//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Semit

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8 9 10 11 12
76
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 27 August 2008, 02:57:35 AM »
oh... sebelumnya saya memang salah menggunakan `fakta` karena fakta berarti benar bagi setiap orang. sedangkan keotentikan adalah bersifat subjektif :)

tapi untung saja saya pakai kata `Tipitaka`, bukan sutta tertentu... hehehe...
Tipitaka merupakan kumpulan susunan yg sudah jelas ada penambahan bertahap.
dan bahkan kisah2 setelah zaman Sang Buddha juga ada... jadi mana mungkin 100% mulut Sang Buddha?

tapi ini OOT deh...
tujuan kita disini memberi ulasan sutta.
pembahasan mengenai kejanggalan adalah isu yg mendukung bahwa Sutta2 tertentu bukan berasal dari mulut Sang Buddha, atau mengalami penambahan, atau mengalami perubahan.
misalnya pembahasan 'Maha-parinibbana sutta' ini...
penggunaan anjuran utk merujuk ke sutta yg belum ada pada waktu itu adalah mengherankan.
tentu saja itu adalah isu ;D yg bagi saya terasa janggal, bagi anda terasa baik2 saja :)


Rekan Tesla,
kalimat anda "merujuk ke sutta yang belum ada pada waktu itu..." adalah tidak tepat. Mahaparinibbana Sutta adalah khotbah terakhir Sang Buddha yang disampaikan menjelang Parinibbana, dan oleh karena itu maka Sutta-sutta lainnya tentu saja sudah ada (dengan mengambil definisi Sutta=khotbah).

mengenai "100% dari mulut Sang Buddha", saya yakin sekali bahwa tidak ada satupun isi dari Tipitaka yang berasal dari mulut Sang Buddha, seperti yang tertulis di awal Sutta "evamme suttam..." yang menyiratkan bahwa sutta itu adalah diucapkan oleh Bhikkhu Ananda. tetapi fakta bahwa 500 Arahat pada konsili pertama sepakat bahwa apa yang disampaikan oleh Bhikkhu Ananda adalah benar, membuktikan bahwa Sutta itu adalah benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha. ini tentu saja jika anda percaya pada kebenaran kisah Konsili pertama itu.

77
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 26 August 2008, 10:13:56 AM »
[at] Semit

Referensinya adalah hati nurani Anda sendiri, para pembaca.
Anda seenaknya membaca tulisan orang. ... Apa yang saya tulis adalah berdasarkan hati nurani saya. ... Saya tidak memaksakan hati nurani saya pada Anda. ... Bagaimana Anda membacanya terserah hati nurani Anda. ... Ada orang yang hati nuraninya fanatik, ada yang tidak fanatik ... Ada yang hati nuraninya melekat erat pada kitab suci, ada yang bebas menggunakan Kalama-sutta.

Sdr.Hudoyo, anda menuliskan "Referensinya adalah hati nurani Anda sendiri, para pembaca." saya kok tidak menangkap bahwa yang dimaksudkan adalah "Hati nurani Sdr. Hudoyo sendiri", tetapi "hati nurani para pembaca, termasuk saya." saya tidak bermaksud memperdebatkan hal ini, jadi tidak perlu diperpanjang, mengingat pesan dari Global Moderator bahwa "forum ini bukan milik kita berdua". jawaban saya ini hanya sekedar menegaskan bahwa saya tidak "asal membaca".

78
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 26 August 2008, 12:38:16 AM »
[at] Semit

Referensinya adalah hati nurani Anda sendiri, para pembaca.

Nah... Sdr. Hudoyo yang bijaksana, telah memposisikan diri sebagai wakil dari hati nurani para pembaca. Apakah semua pembaca memiliki hati nurani yang sama dan menyimpulkan dengan cara yang sama? mungkin saja statement ini berlaku bagi sebagian pembaca yang telah terindoktrinasi dengan MMD, tapi ini tetap tidak mewakili "para" pembaca _/\_

79
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 26 August 2008, 12:31:16 AM »
Bila ada yang mempertanyakan keotentikan Tipitaka dengan kondisi "kita" saat ini bukankah seperti seekor anak burung pipit yang baru menetas yang memberi komentar seekor rajawali gagah yang sedang terbang?
Bila dengan sedikit kejelian atau kebetulan atau dengan upaya penuh kesengajaan, ada rekan yang menemukan inkonsistensi penggunaan istilah dalam satu atau dua sutta, lalu apakah berarti sutta tersebut bukan berasal dari mulut Sang Buddha. Bagaimana kita bisa membuktikan bahwa sutta tersebut bukan dari mulut Sang Buddha? Bagaimana pula kita meminta orang lain untuk membuktikan bahwa sutta tersebut otentik dari mulut Sang Buddha?
Kita hanya menggunakan logika-logika terbatas yang kita miliki? Kalau kita kemudian dengan dalil-dalil kita berhasil meyakinkan orang bahwa sutta itu tidak otentik, kemajuan bathin apa yang kita peroleh? Hanya untuk menunjukkan bahwa kita adalah seorang intelektual buddhis?
Mengapa harus berusaha mensejajarkan diri kita dengan para murid utama, para tipitakadhara, para pencapai kesucian, kalau kita masih seekor anak burung pipit yang menetas saja mungkin juga belum?
Salam,
CKRA

Mengapa pula kita harus merasa kerdil? Bukankah Sang Buddha sudah wanti-wanti agar kita jangan menerima begitu saja apa yang dikatakan kitab suci, apa yang dikatakan guru-guru? Melainkan mengkaji sendiri, apakah suatu ajaran itu bermanfaat bagi kemajuan batin kita atau tidak.

Apa gunanya mengkaji secara kritis Tipitaka? Satu contoh: dalam Mahaparinibbana sutta ditampilkan seolah-olah Sang Buddha berkata "pembebasan hanya ada di dalam ajaranku; di dalam ajaran guru-guru lain tidak ada pembebasan". Apakah itu benar? Ternyata tidak. Itu cuma membuat umat Buddha menjadi seperti katak di bawah tempurung, tidak mampu melihat pembebasan di dalam ajaran-ajaran lain. Selain menjadi katak di bawah tempurung, ajaran seperti itu cuma membuat umat Buddha menjadi arogan di antara penganut berbagai agama. Jelas itu bukan ajaran Sang Buddha, sekalipun tercantum dalam Mahaparinibbana-sutta.

Contoh kedua: di dalam sutta yang sama ditampilkan seolah-olah Sang Buddha mengajarkan bahwa ukuran keabsahan suatu ajaran sebagai ajaran Buddha adalah dengan membandingkan dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka. Apakah itu benar? Itu sangat bertentangan dengan semangat Kalama-sutta. Kalau ajaran itu dianut secara membuta-tuli, lalu bagaimana dengan ajaran yang terkandung dengan kitab-kitab Mahayana, Vajrayana dsb? Apakah semua itu "ajaran palsu" karena tidak tercantum dalam Sutta Pitaka & Vinaya Pitaka? Jelas ajaran seperti itu cuma membuat umat Buddhis Theravada menjadi umat yang arogan di antara sesama umat Buddha. Jelas ajaran itu bukan ajaran Buddha.

Salam,
hudoyo

ini senada dengan postingan rekan tesla (mungkin merupakan ajaran MMD), dan izinkan saya mengulangi pertanyaan saya, apakah ini asumsi ataukah memang sudah terbukti? kalau sudah terbukti bisa minta referensinya?

80
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 25 August 2008, 09:05:00 PM »
lho... Anda baca semuanya postingan di sini donk... jangan baca yg menyinggung pribadi Anda saja... kita sekarang kan memang lagi bahas kejanggalan TIpitaka :))
btw maaf telah menyinggung pribadi Anda ;D

Tentu saya membaca semua postingan, tapi mungkin saja ada yg terlewat oleh mata tua saya, sehingga saya tidak dapat menemukan postingan yang menyebutkan bukti tentang fakta ketidak-otentikan Tipitaka.

Saya tentu saja sadar bahwa dalam thread ini kita memang sedang membahas kejanggalan Sutta, sampai tiba-tiba ada satu postingan yang berusaha mem-bypass diskusi dengan kesimpulan bahwa ada fakta (yang artinya sudah terbukti) bahwa Tipitaka tidak otentik.

fakta bahwa kitab suci agama Buddha tidak 100% otentik dari mulut Sang Buddha :)

Dan rekan Tesla, saya sama sekali tidak tersinggung, karena saya sadar dengan siapa saya berhadapan. ada tipe orang tertentu yang tidak mungkin membuat kita tersinggung dengan apapun yang ia katakan.

81
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 25 August 2008, 06:49:25 PM »
Tesla,
Dalam berdiskusi tentunya kita sebaiknya tidak memikirkan kepentingan hidup sendiri, tetapi juga mempertimbangkan mafaat untuk member lainnya, saya rasa itulah gunanya forum ini. kalau untuk kehidupan pribadi apa gunanya diskusi?

Back to topic, sepertinya pertanyaan saya masih belum ditanggapi nih, padahal saya lebih memerlukan jawaban itu daripada segala macam diplomasi tidak berguna begini.

Akan ada banyak sekali orang yang akan memperoleh manfaat dari thread ini jika terbukti bahwa Kitab suci memang tidak otentik. jadi for the benefit of the many, silahkan rekan tesla membeberkan bukti-bukti ketidak-otentikan Tipitaka

82
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 25 August 2008, 05:54:36 PM »
Quote from: tesla link=topic=4226.msg71086#msg71086
forum ini kan bukan milik kita berdua om... :)
soal tidak melanjutkan yg saya maksud, bukan saya berhenti meragukan sutta
tetapi berhenti menganjurkan Anda utk "berKalama sutta" thd tipitaka... itu yg saya give up

global moderator juga manusia kok, ga ada apa apanya
bisa salah & bahkan sering salah juga ;)


Adakah dari postingan saya yang mengindikasikan kalau forum ini milik kita berdua? baiklah, karena anda menyebutkan kalama sutta, bagaimana kalau kita back to topik dengan memberikan bukti ketidak-otentikan sutta-sutta seperti yang anda nyatakan, ini tentunya sesuai dengan pemahaman anda atas kalama sutta.

83
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 25 August 2008, 04:40:06 PM »
semoga dapat menerima fakta ini...
Fakta yang mana yang anda maksud? Sutta manakah yang tidak benar menurut fakta yang anda maksudkan? jika memang ada fakta, tentunya saya bisa menerima argumentasi anda.
fakta bahwa kitab suci agama Buddha tidak 100% otentik dari mulut Sang Buddha :)
mengenai detail pembahasannya sedang dilanjutkan dalam thread ini :)

ooops... saya sudah mengerti saddha Anda yg luar biasa thd sutta... :)
dalam hal ini memang kita tidak sejalan walau bagaimanapun argumentasi yg ada :)

suatu statement yang menakjubkan dari seorang global moderator, pak tesla, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan saddha, harap diingat bahwa kita sedang berdiskusi di sini. ketika anda mengatakan bahwa kitab suci agama Buddha tidak 100% otentik, anda tentunya sudah memiliki bukti-bukti pendukung bukan sekedar dugaan. bukti inilah yang saya inginkan jika anda berkenan memberikan. meminjam istilah yang dipopulerkan oleh salah satu member forum ini, "JANGAN LEMPAR BATU SEMBUNYI TANGAN". namun jika anda sudah menyadari bahwa kita tidak bisa melanjutkan diskusi lagi, agak mengherankan kok anda masih menanggapi?

84
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 25 August 2008, 10:26:11 AM »
semoga dapat menerima fakta ini...
Fakta yang mana yang anda maksud? Sutta manakah yang tidak benar menurut fakta yang anda maksudkan? jika memang ada fakta, tentunya saya bisa menerima argumentasi anda.

85
> --- In sem... [at] yahoogroups.com, Hudoyo Hupudio <hudoyo [at] c...> wrote:
> > From: "kirman_k" <kirman_k [at] y...>

> > > Perlu saya kemukakan bahwa pendekatan MMD ini saya pelajari
dari
> J
> > > Krishnamurti, yang menurut hemat saya adalah seorang yang telah
> > mencapai
> > > pencerahan & pembebasan sempurna dalam hidupnya di abad ke-20
> lalu-
> > -entah
> > > apa pun namanya: arahat, buddha, insan kamil, hidup di dalam
> > Allah, apa pun.
> > -----
...
...

selengkapnya ada di  http://groups.google.com/group/alt.soc.indonesia.mature/msg/2b5236ad1ab1b099?

Ternyata ajaran MMD bersumber dari Pak Kris, pantes aja diskusinya alot dan gak nyambung. sekali lagi ini adalah bukti bahwa Bahiya Sutta dan Malunkyaputta Sutta hanya sekedar alat untuk menembus pasar Agama Buddha. apa bedanya sama Maitreya ya?

86
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 25 August 2008, 09:14:52 AM »
Contoh belum bisa diberikan, karena diskusi masih berlangsung dan belum sampai pada kesimpulan, apa yang saya katakan hanya menyambung kalimat Sdr. Hudoyo yang belum lengkap. kalau saya paksakan untuk memberikan contoh, nantinya akan dijawab bahwa, itu bukan berasal dari mulut Sang Buddha, tambahan belakangan, dll. seperti yang sudah sering terjadi. mohon bersabar hingga diskusi ini menghasilkan kesimpulan.

87
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 25 August 2008, 09:04:41 AM »
[at] Ryu

Apa yang Anda maksud "menghancurkan Dhamma sang Buddha dari dalam"? Bisa dijelaskan lagi?

Bagi saya yang disebut "menghancurkan Dhamma Sang Buddha dari dalam" adalah "mengatakan sebagai ajaran Sang Buddha apa yang sesungguhnya bukan ajaran Sang Buddha". ... Nah, cocokkah itu dengan pengertian Anda tentang "menghancurkan Dhamma sang Buddha"?

DAN "mengatakan sebagai bukan ajaran Sang Buddha apa yang sesungguhnya ajaran Sang Buddha"

88
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 24 August 2008, 11:35:49 PM »
 (:$ (:$ (:$

89
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 24 August 2008, 10:58:08 PM »
kalo memang yg dimaksud sutta adalah kotbah sang buddha, maka kutipan di atas terdengar lebih janggal lagi:

* jika mendengar orang mendengar sesuatu dari mulut sang buddha, jangan diterima dan jangan ditolak dulu
* bandingkan apakah itu selaras dengan kotbah buddha yg lain

pertanyaannya:

* gimana cara bandinginnya? waktu itu blom ada rekaman kotbah buddha. blom ada catatan kotbah buddha.
* gimana kalo si murid hanya pernah dengar 2-3 kotbah buddha? gimana bandingin hal itu dengan kotbah2 yg tidak pernah dia dengar?
* apakah tanya2 dengan orang yg banyak dengar kotbah2 buddha? lah ini kan artinya memperbandingkan "kata si A" dengan "kata si B". gimana tau yg bener yg mana?

kayaknya memang maksud penulis sutta ini kata "sutta" itu berarti sutta2 yg ada di pitaka  :-?

Kalau kita membaca Sutta ini dari awal, Sang Buddha juga mengajarkan faktor-faktor yang mendukung kemajuan para bhikkhu, antara lain, sering melakukan pertemuan. pada pertemuan itu tentunya bisa didiskusikan mengenai apa yang sesuai dan yang tidak sesuai. jadi tidak disarankan untuk mengambil kesimpulan secara pribadi. seperti yang baru saja anda lakukan.

90
Studi Sutta/Sutra / Re: Kejanggalan-Kejangalan dalam Sutta
« on: 24 August 2008, 10:50:00 PM »
tapi secara analisa pribadi saya, walau kotbah Buddha dikatakan Dhamma, artinya adalah dalam kotbah Buddha yg dibabarkan adalah kebenaran. sedangkan kebenaran sendiri tidak terbatas pada kotbah Sang Buddha. jadi menilik dari kebijaksanaan Sang Buddha, beliau akan menggunakan kata 'dhamma & vinaya', bukan 'sutta & vinaya'.
ada banyak kasus sang Buddha menunjukkan utk tidak meninggi2kan pahamnya sendiri, dimana hanya ajarannya yg paling benar... yah, kecuali maha-parinibbana sutta ini lagi...

cari suttanya dulu yach...

Kalau untuk hal ini, siapakah kita ini yang berani menilai kebijaksanaan Sang Buddha? kita tidak mungkin lebih bijak dari Sang Buddha, bahkan tidak lebih bijak dari para Arahat masa lampau.
Dan pemahaman saya atas Sutta ini adalah bahwa Sang Buddha hanya mengatakan Kebenaran, sama sekali tidak ada kesan meninggikan pahamNya sendiri.

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8 9 10 11 12