//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 560791 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #645 on: 11 January 2011, 09:17:31 PM »
maaf, saya tidak paham Pali, tapi dari englishnya IMO living things=benda-benda hidup yg tidak sama dengan makhluk hidup yg biasanya menggunakan kata "living beings"


bro Adi Lim & batara Indra, ini sy carikan artinya kata demi kata, lalu sy ketemu di hal.451, bhw mahkluk hidup pun disebut sbg pāṇānaṃ.
‘‘Tesaṃ vo ahaṃ byakkhissaṃ, (vāseṭṭhāti bhagavā)
Anupubbaṃ (gradual) yathātathaṃ (according to truth);
Jātivibhaṅgaṃ (Jāti= birth, vibhaṅgaṃ=classification)  pāṇānaṃ (breathing, usually a living being endowed with the breath of life, p.451), aññamaññāhi (identical) jātiyo (birth).

mettacittena,


ini menimbulkan implikasi yg cukup serius, karena selama ini sebagian besar buddhist tidak menganggap tumbuhan sebagai makhluk. sekarang, apakah tumbuhan juga terpengaruh oleh hukum karma? apakah tumbuhan juga mengalami kelahiran kembali? di manakah tumbuhan ini berada dalam 31 alam?

tentu saja, jika kriterianya hanya pada "bernafas" saya setuju bahwa tumbuhan juga bernafas. tetapi sekadar bernafas tidak cukup untuk mengidentifikasi tumbuhan sebagai makhluk hidup
« Last Edit: 11 January 2011, 09:19:44 PM by Indra »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #646 on: 11 January 2011, 10:12:25 PM »
kalau lihat di Pali Text Society diterjemahkan sbg:

Vibhanga [vi+bhanga, of bhaj1] distribution, division, distinction, classification Vin i.359; Sn 600 (jāti˚ classification of species; expld as jāti-- vitthāra at SnA 464); J

kalau lihat suggest nya sih species (one of the basic units of biological classification and a taxonomic rank), yg mana adalah kosa kata sangat "ilmiah" lho... mengejutkan, mungkin di zaman Buddha sudah ada ilmu science yg cukup berkembang...

pananam = sesuatu yg bernafas... <--- ini juga patokan objek dari sila pertama kan? ;) kalau di terjemahkan ke bahasa Indonesia emg repot, akhirnya disamakan aja dengan mahkluk hidup... OOT dulu: jadi tumbuhan termasuk salah satu objek "pananam" ya? :o
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #647 on: 11 January 2011, 10:27:46 PM »
ini menimbulkan implikasi yg cukup serius, karena selama ini sebagian besar buddhist tidak menganggap tumbuhan sebagai makhluk. sekarang, apakah tumbuhan juga terpengaruh oleh hukum karma? apakah tumbuhan juga mengalami kelahiran kembali? di manakah tumbuhan ini berada dalam 31 alam?

tentu saja, jika kriterianya hanya pada "bernafas" saya setuju bahwa tumbuhan juga bernafas. tetapi sekadar bernafas tidak cukup untuk mengidentifikasi tumbuhan sebagai makhluk hidup

iya bro, Sang Buddha menetapkan dalam Vinaya tentang masa Vassa tentu tidak didasarkan keputusan main2 lah, untuk menjaga dari hancurnya tunas2 rumput dan tanaman lainnya karena termasuk mahkluk hidup...

saya sendiri ingin tahu lebih lanjut pandangan dari member, maka dari itu saya melempar hal ini di forum, silahkan di diskusikan...

mettacittena,
« Last Edit: 11 January 2011, 10:30:24 PM by pannadevi »

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #648 on: 11 January 2011, 10:38:26 PM »
kalau lihat di Pali Text Society diterjemahkan sbg:

Vibhanga [vi+bhanga, of bhaj1] distribution, division, distinction, classification Vin i.359; Sn 600 (jāti˚ classification of species; expld as jāti-- vitthāra at SnA 464); J

kalau lihat suggest nya sih species (one of the basic units of biological classification and a taxonomic rank), yg mana adalah kosa kata sangat "ilmiah" lho... mengejutkan, mungkin di zaman Buddha sudah ada ilmu science yg cukup berkembang...

pananam = sesuatu yg bernafas... <--- ini juga patokan objek dari sila pertama kan? ;) kalau di terjemahkan ke bahasa Indonesia emg repot, akhirnya disamakan aja dengan mahkluk hidup... OOT dulu: jadi tumbuhan termasuk salah satu objek "pananam" ya? :o

bro Tesla yg baik,

jangan lupa bro, Taxila adalah Universitas terkemuka dijaman Sang Buddha, termasuk semua Science sudah ada dijaman itu. Plato pun malah lebih awal lahirnya dibanding Sang Buddha. bahkan Universitas Nalanda yg juga seumuran dg Taxila itupun memiliki perpustakaan yang maha luas, sehingga ketika buku2 nya ditumpuk untuk dibakar, baru padam dengan sendirinya setelah 3 tahun, hanya buku2 saja lo bro. betapa luar biasanya kemajuan science dikala itu.

anda rupanya sepaham dengan saya bro,
Vibhanga [vi+bhanga, of bhaj1] distribution, division, distinction, classification Vin i.359; Sn 600 (jāti˚ classification of species; expld as jāti-- vitthāra at SnA 464); J

dan kata pāṇānaṃ (breathing, usually a living being endowed with the breath of life, p.451) sama2 menunjukkan living beings khan bro...

nah maka dari itu saya juga menanyakan ke forum dg menyajikan cuplikan Vāseṭṭha sutta MN.98 karena ingin mendapatkan lebih mendalam diskusi ttg mahkluk.

mettacittena,
« Last Edit: 11 January 2011, 10:45:04 PM by pannadevi »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #649 on: 11 January 2011, 11:29:48 PM »
jangan lupa bro, Taxila adalah Universitas terkemuka dijaman Sang Buddha, termasuk semua Science sudah ada dijaman itu. Plato pun malah lebih awal lahirnya dibanding Sang Buddha. bahkan Universitas Nalanda yg juga seumuran dg Taxila itupun memiliki perpustakaan yang maha luas, sehingga ketika buku2 nya ditumpuk untuk dibakar, baru padam dengan sendirinya setelah 3 tahun, hanya buku2 saja lo bro. betapa luar biasanya kemajuan science dikala itu.
Plato tidak lebih awal dari Sang Buddha.

Spoiler: ShowHide


Plato, The definite place and time of Plato's birth are not known, but what is certain is that he belonged to an aristocratic and influential family. based on ancient sources, most modern scholars believe that he was born in Athens or Aegina between 429 and 423 BC.

Buddha, The actual date of the Buddha's birth is unknown. According to Buddhist tradition, the Buddha's birth took place in 624 BCE, although some recent estimates place the Buddha's birth much later — perhaps as late as 448 BCE {1}. 560 BCE is one commonly accepted date for the Buddha's birth, and the "historical" date for that event that I adopt here.


Quote
anda rupanya sepaham dengan saya bro,
Vibhanga [vi+bhanga, of bhaj1] distribution, division, distinction, classification Vin i.359; Sn 600 (jāti˚ classification of species; expld as jāti-- vitthāra at SnA 464); J

dan kata pāṇānaṃ (breathing, usually a living being endowed with the breath of life, p.451) sama2 menunjukkan living beings khan bro...

nah maka dari itu saya juga menanyakan ke forum dg menyajikan cuplikan Vāseṭṭha sutta MN.98 karena ingin mendapatkan lebih mendalam diskusi ttg mahkluk.

mettacittena,
karena kurangnya kosa kata kita baik English maupun bahasa Indonesia, sepertinya sulit utk mencari padanan kata dari kosakata Pali :| sepertinya utk melengkapi sila pertama, para upasaka & upasika jg jgn merusak hidupnya tanaman --- kayanya ini sudah nature umat Buddhist, jadi ga begitu masalah, bukan menyombong (tapi emg sombong dari sananya) hehehe...

back to topic, sepertinya Buddha menggunakan "pananam" sebagai kategori mahkluk hidup dalam ruang lingkup ilmiah (sesuatu yg bernafas) mungkin disini cocoknya ditranslatekan sebagai organisme (canggih 8) juga ya), dan menggunakan kata "satta" sebagai kategori mahkluk hidup (dalam english sangat cocok  ditranslate menjadi kata being karena be-ing memiliki kaitan erat dg sisi psikologis --- is an English word used for conceptualizing subjective and objective aspects of reality, including those fundamental to the self — related to and somewhat interchangeable with terms like "reality", "existence" and "living") dalam ruang lingkup ajarannya (ajaran agar terbebas dari Dukkha).

Spoiler: ShowHide
pada ilmu pengetahuan sekarang sepertinya tidak ada pembedaan antara mahkluk hidup dg benda hidup, yg ada adalah benda hidup vs benda mati. yg benda hidup dibilang mahkluk hidup, yg benda mati dibilang barang aja... nah ilmu pengetahuan sekarang juga kesulitan sebenarnya menarik garis batas antara benda hidup dan benda mati. tidak ada definisi yg tepat, krn ada aja sesuatu yg berada diantara hidup & mati ini... ini pengetahuan saya yah... kalau salah mohon maaf & mohon dikoreksi


Spoiler: ShowHide
dalam kosa kata Buddhism ada lagi kata bhava = menjadi = be-ing... saya pernah baca essay seorang Bhikkhu hutan (Thai Forest Tradition) yg membahas soal bhava ini, yg diajarkan cukup unik, singkatnya kita cukup berhenti dari being & having, kita sebenarnya tidak pernah berhenti being, being a bhikkhu, being a good boy, being a father, being a children, being a buddhist, dst... menarik kan? dan ini bisa terjadi sekarang. saya lupa nama bhikkhu nya & jg baca di mana... sorry... oh dan Dalai Lama (ga tau yg keberapa) juga pernah bilang lebih baik kita berhenti being a Buddhist, dan ini menuai protes. kalau saja orang yg protes berpikir seperti saya (sombong lagi...), pasti dia berterimakasih sama Dalai Lama tsb

wah jadi ngelantur terus saya nih  :P
« Last Edit: 11 January 2011, 11:31:35 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #650 on: 12 January 2011, 05:52:31 AM »
iya bro, Sang Buddha menetapkan dalam Vinaya tentang masa Vassa tentu tidak didasarkan keputusan main2 lah, untuk menjaga dari hancurnya tunas2 rumput dan tanaman lainnya karena termasuk mahkluk hidup...

saya sendiri ingin tahu lebih lanjut pandangan dari member, maka dari itu saya melempar hal ini di forum, silahkan di diskusikan...

mettacittena,

IMO
para Bhikkhu jika merusak atau menanam tanaman/tumbuhan bukan maksud diatas.
tapi utk menghindari binatang/hewan kecil yang ditanaman atau didalam tanah bisa ikut mati apalagi pada musim hujan banyak hewan kecil butuh perlindungan tumbuhan, belum lagi makhluk halus/dewa pohon juga terganggu. [-X
kemudian para Bhikkhu harusnya berlatih praktek diri lebih intensive pada masa vassa dan jangan terfokus masalah lain. ;D
yang pasti urusan tanam-menanam tidak ada mamfaatnya bagi para Bhikkhu, selain Bhavana lebih intensiv.

 _/\_


Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #651 on: 12 January 2011, 07:11:33 AM »
iya bro, Sang Buddha menetapkan dalam Vinaya tentang masa Vassa tentu tidak didasarkan keputusan main2 lah, untuk menjaga dari hancurnya tunas2 rumput dan tanaman lainnya karena termasuk mahkluk hidup...

saya sendiri ingin tahu lebih lanjut pandangan dari member, maka dari itu saya melempar hal ini di forum, silahkan di diskusikan...

mettacittena,

untuk menjaga dari hancurnya tunas dan rumput karena termasuk makhluk hidup? apakah tunas dan rumput ini hanya tumbuh pada masa vassa? atau apakah di luar masa vassa para bhikkhu boleh membunuh makhluk hidup tunas dan rumput?

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #652 on: 12 January 2011, 07:31:00 AM »
Teman-teman... setahu saya tumbuhan tidak dianggap sebagai mahluk hidup (teman-teman pakar Abhidhamma bisa lebih jelas menerangkan mengenai hal ini).
Penyebab utama Sang Buddha memberikan peraturan itu karena dicela oleh umat yang berpaham Jaina (kaum Nigantha), yaitu tumbuhan juga dianggap sebagai mahluk hidup.
Jadi memetik atau mematikan tanaman dianggap melukai atau membunuh mahluk hidup.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #653 on: 12 January 2011, 07:39:39 AM »
Boleh ikut nimbrung bahas Anatta? IMHO, Anatta LEBIH BENAR dibandingkan Atta, namun kalau kita melekat pada Anatta, ya jelas salah jadinya. Kalau tak salah Kainyn pernah mengatakannya walau dalam bahasa yang sedikit berbeda. Saya pribadi kalau meditasi biasanya setelah memahami anatta kemudian melanjutkannya dengan kontemplasi bahwa sesungguhnya saya tidak berbeda dengan orang lain hanya saja orang lain masih melekat pada pandangan salah atta, jadi tugas saya hanya mendorong orang lain terbebas dari pandangan salah atta dengan semangat metta karuna. Itulah yang disebut 'penyelamatan'. Sebenarnya mereka sendiri yang membebaskan diri mereka sendiri. Bukan kita yang membebaskan mereka. Kita hanya mendorong mereka ke arah pembebasan itu. Yang harus diingat adalah sebelum kita mengetahui Buddha Dharma, kita dulu sama dengan mereka, melekat pada pandangan salah atta yang membuat seseorang MENDERITA. Tugas kita hanyalah 'sadar' dan 'menyadarkan' saja. Namun setelah 'sadar' kita harus melepaskan 'perahu' anatta, menuju tahap berikutnya. Tahap berikutnya itu IMHO ya semangat Bodhisattva: membebaskan/menyadarkan banyak orang dengan semangat metta karuna. Menurut saya itulah SPIRIT sejati Buddhisme.
Mungkin saya boleh tambahkan: tilakkhana (dukkha, anatta, anicca) adalah 'benar' namun bukan sebuah 'kebenaran' yang harus dilekati, tapi sebaliknya kita hanya berusaha memahaminya lalu kita berusaha 'terbebaskan' dari pengaruh dukkha. Jadi, IMHO, tilakkhana hanyalah sarana untuk mencapai tahap/tujuan berikutnya. IMHO, kalau kita melekat pada anatta, bukan tak mungkin kita akan jatuh dalam pandangan salah nihilis yang menjadi lawan pandangan eternalis (yang biasanya dimiliki oleh orang yang terjebak dalam pandangan salah atta). Jadi agar tidak jatuh ke pandangan salah lainnya, kita harus melangkah ke tahap berikutnya yaitu semangat Bodhisattva. Dalam Zen, hal ini sederhana, cukup kita selalu menjaga pikiran kita sendiri agar tenang, dan saya menyaksikan sendiri bagaimana pikiran, ucapan, tindakan saya yang tenang bisa mengubah orang-orang di sekitar saya ke arah yang lebih baik. Dan kemudian orang yang semula tak tertarik agama Buddha atau meditasi menjadi tertarik mempelajarinya.
 _/\_
« Last Edit: 12 January 2011, 08:01:01 AM by sutarman »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #654 on: 12 January 2011, 08:04:18 AM »
untuk menjaga dari hancurnya tunas dan rumput karena termasuk makhluk hidup? apakah tunas dan rumput ini hanya tumbuh pada masa vassa? atau apakah di luar masa vassa para bhikkhu boleh membunuh makhluk hidup tunas dan rumput?

cmiiw, ini bukan berlaku bagi bhikkhu saja, tapi bagi upasaka/upasika... kita teliti ya:

Pānātipātā veramanī sikkhāpadam samādiyāmi

Pānātipātā
pana = Skt. [Sanskrit] prana - life breath
ati + pat = attack
pat from patati - to fly, to fall. (From this, Latin praepes - quick, peto - to go for, impetus, attack, etc.) To fall, jump, fall down on.
Panatipata = to cause prana to fall; to attack life breath.

dari object nya kategorinya adalah nafas (sesuatu yg bernafas). jadi berdasarkan Vasettha Sutta, ketika kita membunuh mengakhiri nafas (respirasi) pada tanaman, ini termasuk Panatipata.

imho, tunas yg baru tumbuh kalau dilalui (diinjak) dapat mati, jadi dihindari, termasuk pada masa di luar vassa. kalau tidak salah vassa ini musim hujan ya? jadi pada zaman itu, tunas2 baru byk yg muncul. kalau zaman ini sih musim dah ga jelas.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #655 on: 12 January 2011, 08:29:25 AM »
cmiiw, ini bukan berlaku bagi bhikkhu saja, tapi bagi upasaka/upasika... kita teliti ya:

Pānātipātā veramanī sikkhāpadam samādiyāmi

Pānātipātā
pana = Skt. [Sanskrit] prana - life breath
ati + pat = attack
pat from patati - to fly, to fall. (From this, Latin praepes - quick, peto - to go for, impetus, attack, etc.) To fall, jump, fall down on.
Panatipata = to cause prana to fall; to attack life breath.

dari object nya kategorinya adalah nafas (sesuatu yg bernafas). jadi berdasarkan Vasettha Sutta, ketika kita membunuh mengakhiri nafas (respirasi) pada tanaman, ini termasuk Panatipata.

imho, tunas yg baru tumbuh kalau dilalui (diinjak) dapat mati, jadi dihindari, termasuk pada masa di luar vassa. kalau tidak salah vassa ini musim hujan ya? jadi pada zaman itu, tunas2 baru byk yg muncul. kalau zaman ini sih musim dah ga jelas.

topik ini bisa berkembang menjadi tidak terkendali. dengan perkembangan terakhir ini, diskusi akan merembet pada apakah mata pencarian benar dalam buddhism? apakah bercocok tanam/bertani adalah mata pencarian benar? (apakah melakukan pelanggaran?) karena pasti melibatkan pembunuhan. apakah tukang membangun rumah juga melakukan pembunuhan? dan banyak lagi lainnya.

tapi perkembangan topik ini juga tidak menyalahi topik utama yaitu "pertanyaan kritis ..." jadi sepertinya boleh dilanjutkan.
« Last Edit: 12 January 2011, 08:33:12 AM by Indra »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #656 on: 12 January 2011, 08:36:20 AM »
yg membahas soal mahkluk adalah anda fabian c.
anda bilang yg disebut mahkluk adalah panca kandha
saya koreksi, yg disebut di mana ada kemelekatan thd panca kandha, ia disebut mahkluk


Boleh ikutan nyumbang dikit…
Dalam Vāseṭṭha sutta MN.98 Sang Buddha membedakan mahkluk menjadi 3 jenis, Tumbuhan, Binatang dan Manusia, oleh sebab itu Bhikkhu dilarang menebang pohon salah satu alasan adalah tumbuhan juga merupakan mahkluk hidup. Demikian juga termasuk membunuh binatang apalagi manusia berarti melakukan pelanggaran pembunuhan. Termasuk adanya masa vassa juga salah satu alasan untuk melindungi rumputan/tumbuhan yang sedang tunas, karena setiap masa hujan adalah masa tumbuh2an untuk tunas.


‘‘Tesaṃ vo ahaṃ byakkhissaṃ, (vāseṭṭhāti bhagavā)
Anupubbaṃ yathātathaṃ;
Jātivibhaṅgaṃ pāṇānaṃ, aññamaññāhi jātiyo.
(The Blessed One said:
Vāseṭṭha, I will tell you step by step how it happens,
The classification of living things in this and other births.)

‘‘Tiṇarukkhepi jānātha, na cāpi paṭijānare;
Liṅgaṃ jātimayaṃ tesaṃ, aññamaññā hi jātiyo.

(Look at the grass and trees, although they are not aware,
This and the other have attributes peculiar to their births.)

‘‘Catuppadepi jānātha, khuddake ca mahallake;
Liṅgaṃ jātimayaṃ tesaṃ, aññamaññā hi jātiyo.
(Look at the animals small and large
They have attributes peculiar to their births.)

‘‘Yathā etāsu jātīsu, liṅgaṃ jātimayaṃ puthu;
Evaṃ natthi manussesu, liṅgaṃ jātimayaṃ puthu.
(Although these have various attributes, at birth,
In humans various attributes are not evident at birth.)

‘‘Paccattañca sarīresu [paccattaṃ sasarīresu (sī. pī.)], manussesvetaṃ na vijjati;
Vokārañca manussesu, samaññāya pavuccati.
(In the individual bodies of humans, these are not evident,
They are designated by the activities of humans.)

mettacittena,
Samaneri Panna, menurut saya, Vasettha Sutta tidak membahas 'makhluk hidup'-nya, tetapi atribut atau ciri-ciri yang ada sewaktu lahir. Jadi rumput dan tumbuhan, walaupun tidak memiliki kesadaran, tapi setiap tumbuhan sejenis memiliki atribut dan ciri yang sama. Kita menyebutnya "tumbuhan" karena atribut tersebut. Demikian pula halnya dengan binatang.

Sedangkan pada manusia, seseorang tidak dapat disebut Brahmana karena atribut kelahirannya. Tidak ada atribut brahmana di kepala, rambut, mata, kaki, tubuh, dan lain sebagainya. Atribut Brahmana tersebut ada di moralitasnya.


Mengenai mengapa Buddha melarang merusak tanaman adalah karena walaupun tanaman tidak hidup, namun banyak makhluk hidup bergantung padanya. Penetapan vinaya tersebut, kalau tidak salah karena ada seorang bhikkhu menebang pohon yang mengenai anak dari rukkhata (deva pohon). (Kisahnya di dhammapada atthakatha 222.)


Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #657 on: 12 January 2011, 08:52:23 AM »
topik ini bisa berkembang menjadi tidak terkendali. dengan perkembangan terakhir ini, diskusi akan merembet pada apakah mata pencarian benar dalam buddhism? apakah bercocok tanam/bertani adalah mata pencarian benar? (apakah melakukan pelanggaran?) karena pasti melibatkan pembunuhan. apakah tukang membangun rumah juga melakukan pembunuhan? dan banyak lagi lainnya.

tapi perkembangan topik ini juga tidak menyalahi topik utama yaitu "pertanyaan kritis ..." jadi sepertinya boleh dilanjutkan.

jadi boleh lanjut ya....thanks bro...

sebenarnya saya ingin menanggapi tapi sayang waktu udah mepet mo berangkat ke campus, sory ....

mettacittena,

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #658 on: 12 January 2011, 08:56:26 AM »
Boleh ikut nimbrung bahas Anatta? IMHO, Anatta LEBIH BENAR dibandingkan Atta, namun kalau kita melekat pada Anatta, ya jelas salah jadinya.

Bro Sutarman yang baik, Anatta bukan benar atau tidak benar, anatta adalah kebenaran absolut. Anatta untuk diselami (dialami) bukan untuk dihafalkan. Adalah tidak tepat mengatakan seseorang yang telah menyelami anatta melekat pada anatta. Hanya orang yang belum pernah mengalami anatta, yang mengerti hanya sebatas konsep, yang terjebak melekat pada konsep anatta.

Sama tidak tepatnya mengatakan seseorang yang telah tahu 7 X 5 = 35 lalu melekat pada 35. Atau seseorang yang telah tahu bila menampar seseorang akan balas ditampar lalu dikatakan melekat pada hal itu.

Anatta adalah kebenaran absolut, pengetahuan mengenai anatta yang sesungguhnya timbul dari mengalami sendiri, bukan dengan berspekulasi mengenai hal itu. Bila kita sendiri belum mengalami anatta maka pengetahuan kita hanya sebatas spekulasi belaka.

Quote
Kalau tak salah Kainyn pernah mengatakannya walau dalam bahasa yang sedikit berbeda. Saya pribadi kalau meditasi biasanya setelah memahami anatta kemudian melanjutkannya dengan kontemplasi bahwa sesungguhnya saya tidak berbeda dengan orang lain hanya saja orang lain masih melekat pada pandangan salah atta,

Menyelami anatta hanya didapat pada waktu kita bermeditasi Vipassana, bukan didapat sebelum meditasi Vipassana, dan pengalaman anatta juga tak bisa di dapat dengan meditasi cara lain selain Vipassana.
Mengetahui bahwa pengalaman yang kita dapatkan dalam meditasi adalah pengalaman anatta didapat setelah selesai bermeditasi Vipassana, kemudian menganalisa pengalaman-pengalaman yang telah dialami tanpa berusaha menghubung-hubungkan dengan pengetahuan teori anatta.

Quote
jadi tugas saya hanya mendorong orang lain terbebas dari pandangan salah atta dengan semangat metta karuna. Itulah yang disebut 'penyelamatan'.


Pengetahuan/pengalaman anatta didapat dengan meditasi Vipassana, bukan dengan semangat metta karuna. Agar orang lain dapat menyelami anatta hanya orang itu sendiri yang mampu melihatnya, guru hanya bisa mengarahkan dengan meditasi Vipassana/Satipatthana.

Quote
Sebenarnya mereka sendiri yang membebaskan diri mereka sendiri. Bukan kita yang membebaskan mereka. Kita hanya mendorong mereka ke arah pembebasan itu. Yang harus diingat adalah sebelum kita mengetahui Buddha Dharma, kita dulu sama dengan mereka, melekat pada pandangan salah atta yang membuat seseorang MENDERITA. Tugas kita hanyalah 'sadar' dan 'menyadarkan' saja. Namun setelah 'sadar' kita harus melepaskan 'perahu' anatta, menuju tahap berikutnya. Tahap berikutnya itu IMHO ya semangat Bodhisattva: membebaskan/menyadarkan banyak orang dengan semangat metta karuna. Menurut saya itulah SPIRIT sejati Buddhisme.

Membaca sejuta buku mengenai anatta dan mendengar segala hal mengenai anatta dari sejuta guru tidak membuat seseorang menyelami anatta, seperti perumpamaan orang yang berusaha menyelami rasa buah apricot dengan membaca jutaan buku mengenai rasa buah apricot.
Hanya mengalami sendiri yang membuat seseorang mengerti dengan jelas rasa apricot, demikian juga dengan anatta.

Anatta bukan "perahu teori" anatta adalah pengetahuan langsung. Orang yang "sadar" (mengalami langsung anatta) otomatis terbebas dari pandangan salah mengenai "atta" maupun pandangan salah mengenai "anatta".

Quote
Mungkin saya boleh tambahkan: tilakkhana (dukkha, anatta, anicca) adalah 'benar' namun bukan sebuah 'kebenaran' yang harus dilekati, tapi sebaliknya kita hanya berusaha memahaminya lalu kita berusaha 'terbebaskan' dari pengaruh dukkha
.
Sekali lagi untuk menyelami tilakkhana harus dialami, bukan cuma sekedar dipahami secara teori.

Quote
Jadi, IMHO, tilakkhana hanyalah sarana untuk mencapai tahap/tujuan berikutnya. IMHO, kalau kita melekat pada anatta, bukan tak mungkin kita akan jatuh dalam pandangan salah nihilis yang menjadi lawan pandangan eternalis (yang biasanya dimiliki oleh orang yang terjebak dalam pandangan salah atta).

Melekat pada konsep anatta hanya dialami oleh mereka yang belum pernah mengalami anatta. Bagi yang telah mengalami, secara otomatis tidak melekat. Karena pengetahuan yang sesungguhnya telah dialaminya.

Quote
Jadi agar tidak jatuh ke pandangan salah lainnya, kita harus melangkah ke tahap berikutnya yaitu semangat Bodhisattva. Dalam Zen, hal ini sederhana, cukup kita selalu menjaga pikiran kita sendiri agar tenang, dan saya menyaksikan sendiri bagaimana pikiran, ucapan, tindakan saya yang tenang bisa mengubah orang-orang di sekitar saya ke arah yang lebih baik. Dan kemudian orang yang semula tak tertarik agama Buddha atau meditasi menjadi tertarik mempelajarinya.
 _/\_

Untuk menenangkan pikiran tak perlu memiliki semangat Bodhisattva, setiap orang bisa melatihnya.

Mettacittena,
« Last Edit: 12 January 2011, 09:27:11 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #659 on: 12 January 2011, 09:56:19 AM »
topik ini bisa berkembang menjadi tidak terkendali. dengan perkembangan terakhir ini, diskusi akan merembet pada apakah mata pencarian benar dalam buddhism? apakah bercocok tanam/bertani adalah mata pencarian benar? (apakah melakukan pelanggaran?) karena pasti melibatkan pembunuhan. apakah tukang membangun rumah juga melakukan pembunuhan? dan banyak lagi lainnya.

tapi perkembangan topik ini juga tidak menyalahi topik utama yaitu "pertanyaan kritis ..." jadi sepertinya boleh dilanjutkan.

menurut saya, bercocok tanam adalah basic paling dasar utk hidup manusia (utk makan). ini jawaban gampang saja, bercocok tanam diperbolehkan (menurut saya), memang ada Pānātipātā yg terjadi, tapi Pānātipātā yg tidak terhindarkan (pembenaran kah?) sama seperti seorang nelayan <--- whats? jika dilakukan karena terpaksa, utk menghidupi keluarga, ya tekad utk menghindari ada, tapi ga terhindarkan... gimana yah? kedengaran sekali seperti pembenaran ya. tapi bagi saya pancasila adalah tekad utk menjadi lebih baik (dalam hal moralitas), bukan suatu peraturan (lain kalau sila bhikkhu/vinaya). kalau ada kesempatan utk menghindari pekerjaan ini ya hindarinlah, biarkan orang non-Buddhist yg mengerjakannya <--- whats? munafik...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

 

anything