Kalo transper lewat atm kan ga bisa pake pesan...
Paling tolong sampein aja deh ya... Gw kasih angka 777 di belakang jumlahnya ntar.
Btw ini ko Wili-nya yang bakal langsung ngasih ke korban kan?
Soalnya gw baru baca tentang diskriminasi di padang. Katanya yang keturunan ga dibantu tuh...
Bener gak sih?
ini ada email dari Ko Willi...sbb:
Issue diskriminasi evakuasi:
Ketika gempa mengguncang di sore hari, banyak bangunan rontok dan kebakaran
dimana-mana. Seluruh kota padang dilanda kepanikan yg luar biasa. Banyak yg
memacu kendarannya kearah bukit2 yg tingi. Akibatnya hanya timbul kemacetan
parah dan kecelakaan lalin kecil dimana-mana.
Karena sebgian besar bangunan rontok dan rusak berat, pemerintah harus
memprioritaskan bangunan2 publik yg menimpa banyak korban. Diantaranya: bangunan
bimbingan belajar dan hotel2. PAda tiap bangunan publik yg runtuh tsb tersebut
terdapat korban puluhan sd ratusan jiwa. Karena keterbatasan jumlah alat berat
(excavator) maka bangunan pribadi (rumah2) yg roboh harus mengalah, tidak
mendapatkan bantuan segera dari pemko. Banyak warga yg berinisiatif mendatangkan
alat berat sendiri. Krn kerusakan terparah adalah di wilayah warga keturunan,
maka alat2 berat swadaya ini (yg memang banyak dimiliki oleh warga keturunan
juga) mulai bergerak memasuki wilayah warga keturunan untuk mulai bekerja.
Akibatnya timbul kesan bahwa warga keturunan dikesampingkan, mesti berusaha
sendiri dan pemerintah memprioritaskan tempat lain.
Itu soal bantuan evakuasi.
Persoalan lainnya adalah:
Issue bantuan logistik.
Kota Padang cukup unik krn sebagai daerah muslim yg berlandaskan adat dan
syariat, daerah ini mempunyai ikatan persaudaraan warga tionghoa yg kuat. Ada 2
organisasi tionghoa yg besar, yaitu: H.T.T (Hok Tek Tong / Himpunan Tjinta
Teman) dan H.B.T (Heng Beng Tong / Himpunan Bersatu Teguh). Hampir semua warga
keturunan di kota Padang menjadi anggota salah satu organisasi pemakaman ini.
Kedua organisasi ini sangat aktif bergerak saat gempa usai, mulai dari proses
evakuasi, pemakaman dan bantuan logistik. HBT dan HTT membuka posko menyediakan
bantuan logistik seperti indomie, air dan obat2an bagi tiap warga. Disamping itu
Vihara Buddha Warman, Vihara Maitreya dan Organisasi2 kr****n (GISI, GBI, dll)
juga aktif membuka posko bantuan. Juga Tzu Chi dan lainnya.
Apa yg saya saksikan, memang keseluruhan organisasi ini bergerak atas swadaya
sendiri. Posko2 spontan, seperti yg saya dkk kelola mendapat bahan dari swadaya
sendiri dan bantuan dana dan logistik dari teman2 perantauan (Jakarta, Bandung,
Pekanbaru, dll). Posko kami tidak mendapat bantuan sedikitpun dari pemerintah,
padahal posko ini memberi makan 1.000 sd 2.000 kepala perhari.
Apakah pemerintah lambat? Apakah pemerintah kebingungan? Apakah pemerintah belum
siap untuk distribusi bencana? Ataukah ada daerah lain yg diprioritaskan krn
lebih memerlukan? Tidak bisa diperoleh konfirmasi atas pertanyaan ini. Apa yg
dapat kita lakukan adalah berusaha sebaik-baiknya membantu diri sendiri dan
lingkungan sekitar kita.
Kesimpulan:
~ Proses evakuasi tidak terdistribusi/lambat memasuki daerah pecinan (yg
merupakan daerah terparah) kemungkinan krn keterbatasan excavator dan prioritas
jumlah korban.
~ Bantuan logistik yg tidak sampai ke posko2 pecinan (dan mungkin juga daerah
lainnya) belum diketahui alasannya.
::