//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Top1

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 28
61
Beberapa jasa seperti jasa service ac ( banyak rumah, apertement, gedung, perkantoran, & mall) tentu membutuhkan perawatan rutin.

Terima kasih atas tanggapan-nya. Bagaimana jika yang mau memulai usaha ini tidak mengerti soal service ac?

62
Theravada / Re: Bhikku Berantem?
« on: 04 March 2013, 03:48:48 PM »
karena anda penasaran ingin mengetahui kejadian lebih detail, sampai ingin mengerti bahasa Thai.
makanya anda ditanya apakah anda wartawan atau pengacara yang ingin menjadi pembela atas kasus ini !
jika anda bukan keduanya, patutlah anda di panggil Kepo.  ^-^

Saya bertanya dengan baik2, jika anda tahu silahkan ditanggapi, jika tidak tahu jangan Kepo di thread orang :whistle:

63
Kafe Jongkok / Re: Kenapa Rekan Djoe Mendapat Reputasi Minus?
« on: 03 March 2013, 04:46:08 PM »
ini hanya masalah selera.
Masakan pedas tidak disukai di China,kalau di Surabaya kebanyakan suka pedas.
Jadi suka suka aja.
Haha Sunya kalah ama saya,apa lagi Djoe jauhhhhh.
Tapi ada maksud lain TS Nulis thread ini----mungkin.

Apakah berarti rekan Djoe dan Sunya berada di tempat yang salah?  ^-^
 :-? Saya jadi pengen tahu apa maksud TS nulis thread ini

64
Kafe Jongkok / Re: Kenapa Rekan Djoe Mendapat Reputasi Minus?
« on: 03 March 2013, 02:42:45 PM »
spt nya gara2 isi kosong kosong isi,... tdk mampu menjelaskan dgn baik...maka hasilnya lihat sendiri...

Yah saya ada melihat, reputasi Sunya berkurang -3 dalam sehari karena perdebatan  :P. Kemaren seingat saya reputasi dia 3, hari ini sudah jadi 0

65
Quote
DHAMMAPADA VIII : 109

Suatu waktu terdapat dua orang pertapa yang tinggal bersama, mempraktekkan pertapaan yang keras (tapacaranam) selama bertahun-tahun lamanya. Kemudian, satu di antara dua pertapa itu meninggalkan kehidupan bertapa dan menikah. Setelah seorang anak laki-lakinya lahir, keluarga tersebut mengunjungi pertapa tua temannya dan memberi hormat kepadanya.

Kepada kedua orang tua anak itu sang pertapa berkata, "Semoga kalian panjang umur", tetapi dia tidak berkata apa-apa kepada si anak.

Kedua orang tua tersebut bingung dan menanyakan kepada pertapa, apakah alasannya ia tidak berkata apa-apa kepada anak itu. Sang pertapa berkata kepada mereka bahwa anak tersebut hanya akan hidup tujuh hari lagi dan ia tidak tahu bagaimana untuk mencegah kematiannya, tetapi Buddha Gotama mungkin tahu bagaimana cara mencegahnya.

Kemudian orang tua tersebut membawa anaknya menghadap Sang Buddha; ketika mereka memberi hormat kepada Sang Buddha, Beliau juga berkata "Semoga kalian panjang umur" hanya kepada kedua orang tua itu dan tidak kepada anaknya.

Sang Buddha juga memperkirakan kematian akan datang pada anak itu. Untuk mencegah kematiannya, Sang Buddha berkata kepada orang tua itu agar mereka membangun pavilliun di depan pintu masuk rumahnya dan meletakkan anak tersebut pada dipan di dalam pavilliun. Kemudian beberapa bhikkhu diundang ke sana untuk membaca paritta selama tujuh hari. Pada hari ketujuh Sang Buddha sendiri datang ke pavilliun itu. Para dewa dari seluruh alam semesta juga datang. Pada waktu itu raksasa Avaruddhaka berada di pintu masuk, menunggu kesempatan untuk membawa anak itu pergi. Tetapi kedatangan para dewa menyebabkan raksasa tersebut hanya dapat menunggu di suatu tempat yang jauhnya 2 yojana dari anak tersebut. Sepanjang malam, pembacaan paritta dilaksanakan tanpa henti, sehingga melindungi anak tersebut. Hari berikutnya, anak tersebut diambil dari dipan dan melakukan penghormatan kepada Sang Buddha.

Pada kesempatan itu, Sang Buddha berkata "Semoga kamu panjang umur" kepada anak tersebut. Ketika ditanya berapa lama anak tersebut akan hidup, Sang Buddha menjawab bahwa ia akan hidup selama seratus dua puluh tahun. Kemudian anak itu diberi nama Ayuvaddhana.

Ketika anak tersebut remaja, ia pergi berkeliling negeri dengan disertai lima ratus orang pengikut. Suatu hari, mereka datang ke Vihara Jetavana, para bhikkhu mengenalinya, dan bertanya kepada Sang Buddha:

"Dengan melaksanakan apa seseorang bisa berumur panjang?"

Sang Buddha menjawab, "Dengan menghormati dan menghargai yang lebih tua, yang memiliki kebijaksanaan serta kesucian, niscaya seseorang akan memperoleh tidak hanya umur panjang, tetapi juga keindahan, kebahagiaan, dan kekuatan".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 109 berikut:

Ia yang selalu menghormati dan menghargai orang yang lebih tua,
kelak akan memperoleh empat hal, yaitu:
umur panjang, kecantikan, kebahagiaan, dan kekuatan.

66
Theravada / Re: Bhikku Berantem?
« on: 03 March 2013, 10:40:16 AM »
Cuma rasa penasaran saja hal apa yang membuat orang yang sudah memutuskan membiara, berantem.
Karena itu saya bertanya dengan tanda tanya di topik.

Jika anda tahu boleh ditanggapi, jika tidak bisa menanggapi, berarti apakah anda termasuk kepo di topik ini?

67
Diskusi Umum / Re: MELESTARIKAN AJARAN DHAMMA ATAU MENGHANCURKAN
« on: 03 March 2013, 02:05:08 AM »
Quote
Kejadian-kejadian yang digambarkan dekat dengan kematian raja Mahasena sekitar tahun 304 M, yang mengikuti kemenangan Mahavihara atas musuh pahit mereka vihara Abhayagiri. Permusuhan ini telah dimulai sekitar 400 tahun sebelumnya, ketika vihara Abhayagiri, setelah didirikan oleh raja Vattagamani, menjadi rumah dari Bahalamassutissa, pengikut seorang (bernama) Mahatissa tertentu, yang dikeluarkan dari Mahavihara karena keakraban yang tidak pantas dengan umat awam. Vihara ini kemudian dianggap sebagai perpecahan dari Theravada. Abhagiri diasosiasikan dengan ajaran yang dicurigai yang diimpor dari daratan (India). Karena sedikitnya literatur mereka yang bertahan, tidak jelas bagaimana posisi ajaran mereka terlibat.

Kedua vihara menerima dukungan kerajaan sampai masa Voharika Tissa, sekitar tahun 230 M, ketika Abhagirivasin dituduh mengimpor kitab 'Vetulya'. Biasanya diduga bahwa kitab ini berhubungan dengan Mahayana, walaupun terdapat sedikit bukti langsung. Dalam segala hal, kitab-kitab ini ditindas. Tidak ada pembicaraan atas ajaran yang diajarkan atau mengapa ajaran ini sangat berbahaya. Kita mungkin dimaafkan untuk membayangkan apakah isi sebenarnya teks-teks ini semuanya relavan.

Dalam setiap kasus, buku-buku 'Vetulya' dibakar dan para bhikkhu ditindas. Mengikuti hal ini, raja Voharikatissa, Gothabhaya, dan Jetthatissa mendukung Mahavihara. Namun Abhayagiri terus-menerus membuat masalah. 60 orang bhikkhu dikeluarkan oleh raja Gothabhaya karena menganut Vetullavada; ini digambarkan dalam Mahavamsa sebagai 'duri dalam agama sang Penakluk', sama persis seperti Dipavamsa menyebut Vajjiputtaka dan pemecah belah lainnya 'duri dalam pohon banyan'. Agak belakangan kemudian, Nikayasangraha dari Dharmakirti (abad ke-14) mengubah analogi tulisan ini menjadi sejarah, dengan mengakui bahwa sekitar tahun 32 M, beberapa saat setelah Abhayagiri didirikan, sekelompok bhikkhu Vajjiputtaka dibawah kepemimpinan seorang (bernama) Dharmaruci tertentu, datang ke Sri Lanka dan, ditolak oleh Mahaviraha, menemukan dukungan di Abhayagiri. Inilah para Vajjiputtaka/Mahasanghika yang lalai (mematuhi Vinaya).

Namun segera keadaan berubah. Seorang bhikkhu bernama Sanghamitta tiba dari India. Digambarkan dalam warna yang paling gelap oleh Mahaviharavasin, bhikkhu ini menolong Abhayagiri untuk mengelompokkan diri kembali. Ia ditolak oleh raja Jetthatissa dan kembali ke India; tetapi saat naik tahtanya Mahasena ia kembali dan mengadakan upacara penobatan untuk sang raja. Di bawah pengaruh Sanghamitta raja Mahasena memperlakukan dengan kejam Mahavihara: para bhikkhu diusir keluar dari vihara selama sembilan tahun, dan Abhayagirivasin bersama dengan menteri yang jahat Sona, melucuti Mahavihara dari harta kekayaannya untuk menghiasi Abhayagiri. Pendukung Mahavihara sangat gempar sehingga seorang menteri bernama Meghavannabhaya mengundurkan diri ke wilayah Malaya, di mana para Mahaviharavasin berdiam dalam pengasingan, mengumpulkan bala tentara dan berjaga-jaga di ibukota. Namun hari-hari itu adalah hari-hari yang bersifat ksatria. Menteri yang memberontak merenungkan bahwa ia tidak seharusnya makan jauh dari sahabat baiknya sang raja, maka pada malam menjelang pertempuran mereka berbagi sarapan. Raja bertanya mengapa Meghavannabhaya bermaksud berperang, dan ia menjawab bahwa ia tidak dapat menahan diri melihat penghancuran Mahavihara. Raja dengan bijaksana meminta maaf dan berjanji untuk membangun kembali Mahavihara: teladan yang mengagumkan bagi mereka yang akan melancarkan perang suci saat ini. Namun salah satu istri raja sangat bersedih sehingga ia memerintahkana Sanghamitta dan Sona dibunuh. Abhayagiri kemudian dilucuti untuk menghias Mahavihara.

Kejadian ini berujung dengan kematian Mahasena. Mahavamsa, dalam terjemahan Geiger, berakhir dengan kata-kata: 'Demikianlah ia mengumpulkan bagi dirinya sendiri banyak kebajikan dan banyak kesalahan," yang sangat sempurna membungkus dunia moral dari kronologi Sri Lanka yang mendalam dan ambigu. Selama ini kita melihat sebuah kesetiaan yang asli terhadap cita-cita Dhamma, Sementara terdapat sedikit bukti penembusan ajaran yang lebih maju dan prakteknya melalui kebudayaan tersebut, raja masih membuat usaha yang gigih untuk hidup sesuai dengan cita-cita raja bajik seperti yang diwakili oleh raja Asoka. Namun permintaan pemerintah tidak dapat dielakkan lagi berkompromi dengan cita-cita luhur ini. Setelah dengan dekat menjalin konsepsi agama Buddha mereka dengan bangsa Sri Lanka, Sangha menemukan bahwa tidak mungkin mempertahankan kemerdekaan dari arena politik. Sementara kita tidak dapat menerima semua yang kita temukan dalam halaman-halaman berdarah ini, kita harus mengingat bahwa sejarah adalah seperti ini, di mana pun, setiap waktu. Pada keseluruhan Sri Lanka tidak lebih buruk dari yang lain, dan mungkin lebih baik daripada yang terburuk. Tidak diragukan lagi tradisi Buddhis lainnya telah menghadapi pilihan yang pahit dan perjuangan yang berbahaya. Perbedaannya bahwa kita tidak mengetahui apa pun tentang mereka, karena Sinhala (orang Sri Lanka) satu-satunya umat Buddha dari India kuno yang memelihara literatur sejarah. Literatur tersebut menegaskan bahwa tanpa beberapa kali kekerasan yang mendukung, agama Buddha tidak akan dapat bertahan. Sementara kita harus menyesali kekerasan tersebut, kita tidak dapat menyangkal bahwa tradisi, termasuk teks-teks yang mengatakan pada kita kisah ini, kenyataannya telah bertahan sedangkan yang lain gagal.

[dst....]

Mahavamsa melukiskan raja Dutthagamani yang dikuasai rasa bersalah kembali dari medan perang dan mencari pelipur lara dari Sangha karena membunuh ribuan orang dalam pertempuran, seperti halnya Asoka mencari pelipur lara dari Moggaliputtatissa karena pembunuhan para bhikkhu Asokarama, atau Ajatasattu mencari pelipur lara dari Sang Buddha karena membunuh ayahnya raja Bimbisara. Para arahanta meyakinkan raja bahwa ia tidak perlu merasa sangat menyesal, karena ia sesungguhnya hanya membunuh satu setengah orang: satu orang yang menjalankan lima pelatihan (Pancasila), setengahnya (adalah orang yang) mengambil Tiga Perlindungan (Tisarana). Sisanya tidak dianggap. Seperti semua mitos yang baik, kisah ini tidak lekang oleh waktu; oleh sebab itu kisah ini menjadi sentral bagi dasar pembenaran Sangha Sri Lanka atas perang melawan bangsa Tamil.

Versi lain pernah bahas di DC ada di thread ini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,18007.0.html

68
Diskusi Umum / Re: MELESTARIKAN AJARAN DHAMMA ATAU MENGHANCURKAN
« on: 03 March 2013, 12:02:23 AM »
dalam sebuah forum dengan jumlah member ribuan spt DC ini, kita tentu tidak bisa berharap bahwa semua membernya memiliki sifat dan watak serupa, dan sebenarnya para moderator yg diharapkan menjaga ketertiban forum ini pun kadang sengaja membiarkan suatu perdebatan panas, padahal mrk bisa saja me-lock atau menghapus thread itu, tentu para mod itu memiliki pertimbangan tertentu dalam hal ini. sebenarnya dari survey yg pernah dilakukan, sering kali suatu thread panas itu paling banyak digemari dan dibaca oleh para pengunjung (member/guest), ini menunjukkan bahwa thread tersebut memiliki rating tinggi. dari banyak postingan2 sampah OOT ataupun celaan, mungkin saja terdapat 1 atau 2 postingan ingin berpotensi mencerahkan pembacanya.

Dalam hal banyak hal memang saya melihat mod yang justru sengaja melempar thread panas. Baiklah jika memang demikian tujuan forum ini.

IMHO, kualitas justru lebih penting daripada kuantitas. Makanya orang yang mencapai kesucian selalu jumlahnya jauh lebih sedikit. Dengan memberi contoh bahwa debat dalam forum diwarnai Celaan, olokan atau sejenisnya, menimbulkan kesan yang kurang baik terhadap agama Buddha itu sendiri.

Baiklah jika demikian ada-nya karena anda mengatakan mungkin ada 1 atau 2 postingan yang mencerahkan. Semoga member2 yang berkualitas semakin banyak.

69
Diskusi Umum / Re: MELESTARIKAN AJARAN DHAMMA ATAU MENGHANCURKAN
« on: 02 March 2013, 11:35:55 PM »
Bertanya itu tidak masalah, asal tidak dengan asumsi bahwa itu sudah salah.

Boleh dipertanyakan tapi penanya yang baik tidak berasumsi dahulu bahwa dia sudah benar.

Contoh thread ini yang bukan aliran : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2534.0.html

Penjelasan bro Forte dalam hal ini sangat baik :

Mohon maaf jika OOT

Hm.. sedikit komplen ya buat bro Riki..
Anda di sini dalam status bertanya.. jadi anggaplah diri Anda tidak tahu.
Jadi jika Anda bertanya, lalu ada yang menjawab pertanyaan Anda, Anda idealnya menghargai jawaban itu, dan bila tidak puas dengan jawaban itu Anda bisa bertanya kembali dengan nada yang lebih sopan.

IMO, Menjudge seseorang yang menjawab pertanyaan Anda menurut pengetahuan dia dengan mengatakan dia berbuat karma buruk itu sangatlah tidak etis. Bahasa kasarnya, sudah baik pertanyaan Anda dijawab, tetapi malah dikatakan berbuat karma buruk. Ini forum diskusi, bukan forum benar / salah. Semuanya didiskusikan di sini. Kalau ada yang tidak benar maka diluruskan bukan dijudge benar dan salah.

Karena praktek Buddha Dhamma tidak hanya suci dari tidak memakan daging, tetapi juga dari menjaga ucapan dan perkataannya termasuk dalam sila ke 4 dari Pancasila Buddhis

Semoga dapat dipahami. Mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan

70
Mahayana / Re: biksu mahayana melanggar kaga kek gini?
« on: 02 March 2013, 11:26:46 PM »
Anda benar, Top. Ini adalah kesalahan saya. Kalau Top ingin, saya akan minta maaf untuk ke 2 kalinya. Apakah anda ingin dipanggil Om atau lainnya, Top? Maaf saya OOT lagi.

Tidak perlu minta maaf, selanjutnya fokus ke topik saja bro Sunyata  _/\_

71
Diskusi Umum / Re: MELESTARIKAN AJARAN DHAMMA ATAU MENGHANCURKAN
« on: 02 March 2013, 11:24:35 PM »
ya yg anda posting itu sebenarnya kan untuk membantah bahwa agama Buddha adalah agama yg damai, bukan? yg pada kenyataannya ternyata juga ada konflik berdarah yg mungkin sengaja ditutup2i, seperti halnya kasus ketidak-bermoralan oknum2 "rahib" yg menurut sebagian orang seharusnya ditutup2i.

Ketidak-moralan oknum2 rahib saya setuju memang tidak perlu ditutup2in untuk aliran manapun.
Namun jika board aliran lain contohnya Mahayana, sutra-sutranya sering diolok-olok dan akhirnya OOT. Apakah jika diolok maka mereka harus terima saja bahwa sutra mereka dianggap tidak benar. Mungkin menurut aliran lain dalam hal ini theravada sutra-sutra itu tidak benar tapi setelah umat2 mahayana mempraktekkan-nya mereka merasakan manfaat-nya yah tidak harus dirubah keyakinan-nya dengan olokan dan sindiran.

Yah hal2 semacam itu harus diperhatikan. Bukan berarti tidak boleh dipertanyakan, tapi tidak perlu dengan sindiran dan olokan.

72
Mahayana / Re: biksu mahayana melanggar kaga kek gini?
« on: 02 March 2013, 11:11:08 PM »
Newbie minta izin ngomong yah.
Panggil Om memang tidak salah.

Tapi kalau ada orang tidak suka dipanggil om, yah gak harus dipaksakan juga kan?

Tanya aja mau-nya dipanggil apa?
Demikian kan gak harus debat yang  :outoftopic:

 :backtotopic: pls

73
Sabtu, 02/03/2013 20:23 WIB
Ditinggal Ibu Memasak, Balita 2 Tahun Tewas Tenggelam Dalam Ember
Arvin Dwi Pranoto - detikSurabaya



 
Dini Dwi Hapsari/Arvin DP Ngawi - Ditinggal sang ibu memasak, seorang balita asal Dusun Wareng, Desa Beran, Kecamatan Ngawi, tewas saat bermain air sendirian di kamar mandi. Balita 2 tahun bernama Dini Dwi Hapsari itu tewas tenggelam di sebuah ember.

"Sekitar jam 15.00 WIB cucu saya buang air besar (BAB) di kamar mandi depan dibantu ibunya. Usai BAB, Dini dibiarkan bermain air sedang ibunya memasak di dapur," kata nenek Dini, Suparti (62) kepada detiksurabaya.com, Sabtu (02/03/2013).

Selain WC, kata Suparti, di kamar mandi hanya ada keran air dan ember besar sehingga ibu Dini, Samini (30), tidak berpikiran terjadi kecelakaan trsebut.

Peristiwa ini pertama kali diketahui oleh Suradi (31), ayah Dini. Saat itu Suradi pulang dari bekerja di Bagian Tata Usaha SMA Negeri 2 Ngawi. Begitu masuk rumah, Suradi mencari anak keduanya yang biasanya selalu menyambut kedatangannya usai pulang kerja.

"Sepulang kerja, saya mencari Dini karena biasanya anak itu selalu menyambut saya dengan manja. Istri saya yang sedang memasak memberitahu kalau Dini bermain air di kamar mandi," ucap Suradi sedih.

Suradi kemudian menyuruh anak pertamanya, Dimas, untuk memanggilnya. Saat sampai di kamar mandi, Dimas hanya diam saja sambil menunjuk ke dalam. Karena penasaran, Suradi mendekat ke kamar mandi.

Betapa terkejutnya Suradi saat mendapati Dini sudah terjebur ember dengan posisi kaki di atas sedangkan kepalanya tercelup dalam air.

Saat ditemukan, Dini dalam kondisi pingsan, sehingga Suradi segera melarikannya ke Unit Gawat Darurat RSUD Dokter Sudono Ngawi. Meski sudah menjalani perawatan medis, namun nyawa Dini tak bisa diselamatkan.

“Saat sampai UGD kondisinya sudah lemah. Kami sudah berupaya semaksimal mungkin memberikan pertolongan dengan mengeluarkan air. Tapi sayang, korban tak bisa diselamatkan. Penyebab meninggalnya karena terlalu lama saluran pernafasannya terisi air, sehingga mengganggu fungsinya," kata Tim Medis UGD RSUD Suroto, dr. Indah Pitarti.


Bagaimana dengan berita di atas apakah nasib atau karma?

74
Ya, setiap makhluk sudah punya jalan kehidupan sesuai dengan karmanya. Bagi yang berpendapat karma bisa diubah, mereka hanya belum mengamati cukup mendalam.

Karma bukan nasib, khawatir ini yang sering dimisinterpretasi. Nasib bisa saja berubah, karma urusannya lebih spesifik dan internal daripada sekedar berubah nasib.  _/\_

Bisa diterangkan apakah perbedaan antara karma dan nasib tersebut?  _/\_

75
Sabtu, 02/03/2013 18:05 WIB
Tega! Ada Orang Tua Buang Bayi di Hutan Sulsel dengan Mulut Dilakban
Muhammad Nur Abdurrahman - detikNews
 
Maros - Sesosok bayi mungil yang baru lahir dengan kondisi mulut diplester lakban ditemukan warga di sebuah rumah kosong, di kawasan hutan lindung Karaenta, Dusun Pattunuang, Desa Samangki, Kec. Simbang, Kab. Maros, Sulawesi Selatan. Bayi itu masih hidup.

Bayi merah berjenis kelamin laki-laki ini ditemukan Jumat (1/3) kemarin, oleh warga bernama Jusrianti. Kondisi bayi sudah dikerubuti semut, hingga kulitnya merah. Bayi ini hanya berselimut sarung dan disimpan dalam sebuah kardus.

Kini, bayi yang diberi nama Bimo oleh warga itu dirawat di rumah Bidan Desa Hastuti.

Bayi yang sengaja diplester lakban agar suara tangisnya tidak terdengar ini sempat diberi suntikan Vitamin K untuk mencegah pendarahan selaput otak dan diberi minum susu formula.

Humas Polres Maros, AKP Sisilia, yang ditemui wartawan menyebutkan pihaknya sudah mengamankan sejumlah barang bukti berupa sarung berwarna merah dan sebuah kardus. Pihaknya masih menyelidiki pihak yang tega membuang bayi malang ini.

"Kami juga sudah memeriksa sejumlah saksi terkait kasus penemuan bayi malang tersebut dan masih menyelidiki untuk mencari siapa pelaku yang tega membuang bayi malangnya ini," ujar Sisilia.

 _/\_ Untung bayi-nya selamat. Karma baikkah sehingga bisa tertolong?

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 28