//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Jangan Pikirin "LANGIT", kalo "BUMI" kita masih belum becus... :D  (Read 1961 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline anthony

  • Teman
  • **
  • Posts: 55
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • Sabbe Sankhara Anicca
“Jangan pernah coba-coba mikirin “LANGIT”, kalo ”BUMI” anda aja belum becus”
 
Demikianlah petikan dari ucapan Marcell Siahaan, saat diwawancarai oleh sebuah stasiun TV Swasta, yang sempet saya tonton tadi pagi. Saya setuju banget ama ucapan dy, karena banyak diantara kita yg sibuk urusin ”langit” padahal ”buminya” aja belum beres, hahaha...;p
 
Begitu banyak ”makhluk2x suci” yang bertebaran di luar sana, sampe kadang bikin saya pusing skaligus geli ngikik2x, karena setau saya, mereka yg sudah  suci beneran biasanya DIAM,, hahaha... Baik di pergaulan, maupun sesi kebaktian, saya banyak menemukan ”mereka2x yg sudah mencapai kesucian” ini, wkwkwk....;p
 
Contohnya gini, beberapa waktu yg lalu saat saya share, saya menyampaikan bahwa dalam hidup, kita harus berusaha untuk tidak pernah menilai negatif dan juga berprasangka buruk pada siapapun, karena kita sendiri pun belum bebas dari kekurangan maupun kesalahan. Dengan selalu berpandangan positif kepada siapapun, maka hidup kita bisa slalu damai dan bahagia, di saat itu saya berikan sebuah contoh dlm bentuk joke bahwa, ”saat kita punya istri yg kebetulan maniak belanja skalipun, para suami sebaiknya jgn jengkel, tapi justru  menjadi motivator bagi diri para suami untuk bekerja lebih keras lagi dalam cari uang supaya bisa memenuhi kebutuhan belanja sang istri, sehingga hati pun bisa jadi damai karena sudut pandangnya telah menjadi beda...” (hehehe...)
 
Tapi ada rekan di ruangan itu yg langsung keberatan dgn joke saya tersebut dan komen bahwa, ”kalo dy gak setuju sama cara pandang saya, karena itu namanya menyesatkan istri ke jalan yg salah, karena kalo itu terjadi ama dy, dy pasti akan memberikan nasehat kepada istrinya untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kebiasaan belanjanya yg kurang positif itu...”
 
Saya lalu balik nanya ama rekan tersebut,”boleh saya tanya kepada diri anda sendiri, mana jauh lebih nyaman,’diberikan nasehat oleh orang lain atau melihat contoh langsung prakteknya’?”. Rekan tersebut langsung terdiam, dan saya lalu melanjutkan,”sebagian besar manusia di dunia ini, saat diberikan nasehat oleh orang lain akan memiliki kecenderungan untuk semakin memberontak, karena ada refleks untuk melindungi egonya masing2x dengan melakukan PEMBENARAN TERHADAP TINDAKANNYA MASING2X, sehingga dalam hatinya kadang timbul komen,’kayak yang nasehatin gw kebaekan aja...’”, hehehe...
 
Terakhir saya bilang kepada rekan tersebut, ”Bahwa tadi saya kasih ilustrasi tentang istri gila belanja tersebut, murni sebagai joke bahwa betapa nyamannya hati dan hidup kita, saat kita telah mampu untuk berpandangan positif terhadap segala hal apapun. Sedangkan untuk ’memperbaiki’ hal tersebut, daripada kasih nasehat (yg belum tentu didengerin, tapi disebelin malah iya dan malah jadi pemicu keributan dlm rumah tangga), mendingan langsung kasih contoh prakteknya dengan cara, setiap kali ada kegiatan sosial spt baksos, dana bhikkhu, dsb. Istrinya diajak, sehingga bisa melihat dan praktek langsung dlm kegiatan2x sosial tersebut, yg sukur2x diharapkan akan merubah pandangan dan juga hati sang istri tentang makna hidup berdana. Perkara mau atau gak mau, itu urusan belakangan, yang penting jangan pernah berhenti untuk MENGAJAK. Dan itu rasanya jauh lebih bijaksana ketimbang NASEHAT, sebab ’satu praktek nyata kebajikan yg meski sederhana sekalipun pasti jauh lebih berharga daripada seribu nasehat skalipun’...”
 
Dan demikianlah yang terjadi pada anak2x kita, jangan pernah coba2x untuk berani kasih nasehat untuk hormat, patuh dan berbakti kepada orang tua, bila kita sendiri ternyata masih belum becus dalam menghormati dan berbakti kepada orang tua kita sendiri (kakek dan nenek mereka). Karena selain anak2x biasanya memiliki kecenderungan untuk copy paste bulat2x apa yang dilakukan oleh orang tua mereka, hal ini juga membuktikan bahwa CONTOH PERBUATAN NYATA MEMANG SUDAH PASTI JAUH LEBIH AMPUH DAN LEBIH BERHARGA DARIPADA SERIBU ATAU BAHKAN JUTAAN NASEHAT SEKALIPUN...
 
Pada akhirnya betul kata Marcel di atas tadi, bahwa kita emang lebih sibuk berteori dengan ”langit”, padahal praktek ”buminya” aja belum becus”, hahaha... Rekan lain juga ada yg share bahwa ayahnya sudah mulai pikun, dan ayahnya menjalani kepikunannya dengan damai dan bahagia, sedangkan dy sibuk motivasi bapaknya supaya bermeditasi dan melatih diri dan terus mendorong papanya agar jangan bersikap pasrah kepada kepikunannya itu, namun rekan tersebut itu juga bingung karena kenapa hal yang menurutnya baik itu ditanggapi dengan penuh emosional oleh sang ayah dan mengakibatkan dy harus sering ribut sama papanya, PADAHAL DY MERASA APA YG DY LAKUKAN SUDAH BENAR....
 
Saya tanya balik ama dy, ”kalo anda dikasih dua pilihan, ’papa anda pikun namun hatinya damai dan bahagia sehingga saat akhir hidupnya, meski sudah lupa semuanya sekalipun, ia bisa tetap menjaga kedamaian hatinya dan bisa berbahagia menuju perjalanan ke kelahiran berikutnya.... ATAU... papa anda tetep inget semuanya, namun menyimpan kejengkelan yg sangat dalam karena paksaan anda (untuk melatih diri itu), sehingga pada saat akhir hidupnya yg diingat adalah KEMARAHANNYA KEPADA ANDA, dan ternyata dendamnya itu sangat mempengaruhi perjalanannya ke kelahiran berikutnya... ANDA MAU PILIH YG MANA???”
 
Kadang kita emang sering DIBUTAKAN OLEH SEBUAH KEBENARAN, SEHINGGA KITA SERING TIDAK MENGGUNAKAN CINTA KASIH DAN KEBIJAKSANAAN PADA SAAT MELAKUKAN TINDAKAN DALAM HIDUP. Padahal apa yang kita anggap baik menurut diri kita, belum tentu baik juga menurut orang lain....
 
Betapa kita sering tertipu oleh ilusi dari kebaikan atau kebenaran itu sendiri, sehingga kita masih sering MARAH, JENGKEL, KESAL DAN JUGA KECEWA, saat kita dikhianati oleh orang yg kita cintai, atau segala perbuatan baik kita ternyata malah berbuah hal2x yg kurang positif dalam hidup kita. Itu berarti, kita sesungguhnya belum benar2x baik dalam hidup kita, karena ternyata... KITA MASIH NGAREPIN PAMRIH ATAS SEGALA KEBAJIKAN KITA DAN KITA TERNYATA BELUM BENAR2X TULUS DALAM MELAKUKAN SEGALA KEBAJIKAN TERSEBUT DENGAN PENUH PELEPASAN TOTAL. Sehingga saat segala kebajikan yg kita lakukan malah berbuah sebaliknya, kita menjadi sedih dan kecewa, dan kadang2x berbuntut kita bisa stress, gila, bunuh diri atau bahkan merubah kita jadi ORANG JAHAT, hahaha.... Inilah yang disebut ILUSI KEBAIKAN, dan hal ini bisa terjadi karena kita emang terlalu sibuk ngeliat ”LANGIT”, tapi lupa menginjak ”BUMI”. Andai kita sudah mampu tulus dalam setiap aspek dalam kehidupan kita, MESKI ada badai dan neraka yang hadir dalam hidup kita sekalipun, kita pasti tetap mampu menjaga kedamaian dan kebahagiaan hati dan hidup kita, karena KITA SUDAH MAMPU BERSYUKUR DI SETIAP MOMEN DALAM HIDUP KITA..
 
Saat mengakhiri interviewnya, Marcell menutup dengan sebuah kalimat singkat namun sangat bijak menurut saya, ”Kita gak perlu terlalu  pikirin ”Langit”, karena biasanya ia pasti akan hadir sendiri dalam hidup kita, saat ”Bumi” kita sudah benar-benar baik”. :)

Semoga sharing sederhana ini, bisa bermanfaat bagi kita semua, termasuk bagi saya sendiri dan semoga semua makhluk slalu hidup berbahagia sedemikian adanya..
 with love..

[Sumber Note Wedyanto Hanggoro http://www.facebook.com/note.php?note_id=433893422498 ]
 _/\_
Tadyatha hum Gate-gate param gate Parasamgate bodhi Svha.. _/\_