi Sumeru itu 84000 yojana sedangkan Everest paling cuma 800 yojana.

Ada yang mengatakan Sumeru itu simbolisasi Kutub Utara [North Pole] - Kutub Selatan. Ini juga nggak cocok. Diameter bumi [Utara-Selatan] itu 12756.32 kilometer alias nggak sampe 84000 yojana.

Ada yang mengatakan Gunung Sumeru itu di tengah-tengah sistem tata surya ini, di tengah matahari. Simbol pusat alam semesta. Axis Mundi. Secara jarak ini yg paling bisa diterima.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Untuk beberapa lama saya bingung dengan gunung Maha meru ini, sampai kemudian seorang guru medittasi yang cukup terkenal mengatakan bahwa Mahameru tidak kasatmata. Seketika pengertian saya nyambung, hal ini sama seperti istana dewa Catumaharajika diatas pohon yang tak nampak, tetapi ada.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #79 on: 07 January 2010, 09:06:39 AM »
Pun ada lagi yang menarik untuk didiskusikan:

Di mana letak Gunung Meru [Sumeru]?

Kalau dikatakan Sumeru = Everest maka ini terlalu berlebihan karena tinggi Sumeru itu 84000 yojana sedangkan Everest paling cuma 800 yojana.

Ada yang mengatakan Sumeru itu simbolisasi Kutub Utara [North Pole] - Kutub Selatan. Ini juga nggak cocok. Diameter bumi [Utara-Selatan] itu 12756.32 kilometer alias nggak sampe 84000 yojana.

Ada yang mengatakan Gunung Sumeru itu di tengah-tengah sistem tata surya ini, di tengah matahari. Simbol pusat alam semesta. Axis Mundi. Secara jarak ini yg paling bisa diterima.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Untuk beberapa lama saya bingung dengan gunung Maha meru ini, sampai kemudian seorang guru medittasi yang cukup terkenal mengatakan bahwa Mahameru tidak kasatmata. Seketika pengertian saya nyambung, hal ini sama seperti istana dewa Catumaharajika diatas pohon yang tak nampak, tetapi ada.

 _/\_
jadi gunung maha meru itu letak nya di alam dewa kah?
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #80 on: 07 January 2010, 09:24:42 AM »
Quote
Sang Buddha menyatakan bahwa Planet Bumi yang padat ini terbentuk dari zat cair,dan zat cair terbentuk dari zat gas
dikatakan bahwa dalam udara memang ada air.....itu terbukti dimana singapura mampu memproduksi air siap minum dengan dispenser nya...

hal ini tentu sejalan dengan sains.. tapi masalah ukuran yg nyata-nyata salah......sy rasa tidak semua Kitab komentar layak di benarkan karena Mereknya.
tapi kalau mau di kaji...ternyata kitab komentar itu ada yang salah, benar juga tentu ada.....yg jelas fakta nya salah..

mengenai angka 84.000...apabila dikatakan tak terhingga saya juga kurang setuju...
jadi kalau masalah usia manusia rata-rata 84.000 itu gimana? apa dikatakan tak terhitung?

kemudian syair nya pula...
”Dari semua Dhamma yang Saya hafalkan, 82.000 Dhammakhandha Saya pelajari langsung dari Sang Buddha sendiri; sedangkan 2.000 Dhammakhandha dari para bhikkhu, sehinga seluruhnya berjumlah 84.000 Dhammakhandha. ”

jadi saya kira angka 84.000 dikatakan banyak tentu memang banyak....tapi kalau di anggap tak terhitung..saya kira salah besar tuh.

Kita memang tidak perlu melakukan pembenaran terhadap perhitungan di kitab komentar ini. Saya lebih memilih bersikap objektif dengan berpendapat bahwa mungkin saja perhitungan di kitab komentar didasari oleh sudut perhitungan yang berbeda dengan perhitungan astronomi barat.

Mengenai angka 84.000, memang masih belum bisa dipastikan sebagai "angka pasti" atau "angka kiasan". Sejauh ini, banyak teman-teman Buddhis yang berpendapat bahwa fenomena bunga bermekaran menjelang Maha Parinibbana adalah fenomena alam. Sedangkan saya menilai bahwa fenomena itu adalah makna kiasan dari umat-umat yang memberikan banyak persembahan bunga. Demikian juga mengenai angka 84.000 ini. Menurut saya, penggunaan angka seperti ini tidak bisa dipukul rata sebagai "angka pasti" saja; ataupun sebagai "angka kiasan" saja. Ada koridor tertentu untuk menetapkan makna angka 84.000 ini. Tapi kalau sudah begini, sepertinya malah jadi main tafsir. :)

Mengenai usia manusia, memang demikianlah. Dalam mitologi Buddhisme, batas usia manusia (makhluk manussa) memang tidak terbatas. Tidak seperti makhluk deva dan makhluk brahma yang memiliki batasan usia yang jelas.

Dari kesimpulan-kesimpulan ini, kita memang tidak perlu ngotot bahwa kitab komentar atau Tipitaka pasti 100% benar. Dalam Kalama Sutta, Sang Buddha sendiri menyatakan bahwa jangan langsung percaya pada apa yang tertulis di kitab. Karena kitab bisa saja salah; jadi kita tidak perlu naif dengan membenarkan apa yang mungkin saja salah dari literatur Buddhis.

Inilah unik dan demokratisnya dari Buddhisme. Tidak ada ancaman dalam mengritik isi kitab. Tidak ada larangan untuk tidak mempercayai isi kitab. Seumpamanya ada kekeliruan dalam isinya, kita tidak perlu menghibur diri dengan pendapat bahwa kitab pasti selalu benar. Justru setelah mengetahui adanya kekeliruan di kitab, seharusnya senyum kita mengembang: "ternyata pandangan kita tidak melekat pada tulisan semata".

:)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #81 on: 07 January 2010, 02:27:18 PM »
Pun ada lagi yang menarik untuk didiskusikan:

Di mana letak Gunung Meru [Sumeru]?

Kalau dikatakan Sumeru = Everest maka ini terlalu berlebihan karena tinggi Sumeru itu 84000 yojana sedangkan Everest paling cuma 800 yojana.

Ada yang mengatakan Sumeru itu simbolisasi Kutub Utara [North Pole] - Kutub Selatan. Ini juga nggak cocok. Diameter bumi [Utara-Selatan] itu 12756.32 kilometer alias nggak sampe 84000 yojana.

Ada yang mengatakan Gunung Sumeru itu di tengah-tengah sistem tata surya ini, di tengah matahari. Simbol pusat alam semesta. Axis Mundi. Secara jarak ini yg paling bisa diterima.

 _/\_
The Siddha Wanderer

Untuk beberapa lama saya bingung dengan gunung Maha meru ini, sampai kemudian seorang guru medittasi yang cukup terkenal mengatakan bahwa Mahameru tidak kasatmata. Seketika pengertian saya nyambung, hal ini sama seperti istana dewa Catumaharajika diatas pohon yang tak nampak, tetapi ada.

 _/\_
jadi gunung maha meru itu letak nya di alam dewa kah?

Kalau tidak salah istana dewa-dewa Tavatimsa ada di gunung Mahameru.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #82 on: 24 April 2012, 09:24:48 AM »
BTW, saya ada pertanyaan mengenai kosmologi temporal (dari sisi waktu)..

http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhist_cosmology#Vivartasth.C4.81yikalpa

dikatakan para Buddha sebelumnya dalam kalpa ini (Kakusandha Buddha, Koṇāgamana Buddha, Kassapa Buddha) juga orang2 di masa mereka memiliki umur yang sangat panjag (40rb-an) dan badan tinggi dan besar, dan selalu di sekitar Nepal. Tapi, sampai sekarang masih belum ada bukti arkeologi (mis tulang belulang para manusia raksasa, atau bekas2 kebudayaan orang yg hidup sangat panjang). Jadi, apakah cerita2 tersebut benar, kenapa tidak ada bukti arkeologi ? apakah di bumi ?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #83 on: 24 April 2012, 09:59:25 AM »
BTW, saya ada pertanyaan mengenai kosmologi temporal (dari sisi waktu)..

http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhist_cosmology#Vivartasth.C4.81yikalpa

dikatakan para Buddha sebelumnya dalam kalpa ini (Kakusandha Buddha, Koṇāgamana Buddha, Kassapa Buddha) juga orang2 di masa mereka memiliki umur yang sangat panjag (40rb-an) dan badan tinggi dan besar, dan selalu di sekitar Nepal. Tapi, sampai sekarang masih belum ada bukti arkeologi (mis tulang belulang para manusia raksasa, atau bekas2 kebudayaan orang yg hidup sangat panjang). Jadi, apakah cerita2 tersebut benar, kenapa tidak ada bukti arkeologi ? apakah di bumi ?

Apakah anda punya data, berapa umur tertua dari suatu bukti arkeologis? adakah bukti arkeologis dari sesuatu yg berasal dari milyaran tahun yg lalu?

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #85 on: 24 April 2012, 01:19:48 PM »

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #86 on: 24 April 2012, 01:36:14 PM »
1. saya gak bilang sesuatu milyaran.. but since you asked, u meant this ? http://en.wikipedia.org/wiki/Age_of_the_Earth
2. hasil arkeologi tentang kehidupan tertua (multi-cellular) di bumi, adalah yg dari zaman sekitar sini : http://en.wikipedia.org/wiki/Earth_history#Phanerozoic_Eon .. (mulai dari Paleozoic Era) ? hasil arkeologi tentang barang2 zaman Paleozoic Era sampai sekarang tidak ditemukan fosil atau artifak 'manusia raksasa yang berkebudayaan dan memiliki hidup lama' ?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #87 on: 24 April 2012, 01:54:45 PM »
1. saya gak bilang sesuatu milyaran.. but since you asked, u meant this ? http://en.wikipedia.org/wiki/Age_of_the_Earth
2. hasil arkeologi tentang kehidupan tertua (multi-cellular) di bumi, adalah yg dari zaman sekitar sini : http://en.wikipedia.org/wiki/Earth_history#Phanerozoic_Eon .. (mulai dari Paleozoic Era) ? hasil arkeologi tentang barang2 zaman Paleozoic Era sampai sekarang tidak ditemukan fosil atau artifak 'manusia raksasa yang berkebudayaan dan memiliki hidup lama' ?


saya memahami ref yg anda tampilkan itu sebagai suatu hipotesa bukan bukti. dan kesimpulan bahwa "tidak ditemukan" berarti "tidak ada" sepertinya kok kedengaran sangat tidak ilmiah ya? Rujukan anda tentang Paleozoic Era itu juga hanya dalam kisaran ratusan juta tahun lalu (from 542 to 251 Ma), bandingkan dengan masa para buddha yg anda pertanyakan itu yg mungkin jauh lebih lama dari itu. ketidakmampuan teknologi dalam membuktikan tidak bisa disimpulkan bahwa itu tidak benar atau tidak ada.

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #88 on: 25 April 2012, 10:06:46 AM »
ok, berarti secara ringkas, maksud Anda :
- blom ditemukan, jadi masih ada kemungkinan bisa ya atau tidak.
- kemungkinan mereka adalah di masa sebelum dari masa fosil-fosil yang ditemukan (mis sebelum masa Paleozoic)

Tapi supaya gak ada salah paham, saya tidak menyimpulkan para Buddha tersebut itu tidak ada, saya hanya mempertanyakan keberadaan mereka dan peradaban mereka berdasarkan apa (pengetahuan dan teknologi) yang kita (manusia) miliki sekarang, dan apa kemungkinan penjelasan yang mungkin kita berikan sekarang. Karena pertanyaan ini kadang2 agak menganjal hati saya. Cheers !

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #89 on: 25 April 2012, 10:15:33 AM »
ok, berarti secara ringkas, maksud Anda :
- blom ditemukan, jadi masih ada kemungkinan bisa ya atau tidak.
- kemungkinan mereka adalah di masa sebelum dari masa fosil-fosil yang ditemukan (mis sebelum masa Paleozoic)

Tapi supaya gak ada salah paham, saya tidak menyimpulkan para Buddha tersebut itu tidak ada, saya hanya mempertanyakan keberadaan mereka dan peradaban mereka berdasarkan apa (pengetahuan dan teknologi) yang kita (manusia) miliki sekarang, dan apa kemungkinan penjelasan yang mungkin kita berikan sekarang. Karena pertanyaan ini kadang2 agak menganjal hati saya. Cheers !


selama anda tidak bisa membuktikan adalah sah-sah saja untuk mengambil kesimpulan sementara bahwa itu tidak ada, hingga suatu penemuan membuktikan sebaliknya. karena tanpa bukti itu pun anda tetap bisa mempraktikkan inti ajaran para Buddha itu, yaitu memahami dukkha, melenyapkan sumber dukkha, merealisasi lenyapnya dukkha, dan mengembangkan jalan menuu lenyapnya dukkha.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #90 on: 25 April 2012, 10:23:34 AM »
sederhana saja:

bagi mereka yang beriman pada sutta, maka asumsi cerita itu benar sampai ada bukti yang sebaliknya.
bagi mereka yang netral ataupun tidak beriman pada sutta, maka cerita itu masuk dalam kategori dongeng sampai ditemukan bukti keberadaannya, mengingat tidak ada satupun dari genus homo (contohnya homo sapiens, homo erectus, homo neanderthalensis) yang berukuran sebesar itu dan berumur sepanjang itu, mendekati itu pun tidak.

hoax: there might be giants
« Last Edit: 25 April 2012, 10:26:51 AM by morpheus »
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #91 on: 25 April 2012, 07:42:48 PM »
Quote
bagi mereka yang beriman pada sutta, maka asumsi cerita itu benar sampai ada bukti yang sebaliknya.
bagi mereka yang netral ataupun tidak beriman pada sutta, maka cerita itu masuk dalam kategori dongeng sampai ditemukan bukti keberadaannya, mengingat tidak ada satupun dari genus homo (contohnya homo sapiens, homo erectus, homo neanderthalensis) yang berukuran sebesar itu dan berumur sepanjang itu, mendekati itu pun tidak.

hoax: there might be giants

Uniknya, banyak agama dan legenda menceritakan adanya manusia raksasa... kalau dalam Alkitab dikenal Nephilim yang tingginya bisa sampai 300 cubit / 150 m. Buddha Kasyapa aja 20 cubit alias 10 m  :))

Bbrp foto mungkin hoax.. tp ada banyak desas desus fosil manusia raksasa dan foto2 lain bahkan ada yang ditampilkan di museum.. yah masih tergolong cryptozoology..haha

Yang pasti di Indonesia ini (waktu pameran relik keliling) sudah banyak ditampilkan relik Buddha Kashyapa. Dari catatan2 Xuanzang dan Faxian pun dulu di sekitar Nepal ada stupa-stupa yang menyimpan relik Buddha Kanakamuni dan Krakucchanda.

 _/\_
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #92 on: 25 April 2012, 08:21:38 PM »
Uniknya, banyak agama dan legenda menceritakan adanya manusia raksasa... kalau dalam Alkitab dikenal Nephilim yang tingginya bisa sampai 300 cubit / 150 m. Buddha Kasyapa aja 20 cubit alias 10 m  :))

Bbrp foto mungkin hoax.. tp ada banyak desas desus fosil manusia raksasa dan foto2 lain bahkan ada yang ditampilkan di museum.. yah masih tergolong cryptozoology..haha
kalo ada link dari museum beserta isinya, makasih.

sebuah penjelasan mengenai mengapa manusia raksasa itu kemungkinan besar gak ada:
http://web.archive.org/web/20070408155104/http://www.auburn.edu/academic/classes/zy/0301/Topic4/Topic4.html#square

Yang pasti di Indonesia ini (waktu pameran relik keliling) sudah banyak ditampilkan relik Buddha Kashyapa. Dari catatan2 Xuanzang dan Faxian pun dulu di sekitar Nepal ada stupa-stupa yang menyimpan relik Buddha Kanakamuni dan Krakucchanda.
saya pernah melihat pameran yang sejenis. saya sangat meragukan keotentikan reliknya...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #93 on: 25 April 2012, 08:25:52 PM »
Uniknya, banyak agama dan legenda menceritakan adanya manusia raksasa... kalau dalam Alkitab dikenal Nephilim yang tingginya bisa sampai 300 cubit / 150 m. Buddha Kasyapa aja 20 cubit alias 10 m  :))

Bbrp foto mungkin hoax.. tp ada banyak desas desus fosil manusia raksasa dan foto2 lain bahkan ada yang ditampilkan di museum.. yah masih tergolong cryptozoology..haha

Yang pasti di Indonesia ini (waktu pameran relik keliling) sudah banyak ditampilkan relik Buddha Kashyapa. Dari catatan2 Xuanzang dan Faxian pun dulu di sekitar Nepal ada stupa-stupa yang menyimpan relik Buddha Kanakamuni dan Krakucchanda.

 _/\_
Buddha Kashyapa, Kanakamuni, dan Krakucchanda setahu saya sudah hidup lama sekali, dan pada selang waktu itu terjadi kekosongan dhamma..
apakah mungkin kalau stupanya bertahan sementara ajarannya sendiri sudah hilang??
sementara patung buddha zaman sekarang saja banyak yang sudah dihancurkan, selagi ajaran Buddha itu masih ada..
no offense...  :)
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #94 on: 25 April 2012, 08:54:14 PM »
 [at] morph:

Ini Museum org Kristiani Creationist:

http://www.mtblanco.com/



"On the earth there once were giants."
- Greek poet Homer, 400 B.C.E.

 _/\_
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #95 on: 25 April 2012, 09:35:50 PM »
[at] morph:

Ini Museum org Kristiani Creationist:

http://www.mtblanco.com/



"On the earth there once were giants."
- Greek poet Homer, 400 B.C.E.

 _/\_

maaf ya, kayanya itu base on dongeng, kemudian di-sculpt, kemudian dijual.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #96 on: 25 April 2012, 09:43:11 PM »
saya pernah melihat pameran yang sejenis. saya sangat meragukan keotentikan reliknya...

saya bahkan meragukan puja relik itu ajaran Buddha ;)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #97 on: 25 April 2012, 10:37:40 PM »
Ini Museum org Kristiani Creationist:
http://www.mtblanco.com/
wah, om, yang namanya creationism dan museumnya itu "pseudoscience" yang memelintir "bukti2 ilmiah" untuk mendukung teori penciptaan alam semesta terjadi dalam 5000 tahun silam.
kredibilitas museum dan kelompok ini mendekati nol. mereka mencoba menerangkan dinosaurus itu umurnya cuman 5000 tahun dan dinosaurus dulu pernah ada di surga eden ;D
http://en.wikipedia.org/wiki/Creation_Museum

dan bener seperti yg dikatakan om tesla, "bukti fosil" itu bikinan manusia:
Quote
Many of the Creationists sites include the find of a 47 inch femur from Turkey as proof that human giants did exist.

What was this fenur?  First of all, no reference is provided, nor is any picture of the find - so it is just an internet rumor at this point.  At 47 inches, I'd suspect that it is a fossil elephant femur, if it is a femur at all.  Miocene and Pliocene fossils are common in Turkey, including a variety of proboscideans.

Note that in most of the the lists Creationists alwasy cut-and-paste, it does NOT say a "human" femur, it just says "femur".  So how did the human get into the mix?  Well, it's all Kent Hovind's doing.  Hovind uses a model made by Joe Taylor, to fit the report of a 47 inch femur.  Here is what I posted on the other Forum the first time this report was mentioned:

*********** 
This is one of Kent Hovind's (currently langusihing in Federal prison on tax fraud conviction) pet examples. Here is the true story of the "bone":
********************** 
During Part 7 of the Seminar Series Hovind points to the bone and says;
"[...] like this thigh bone here over my head which is from a human which would have been nearly 13 feet tall. [...] That would have been a 13 foot human. Well, if only a fragment of that bone was found nobody would believe it came from a human if they believed in evolution."

There is an interesting story behind this bone.
Firstly, it is not a real bone. Hovind acknowledges this in Part 2 of his video series; "thigh bone replica from a giant skeleton". While it is not uncommon for museums to use replicas for preservation and security reasons, this replica is not based upon an artifact. There is no "giant skeleton". There isn't a single bone. There isn't even a bone fragment.

So where did this "bone" come from? The source is the imagination of Joe Taylor of Mt Blanco Museum. Taylor received a letter claiming large skeletons were found during road construction in Turkey. Other sources claim this "discovery" was made in the 1950's but no references are provided. And like most such stories actual physical artifacts are absent. Hovind claims this "bone" was found in Egypt. Egypt? Turkey? Confused yet? (See also Ed Babinski's comments)

However, the absence of an actual bone didn't stop Taylor. He modeled the femur (thigh bone) on the normal skeleton of "one of the Malachite Man females" (also known as Moab Man) which he has in his collection. Because women's femurs have slight variations to men's Hovind's "13 foot man" is actually a woman.

But by only doubling all of the dimensions of a regular femur Taylor has ignored basic anatomical proportion. The square-cube law observes that doubling the dimensions of an organism increase its mass (volume of body) eight-fold.  Bones of creatures like elephants are so thick relative to length because it is the cross-section of the bone which carries the load. If our giant human remained in proportion, her femur would need to have eight times the cross-section of a regular femur to support the increased load. Taylor has only given her half of the strength she would need. This also means all of the bones of the skeleton poster (see photo) have the wrong proportions.

Taylor sells these 2:1 scale models of a normal femur for US$450 A poster of a 2:1 sketch of a normal skeleton costs $50 extra.

So in summary, Taylor made an oversized replica of a normal human femur to represent a bone whose only evidence of existence is a letter based upon rumor. Additionally, the proportions of the bone are wrong. Then along comes Kent Hovind who tries to pass off this fantasy as science and manages to turn a woman into a man in the process.

Carl Marychurch 2005 (Source: http://www.kent-hovind.com/articles/them_bones.htm )
****************************
I happen to know Joe Taylor quite well, and checked the veracity of this story with him. What is presented above is true, and Joe makes no.....pardon the expression.....bones about it.

Rich
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #98 on: 25 April 2012, 11:10:11 PM »
sorry OOT,

om moprh, kalau artifak gambar2 UFO suku maya itu beneran ga?

Spoiler: ShowHide
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #99 on: 25 April 2012, 11:44:01 PM »
kesan raksasa ini muncul akibat dari kata english untuk satuan panjang "cubit" yg diterjemahkan sebagai "lengan". kata ini berasal dari kata Pali "hattha". menurut suatu sumber, 1 hattha ini panjangnya +/- 11cm, jadi tinggi badan Buddha Gotama yg disebutkan 18 hattha adalah kurang lebih 2m, bukannya 9m dengan satuan lengan (50cm). Tinggi 2m ini masih termasuk normal. walaupun dengan satuan ini tinggi badan para Buddha masa lampau juga masih di atas normal, tapi juga tidak raksasa banget.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #100 on: 26 April 2012, 06:00:30 AM »
 [at] tesla and morph:

as I said, namanya aja masih tergolong CRYPTOZOOLOGY :D ...

Quote
saya bahkan meragukan puja relik itu ajaran Buddha


Yang pasti puja relik sudah ada di kitab-kitab sebelum Mahayana, jd klo otentik sih otentik, tp bener apa nggak ya nggak tau :D

Quote
para Buddha masa lampau juga masih di atas normal, tapi juga tidak raksasa banget.

Berapa hattha tinggi Buddha Kassapa, Kanakamuni dan Kakusandha?

Mungkin ada perhitungan juga berapa kappa umur mereka, krn penerjemahan skrg jadi 20.000-40.000 tahun hitungan zaman skrg.

Lalu berapa hattha tinggi manusia pada zaman Mahasammata (Manu) ketika peradaban manusia dimulai?

-------------------------------------------

Kalau dari novel Fengshen Yanyi yang referensinya dari kisah2 oral legenda zaman dulu, Buddha Krakucchanda hidup pada masa Dinasti Shang di Tiongkok (1600 SM). Anw, itu hanya legenda omongan orang dan novel belaka. Tp siapa tahu?

 _/\_
« Last Edit: 26 April 2012, 06:15:56 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #101 on: 26 April 2012, 06:30:16 AM »
Tambahan:

Evolusi Alam Abhasvara apakah masuk akal? Manusia evolusi dari dewa? Ini tipikal penjelasan agama-agama dan paham-paham kuno. Shinto juga demikian. Atau agama2 Samawi. Atau mungkin ini indikasi buat orang-orang yang mengatakan dulu para Alien berkelana di bumi dan mengajari manusia peradaban?  8) sehingga kadang muncul anggapan kalau Tuhan = Alien?  salah satu referensi: gambar suku Maya di atas  ;D

Kalau di kitab Taois Taishang Laojun Zhenjing dikatakan para dewa mengajari para yuanren (kera besar / manusia purba) peradaban.

Tapi klo dalam kitab Buddhis Tibetan sih... dikatakan ada "manusia kera" yang evolusi jd manusia, mirip Darwin.  ;D

 _/\_
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #102 on: 26 April 2012, 08:39:30 AM »
Maaf ga ngerti apa itu cyptozoologgy.

Biasanya kalau ada logy itu artinya ilmu. Tapi ini emg base on dongeng saja. Kemudian di pengelola museum membuat modelnya. Jadi itu sama sekali bukan tulang asli mahkluk hidup.

Berdasarkan square cube law, utk bertambah besar 2x lipat saja, berat tubuh bisa naik 4x nya. Dan karena berat tubuh itu berhub dg gravitasi maka proporsi tubuh akan berubah dalam artian struktur kaki harus lebih besar.

Bisa bandingkan kaki tikus dibandingin badannya kecil saja. Tapi kaki manusia setidaknya udah menempati hampir 50%  badannya.

Jadi kalau ada manusia raksasa maka tulang kakinya harus jauh lebih gendut lagi drpd badan bag atasnya. Ga bisa ikut proporsi manusia skrg. Otomatis tulang femur tsb fail, coba kalau jadi tampilkan bukan tulang penopang seperti kaki. Mungkin ada spinsor yg langsung membiayai uji umur carbonnya
« Last Edit: 26 April 2012, 08:42:04 AM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #103 on: 26 April 2012, 08:46:24 AM »
Teori ada alien yg ngajari mahkluk bumi bener ga yah? Maaf kalau oot, di science ada yg namanya great leap. Dimana peradaban maju scr tiba2. Ditambah artifak2 aneh yg menggambarkan alien. Tp keaslian artifak2 itu kok sampe skrg belum dijadikan pengetahuan umum yah?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #104 on: 26 April 2012, 08:59:36 AM »
 [at] Indra

Thanks !


IMHO
- mengenai square cube law..perlu diketahui ukuran yg lebih akurat mengenai para Buddha zaman dahulu. Seperti yg mas Indra katakan, berapa kali lipat lebih besar dibandingkan manusia zaman sekarang, keknya dikit aja. Lagian, perlu diketahui berapa 'lebar' badannya juga. Square Cube law itu asumsi 2x lipat di lebar dan tinggi badan, makanya jadi 8 kali. Kalo mis orang2 di zaman itu 'lebar' tubuh lebih kurang sama dengan sekarang, tapi lebih tinggi mis 150% dari sekarang, keknya masih bisa deh. Mengenai masalah tulang, kepadatan tulang orang2 zaman itu bisa lebih kuat dari zaman sekarang (atau bahkan komposisi tulangnya agak beda dengan komposisi tulang kita)..Who knows !
- mengenai alien..keknya ajaran Buddha tidak menutupi kemungkinan ada bentuk kehidupan di planet lain, kan ?

 [at] Tesla
Mungkin :
- kebanyakan itu palsu
- konspirasi pemerintah (play BGM : theme of the X-Files)

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #105 on: 26 April 2012, 09:38:47 AM »
om moprh, kalau artifak gambar2 UFO suku maya itu beneran ga?
gambarnya beneran, tapi apakah maksudnya ufo atau barang lain, itu yg masih diperdebatkan.

ada program di history channel, ancient aliens, yg isinya membahas artifak2 seperti ini.
imo, artifak2 ini sebagian bener2 misterius, tak terjelaskan dan sebagian kesimpulannya melompat.
yah, dinikmati saja...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #106 on: 26 April 2012, 09:44:52 AM »
Evolusi Alam Abhasvara apakah masuk akal? Manusia evolusi dari dewa? Ini tipikal penjelasan agama-agama dan paham-paham kuno. Shinto juga demikian. Atau agama2 Samawi. Atau mungkin ini indikasi buat orang-orang yang mengatakan dulu para Alien berkelana di bumi dan mengajari manusia peradaban?  8) sehingga kadang muncul anggapan kalau Tuhan = Alien?  salah satu referensi: gambar suku Maya di atas  ;D
nah itu dia, di thread lain saya bilang cerita manusia dari abhasara itu sudah gugur di mata science, sehingga berlebihan kalo bilang agama buddha itu ilmiah.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline EonStrife

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 14
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #107 on: 26 April 2012, 11:00:59 AM »
nah itu dia, di thread lain saya bilang cerita manusia dari abhasara itu sudah gugur di mata science, sehingga berlebihan kalo bilang agama buddha itu ilmiah.

energi itu di alam semesta konstan, tapi berubah bentuk..jadi secara kasar bisa dibilang makhluk2 cahaya tersebut yg berupa energi berubah jadi makhluk kasar ?
Bisa aja ada yg evolusi cahaya -> kasar -> berbudaya lebih cepat, dan ada yg lebih lambat..yg lebih cepat memiliki teknologi maju duluan dibandingkan yang lebih lambat...tapi ini semua hanya.....tebakan2an aja, masih blom bisa dibuktikan secara ilmiah :))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #108 on: 26 April 2012, 11:17:29 AM »
nah itu dia, di thread lain saya bilang cerita manusia dari abhasara itu sudah gugur di mata science, sehingga berlebihan kalo bilang agama buddha itu ilmiah.

Menurut saya kisah Abhassara -> manusia  tidak bisa dibilang ilmiah atau tidak, sebab memang itu tidak menjelaskan tentang evolusi fisiologis/biologis manusia (walaupun umat Buddha sekarang sering sama2kan untuk propaganda menyaingi [kebodohan] propaganda lainnya, menurut saya). Dalam Agannasutta (untuk Pali, dan untuk sumber Sanskrit, kalau ada yang mirip, mungkin Bro Gandalf bisa tolong berikan referensinya), dijelaskan bagaimana 'kejatuhan' manusia dari puas dengan kebahagiaan pikiran (yang pada saat itu tidak ada kasta, semua sama), menuju kehausan akan pemuasan indriah, seksualitas, dan akhirnya kepemilikan yang menyebabkan sistem sosial terbentuk, dan otomatis masyarakat terbagi dalam perannya masing-masing, lalu muncullah kasta.

Proses kemunculan kasta ini yang menjadi fokus Buddha dalam Agannasutta, untuk menjelaskan bahwa tidak ada kasta tinggi atau rendah, lahir dari mulut/dada/perut/kaki Brahma, sebab semuanya asalnya makhluk yang terkotori oleh noda bathin dan terkondisi oleh sistem masyarakat.

Ketika mulai dipaksa ke ranah biologi, pakai tafsir ini-itu, barulah bisa dibandingkan, memang SEDIKIT lebih ilmiah dari kebanyakan kepercayaan seperti misalnya kreasionisme yang punya waktu definitif 6000 tahun dan tidak ada evolusi. Namun secara keseluruhan, masih sangat tidak tepat untuk dikatakan 'ilmiah'.


Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #109 on: 26 April 2012, 02:29:45 PM »
energi itu di alam semesta konstan, tapi berubah bentuk..jadi secara kasar bisa dibilang makhluk2 cahaya tersebut yg berupa energi berubah jadi makhluk kasar ?
Bisa aja ada yg evolusi cahaya -> kasar -> berbudaya lebih cepat, dan ada yg lebih lambat..yg lebih cepat memiliki teknologi maju duluan dibandingkan yang lebih lambat...tapi ini semua hanya.....tebakan2an aja, masih blom bisa dibuktikan secara ilmiah :))
agama lain dan fiksi2 yang juga mengatakan hal yang sama.
imo, umat buddha tidak perlu merendahkan levelnya ke level harun yahya. umat buddha justru harus banyak belajar dari kebodohan2 itu untuk mengingatkan dirinya agar tidak melakukan hal yang sama.

sekali lagi, menurut saya, kita lebih baik mendudukkan buddha dhamma ke tempat yang sepatutnya sebagai ajaran yang memberikan solusi pada problem terpenting manusia, yaitu dukkha... hanya itu.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #110 on: 09 March 2013, 10:12:08 PM »
baiklah, karena maunya di sini, maka saya turuti, semoga berkenan menjawab:

Rekan Ariya, untuk jelasnya saya salin kembali tulisan saya.

Saya sama sekali tidak menyebut 84.000 ajaran, tapi 84.000.

Maksud saya, istilah 84.000 itu juga ditemukan dalam kata (misalnya): 84.000 tahun (usia manusia kelak, mengacu para ramalan Buddha), serta 84.000 yojana (satuan ukuran). Jika ditilik dari banyaknya istilah 84.000, bukankah ada indikasi bahwa angka ini sering digunakan untuk sesuatu yang belum terjangkau oleh pikiran, entah itu usia yang sangat panjang, atau juga ukuran yang luar biasa besar. Terkait pembahasan kita tentang makna harfiah dan kiasan, maka maksud saya dengan memperluas sampel pengamatan akan didapatkan makna yang lebih menyeluruh tentang arti kata/istilah 84.000 tersebut.

Semoga kali ini jelas.

Untuk pertanyaan Anda tentang apakah 84.000 ajaran bisa membawa pada Kebuddhaan, tergantung. Jika yang dimaksud adalah makna kiasan, jawaban saya: Tentu bisa. Namun jika yang dimaksud makna harfiah (berarti 84.000 yang diajarkan Buddha di planet ini pada kehidupan-Nya sebagai Siddharta Gautama) maka jawaban saya tidak.

Yang diajarkan Beliau pada pemutaran roda dharma pertama lebih pada Kearahatan, daripada Samma Sambuddha. Sedangkan pada pemutaran roda kedua (Mahayana) baru fokus Beliau pada Kebuddhaan Sempurna (Samma Sambuddha).

Polemik tentang perbedaan pandangan mungkin bisa dilanjutkan di thread lain, agar topik ini tidak melebar dan keluar dari jalur (OOT).

Oke, selamat berakhir pekan dan semoga berbahagia.  _/\_

Rekan Sunya, di sutta apakah ada tertulis tentang 84.000 tahun dan 84.000 yojana itu? ref pls

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #111 on: 09 March 2013, 10:39:54 PM »
Rekan Sunya, di sutta apakah ada tertulis tentang 84.000 tahun dan 84.000 yojana itu? ref pls

1. Cakkavatti-Sihanada Sutta, Sutta ke-26 dari Digha Nikaya.
"Pada saat itu kota yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibu kota yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh rakyat dan berkecukupan. Di Jambudvipa akan terdapat 84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan pada saat itu orang akan memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia), seorang raja yang baik, penakluk keempat penjuru. Dan pada saat orang memiliki harapan hidup hingga 84.000 itulah muncul di dunia seorang Yang Terberkahi, Arahat, Sammasambuddha bernama Metteya"

2. Sattasuriya sutta (AN 4.99).
‘‘Sineru, bhikkhave, pabbatarājā caturāsītiyojanasahassāni āyāmena, caturāsītiyojanasahassāni vitthārena, caturāsītiyojanasahassāni mahāsamudde ajjhogāḷho, caturāsītiyojanasahassāni mahāsamuddā accuggato."

"Sineru, o monks, the king of the mountains, is 84000 yojanas high from the sea level, 84000 yojanas wide, 84000 yojanas deep in the great ocean."


 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #112 on: 09 March 2013, 11:18:13 PM »
1. Cakkavatti-Sihanada Sutta, Sutta ke-26 dari Digha Nikaya.
"Pada saat itu kota yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibu kota yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh rakyat dan berkecukupan. Di Jambudvipa akan terdapat 84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan pada saat itu orang akan memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia), seorang raja yang baik, penakluk keempat penjuru. Dan pada saat orang memiliki harapan hidup hingga 84.000 itulah muncul di dunia seorang Yang Terberkahi, Arahat, Sammasambuddha bernama Metteya"

2. Sattasuriya sutta (AN 4.99).
‘‘Sineru, bhikkhave, pabbatarājā caturāsītiyojanasahassāni āyāmena, caturāsītiyojanasahassāni vitthārena, caturāsītiyojanasahassāni mahāsamudde ajjhogāḷho, caturāsītiyojanasahassāni mahāsamuddā accuggato."

"Sineru, o monks, the king of the mountains, is 84000 yojanas high from the sea level, 84000 yojanas wide, 84000 yojanas deep in the great ocean."


 _/\_

anda tidak mencantumkan sumbernya, tapi sumber DCpedia tidak menyebutkan demikian:

23. ‘Di antara mereka yang memiliki umur kehidupan delapan puluh ribu tahun, anak-anak perempuan menikah dalam usia lima ratus tahun. Dan orang-orang pada masa itu hanya mengetahui tiga jenis penyakit: keserakahan, lapar, dan usia tua.[18] Dan pada masa itu, Benua Jambudīpa akan kuat dan makmur, dan jarak antar desa dan kota hanya sejauh jarak terbang ayam antara satu sama lainnya.[19] Jambudīpa ini seperti Avīci,[20] ramai oleh manusia bagaikan hutan belantara yang dipenuhi tanaman merambat dan semak belukar. Pada masa itu, Vārāṇasi[21] sekarang adalah kota kerajaan yang bernama Ketumatī, kuat dan makmur, ramai oleh orang-orang dan memiliki persediaan yang sangat mencukupi. Di Jambudīpa akan terdapat delapan puluh empat ribu kota dengan Ketumatī sebagai ibu kota kerajaan.’
24. ‘Dan pada masa itu, ketika manusia memiliki umur kehidupan delapan puluh ribu tahun, akan muncul di ibu kota Ketumatī seorang raja bernama Sankha, seorang raja pemutar-roda, raja yang jujur dan adil, penakluk empat penjuru (seperti paragraf 2).’
25. ‘Dan pada masa itu, ketika manusia memiliki umur kehidupan delapan puluh ribu tahun, [76] akan muncul di dunia ini Sang Tathāgata, seorang Arahant, Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna bernama Metteyya,[22] memiliki kebijaksanaan dan perilaku sempurna, Yang Sempurna menempuh Sang Jalan, Pengenal seluruh alam, Penjinak manusia yang dapat dijinakkan yang tiada bandingnya, guru para dewa dan manusia, Tercerahkan dan Terberkahi, seperti halnya Aku sekarang ini. Beliau akan mengetahui segalanya dengan pengetahuan-super yang Beliau miliki, dan menyatakan, di semesta ini dengan para dewa dan māra dan Brahmā, para petapa dan Brāhmaṇa, dan generasi ini dengan para raja dan umat manusia, seperti yang Kulakukan sekarang. Beliau akan mengajarkan Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir, dalam makna dan katanya, dan membabarkan, seperti yang Kulakukan sekarang, kehidupan suci dalam kesempurnaannya dan kemurniannya. Ia akan diiringi oleh ribuan bhikkhu, seperti halnya Aku diiringi ratusan bhikkhu.’


dalam Pali:

107. ‘‘Asītivassasahassāyukesu, bhikkhave, manussesu metteyyo nāma bhagavā loke uppajjissati arahaṃ sammāsambuddho vijjācaraṇasampanno sugato lokavidū anuttaro purisadammasārathi satthā devamanussānaṃ buddho bhagavā. Seyyathāpāhametarahi loke uppanno arahaṃ sammāsambuddho vijjācaraṇasampanno sugato lokavidū anuttaro purisadammasārathi satthā devamanussānaṃ buddho bhagavā. So imaṃ lokaṃ sadevakaṃ samārakaṃ sabrahmakaṃ sassamaṇabrāhmaṇiṃ pajaṃ sadevamanussaṃ sayaṃ abhiññā sacchikatvā pavedessati, seyyathāpāhametarahi imaṃ lokaṃ sadevakaṃ samārakaṃ sabrahmakaṃ sassamaṇabrāhmaṇiṃ pajaṃ sadevamanussaṃ sayaṃ abhiññā sacchikatvā pavedemi. So dhammaṃ desessati ādikalyāṇaṃ majjhekalyāṇaṃ pariyosānakalyāṇaṃ sātthaṃ sabyañjanaṃ kevalaparipuṇṇaṃ parisuddhaṃ brahmacariyaṃ pakāsessati; seyyathāpāhametarahi dhammaṃ desemi ādikalyāṇaṃ majjhekalyāṇaṃ pariyosānakalyāṇaṃ sātthaṃ sabyañjanaṃ kevalaparipuṇṇaṃ parisuddhaṃ brahmacariyaṃ pakāsemi. So anekasahassaṃ [anekasatasahassaṃ (ka.)] bhikkhusaṃghaṃ pariharissati, seyyathāpāhametarahi anekasataṃ bhikkhusaṃghaṃ pariharāmi.

hint: angka 4 adalah "catu" dalam pali.
Asītivassasahassāyukesu -->  Asīti=80, vassa=tahun, sahassa=seribu, āyukesu=umur kehidupan.

dan saya tidak menemukan sutta AN 4.99 Sattasuriya Sutta, karena AN 4.99 dalam banyak versi yg saya temukan adalah Sikkha Sutta (versi ATI), dan  Sikkhāpadasuttaṃ (versi Pali dari http://tipitaka.org)
« Last Edit: 09 March 2013, 11:38:19 PM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #113 on: 10 March 2013, 09:06:39 AM »
Master Sunya ....

Offline urban888

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Kebetulan terjerumus ke DC
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #114 on: 10 March 2013, 06:07:19 PM »
Visuddhi-magga mengatakan diameter bulan itu 49 yojana dan diameter matahari 50 yojana.

Abhidharmakosa mengatakan diameter bulan itu 50 yojana dan diameter matahari 51 yojana.

Bayangkan diameter matahari dan bulan cuma beda 1 yojana, padahal 1 yojana = 10 km.

Secara perhitungan saja sudah salah.
50 yojana x 10 km = 500 km (kira2 diameter matahari / bulan)

Padahal kita tahu diameter bulan itu sekitar 3500 km dan matahari jauh lebih besar lagi.

Jarak antara bulan dan bumi yaitu 42,000 yojana memang sesuai dengan sains, seperti dalam buku bro. Ivan Taniputera.

Namun masalahnya jarak bumi dengan matahari menurut Buddhis juga 42,000 yojana, lebih sedikit (satu sumber mengatakan 8000 wah saja), padahal kita tahu bahwa jarak bumi dan matahari ya jauh sekali.

Bagaimana menurut pendapat temen2?

Kalau menurut Dalai Lama:

"Jika kita meneliti secara ilmiah,.. contohnya matahari dan bulan. Aku tidak ingat berapa persisnya, namun diameter matahari jauh lebih besar daripada bulan. Kita dapat melihatnya dengan persepsi visual yang valid; ini telah dapat dilihat kasat mata. Namun, Abhidharmakosa mengatakan bahwa diameter bulan 50 yojana dan matahari 51 yojana - hanya bebreda 1 yojana."

"Ketika Abhidharmakosa berkata bahwa diameter bulan dan matahari adalah 50 dan 51 yojana, maka ini harus disangkal sebagai makna yang perlu diinterpretasi. Untuk mengatakan 'apa yang kita lihat dalam konteks perhitungan matematis bukanlah permasalahan di sini - ini adalah penampakan yang menipu - dan apa yang dikatakan Vasubandhu di dalam Kosha tentang diameter 50 dan 51 yojana itu adalah benar', kita tentu tidak dapat berkata seperti itu. Ini adalah sikap Buddhis yang mendasar: bila ada penemuan sains yang telah dibuktikan, kita harus menerimanya."

 _/\_
The Siddha Wanderer

ukuran adalah sesuatu yg relative dalam ruang and waktu.....setiap zaman(alam kehidupan) memiliki standar ukuran internasional yg beda......kalo di bumi human si ukuran pake centimeter, inchi, feet, ect.....di alam dewa si ukurannya beda lagi....so wajar2 sj ada ambigu

The Siddha Wanderer  _/\_
Lebih baik punya 1 sahabat daripada 1000 teman lebih baik punya 1000 teman daripada 1 musuh

Offline Landy Chua

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 678
  • Reputasi: 29
  • Gender: Female
  • Berkelana untuk belajar Dhamma ^^
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #115 on: 10 March 2013, 06:33:19 PM »
1. Cakkavatti-Sihanada Sutta, Sutta ke-26 dari Digha Nikaya.
"Pada saat itu kota yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibu kota yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh rakyat dan berkecukupan. Di Jambudvipa akan terdapat 84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan pada saat itu orang akan memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia), seorang raja yang baik, penakluk keempat penjuru. Dan pada saat orang memiliki harapan hidup hingga 84.000 itulah muncul di dunia seorang Yang Terberkahi, Arahat, Sammasambuddha bernama Metteya"

2. Sattasuriya sutta (AN 4.99).
‘‘Sineru, bhikkhave, pabbatarājā caturāsītiyojanasahassāni āyāmena, caturāsītiyojanasahassāni vitthārena, caturāsītiyojanasahassāni mahāsamudde ajjhogāḷho, caturāsītiyojanasahassāni mahāsamuddā accuggato."


"Sineru, o monks, the king of the mountains, is 84000 yojanas high from the sea level, 84000 yojanas wide, 84000 yojanas deep in the great ocean."


 _/\_


Buddha Gautama bukanlah Buddha yang pertama di dalam masa-dunia ini (masa-dunia atau kalpa; satu kalpa lamanya kurang lebih 4.320.000.000 tahun). Buddha-Buddha sebelumnya adalah Buddha Kakusandha, Buddha Konagamana, Buddha Kassapa, Buddha yang akan datang adalah Buddha Mettaya (Maitreya). Dalam Cakkavatti-Sihanada Sutta, Sutta ke-26 dari Digha Nikaya dikatakan bahwa:

"Pada saat itu kota yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibu kota yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh rakyat dan berkecukupan. Di Jambudvipa akan terdapat 84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan pada saat itu orang akan memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia), seorang raja yang baik, penakluk keempat penjuru. Dan pada saat orang memiliki harapan hidup hingga 84.000 itulah muncul di dunia seorang Yang Terberkahi, Arahat, Sammasambuddha bernama Metteya"
Di dalam Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra disebutkan juga:

"O, Arya Sariputra! Pada saat Buddha baru tersebut dilahirkan di dunia Jambudvipa. Situasi dan kondisi dunia Jambudvipa ini jauh lebih baik daripada sekarang! Air laut agak susut dan daratan bertambah. Diameter permukaan laut dari keempat lautan masing-masing akan menyusut kira-kira 3000 yojana, Bumi Jambudvipa dalam 10.000 yojana persegi, persis kaca dibuat dari permata lazuardi dan permukaan buminya demikian rata dan bersih"

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Maitreya



According to Sattasuriya sutta (AN 4.99):

‘‘Sineru, bhikkhave, pabbatarājā caturāsītiyojanasahassāni āyāmena, caturāsītiyojanasahassāni vitthārena, caturāsītiyojanasahassāni mahāsamudde ajjhogāḷho, caturāsītiyojanasahassāni mahāsamuddā accuggato."

"Sineru, o monks, the king of the mountains, is 84000 yojanas high from the sea level, 84000 yojanas wide, 84000 yojanas deep in the great ocean."

sumber : http://www.dhammawheel.com/viewtopic.php?f=23&t=5689&start=0


bantuin om sunya mungkin beliau lagi sibuk .. CMIIW   _/\_


Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #116 on: 11 March 2013, 03:30:07 AM »
ukuran adalah sesuatu yg relative dalam ruang and waktu.....setiap zaman(alam kehidupan) memiliki standar ukuran internasional yg beda......kalo di bumi human si ukuran pake centimeter, inchi, feet, ect.....di alam dewa si ukurannya beda lagi....so wajar2 sj ada ambigu

The Siddha Wanderer  _/\_ 

Koq salamnya sama persis, klonengannya Gandalf kah?  ::) :whistle:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline urban888

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Kebetulan terjerumus ke DC
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #117 on: 11 March 2013, 07:59:13 AM »
Koq salamnya sama persis, klonengannya Gandalf kah?  ::) :whistle:

bukan Koh....cuma2 niru2 doang  ;)
Lebih baik punya 1 sahabat daripada 1000 teman lebih baik punya 1000 teman daripada 1 musuh

 

anything