//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 560726 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #750 on: 15 January 2011, 01:35:20 PM »
 [at] Sutarman...

Jari menunjuk bulan,
walaupun jari bukan-lah bulan,
ada yang melalui jari baru bisa melihat bulan,
ada yang tidak perlu jari juga berhasil melihat bulan,
Jadi kadang ada yang perlu jari untuk melihat bulan, ada yang tidak perlu.
Walaupun Jari bukan-lah bulan,
Biarkanlah Jari menunjuk bulan tetaplah jari menunjuk bulan.
Anda tidak perlu jari, mungkin saya perlu.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #751 on: 15 January 2011, 02:56:24 PM »
nah ini dia intinya, kalau mau melihat lebih jauh, "yg kita makan adalah yg disiapkan utk kita". argumen melihat orang lain (non Buddhist) sbg pasar (market) nya adalah keliru, kalau kita makan yah memang kita marketnya. brp sih dari kita yg makan daging dari mahkluk yg mati krn kecelakaan, tua, sakit?  brp sih yg hanya makan pemberian orang lain tanpa upaya/usaha? makanya saya sebut sila tidak relevan bagi bukan-pertapa.
Walaupun demikian, saya pikir faktor-faktor lain juga berperan. Misalnya eksploitasi oleh produsen. Kalau diperhatikan, sangat banyak juga daging yang terbuang karena produksi berlebih. Kalau kita tetap mau hitung-hitungan, tetap tidak akan ada titik temunya untuk memastikan apakah konsumsi kita menyebabkan pembunuhan itu atau bukan. Selalu ada 'pembenaran' & 'penyalahan'. Maka saya lebih condong pada yang jelas terlihat saja, tapi juga jangan pernah mengabaikan bahwa kemungkinan 'kita adalah penyebabnya' selalu ada.

Masalah begini menurut saya paling baik adalah kita jujur menyadari, namun tetap bersikap wajar: tidak ekstrem menolak, juga menerima saja (selama kelihatannya sesuai sila).


Quote
misalkan shifting dari jual "seafood hidup" menjadi "seafood segar". sebagai konsumennya sebenarnya yah "kita men-tidak tahu kan saja pembunuhannya", padahal jelas2 cuma beda lokasi saja pembunuhannya, dari dapat dilihat (akuarium depan) menjadi tidak dilihat (di dapur). sama saja dg beli daging di pasar, kita men-tidak-tahu-kan pembunuhannya (padahal ya sebenarnya tau jg). kesimpulan saya sih, sbg konsumen ya sama aja, yg ke resto seafood segar tidak lebih baik dari yg ke resto seafood hidup.
Secara umum, saya setuju sama saja. Secara khusus, tergantung situasi, baru bisa berbeda.


Quote
lebih lanjut lagi, juga konsumen tidak lebih baik dari tukang jagalnya, distributornya, nelayannya... mau atau tidak saja kita membuka mata kita (pikiran).
Di sisi tertentu memang betul. Bahkan tukang jagal/nelayan itu sebetulnya 'berkorban' melakukan bagian yang tidak enaknya untuk kenyamanan kita. Yang dilihat sebagai pembunuh juga mereka.


Quote
ya sila kan tools* utk mengatasi "kemelekatan". makan daging atau sayur sebenarnya ya sama aja. bedanya makan utk bertahan hidup, atau makan utk memenuhi nafsu, begitukan?
Betul sekali. Untuk kemelekatan pada cita rasa, daging atau non-daging bukan masalah. Fokusnya adalah terikat pada kesenangan indera.


Quote
namun kenyataannya adalah umat awam (yg tidak mirip bro) ya patokannya sila & pelanggaran sila. penghidupan benar ya ga melanggar sila, bukan mengikis kemelekatan. benarkan? patokannya udah jadi sila diperkuat dg Jivaka Sutta lagi yg sebenarnya hanya men-shifting pembunuhan & menurut saya (pada umumnya orang) pura2 tidak tau saja, dari risih jika melanggar sila menjadi tidak risih krn tidak melanggar sila. parahnya lagi peran orang dibalik layar pembunuhan dianggap lebih hina (lebih kotor) sementara orang yg di depan panggung (terima bersih aja udah jadi bangkai) dianggap moralitasnya lebih baik. pemikiran demikian menyebabkan kalau ada nelayan yg jadi Buddhist dianjurkan berhenti, atau peternak, atau penjual pecel lele, dll... ini berlaku utk pengkebun-pensuplai sayur (yg menyiram pestisida), pembuka lahan (yg memusnahkan tempat tinggal beserta mahkluknya)... sebenarnya kita ya sama aja.
Saya pikir untuk hal ini, kebanyakan orang TIDAK mengamati sila dengan baik. Misalnya pembunuhan, bukan hanya tidak melakukan, namun juga tidak menyetujui dan tidak menganjurkan. Bisa diterima waktu bunuh tidak meminta persetujuan kita, tapi kalau saja misalnya kita bilang "wah enak lho ikannya, boleh sering-sering nih!" Bisa jadi itu adalah penganjuran "besok-besok beli/tangkap ikan lagi yah!" Memang tidak selalu sampai sebegitunya, tetapi dalam kasus tertentu, bisa jadi seperti itu.


Quote
saya lebih memilih "menghindari penghambur2an", daripada "menghindari pembunuhan".
Menghindari 'pemborosan' ini menurut saya paling tepat. Soal makan atau tidak makan daging, susah menentukan apakah itu berpengaruh pada pembunuhannya secara langsung atau tidak. Tapi sikap yang boros, mengkonsumsi berlebihan, selalu adalah tidak bermanfaat. Sebaliknya sikap sederhana SELALU bermanfaat, setidaknya untuk diri sendiri.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #752 on: 15 January 2011, 03:06:54 PM »
makan daging atau sayur sebenarnya ya sama aja. bedanya makan utk bertahan hidup, atau makan utk memenuhi nafsu, begitukan?

Pendapat ini saya setuju. Tujuan Sila adalah untuk mengikis kemelekatan (dalam tahapan kasar, yah).
Kita makan sayuran ataupun daging, jika dimakan dengan penuh nafsu, tiada beda-nya...
Kalau mau jujur, banyak dari kita yg makan daging krn memang lezat (alias lobha banget...) Sdr. Tesla benar soal ini.

Tapi kenapa mesti ada Sila pertama (dan kaitannya dengan menghindari pembunuhan scr langsung atas makanan yg kita makan untuk kita)?

Sila pertama ini jelas tujuannya kita menghormati hidup makhluk lain, mencintai kehidupan lain dan jangan menyakiti mereka. Sila ini juga bertujuan agar -sebelum pemahaman dan kesadaran kita benar2 mendalam- setidaknya kita tidak merusak kondisi batin kita dgn dosa (sering2 membunuh) dan lobha (makan daging terus).

Sila tidak dapat mengikis kilesa halus dalam batin. Sila hanya berperan sampai tingkatan kasar tertentu. Tidak terkecuali Sila Pertama. Sila adalah langkah awal bagi manusia dengan tingkatan batin rata2 untuk mengarungi Sang Jalan. Dengan melaksanakan sila, maka samadhi dan panna akan lbh mudah dilatih dibanding tidak peduli sila.

Tapi, kenyataannya, tidak terhindarkan, bagi segelintir umat hanya menjalankan sila tanpa berusaha melatih samadhi dan meningkatkan panna. Jika begini, maka kegunaan sila tsb menjadi tumpul. Tujuan sila menjadi melenceng.

Sila yg benar adalah yg dapat menumpu latihan samadhi dan meningkatkan panna.
Sila yg benar adalah sila yg ditumpu oleh panna dan samadhi.

Quote
Spoiler: ShowHide

saya lebih memilih "menghindari penghambur2an", daripada "menghindari pembunuhan".



Menghindari pembunuhan juga perlu mungkin Bro.. setidaknya melatih batin kita sendiri untuk lebih care..

Yg menarik dari Sila hindari pembunuhan ini, misalnya:
dulu kita asal ada nyamuk, maen tepok aja, udah reflek lah gitu.
Sejak melatih sila pertama, kita jadi lebih mikir sewaktu mau tepok nyamuk yg nempel di kulit kita.
Kadang kita usir2 aja, kadang saking sebel, kita tepok juga...
Lama kelamaan, reflek kita untuk maen tepok saja, sudah tergantikan dengan mikir dulu sebelum tepok.
Artinya kita sudah mulai memperhatikan gerakan yg akan kita lakukan.
gerakan reflek yg tidak disadari sudah mulai menjadi gerakan yg disadari penuh.
Ini salah satu efek melatih sila, belum lagi jika diiringi panna..

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #753 on: 15 January 2011, 03:15:50 PM »
Mahayana (khususnya Zen) bukan berdasarkan KOMIK, tetapi dharma diajarkan langsung dari hubungan antar guru ke murid. praktisi Mahayana memang lebih berpatokan pada guru, benda hidup daripada Kitab, benda mati. Disini secara fundamental memang antara Theravada dan Mahayana berbeda, sudah nature Mahayanist lebih yakin sama gurunya & Theravadin lebih yakin sama kitabnya. tidak ada titik temu disini... Mahayanist tentu yakin dg guru mereka (mis: TNH).



saran utk semua yg mengkritisi Mahayana
mohon jgn melakukan penyerangan pribadi thd guru mereka. kita tidak tau apakah mereka tercerahkan / tidak. bagaimana mahkluk yg tercerahkan itu ciri2nya saya kira tidak ada yg tau, jd jgn anggap gambaran pencerahan di-pikiran kita adalah yg paling benar, sebab dg gambaran demikian pun (walau berasal dari Kitab Tertinggi) kita belum/tidak tercerahkan sampai sekarang.



apakah Tipitaka dapat dipercaya 100%? <--- imo, disinilah memang thread utk memberi ruang membahas secara kritis dari sudut pandang berbeda. ayo lanjutkan diskusi dg netral... semua tradisi sebenarnya ada **** (cencored) kok, jadi santai aja...

:backtotopic:

judulnya thread aja pertanyaan kritis ...jadi saya rasa boleh dilanjut donk....(*peace bro...ini diskusi yah...*)

kalo saya minta sekarang Tesla dan saya berhadapan secara gentle, saya tanya ANDA secara pribadi, "apabila tidak ada Tipitaka, bisakah anda mendapatkan dhamma yang berasal dari ajaran Sang Buddha?" memang dhamma ada dimana2, tapi bagaimana kita menemukan dhamma itu tanpa adanya petunjuk? kagak mungkinlah Tesla tiba2 "Jeduaarr" langsung jadi Sammasambuddha tanpa adanya Tipitaka. dengan adanya Tipitaka saya dan anda jadi dpt mengenal Dhamma, bila ada yang bicara "Jangan Percaya Tipitaka, krn belum tentu benar, itu hanya produk bhikkhu2 penghapal" maap...maap deh itu adalah "ORANG KEBLINGER" saya yakin dan seyakin-yakin nya, Bhikkhu2 yang telah mencapai Magga dan phala MUSTAHIL akan berucap demikian, itu pasti ucapan dari seorang Puthujjana yg Keblinger...sory sekali bila ada yg kurang berkenan dg pandangan saya ini. bagi saya aneh, sungguh2 ANEH, orang bisa mengenal dhamma dari Tipitaka, lalu gembor2 "Jangan percaya Tipitaka", ngaku nya Buddhist, ngaku nya Bhikkhu, ngaku nya Romo, dll, tapi gembar gembor jangan percaya Tipitaka, JUJUR saya pribadi langsung tidak bakalan mau percaya dg ybs. sudah terlihat "KUALITAS" pribadinya, yaitu orang KEBLINGER. sory Bro Tesla ya, kita ini bicara jujur ya...

bila anda tidak setuju saling serang Mahayana dan Theravada, sama saya pun demikian juga, saya pribadi tidak suka ada adu jotos atau saling menjelekkan antar aliran. tapi yg sy bicarakan adalah FAKTA. saya menulis bhw Mahayana menanggap Sang Buddha tidak pernah mengajarkan ajarannya, hanya duduk terpejam dlm posisi meditasi sempurna, karena ajarannya teramat sulit dipahami dan beliau mengetahui hal ini sehingga tidak diajarkan kepada manusia didunia. saya ada catatan dari kuliah sy. nanti sy quote kan, dari bangku kuliah sy ttg Mahayana, jadi kami diberikan materi perbedaan dan persamaan antara Mahayana dan Theravada. sehingga tulisan saya adalah materi kuliah bukan GOSIP semata.

mettacittena,
« Last Edit: 15 January 2011, 03:18:26 PM by pannadevi »

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #754 on: 15 January 2011, 03:34:23 PM »
judulnya thread aja pertanyaan kritis ...jadi saya rasa boleh dilanjut donk....(*peace bro...ini diskusi yah...*)

kalo saya minta sekarang Tesla dan saya berhadapan secara gentle, saya tanya ANDA secara pribadi, "apabila tidak ada Tipitaka, bisakah anda mendapatkan dhamma yang berasal dari ajaran Sang Buddha?" memang dhamma ada dimana2, tapi bagaimana kita menemukan dhamma itu tanpa adanya petunjuk? kagak mungkinlah Tesla tiba2 "Jeduaarr" langsung jadi Sammasambuddha tanpa adanya Tipitaka. dengan adanya Tipitaka saya dan anda jadi dpt mengenal Dhamma, bila ada yang bicara "Jangan Percaya Tipitaka, krn belum tentu benar, itu hanya produk bhikkhu2 penghapal" maap...maap deh itu adalah "ORANG KEBLINGER" saya yakin dan seyakin-yakin nya, Bhikkhu2 yang telah mencapai Magga dan phala MUSTAHIL akan berucap demikian, itu pasti ucapan dari seorang Puthujjana yg Keblinger...sory sekali bila ada yg kurang berkenan dg pandangan saya ini. bagi saya aneh, sungguh2 ANEH, orang bisa mengenal dhamma dari Tipitaka, lalu gembor2 "Jangan percaya Tipitaka", ngaku nya Buddhist, ngaku nya Bhikkhu, ngaku nya Romo, dll, tapi gembar gembor jangan percaya Tipitaka, JUJUR saya pribadi langsung tidak bakalan mau percaya dg ybs. sudah terlihat "KUALITAS" pribadinya, yaitu orang KEBLINGER. sory Bro Tesla ya, kita ini bicara jujur ya...

bila anda tidak setuju saling serang Mahayana dan Theravada, sama saya pun demikian juga, saya pribadi tidak suka ada adu jotos atau saling menjelekkan antar aliran. tapi yg sy bicarakan adalah FAKTA. saya menulis bhw Mahayana menanggap Sang Buddha tidak pernah mengajarkan ajarannya, hanya duduk terpejam dlm posisi meditasi sempurna, karena ajarannya teramat sulit dipahami dan beliau mengetahui hal ini sehingga tidak diajarkan kepada manusia didunia. saya ada catatan dari kuliah sy. nanti sy quote kan, dari bangku kuliah sy ttg Mahayana, jadi kami diberikan materi perbedaan dan persamaan antara Mahayana dan Theravada. sehingga tulisan saya adalah materi kuliah bukan GOSIP semata.

mettacittena,

Nggak percaya produk Bhikkhu-Bhikkhu penghafal lantas percaya kepada siapa....? Tentu saja percaya kepada Krishnamurti dong....   ;D   ^:)^
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #755 on: 15 January 2011, 03:43:17 PM »
Nggak percaya produk Bhikkhu-Bhikkhu penghafal lantas percaya kepada siapa....? Tentu saja percaya kepada Krishnamurti dong....   ;D   ^:)^

 :P ^-^ ^-^

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #756 on: 15 January 2011, 04:11:59 PM »
judulnya thread aja pertanyaan kritis ...jadi saya rasa boleh dilanjut donk....(*peace bro...ini diskusi yah...*)

kalo saya minta sekarang Tesla dan saya berhadapan secara gentle, saya tanya ANDA secara pribadi, "apabila tidak ada Tipitaka, bisakah anda mendapatkan dhamma yang berasal dari ajaran Sang Buddha?" memang dhamma ada dimana2, tapi bagaimana kita menemukan dhamma itu tanpa adanya petunjuk? kagak mungkinlah Tesla tiba2 "Jeduaarr" langsung jadi Sammasambuddha tanpa adanya Tipitaka. dengan adanya Tipitaka saya dan anda jadi dpt mengenal Dhamma, bila ada yang bicara "Jangan Percaya Tipitaka, krn belum tentu benar, itu hanya produk bhikkhu2 penghapal" maap...maap deh itu adalah "ORANG KEBLINGER" saya yakin dan seyakin-yakin nya, Bhikkhu2 yang telah mencapai Magga dan phala MUSTAHIL akan berucap demikian, itu pasti ucapan dari seorang Puthujjana yg Keblinger...sory sekali bila ada yg kurang berkenan dg pandangan saya ini. bagi saya aneh, sungguh2 ANEH, orang bisa mengenal dhamma dari Tipitaka, lalu gembor2 "Jangan percaya Tipitaka", ngaku nya Buddhist, ngaku nya Bhikkhu, ngaku nya Romo, dll, tapi gembar gembor jangan percaya Tipitaka, JUJUR saya pribadi langsung tidak bakalan mau percaya dg ybs. sudah terlihat "KUALITAS" pribadinya, yaitu orang KEBLINGER. sory Bro Tesla ya, kita ini bicara jujur ya...

ya secara gentle (lembut), bukan adu jotos :)

apakah Tipitaka dapat dipercaya 100%, 100% begitu pertanyaannya... saya menjawab "tidak, tidak 100%". saya kira ini yg disinggung oleh rekan Sutarman. jadi mungkin sekitar 70% dari Tipitaka adalah benar, 30% nya meragukan. begitu kira2...

Quote
bila anda tidak setuju saling serang Mahayana dan Theravada, sama saya pun demikian juga, saya pribadi tidak suka ada adu jotos atau saling menjelekkan antar aliran. tapi yg sy bicarakan adalah FAKTA. saya menulis bhw Mahayana menanggap Sang Buddha tidak pernah mengajarkan ajarannya, hanya duduk terpejam dlm posisi meditasi sempurna, karena ajarannya teramat sulit dipahami dan beliau mengetahui hal ini sehingga tidak diajarkan kepada manusia didunia. saya ada catatan dari kuliah sy. nanti sy quote kan, dari bangku kuliah sy ttg Mahayana, jadi kami diberikan materi perbedaan dan persamaan antara Mahayana dan Theravada. sehingga tulisan saya adalah materi kuliah bukan GOSIP semata.
maksud saya 'dalam diskusi' ini aja... jujur ya, byk hasutan yg memperkeruh suasana.

Spoiler: ShowHide

indra: kalau dari komik-komik zen, yg dimaksudkan pencerahan dalam zen itu adalah mengetahui jawaban dari suatu teka-teki.
adi lim: emank ZEN itu hanya dari cerita komik !
terakhir adalah sis samaneri...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #757 on: 15 January 2011, 04:18:12 PM »
kalo saya minta sekarang Tesla dan saya berhadapan secara gentle, saya tanya ANDA secara pribadi, "apabila tidak ada Tipitaka, bisakah anda mendapatkan dhamma yang berasal dari ajaran Sang Buddha?" memang dhamma ada dimana2, tapi bagaimana kita menemukan dhamma itu tanpa adanya petunjuk? kagak mungkinlah Tesla tiba2 "Jeduaarr" langsung jadi Sammasambuddha tanpa adanya Tipitaka. dengan adanya Tipitaka saya dan anda jadi dpt mengenal Dhamma, bila ada yang bicara "Jangan Percaya Tipitaka, krn belum tentu benar, itu hanya produk bhikkhu2 penghapal" maap...maap deh itu adalah "ORANG KEBLINGER" saya yakin dan seyakin-yakin nya, Bhikkhu2 yang telah mencapai Magga dan phala MUSTAHIL akan berucap demikian, itu pasti ucapan dari seorang Puthujjana yg Keblinger...sory sekali bila ada yg kurang berkenan dg pandangan saya ini. bagi saya aneh, sungguh2 ANEH, orang bisa mengenal dhamma dari Tipitaka, lalu gembor2 "Jangan percaya Tipitaka", ngaku nya Buddhist, ngaku nya Bhikkhu, ngaku nya Romo, dll, tapi gembar gembor jangan percaya Tipitaka, JUJUR saya pribadi langsung tidak bakalan mau percaya dg ybs. sudah terlihat "KUALITAS" pribadinya, yaitu orang KEBLINGER. sory Bro Tesla ya, kita ini bicara jujur ya...

oh ya, menanggapi ini... anggap saya orang KEBLINGER, (walau dibilang gitupun :p) saya menganggap Tipitaka berasal dari bbrp zaman, ada yg merupakan penambahan belakangan. --- dan dulu saya adalah korban yg disesatkan >:D krn asal ambil saja, komentar pun ditelan, dan diperjuangkan (vs orang lain). sekarang jujur, bagi saya abhidhamma bukan dari Sang Buddha. Sutta sendiri pun tidak terbukti otentik 100% dari mulut Buddha, tp lebih bisa dipegang.

akhir kata, itu menurut saya... saya tidak memaksa orang lain utk tidak percaya Abhidhamma, jd no-flamming ya... peace.
« Last Edit: 15 January 2011, 04:19:56 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #758 on: 15 January 2011, 05:00:16 PM »
ya secara gentle (lembut), bukan adu jotos :)

apakah Tipitaka dapat dipercaya 100%, 100% begitu pertanyaannya... saya menjawab "tidak, tidak 100%". saya kira ini yg disinggung oleh rekan Sutarman. jadi mungkin sekitar 70% dari Tipitaka adalah benar, 30% nya meragukan. begitu kira2...
maksud saya 'dalam diskusi' ini aja... jujur ya, byk hasutan yg memperkeruh suasana.

Spoiler: ShowHide

indra: kalau dari komik-komik zen, yg dimaksudkan pencerahan dalam zen itu adalah mengetahui jawaban dari suatu teka-teki.
adi lim: emank ZEN itu hanya dari cerita komik !
terakhir adalah sis samaneri...


posting saya inikah yang anda anggap menghasut?

khan dalam zen tidak ada vinaya ;D



ohh... maksudnya KOMIK lebih tinggi kedudukannya dan lebih dpt dipertanggungjawabkan daripada TIPITAKA yg ditulis oleh kaum ARAHAT yang amat menjaga Vinaya, begitukah?

tentunya agama baru yang boleh tanpa vinaya, melanggar semua sila dan dapat mencapai PENCERAHAN akan mendapatkan sebanyak2nya umat, yakin dah...

mohon maaf ya bro, kita diskusi dhamma, kita diskusi ajaran Buddha, jadi SORY mohon jangan salah paham, referensi yang sah adalah Tipitaka, jadi tidaklah mungkin kita diskusi dhamma pake referensi BUKAN TIPITAKA. tetaplah sources valid yg kita jadikan acuan, semisal kita mau diskusi dhamma lantas kita pake referensi komik, ya ga mungkinlah, Arahatnya pun arahat komik. sory bro, saya tidak bisa mengerti jalan pikiran anda yg berpegang bahwa Tipitaka tidak bisa dipegang sbg referensi yg valid. bagi saya selama saya belum Arahat maka saya tetap perpedoman Tipitaka daripada komik.

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #759 on: 15 January 2011, 05:05:00 PM »
judulnya thread aja pertanyaan kritis ...jadi saya rasa boleh dilanjut donk....(*peace bro...ini diskusi yah...*)

bila anda tidak setuju saling serang Mahayana dan Theravada, sama saya pun demikian juga, saya pribadi tidak suka ada adu jotos atau saling menjelekkan antar aliran. tapi yg sy bicarakan adalah FAKTA. saya menulis bhw Mahayana menanggap Sang Buddha tidak pernah mengajarkan ajarannya, hanya duduk terpejam dlm posisi meditasi sempurna, karena ajarannya teramat sulit dipahami dan beliau mengetahui hal ini sehingga tidak diajarkan kepada manusia didunia. saya ada catatan dari kuliah sy. nanti sy quote kan, dari bangku kuliah sy ttg Mahayana, jadi kami diberikan materi perbedaan dan persamaan antara Mahayana dan Theravada. sehingga tulisan saya adalah materi kuliah bukan GOSIP semata.

mettacittena,

menepati janji, tadi udah sy cari catatannya, ketemu ini :

Pemikiran kaum Mahayana ini berdasarkan ada di Kathavatthu :

From the book “Buddhist Sects in India” by Nalinaksha Dutt, p.100-101 :
Quote
“In the Kathavatthu the discussion of the topic Buddhassa Bhagavato vohāro lokkutaro ti, that Buddha’s action [vohāro] are lokottara and that they are treated as lokiya [mundane] and lokottara [supramundane] according as the object of the action is lokiya or lokottara.  Mr.Shwe Zen Aung prefers to confine the sense of the word “vohāro to speak”.
“the Sutras (or discourses) preached by the Buddha are all perfect in themselves (nītārtha). Buddhas speak of nothing but dharma (doctrines); as such their teaching is concerned only with paramārtha-satya (paramattha-sacca). i.e. not with saṃvṛtisatya (sammutisacca). The paramārtha-satya cannot be normally expressed by words. It can be explained only by silence or at the most by an exclamation.”

It is expressed in Vasumitra’s treatise thus “ Buddha can expound all the doctrines with a single utterance and there is nothing which is not in conformity with the truth in what has been preached by the world-honoured one.”

ya jelas aja klo Tipitaka TIDAK DIPERCAYA sbg UCAPAN Sang Buddha, krn wkt itu sang Buddha hanya mengucap sepatah kata saja "A" maka seluruh ajarannya sudah diajarkan.....

mettacittena,
« Last Edit: 15 January 2011, 05:15:04 PM by pannadevi »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #760 on: 15 January 2011, 05:20:43 PM »
mohon maaf ya bro, kita diskusi dhamma, kita diskusi ajaran Buddha, jadi SORY mohon jangan salah paham, referensi yang sah adalah Tipitaka, jadi tidaklah mungkin kita diskusi dhamma pake referensi BUKAN TIPITAKA. tetaplah sources valid yg kita jadikan acuan, semisal kita mau diskusi dhamma lantas kita pake referensi komik, ya ga mungkinlah, Arahatnya pun arahat komik. sory bro, saya tidak bisa mengerti jalan pikiran anda yg berpegang bahwa Tipitaka tidak bisa dipegang sbg referensi yg valid. bagi saya selama saya belum Arahat maka saya tetap perpedoman Tipitaka daripada komik.
saya mau kasih kejelasan, bahwa lawan diskusi bukan pakai komik... cuma itu, jgn salah paham... maaf beribu maaf, yg mau saya sampaikan adalah "pada diskusi ini tidak ada yg membandingkan Tipitaka vs komik"
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #761 on: 15 January 2011, 05:21:22 PM »
kalo anda tidak percaya Abhidhamma, apakah kita bahasnya ttg Abhidhamma? saya rasa bukan Abhidhamma deh pembahasan kita, tapi ok lah...gpp...

di Srilanka banyak juga para scholar Buddhists yang tidak percaya bhw Abhidhamma adalah Ucapan sang Buddha, gpp kok anda tidak sendirian.

mettacittena,

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #762 on: 15 January 2011, 05:22:05 PM »
saya mau kasih kejelasan, bahwa lawan diskusi bukan pakai komik... cuma itu, jgn salah paham... maaf beribu maaf, yg mau saya sampaikan adalah "pada diskusi ini tidak ada yg membandingkan Tipitaka vs komik"

ok, deal.

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #763 on: 15 January 2011, 05:24:48 PM »
lanjut ttg Mahkluk...

oleh sebab itu kaum Jain banyak yang berpenghidupan dalam perdagangan mata uang, kalo istilah keren bankir, tetapi bagi "I" istilahnya "rentenir". awal saya masuk Srilanka agak kaget juga,kok di sepanjang jalan pertokoan melulu "pawning" kapan nih jualannya? melulu pinjam uang...hehehe...

saya rasa karena mereka mengacu menghindari bisnis pāṇānaṃ (breathing, usually a living being endowed with the breath of life, p.451) itu.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #764 on: 15 January 2011, 05:27:09 PM »
adi lim: emank ZEN itu hanya dari cerita komik !

kepada adi lim, harap meng-edit pernyataan ini menjadi:

adi lim: emank ZEN itu hanya dari cerita komik ?

hehehe
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

 

anything