4. Menurut Tempat dan Keadaan di mana Kamma Akan Berbuah (Berakibat)
Golongan Hukum Kamma ini dapat dibagi lagi dalam empat jenis, yaitu:
A. Kamma Buruk (tidak baik atau tidak bermoral)
Kamma (perbuatan) buruk ini akan berbuah dan mengakibatkan malapetaka maupun bertumimbal-lahir di alam sengsara yang menderita. Semua perbuatan jahat ini berakar pada:
1. Lobha, yaitu terikatnya keinginan pada sesuatu sehingga menimbulkan keserakahan.
2. Dosa, yaitu ketidaksukaan atau penolakan yang sangat pada sesuatu sehingga menimbulkan kebencian.
3. Moha, yaitu kebodohan batiniah sehingga menimbulkan kegelapan batin.
Kamma buruk ini terdiri atas sepuluh jenis yang terbagi melalui 3 golongan, yaitu :
(1) Dilakukan dengan badan jasmani
a. Pembunuhan
Syarat-syarat yang melandasi satu tindakan pembunuhan adalah :
– adanya makhluk lain (objek)
– kesadaran makhluk yang bersangkutan (subjek) akan adanya adanya hal ini
– niat untuk membunuh
– langkah-langkah perbuatan
– kematian makhluk lain tersebut (objek) sebagai akibat tindakannya
Akibat dari pembunuhan yaitu datangnya malapetaka, banyak musuh, pendek umur, menderita berbagai penyakit, senantiasa berada dalam kesedihan, hidup di bawah tekanan dan kecemasan, terlahir kembali di lingkungan yang penuh kekerasan, terlahir kembali dalam keadaan cacat, terlahir kembali dengan menderita penyakit bawaan, hidup dengan mengalami berbagai penyiksaan, terlahir kembali di alam-alam rendah, atau setidaknya munculnya masalah baru.
b. Pencurian
Syarat-syarat yang melandasi satu tindakan pencurian adalah :
– adanya sesuatu yang merupakan milik makhluk lain (objek)
– kesadaran makhluk yang bersangkutan (subjek) akan hal ini
– niat untuk mengambil sesuatu milik orang lain yang tidak diberikan
– langkah-langkah perbuatan
– peralihan benda ke makhluk yang bertindak sebagai akibatnya
Akibat dari pencurian yaitu datangnya malapetaka, banyak musuh, kehilangan teman, terlahir kembali sebagai manusia yang miskin, dihina dan diremehkan, dirangsang oleh keinginan-keinginan yang selalu tidak tercapai, tidak dapat hidup mandiri, terlahir kembali dalam keadaan cacat, terlahir kembali dengan menderita penyakit bawaan, terlahir kembali di alam-alam rendah, atau setidaknya munculnya masalah baru.
c. Berzinah
Syarat-syarat yang melandasi satu tindakan perzinahan adalah :
– adanya makhluk lain (objek)
– kesadaran makhluk yang bersangkutan (subjek) akan hal ini
– niat untuk berhubungan
– langkah-langkah perbuatan
– tercapainya perbuatan tersebut
Akibat dari berzinah yaitu hamil (bagi makhluk berjenis kelamin wanita), pudarnya keindahan dari bentuk tubuh, datangnya malapetaka, banyak musuh, memiliki pasangan hidup yang tidak disenangi, menderita berbagai penyakit dan gangguan kelamin, dirangsang oleh nafsu yang tidak habis-habisnya, terlahir kembali sebagai orang yang mempunyai perasaan seks tidak normal (hyperseks, homoseksual, lesbian maupun sebagai banci atau tomboy), terlahir kembali dengan menderita penyakit bawaan, terlahir kembali di alam-alam rendah, atau setidaknya munculnya masalah baru.
(2) Dilakukan dengan kata-kata
a. Berdusta
Syarat-syarat yang melandasi satu tindakan berdusta adalah :
– kemampuan berbicara oleh makhluk yang bersangkutan (subjek)
– ide akan sesuatu hal yang merupakan kedustaan
– niat untuk berdusta kepada makhluk lain
– usaha untuk berdusta kepada makhluk lain yang mampu mendengar dan memahami penyampaian
– terhasutnya makhluk lain (objek) akibat dari penyampaian dusta tersebut
Akibat dari berdusta yaitu datangnya malapetaka, banyak musuh, kehilangan teman, menjadi objek pembicaraan yang tidak baik oleh makhluk-makhluk lain, dihina dan dicela, tidak dipercayai oleh khalayak ramai, menderita berbagai gangguan kesehatan, terlahir kembali dengan paras yang buruk, terlahir kembali dengan suara yang tidak bagus, atau setidaknya munculnya masalah baru.
b. Berbicara kasar dan atau menghina
Syarat-syarat yang melandasi satu tindakan berbicara kasar atau menghina adalah :
– kemampuan berbicara oleh makhluk yang bersangkutan (subjek)
– ide akan sesuatu hal yang merupakan perkataan kasar dan atau penghinaan
– niat untuk berkata kasar dan atau menghina
– usaha untuk berkata kasar dan atau menghina
– tersampaikannya kata kasar dan atau hinaan kepada makhluk lain (objek)
Akibat dari berbicara kasar dan atau menghina yaitu datangnya malapetaka, banyak musuh, sering dituduh berbuat yang tidak baik oleh makhluk lain, menjadi pembicaraan yang tidak baik oleh makhluk lain, menderita berbagai gangguan kesehatan, terlahir kembali dengan paras yang buruk, atau setidaknya munculnya masalah baru.
c. Berbicara tentang keburukan makhluk lain dan atau memfitnah
Syarat-syarat yang melandasi satu tindakan menggosip dan atau memfitnah adalah :
– kemampuan berbicara oleh makhluk yang bersangkutan (subjek)
– ide akan sesuatu hal yang merupakan pembicaraan tentang keburukan makhluk lain dan atau fitnah
– niat untuk berbicara tentang keburukan makhluk lain dan atau memfitnah
– usaha untuk berbicara tentang keburukan makhluk lain dan atau memfitnah
– tersampainya info tentang keburukan makhluk lain dan atau fitnahan kepada makhluk lain (objek)
Akibat dari berbicara tentang keburukan orang lain dan atau memfitnah yaitu datangnya malapetaka, banyak musuh, tidak dipercayai oleh khalayak ramai, menderita berbagai macam penyakit, mendapati keburukan dan atau fitnahan yang sama seperti yang telah diucapkan, terlahir kembali dengan paras yang buruk, terlahir kembali sebagai makhluk yang sedikit sekali berpengaruh, atau setidaknya munculnya masalah baru.
d. Berbicara tentang hal-hal yang tidak perlu (omong kosong) atau membual
Syarat-syarat yang melandasi satu tindakan membual adalah :
– kemampuan berbicara oleh makhluk yang bersangkutan (subjek)
– ide akan sesuatu hal yang merupakan omong kosong atau bualan
– niat untuk berkata omong kosong (omong besar) atau membual
– usaha untuk berbicara tentang hal yang merupakan omong kosong dan bualan
– tersampainya perkataan yang bersifat omong kosong dan bualan
Akibat dari berbicara tentang perkataan yang bersifat omong kosong dan bualan yaitu datangnya malapetaka, tidak dipercayai oleh khalayak ramai, menderita berbagai gangguan kesehatan, dirangsang oleh keinginan yang selalu tidak tercapai, terlahir kembali dengan paras yang buruk, terlahir kembali dengan kondisi yang penuh kekurangan, atau setidaknya munculnya masalah baru.
(3) Dilakukan dengan pikiran
a. Keserakahan
Syarat-syarat yang melandasi satu bentuk pikiran akan keserakahan adalah :
– sesuatu yang belum atau tidak dimiliki (dicapai) oleh makhluk yang bersangkutan (subjek)
– keinginan untuk memilikinya atau mencapainya sehingga menciptakan kemelekatan
– tekad yang kuat untuk meraihnya sebagai buah dari kemelekatan tersebut
Akibat dari keserakahan yaitu datangnya malapetaka, kehilangan teman, menderita berbagai gangguan kesehatan, dirangsang oleh keinginan yang tidak tercapai, kurang bisa berprestasi, terlahir kembali dengan kondisi yang serba kekurangan, terlahir kembali dengan menderita penyakit bawaan, terlahir kembali ke alam-alam rendah lainnya, atau setidaknya munculnya kegelisahan.
b. Kemauan ataupun pikiran tidak baik (jahat)
Syarat-syarat yang melandasi satu bentuk pikiran tidak baik (jahat) adalah :
– ide akan sesuatu hal yang dapat merugikan objek (makhluk lain) bila sudah terlaksana
– keinginan agar hal tersebut dapat terjadi
– langkah-langkah imajinasi dan atau disertai tekad yang kuat agar hal tersebut dapat terjadi
Akibat dari berpikir jahat (tidak baik) adalah datangnya malapetaka, kehilangan teman, menderita berbagai gangguan kesehatan, terlahir kembali dengan kondisi yang tidak baik, terlahir kembali dengan menderita penyakit bawaan, terlahir kembali ke alam-alam rendah lainnya, atau setidaknya munculnya kegelisahan.
c. Kekeliruan pandangan hidup
Syarat-syarat yang melandasi satu bentuk pikiran keliru akan kehidupan adalah :
– ide akan pandangan hidup yang kurang bijaksana
– keinginan untuk menjalankan gaya hidup sesuai dengan pandangannya tersebut
– ketidakpedulian dan tidak menerima pendapat lain sebagai buah dari kebodohan dan keras kepala
Akibat dari memiliki kekeliruan pandangan hidup adalah datangnya malapetaka, kehilangan teman, menderita berbagai gangguan kesehatan, terlahir kembali dengan menderita penyakit bawaan, terlahir kembali dengan keadaan yang tak terpuaskan, terlahir kembali ke alam-alam rendah lainnya, atau setidaknya munculnya ketidaknyamanan hidup dan ketidakpuasan diri.
B. Kamma Baik yang Berakibat Hanya Sampai di Kehidupan di Alam Dunia ini
Kamma (perbuatan) baik ini akan berbuah dan mengakibatan datangnya kebahagiaan dan kenyamanan dalam menjalankan hidup. Adapun 10 jenis perbuatan yang termasuk dalam kamma baik ini, yaitu:
1. Dana → beramal harta, perbuatan, maupun ucapan dan juga murah hati
2. Sila → hidup bersusila
3. Bhavana → bermeditasi dan menenangkan batin
4. Apacayana → berendah hati dan menghormat
5. Veyyavacca → berbakti
6. Pattidana → berkecenderungan untuk membagi kebahagiaannya kepada makhluk-makhluk lain
7. Pattanumodana → turut berbahagia merasakan kebahagiaan makhluk-makhluk lain
8. Dhammasavana → mempelajari dan sering mendengarkan Dhamma (ajaran kebaikan)
9. Dhammadesana → menerangkan dan menyebarkan Dhamma (ajaran kebaikan)
10. Ditthijukamma → berpandangan hidup yang benar
Akibat dari melakukan perbuatan-perbuatan tersebut adalah:
1. Memperoleh kekayaan pada kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya
2. Memiliki paras yang baik dan dihargai banyak orang karena kepribadian yang luhur
3. Mencapai kesucian dan memperoleh kemampuan gaib serta bertumimbal lahir di Alam Deva
4. Disenangi banyak orang dan terlahir kembali dalam keluarga yang luhur budi pekertinya
5. Dihargai banyak orang dan dapat meraih banyak cita-citanya yang luhur dan mulia
6. Hidup berbahagia dan terlahir kembali dengan berbagai bakat dan kepandaian
7. Hidup sehat berbahagia dan terlahir kembali dalam keluarga yang sejahtera
8. Hidup penuh kedamaian dan bijaksana serta terlahir kembali di alam-alam yang menyenangkan
9. Dihargai banyak orang, terlahir kembali sebagai orang besar atau bertumimbal lahir di Alam Deva
10. Dihargai banyak orang, hidup sejahtera dan bertumimbal lahir di alam-alam yang menyenangkan
C. Kamma Baik yang Berakibat Sampai di Kehidupan Alam Halus yang Masih Berwujud
Kamma (perbuatan) baik ini terdiri atas 5 tingkat kebatinan (mental) yang hanya dapat dicapai oleh latihan-latihan meditasi, yaitu :
1. Jhana Pertama
Keadaan batin ini terdiri dari 5 tahap, yaitu :
a. vittaka → usaha dalam tingkat permulaan untuk memegang objek meditasi
b. vicara → keadaan batin yang sudah berhasil memegang objek meditasi dengan kuat
c. piti → kegiuran karena telah mencapai kondisi mental (batin) tersebut
d. sukha → kebahagiaan yang dirasakan akibat dari ketenangan pada keadaan mental (batin) tersebut
e. ekaggata → pemusatan pikiran yang kuat hingga tidak menyadari lagi semua keadaan lingkungan
2. Jhana Kedua
Keadaan batin ini sudah berhasil menyingkirkan vittaka, sehingga hanya memiliki 4 tahap, yaitu vicara, piti,sukha dan ekaggata.
3. Jhana Ketiga
Keadaan batin ini sudah berhasil menyingkirkan vittaka dan vicara, sehingga hanya memiliki 3 tahap, yaitu piti, sukha dan ekaggata.
4. Jhana Keempat
Keadaan batin ini sudah berhasil menyingkirkan vittaka, vicara dan piti, sehingga hanya memliki 2 tahap yaitu sukha dan ekaggata.
5. Jhana Kelima
Keadaan batin ini sudah berhasil menyingkirkan vittaka, vicara, piti, dan sukha, sehingga hanya memiliki 1 tahap yaitu ekaggata dan muncul juga upekkha (keseimbangan batin).
D. Kamma Baik yang Berakibat Sampai di Kehidupan Alam Halus yang Sudah Tidak Berwujud
Kamma baik ini terdiri dari 4 tingkat kebatinan (mental) yang hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan meditasi tinggi, yaitu :
1. Akasanancayatana → batin berada dalam ruang yang tak terbatas
2. Vinnancayatana → batin berada dalam kesadaran yang tak terbatas
3. Akincannayatana → batin berada dalam keadaan kosong
4. Neva-sanna-nasannayatana → batin berada dalam keadaan "bukan-pencerapan" ataupun "bukan bukan-pencerapan"
Sang Buddha mengatakan:
“Segala sesuatu timbul, bergerak dan lenyap kembali sesuai dengan hukum-hukum yang bersangkutan karena syarat-syarat dan sebab-sebab tertentu yang saling berpadu. Seorang yang tidak dapat menguasai jasmani dan batinnya, tidak dapat menguasai nafsu keinginan-keinginannya, akan sedikit sekali memiliki sifat kebaikan dan kebijaksanaan dan lemah dalam tekadnya. Orang yang demikian akan mudah sekali menderita disebabkan oleh hal-hal yang kecil (sepele). Kita adalah pembuat kamma baik dan kamma buruk kita sendiri. Tidak ada seseorang atau makhluk (bentuk “person”) apa pun yang dapat membersihkan kamma buruk yang pernah kita lakukan. Hanya dengan kesadaran dan pengertian akan hal tersebutlah dan dengan disertai tekad yang kuat, maka seseorang dapat membersihkan dirinya dari segala perbuatan tidak baik dan menuju ke penyucian diri.”
“Aku akan menjadi tua,
“Aku belum mampu mengatasi hal itu,
“Aku akan mengalami sakit,
“Aku belum mampu mengatasi hal itu,
“Aku akan mati,
“Aku belum mampu mengatasi hal itu,
“Aku adalah pemilik kammaku sendiri,
“Pewaris kammaku sendiri,
“Lahir dari kammaku sendiri,
“Berhubungan dengan kammaku sendiri,
“Terlindung oleh kammaku sendiri,
“Apapun kamma yang kuperbuat,
“Baik atau buruk,
“Itulah yang akan kuwarisi,
“Hendaklah ini selalu kita renungkan”