//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 560676 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #780 on: 17 January 2011, 08:24:23 AM »
Tuhanku yang baik,
Bagaimana bila sila sebagai anugerah untuk kemanusiaan?
Sila sebagai suatu pemberian yang membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi mahluk-mahluk lain.
dalam Abhisanda Sutta. (Anguttara Nikaya 8:39)

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an08/an08.039.than.html

Mbah fab yg tentunya baik juga,

komentar aye itu adalah utk bagian ini

Pendapat ini saya setuju. Tujuan Sila adalah untuk mengikis kemelekatan (dalam tahapan kasar, yah).
Kita makan sayuran ataupun daging, jika dimakan dengan penuh nafsu, tiada beda-nya...
Kalau mau jujur, banyak dari kita yg makan daging krn memang lezat (alias lobha banget...) Sdr. Tesla benar soal ini.

Tapi kenapa mesti ada Sila pertama (dan kaitannya dengan menghindari pembunuhan scr langsung atas makanan yg kita makan untuk kita)?

Sila pertama ini jelas tujuannya kita menghormati hidup makhluk lain, mencintai kehidupan lain dan jangan menyakiti mereka. Sila ini juga bertujuan agar -sebelum pemahaman dan kesadaran kita benar2 mendalam- setidaknya kita tidak merusak kondisi batin kita dgn dosa (sering2 membunuh) dan lobha (makan daging terus).

Sila tidak dapat mengikis kilesa halus dalam batin. Sila hanya berperan sampai tingkatan kasar tertentu. Tidak terkecuali Sila Pertama. Sila adalah langkah awal bagi manusia dengan tingkatan batin rata2 untuk mengarungi Sang Jalan. Dengan melaksanakan sila, maka samadhi dan panna akan lbh mudah dilatih dibanding tidak peduli sila.

Tapi, kenyataannya, tidak terhindarkan, bagi segelintir umat hanya menjalankan sila tanpa berusaha melatih samadhi dan meningkatkan panna. Jika begini, maka kegunaan sila tsb menjadi tumpul. Tujuan sila menjadi melenceng.

Sila yg benar adalah yg dapat menumpu latihan samadhi dan meningkatkan panna.
Sila yg benar adalah sila yg ditumpu oleh panna dan samadhi.

Menghindari pembunuhan juga perlu mungkin Bro.. setidaknya melatih batin kita sendiri untuk lebih care..

Yg menarik dari Sila hindari pembunuhan ini, misalnya:
dulu kita asal ada nyamuk, maen tepok aja, udah reflek lah gitu.
Sejak melatih sila pertama, kita jadi lebih mikir sewaktu mau tepok nyamuk yg nempel di kulit kita.
Kadang kita usir2 aja, kadang saking sebel, kita tepok juga...
Lama kelamaan, reflek kita untuk maen tepok saja, sudah tergantikan dengan mikir dulu sebelum tepok.
Artinya kita sudah mulai memperhatikan gerakan yg akan kita lakukan.
gerakan reflek yg tidak disadari sudah mulai menjadi gerakan yg disadari penuh.
Ini salah satu efek melatih sila, belum lagi jika diiringi panna..

::



thanks utk rujukan yg itu... bisa saja dianggap sebagai hadiah, tapi tapi buntutnya jg kembali pada

Quote
"There is the case where a disciple of the noble ones has gone to the Buddha for refuge. This is the first reward of merit, reward of skillfulness, nourishment of happiness, celestial, resulting in happiness, leading to heaven, leading to what is desirable, pleasurable, & appealing; to welfare & to happiness.
...
"Furthermore, abandoning the use of intoxicants, the disciple of the noble ones abstains from taking intoxicants. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the fifth gift, the fifth great gift — original, long-standing, traditional, ancient, unadulterated, unadulterated from the beginning — that is not open to suspicion, will never be open to suspicion, and is unfaulted by knowledgeable contemplatives & priests. And this is the eighth reward of merit, reward of skillfulness, nourishment of happiness, celestial, resulting in happiness, leading to heaven, leading to what is desirable, pleasurable, & appealing; to welfare & to happiness.
There is no place like 127.0.0.1

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #781 on: 17 January 2011, 08:25:37 AM »
saya tidak mempelajari Zen walaupun saya suka membaca komik2 Zen. tapi apakah yg anda maksudkan sebelumya sebagai Khalayak Umum adalah kelompok murid2 seorang Master, bukan "umum" yg seumum2nya?

Master menyembunyikan pencerahan -> tidak diketahui umum.

Master diketahui umum <- tidak menyembunyikan pencerahan.

benarkah expression di atas? , atau apakah harus ditambah dengan expr ke 3 yaitu:

Umum=Murid.


Bro Indra yang baik,

Yang saya maksud identitas diketahui umum adalah bhiksu Zen yang menetap di satu Vihara kemudian langsung atau tak langsung dianggap Master bagi murid-muridnya ketika dia mengepalai sebuah vihara. Sedangkan kita tahu ada juga bhiksu Zen yang berkelana/mengembara, yang ini lebih sulit diidentifikasi.

Pencerahan tidak terkait dengan status Master. Bisa saja ada kasus dimana orang-orang menyebut seseorang sebagai Master Zen hanya karena dia mengepalai sebuah vihara padahal bisa jadi dia belum mencapai pencerahan.

Namun dalam kasus Master Zen Thich Nhat Hanh, minimal banyak orang Barat yang menjadi murid Beliau mengakui Beliau sebagai Master Zen walau saya sendiri tidak tahu bagaimana pencerahannya. Saya hanya bisa melihat dari tulisan Beliau yang menurut saya memang kental nuansa Zen-nya seperti yang sejauh yang saya ketahui.

 _/\_

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #782 on: 17 January 2011, 08:44:43 AM »
Bukan bermaksud menyudutkan Thich Nath Tahn, hanya mengambil contoh untuk pertanyaan:

Vinaya Zen ternyata sedikit dan fleksibel dgn kemajuan zaman. Krn sedikit, tentu lbh mudah untuk diingat.
Bila dikaitkan dengan Vinaya tambahan no. 3, bagaimana penjelasannya Bhikkhu Thich Nath Tahn yg bermain musik dengan orkestra?

::

Bro William yang baik, untuk lebih fleksibel lagi mengapa tidak dikurangi lagi Vinayanya? Mungkin 5 kebanyakan.

- Mungkin berbohong jangan diwajibkan, bukankah berbohong adalah lumrah sesuai kemajuan jaman sekarang ini..?
- Tidak meminum-minuman yang memabukkan juga saya rasa boleh dihilangkan, karena di barat minum-minuman yang dapat menyebabkan mabuk bukan suatu dosa, bukanlah suatu yang salah.
- Bagaimana dengan mencuri atau merampok...? Merampok masih dilarang, tapi mencuri (korupsi)? sudah jamak nampaknya, jadi mungkin perlu dihilangkan.
- Tidak melakukan kejahatan seksual? Maksudnya bagaimana nih? Apakah anak dan orang tua melakukan hubungan seksual melakukan kejahatan atau tidak? 

Kesimpulan: nampaknya cuma sila membunuh saja yang masih perlu dipegang.

Tapi nanti dulu.... di Indonesia kan mayoritas Islam, membunuh kurban berpahala... sering-sering dilakukan akan membuat Tuhan senang sehingga akan membolehkan kita ke Surga. Jadi demi fleksibilitas mungkin sila pertama juga tak perlu ya, demi toleransi dan menghormati mereka yang beragama Islam...?

Jadi saran saya untuk mereka yang berpikir fleksibel demi kemajuan jaman sebaiknya jangan ada Vinaya,
Bikin repot saja... saran Gus Dur... gitu aja kok repot....

Mettacittena.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #783 on: 17 January 2011, 08:49:18 AM »
Bukan bermaksud menyudutkan Thich Nath Tahn, hanya mengambil contoh untuk pertanyaan:

Vinaya Zen ternyata sedikit dan fleksibel dgn kemajuan zaman. Krn sedikit, tentu lbh mudah untuk diingat.
Bila dikaitkan dengan Vinaya tambahan no. 3, bagaimana penjelasannya Bhikkhu Thich Nath Tahn yg bermain musik dengan orkestra?

::

Bro William yang baik,

Apakah Master Zen Thich Nhat Hanh itu sendiri menyanyi dan menari? Menyanyi dan menari cenderung membuyarkan konsentrasi pikiran karena itu tidak diperbolehkan bagi bhiksu Zen.

Tapi kalau ada bhiksu ybs bisa tetap fokus walau menari dan menyanyi ya tidak ada yang melarang. Bisa atau tidaknya dia tetap fokus/konsentrasi yang tahu dirinya sendiri.

Kasusnya mungkin sama seperti TERIAKAN Master Zen Linji. Berteriak cenderung membuyarkan pikiran yang berteriak. Tapi kalau Master Zen Linji sudah bisa tetap fokus pikirannya walau berteriak, ya tidak ada yang bisa melarangnya. Di sinilah letak fleksibilitas Zen. Intinya apapun boleh asal tetap bisa konsentrasi pikiran dari waktu ke waktu.  Yang tahu itu buyar atau fokus ya diri sendiri. 

Jadi di sini diperlukan kejujuran diri kita sendiri. Sebab boleh saja kita membohongi semua orang di dunia mengenai kemajuan meditasi kita, namun diri kita sendiri tak dapat kita bohongi.

Intinya segala sesuatu yang membuyarkan konsentrasi pikiran tidak dianjurkan, misalnya seperti sila kelima ' tidak minum minuman memabukkan' di masa kini bisa diperluas menjadi 'rokok, ganja, morfin, ekstasi' dll.

Saya beri contoh lain: kisah dua orang Master Zen di Jepang. Yang satu minum sake/arak khas Jepang dan yang lain tidak. Padahal minuman keras jelas 'dilarang' dalam Pancasila  Buddhist yang dipatuhi praktisi Zen sekalipun apalagi bhiksu/master Zen . Master/Guru Zen yang tidak minum arak menegur yang minum arak. Jawaban Guru Zen yang minum arak adalah: "Yang tidak minum arak BUKAN manusia.". Lalu Guru Zen yang tidak minum arak menjawab: "Oh ya, kalau bukan manusia lalu apa?". Guru Zen yang minum arak menjawab singkat: "Buddha".

Jadi, Anda bisa lihat sendiri, begitu fleksibel-nya sila/vinaya Zen sehingga tak aneh bila kemudian Zen sendiri terpecah-pecah menjadi entah berapa banyak aliran di masa kini. Termasuk yang MUNGKIN bhiksu-nya memainkan musik yang menjadi isu di sini.

Saya tidak menyalahkan atau membenarkan main musik. Semuanya kembali berpulang ke masing-masing individu praktisi Zen itu sendiri. Seberapa jauh pengaruh 'minum arak' 'main musik' terhadap ELING/ MINDFULNESS itu sendiri? Hanya diri 'mereka' sendiri yang tahu.

 _/\_
 

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #784 on: 17 January 2011, 08:56:28 AM »
Mbah fab yg tentunya baik juga,

komentar aye itu adalah utk bagian ini

thanks utk rujukan yg itu... bisa saja dianggap sebagai hadiah, tapi tapi buntutnya jg kembali pada


Oh I see... bagaimana dengan Kimattha Sutta (AN 11.1)

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an11/an11.001.than.html

Ini adalah rangkaian sebab-akibat dari menjalankan Sila hingga pencapaian Nibbana.

Mettacittena
« Last Edit: 17 January 2011, 09:01:27 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #785 on: 17 January 2011, 08:59:23 AM »
Bro William yang baik, untuk lebih fleksibel lagi mengapa tidak dikurangi lagi Vinayanya? Mungkin 5 kebanyakan.

- Mungkin berbohong jangan diwajibkan, bukankah berbohong adalah lumrah sesuai kemajuan jaman sekarang ini..?
- Tidak meminum-minuman yang memabukkan juga saya rasa boleh dihilangkan, karena di barat minum-minuman yang dapat menyebabkan mabuk bukan suatu dosa, bukanlah suatu yang salah.
- Bagaimana dengan mencuri atau merampok...? Merampok masih dilarang, tapi mencuri (korupsi)? sudah jamak nampaknya, jadi mungkin perlu dihilangkan.
- Tidak melakukan kejahatan seksual? Maksudnya bagaimana nih? Apakah anak dan orang tua melakukan hubungan seksual melakukan kejahatan atau tidak? 

Kesimpulan: nampaknya cuma sila membunuh saja yang masih perlu dipegang.

Tapi nanti dulu.... di Indonesia kan mayoritas Islam, membunuh kurban berpahala... sering-sering dilakukan akan membuat Tuhan senang sehingga akan membolehkan kita ke Surga. Jadi demi fleksibilitas mungkin sila pertama juga tak perlu ya, demi toleransi dan menghormati mereka yang beragama Islam...?

Jadi saran saya untuk mereka yang berpikir fleksibel demi kemajuan jaman sebaiknya jangan ada Vinaya,
Bikin repot saja... saran Gus Dur... gitu aja kok repot....

Mettacittena.

Bro fabian yang baik,

Bahkan Master Zen Nanquan (baca: Nan Ciien) pada zaman Dinasti Tang KONON pernah membunuh seekor kucing yang diperebutkan dua kelompok bhiksu.
Saya tidak membenarkan atau menyalahkan karena MUNGKIN tindakan ekstrem Master Zen itu terkait dengan konteks perebutan kucing itu.

Tapi bukan berarti Zen lalu harus menghapuskan semua vinaya atau sila. Itu namanya jatuh ke dalam sebuah ekstremitas seperti yang Buddha itu sendiri jauhi. Ekstrem yang satu memanjakan indra dan ekstrem yang lain menyiksa indra.

 _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #786 on: 17 January 2011, 09:03:16 AM »
oh ya, menanggapi ini... anggap saya orang KEBLINGER, (walau dibilang gitupun :p) saya menganggap Tipitaka berasal dari bbrp zaman, ada yg merupakan penambahan belakangan. --- dan dulu saya adalah korban yg disesatkan >:D krn asal ambil saja, komentar pun ditelan, dan diperjuangkan (vs orang lain). sekarang jujur, bagi saya abhidhamma bukan dari Sang Buddha. Sutta sendiri pun tidak terbukti otentik 100% dari mulut Buddha, tp lebih bisa dipegang.

akhir kata, itu menurut saya... saya tidak memaksa orang lain utk tidak percaya Abhidhamma, jd no-flamming ya... peace.
Antara 'tidak asli' dan menyesatkan itu saya pikir berbeda. Kalau seseorang baca Tipitaka lalu orang itu menjadi lebih buruk, BELUM TENTU Tipitakanya yang ngaco, bisa jadi orang itu sendiri yang salah mengartikannya. Dalam kasus ini, tidak bisa dikatakan 'menyesatkan'. Ini seperti perumpamaan ular di mana orang belajar dhamma dengan cara yang salah, seperti menangkap ular di ekornya. Maka ular itu akan berbalik dan menggigit tangannya. Jika memang setelah diteliti, diselidiki dengan baik, kesimpulannya adalah membuat orang menjadi buruk, maka boleh dibilang itu 'menyesatkan'. Kalau bro tesla bilang ada yang menyesatkan, sebetulnya saya tertarik sekali untuk membahasnya.

Kalau 'tidak asli', sudah jelas Tipitaka TIDAK ASLI perkataan Buddha. Tipitaka adalah tulisan dari kumpulan hafalan para bhikkhu yang diturunkan melalui berbagai generasi. Bahkan generasi yang pertama yang mengulang, Ananda (yang notabene siswa langsung, pembantu tetap Buddha Gotama, Arahat dengan 6 kekuatan bathin, paling baik dalam ingatan), pun tidak mengatakan 'hafalan' itu sebagai omongan Buddha, tetapi sebagai 'apa yang ia dengar', dan karena itulah selalu dimulai dengan 'evam me suttam'. Saya pikir tugas seorang siswa Buddha BUKANLAH mencari tahu Tipitaka asli omongan Buddha karena sudah jelas itu hasil ingatan seseorang yang mendengar dari Buddha, lalu diturunkan secara tradisi; melainkan untuk menyelidiki kebenaran semua fenomena, termasuk yang tertulis dalam Tipitaka.

Menurut saya, ini adalah suatu atribut yang unggul. Suatu saat saya diceritakan seorang teman saya (dari Tantrayana) bahwa ada temannya yang menyindir bahwa "Buddhis kitabnya berdasar gossip" karena ditulis dari hasil "dengar-dengar". Saya hanya senyum-senyum saja. Bagi saya, semua juga 'gossip', hasil dengar dari orang lain yang dengar dari orang lain yang juga dengar dari orang lain entah sampai tingkat ke berapa. Bedanya, yang satu beri label: "Awas, ini hasil dengar-dengar, selidiki dulu sebelum dimakan!", satunya lagi: "Kudu pasti yakin tentu bener 100.1%, telan bulat-bulat tanpa kunyah!" Kalau ternyata benar, minimal saya tahu mengapa itu benar. Kalau ternyata salah, maka bahaya tersebut bisa dihindari melalui penyelidikan.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #787 on: 17 January 2011, 09:06:34 AM »
Bro fabian yang baik,

Bahkan Master Zen Nanquan (baca: Nan Ciien) pada zaman Dinasti Tang KONON pernah membunuh seekor kucing yang diperebutkan dua kelompok bhiksu.
Saya tidak membenarkan atau menyalahkan karena MUNGKIN tindakan ekstrem Master Zen itu terkait dengan konteks perebutan kucing itu.

Tapi bukan berarti Zen lalu harus menghapuskan semua vinaya atau sila. Itu namanya jatuh ke dalam sebuah ekstremitas seperti yang Buddha itu sendiri jauhi. Ekstrem yang satu memanjakan indra dan ekstrem yang lain menyiksa indra.

 _/\_

Bro Sutarman yang baik, bagaimana bila saya katakan: hanya menjalankan 5 sila adalah ekstrim bagi seorang Bhikkhu? Karena menurut saya ia bukan lagi Bhikkhu tapi sama saja dengan saya, anda dan orang-orang lainnya yang menjalankan 5 sila, bila demikian menurut pendapat saya orang tersebut tak lagi pantas disebut Bhikkhu.

Apakah kita menyebut seorang Bhikkhu hanya karena ia berjubah? Atau karena ia ditahbiskan? Apakah kriteria Bhikkhu menurut Zen...?

Jadi kesimpulan saya  berdasarkan keterangan anda: Bhiksu Zen moralitasnya bahkan lebih rendah daripada Anagarika (Upasaka Atthasila) dalam Theravada.

Mettacittena,
« Last Edit: 17 January 2011, 09:19:46 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #788 on: 17 January 2011, 09:17:18 AM »
Bro Sutarman yang baik, bagaimana bila saya katakan: hanya menjalankan 5 sila adalah ekstrim bagi seorang Bhikkhu? Karena ia menurut saya ia bukan lagi Bhikkhu tapi sama saja dengan saya, anda dan orang-orang lainnya yang menjalankan 5 sila, bila demikian menurut pendapat saya orang tersebut tak lagi pantas disebut Bhikkhu.

Apakah kita menyebut seorang Bhikkhu hanya karena ia berjubah? Atau karena ia ditahbiskan? Apakah kriteria Bhikkhu menurut Zen...?

Mettacittena,

Bro Fabian yang baik,

Masalah definisi seorang bhiksu Zen memang jadi masalah khususnya di masa kini.

Sebagai contoh: guru Zen saya tidak menikah namun Beliau menjalankan sila atau vinaya yang bisa Beliau jalankan kecuali menyimpan uang (karena Beliau bekerja untuk menghidupi diri sendiri, mengikuti tradisi Zen pasca pembubaran Zen oleh dinasti Tang).

Ya, Anda dan saya bisa saja menemui seorang bhiksu Zen yang 'tersembunyi' semacam ini, yang secara penampilan tidak ada bedanya dengan kita-kita yang awam ini.

Yang saya hargai adalah SEMANGAT/SPIRIT BHIKSU itu sendiri bukan PENAMPILAN LUAR BHIKSU. Sebab bisa saja seorang berjubah bhiksu/bhikkhu namun tindakan-ucapan-pikiran-nya sama sekali tidak mencerminkan seorang bhiksu/bhikkhu, mulai dari melakukan hubungan seksual, korup, berkata jorok/kotor, dll. Contohnya sudah banyak dari zaman dulu sampai masa kini.


 _/\_

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #789 on: 17 January 2011, 09:21:02 AM »
guru zen..bukan bhikhu zen....
guru = romo = pandita
itu umat awam yg menjalankan sila

bhikkhu beda..terlepas itu palsu or gak...
...

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #790 on: 17 January 2011, 09:22:26 AM »
Bro Fabian yang baik,

Masalah definisi seorang bhiksu Zen memang jadi masalah khususnya di masa kini.

Sebagai contoh: guru Zen saya tidak menikah namun Beliau menjalankan sila atau vinaya yang bisa Beliau jalankan kecuali menyimpan uang (karena Beliau bekerja untuk menghidupi diri sendiri, mengikuti tradisi Zen pasca pembubaran Zen oleh dinasti Tang).

Ya, Anda dan saya bisa saja menemui seorang bhiksu Zen yang 'tersembunyi' semacam ini, yang secara penampilan tidak ada bedanya dengan kita-kita yang awam ini.

Yang saya hargai adalah SEMANGAT/SPIRIT BHIKSU itu sendiri bukan PENAMPILAN LUAR BHIKSU. Sebab bisa saja seorang berjubah bhiksu/bhikkhu namun tindakan-ucapan-pikiran-nya sama sekali tidak mencerminkan seorang bhiksu/bhikkhu, mulai dari melakukan hubungan seksual, korup, berkata jorok/kotor, dll. Contohnya sudah banyak dari zaman dulu sampai masa kini.


 _/\_

Bro Sutarman yang baik, saya rasa anda belum menjawab pertanyaan saya:

"Apakah kita menyebut seorang Bhikkhu hanya karena ia berjubah? Atau karena ia ditahbiskan? Apakah kriteria Bhikkhu menurut Zen...?"
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #791 on: 17 January 2011, 09:23:43 AM »
Ada yang mau bikin thread 'Pertanyaan kritis mengenai ZEN menurut pandangan yg berbeda'?

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #792 on: 17 January 2011, 09:25:10 AM »
Ada yang mau bikin thread 'Pertanyaan kritis mengenai ZEN menurut pandangan yg berbeda'?

Benar bro... ini mungkin harus dipisahkan di thread tersendiri di board Mahayana...
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #793 on: 17 January 2011, 09:26:04 AM »
Bro William yang baik,

Apakah Master Zen Thich Nhat Hanh itu sendiri menyanyi dan menari? Menyanyi dan menari cenderung membuyarkan konsentrasi pikiran karena itu tidak diperbolehkan bagi bhiksu Zen.

Tapi kalau ada bhiksu ybs bisa tetap fokus walau menari dan menyanyi ya tidak ada yang melarang. Bisa atau tidaknya dia tetap fokus/konsentrasi yang tahu dirinya sendiri.

Vinaya adalah aturan yg mesti ditaati oleh Bhikkhu.

Jika Vinaya melarang menyanyi dan menari, tapi Bhikkhu tetap melakukannya namun diembel2i... tetap disadari/konsentrasi, bukankah ada 2 akibat yg ditimbulkan:

A. Vinaya harus diubah menjadi:
1)   Tidak membunuh kecuali dilakukan dengan fokus/konsentrasi
2)   Tidak melakukan kejahatan seksual kecuali dilakukan dengan fokus/konsentrasi
3)   Tidak mencuri atau merampok kecuali dilakukan dengan fokus/konsentrasi
4)   Tidak berbohong atau tidak berkata tidak benar kecuali dilakukan dengan fokus/konsentrasi
5)   Tidak minum minuman yang memabukkan kecuali dilakukan dengan fokus/konsentrasi
Vinaya tambahan:
1)   Tidak tidur di tempat tidur yang mewah dan besar kecuali dilakukan dengan fokus/konsentrasi
2)   Tidak memakai perhiasan atau bunga (di kepala) kecuali dilakukan dengan fokus/konsentrasi
3)   Tidak bernyanyi dan menari seperti pemain opera kecuali dilakukan dengan fokus/konsentrasi
4)   Tidak menyimpan emas dan perak (uang pada zaman itu) kecuali dilakukan dengan fokus/konsentrasi
5)   Tidak makan di luar jam makan kecuali dilakukan dengan fokus/konsentrasi

B. Tidak usah pake2 Vinaya-an, jadi jelas, masing2 Bhikkhu menerapkan standar sila bagi diri masing2. Ini lebih fair.


Quote
Kasusnya mungkin sama seperti TERIAKAN Master Zen Linji. Berteriak cenderung membuyarkan pikiran yang berteriak. Tapi kalau Master Zen Linji sudah bisa tetap fokus pikirannya walau berteriak, ya tidak ada yang bisa melarangnya. Di sinilah letak fleksibilitas Zen. Intinya apapun boleh asal tetap bisa konsentrasi pikiran dari waktu ke waktu.  Yang tahu itu buyar atau fokus ya diri sendiri. 

Maaf Bro, menurut saya yg dibold itu micha ditthi

Quote
Jadi di sini diperlukan kejujuran diri kita sendiri. Sebab boleh saja kita membohongi semua orang di dunia mengenai kemajuan meditasi kita, namun diri kita sendiri tak dapat kita bohongi.

Intinya segala sesuatu yang membuyarkan konsentrasi pikiran tidak dianjurkan, misalnya seperti sila kelima ' tidak minum minuman memabukkan' di masa kini bisa diperluas menjadi 'rokok, ganja, morfin, ekstasi' dll.

Saya beri contoh lain: kisah dua orang Master Zen di Jepang. Yang satu minum sake/arak khas Jepang dan yang lain tidak. Padahal minuman keras jelas 'dilarang' dalam Pancasila  Buddhist yang dipatuhi praktisi Zen sekalipun apalagi bhiksu/master Zen . Master/Guru Zen yang tidak minum arak menegur yang minum arak. Jawaban Guru Zen yang minum arak adalah: "Yang tidak minum arak BUKAN manusia.". Lalu Guru Zen yang tidak minum arak menjawab: "Oh ya, kalau bukan manusia lalu apa?". Guru Zen yang minum arak menjawab singkat: "Buddha".

Jadi, Anda bisa lihat sendiri, begitu fleksibel-nya sila/vinaya Zen sehingga tak aneh bila kemudian Zen sendiri terpecah-pecah menjadi entah berapa banyak aliran di masa kini. Termasuk yang MUNGKIN bhiksu-nya memainkan musik yang menjadi isu di sini.

'Fleksibelitas' hanya berlaku untuk yg telah tercerahkan, krn pikiran yg tercerahkan beda dgn pikiran kotor kita. Mungkin dimata kita tingkah laku mereka 'fleksibel', namun itu menurut mata kita yg dualisme.

Bila orang2 yg belum tercerahkan, dan ikut2an gaya 'fleksibel' orh yg tercerahkan, sy cenderung menganggap tindakan tsb sbg suatu kecerobohan (kecerobohan pemahaman dan kecerobohan praktik) dan mau gampang aja. Bisa nyasar kemana-mana....

Pada akhirnya yg diambil fleksibelnya aja.

Quote
Saya tidak menyalahkan atau membenarkan main musik. Semuanya kembali berpulang ke masing-masing individu praktisi Zen itu sendiri. Seberapa jauh pengaruh 'minum arak' 'main musik' terhadap ELING/ MINDFULNESS itu sendiri? Hanya diri 'mereka' sendiri yang tahu.

Bbrp artikel thread lain yg relevan dgn topik ini:
brahmajala sutta :
1.13. ‘“Sementara beberapa petapa dan Brahmana … masih menikmati pertunjukan seperti tarian, nyanyian, musik, penampilan, pembacaan, musik-tangan, simbal dan tambur, pertunjukan sihir15, akrobatik dan sulap,16 pertandingan gajah, kerbau, sapi, kambing, domba, ayam, burung puyuh, perkelahian dengan tongkat, tinju, gulat, perkelahian pura-pura, parade, pertunjukan manuver dan militer, Petapa Gotama menjauhi menikmati penampilan demikian.”’

>>>>>Pendapat iseng saya:
Bisa dianggap, para Bhikkhu yg menikmati (bahkan melakukan) nyanyi dan tari2an bisa dianggap petapa atau Brahmana, bukan murid Sang Buddha Gotama
<<<<<

ambatha sutta :
"Ia menahan diri untuk tidak merusak benih-benih dan tumbuh-tumbuhan. Ia makan sehari sekali, tidak makan setelah tengah hari. Ia menahan diri dari menonton pertunjukan-pertunjukan, tari-tarian, nyanyian dan musik. Ia menahan diri dari penggunaan alat-alat kosmetik, karangan-karangan bunga, wangi-wangian dan perhiasan-perhiasan. Ia menahan diri dari penggunaan tempat-tidur yang besar dan mewah. Ia menahan diri dari menerima emas dan perak. Ia menahan diri dari menerima gandum (padi) yang belum dimasak. Ia menahan diri dari menerima daging yang belum dimasak. Ia menahan diri menerima wanita dan perempuan-perempuan muda. Ia menahan diri dari menerima budak belian lelaki dan budak belian perempuan. Ia menahan diri dari menerima biri-biri atau kambing. Ia menahan diri dari menerima babi dan unggas. Ia menahan diri dari menerima tanah-tanah pertanian. Ia menahan diri dari berlaku sebagai duta atau pesuruh. Ia menahan diri dari membeli dan menjual. Ia menahan diri dari menipu dengan timbangan, mata uang maupun ukuran-ukuran. Ia menahan diri dari perbuatan menyogok, menipu dan penggelapan. Ia menahan diri dari perbuatan melukai, membunuh, memperbudak, merampok, menodong dan menganiaya. Inilah, Ambattha, sila yang dimilikinya."

mari kita liht cara pandang B. Buddhadasa :
Dari buku “the Truth of Nature” by Bhikkhu Buddhadasa


Buddha bersabda, "Ada perbedaan yang sangat besar dalam cara pandang antara pandangan para ariya dan pandangan umat biasa." Karena itu, dalam pandangan para ariya, dan juga sesuai dengan peraturan para ariya, bernyanyi sama saja dengan menangis; menari adalah ciri khas orang gila; dan tertawa terbahak bahak adalah kelakuan anak anak ingusan. Orang orang pada umumnya menyanyi, tertawa, dan menikmati semua itu tanpa menyadari kapan dirinya akan lelah. Di dalam pandangan para ariya, menyanyi terlihat sama dengan menangis. Jika kita mengamati seorang yang menyanyi dan berteriak sekeras kerasnya, dia tidak hanya kelihatan seperti orang yang sedang menangis, tetapi selain itu, apa yang dilakukannya berasal dari kondisi kondisi emosional. yang sebenarnya sama dengan menangis.

Menari adalah kelakuan orang gila! Jika kita perhatikan sedikit lebih mendalam, kita akan menyadari bahwa ketika kita bangun dari tempat duduk untuk menari, kita paling tidak sudah menjadi sepuluh persen gila. Jika tidak, kita pasti tidak akan mau menari. Karena secara umum menari dipandang sebagai sebuah bentuk kesenangan, kita tidak menganggapnya sebagai kelakuan orang gila. Ada beberapa orang yang suka tertawa; tertawa memang menyenangkan. Mereka tertawa terbahak bahak, bahkan di saat saat yang tidak tepat. Tetapi bagi para ariya, dan di dalam peraturan mereka, tertawa adalah kelakuan anak kecil. Oleh sebab itu, jika kita mampu tidak tertawa, ini tentu baik. Tidak tertawa sama sekali bahkan lebih baik lagi.

Contoh contoh di atas menunjukkan bagaimana latihan displin (sila) para ariya berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Secara umum, menyanyi, berdansa, dan tertawa sepertinya tidak membawa akibat dan bukan sesuatu yang istimewa. Namun bagi para ariya kegiatan kegiatan tersebut dianggap tidak berguna dan tidak terkendali. Demikianlah pandangan seseorang yang pikirannya sudah berkembang pesat.

Buddha tidak mengatakan, jangan lakukan hal-hal itu ketika kita menginginkannya, tetapi mengajarkan kita untuk memahami bahwa ada perbuatan yang terpuji dan perbuatan rendah, dan ada hal hal yang tidak layak untuk dilakukan. Karena belum menjadi seorang ariya, kita mungkin ingin melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah. Ketika kita melakukannya, kita akan sadar bahwa hal itu terkadang memang tampak menyenangkan, tetapi pada akhirnya kita akan kelelahan. Selanjutnya, kita dapat meningkatkan diri kita ke tingkat yang lebih tinggi dan berlatih disiplin para ariya.

Sebagian orang tidak suka mendengar tentang "disiplin". Mereka khawatir bahwa mengendalikan diri menyebabkan "penderitaan." Tetapi, mengendalikan diri untuk tidak mengikuti perasaan adalah sebuah praktik dan latihan penting dalam agama Buddha.

..... dstnya...  http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18087.45

----

Dapat sama-sama kita lihat bahwa Sila (bahkan bagi para Ariya) ternyata lbh penting dibanding umat awam. Kenapa? Krn Sila mereka sudah otomatis dari kesadaran, dgn kata lain Jika kita sadar/fokus, sila otomatis terjaga. Bukan sebaliknya...

::



Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #794 on: 17 January 2011, 09:27:23 AM »
Kasusnya mungkin sama seperti TERIAKAN Master Zen Linji. Berteriak cenderung membuyarkan pikiran yang berteriak. Tapi kalau Master Zen Linji sudah bisa tetap fokus pikirannya walau berteriak, ya tidak ada yang bisa melarangnya. Di sinilah letak fleksibilitas Zen. Intinya apapun boleh asal tetap bisa konsentrasi pikiran dari waktu ke waktu.  Yang tahu itu buyar atau fokus ya diri sendiri. 
 

Mohon konfirmasi, apakah memang quote di atas terutama pada bagian BOLD adalah inti (pada kata intinya) ajaran Zen?